Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TINJAUAN AGAMA TENTANG PERAWATAN

PALIATIF

Di Susun Oleh :
Kelompok 2
1. Alfiyan Hasna S
2. Alif Nur Saidah
3. Afiati Devita
4. Cici Alvita
5. Desy Putri O
6. Eka Bela A
7. Endah Yuli P
8. Hanifatun Najibah
9. Iin Damayanti
10. Paquita Chandra N.R
11. Rico Dwi Resmana

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN 2018/2019
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Peran agama dalam keperawatan adalah topik yang jarang untuk dibahas, padahal kita tahu

hal ini sangat berpengaruh didalam pelayanan, hal ini terbukti dengan didalam keperawatan

kita juga mengenal tentang kebutuhan spiritual (walaupun tidak benar-benar dapat

disamakan dengan agama). Tapi kali ini saya hanya ingin membagi ide atau pemikiran

saya, bukan tentang pemenuhan kebutuhan spiritual, tetapi yang berhubungan dengan

pendidikan agama bagi keperawatan.

Dalam kehidupan profesional, tiap cabang ilmu keperawatan tentu sudah mempunyai

patokan tentang apa yang harus dan tidak boleh dilakukan. Selain itu juga ada mata kuliah

etika keperawatan yang tentu saja diharapkan dapat menumbuhkan sikap profesional sesuai

dengan tuntutan dunia keperawatan, yang tentu saja diharapkan dengan ini sudah cukup

untuk membentuk mahasiswa yang siap pakai dan terampil dan bahkan bisa dikatakan

tindakannya sesuai dengan tuntutan etika dalam keperawatan yang pengertiannya tidak

jauh beda dengan akhlak. Karena kalau kita berbicara tentang akhlak yang mulia, mengapa

pembentukannya harus dilakukan dibangku kuliah. Bukankah dengan pendidikan etika

keperawatan saja sudah cukup,Karena itu mengapa agama tetap diajarkan dibangku kuliah.

Agama tetap penting untuk diajarkan, karena untuk menekan)kan aspek tertentu bagi

masyarakat kita peran agama sangat besar, tinggal bagaimana pemanfaatannya yang perlu

dibenahi. Bila mata kuliah agama hanya mengajarkan agama secara umum saja yang tidak
mengena dengan kehidupan profesional, maka menurut saya tidak ada gunanya dan jadinya

hanya formalitas mengajarkan agama, karena tidak mau disebut sebagai institusi yang tidak

mengajarkan akhlak pada mahasiswa.

2. Rumusan Masalah

1. Apa guna agama dalam keperawatan Paliatif ?

2. Pengertian Agama yang ada di Indonesia ?

3. Apa Pengertian Keperawatan paliatif dalam masing-masing agama ?

3. Tujuan

1. Untuk mengetahui guna agama dalam keperawatan paliatif?

2. Untuk mengerti agama yang ada di Indonesia ?

3. Untuk mengerti keperawatan paliatif dalam masing-masing agama?


BAB II

PEMBAHASAN

1. Konsep Teori

Palliative Care (Perawatan palliative) bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien dan

keluarga mereka dalam menghadapi masalah/penyakit yang mengancam jiwa, melalui

pencegahan, penilaian sempurna dan pengobatan rasa sakit masalah, fisik, psikososial dan

spiritual (Kemenkes RI Nomor 812, 2007).

Fokus perawatan palliative adalah peredaman rasa sakit dan gejala serta stress akibat

penyakit kritis seperti kanker stadium lanjut.

Perawatan palliative dapat dilakukan segera setelah diputuskan terapi yang akan diterima

klien bersifat palliative sampai pasien meninggal. Perawatan ini mencakup perawatan

holistik bagi pasien dan keluarganya, serta pemberian informasi terkini sehingga mereka

dapat mengambil keputusan ketika dihadapkan pada peristiwa anggota keluarganya akan

meninggal. Melalui pengawasan, keluarga maupun teman terdekat dapat membantu

memberikan perawatan paliative pada penderita.

