id=3991
Dewan Ketahanan Pangan Propinsi Jatim, yang tergabung dalam dua kelompok kerja yakni
kelompok kerja ahli dan kelompok kerja teknis, akan menindaklanjuti tujuh agenda
kesepakatan Gubenur seluruh Indonesia pada bulan Desember 2004 di Jakarta. Diantaranya
mengurangi jumlah penduduk yang kelaparan sekurang-kurangnya satu persen pertahun
dimulai tahun 2005 dan menjaga ketersediaan pangan serta mengembangkan desa mandiri.
Wakil Kepala Badan Ketahanan Pangan Propinsi Jatim sebagai Ketua Kelompok Kerja
Teknis, Ir Soekarso Reksodiharjo, saat membuka acara Rapat Pokja Teknis dan Pokja Ahli
Dewan Ketahanan Pangan Propinsi Jatim di Hotel Utami Juanda Sidoarjo, Rabu malam
(11/5) mengatakan, untuk membantu kelancaran pelaksanaan tugas Pembina Dewan
Ketahanan Pangan Gubenur Jawa Timur, diperlukan kelompok kerja yang bertugas untuk
membantu menyiapkan rumusan bahan kebijakan pemantapan ketahanan pangan yang terdiri
dari dua tim yakni kelompok kerja ahli dan teknis.
Ditempat yang sama sebagai nara sumber dari Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
Malang Dr Ir Nuhfil Hanani, sebagai ketua kelompok kerja tim ahli mengatakan, ada tiga
kelompok sasaran utama yang digarap oleh Dewan Ketahanan Pangan secara nasional yakni
meningkatnya ketahanan pangan nasional, meningkatnya nilai daya saing komoditas
pertanian dan meningkatnya kesejahteraan petani.
Nuhfil menjelaskan, standar ketahanan pangan secara internasional yakni ketersediaan
pangan masyarakat, keterjangkauan pangan oleh seluruh masyarakat, kelayakan untuk
diterima konsumen, keamanan untuk dikonsumsi dan kesejahteraan masyarakat, keluarga dan
perorangan.
Sedangkan sasaran peningkatan ketahanan pangan di Jatim, kata Nuhfil, ada sepuluh sasaran.
Diantaranya meningkatnya kesejahteraan masyarakat dan mengurangi kemiskinan serta
kelaparan, meningkatnya produksi dan ketersediaan beras secara berkelanjutan serta
meningkatanya produksi, ketersediaan dan konsumsi pangan sumber korbohidrat non beras
dan pangan sumber protein, meningkatnya keanekaragaman dan kualitas konsumsi pangan
masyarakat dan menurunnya konsumsi beras perkapita.
Sebagai ukuran keberhasilan ketersediaan pangan, ditandai dengan meningkatnya produksi
beras dan produksi karbohidrat non beras sebagai sumber protein serta meningkatnya kualitas
dan terjaminnya keamanan pangan juga meningkatnya partisipasi masyarakat dan investasi
swasta dalam pengembangan bisnis pangan, terjaminnya cadangan pangan, meningkatnya
kesejahteraan masyarakat.
Sementara untuk mengurangi jumlah penduduk yang kelaparan sekurang-kurangnya satu
persen pertahun, Dewan ketahanan pangan mengambil langkah yang ditempuh yakni
menetapkan ukuran kelaparan 70 persen dari angka kebutuhan energi 2000 kkal, dengan
sementara menggunakan data dari Dinas Kesehatan dan BPS untuk membuat peta kelaparan
di Jatim serta mengadakan survei faktor penyebab kemiskinan dengan survei singkat serta
membuat program untuk mengurangi jumlah penduduk miskin yang lapar. ”Karena sampai
saat ini mengenai data kemiskinan dan kelaparan tersebut belum ada yang falid kita
menggunakan data dari dinas kesehatan dulu” katanya
Desa mandiri pangan, kata Nuhfil, adalah desa yang masyarakatnya mempunyai kemampuan
untuk mewujudkan ketahanan pangan dan gizi, sehingga dapat menjalani hidup sehat dan
produktif dari hari ke hari, secara berkelanjutan, melalui optimalisasi pemanfaatan bahan
pangan dan mengkatkan daya beli, dengan wujud dan cara yang dipilihnya sendiri sesuai
dengan nilai-nilai sosial dan budaya serta agama. *(mdj)
http://www.indonesia.go.id/id/index.php?option=com_content&task=view&id=7938&Itemid=851
Menurutnya, kesepakatan bersama itu diputuskan sekitar 48 bupati/walikota, Sekda dan para Kepala Badan,
Kakan Ketahanan Pangan se-wilayah Sumatera dalam sidang regional Dewan Ketahanan Pangan
Kabupaten/Kota se-Sumatera tahun 2008 yang berlangsung tanggal 23 -25 Juli 2008 lalu di Hotel Grand
Mahkota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat.
Butir-butir kesepakatan sidang DKP se-Sumatera yang dipimpin Bupati Sergai HT Erry Nuradi didampingi
Wakil Ketua sidang Bupati Agam Sumbar Aristo Munandar itu, juga menyepakati peningkatan kualitas SDM
pengelola cadangan pangan pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan dalam menangani
kerawanan pangan dan gejolak harga pangan, ungkap Rachmad Karo-Karo.
Untuk pembangunan ketahanan pangan, para peserta sidang termasuk tim ahli DKP Pusat itu juga meminta
perhatian pemerintah untuk menjamin ketersediaan pupuk di tingkat petani melalui pembentukan lembaga
distribusi barang bersubsidi yang bekerjasama dengan BUMN/BUMD/Perusda di masing-masing
Kabupaten/Kota.
