Mengetahui, Bandung,
Ketua Ketua Tim Pengusul
Program Studi Sarjana Keperawatan
Mengetahui,
Kepala Unit Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat Institusi Kesehatan Rajawali
Diani Aliansy, SST.,
M.Kes NIK
307.108.007
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Analisis Situasi
Salah satu permasalahan pada anak usia sekolah adalah perilaku jajan yang tidak sehat,
makanan jajanan adalah makanan dan atau minuman yang diolah oleh pengrajin makanan di
tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum
(Permenkes no. 236,1997). Jajanan di sekolah harus mendapat perhatian dari pihak sekolah
dalam rangka menjaga kesehatan siswa dari bahaya yang terdapat dalam jajanan sekolah
sehingga perlu pengawasan secara komprehensif bersama Dinas Kesehatan dan Dinas
Perindustrian dan Perdagangan.
Hasil penelitian Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) tahun 2012
mengungkapkan bahwa sebanyak 76% pangan jajanan anak sekolah (PJAS) di Indonesia
telah memenuhi persyaratan keamanan, ini menunjukan masih ada 24 % yang belum
memenuhi syarat, berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium pada 68 sampel yang
diperiksa, ditemukan 18 % sampel mengandung bahan kimia berbahaya (Sumber, Dinas
Kesehatan, 2014), oleh karena itu diperlukan pemberian pemahaman yang baik kepada siswa
akan bahayanya makanan jajanan tersebut.
Berdasarkan hasil observasi awal di SD Negeri Cijerah didapatkan bahwa SDN Cijerah
tidak memiliki kantin di sekolah. Hanya terdapat penjaja jajanan anak sekolah di luar
sekolah. Perilaku jajan pada anak sekolah yang sangat tinggi, serta kebersihan jajanan yang
kurang (terdapat beberapa penyaji jajanan terbuka) serta hampir semua penyaji makanan
menggunakan bahan makanan tambahan seperti bumbu penyedap, saus dan lain lain.
(Laporan kegiatan abdimas tahun 2015).
Rendahnya tingkat keamanan pangan jajanan anak sekolah (PJAS) masih menjadi
permasalahan penting. Data pengawasan PJAS yang dilakukan BPOM (Balai Besar
Pengawasan Obat dan Makanan) RI Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan bersama 26
Balai Besar/Balai POM di seluruh Indonesia pada tahun 2007 menunjukkan bahwa 45%
PJAS tidak memenuhi syarat karena mengandung bahan kimia berbahaya seperti formalin,
boraks, rhodamin, mengandung bahan tambahan pangan (BTP), seperti siklamat dan benzoat
melebihi batas aman serta mengandung bakteri S. aureus dan E. Coli melebihi batas (BPOM
RI, 2009).
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di Sekolah Dasar Negeri
Cijerah diketahui bahwa lebih dari separuh siswa di sekolah tersebut membeli jajanan di
sekolah ketika waktu istirahat berlangsung dan setelah jam sekolah usai. Hal ini didukung
pula dengan banyaknya penjaja makanan di lingkungan sekolah yang menjual beragam
makanan dan minuman. Selain itu, adanya pengaruh orang tua yang mengizinkan anak-anak
mereka untuk membeli makanan jajanan disekolah.
Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku jajan pada anak sekolah diantaranya
pengetahuan, sikap, ketersediaan jajanan, biaya/bekal siswa serta peran guru di sekolah.
Faktor-faktor ini baik yang mempermudah, pemungkin maupun penguat semuanya sangat
berperan penting dalam perubahan perilaku jajan anak sekolah sehingga perlu pembinaan dan
pengawasan dari semua pihak terutama pihak sekolah sehingga dapat mengurangi resiko dari
bahaya jajanan sekolah. ( Fitriani, 2011)
Tujuan dari pengabdian ini untuk mengetahui faktor faktor yang berhubungan dengan
perilaku jajan sembarangan pada anak, dan pemberian edukasi bahaya jajan sembarangan
pada anak di sekolah SD Negeri Cijerah Tahun 2021.