Perawatan spesialis berlanjut setelah kematian pasien sampai anggota keluarga yang

berduka telah memulai proses pemulihan. Perawatan palliative merupakan kombinasi unik

dukungan di rumah sakit, hospice, day-centre (tempat perawatan lansia dan orang

gangguan jiwa), dan di rumah masing-masing untuk memenuhi kebutuhan individual

pasien dan keluarganya.

Apa Saja Ruang Lingkup Kegiatan Paliative Care


Jenis kegiatan perawatan palliative menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia nomor 812/Menkes/sk/VII/2007 tentang kebijakan lingkup kegiatan perawatan

palliative, meliputi :

 pengelolaan keluhan nyeri,

 pengelolaan keluhan fisik lain,

 asuhan keperawatan,

 dukungan psikologis,

 dukungan sosial, kultural dan spiritual,

 dukungan persiapan dan selama masa duka cita (bereavement).

Perawatan palliative dilakukan melalui rawat inap, rawat jalan, dan kunjungan /rawat. Perawatan

palliative dapat dilaksanakan melalui pendekatan sebagai berikut, :

 Menyediakan bantuan untuk rasa sakit dan gejala lain yang menganggu klien.

 Menegaskan hidup dan menganggap mati sebagai proses yang normal

 Tidak bermaksud untuk mempercepat atau menunda kematian

 Mengintegrasikan aspek-aspek psikologis dan spiritual perawatan pasien

 Meredakan nyeri dan gejala fisik lain yang mengganggu

 Aspek medikolegal dalam Palliative Care

 Masalah medikolegal lainnya pada perawatan pasien palliative


Tim Perawatan palliative bekerja berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh Pimpinan

Rumah Sakit, termasuk pada saat melakukan perawatan di rumah pasien.

Tindakan yang bersifat medis harus dikerjakan oleh tenaga medis, tetapi dengan

pertimbangan yang memperhatikan keselamatan pasien tindakan-tindakan tertentu dapat

didelegasikan kepada tenaga kesehatan non medis yang terlatih.Komunikasi antara

pelaksana dengan pembuat kebijakan harus dipelihara (Kepmenkes RI Nomor: 812, 2007)

2. Prinsip-prinsip Paliative Care

Pelaksanaan palliative care tetap harus memperhatikan kode etik profesi, hak dan

kewajiban perawat dan pasien terutama menghormati atau menghargai martabat dan harga

diri dari pasien dan keluarga serta pemberian dukungan untuk caregiver, karena masa-masa

terminal merupakan masa yang sensitif untuk pasien dan keluarganya.

Palliative care merupakan accses yang competent dan compassionnet, pengembangan

secara professional dan soisial support sangat perlu dengan pengembangan melalui

penelitian dan pendidikan (Ferrell, & Coyle, 2007: 52)

3. Peran Spiritual Dalam Paliative Care

Beberapa tahun terakhir, telah terjadi peningkatan dramatis dalam agama dan keyakinan

spiritual sebagai sumber kekuatan dan dukungan dalam penyakit fisik yang serius.

Profesional kesehatan yang memberikan perawatan medis menyadari pentingnya

memenuhi 'kebutuhan spiritual dan keagamaan' pasien (Woodruff , 2014)

Sebuah pendekatan kasih sayang akan meningkatkan kemungkinan pemulihan atau

perbaikan. Dalam contoh terburuk, ia menawarkan kenyamanan dan persiapan untuk


individu melalui proses traumatis penyakit terakhir sebelum kematian (Doyle, Hanks and

Macdonald, 2013 :101). Studi pasien dengan penyakit kronis atau terminal telah

menunjukkan kejadian insiden tinggi depresi dan gangguan mental lainnya. Dimensi lain

menunjukkan bahwa tingkat depresi sebanding dengan tingkat keparahan penyakit dan

hilangnya fungsi tambahan. Sumber depresi adalah sekitar isu yang berkaitan dengan

spiritualitas dan agama. Pasien di bawah perawatan palliative dan dalam keadaan seperti itu

sering mempunyai keprihatinan rohani yang berkaitan dengan kondisi mereka dan

mendekati kematian (Ferrell & Coyle, 2009: 848).