Meninjau
Selain itu diminta perhatian pemerintah untuk meninjau/mencermati kembali sistem distribusi pupuk yang
berlaku saat ini dan mempertimbangkan sistem yang lebih memerankan pemerintah daerah/BUMD dengan
subsidi langsung kepada petani, serta mendorong pemerintah pusat untuk melakukan kajian terhadap Inpres
mengenai HPP sesuai dengan kondisi wilayah.
Sementara untuk memperkuat cadangan pangan pemerintah daerah dan masyarakat perlu penyediaan dana
melalui APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk pengadaan cadangan pangan dalam menanggulangi masalah
kerawanan pangan masyarakat, serta peningkatan kemitraan dan peranserta Ormas/LSM dan pihak swasta dalam
membangun cadangan pangan terutama dalam menggerakkan kelembagaan lokal memperkuat kemampuan
masyarakat menolong dirinya sendiri mengatasi masalah kerawanan pangan dan gejolak harga pangan, jelasnya.
Dalam sidang DKP se-Sumatera yang diisi dengan ceramah-ceramah dari tim ahli DKP Pusat Prof. Bustanul
Arifin, Prof Dr Nuhfil Hanani, Prof Dr Ir Drajat Martianto, Kepala Badan Ketahanan Pangan Pusat Dr Achmad
Suryana, Bupati Madina Amru Daulay SH, Bupati Tebo Provinsi Jambi itu, menurut Rosmeli Nasution yang juga
hadir pada sidang DKP itu, peserta sidang memberikan apresiasi atas keberhasilan Kabupaten Sergai Provinsi
Sumatera Utara yang berhasil dalam mengembangkan Lumbung Pangan Desa (LPD) sesuai hasil kunjungan
peserta sidang DKP se wilayah Jawa ke Sergai pada tanggal 10 Juli 2008 lalu. (Ana)
sumber:http://www.bainfokomsumut.go.id/open.php?id=3567&db=berita
http://bkp.deptan.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=150&Itemid=9
Masalah cadangan pangan mendapat perhatian serius dari para Gubernur selaku Ketua Dewan
Ketahanan Pangan Provinsi. Hal ini menjadi pembahasan utama dalam Konferensi Dewan Ketahanan
Pangan Tahun 2008 yang bertemakan “Memperkuat Cadangan Pangan Menuju Indonesia Tahan
Pangan dan Gizi 2015”. Konferensi Dewan Ketahanan Pangan Tahun 2008 yang telah diselenggarakan
selama 3 hari dari tanggal 12 – 14 Nopember 2008 di Jakarta, dihadiri oleh para Gubernur selaku
Ketua Dewan Ketahanan Pangan Provinsi, Ketua Harian dan Sekretaris Dewan Ketahanan Pangan
Provinsi, Ketua/Anggota DPRD Provinsi yang membidangi pertanian, Pokja Ahli dan Pokja Teknis
Dewan Ketahanan Pangan serta undangan dari stakeholders terkait lainnya.
1. Melanjutkan komitmen untuk mengurangi jumlah penduduk yang kelaparan sebagai salah satu indikator
kemiskinan sekurang-kurangnya 1 persen per tahun sampai tahun 2015 sesuai dengan target Millenium
Development Goals (MDGs) dengan mengalokasikan anggaran yang memadai sesuai dengan kemampuan
daerah masing-masing.
2. Meningkatkan pelayanan gizi dan kesehatan kepada masyarakat miskin yang terintegrasi dengan program
penanggulangan kemiskinan dan keluarga berencana dalam rangka mengurangi penderita gizi kurang
menuju Indonesia Tahan Pangan dan Gizi 2015, serta mengkoordinasikan upaya-upaya pemerintah provinsi
dan masyarakat serta upaya pemerintah pusat yang ada di provinsi agar dapat mencapai penurunan
kelaparan dan kemiskinan secara efektif dan efisien dengan mengutamakan kemandirian masyarakat.
3. Melaksanakan percepatan penganekaragaman pangan dan meningkatkan citra pangan lokal dengan
menghargai, melindungi dan mengembangkan pangan lokal sebagai penghargaan atas keberagaman dan
kekayaan budaya bangsa, sebagai basis pengembangan pola pangan nasional yang beragam, bergizi
seimbang, aman dan halal untuk dikonsumsi.
4. Membangun dan mengembangkan cadangan pangan pemerintah daerah provinsi serta mendorong dan
mengkoordinasikan pengembangan cadangan pangan pemerintah daerah kabupaten/ kota dan desa,
sebagai salah satu upaya untuk menstabilkan pasokan dan harga pangan, membangun kesiapan
menghadapi kerawanan pangan transien, dan mengembangkan agribisnis pangan masyarakat.
5. Mendorong dan mengakomodasikan partisipasi masyarakat, swasta dan BUMN/BUMD serta melakukan
kerja sama dengan organisasi sosial masyarakat (kelompok adat dan keagamaan), untuk bersama-sama
membangun cadangan pangan masyarakat melalui pembinaan, fasilitasi, dan pendampingan serta
pemanfaatan dana Corporate Social Responsibility (CSR) bagi kelompok-kelompok masyarakat disekitarnya.
9. Dewan Ketahanan Pangan agar menyusun Kebijakan Pengembangan Komoditas Pangan Lokal dan
Perdagangan Pangan antar Daerah sebagai bagian dari upaya mewujudkan Kesepakatan Bersama dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.