1.2. Permasalahan Mitra
etnis dan tingkat sosial ekonomi dengan bahaya yang ditimbulkan dari akibat jajan
sembarangan, hal ini sangat berisiko bagi pertumbuhan maupun perkembangan anak. Selain
itu, kelonggaran yang diberikan oleh orang tua, akses terhadap jajanan yang mudah di
dapatkan, serta kebiasaan anak saat ini yang banyak menunjukkan perilaku jajan
sembarangan di era zaman sekarang yang mudah dibeli, contohnya pembelian makanan
pinggir jalan hingga makanan yang dapat di pesan lewat online,hal ini juga dapat
meningkatkan risiko anak untuk meniru pembelian makanan sembarangan yang mereka
lihat dalam lingkungan serta acces gadget. Maraknya penggunaan sosial media melalui
internet di kalangan anak saat ini juga berpotensi untuk menjadi salah satu media untuk
melakukan pembelian makanan sembarangan yang dapat dilakukan secara online.
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan siswa/i untuk mencegah bahaya anak terkena
1.1. Target
Sasaran kegiatan ini adalah siswa dan siswi sekolah dasar yang merupakan
sekolah. Target dari kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini adalah peserta didik
dan guru di sekolah. Tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut:
sembarangan
1.2. Luaran
2. Mencegah bahaya yang ditimbulkan dari makan jajanan sembarangan, sehingga dapat
menciptakan prinsip hidup sehat yang baik dan aman untuk anak dalam belajar
mengajar di sekolah.
3. Dapat mengetahui lebih banyak tentang jajanan sehat serta menambah pegetahuan
bahaya yang ditimbulkan dari makan jajanan sembarangan di sekolah. Dana yang
diperlukan dalam kegiatan ini sebesar Rp. 2.000.000,- (Dua juta Rupiah) yang berasal dari
Sasaran strategis dari kegiatan ini adalah pelajar di sekolah yang dianggap strategis
karena pada usia ini adalah usia yang masih belum memiliki pengetahuan yang baik tentang
BAB 5
HASIL LUARAN YANG DICAPAI
Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 01 Juni 2021
mulai pukul 09.00 WIB. Sebagai tenaga pelaksana adalah mahasiswa sebagai penyuluh. Jumlah
siswa-siswi yang mengikuti penyuluhan adalah 52 orang. Kegiatan dimulai dengan pembukaan
oleh Dosen, dilanjutkan dengan perkenalan dengan Mahasiswa dari Institut Kesehatan Rajawali.
Penyuluhan dibuka oleh Ketua Tim yang menjelaskan maksud dan tujuan pnyuluhan.
Sebelum dimulai, ketua tim memberikan pertanyan-pertanyan sebagai pre-test kepada hadirin.
Lalu penyuluhan dilakukan oleh 1 orang Dosen. Sebelum penyuluhan berakhir tim penyuluh
melakukan acara tanya jawab sebagai bentuk Post-Test. Kemudian kegiatan ditutup oleh ketua
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa pihak sekolah telah melakukan upaya dalam
serta pendidikan karakter. Upaya pencegahan tindakan jajanan sembarangan ini tidak hanya
dilakukan oleh guru sendiri namun dilakukan pengawasan secara menyeluruh dan dilakukan oleh
semua pihak baik dari guru, petugas keamanan dan petugas kebersihan sekolah. Pencegahan anti
makan jajanan sembarangan juga menjadi tugas dan kewajiban guru selain memberikan
pembelajaran pada siswa. Tugas tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan RB) No 16 tahun 2009 Bab II tentang
RUMPUN JABATAN, JENIS GURU, KEDUDUKAN, DAN TUGAS UTAMA Guru pasal 5
ayat (1) dikatakan bahwa ”Tugas utama Guru adalah mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah serta tugas tambahan yang
Peranan guru disekolah adalah sebagai pegawai dalam hubungan kedinasan, sebagai
pendidik dalam hubungannya dengan siswa, sebagai pengatur disiplin, dan sebagai pengganti
orangtua. Seorang guru difungsikan untuk mengendalikan, memimpin dan mengarahkan events
(waktu) pengajaran. Sedangkan siswa sebagai yang terlibat langsung, sehingga dituntut
keaktifannya dalam proses pengajaran. Siswa disebut obyek pengajaran kedua, karena
pengajaran itu tercipta setelah ada beberapa arahan dan masukan dari obyek pertama (guru)
selain kesediaan dan kesiapan siswa itu sendiri sangat diperlukan untuk terciptanya proses
pengajaran (Putri, 2016). Pencegahan terhadap perilaku jajan sembarangan ini diperlukan
kebijakan menyeluruh yang melibatkan seluruh komponen sekolah mulai dari guru, siswa,
kepala sekolah sampai orang tua murid, yang tujuannya adalah untuk dapat menyadarkan seluruh
komponen sekolah tentang bahaya terselubung dari perilaku makan jajanan sembarangan ini.
Kebijakan tersebut dapat berupa program anti makan jajanan sembarangan di sekolah
antara lain dengan cara menggiatkan pengawasan, pemahaman konsekuensi serta komunikasi
yang bisa dilakukan efektif antara lain dengan Kampaye Stop jajan sembarangan di Lingkungan
sekolah dengan sepanduk, slogan, stiker, workshop bertemakan stop jajan sembarangan serta
memberikan aturan membawa makanan/bekal nasi dari rumah serta membiasakan makan tidak
Kesemuanya ini dilakukan dengan tujuan paling tidak dapat meminimalisir atau bahkan
Pembentukan Program khusus dari pihak sekolah yang ditujukan dalam mencegah makan
jajanan sembarangan
Salah satu program dari sekolah untuk mencegah tindakan jajan sembarangan oleh siswa
adalah dengan memberikan pendidikan karakter. Pendidikan karakter ini diharapkan mampu
membentuk kepribadian siswa yang sehat dan saling menyayangi dan menghargai antar teman.
Pendidikan karakter yang dikembangkan di sekolah tempat penelitian ini berlangsung adalah
dengan melakukan kegiatan makan bersama pada saat jam istirahat dengan makan makan yang
dibekal menggunakan misting dari rumah atau membiasakan hidup makan tanpa sterofoam.
Penelitian dari Saputri (2013) mendukung penelitian ini, menjelaskan bahwa pelaksanaan
pendidikan karakter di SD Kasihan dilaksanakan melalui tiga cara yaitu melalui pengintegrasian
2016).
Upaya penanganan jajan sembarangan yang dilakukan guru sangatlah penting untuk
membiasakan siswa hidup sehat sejak usia sekolah dasar. Sesuai dengan hasil penelitian dari
Sinta Fitriani (20165) menyebutkan bahwa penanganan perilaku makan jajanan sembarangan
yang dilakukan siswa SD Cikunir yaitu dengan menanamkan nilai-nilai karakter pada siswa,
mencari tahu latar belakang siswa, pengetahuan, sikap, kebiasaan membawa bekal dari rumah,
peran guru serta perilaku jajan, menelusuri permasalahan yang sebenarnya terjadi, memberikan
nasihat kepada siswa yang dihubungkan dengan muatan dalam pembelajaran di kelas,
menumbuhkan jiwa empati sesama siswa. Senada dengan itu penelitian dari Sulaeman Engkong
(2018) menyebutkan bahwa salah satu upaya penanganan makan jajanan sembarangan di SD
Negeri 16 kota Manado 3 yaitu dengan pencegahan melalui menanamkan pendidikan karakter,
Program anti makan jajanan sembarangan melalui pendidikan karakter di tempat penelitian
sangat efektif. Hal ini dibuktikan dengan tidak ditemukannya kasus makan jajanan sembarangan.
Sekolah ini memberikan pendidikan karakter melalui kegiatan keagamaan serta menyelipkan
dalam kegiatan belajar mengajar sehingga diharapkan dapat membentuk karakter siswa yang
menerapkan prinsip hidup sehat. Pengetahuan untuk makanan dan kesehatan itu sangat penting
untuk dipahami karena pengetahuan makanan dan kesehatan adalah kebiasaan yang rutin
dilakukan oleh manusia sehingga harus memahami tentang makanan atau jajanan apa dan mana
saja yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi untuk kesehatan tubuh. (Amelia Kindi, 2013).
Pembentukan pengetahuan anak tentang makanan dan kesehatan siswa yang dapat dilihat
ari suatu kebiasaan baik anak diharapkan dapat memberikan dampak positif baik bagi individu
secara personal maupun bagi lingkungannya. Hal ini sesuai denagan pendapat dari Aditya bahwa
pendidikan karakter dan kebiasaan anak adalah usaha yang dapat dibentuk sejak dini, agar anak
terbiasa dalam menentukan pilihan hidup dan dapat menerapkan prinsip hidup sehat, sehingga
mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya terutama dirinya
sendiri.
Melalui program pendidikan karakter untuk mencegah bahaya makan jajanan sembarangan
ternyata terbukti bawa tidak terjadi kejadian anak terkena penyakit yang tidak diinginkan di
sekolah tempat penelitian, artinya bahwa pogram anti makan jajanan sembarangan efektif dalam
mencegah bahaya jajan sembarangan di sekolah (Aditya, 2015). Bentuk media pencegahan jajan
sembarangan yang digunakan oleh pihak sekolah Hasil penelitian menemukan bahwa media
yang digunakan dalam penyuluhan tentang anti makan jajanan sembarangan adalah aturan yang
ditetapkan pihak sekolah. Salah satu upaya pencegahan bahaya jajan sembarangan adalah
Penayangan film yang efektif sebagai media promosi kesehatan terutama di sekolah harus
disesuaikan dengan waktu pembelajaran siswa dan film yang disajikan tidak membosankan dan
memiliki durasi pendek dalam penayangannya. Sesuai waktu pembelajaran; Film yang
digunakan sebagai media promosi kesehatan di sekolah disesuaikan dengan alokasi waktu
pembelajaran disekolah yaitu maksimal 2 X 45 menit per pertemuan dan dalam penayangannya
dapat dilakukan berulang sehingga akan memberikan dampak kuat pada pribadinya.
Durasi pendek; Film pendek dapat dijadikan film pendidikan karena durasi penayangan
yang pendek dibawah 30 menit sehingga memiliki pemahaman bahasa gambar yang lebih jernih
dengan menggunakan tanda atau simbol yang secara tidak langsung dapat menggambarkan suatu
keadaan atau cerita. Unsur-unsur seperti tema cerita, ide cerita, alur cerita, isi pesan, latar,
konflik, penokohan serta dialog dapat disampaikan secara utuh dalam waktu yang singkat dan
Kebijakan anti makan jajanan sembarangan sekolah tidak berjalan sendirian namun dengan
melibatkan orang tua. Pelibatan orang tua ini sangat bermanfaat karena dapat mencegah
terjadinya salah persepsi dan salah komunikasi sehingga orang tua memahami program yang
dilaksanakan oleh sekolah. Program anti makan jajanan sembarangan ini kemudian juga akan
dikembangkan di rumah di mana peran orang tua sangat dominan. Jajan sembarangan masih
dapat dicegah dan dapat dihentikan dengan menjaga komunikasi dan kebiasaan baik yang
dilakukan disekolah dan binaan dari orang taua. Dengan menciptakan waktu untuk
berkomunikasi dan kebiasaan baik, kita dapat mengenali potensi timbulnya suatu masalah dan
Orang tua memegang peranan penting dalam proses perkembangan anak. Namun sebagai
orang tua, harus mengakui bahwa terkadang orang tua menyerahkan sepenuhnya masalah
pendidikan dan kesehatan yang anak-anak hadapi di sekolah kepada para pendidik di sekolah.
Dalam menghadapi kesehatan, peran orang tua dan pendidik di sekolah sama pentingnya. Orang
tua dan guru di sekolah harus bekerjasama untuk membantu agar suatu kebaikan, kesehatan serta
kebiasaan itu sendiri agar tercipta sebuah lingkungan yang positif antar sesama siswa di sekolah
(Sinta, 2015).
Mendeskripsikan komitmen sekolah dalam pencegahan sekolah sehat
tersebut memang tidak tertulis tersendiri dalam bentuk surat keputusan kepala sekolah namun
telah disepakati bersama. Kebijakan ini sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya penyakit
pada anak yang tidak diinginkan dan bahaya yang lainnya di sekolah. Perilaku jajan
sembarangan merupakan suatu kebiasaan yang seringkali tidak terhindarkan terutama di sekolah.
Jajan sehat atau makanan sehat adalah makanan yang mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan
oleh tubuh manusia. Makanan sehat mengandung gizi yang seimbang, yaitu makanan yang sehat
untuk dikonsumsi.
Seseorang yang bisa dikatakan menjadi korban apabila dia mengkonsumsi makanan yang
dibeli pada sembarang tempat (secara sengaja membuat dirinya terancam penyakit atau membuat
dirinya dalam bahaya) dengan jangka waktu sekali atau berkali-kali bahkan sering atau menjadi
sebuah pola hidup seseorang atau lebih. Pencegahan bahaya makan jajanan sembarangan di
sekolah dapat dilakukan dengan cara merancang dan membuat desain program pencegahan yang
berisikan pesan kepada murid bahwa perilaku jajan sembarangan tidak diperkenankan di sekolah
dan membuat kebijakan “anti makan jajanan sembarangan”. Membangun komunikasi dan
kebiasaan baik disekolah akan membuat kesehatan dan kebiasaan baik efektif antara guru dan
murid. Diskusi dan ceramah mengenai perilaku anti makan jajanan di sekolah. Menciptakan
suasana lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan kondusif. Menyediakan bantuan kepada
murid dengan menyediakan tempat makan secara gratis yang diambil dari dana sumbangan
sukarela. Melakukan pertemuan berkala dengan orangtua atau komite sekolah tentang kebiasaan
Orang tua siswa sangat mendukung kebijakan sekolah tentang pencegahan tindakan jajan
sembarangan. Orang tua memberikan respon yang positif sehingga pihak sekolah memiliki
dukungan yang kuat dari sekolah guna mencegah tindakan jajanan sembarang di sekolah. Pihak
sekolah perlu melakukan komunikasi dengan orang tua siswa seperti temu orang tua siswa atau
melalui teknologi yang ada saat ini seperti dikumpulkannya orang tua dalam grup Whatshap
sehingga orang tua dan guru kelas mampu terus berkomunikasi terkait dengan kemampuan
belajar anak serta memantau perkembangan anak termasuk mencegah makan jajanan
sembarangan.
Jika ada korban siswa yang terkena penyakit maka pihak sekolah bersedia untuk
melakukan pendampingan guna menjaga anak agar tidak terkena penyakit. Program
pendampingan ini sangat diperlukan karena memang korban siswa yang terkena penyakit
memiliki dapak yang mendalam dan panjang sehingga anak menjadi rentan terkena penyakit
jagka pendek maupun jangka panjang, oleh sebab itu hal ini membutuhkan pendampingan yang
baik sehingga bisa segera ditangani dengan mudah. Jajan sembarangan ternyata tidak hanya
memberi dampak negatif pada anak, melainkan juga pada orang tua dan wali di sekolah. Jajan
sebarangan, dari berbagai penelitian, ternyata berhubungan dengan meningkatnya tingkat wabah
penyakit, populasi anak menurun, penurunan nilai akademik, dan tindakan jajan sebaragan yang
mudah diakses. Jaja sembarangan juga menurunkan kemampuan dan perkembangan anak
menurun.