Spiritual dan keprihatinan keagamaan dengan pasien biasanya bersinggungan dengan isu

sehari-hari penyakit yang tidak dapat disembuhkan, dengan orang tua dan mereka yang

menghadapi kematian yang akan datang. Kekhawatiran semacam itu telah diamati, bahkan

pada pasien yang telah dirawat di rumah sakit dengan penyakit serius non-terminal (Ferrell

& Coyle, 2009: 52). Studi lain telah menunjukkan bahwa persentase yang tinggi dari pasien

di atas usia 60 tahun menemukan hiburan dalam ketekunan bergama yang memberi mereka

kekuatan dan kemampuan untuk mengatasi kehidupan, sampai batas tertentu. Kekhawatiran

di saat sakit parah mengasumsikan berbagai bentuk seperti hubungan seseorang dengan

Allah, takut akan neraka dan perasaan ditinggalkan oleh komunitas keagamaan mereka.

Sering menghormati dan memvalidasi individu pada dorongan agama dan keyakinan

adalah setengah perjuangan ke arah menyiapkan mereka pada sebuah kematian yang baik

(Ferrell & Coyle, 2009: 1171 8).

Agama adalah sebuah koleksi terorganisir dari kepercayaan, sistem budaya, dan pandangan

dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan/perintah dari kehidupan. Banyak

agama memiliki narasi, simbol, dan sejarah suci yang dimaksudkan untuk menjelaskan
makna hidup dan / atau menjelaskan asal usul kehidupan atau alam semesta. Dari

keyakinan mereka tentang kosmos dan sifat manusia, orang memperoleh moralitas, etika,

hukum agama atau gaya hidup yang disukai. Menurut beberapa perkiraan, ada sekitar 4.200

agama di dunia.

Banyak agama yang mungkin telah mengorganisir perilaku, kependetaan, definisi tentang

apa yang merupakan kepatuhan atau keanggotaan, tempat-tempat suci, dan kitab suci.

Praktik agama juga dapat mencakup ritual, khotbah, peringatan atau pemujaan tuhan, dewa

atau dewi, pengorbanan, festival, pesta, trance, inisiasi, jasa penguburan, layanan

pernikahan, meditasi, doa, musik, seni, tari, masyarakat layanan atau aspek lain dari budaya

manusia. Agama juga mungkin mengandung mitologi.

Kata agama kadang-kadang digunakan bergantian dengan iman, sistem kepercayaan atau

kadang-kadang mengatur tugas; Namun, dalam kata-kata Émile Durkheim, agama berbeda

dari keyakinan pribadi dalam bahwa itu adalah "sesuatu yang nyata sosial" Émile

Durkheim juga mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang terpadu yang terdiri

atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci. Sebuah jajak

pendapat global 2012 melaporkan bahwa 59% dari populasi dunia adalah beragama, dan

36% tidak beragama, termasuk 13% yang ateis, dengan penurunan 9 persen pada keyakinan

agama dari tahun 2005. Rata-rata, wanita lebih religius daripada laki-laki. Beberapa orang

mengikuti beberapa agama atau beberapa prinsip-prinsip agama pada saat yang sama,

terlepas dari apakah atau tidak prinsip-prinsip agama mereka mengikuti tradisional yang

memungkinkan untuk terjadi unsur sinkretisme.


Berdasarkan definisi yang dikutip dari Kamus besar Indonesia, Agama adalah sistem yang

mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa

serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta

lingkungannya. Agama yang diakui di Indonesia ada 6 yakni Agama Islam, Kristen

Protestan, Katolik, Hindu, Buddha dan Kong Hu Cu.

Pada era Order Baru, Agama yang diakui oleh Pemerintah Indonesia hanya 5 yakni Agama

Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Buddha. Tetapi setelah era reformasi, berdasarkan

Keputusan Presiden (Keppres) No. 6/2000, pemerintah mencabut larangan atas agama,

kepercayaan dan adat istiadat Tionghoa. Keppres No.6/2000 yang dikeluarkan oleh

Presiden Abdurrahman Wahid ini kemudian diperkuat dengan Surat Keputusan (SK)

Menteri Agama Republik Indonesia Nomor MA/12/2006 yang menyatakan bahwa

pemerintah mengakui keberadaan agama Kong Hu Cu di Indonesia.


