Anda di halaman 1dari 5

“Prinsip Prinsip Legal dan Etis Dalam Tindakan Keperawatan”

Kelompok VII
A. Latar Belakang
Seorang perawat professional harus memahami dan bisa mengaplikasikan prinsip –
prinsip legal dan etis dalam mengambil keputusan sehubungan dengan tindakan
keperawatan agar tujuan dari proses keperawatan dapat terlaksana dengan baik sesuai
dengan hokum dan norma yang berlaku. Dalam hal ini, perawat harus memahami isi dari
prinsip – prinsip legal dan etis seperti Autonomy, beneficence, justice, nonmaleficience,
nilai dan norma masyarakat, isu etis, dalam keperawatan, advokasi, responsibilitas,
loyalitas, transplantasi organ, devices, neglected, serta informed consent.
Sebagai contoh anda sebagai perawat menemukan kasus Nn “Y” (14 tahun) seorang
siswi kelas 3 SMP “S”, saat ini sedang hamil usia 4 bulan keluar dari sebuah klinik “T”
yang terkenal dengan praktek aborsinya. Saat kembali pulang ke rumah, ibunya
menemukan Nn. Y sudah tidak sadarkan diri dan terkejut dengan adanya pendarahan hebat
keluar dari sekitar alat kelamin anaknya. Saat itu juga, Nn Y dibawa ke RS “D” dan
langsung ditangani serius oleh dokter dan perawat meningat sudah terjadi syok
Hipovolemik pada kondisi pasien. Setelah sadar dan kondisi membaik, Nn. Y tampak
terguncang mentalnya serta tidak dapat mengontrol emosinya dan berharap pada perawat
bisa memberikan tindakan euthanasia pada dirinya. Seandainya diizinkan oleh
keluarganya, Nn Y berharap bisa memberikan ginjalnya bagi pasien yang membutuhkan
organnya sebagai bentuk penebus rasa bersalahnya.
B. Tujuan Pembelajaran
1. Mengatahui dan memahami prinsip – prinsip etik tindakan keperawatan.
2. mengetahui dan memahami issue etik dalam tindakan keperawatan.
3. mengetahui dan memahami transplantasi organ.
4. Mengetahui dan memahami prinsip – prinsip legal tindakan keperawatan.
5. Mengetahui dan memahami malpraktik.
C. Prinsip – Prinsip Etik Tindakan Keperawatan.
Praktik keperawatan yang aman memerlukan pemahaman tentang batasan legal yang ada
dalampraktik perawat. Sama dengan semua aspek keperawatan, pemahaman tentang implikasi
hukumdapat mendukung pemikiran kristis perawat. Perawat perlu memahami hukum untuk
melindungihak kliennya dan dirinya sendiri dari masalah.
Isi dari prinsip – prinsip legal dan etis adalah :
1. Otonomi (Autonomy)
2. Berbuat Baik ( Beneficience)
3. Keadilan ( Justice)
4. Tidak Merugikan (Nonmal eficience)
5. Kejujuran (Veracity)
6. Menepati Janji (Fidelity)
7. Karahasiaan ( Confidentiality)
8. Akuntabilitas ( Accountability)
9. Informed Consent
Di Indonesia perkembangan “informed consent” secara yuridis formal, ditandai
dengan munculnya pernyataan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tentang “informed consent”
melalui SK PB-IDI No. 319/PB/A.4/88 pada tahun 1988.
Kemudian dipertegas lagi dengan PerMenKes No. 585 tahun 1989 tentang
“Persetujuan Tindakan Medik atau Informed Consent”. Hal ini tidak berarti para dokter
dan tenaga kesehatan di Indonesia tidak mengenal dan melaksanakan “informed consent”
karena jauh sebelum itu telah ada kebiasaan pada pelaksanaan operatif, dokter selalu
meminta persetujuan tertulis dari pihak pasien atau keluarganya sebelum tindakan
operasi itu dilakukan.
Secara umum bentuk persetujuan yang diberikan pengguna jasa tindakan medis
(pasien) kepada pihak pelaksana jasa tindakan medis (dokter) untuk melakukan tindakan
medis dapat dibedakan menjadi tiga bentuk.