Para anak yang makan sembrangan berpotensi tumbuh sebagai anak yang akan terganggu
yang tidak memakan makanan dari jajan sembarangan. Kesulitan menanggapi sebuah pelajaran
di lingkungan sekolah menjadi salah satu faktor dari makan jajanan sembarangan, hal ini karena
makanan yang dikonsumsi anak kurang baik. Hal lain yang dapat ditimbulkan dari
akademisnya atau sering sengaja tidak masuk sekolah karena anak kurang sehat dan tidak
mampu untuk mengikuti pelajaran di sekolah. Yang paling ekstrim dari dampak psikologis ini
adalah stres atau emosi berlebihan yang dapat memicu dari sindrom iritasi usus. Sisdrom iritasi
usus ini merupakan penyakit pada usus besar, yang ditandai dengan nyeri perut, perut kembung,
diare atau konstipasi. Pasalnya, ketika seseorang stres, stres akan mengganggu kondisi otak,
sembarangan
Program anti makan jajajan sembarangan ini akan terus dilakukan evaluasi guna
pengembangan selanjutnya. Hal ini terjadi karena program yang selama ini telah berjalan
tentunya masih membutuhkan banyak penyempurnaan. Evaluasi seperti ini tentunya akan
membantu untuk mendapatkan bentuk formulasi program yang terbaik yang bisa diterapkan di
sekolah guna mencegah kejadian bahaya yang ditimbulkan dari makan jajanan sembarangan, dan
mencegah anak agar tidak mudah terkena penyakit dan anak tetap sehat agar tetap bisa mengikuti
Langkah atau tahapan tersebut yaitu berawal dari laporan perilaku siswa dan suasana
sekolah yang kurang nyaman yang kemudian ditampung dalam beberapa kali rapat guru,
pelaksanaan workshop ‘Perilaku Anak’ untuk menggali masalah siswa lebih lanjut, perancangan
program, sosialisasi program ke dewan guru dan komite sekolah, dan sosialisasi ke orang tua.
Langkah atau tahapan perancangan program tersebut telah sesuai dengan langkah-langkah untuk
mengembangkan kebijakan anti makan jajanan sembarangan menurut Ken Rigby yang meliputi;
a) mengadakan pertemuan dengan staf sekolah; b) membuat penggunaan yang tepat dari
informasi yang diberikan oleh staf, orang tua, dan juga siswa; c) membahas implikasi dari
temuan dan menyoroti kebutuhan seluruh sekolah; d) merumuskan rancangan program anti
makan jajanan sembarangan sekolah ditujukan untuk kelompok perwakilan siswa dan orang tua;
e) memastikan bahwa draft program diperiksa oleh semua pihak yang berkepentingan dan jika
pencegahan kejadian makan jajanan sembarangan telah dilakukan dengan berbagai program
seperti pengawasan, penyuluhan dan pendidikan karanter kebiasaan anak yang selama ini telah
terbukti efektif. Sekolah memiliki komitmen yang kuat dalam pelaksanaan program anti makan
jajanan sembarangan yang telah berlangsung dalam jangka waktu yang lama dalam bentuk
kesepakatan bersama serta dalam bentuk janji siswa. Sekolah memberikan respon yang baik
pendampingan jika ada anak yang terkena penyakit dan melalukan pembinaan terhadap pelaku
makan jajanan sembarangan serta melakukan evaluasi program untuk dilakukan perbaikan-
perbaikan Sekolah dapat terus menerapkan pengawasan bahkan jika diperlukan dilakukan
pemasangan CCTV di setiap sudut sekolah untuk memberikan pengawasan yang ketat kepada
setiap perilaku siswa terhadap perilaku jajan sembarangan. Sekolah juga diharapkan dapat
secara tertulis.
SARAN
2. Perlu pengembangan fasilitas yaitu pengadaan buku pembelajaran anti makan jajanan
sembarangan.
Daftar Pustaka