BAB III

KRITISI JURNAL

Judul Jurnal

KONTRIBUSI KONSELING ISLAM DALAM MEWUJUDKAN PALLIATIVE CARE BAGI

PASIEN HIV/AIDS DI RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG (Ema

Hidayanti, Siti Hikmah Universitas, Wening Wihartati, Maya Rini Handayani, 2016 )

Dakwah Terhadap Pasien: Telaah Terhadap Model Dakwah Melalui sistem layanan Bimbingan Rohani

islam di Rumah sakit (Agus Riyadi, 2014)

Metode jurnal pertama

Menggunakan Metode Counselling, konseling Islam yang dilakukan diarahkan

pada peningkatan pengetahuan, pemahaman dan pengamalan pada pasien

HIV/AIDS terhadap ajaran Islam, seperti mengakui kesalahan (taubatan

nasuha), mendekatkan diri pada Allah, tekun salat, dan menjalani kehidupan

selanjutnya dengan lebih bermakna. Proses ini mampu mengantarkan pasien

mendapatkan kondisi psikologis positif, dan pada perkembangannya mampu

meningkatkan imunitas tubuh dengan meningkatnya jumlah CD4. Dengan

demikian pada akhirnya dapat dilihat bahwa konseling Islam mampu

meningkatkan kualitas hidup pasien terutama dalam menangani masalah psiko-

sosiospiritual pasien. Peningkatan kualitas hidup pasien inilah yang berarti

terwujudnya palliative care.


Hasil penelitian, Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan dapat

disimpulkan bahwa praktik konseling Islam berkontribusi sebagai salah satu

cara untuk mewujudkan tujuan palliative care yaitu meningkatkan kuliatas

hidup pasien HIV/AIDS dan keluarganya, dengan memberikan solusi atas

problem psikologis, sosial dan spiritual pasien HIV/AIDS dan keluarganya.

Metode jurnal kedua

Menggunakan Metode Dakwah, Bimbingan rohani terhadap pasien di rumah

sakit selain untuk memberikan motivasi, pelaksanaan bimbingan rohani tersebut

juga sekaligus sebagai sarana dakwah Islam. Hal tersebut secara teoritik

merupakan ajakan kepada orang-orang (individu, kelompok, masyarakat,

bangsa) ke jalan Allah (Qs. al-Nahl: 125) atau untuk berbuat kebaikan dan

menghindari keburukan (Qs. Ali Imran: 104) (Kuntowijoyo, 1994: 229).

Dakwah terhadap pasien di rumah sakit seperti ini tentu memiliki cara (manhaj)

dan pendekatan berbeda dengan dakwah kepada mad’u yang terbilang

“normal”. Jika terhadap mad’u yang terbilang “normal” bisa diterapkan metode

ceramah, maka kurang tepat bila diterapkan untuk pasien. Cara berdakwah yang

tepat untuk orang sakit adalah dengan cara atau pendekatan yang

memungkinkan dirinya mendapatkan motivasi, hiburan, dukungan, sugesti,

empati dan berbagai hal yang menyangkut aspek kejiwaan (Basit, 2006: 141).

Hasil Penelitian, formulasi layanan ideal bimbingan dan konseling Islam bagi

pasien semestinya diterapkan. Bukan sekedar berupa pemberian layanan doa,


nasehat, atau bimbingan ibadah saja, tetapi juga disertai layanan konseling yang

difokuskan untuk membantu pasien menemukan core problem yang dialami

serta membantunya terlepas dari core problem-nya tersebut. Semua proses

kegiatan layanan seperti itu harus pula tercatat dan teradministrasi dengan rapi

dan baik, sehingga pelaksanaannya pun dapat dipertanggungjawabkan baik

secara profesional maupun ilmiah.

Pembahasan Kelompok

Berdasarkan Pembahasan dari Kelompok kami Agama merupakan kepercayaan individu

yang menjadi landasan dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat serta mempercayai

adanya Tuhan sebagai pencipta alam semesta.

Berdasarkan Jurnal yang telah kami baca dapat kami tarik kesimpulan bahwa pada jurnal

pertama yang menggunakan metode counselling pada pasien terminal berfokuskan di

counselling saja seperti peningkatan pengetahuan, pemahaman dan pengamalan pasien

terminal terhadap ajaran Islam, seperti mengakui kesalahan (taubatan nasuha),

mendekatkan diri pada Allah, tekun salat, dan menjalani kehidupan selanjutnya dengan

lebih bermakna serta dukungan dari keluarga. Dari Jurnal kedua yang menggunakan

metode dakwah lebih jelas arah perjalanan dalam penyampaian dahwahnya seperti adanya

tahapan awal dapat disebut sebagai tahap eksplorasi, tahap pertengahan dan akhir.
Pustaka Jurnal

Hidayanti Erna, dkk. 2016.” KONTRIBUSI KONSELING ISLAM DALAM

MEWUJUDKAN PALLIATIVE CARE BAGI PASIEN HIV/AIDS DI RUMAH

SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG”. Vol. 19 No. 1, April 2016. Hlm.

113-132. Semarang.

Riyadi Agus, 2014.” Dakwah TeRhaDaP Pasien: Telaah Terhadap Model Dakwah

Melalui sistem layanan Bimbingan Rohani islam di Rumah sakit”. Vol. 5, No. 2,

Desember 2014.Semarang.
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan : Keperawatan Paliatif tidak hanya berfokuskan kepada keperawatan pengelolaan

keluhan nyeri, pengelolaan keluhan fisik lain, maupun pemberian intervensi pada asuhan

keperawatan, dukungan psikologis, dukungan social saja tetapi kita tahu fungsi perawat

sebelumya yaitu salah satunya adalah holistic care pada keperawatan palliative yaitu kultural dan

spiritual, serta dukungan persiapan dan selama masa duka cita (bereavement). Berdasarka

penelitian-penelitian yang sudah ada ternyata peran aspek agama dalam keperawatan paliative

sangatlah penting dilihat dari psikologis pasien yang memerlukan dukungan dalam menghadapi

penyakitnya. Banyak penelitian juga mengatakan terapi yang menggunakan keagamaan seperti

ceramah, dakwah, siraman rohani, membaca doa-doa, berserah diri kepada Tuhan TYE cukup

membantu pada pasien palliative dalam mengurangi rasa cemas, ataupun nyeri yang di alami.

Saran : Kami menyarankan bahwa kegiatan terapi menggunakan metode holistic keagamaan

atau mendekatkan kepada Tuhan sangatlah berdampak positif bagi kualitas hidup pada pasien

terminal, karena dengan rasa bersyukur, pasrah, menyadari bahwa kehidupan ini tidaklah semua

abadi pastilah semua mahluk hidup akan wafat pada akhirnya. Akan lebih meringankan beban

bagi pasien terminal baik secara psikologis dan fisiknya siap menerima keadaanya sampai

dengan akhir hayatnya.

Dengan ini kelompok kami telah menyelesaikan tugas perkuliahan tentang aspek agama pada

keperawatan palliative, saran dan kritik senantiasa sangat kami butuhkan dalam

menyempurnakan makalah ini, untuk itu kami mohon maaf jika ada kurang berkenanya baik dari

penulisan kalimat, kata yang kurang dimengerti. Terimakasih.


Daftar Pustaka

https://id.wikipedia.org/wiki/Agama

http://www.syauqiya.com/2015/03/peran-perawat-dalam-paliative-

care.htmlhttp://ilmupengetahuanumum.com/agama-agama-di-indonesia/

Hidayanti Erna, dkk. 2016.” KONTRIBUSI KONSELING ISLAM DALAM

MEWUJUDKAN PALLIATIVE CARE BAGI PASIEN HIV/AIDS DI RUMAH SAKIT ISLAM

SULTAN AGUNG SEMARANG”. Vol. 19 No. 1, April 2016. Hlm. 113-132. Semarang. http://e-

journal.stain-pekalongan.ac.id/index.php/Religia/article/view/662

Riyadi Agus, 2014.” Dakwah TeRhaDaP Pasien: Telaah Terhadap Model Dakwah Melalui sistem
layanan Bimbingan Rohani islam di Rumah sakit”. Vol. 5, No. 2, Desember 2014.Semarang.
http://ejournal.wiraraja.ac.id/index.php/JIK/article/view/119

Anda mungkin juga menyukai