1. Bentuk-Bentuk Persetujuan
a. Persetujuan Tertulis, biasanya diperlukan untuk tindakan medis yang mengandung
resiko besar, sebagaimana ditegaskan dalam PerMenKes No.
585/Men.Kes/Per/IX/1989 Pasal 3 ayat (1) dan SK PB-IDI No. 319/PB/A.4/88
butir 3, yaitu intinya setiap tindakan medis yang mengandung resiko cukup besar,
mengharuskan adanya persetujuan tertulis, setelah sebelumnya pihak pasien
memperoleh informasi yang adekuat tentang perlunya tindakan medis serta resiko
yang berkaitan dengannya (telah terjadi informed consent);
b. Persetujuan Lisan, biasanya diperlukan untuk tindakan medis yang bersifat non-
invasif dan tidak mengandung resiko tinggi, yang diberikan oleh pihak pasien;
c. Persetujuan dengan isyarat, dilakukan pasien melalui isyarat, misalnya pasien yang
akan disuntik atau diperiksa tekanan darahnya, langsung menyodorkan lengannya
sebagai tanda menyetujui tindakan yang akan dilakukan terhadap dirinya.
2. Tujuan Pelaksanaan Informed Consent
Dalam hubungan antara pelaksana (dokter) dengan pengguna jasa tindakan
medis (pasien), maka pelaksanaan “informed consent”, bertujuan : Melindungi
pengguna jasa tindakan medis (pasien) secara hukum dari segala tindakan medis yang
dilakukan tanpa sepengetahuannya, maupun tindakan pelaksana jasa tindakan medis
yang sewenang-wenang, tindakan malpraktek yang bertentangan dengan hak asasi
pasien dan standar profesi medis, serta penyalahgunaan alat canggih yang
memerlukan biaya tinggi atau “over utilization” yang sebenarnya tidak perlu dan tidak
ada alasan medisnya;
Memberikan perlindungan hukum terhadap pelaksana tindakan medis dari
tuntutan-tuntutan pihak pasien yang tidak wajar, serta akibat tindakan medis yang tak
terduga dan bersifat negatif, misalnya terhadap “risk of treatment” yang tak mungkin
dihindarkan walaupun dokter telah bertindak hati-hati dan teliti serta sesuai dengan
standar profesi medik. Sepanjang hal itu terjadi dalam batas-batas tertentu, maka tidak
dapat dipersalahkan, kecuali jika melakukan kesalahan besar karena kelalaian
(negligence) atau karena ketidaktahuan (ignorancy) yang sebenarnya tidak akan
dilakukan demikian oleh teman sejawat lainnya.
Perlunya dimintakan informed consent dari pasien karena informed consent
mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut :
a. Penghormatan terhadap harkat dan martabat pasien selaku manusia.
b. Promosi terhadap hak untuk menentukan nasibnya sendiri
c. Untuk mendorong dokter melakukan kehati-hatian dalam mengobati pasien
d. Menghindari penipuan dan misleading oleh dokter
e. Mendorong diambil keputusan yang lebih rasional
f. Mendorong keterlibatan publik dalam masalah kedokteran dan kesehatan
g. Sebagai suatu proses edukasi masyarakat dalam bidang kedokteran dan kesehatan.
h. Pada prinsipnya iformed consent diberikan di setiap pengobatan oleh dokter.
D. Prinsip – Prinsip Legal Tindakan Keperawatan
Sikap etis profesional yang kokoh dari setiap perawat akan tercermin dalam setiap
langkahnya, termasuk penampilan diri serta keputusan yang diambil dalam
merespon situasi yang muncul. Oleh karena itu pemahaman yang mendalam tentang
etika dan moral serta penerapannya menjadi bagian yang sangat penting dan
mendasar dalam memberikan asuhan keperawatan atau kebidanan dimana nilai-nilai
pasen selalu menjadi pertimbangan dan dihormati.
1. Advokasi
Advokasi adalah memberikan saran dalam upaya melindungi dan mendukung hak-hak
pasien. Hal tersebut merupakan suatu kewajiban moral bagi perawat, dalam
menemukan kepastian tentang dua sistem pendekatan etika yang dilakukan yaitu
pendekatan berdasarkan prinsip dan asuhan. Perawat atau yang memiliki komitmen
tinggi dalam mempraktekkan keperawatan profesional dan tradisi tersebut perlu
mengingat hal-hal :
a. Pastikan bahwa loyalitas staf atau kolega agar tetap memegang teguh komitmen
utamanya terhadap pasen.
b. Berikan prioritas utama terhadap pasen dan masyarakat pada umumnya.
c. Kepedulian mengevaluasi terhadap kemungkinan adanya klaim otonomi dalam
kesembuhan pasien.
Istilah advokasi sering digunakan dalam hukum yang berkaitan dengan upaya
melindungi hak manusia bagi mereka yang tidak mampu membela diri. Arti advokasi
menurut ANA (1985) adalah “melindungi klien atau masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan dan keselamatan praktik tidak sah yang tidak kompeten dan melanggar etika
yang dilakukan oleh siapa pun”. Fry (1987) mendefinisikan advokasi sebagai dukungan
aktif terhadap setiap hal yang memiliki penyebab atau dampak penting.
Definisi ini mirip dengan yang dinyatakan Gadow (1983) bahwa “advokasi
merupakan dasar falsafah dan ideal keperawatan yang melibatkan bantuan perawat
secara aktif kepada individu secara bebas menentukan nasibnya sendiri”. Posisi perawat
yang mempunyai jam kerja 8 sampai 10 atau 12 jam memungkinkannya mempunyai
banyak waktu untuk mengadakan hubungan baik dan mengetahui keunikan klien
sebagai manusia holistik sehingga berposisi sebagai advokat klien (curtin, 1986). Pada
dasarnya, peran perawat sebagai advokat klien adalah memberi informasi dan memberi
bantuan kepada klien atas keputusan apa pun yang di buat kilen, memberi informasi
berarti menyediakan informasi atau penjelasan sesuai yang dibutuhkan klien, memberi
bantuan mengandung dua peran, yaitu peran aksi dan peran nonaksi.
Dalam menjalankan peran aksi, perawat memberikan keyakinan kepada klien
bahwa mereka mempunyai hak dan tanggung jawab dalam menentukan pilihan atau
keputusan sendiri dan tidak tertekan dengan pengaruh orang lain, sedangkan peran
nonaksi mengandungarti pihak advokat seharusnya menahan diri untuk tidak
memengaruhi keputusan klien (Khonke, 1982). Dalam menjalankan peran sebagai
advokat, perawat harus menghargai klien sebagai induvidu yangmemiliki berbagai
karakteristik. Dalam hal ini, perawat memberikan perlindungan terhadap martabat dan
nilai manusiawi klien selama dalam keadaan sakit.
2. Responsibilitas
Resposibilitas (tanggung jawab) adalah eksekusi terhadap tugas-tugas yang
berhubungan dengan peran tertentu dari perawat. Pada saat memberikan tempat.
3. Loyalitas
Loyalitas merupakan suatu konsep yang melewati simpati, peduli, dan
hubungan timbal balik terhadap pihak yang secara profesional berhubungan dengan
perawat. Hubungan profesional dipertahankan dengan cara menyusun tujuan bersama,
menepati janji, menentukan masalah dan prioritas, serta mengupayakan pencapaian
kepuasan bersama (Jameton, 1984, Fry, 1991).
Untuk mencapai kualitas asuhan keperawatan yang tinggi dan hubungan dengan
berbagai pihak yang harmonis, loyalitas harus dipertahankan oleh setiap perawat baik
loyalitas kepada klien, teman sejawat, rumah sakit maupun profesi.
E. Kesimpulan
Setelah membahas teori, maka kita dapat :
1. Mengetahui prinsip-prinsip etika keperawatan : otonomi, beneficence, justice, moral
right, nilai dan norma masyarakat.
2. Mengetahui isue etik dalam praktik keperawatan : euthanasia,aborsi.Diketahui
transplantasi organ, supporting.
3. Mengetahui devices.
4. Mengetahui prinsip-prinsip legal dalam praktik keperawatan :malpraktik, neglected.
F. Saran
Hendaknya mahasiswa dapat benar-benar memahami dan mewujudnyatakan peran
perawat yang legal etis dalam pengambilan keputusan dalam konteks etika keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai