Anda di halaman 1dari 98

METODOLOGI PENELITIAN

Diajukan kepada Dosen Pengajar Ibu Dr.Eny Kusmiran, S.kp., M.Kes.


untuk Memenuhi Salah satu Tugas Individu pada Mata Kuliah Metodologi
Penelitian Semester 6

Disusun Oleh:
Reva Nuraeni
1118007
Keperawatan III/A

FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN TINGKAT III
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2020
2.1 BIDANG KEAHLIAN : KEPERAWATAN MEDIKAH BEDAH

2.2 KASUS : HIPERTENSI

KAJIAN MASALAH : Hipertensi pada Lansia

Konsep Dasar :

Masalah penelitian menurut Destiara Hesriantica Zaenurrohmah (2017),


adalah terdapat hubungan antara pengetahuan dengan tindakan
pencegahan. Akan tetapi Pengetahuan lansia mengenai hipertensi sudah
cukup, meskipun mayoritas lansia berpendidikan sekolah dasar tidak
menjadi penghambat lansia untuk meningkatkan pengetahuan.

Masalah penelitian menurut Maryam Suaib (2018). Adalah terdapat


Hubungan Evaluasi penderita hipertensi tentang stroke dengan Perilaku
pencegahan.

Masalah penelitian menurut Rina Lidia (2018). Adalah Hipertensi atau


tekanan darah tinggi dipengaruhi oleh banyak faktor seperti faktor jenis
kelamin dan pekerjaan pada penjelasan data demografi responden,
sehingga faktor tunggal yaitu stres tidak dapat dijadikan acuan untuk
menyatakan seseorang hipertensi

Masalah penelitian menurut Hasbi Taobah Ramdani, dkk (2017) adalah


Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat stres dengan kejadian
hipertensi pada penderita hipertensi

Masalah penelitian menurut Hamonangan Damanik (2016) adalah


terdapat hubungan antara penyakit Hipertensi dengan perilaku
pemahaman masyarakat terhadap penyakit hipertensi.

2.3 Sumber-sumber masalah penelitian dapat dimulai dengan


ditemukannya kesenjangan antara hal yang diinginkan dengan yang kita
dapatkan dilapangan/dilingkungan tempat yang ada disekitar kita, penyakit
Hipertensi pada lansia dapat terjadi kapan saja, dan dapat terjadi
komplikasi jika tidak diobati dengan cara yang baik, melihat keadaan saat
ini yang sedang maraknya virus Covid-19 banyak masyarakat yang
memilih untuk tidak bepergian ataupun sekedar untuk kontrol penyakitnya.
Seharusnya untuk penyakit Hipertensi terkhusus untuk lansia tetap
mengikuti njuran untuk berobat ataupun kontrol rutin agar tidak terjadi
komplikasi, pentig untuk kita pahami bahwa faktor yang dapat
mempercepat penyembuhan penyakit hipertensi ini tidak hanya secara
nonverbal atau obat-obatan pendukung namun interaksi secara verbal
melalui pendekatan antar kerabat, teman atau masyarakat menjadi
pendukung untuk mempercepat proses penyembuhan.

Salah satu penanganan hipertesi secara garis besar menurut Lewis


(2000) dalam Endang Griyant 2014 bahwa penanganan hipertensi dapat
dibagi menjadi 2 jenis, yaitu non farmakologis dan farmakologis kondisi
patologis hipertensi memerlukan penanganan atau terapi untuk
mengontorol tekanan darah. Salah satu cara untuk penanganan hipertensi
non farmakologis yaitu adanya pendekatan secara verbal melalui interaksi
langsung sesama kerabat dekat, penyuluhan kesehatan dll.

2.4 Fakta/Data (F1) :

a. Penyakit terbanyak pada usia lanjut berdasarkan Riset kesehatan


Dasar tahun 2013 adalah Hipertensi. Dengan prevalensi 45,9% pada
usia 55-64% dan 63,8% pada usia lebih dari 75 tahun (infodatin
Kemenkes RI 2016).

b. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu


lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal
ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan
stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan
yang memadai. Penyakit hipertensi dapat menyebabkan berbagai
komplikasi. Hipertensi mencetuskan timbulnya plak aterosklerotik di
arteri serebral dan arteriol, yang dapat menyebabkan oklusi arteri,
cedera iskemik dan stroke sebagai komplikasi jangka panjang
(yonata, 2016).

c. Dampak dari penyakit hipertensi para lansia dapat memicu terjadinya


resiko serangan jantung, stroke, dan gagal ginjal. Tekanan darah
yang terus meningkat mengakibatkan beban kerja jantung yang
berlebihan
sehingga memicu kerusakan pada pembuluh darah, gagal ginjal,
jantung, kebutaan dan gangguan fungsi kognitif pada lansia. Penyakit
kardiovaskular akibat hipertensi dapat menyebabkan masalah pada
kejadian hipertensi lanjut usia, sehingga kejadian hipertensi para
lanjut usia akan terganggu dan angka harapan hidup lansia juga akan
menurun. Lanjut usia dapat dinyatakan memiliki tingkat kejadian
hipertensi yang baik, bila suatu kondisi yang menyatakan tingkat
kepuasan secara batin, fisik, sosial, serta kenyamanan dan
kebahagiaan hidupnya (Kustanti, 2012).

d. Pada lansia terjadi perubahan fisik, lansia mengalami penurunan yaitu


perubahan pada sel dan sistem tubuh. Perubahan yang terjadi pada
sistem kardiovaskuler menyebabkan lansia rentan terhadap berbagai
penyakit degeneratif, salah satunya hipertensi (Darmojo, 2006).

e. Sesuai dengan survei di Indonesia yang dilakukan dalam


masyarakat, telah dikumpulkan angka-angkanya, prevalensi
hipertensi berkisar 6 –
15 % dari seluruh penduduk di Indonesia. Sedangkan data dari
Depertemen Kesehatan Sumatra Utara Tahun 2009 didapatkan 11%
penduduk di Medan menderita hipertensi dari angka tersebut 60%
penderita hipertensi terkena stroke (Marliani, L 2009).

f. Prevalensi hipertensi di Indonesia yang di dapat melalui pengukuran


pada umur ≥ 18 tahun sebesar 25,8 %, tertinggi di Bangka Belitung
(30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur
(29,6%) dan Jawa Barat (29,4%). Prevalensi hipertensi di Indonesia
yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan
sebesar 9,4 persen, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang
minum obat sebesar 9,5 persen (RISKESDAS, 2013).
F2 :

a. Mayoritas lansia memiliki tingkat pendidikan yang rendah yaitu tingkat


sekolah dasar (SD) sejumlah 68% lansia. Pendidikan berkaitan
dengan pekerjaan dan penghasilan yang diterima, besarnya
penghasilan seseorang berpengaruh terhadap preferensi makan
seseorang (Nur, 2009).

b. Pendidikan merupakan salah satu factor yang memengaruhi


seseorang dalam menyerap dan memahami pengetahuan yang
diperolehnya. Semakin banyak informasi yang masuk, maka semakin
banyak pula pengetahuan yang diperoleh, termasuk pengetahuan
kesehatan (Cristy, 2014).

c. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang penting untuk


terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan adalah faktor intern
yang mempengaruhi terbentuknya perilaku. Perilaku seseorang
tersebut akan berdampak pada status kesehatannya (Notoatmodjo,
2010).

d. Support keluarga adalah hal penting bagi individu daIam


menyelesaikan masaIah. jika ada dukungan, maka rasa percaya diri
bertambah dan motivasi akan meningkat (Stuart and Sundeen, 2002).

e. Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang


dimaksud sehingga dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip
yang telah diketahui tersebut seperti merencanakan progam
kesehatan. (Notoadmojo, 2007).

f. Semakin tinggi tingkat stres yang dialami oleh seseorang maka


hipertensi yang dialaminyapun akan semakin tinggi pula, sebaliknya
semakin ringan tingkat stres yang dialami oleh seseorang maka
semakin ringan pula hipertensi yang dialaminya (Fajar Hermawan
2014).
SPIDER WEB

Mengingat kembali Bahasa Post Power Syndrom

Perhatian dan kalkulasi Insomnia


Gngguan
Registrasi Kognitif

Orientasi Ansietas
Lansia
Sosial
Depresi
Gangguan
Pen
interaksi yakit
Deg Jantung
Sosial Lolinnes ener Imobilisasi
atif
Konflik antar Lansia

Hipertensi Ketergantungan

Osteoartritis Inkontenensia

Dementia

KEASLIAN PENULISAN
NO JUDUL KARYA VARIABEL JENIS HASIL
ILMIAH PENELITIAN
DAN PENULIS
1 Hubungan pengetahuan pengetahuan Observasio Hasil penelitian ini
dan riwayat hipertensi , riwayat dengan didapatkan bahwa tidak
dengan Tindakan hipertensi, pendekatan terdapat hubungan
pengendalian tekanan tekanan cross antara pengetahuan
darah pada lansia by darah, sectional dengan tindakan
Destiara Hesriantica pengendalia pencegahan.
Zaenurrohmah1, Riris n
Diana Rachmayanti
(2017)
2 Hubungan tingkat pengetahuan Cross sectional Terdapat hubungan
pengetahuan dengan , Hipertensi, tingkat pengetahuan
kejadian hipertensi Pada Lansia dengan kejadian
lansia by Maryam Suaib hipertensi pada lansia
(2018). di Desa Minanga Tallu
Kecamatan Sukamaju
Kabupaten Luwu Utara
Utara Tahun 2018, p =
0,002 < α = 0,05.
3 Hubungan tingkat stres Hipertensi, Cross Faktor tingkat stres
dengan kejadian stress sectional tidak dapat dijadikan
hipertensi pada lansia di acuan terjadinya
puskesmas rawat inap hipertensi pada lansia,
cempaka by Rina Lidia karena masih banyak
(2018). faktor yang dapat
menyebabkan
hipertensi.
4 Hubungan tingkat stres Stress, deskriptif Terdapat hubungan
dengan kejadian Hipertensi. analitik yang bermakna antara
hipertensi tingkat stres dengan
Pada penderita hipertensi kejadian hipertensi
by Hasbi Taobah pada penderita

Ramdani, dkk (2017). hipertensi di


Puskesmas
DTP Wanaraja
5 Hubungan pengetahuan Kuliatas diskriptif Hubungan
penderita hipertensi kehidupn korelatif Pengetahuan penderita
tentang Stroke dengan kerja, kinerja, dengan hipertensi tentang
perilaku pencegahan perawat, pendekatan stroke dengan Perilaku
stroke Di puskesmas Rumah sakit cross sectional pencegahan.
helvetia medan by
Hamonangan Damanik
(2016)
2.5 Sumber-sumber yang di dapatkan dari beberapa penelitian diatas
terdapat kesenjangan bahwa Hipertensi dapat menimbulkan komplikasi
akan tetapi ada beberapa faktor yang seharusnya dapat dicegah atau
dapat diobati, salah satunya dengan adanya pengetahuan masyarakat
serta komunikasi yang dapat terjalin baik antar masyarakat sehingga
harapannya akan mempengaruhi psikologis lansia dalam menangani
penyakitnya.

MASALAH: Hubungan tingkat pengetahuan kejadian Hipertensi pada


Lansia dengan menggunakan kemampuan pendekatan secara Verbal
belum dijelaskan
RUMUSAN MASALAH: Apakah ada hubungan pengetahuan kejadian
Hipertensi pada Lansia dengan kemampuan pendekatan secara
verbal?
TUJUAN PENELITIAN

a. Tujuan umum:

Menganalisis kejadian Hipertensi pada Lansia dengan menggunakan


kemampuan pendekatan secara Verbal belum dijelaskan
b. Tujuan khusus:

1) Mengukur tingkat pengetahuan lansia secara Verbal

2) Mengukur penerapan pengetahuan lansia terhadap kejadian Hipertensi

MANFAAT PENELITIAN

a. Manfaat teoritis

Hasil penelitian dapat menjelaskan analisis kejadian Hipertensi


pada Lansia dengan menggunakan kemampuan pendekatan
secara Verbal

b. Manfaat praktis

1) Mengetahui tingkat pengetahuan Lansia terhadap kejadian Hipertensi


2) Menjadi bahan evaluasi bagi institusi dan masyarakat dalam
penerapan Asuhan keperawatan pada penyakit Hipertensi pada
lansia
3) Mengembangkan pemberian asuhan keperawatan yang lebih
efektif dan efisien untuk pasien Hipertensi khususnya untuk lansia.

JUDUL PENELITIAN :
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KEJADIAN
HIPERTENSI PADA LANSIA DENGAN KEMAMPUAN
KOMUNIKASI VERBAL.

DAFTAR PUSTAKA:
Pusat data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. 2016. Infodatin Situasi Lanjut
Usia di Indonesia. Kementerian Kesehatan RI.
Yonata, A., Satria, A. 2016. Hipertensi sebagai Faktor Pencetus Terjadinya Stroke.
Majority Vol. 5 No. 3.
Kustanti, Norma. 2012. Kejadian hipertensi Lansia dengan Hipertensi di Wilayah
Kerja Puskesmas Karangmalang Kabupaten Sragen. Jurnal Publikasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Darmojo. 2009. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUI.
Marliani, L. (2009), 100 Question and Answer. Jakarta: Gramedia.
Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan penelitian dan pengembangan kesehatan,
Kementerian Kesehatan RI, Bakti Husada.
Nur, Farida. 2009. Faktor Risiko Hipertensi pada Empat Kabupaten/Kota dengan
Prevalensi Hipertensi Tertinggi di Jawa dan Sumatera. Skripsi. Departemen
Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor
Christy, M.Y. 2014. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Dehidrasi Diare
pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kalijudan. Jurnal Berkala
Epidemiologi. Vol. 2, No. 3, p. .297-308.
Notoatmodjo. 2010. Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Stuart dan Sudeen 2002, Buku saku keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.
Notoatmojo, S. (2007), Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rinerka Cipta.
Hermawan. (2014). Hubungan Tingkat Stres dengan Tekanan Darah pada Lansia
Hipertensi di Gamping Sleman Yogyakata.
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN RIWAYAT HIPERTENSI DENGAN
TINDAKAN PENGENDALIAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA
Relationship Between Knowledge and Hypertension History with Blood Pressure Control in Elderly

Destiara Hesriantica Zaenurrohmah1, Riris Diana Rachmayanti2


1
Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, FKM Universitas Airlangga, destasice@gmail.com
2
Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, FKM Universitas Airlangga,
riris.diana@fkm.unair.ac.id
Alamat Korespondensi: Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK
Hipertensi merupakan salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas di Indonesia, sehingga
tatalaksana penyakit ini merupakan intervensi yang sangat umum dilakukan di berbagai tingkat fasilitas
kesehatan. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2013 penyakit terbanyak pada lanjut usia adalah hipertensi yaitu
sebanyak 57,6% disusul dengan artritis (51,9%) dan stroke (46,1%). Berdasarkan hasil pemeriksaan tekanan
darah di Pos pelayanan terpadu lanjut usia (Posyandu lansia) Melati diketahui bahwa sebagian besar lansia
mengalami prehipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat pengetahuan lansia
tentang hipertensi dan riwayat hipertensi dengan tindakan pengendalian pada lansia di Posyandu Melati,
Kelurahan Ampel, Kecamatan Semampir, Kota Surabaya. Penelitian ini merupakan penelitian observasional
dengan desain studi cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2017 di Posyandu Melati.
Populasi penelitian ini adalah lansia yang melakukan kunjungan ke Posyandu Melati. Variabel bebas yang
diteliti adalah pengetahuan dan riwayat hipertensi lanisa, sedangkan variabel terikatnya adalah tindakan
pengendalian tekanan darah. Total sampel dalam penelitian ini sejumlah 50 lansia. Pengumpulan data primer
dilakukan menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan uji Chi-Square. Hasil analisis bivariat
terdapat hubungan antara riwayat hipertensi dengan tindakan pengendalian (p = 0,019). Kesimpulan dalam
penelitian ini riwayat hipertensi memiliki hubungan dengan tindakan pengendalian, sehingga disarankan
untuk melakukan komunikasi, informasi, dan edukasi tentang hipertensi pada lansia di Posyandu melalui
penyuluhan ataupun adanya media.

Kata kunci: pengetahuan, riwayat hipertensi, tekanan darah, pengendalian

ABSTRACT
Hypertension is one of the main causes of mortality and morbidity in Indonesia, so the management of this
disease is a very common intervention carried out at various levels of health facilities. The results of
Indonesia's basic health research in 2013 most diseases in the elderly are hypertension, as many as 57.6%
followed by arthritis (51.9%) and stroke (46.1%). Based on the results of blood pressure examinations at the
Integrated health care post for the elderly (Posyandu Lansia) Melati, it is known that the majority of elderly
people experience prehypertension. This study aims to analyze the relationship between the level of
knowledge of the elderly about hypertension and the history of hypertension with control measures in the
elderly in Posyandu Lansia Melati, Ampel Village, Semampir Sub-district, Surabaya City. This study was an
observational study with cross-sectional study design. This research was conducted in March 2017 at
Posyandu Lansia Melati. The population of this research is the elderly who make a visit to Posyandu Lansia
Melati. The independent variables studied were knowledge and history of hypertension, while the dependent
variable was blood pressure control measures. The total samples in this study were 50 elderly. Primary data
collection was carried out using a questionnaire. Data analysis using the Chi-Square test. The results of the
bivariate analysis showed a relationship between the history of hypertension and control measures (p =
0.019. The conclusion in this study the history of hypertension has a relationship with control measures, so it
is advisable to carry out communication, information, and education about hypertension in the elderly in
Posyandu through counseling or the presence of the media.

Keywords: knowledge, hypertension history, blood pressure, control

©2017 FKM_UNAIR All right reserved. Open access under CC BY–SA license doi:10.20473/jbe.v5i2.2017.174-184 Received 23
March 2017, Received in Revised Form 07 June 2017 Accepted 24 July2017, Published online: 31 August 2017
Destiara H.Z., Riris D.R., Hubungan Pengetahuan dan Riwayat Hipertensi … 175

PENDAHULUAN Semakin bertambah tua umurnya, proporsi lansia


Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia yang mengalami keluhan kesehatan semakin besar.
60 tahun ka atas, berdasarkan Undang-Undang No. Sebanyak 37,11 persenpendudukpralansiamengalami
13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. keluhan kesehatan dalam sebulan terakhir, meningkat
Secara global populasi lansia di prediksi terus menjadi 48,39 persen pada lansia muda, meningkat
mengalami peningkatan, UN, World Population lagi menjadi 57,65 persen pada lansia madya, dan
Properties, The 2012 Revolution menyebutkan bahwa proporsi tertinggi pada lansia tua yaitu sebesar 64,01
proporsi lansia di tahun 2013 mencapai 13,4% persen. Pola yang sama juga terjadi baik menurut tipe
penduduk dunia, sedangkan untuk Indonesia proporsi daerah maupun jenis kelamin.
lansia di tahun 2013 mencapai 8,9% dan prediksi Proporsi lansia perempuan yang mengalami
terus mengalami peningkatan hingga tahun 2100. keluhan kesehatan lebih tinggi daripada lansia laki-
Struktur populasi lansia merupakan cerminan dari laki pada semua kelompok umur. Kemunduran fungsi
semakin tinggi rata- rata Usia Harapan Hidup (UHH) organ tubuh khususnya pada lansia menyebabkan
penduduk Indonesia. Tingginya UHH merupakan kelompok ini rawan terhadap serangan berbagai
salah satu indikator keberhasilan pencapaian penyakit kronis, seperti diabetes melitus, stroke,
pembangunan nasional terutama di bidang kesehatan. gagal ginjal, kanker, hipertensi, dan jantung. Adapun
jenis keluhan kesehatan yang paling banyak dialami
lansia adalah keluhan lainnya, yaitu jenis keluhan
kesehatan yang secara khusus memang diderita lansia
seperti asam urat, darah tinggi, darah rendah,
reumatik, diabetes, dan berbagai jenis penyakit kronis
lainnya (BPS, 2014).

Tabel 1. Masalah Kesehatan Lanjut Usia


Masalah Prevalensi
Kesehatan 55-64 tahun 65-74 tahun ≥ 75 tahun
Sumber: Badan Pusat Statistik RI, 2015 Hipertensi 45.9 57.6 63.8
Gambar 1. Usia Harapan Hidup Indonesia Tahun Artritis 45 51.9 54.8
2008-2015 dan Proyeksi Tahun 2030- Stroke 33 46.1 67
2035 PPOK 5.6 8.6 9.4

Usia Harapan Hidup di Indonesia mengalami DM 5.5 4.8 3.5


peningkatan seperti pada gambar 1. Pada gambar Kanker 3.2 3.9 5
Penyakit
tersebut peningkatan terjadi dari 69,0 pada tahun 2.8 3.6 3.2
Jantung
2008 menjadi 70,8 pada tahun 2015 dan proyeksi Coroner 1.3 1.2 1.1
tahun 2030-2035 mencapai 72,2 tahun. Berdasarkan Batu Ginjal 0.7 0.9 1.1
data Kementerian Kesehatan RI, Profil Kesehatan Gagal Jantung 0.5 0.5 0.6
Indonesia, 2015 menyebutkan bahwa penduduk
Sumber: Riskesdas 2013, Kementerian Kesehatan
lansia paling banyak adalah perempuan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa harapan hidup yang paling
Tabel 1 adalah tabel hasil Riskesdas 2013.
tinggi adalah perempuan.
Penyakit terbanyak pada lanjut usia berdasarkan
Keluhan kesehatan tidak selalu mengakibatkan
Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 adalah hipertensi
terganggunya aktivitas sehari-hari, namun terjadinya
(57,6%), artritis (51,9%), Stroke (46,1%), masalah
keluhan kesehatan dan jenis keluhan yang dialami
gigi dan mulut (19,1%), penyakit paru obstruktif
oleh penduduk dapat menggambarkan tingkat/
menahun (8,6%) dan diabetes mellitus (4,8%).
derajat kesehatan secara kasar. Bertambahnya umur,
Sementara itu dengan bertambahnya usia, gangguan
fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses
fungsional akan meningkat dengan ditunjukkan
penuaan sehingga penyakit tidak menular banyak
terjadinya disabilitas.
muncul pada lanjut usia. Masalah degeneratif juga
Hipertensi adalah salah satu penyebab utama
menurunkan daya tahan tubuh sehingga lansia rentan
mortalitas dan morbiditas di Indonesia, sehingga
terkena infeksi penyakit menular.
tatalaksana penyakit ini merupakan intervensi yang
sangat umum dilakukan di berbagai tingkat fasilitas diberikan di Puskesmas yaitu memberikan pelayanan
kesehatan. Pedoman Praktis klinis ini disusun untuk yang baik, berkualitas dan berkesinambungan untuk
memudahkan para tenaga kesehatan di Indonesia dapat menjangkau sebanyak mungkin sasaran lansia
dalam menangani hipertensi terutama yang berkaitan yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas,
dengan kelainan jantung dan pembuluh darah. melakukan koordinasi dengan lintas program dengan
Menurut data WHO, di seluruh dunia sekitar 972 pendekatan siklus hidup dan melakukan kerjasama
juta orang atau 26,4% orang di seluruh dunia dengan lintas sektor, termasuk organisasi
mengidap hipertensi, angka ini kemungkinan akan kemasyarakatan dan dunia usaha dengan asas
meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 kemitraan.
juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara Kelompok lansia atau dikenal juga dengan
maju dan 639 sisanya berada di negara berkembang, sebutan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lanjut
termasuk Indonesia (Yonata, 2016). Penyakit Usia atau Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) adalah
terbanyak pada usia lanjut berdasarkan Riset suatu wadah pelayanan kesehatan bersumber daya
Kesehatan Dasar tahun 2013 adalah hipertensi. masyarakat (UKBM) untuk melayani penduduk
dengan prevalensi 45,9% lansia dengan menitikberatkan pelayanan kesehatan
pada usia 55-64 tahun, 57,6% pada usia 65,74% dan pada upaya promotif dan preventif. Jumlah Posyandu
63,8% pada usia ≥ 75 tahun (Infodatin Kemenkes RI, Lansia terbanyak berada di Provinsi Jawa Timur
2016). yaitu berjumlah 54.522 Posyandu Lansia (Direktorat
Menurut data Riskesdas Provinsi Jawa Timur BUKD, Kemenkes RI, 2015).
prevalensi penyakit hipertensi mencapai 26,2%. Tatalaksana hipertensi dapat dilakukan dalam
Prevalensi penyakit hipertensi tertinggi terdapat pada dua kategori yaitu non farmakologi dan secara
kelompok usia ≥ 75 tahun yaitu 62,4%. Prevalensi farmakologis. Upaya non farmakologis adalah
hipertensi di kota Surabaya mencapai 22,0% (BPPK dengan menjalani pola hidup sehat seperti menjaga
Kemenkes, 2013). berat badan, mengurangi asupan garam, melakukan
Peningkatan tekanandarahyangberlangsungdalam olahraga, mengurangi konsumsi alkohol dan tidak
jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan merokok. Terapi farmakologis adalah tatalaksana
kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung hipertensi menggunakan obat (Ann et al, 2015).
(penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan Pada penelitian yang dilakukan oleh Tri (2013)
stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat menyatakan bahwa terdapat hubungan tingkat
pengobatan yang memadai. Penyakit hipertensi dapat pengetahuan tentang hipertensi dengan upaya
menyebabkan berbagai komplikasi. Hipertensi pencegahan kekambuhan hipertensi pada lansia di
mencetuskan timbulnya plak aterosklerotik di arteri Desa Blulukan Kecamatan Colomadu Kabupaten
serebral dan arteriol, yang dapat menyebabkan oklusi Karanganyar.
arteri, cedera iskemik dan stroke sebagai komplikasi Berdasarkan pengkajian data PKL diketahui
jangka panjang (Yonata, 2016). beberapa permasalahan kesehatan yang terdapat di
Komplikasi hipertensi menyebabkan sekitar Kelurahan Ampel RW 5 khususnya RT 1-5. Salah
9,4 kematian di seluruh dunia setiap tahunnya. satu permasalahan kesehatan yang kerap kali muncul
Hipertensi menyebabkan setidaknya 45% kematian adalah penyakit degeneratif yang diderita oleh
karena penyakit jantung dan 51% kematian karena kelompok usia lanjut. Hal tersebut diperkuat dengan
penyakit stroke. Kematian yang disebabkan oleh data pada Posyandu Melati yaitu, hasil pengukuran
penyakit kardiovaskuler, terutama penyakit jantung tekanan darah. Sebagian besar lansia termasuk pada
koroner dan stroke diperkirakan akan terus kriteria prehipertensi dengan persentase sekitar
meningkat mencapai 23,3 juta kematian pada tahun 53,31% pada tekanan darah sistolik dan prehipertensi
2030 (Infodatin Jantung, 2014). sebanyak 67,69% pada tekanan darah diastolik.
Hasil laporan Badan Litbangkes untuk registrasi Sehingga, perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk
penyebab kematian di 15 kabupaten/kota tahun 2011, menganalisis hubungan tingkat pengetahuan lansia
proporsi penyebab kematian kelompok lansia (umur tentang hipertensi dan riwayat hipertensi pada lansia
55-64 tahun dan > 65) yang paling tinggi adalah dengan tindakan pengendalian tekanan darah.
stroke dan ischaemic heart diseases (Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2013).
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk METODE
mewujudkan lansia sehat, mandiri, berkualitas dan Penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif
produktif. Bentuk pelayanan kesehatan santun lanjut dengan metode observasional dengan pendekatan
usia yang
Cross Sectional. Tujuan penelitian ini yaitu Pola jawaban untuk pertanyaan tindakan
menganalisis hubungan antara pengetahuan dengan pengendalian yaitu Ya; yang berarti melakukan, dan
tindakan pada lansia. Penelitian ini dilakukan Tidak; untuk lansia yang tidak melakukan tindakan
pada bulan Maret 2017 di Posyandu Lansia Melati pengendalian. Lansia yang melakukan tindakan
Kelurahan Ampel, Kecamatan Semampir, Kota pengendalian di beri skor satu dan yang tidak
Surabaya. Populasi dalam penelitian ini adalah para melakukan tindakan pencegahan diberi skor 0.
lansia di Posyandu Melati dengan besar populasi 65 Penilaian jawaban tindakan pengendalian adalah
lansia. Metode pengambilan sampel dengan total total jawaban dibagi 12 × 100%. Setelah diketahui
populasi. Agar kriteria sampel tidak menyimpang total skor tindakan pengendalian lansia, dilakukan
dari populasinya, maka sebelum pengambilan sampel interpretasi skoring yang dibagi dalam 3 kategori
perlu ditentukan kriteria inklusi dan eksklusi. Adapun yaitu tindakan pengendalian kurang (persentase ≤
kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah: 1) lansia 56%), tindakan pengendalian cukup (persentase 57-
yang melakukan kunjungan ke Posyandu Melati; 2) 75%) dan tindakan pengendalian baik (persentase ≥
lansia yang bersedia menjadi responden. Kriteria 76%). Data yang telah dikumpulkan dianalisis
eksklusi dalam penelitian ini adalah: 1) lansia yang dengan analisis univariat dan bivariat. Analisis
tidak melakukan kunjungan ke Posyandu Melati; univariat penelitian untuk mendeskripsikan distribusi
2) lansia yang menolak menjadi responden. Sesuai penelitian dengan menampilkan frekuensi dan
dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah persentase setiap variabel. Sedangkan analisis
ditetapkan, sampel dalam penelitian ini sejumlah 50 bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara
lansia. variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Data hasil penelitian diolah menggunakan Chi
pengetahuan lansia dan riwayat hipertensi lansia. Square untuk menganalisis hubungan antara variabel
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tindakan. bebas dan terikat. Apabila uji Chi Square tidak
Teknik pengumpulan data menggunakan data primer memenuhi syarat, maka alternatif uji yang dapat
yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan digunakan adalah Fisher’s Exact Test. Interpretasi
responden. Instrumen penelitian berupa kuesioner hasil menggunakan derajat kemaknaan (a) sebesar
pertanyaan tertutup. Pertanyaan tertutup terdiri atas 5%, jika p value < 0,05 maka Ho ditolak dengan kata
pertanyaan tentang variabel yang akan diteliti. lain terdapat hubungan antara dua variabel yang diuji.
Variabel pengetahuan terdiri atas beberapa Sebaliknya, jika p value > 0,05 maka Ho diterima
topik pertanyaan mengenai hipertensi antara lain yang berarti tidak ada hubungan antar kedua variabel
pengertian: penyebab, gejala, dan pengendalian yang diuji.
tekanan darah. Pola jawaban pertanyaan benar
dan salah. Jawaban benar akan diberi skor dua dan
jawaban salah akan diberi skor 0. Seluruh jawaban HASIL
benar responden dijumlah di bagi 3 dan dikali 100%. Posyandu Melati adalah Posyandu lansia yang
Setelah diketahui total skor pengetahuan lansia, berada di Kelurahan Ampel tepatnya di RW V.
dilakukan interpretasi skoring yang dibagi dalam 3 Kegiatan dalam posyandu berupa: penimbangan berat
kategori yaitu pengetahuan kurang (persentase ≤ badan, pengukuran tinggi badan, pengukuran tensi,
56%), pengetahuan cukup (persentase 57-75%) dan dan pemberian PMT. Pada waktu tertentu terdapat
pengetahuan baik (persentase ≥ 76%). kunjungan Puskesmas keliling. Puskesmas keliling
Skala interpretasi pengetahuan dilakukan sesuai ini dimanfaatkan lansia untuk melakukan
dengan pengukuran pengetahuan oleh Wawan dalam pemeriksaan dan pengobatan.
Aditya (2012). Variabel riwayat hipertensi dibedakan
dalam 4 kategori antara lain: riwayat hipertensi diri Gambaran Karakteristik Lansia
sendiri, keluarga, dan diri sendiri, dan tidak ada
Karakteristik responden yang berjumlah 50 lansia
riwayat hipertensi. Pertanyaan riwayat hipertensi
akan disajikan dalam bentuk tabel yaitu Tabel 2.
dijawab dengan melakukan checklist jawaban sesuai
Karakteristik yang dikaji dalam penelitian ini antara
yang lansia alami. Variabel tindakan pengendalian
lain tingkat Pendidikan, jenis kelamin, pengetahuan
terbagi dalam 2 topik pertanyaan yaitu tindakan
responden, riwayat hipertensi dan tindakan
pengendalian makan dan tindakan pengendalian
pengendalian.
aktivitas.
Tabel 2. Distribusi Karakteristik, Pengetahuan Lansia yang menempuh pendidikan hingga SMA
dan Tindakan Lansia Posyandu Melati, hanya 12%, bahkan tidak ada lansia yang menempuh
Kelurahan Ampel Kota Surabaya, Tahun Pendidikan hingga perguruan tinggi. Lansia yang
2017 melakukan kunjungan Posyandu mayoritas adalah
Karakteristik Responden n % perempuan yaitu sebesar 80%. Hal ini karena
Pendidikan Terakhir Lansia sebagian besar peserta posyandu lansia berjenis
Tidak sekolah 2 4 kelamin perempuan.
SD 34 68 Riwayat hipertensi lansia terbagi dalam 4 kategori
SMP 8 16 yaitu riwayat hipertensi dari diri sendiri, keluarga,
SLTA 6 12 diri sendiri dan keluarga, dan tidak ada riwayat
Jenis Kelamin hipertensi. Riwayat hipertensi diri sendiri yaitu lansia
Laki-laki 10 20 yang mengalamihipertensi.
Perempuan 40 80 Riwayathipertensidarikeluarga yaitu hanya keluarga
Riwayat Hipertensi yang mengalami hipertensi, sedangkan lansia yang
Diri sendiri 22 44 bersangkutan tidak mengalami hipertensi. Riwayat
Keluarga 5 10 hipertensi dari diri sendiri dan keluarga yaitu lansia
Diri sendiri dan keluarga 9 18 mengalami hipertensi ditambah terdapat keluarga
Tidak ada riwayat 14 28 yang mengalami hipertensi. Lansia yang tidak
Pengetahuan Lansia memiliki riwayat hipertensi yaitu lansia yang tidak
Baik 15 30 mengalami hipertensi baik dari diri lansia maupun
Cukup 35 70 keluarga. Pada penelitian ini sebagian besar lansia
Tindakan pengendalian memiliki riwayat hipertensi pada diri sendiri yaitu
Baik 50 100
sebesar 44%.
Karakteristik Lansia Riwayat hipertensi lansia dikelompokkan dalam
dua kategori yaitu ada riwayat hipertensi dan tidak
Pendidikan terakhir lansia dalam penelitian ini ada riwayat hipertensi. Ada riwayat hipertensi antara
tergolong masih rendah, karena mayoritas lansia lain terdiri dari lansia yang memiliki riwayat
berpendidikan sekolah dasar yaitu sejumlah 68%. hipertensi dari diri sendiri, keluarga, serta diri sendiri
dan keluarga. Jumlah lansia yang ada riwayat
hipertensi adalah 36

Tabel 3. Distribusi Tindakan Pengendalian Tekanan Darah pada Lansia Posyandu Melati, Kelurahan Ampel
Kota Surabaya, Tahun 2017
Riwayat Hipertensi

Tindakan pengendalian Ada riwayat Hipertensi Tidak ada riwayat Hipertensi


Ya Tidak Ya Tidak
n (%) n (%) n (%) n (%)
Pengendalian makan Mengurangi
konsumsi garam Mengonsumsi sayur 34 94,4 1 2,8 9 64,3 5 35,7
Mengonsumsi makanan tinggi 24 66,7 12 33,3 9 64,3 5 35,7
kolesterol
Mengonsumsi buah 9 25,0 27 75,0 3 21,4 11 78,6
Mengonsumsi makanan kaleng 26 72,2 10 27,8 9 64,3 5 35,7
Mengonsumsi makanan yang 2 5,6 34 94,4 0 0 14 100
diasinkan
5 13,9 31 86,1 3 21,4 11 78,6
Pengendalian aktifitas
Lansia merokok 0 0 36 100 1 7,1 13 92,9
Menghindari perokok 31 86,1 5 13,9 10 71,4 4 28,6
Menjaga berat badan 33 91,7 3 8,3 10 71,4 4 28,6
Mengukur tekanan darah secara
34 94,4 2 5,6 12 85,7 2 14,3
berkala
Melakukan olahraga 26 72,2 10 27,8 9 64,3 5 35,7
Melakukan aktifitas sederhana 26 72,2 10 27,8 9 69,2 4 30,8
lansia. Sedangkan tidak ada riwayat hipertensi hanya Tabel 4 menunjukkan hasil uji chi square yang
terdiri dari lansia yang tidak memiliki hipertensi yaitu diperoleh sebesar p = 1,00 dengan a = 0,05. Maka
14 lansia. diperoleh p > a, maka Ho diterima dan H1 ditolak.
Dapat diartikan bahwa tidak ada hubungan yang
Pengetahuan Lansia tentang Hipertensi
signifikan antara pengetahuan dengan tindakan
Lansia yang memiliki pengetahuan yang cukup pengendalian tekanan darah pada lansia.
terkait dengan hipertensi sebanyak 70%. Artinya
lansia memiliki pengetahuan tentang hipertensi, Hubungan Riwayat Hipertensi dengan Tindakan
namun masih belum sepenuhnya memahami pengendalian Tekanan Darah pada Lansia
pengetahuan tentang hipertensi.
Sebelumnya telah disebutkan bahwa riwayat
Tindakan Pengendalian Tekanan Darah hipertensi lansia terbagi dalam 4 kategori akan
dimasukkan kedalam 2 kategori. Kategori ada
Tindakan pengendalian tekanan darah pada lansia riwayat hipertensi merupakan lansia dengan riwayat
sudah 100% baik. Hal ini berarti bahwa seluruh diri sendiri, keluarga, dan riwayat diri sendiri dan
lansia posyandu telah melakukan tindakan dengan keluarga. Sedangkan kategori tidak ada riwayat
baik meskipun, pengetahuan yang dimilikinya hipertensi merupakan kategori yang sama dengan
masih dalam kategori cukup. Distribusi tindakan sebelumnya.
pengendalian yang dilakukan lansia terdapat pada
2 kelompok lansia yaitu yang memiliki riwayat Tabel 5. Hubungan Riwayat Hipertensi dengan
hipertensi dan lansia yang tidak memiliki hipertensi. Tindakan Pengendalian pada Lansia
Pada tiap kelompok tersebut dapat diketahui jumlah Posyandu Melati, Kelurahan Ampel Kota
dan persentase lansia yang melakukan atau tidak Surabaya, Tahun 2017
melakukan tindakan pengendalian. Pendistribusian
Tindakan pengendalian
tindakan pengendalian dilakukan untuk melihat Riwayat Hipertensi Baik Cukup Baik
kecenderungan tindakan pengendalian yang
dilakukan oleh lansia. Sehingga dapat diketahui n % n %
kecenderungan
arah tindakan pengendalian. Tindakan lansia dibagi Ada riwayat Hipertensi 36 76,6 0 0
dalam 2 kelompok yaitu tindakan pengendalian Tidak ada riwayat 11 23,4 3 100
makan dan tindakan pengendalian aktivitas. Hipertensi
Distribusi tindakan digambarkan dalam Tabel 3. Total 47 100 3 100

Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan Keterangan p = 0,019


pengendalian Tekanan Darah pada Lansia
Tabel 5 menunjukkan hasil uji Chi Square dengan
Tabulasi silang antara pengetahuan lansia dengan nilai p = 0,019 dengan a = 0,05 sehingga nilai p < a,
tindakan dilakukan untuk mengetahui apakah ada maka Ho di tolak dan H1 diterima. Berdasarkan hasil
hubungan pengetahuan dengan tindakan pengendalian uji tersebut dapat diartikan bahwa terdapat hubungan
tekanan darah pada lansia. Untuk lebih jelasnya dapat antara tindakan pengendalian dengan riwayat
dilihat dalam Tabel 4 berikut ini. hipertensi pada lansia. Keeratan hubungan antara
kedua variabel tergolong rendah.
Tabel 4. Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan
Pengendalian pada Lansia di Posyandu
Melati Kelurahan Ampel Kota Surabaya PEMBAHASAN
Tahun 2017
Tindakan Pengendalian Karakteristik Responden
Pengetahuan Baik Cukup Baik Mayoritas lansia memiliki tingkat pendidikan
n % n % yang rendah yaitu tingkat sekolah dasar (SD)
Baik 14 29,7 1 33,3 sejumlah 68% lansia. Pendidikan akan berpengaruh
Cukup 33 70,2 2 66,7 pada penyerapan informasi seseorang. Semakin
Total 47 100 3 100 tinggi tingkat pendidikan, akan memudahkan
seseorang untuk menyerap informasi. Orang yang
Keterangan: p value = 1,00
memiliki pendidikan tinggi cenderung lebih tinggi
mengalami
hipertensi daripada orang yang memiliki pendidikan namun hal ini tidak selalu terjadi. Meskipun sudah
rendah. Pendidikan berhubungan nyata dengan gaya tersedia bukti yang menunjukkan bahwa penyakit
hidup, stress dan status gizi. Pendidikan berkaitan darah tinggi berhubungan dengan genetik, masih sulit
dengan pekerjaan dan penghasilan yang diterima, untuk menentukan secara pasti tingkat risiko penyakit
besarnya penghasilan seseorang berpengaruh darah tinggi (Nisa, 2012).
terhadap preferensi makan seseorang (Nur, 2009).
Pendidikan terakhir lansia tidak menghalangi Pengetahuan Responden
lansia dalam memperoleh pengetahuan. Karena
pengetahuan mengenai kesehatan tidak hanya Sebagian besar lansia memiliki pengetahuan
diperoleh dari pendidikan formal. Pengetahuan yang cukup mengenai hipertensi yaitu sejumlah
mengenai kesehatan dapat diperoleh dari berbagai 70%. Tidak ada lansia yang memiliki pengetahuan
sumber. Pendidikan merupakan salah satu faktor kurang mengenai hipertensi meskipun tingkat
yang memengaruhi seseorang dalam menyerap dan pendidikan lansia sebagian besar pada tingkat SD.
memahami pengetahuan yang diperolehnya. Semakin Hal tersebut karena informasi mengenai kesehatan
banyak informasi yang masuk, maka semakin dapat diperoleh dari berbagai sumber tidak hanya dari
banyak pula pengetahuan yang diperoleh, termasuk pendidikan formal seperti dari petugas kesehatan,
pengetahuan kesehatan (Yusinta, 2014). media dan sumber lainnya. Kondisi tersebut sesuai
Mayoritas lansia dalam penelitian ini berjenis dengan pernyataan bahwa semakin banyak orang
kelamin perempuan, ini berkaitan dengan jumlah mendapatkan informasi baik dari lingkungan
kunjungan lansia. Lansia perempuan yang melakukan keluarga, tetangga, media cetak maupun petugas
kunjungan ke Posyandu Melati lebih banyak jika kesehatan dapat memengaruhi tingkat pengetahuan
dibandingkan dengan lansia laki-laki. Jumlah seseorang (Marini dalam Aditya, 2009).
kehadiran lansia sesuai dengan data presensi lansia
Tindakan Pengendalian
Posyandu Melati. Presensi lansia Posyandu Melati
mayoritas jenis kelamin perempuan. Pada data Seluruh lansia Posyandu sudah melakukan
pendahuluan telah disebutkan bahwa sebagian besar tindakan dengan baik. Hal ini diperoleh dari jawaban
lansia mengalami prehipertensi baik pada tekanan lansia mengenai tindakan pengendalian yang
darah sistole maupun diastole. Data pendahuluan menunjukkan bahwa 100% lansia telah melakukan
tentang kejadian hipertensi yang diperoleh tidak tindakan pengendalian dengan baik. Tindakan
membedakan jenis kelamin lansia. Hal tersebut dilakukan dengan modifikasi makanan dan aktivitas
selaras dengan pernyataan bahwa setiap orang laki- fisik. Hal ini selaras dengan penelitian sebelumnya
laki dan perempuan memiliki risiko untuk terkena yaitu seseorang yang merokok tidak akan menderita
hipertensi. Beberapa faktor risiko hipertensi yang hipertensi selama orang tersebut melakukan pola
tidak dapat dikontrol seperti usia, etnis, dan ras makan sehat dan aktivitas fisik (olahraga) secara
(Center for Disease Control and Prevention, 2014). teratur. Hal ini terjadi karena melakukan pola makan
Berdasarkan riwayat hipertensi, diketahui bahwa sehat dan aktivitas fisik secara teratur akan
sebagian besar lansia memiliki riwayat hipertensi. menjadikan seseorang memiliki risiko yang kecil
Riwayat hipertensi yang dimiliki lansia merupakan untuk menderita hipertensi (Lasianjayani, 2014). Hal
gabungan dari riwayat hipertensi diri sendiri, ini dapat terjadi karena apa yang telah dilakukan
keluarga, dan riwayat hipertensi diri sendiri dan responden selama ini merupakan tindakan yang
keluarga. Hal tersebut selaras dengan penelitian mengarah pada upaya pencegahan hipertensi
sebelumnya yaitu riwayat keluarga dengan hipertensi meskipun responden tidak menyadari bahwa dari segi
atau keturunan terbukti sebagai faktor risiko pengetahuan responden masih kurang (Tri, 2013).
terjadinya hipertensi sebesar 4,04 dibandingkan Tindakan pengendalian dikelompokkan dalam dua
orang yang memiliki orangtua tidak menderita kategori yaitu, pengendalian makan dan pengendalian
hipertensi (Sugiharto, 2007). aktivitas. Tindakan pengendalian makan yang paling
Individu yang memiliki riwayat keluarga banyak dilakukan oleh lansia secara keseluruhan
menderita hipertensi memiliki risiko terkena adalah mengurangi konsumsi garam. Pengurangan
hipertensi 14,378 kali lebih besar dibandingkan konsumsi garam yang dilakukan dapat secara
dengan individu tanpa riwayat keluarga menderita langsung maupun pada olahan makanan seperti
hipertensi (Nuarima, 2012). Penyakit darah tinggi asinan. Jumlah lansia yang melakukan tindakan
dapat diwariskan kepada keturunan melalui gen, tersebut adalah 34 dan 31 lansia pada kelompok
yang memiliki riwayat
hipertensi dan 9 dan 11 lansia pada kelompok yang Kondisi ini lebih rendah dibandingkan dengan
tidak memiliki riwayat hipertensi. Kondisi tersebut kondisi pengetahuan cukup. Hal tersebut berarti
dapat terjadi karena umumnya responden memiliki tindakan yang baik tidak hanya dimiliki oleh lansia
pengetahuan bahwa makanan asin dapat menjadi yang memiliki pengetahuan yang baik saja. Lansia
penyebab hipertensi. Selain itu, lansia telah yang memiliki pengetahuan cukup lebih banyak
melakukan diet makanan agar terhindar dari penyakit melakukan tindakan pengendalian jika dibandingkan
degeneratif lain. dengan lansia dengan pengetahuan baik. Lansia pada
Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam umumnya telah melakukan tindakan baik secara
tubuh. Garam menarik cairan di luar sel untuk masuk sadar ataupun tidak mereka sadari. Tindakan sudah
ke dalam sel, sehingga akan meningkatkan volume menjadi aktivitas yang biasa mereka lakukan. Lansia
dan tekanan darah (Dirjen PP & PL, 2006). Makanan seringkali menjaga konsumsi makan mereka.
mengandung tinggi natrium yang sering dikonsumsi Tindakan tidak hanya ditentukan oleh
dapat memengaruhi tekanan darah (Astria, 2009). pengetahuan. Lansia melakukan pengendalian
Diet rendah garam bermanfaat untuk mengurangi tekanan darah sebagai akibat dari diet makan dari
dosis obat antihipertensi pada pasien hipertensi suatu penyakit tertentu. Permasalahan kesehatan yang
derajat ≥ 2. Pada pasien dengan hipertensi derajat ≥ 2 seringkali muncul pada lansia tidak hanya satu
dianjurkan untuk mengurangi asupan garam, dan penyakit, melainkan beberapa penyakit atau yang
tidak melebihi 2 gr/ hari (Ann et., al, 2015). sering disebut multi morbiditas. Hal ini terjadi karena
Tindakan pengendalian dalam pengendalian lansia mengalami penurunan fungsi fisiologis. Multi
aktivitas yang paling banyak dilakukan oleh lansia morbiditas akan meningkat seiring dengan kenaikan
adalah mengukur tekanan darah secara berkala baik. usia seseorang. Kelompok lansia rentan dalam
Jumlah lansia yang melakukan tindakan tersebut menghadapi berbagai infeksi. Kerentanan lansia
adalah 34 lansia yang memiliki riwayat hipertensi terjadi karena penurunan produksi immunoglobulin
dan 12 lansia yang tidak memiliki riwayat hipertensi. sebagai antibodi dan menurunnya respons sistem
Tindakan pengukuran tekanan darah secara berkala kekebalan tubuh, adanya penyakit penyerta yang
merupakan kegiatan rutin yang dilakukan dalam timbul setelah terjadinya penurunan struktur dan
kegiatan Posyandu. Pemeriksaan tekanan darah fungsi organ tubuh, gangguan fungsional tubuh, mal-
secara berkala dapat dikatakan sebagai tindakan nutrisi yang menyebabkan rentan terkena penyakit
pengendalian, karena dapat diketahui lebih dini bila infeksi, dan kondisi sanitasi lingkungan yang buruk
terjadi peningkatan tekanan darah. (Anorital, 2015).
Orang yang memiliki risiko mengalami tekanan Lansia yang melakukan tindakan pengendalian
darah tinggi dianjurkan untuk memeriksakan tekanan cukup memiliki proporsi yang lebih kecil, karena
darah lebih sering, sebaiknya setahun sekali (Torang, sebagian besar lansia telah melakukan tindakan
2015). Rutin mengukur tekanan darah adalah pengendalian dengan baik. Proporsi yang lebih kecil
langkah penting untuk menjaga tekanan darah. Hal yang melakukan tindakan pengendalian cukup dan
ini disebabkan karena tekanan darah tinggi dan pengetahuan pada tingkat cukup dapat disebabkan
prehipertensi sering kali terjadi tanpa adanya gejala. oleh beberapa hal antara lain seperti, lansia belum
Mengecek tekanan darah secara rutin adalah cara mengetahui dampak dari hipertensi, cara mencegah,
untuk memastikan ada tidaknya tekanan darah tinggi ataupun gejalanya. Hal tersebut sesuai dengan
(Centers of Disease Control dan Prevention, 2014). pernyataan bahwa responden yang memiliki
Hubungan Pengetahuan tentang Hipertensi pengetahuan dan tindakan kurang, terjadi karena
dengan Tindakan Pengendalian responden belum mengetahui dampak dari hipertensi
dan tindakan apa yang harus dilakukan agar tidak
Pengetahuan lansia dalam penelitian ini terjadi hipertensi pada dirinya (Agung, 2016)
termasuk dalam pengetahuan cukup. Seluruh lansia Hasil uji chi Square diketahui bahwa antara
sudah melakukan tindakan pengendalian dengan pengetahuan dan pengendalian hipertensi pada lansia
baik. Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa tidak memiliki hubungan. Hal ini selaras dengan
pengetahuan lansia 70,2% cukup dan ini sejalan pernyataan bahwa apabila taraf nilai kesalahan a
dengan tindakan pengendalian yang baik. Sejumlah lebih kecil dari nilai p maka Ho diterima dan H1
29,7% lansia yang memiliki pengetahuan yang ditolak, berarti tidak terdapat hubungan (Sugiyono,
baik, melakukan tindakan pengendalian yang baik. 2011). Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan
penelitian yang dilakukan oleh Tri (2013) yang
menyatakan adanya hubungan antara pengetahuan Hubungan Riwayat Hipertensi dengan Tindakan
dengan upaya pencegahan. Tidak adanya hubungan Pengendalian pada Lansia
antara pengetahuan dan pencegahan hipertensi pada
lansia selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan Riwayat hipertensi adalah salah satu faktor risiko
oleh Agung (2016). terjadinya hipertensi pada lansia. Sejumlah 76,6%
Tidak ada hubungan yang signifikan antara lansia yang memiliki riwayat hipertensi melakukan
tingkat pengetahuan dengan tindakan pengendalian tindakan pengendalian baik. Lansia yang tidak
tekanan darah. Pengetahuan yang baik tidak menjadi memiliki riwayat hipertensi tidak berarti lansia tidak
jaminan dapat memengaruhi tindakan yang baik. melakukan tindakan pengendalian. Pada penelitian
Pengetahuan dapat diperoleh dengan berbagai cara, ini, 23,4% lansia yang tidak memiliki riwayat
baik inisiatif sendiri ataupun orang lain secara visual, hipertensi melakukan tindakan pengendalian dengan
audio maupun audio-visual. Selain itu juga baik.
pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman dan Berdasarkan pernyataan tersebut diketahui
proses belajar yang baik bersifat formal maupun bahwa tindakan dilakukan tidak hanya pada lansia
informal. Tindakan tidak selalu berasal dari yang memiliki riwayat hipertensi. Orang yang tidak
pengetahuan yang baik. Tindakan pengendalian biasa berolahraga memiliki risiko terkena hipertensi
seringkali dilakukan tanpa sadar karena sudah sebesar 4,73 kali dibandingkan dengan orang yang
menjadi kebiasaan. memiliki kebiasaan olahraga ideal dan orang yang
Tingkat pengetahuan yang baik, tidak selalu biasa melakukan olahraga tidak ideal memiliki risiko
terwujud dalam suatu tindakan yang nyata. Dalam terkena hipertensi sebesar 3,46 kali dibandingkan
mewujudkan pengetahuan menjadi perilaku nyata, dengan orang yang memiliki kebiasaan olahraga ideal
dipengaruhi faktor lain seperti faktor pendukung (Nuarima, 2012).
diantaranya ketersediaan sarana fasilitas, dukungan Pada kategori tindakan pengendalian cukup
keluarga, petugas kesehatan dan kemampuan hanya dilakukan pada lansia yang tidak memiliki
untuk memenuhi segala kebutuhan dalam perilaku hipertensi dan ini dalam jumlah yang sedikit. Lansia
pencegahan (Agus, 2012). yang tidak memiliki riwayat hipertensi cenderung
Keluarga seringkali berpengaruh pada tindakan tidak melakukan diet makanan dan pengendalian
seseorang. Meskipun lansia tidak memiliki aktivitas. Lansia tersebut tidak merasa memiliki
pengetahuan yang baik tentang hipertensi tetapi risiko untuk sakit sehingga dapat bebas melakukan
memiliki keluarga yang mendukung untuk aktivitas dan memilih makanan. Kejadian hipertensi
melakukan tindakan tersebut maka lansia tersebut lebih tinggi pada orang yang memiliki kebiasaan
akan melakukan tindakan pengendalian. Hal ini konsumsi makanan asin dan makanan awetan dengan
berkaitan dengan beban tanggungan, lansia termasuk frekuensi kadang-kadang atau jarang, daripada orang
dalam kelompok orang yang tidak produktif. yang mengonsumsinya dengan frekuensi sering (Nur,
Kelompok tidak produktif akan ditanggung oleh 2009). Kejadian hipertensi lebih tinggi pada orang
kelompok produktif. Sesuai dengan pernyataan yang tidak memiliki kebiasaan aktivitas fisik seperti
bahwa angka beban tanggungan Indonesia sebesar berjalan kaki atau bersepeda. Sebaliknya, orang
48,63% artinya setiap 100 orang penduduk yang yang memiliki aktivitas fisik kumulatif yang cukup
masih produktif akan menanggung 48 orang yang cenderung lebih kecil mengalami hipertensi (Nur,
tidak produktif di Indonesia (Infodatin, 2016). 2009).
Dukungan keluarga berperan dalam membantu Berdasarkan hasil uji Chi Square antara riwayat
lansia dalam melakukan diet hipertensi. Adanya hipertensi dengan tindakan pengendalian diketahui
informasi dari anggota keluarga mengenai hipertensi bahwa terdapat hubungan antara riwayat hipertensi
tentang apa yang disarankan tenaga kesehatan dengan tindakan pengendalian. Keeratan hubungan
menjadikan modal bagi responden untuk melakukan yang terjadi antara kedua variabel adalah rendah.
hal tersebut (Tri, 2013). Hal ini menunjukkan bahwa Adanya hubungan antara kedua variabel tersebut
semakin rendah pengetahuan keluarga maka peluang disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya
untuk terkena hipertensi semakin tinggi, begitupun adalah keluarga yang memiliki riwayat hipertensi
sebaliknya, ditunjang dengan kesadaran yang baik akan melakukan tindakan pengendalian secara
serta persepsi yang benar juga akan berdampak turun temurun. Sehingga, terkadang responden
terhadap upaya pencegahan yang baik pula tidak menyadari bahwa aktivitas yang dilakukan
(Aminudin, 2013). dapat mengendalikan tekanan darah karena sudah
menjadi kebiasaan. Tindakan pengendalian yang
menjadi kebiasaan contohnya seperti pola makan, Terdapat hubungan antara riwayat hipertensi
kebiasaan olahraga, kegemukan. Hal ini sesuai dengan tindakan pengendalian. Hal ini berkaitan
dengan pernyataan bahwa faktor hereditas yang dengan kesadaran lansia yang memiliki risiko
ditekankan bukan dari segi genetik, melainkan lebih terkena hipertensi. Orang yang memiliki riwayat
kepada pola makan yang menurun dalam keluarga. hipertensi akan berisiko terkena hipertensi lebih besar
Kecenderungan terjadinya hipertensi dalam keluarga dibandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat
dapat diakibatkan kesamaan pola makan orang tua hipertensi. Orang yang memiliki risiko terkena suatu
dan anak (Astria, 2009). penyakit akan berusaha untuk melakukan tindakan
Ada hubungan antara faktor keturunan dengan pengendalian secara dini.
kejadian hipertensi. Faktor lain yang berhubungan
dengan kejadian hipertensi antara lain faktor pola Saran
makan, merokok dan alkohol (Rina, 2015). Anggota Saran yang dapat diberikan sebagai bahan
keluarga berbagi gen, perilaku, gaya hidup dan pertimbangan berdasarkan bahan penelitian
lingkungan yang dapat berpengaruh pada kesehatan yang telah diperoleh perlu adanya penyebaran
dan risiko mereka untuk terkena penyakit. Tekanan informasi terkait kesehatan, khususnya informasi
darah tinggi dapat terjadi dalam sebuah keluarga, dan tentang hipertensi baik dalam bentuk penyuluhan,
risiko terkena tekanan darah tinggi akan meningkat ataupun media. Media diperlukan bagi lansia untuk
berdasarkan usia, ras dan etnis. Faktor genetik, meningkatkan pengetahuan mengenai hipertensi dan
berperan pada terjadinya tekanan darah, penyakit tindakan pengendaliannya. Sehingga lansia dapat
jantung dan kondisi terkait lain. Risiko terkena mempertahankan aktivitas tersebut dan memperbaiki.
tekanan darah tinggi dapat meningkat apabila Bagi lansia yang belum melakukan tindakan
terdapat kombinasi faktor keturunan dan pilihan gaya pengendalian, dapat dijadikan motivasi untuk
hidup yang tidak sehat, seperti merokok, dan diet melakukan tindakan tersebut.
makanan yang tidak sehat (Centers of Disease
Control and Prevention, 2014).
Selain hal diatas, keterkaitan antara tindakan REFERENSI
pengendalian dengan riwayat hipertensi dapat Aditya, D. 2012. Perbedaan Tingkat Pengetahuan
diperkuat dengan pernyataan bahwa seorang Pencegahan Demam Berdarah Dengue di Wilayah
penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi Endemis dan Non Endemis. Laporan Hasil
primer (esensial), apabila dibiarkan secara alamiah Karya Tulis Ilmiah. Program Pendidikan Sarjana
bersama lingkungannya, akan menyebabkan Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas
hipertensinya berkembang dan dalam waktu sekitar Diponegoro. (Online) Tersedia di: http://eprints.
30-50 tahun akan timbul berbagai gejala-gejala lain un di p . ac . i d / 37 50 0 / 1 / D I M A S _ AD I T Y A _
(Widjaja, 2012). Sesuai pernyataan diatas, maka RAHADIAN_G2A008060_LAPORAN_KTI.pdf
seseorang yang memiliki riwayat hipertensi (Sitasi 17 Maret 2017)
dianjurkan untuk melakukan tindakan pengendalian. Agung, A., M, Jane., E. Iyone. 2016. Hubungan
Tindakan tersebut bertujuan untuk memperkecil Tingkat Pengetahuan Masyarakat dengan
risiko dan mencegah adanya komplikasi terkait Tindakan di Desa Motoboi Kecil Kecamatan
dengan hipertensi. Kotamobagu Selatan. Jurnal Kedokteran
Komunitas dan Tropik. Vol. IV No.1.
SIMPULAN DAN SARAN Agus, T. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan
Tentang Stroke Dengan Perilaku Pencegahan
Simpulan Stroke Pada Klien Hipertensi Di Puskesmas
Depok Ii Sleman Yogyakarta. (Online) Tersedia
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa tidak di: http:// journal.respati.ac.id/
terdapat hubungan antara pengetahuan dengan index.php/ilmukeperawatan/
tindakan pencegahan. Pengetahuan lansia mengenai article/download/211/185 (Sitasi 05 Maret 2017)
hipertensi cukup, meskipun mayoritas lansia Ann, A., Erwianto., Sari A., Barack, Rossana.,
berpendidikan sekolah dasar tidak menjadi Hersunarti, Nani., Anna, Antonia., dkk. 2015.
penghambat lansia untuk meningkatkan pengetahuan. Pedoman Tatalaksana Hipertensi pada Penyakit
Tindakan pengendalian lansia sudah baik, tetapi Kardiovaskular. Perhimpunan Dokter Spesialis
lansia tidak menyadari bahwa apa yang mereka Kardiovaskular Indonesia.
lakukan selama ini merupakan tindakan pengendalian Astria, M. 2009. Faktor Hereditas, Obesitas dan
karena tindakan tersebut sudah menjadi kebiasaan Asupan Natrium Terhadap Kejadian Hipertensi.
sehari-hari.
Skripsi. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Nur, Farida. 2009. Faktor Risiko Hipertensi pada
Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang. Empat Kabupaten/Kota dengan Prevalensi
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Hipertensi Tertinggi di Jawa dan Sumatera.
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Skripsi. Departemen Gizi Masyarakat Fakultas
Kesehatan Dasar Provinsi Jawa Timur. Badan Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor.
Penelitian dan Pengembangan. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
Badan Pusat Statistik. 2014. Statistik Penduduk RI. 2013. Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di
Lanjut Usia. Katalog BPS: 4104001. Indonesia. Bhakti Husada: Kementerian
Centers for Disease Control and Prevention. 2014. Kesehatan RI.
High Blood Pressure. (Online) Tersedia di: Pusat data dan Informasi Kementerian Kesehatan
https:// www.cdc.gov /bloodpressure/ RI. 2014. Infodatin Hipertensi. Kementerian
family_history.htm (Sitasi 19 Maret 2017) Kesehatan RI.
Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Pusat data dan Informasi Kementerian Kesehatan
Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Teknis RI. 2014. Infodatin Situasi Kesehatan Jantung.
Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Hipertensi. Kementerian Kesehatan RI.
Indonesia Sehat 2010. Pusat data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Hikmarida, F. 2014. Keeratan Penyimpanan dan 2016. Infodatin Situasi Lanjut Usia di Indonesia.
Pencatatan dengan Kualitas Rantai Dingin Vaksin Kementerian Kesehatan RI.
DPT di Puskesmas. Jurnal Berkala Epidemiologi, Rina, P. 2015. Faktor-faktor yang Berhubungan
Volume 2, No. 3. (Online) Tersedia di: http://e- dengan Kejadian Hipertensi pada Penderita Rawat
journal.unair.ac.id/ index.php/JBE/article/ Inap di RSU Sari Mutiara Medan Tahun 2014.
view/1304/1063 (Sitasi 20 Maret 2017) Jurnal Ilmiah Keperawatan. Vol 1, No. 1.
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Sugiharto, A. 2007. Faktor-faktor Risiko Hipertensi
Kesehatan Dasar. Grade II pada Masyarakat (Studi Kasus di
Krisna, B. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Kabupaten Karanganyar). Tesis. Program
Keluarga dengan Sikap Pencegahan Komplikasi studi Magister Epidemiologi Program Sarjana
pada Pasien Hipertensi di Wilayah Kerja Universitas Diponegoro Semarang.
Puskesmas Sangkah Surakarta. Srkipsi. Fakultas Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian.
Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Bandung: Penerbit Alfabeta.
Surakarta. 2013. (Online) Tersedia di: Torang, R. 2015. Mengenal Hipertensi. RSUD
http://eprints. ums.ac.id/ 28855/ DR Soewandi. (Online) Tersedia di: http: // rs-
19/NASKAH_PUBLIKASI.pdf (Sitasi 05 Maret soewandhi.surabaya.go.id/profil.php?get=det_
2017) artikel&artikel=14 (Sitasi 22 Maret 2017)
Lansianjayani, T., Martini, S. 2014. Hubungan antara Tri, P. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan
Obesitas dan Perilaku Merokok Terhadap tentang Hipertensi dengan Upaya Pencegaham
Kejadian Hipertensi. Jurnal Berkala Kekambuhan Hipertensi pada Lansia di Desa
Epidemiologi. Volume 2, No. 3. Bulukan Kecamatan Colomadu Kab.
Marini, D., 2009 Gambaran Pengetahuan, Sikap Karanganyar. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan
dan Tindakan mengenai DBD pada Keluarga di Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009) [Under Wawan A., Dewi, M. 2010. Teori dan Pengukuran
graduate Thesis]. Medan: Universitas Sumatera Pengetahuan, Sikap dan. Perilaku Manusia.
Utara. 2009 (Online) Tersedia di: http://repository. Yogyakarta: Nuha Medika; . p. 11-18.
usu.ac.id/bitstream/123456789/14267/1/10E00022.pdf
Widjaja, R. 2012. Penyakit Kronis Tindakan,
(Sitasi 20 Maret 2017) Pencegahan, Pengobatan Secara Medis Maupun
Nisa, I., 2012. Ajaibnya Terapi Herbal Tumpas Tradisional. Jakarta: Bee Media Indonesia.
Penyakit Darah Tinggi Lebih aman, Mudah, Yonata, A., Satria, A. 2016. Hipertensi sebagai
Murah dan Berkhasiat. Jakarta Timur: Dunia Faktor Pencetus Terjadinya Stroke. Majority
Sehat. Vol. 5 No. 3.
Nuarima, A. 2012. Faktor Risiko Hipertensi pada Christy, M.Y. 2014. Faktor yang Berhubungan
Masyarakat di Desa Kabongan Kiduk, Kabupaten dengan Kejadian Dehidrasi Diare pada Balita di
Rembang. Laporan Hasil Penelitian Karya Tulis Wilayah Kerja Puskesmas Kalijudan. Jurnal
Ilmiah. Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Berkala Epidemiologi. Vol. 2, No. 3, p. .297-308.
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 1, No. 1, Januari 2018
ISSN 2614-4719

HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA HIPERTENSI TENTANG


STROKE DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN STROKE
DI PUSKESMAS HELVETIA MEDAN
TAHUN 2016

Hamonangan Damanik
Dosen STIKes Imelda Medan
E-mail : hamonangandamanik1@gmail.com

ABSTRACT

The quality of working life is one way to improve the performance of


nurses as it will contribute to the success of the organization and the positive
impact for the organization. The aim of this study was to determine the
relationship of the quality of working life with the performance of nurses in a
private hospital in Medan in 2015. This study is a quantitative research with cross
sectional design. The population in this study are all nurses there diruang
inpatient Imelda Hospital as many as 134 people. The amount of sample is 57
people, the type of sampling using simple random sampling method. Analysis of
data using univariate analysis, bivariate analysis with Pearson Correlation test to
analyze the relationship between the quality of working life with the performance
of nurses at Imelda Hospital Medan. The findings of the data analysis with
Pearson Correlation test obtained by value p> 0.05 (p = 0.452), which means
there is no significant relationship between the quality of working life with nurse
performance, and quality of work life factors that have a significant relationship
with performance is a factor compensation A balanced, problem solving and the
factors factor pride for the institution, while other factors have no significant
relationship with performance. Recommended to the hospital management to
continue to improve the application of the quality of work life of nurses by
performing career development, job coaching nurses, monitor and evaluate on an
ongoing basis so that the performance of nurses continues to be improved.

Keywords: Quality of Work Life, Performance, Nurse, Hospital

PENDAHULUAN orang karena penyakit lainnya yang


Hipertensi merupakan berbahanya seperti: stroke, serangan
peningkatan dari tekanan darah jantung, gagal jantung, dan gagal
systolik diatas standar. Hipertensi ginjal (Vitahealth , 2008).
termasuk penyakit dengan angka Sesuai dengan survei di
kejadian (angka prevalensi) yang Indonesia yang dilakukan dalam
cukup tinggi dan dikaitkan dengan masyarakat, telah dikumpulkan
kematian dari hampir 14 ribu pria di angka-angkanya, prevalensi
Amerika setiap tahunnya. Hipertensi hipertensi berkisar 6 – 15 % dari
ikut berperan dalam kematian ribuan seluruh penduduk di Indonesia.

73
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 1, No. 1, Januari 2018
ISSN 2614-4719
Sedangkan data dari Depertemen biasanya dapat di atasi dan kondisi
Kesehatan Sumatra Utara Tahun pasien dapat pulih kembali
2009 didapatkan 11% penduduk di sepenuhnya bahkan segala aktifitas
Medan menderita hipertensi dari dan produktifitas dapat berlangsung
angka tersebut 60% penderita seperti semula. Dengan demikian
hipertensi terkena stroke (Marliani, perawatan terhadap pasien stroke
L 2009). harus dimulai sedini mungkin.
Stroke dapat menyerang Keterlambatan akan menimbulkan
siapa saja, terutama penderita hal-hal yang kurang baik dan tidak
penyakit-penyakit kronik seperti, di ingginkan. Jenis stroke sendiri ada
hipertensi, diabetes dan juga jantung. dua macam, stroke iskemik dan
Karenanya bagi penderita penyakit- stroke hemoragik (Lumbantobing,
penyakit kronik tersebut harus selalu 2000). Gejala stroke iskemik dapat
waspadai akan datangnya serangan berupa lumpuh sebelah, mati
stroke. Penyakit-penyakit kronik sebelah, kesulitan berbahasa dan
tersebut dapat di atasi dengan cara gangguan penglihatan, vertigo,
mengurangi rokok, minuman yang penglihatan rangkap, kelumpuhan
berakohol, makanan yang total, mati rasa, gagap, dan afasia.
mengandung banyak garam, Stroke hemoragik dapat
olahraga yang teratur, jangan menyebabkan pasien lebih tampak
melakukan aktifitas fisik dan otak parah sekitarnya. Kondisi pasien
yang berlebihan, menghindari stress cepat memburuk dari pada stroke
, depresi serta harus dapat iskemik, disertai dengan sakit kepala
mengontrol emosi, menerapkan pola yang berat kesadaran yang
dan gaya hidup yang teratur dan terganggu, mual dan muntah.
selaras dengan ajaran agama, serta Pada pasien stroke
rutin berkonsultasi dengan dokter kelumpuhan pada anggota gerak
(Pinzon, 2010). badan dapat mencapai sekitar 50-80
Gejala stroke tidak selalu %, sendangkan gangguan system
muncul pada kondisi yang berat, rasa terjadi sekitar 25 % yang berupa
serangan stroke yang ringan bisa kesemutan, baal, nyeri pada sisi
ditangani dengan tepat dan cepat , maupun pada seluruh tubuh. Kondisi
demikian harus benar-benar kesadaran mau mempernbaiki
dipahami oleh masyarakt dalam kebiasaan yang mengundang
melakukan perilaku pencegahan munculnya stroke ini (terutama bagi
stroke. yang beresiko tinggi).
Usaha pencegahan serangan Perilaku pencegahan
stroke adalah menyingkirkan factor masyarakat akan stroke di wilayah
resiko (konsumsi alcohol, rokok, dan kerja Puskesmas Helvetia Medan
lain-lain), terutama bagi mereka sangat di pengaruhi oleh tingkat
yang memiliki tekanan darah tinggi, pengetahuan masyarakat yang
penyaikt jantung trasien iskemik sebagian besar masih kurang
(gangguan pasokan darah sesaat), mengenal stroke. Pada observasi
diabetes meletus, kolestrol darah yang di lakukan oleh peneliti
tinggi dan kebiasaan riwayat sebanyak 5 orang tidak tahu
keluarga atau keturunan, usia, jenis bagaimana perilaku pencegahan
kelamin (pria beresiko) dan rasa. Hal stroke. Proses terjadinya
ini masalah usaha pencegahan lebih pengetahuan menjadi masalah
di utamakan dari pada pengobatan mendasar dalam usaha upaya
dengan menjahui faktor resiko pencegahan stroke. Kurangnya
sehingga melakukan prilaku pengetahuan masyarakat tentang
pencegahan stroke. stroke di wilayah kerja Puskesmas
Penanganan stroke harus Helvetia Medan akan dapat
ditangani dengan tuntas meskipun mempengaruhi oleh prilaku
memerlukan biaya yang besar. Bila pencegahan stroke yang diakibatkan
pasien stroke ditangani dengan oleh merokok, minum alkohol,
segera yaitu dalam waktu 60 menit makan garam banyak, makanan
setelah terkena stroke (the golden berlemak, dan tidak mengontrol
moment) peluang untuk sembuh emosi. Karma itu, upaya untuk
tanpa cacat cukup besar. Dengan membentuk prilaku pencegahan
perilaku pencegahan stroke, orang terhadap stroke pada pencegahan
dapat menyadari risiko yang akan di hendaknya dilakukan.
alaminya. Resiko yang akan di Data yang didapati peneliti,
alaminya dan dengan penuh sekitar 599 orang menderita
hipertensi Puskesmas
di wilayah Medan
75
Helvetia pasien dilakukan diskriptif
selama yang dengan korelatif
Desembe menderita olah raga dengan
r 2016 hipertensi secara pendekatan
dan mempuny teratur, cross
penderita ai faktor diet sectional.
stroke resiko teratur, Pop
yang terkena perubahan ulasi dalam
disebabk stroke. pola penelitian
an oleh Serangan hidup. ini adalah
hipertensi stroke Agar pasien yang
adalah dapat seorang menderita
sekitar terjadi dapat hipertensi
100 tiba-tiba, menguran di Wilayah
pasien. umumnya gi Puskesmas
Klien karena serangan
yang pasien stroke
menderit tidak diperlukan
a stroke mengetahu pengetahu
berat i gejala an yang
sebanyak terjadinya cukup dan
30 orang, serangan perawatan
sedang stroke dan hipertensi.
34 orang, tidak
dan melakukan METOD
OLOGI
ringan 36 upaya
PENELIT
orang. yang tepat IAN
Berdasar untuk Pe
kan data mengurang nelitian ini
tersebut i stroke. merupakan
dapat Upaya penelitian
disimpul menguran kuantitatif
kan gi stroke dengan
bahwa dapat desain
76
Helveti univaria Helveti 65,7 %,
a
a t, dan menurut
Medan
Medan analisis 2016 pendidika
(n=35)
selama bivariat n
No Karakteristik Responden
periode dengan 1 Usia <35 tahun
responde
waktu uji chi 36-40 tahun n
41-65 tahun
peneliti square. Total mayoritas
an. 2 Pendidikan SMP SMA
SMA
Denga HASIL Total yaitu
PENELITIAN 3 Pekerjaan Tidak bekerja
n 65,7%,
I Wiraswasta
jumlah d Karyawan menurut
e PNS
pasien pekerjaan
n Total
rata- t D responde
i
rata ari tabel n
t
perbula a 1 diatas mayoritas
s
nnya dapat wiraswas
sebany R diketahu ta yaitu
e
ak 599 s i 34,3 %
orang. p bahwaus dan jenis
o
P n ia kelamin
engam d respond responde
e
bilan n en n
data mayorit mayoritas
T
dilakuk a as 41-65 perempua
an b tahun n yaitu
e
mengg l yaitu 51,4 %.
unakan A i
1
kuesio n v
Distrib
a a
ner. usi
l r
Frekue
Analisi i i
nsi
s a
s data Karakt
i t
eristik
mengg s
Respon
T
unakan den Di
U a
Puskes
analisis n b
mas
77
e (n=35) B Pengetahuan
l No f
Responden
erdasark 1 Baik 6
2 an tabel 2 Cukup 5
Distribusi Frekuensi 3 Kurang 24
Pemahaman Responden 4 diatas Total 35
Tentang Stroke di B
dapat
Puskesmas Helvetia Be
erdasarka
Medan 2016 (n=35) Pemahaman diketahu
No f rdasarkan
% n tabel 5
Responden i bahwa
1 Baik tabel
4 3
11,4
2 Cukup 6 17,1 diatas
evaluasi
3 Kurang diatas
25 71,4 dapat
Total 35 100 respond
dapat
diketahui
en
diketahui
B bahwa
tentang
bahwa
erdasarka pengetah
stroke di
aplikasi
n tabel 2 uan
Puskes
responden
diatas responde
mas
tentang
dapat n tentang
Helvetia
stroke di
diketahui stroke di
Medan
Puskesmas
bahwa Puskesm
mayorit
Helvetia
pemaham as
as
mayoritas
an Helvetia
kurang
kurang
responde Medan
yaitu
yaitu 60%.
n tentang mayoritas
77,1%.
Tabel 4
stroke di cukup
Distribusi Tabel 5
Puskesm Frekuensi Distrib yaitu
Evaluasi usi
as 68,6%.
Responde Frekue
Helvetia n Tentang nsi Tabel 6
Pencegah Pengeta Distribus
Medan
an Stroke huan i
mayoritas di Respon Frekuen
Puskesma den si
kurang
s Helvetia tentang Perilaku
yaitu Medan Stroke Pencega
2016 di han
71,4%.
(n=35) Puskes Respond
Tabel 3 mas en
Distribusi Frekuensi Helveti tentang
Aplikasi Responden a stroke di
Tentang Pencegahan Medan Puskesm
Stroke di Puskesmas 2016 as
Helvetia Medan Aplikasi
No 2016 f % (n=35) Helvetia
Responden
1 Baik 6 17,1 78
2 Cukup 8 22,9
3 Kurang 21 60,0
Total 35 100
Medan bahwa Perilaku Pemahama yang
2016
pencegahan nterhadap mempunyai
(n=35)
Perilaku stroke pada stroke pemahaman
No
Responden
1 Baik responden di dengan yang buruk
2 Cukup Puskesmas baik 5,7 42,9 %
3 kurang
Total Helvetia %respond responden
Berdas
mayoritas en yang
arkan tabel 6
kurang yaitu mempunya mempunyai
diatas dapat
54,3%. i perilaku perilaku
diketahui
pencegaha pencegahan
Tabel 7 No EvaluasiTabel 8
Responden
f % n stroke stroke
Tabulasi
1 Baik Tabulasi 5 14,3 yangbaik. yangburuk.
Silang 2 Cukup Silang 3 8,6
Pemahaman 3 kurang Aplikasi 27 77,1 Dari 17,1 Hasil uji
Penderita Total Penderita35 100
Hipertensi % statistik
Hipertens
Pema- dengan reponden menunjukk
i dengan
haman Perilakuf % f %Perilaku
f % f %
Pencegahan
Baik 2 5, 1 2,9 1 2,9 4 11,4
yang an bahwa
Pencegah
Stroke di
7
mempuny ada
Cukup 0 0 3 an Stroke
8,6 3 8,6 6 17,1
Puskesmas
Buruk 0 0 10 28,6 di 15 42,9 25 71,4 ai hubungan
Helvetia
Total 2 5,7 14 40,0 19 54,3 35 100
Puskesma
Medan 2016 Pemahama antarapema
s Helvetia
(n=35)
Perilaku Medan n terhadap haman
pencegahan stroke 2016 (n=
Totalp stroke penderita
Baik Cukup 35)
Buruk
Perilaku
pencegahan stroke
dengan hipertensi
0.00 2 Total
Ba C B
A plikasi
ik u u
cukup8,6 dengan
f % f % f % f % 0.002
k r
u u
Baik 2%5, 1 2,9 1 2,9 4 perilaku
11,4
7
p k Cukup 0 responden
0 3 8,6 3 8,6 6 pencegahan
17,1
Buruk 0 0 10 28,6 15 42,9 25 71,4
Total 2 mempuny
5,7 14 40,0 stroke
19 54,3 35 100,0

ai perilaku dengan
Berdasarkan tabel 7
diatas pencegaha nilai p =
Ta d dapat
dapat diketahui bahwa bel i n stroke 0,002.
dari 11,4 % a yang
8 t
a buruk.
s Dan dari
reponden mempunya 71,4 %
yang i responden
79
diketah mempun han n antara
ui yai stroke aplikasi
bahwa aplikasi yang penderita
dari terhadap buruk. hipertensi
17,1% stroke Hasil uji dengan
repond dengan statistik perilaku
en cukup14 menunju pencegah
yang ,3% kkan an stroke
mempu respond bahwa dengan
nyai en ada nilai p =
aplikas mempun hubunga 0,001.
i yai Tabel 9 terhadap
terhada perilaku Tabulasi Silang Evaluasi
stroke
Penderita Hipertensi
p pencega dengan Perilaku dengan baik
stroke han Pencegahan Stroke di
8,6
Puskesmas Helvetia
dengan stroke stroke
Perilaku pencegahan Medan 2016 (n=35) %responde
Baik Cukup Buruk Total p
baik Evaluasi f % f yang % f % f % 0.002 n
Baik 2 5, 3 8,6 0 0 5 14,3
8,6% 7 cukup. mempunyai
Cukup 0 0 2 5,7 1 2,9 3 8,6
respon Buruk 0 0 9Dan25,7dari
18 51,4 27 77,1 perilaku
Total 2 5, 14 40,0 19 54,3 35 100,0
den 7 60,0% pencegahan
mempu respond stroke yang
Be
nyai en yang cukup. Dari
rdasarkan
perilak mempun 8,6 %
tabel 9
u yai reponden
diatas
penceg aplikasi yang
dapat
ahan yang mempunyai
diketahui
stroke buruk evaluasi
bahwa
yang 45,7% terhadap
dari 14,3
cukup. respond stroke
%
Dari en yang dengan
reponden
22,9% mempun cukup 5,7%
yang
repond yai responden
mempuny
en perilaku mempunyai
ai evaluasi
yang pencega perilaku
80
pencegah dengan Tabel 10 dik
an stroke perilaku Tabulas
eta
i Silang
yang pencegaha Pengeta hui
buruk. n stroke huan
ba
Penderi
Dan dari dengan ta hw
77,1% nilai p = Hiperte
a
nsi
responde 0,002 dengan dar
n yang Pencega
i
han
mempun Stroke 17,
yai di
1
Puskes
evaluasi mas %
yang Helveti
rep
a
buruk Medan on
51,4% 2016
de
(n=35)
responde B n
n yang er ya
mempun d ng
yai as me
perilaku ar mp
pencegah k un
an stroke a yai
yang n Pe
buruk. ta ng
Hasil uji b eta
statistik el hu
menunju 1 an
kkan 0 ter
bahwa di ha
ada at da
hubungan as p
antaraeva d str
luasi a ok
penderita p e
hipertensi at de
81
n ai stroke stroke
g perilaku yang yang
a pencega cukup. buruk.
n han Dan dari Hasil uji
stroke 68,6 % statistik
b yang respond menunjuk
a cukup. en yang kan
i mempun bahwa
Pengeta- Perilaku pencegahan stroke
k huan Baik Cukup yai ada
f % f %
Baik 2 5, 4 11,4 pengeta hubungan
7
1 Cukup 0 0 4 11,4 huan antara
Buruk 0 0 6 17,1
1 yang pengetah
Total 2 5, 14 40,0
, 7 buruk uan penderita
D
4 51,4 % hipertensi dengan
ari 14,3
respond perilaku
%
% en yang pencegah
reponde
mempun an stroke
n yang
r yai dengan
mempun
e perilaku nilai p =
yai
s pencega 0,000
Pengeta
p han
huan
o PEMBAH an
terhadap
n ASAN
Hasil
stroke
d Hubunga
penelitian
dengan
e n
diperoleh
cukup
n pemaham
bahwa
11,4%
an
pemahaman
respond
m penderita
penderita
en
e hipertensi
hipertensi
mempun
m tentang
tentang
yai
p stroke
stroke
perilaku
u dengan
mayoritas
pencega
n Perilaku
buruk yaitu
han
y pencegah
71,4 %
82
dengan sehingga menginter Perilaku
perilaku pemahama prestasika pencegah
pencegah n n materi an stroke
an stroke untuk secara sangat
dengan melakukan benar, didasari
kategori perilaku orang oleh
buruk pencegaha yang telah pemaham
yaitu n stroke paham an
42,9%. pada terhadap seseorang
Hal ini penderita suatu tentang
dapat hipertensi objek pengetah
dilihat juga materi uan akan
dari hasil buruk. harus stroke itu
kuesioner Menurut menjelaska sendiri.Pe
yang Notoadmo n, mahaman
telah jo (2007) menyebut pencegah
pemahama kan an stroke
n dan di dapat
kepada
menyimpu dari
responde (comprehe
lkan, pendidika
n,dimana nsion)
objek n
dari hasil diartikan
yang telah kesehatan
jawaban sebagai
dipelajari. , pada
responde suatu
dasarnya
n kemampua
pendidika
n untuk
menyatak n
menjelask
an mempeng
an secara
ketidakta aruhi
benar
huan proses
tentang
responde belajar,
objek
n makin
yang di
terhadap tinggi
ketahui
penyakit pendidika
dan dapat
stroke, n
83
seeoran diperole responde perilaku
g h bahwa n, pencegah
makin aplikasi dimana an strok
mudah penderit dari juga
orang a hasil buruk.
tersebu hiperten jawaban Menurut
t untuk si responde Notoadm
memah tentang n ojo
ami stroke menyata (2007)
suatu mayorita kan aplikasi
materi. s buruk ketidakt diartikan
yaitu ahuan apabila
Hubun 60% akan orang
gan dengan penyakit yang
Aplika perilaku stroke telah
si pencega sehingg memaha
pender han a mi objek
ita stroke aplikasi yang
hiperte dengan untuk dimaksud sehingga
nsi kategori melakuk dapat
tentan buruk an
g yaitu mengguna .
stroke 45,7% kan atau
denga %. Hal Becker
mengaplik
n ini dapat (1979)
asikan
Perila dilihat dalam buku
prinsip
ku dari Notoadmoj
yang telah
penceg hasil o
diketahui
ahan kuesion mengklafisi
tersebut
D er yang kasikan
seperti
ari telah perilaku
merencana
hasil dibagika yang
kan
peneliti n berhubunga
progam
an kepada n dengan
kesehatan.
84
progam n Kedua sebab
kesehatan peroranga perilaku penyakit,
yaitu n, memilih sakit serta
pertama makanan (illness
perilaku dan pola behaviour
kesehatan hidup ) segala
(health sehat. tindakan
behavior) Pencegaha atau
adalah n stroke kegiatan
hal-hal seperti yang
yang makan dilakukan
berkaitan dengan oleh
dengan menu individu
tindakan yang yang
atau seimbang, merasa
kegiatan sering sakit,
seseorang berolahrag untuk
dalam a, tidak merasakan
memeliha merokok, dan
ra dan tidak mengenal
meningka minum keadaan
tkan minuman kesehatan
keras, nya,
kesehatan
istirahat termasuk
nya,
yang disni
termasuk
cukup, kemampua
juga
pengendali n atau
tindakan-
an stress pengetahu
tindakan
dan an
untuk
perilaku individu
mencega
gaya untuk
h
hidup megidentif
penyakit,
yang ikasikan
kebersiha
positif. penyakit,
85
usaha- D kategori P
usaha ari hasil cukup. enelitian
mence penelitia Hal ini ini juga
gah n diperkua didukung
penyak diperole t dari oleh
it yang h bahwa hasil uji penelitian
datang. aplikasi statistik Indra
Dan penderit dengan Setiawan
ketiga a menggu (2009)
perilak hiperten nakan mengenai
u peran si uji gambaran
sakit terhadap korelasi perilaku
(the stroke Chi penderita
sidk dalam square hipertensi
role katagori menunju tentang
behavi buruk kkan stroke
or) adalaha bahwa terhadap
adalah 60,0 % terdapat perilaku
segala dengan hubunga pencegah
tindaka 45,7% n an
n atau perilaku antaraap dimana
kegiata pencega likasi hasil
n yang han penderit penelitian
dilakuk stroke a nya
an oleh dengan hiperten menyebut
individ kategori si kan
u yang buruk dengan bahwa
sedang dan 14,3 perilaku ada
sakit % pencega pengaruh
untuk perilaku han langsung
mempe pencega strok aplikasi
roleh han dengan pengetah
kesemb stroke nilai p = uan
uhan. dengan 0,002. penderita
86
hiperte dengan perilaku juga buruk.
nsi perilaku pencegaha Evaluasi
pencegah dapat n stroke berkaitan
an stroke menguran dengan dengan
yang gi factor kategori kemampua
ditunjukk resiko buruk n seseorang
an terkena yaitu untuk
dengan penyakit 51,4% %. melakukan
nilai p = stroke. Hal ini justifikasi
0,002 Hubunga dapat atau
Ja n dilihat dari penilaian
di Evaluasi hasil terhadap
diharapka penderita kuesioner suatu objek
n kepada hipertensi yang telah tertentu
penderita tentang dibagikan sehingga
hipertensi stroke kepada penilaian
untuk dengan responden, ini dengan
mengetah Perilaku dimana
ui pencegah dari hasil
aplikasi an jawaban
dari Da responden
penyakit ri hasil menyataka
stroke penelitian n
sehingga diperoleh ketidaktah
penderita bahwaeval uan akan
hipertensi uasi evaluasi
dapat penderita tentang
melakuka hipertensi stroke,
n progam tentang sehingga
kesehatan stroke perilaku
untuk mayoritas untuk
pencegah buruk melakukan
an yaitu 77,1 pencegaha
sehinga % dengan n strok
87
sendiri pelaksan as. ditujukan
nya aan di Kedua untuk
didasar tujukan evaluasi menilai
kan terhadap hasil sejauh
pada pelaksan progam mana
suatu aan ditujuka progam
kriteria progam n untuk ini
. yang menilai mempun
D menyan sejauh yai
alam gkut mana dampak
evaluas penggun progam terhadap
i aan tersebut peningkat
penceg sumber berhasil, an
ahan daya misalny kesehatan
suatu seperti a sejauh .
penyak tenaga, mana D
it ada dan penderit ari hasil
tiga hal fasilitas a penelitian
evaluas yang hiperten diperoleh
i yang ada, si bahwa
berkait yang melakuk evaluasi
an mana an penderita
dengan seseoran control hipertensi
progam g tekanan terhadap
kesehat penderit darah, stroke
an a pencega dalam
yang hiperten han dan katagori
dilakuk si dapat sebagain buruk
an menggu ya.Dan adalah
yakni nakan ketiga 77,1 %
pertam fasilitas evaluasi dengan
a kesehata dampak 51,4%
evaluas n seperti progam perilaku
i proses puskesm yang pencegah
88
an u penyakit pengetahua
stroke pencega stroke n penderita
dengan han dapat tentang
kategor stroke diatasi. stroke
i buruk dengan mayoritas
dan kategori Hubunga buruk
25,7 % cukup. n sebanyak
perilak Hal ini Pengetah 68,6 %
diperkuat Jad uan dengan
dari hasil i penderita perilaku
uji diharapka hipertensi pencegahan
statistik n kepada tentang strokeburuk
dengan penderita stroke 51,4 %.
menggun hipertensi dengan Dari
akan uji untuk Perilaku hasil
korelasi mengetahu pencegah penggabun
Chi i an. gan antara
square bagaimana Da pemahaman
menunju penilaian ri hasil , aplikasi
kkan terhadap pengabung dan
bahwa penyakit an antara evaluasi
terdapat stroke pemahama maka
hubungan sehingga n, aplikasi pengetahua
antaraapli penderita dan n
kasi hipertensi evaluasi
penderita dapat pengetahu
hipertensi melakukan an
dengan progam penderita
perilaku kesehatan terhadap
pencegah melalui perilaku
an strok evaluasi pencegaha
dengan sehingga n stroke
nilai p = pencegaha maka di
0,002. n akan dapati
89
penderi square Agustin responde
ta menunju Setiawa n tentang
hiperte kkan ni stroke
nsi bahwa (2008) terhadap
tentang terdapat mengen perilaku
stroke hubunga ai pencegah
mayori n faktor- an yang
tas pengeta faktor ditunjukk
buruk hua yang an
yaitu penderit mempen dengan
68,6% a garuhi nilai p =
dengan hiperten perilaku 0,000
51,4% si pencega Ja
perilak terhadap han di
u stroke stroke diharapka
penceg dengan pada n kepada
ahan perilaku penderit penderita
terhada pencega a hipertensi
p han di hiperten untuk
stroke Puskesm si mempun
buruk. as dimana yai
Hal ini Helvetia hasil pengetah
diperku Medan penelitia uan
at dari 2011 nnya terhadap
hasil dengan menyeb stroke
uji nilai p utkan dengan
statisti = 0,002. bahwa memaha
k P ada mitentan
dengan enelitian pengaru g
mengg ini juga h pencegah
unakan didukun langsun an stroke
uji g oleh g sehingga
korelas penelitia pengeta dapat
i Chi n huan mengapli
90
kasikan ahan kar Lowrence,
sutatu stroke ta G.
progam dan : (198
kesehat dapat Ri 0).
an memini ner Dal
terhada malis ka am
p factor Cip Buk
penceg ta u
resiko atan. Lumbatobi Not
terkena Jakarta: ng, oad
stroke Buku S moj
pada Ke (20 o:
do 03) Pen
penderita
kte
hipertensi ran . didi
EG Me kan
.
C.
tod dan
Indra, S.
DAFTA olo Peri
(20
R gi laku
PUSTA 09)
KA Pe Kes
.
Brunner, nel ehat
Ga
itia an
ya
(2001). n (200
Hi
Keperaw Ke 3).
du
atan per Jaka
p
Medical aw rta:
Pe
Bedah, ata Rine
nd
Jakarta: n, ka
eri
Rineka Jak Cipt
ta
Cipta. art a.
Doenges. Hi a: Marliani, L.
(2000). per Rin (200
Rencana ten eka 9),
Asuhan si. Cip 100
Keperaw Ja ta. Que
91
st Pe Pr Notoatmojo, S.
io ner om (2010).
n ap osi Metodolo
a an Ke gi
n seh penelitian
Me
d ata Kesehata
tod
A n n. Jakarta
olo
ns da :Rineka
gi Cipta
w n
Pe Pinzon, R. (2010),
er nel Pe
Awas Stroke.
. itia ril
n Andi
Ja ak Publiser:
ka Ilm u Jakarta.
u Rogers.
rt Ke
Ke (1
a: seh
per 97
G ata
aw 4)
ra n.
ata ,
m Jak
n. D
ed art
ia. a: al
Jak
Nursalam Rin a
art
, erk m
a:
(2 a B
Sal
00 Cip u
em
3) ta. k
ba
. u
Me
K N
dik
o ot
a:
ns o
Notoatmoj
e a
o,
p d
S.
d m
(20
a oj
07)
n o:
,
92
P n n n.
e , e Ri
n J a ne
d a n rk
i k g a
d r a Ci
i t n pt
k a a a:
a : n Ja
n R ka
i s rt
D n t a
a e r Skiner.
l k o (1
a a k 99
m C e 7)
i d .
P p a D
e t n al
r a a
i Setiawa p m
l n e B
a , n uk
k A a u
u . t N
( a ot
K 2 l o
e 0 a a
s 0 k d
e 8 s m
h ) a oj
a . n o:
t P a K
a e a es
93
e a n ra
h r a m
a t t ed
t a a ia
a : l Vitahealth. (2008).
Hipertensi.
n R a
Gramedia:
i k
Jakarta.
d n s
a e a
n k n
a a
P C a
e i n
r p
i t S
l a t
a Sutrisno, A. r
k (2008), Stroke?. o
u Gramedia: k
Jakarta
e
Sudjana (2005).
k Metode Statistika. A
e Bandung: k
s Tarsito u
e Teramirj t
h a .
a , J. J
t ( a
a 1 k
n 9 a
, 9 r
7 t
J ). a
a P :
k e G
94
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 1, No. 1, Januari 2018
ISSN 2614-4719

HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA HIPERTENSI TENTANG


STROKE DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN STROKE
DI PUSKESMAS HELVETIA MEDAN
TAHUN 2016

Hamonangan Damanik
Dosen STIKes Imelda Medan
E-mail : hamonangandamanik1@gmail.com

ABSTRACT

The quality of working life is one way to improve the performance of


nurses as it will contribute to the success of the organization and the positive
impact for the organization. The aim of this study was to determine the
relationship of the quality of working life with the performance of nurses in a
private hospital in Medan in 2015. This study is a quantitative research with cross
sectional design. The population in this study are all nurses there diruang
inpatient Imelda Hospital as many as 134 people. The amount of sample is 57
people, the type of sampling using simple random sampling method. Analysis of
data using univariate analysis, bivariate analysis with Pearson Correlation test to
analyze the relationship between the quality of working life with the performance
of nurses at Imelda Hospital Medan. The findings of the data analysis with
Pearson Correlation test obtained by value p> 0.05 (p = 0.452), which means
there is no significant relationship between the quality of working life with nurse
performance, and quality of work life factors that have a significant relationship
with performance is a factor compensation A balanced, problem solving and the
factors factor pride for the institution, while other factors have no significant
relationship with performance. Recommended to the hospital management to
continue to improve the application of the quality of work life of nurses by
performing career development, job coaching nurses, monitor and evaluate on an
ongoing basis so that the performance of nurses continues to be improved.

Keywords: Quality of Work Life, Performance, Nurse, Hospital

PENDAHULUAN orang karena penyakit lainnya yang


Hipertensi merupakan berbahanya seperti: stroke, serangan
peningkatan dari tekanan darah jantung, gagal jantung, dan gagal
systolik diatas standar. Hipertensi ginjal (Vitahealth , 2008).
termasuk penyakit dengan angka Sesuai dengan survei di
kejadian (angka prevalensi) yang Indonesia yang dilakukan dalam
cukup tinggi dan dikaitkan dengan masyarakat, telah dikumpulkan
kematian dari hampir 14 ribu pria di angka-angkanya, prevalensi
Amerika setiap tahunnya. Hipertensi hipertensi berkisar 6 – 15 % dari
ikut berperan dalam kematian ribuan seluruh penduduk di Indonesia.

73
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 1, No. 1, Januari 2018
ISSN 2614-4719
Sedangkan data dari Depertemen biasanya dapat di atasi dan kondisi
Kesehatan Sumatra Utara Tahun pasien dapat pulih kembali
2009 didapatkan 11% penduduk di sepenuhnya bahkan segala aktifitas
Medan menderita hipertensi dari dan produktifitas dapat berlangsung
angka tersebut 60% penderita seperti semula. Dengan demikian
hipertensi terkena stroke (Marliani, perawatan terhadap pasien stroke
L 2009). harus dimulai sedini mungkin.
Stroke dapat menyerang Keterlambatan akan menimbulkan
siapa saja, terutama penderita hal-hal yang kurang baik dan tidak
penyakit-penyakit kronik seperti, di ingginkan. Jenis stroke sendiri ada
hipertensi, diabetes dan juga jantung. dua macam, stroke iskemik dan
Karenanya bagi penderita penyakit- stroke hemoragik (Lumbantobing,
penyakit kronik tersebut harus selalu 2000). Gejala stroke iskemik dapat
waspadai akan datangnya serangan berupa lumpuh sebelah, mati
stroke. Penyakit-penyakit kronik sebelah, kesulitan berbahasa dan
tersebut dapat di atasi dengan cara gangguan penglihatan, vertigo,
mengurangi rokok, minuman yang penglihatan rangkap, kelumpuhan
berakohol, makanan yang total, mati rasa, gagap, dan afasia.
mengandung banyak garam, Stroke hemoragik dapat
olahraga yang teratur, jangan menyebabkan pasien lebih tampak
melakukan aktifitas fisik dan otak parah sekitarnya. Kondisi pasien
yang berlebihan, menghindari stress cepat memburuk dari pada stroke
, depresi serta harus dapat iskemik, disertai dengan sakit kepala
mengontrol emosi, menerapkan pola yang berat kesadaran yang
dan gaya hidup yang teratur dan terganggu, mual dan muntah.
selaras dengan ajaran agama, serta Pada pasien stroke
rutin berkonsultasi dengan dokter kelumpuhan pada anggota gerak
(Pinzon, 2010). badan dapat mencapai sekitar 50-80
Gejala stroke tidak selalu %, sendangkan gangguan system
muncul pada kondisi yang berat, rasa terjadi sekitar 25 % yang berupa
serangan stroke yang ringan bisa kesemutan, baal, nyeri pada sisi
ditangani dengan tepat dan cepat , maupun pada seluruh tubuh. Kondisi
demikian harus benar-benar kesadaran mau mempernbaiki
dipahami oleh masyarakt dalam kebiasaan yang mengundang
melakukan perilaku pencegahan munculnya stroke ini (terutama bagi
stroke. yang beresiko tinggi).
Usaha pencegahan serangan Perilaku pencegahan
stroke adalah menyingkirkan factor masyarakat akan stroke di wilayah
resiko (konsumsi alcohol, rokok, dan kerja Puskesmas Helvetia Medan
lain-lain), terutama bagi mereka sangat di pengaruhi oleh tingkat
yang memiliki tekanan darah tinggi, pengetahuan masyarakat yang
penyaikt jantung trasien iskemik sebagian besar masih kurang
(gangguan pasokan darah sesaat), mengenal stroke. Pada observasi
diabetes meletus, kolestrol darah yang di lakukan oleh peneliti
tinggi dan kebiasaan riwayat sebanyak 5 orang tidak tahu
keluarga atau keturunan, usia, jenis bagaimana perilaku pencegahan
kelamin (pria beresiko) dan rasa. Hal stroke. Proses terjadinya
ini masalah usaha pencegahan lebih pengetahuan menjadi masalah
di utamakan dari pada pengobatan mendasar dalam usaha upaya
dengan menjahui faktor resiko pencegahan stroke. Kurangnya
sehingga melakukan prilaku pengetahuan masyarakat tentang
pencegahan stroke. stroke di wilayah kerja Puskesmas
Penanganan stroke harus Helvetia Medan akan dapat
ditangani dengan tuntas meskipun mempengaruhi oleh prilaku
memerlukan biaya yang besar. Bila pencegahan stroke yang diakibatkan
pasien stroke ditangani dengan oleh merokok, minum alkohol,
segera yaitu dalam waktu 60 menit makan garam banyak, makanan
setelah terkena stroke (the golden berlemak, dan tidak mengontrol
moment) peluang untuk sembuh emosi. Karma itu, upaya untuk
tanpa cacat cukup besar. Dengan membentuk prilaku pencegahan
perilaku pencegahan stroke, orang terhadap stroke pada pencegahan
dapat menyadari risiko yang akan di hendaknya dilakukan.
alaminya. Resiko yang akan di Data yang didapati peneliti,
alaminya dan dengan penuh sekitar 599 orang menderita
hipertensi Puskesmas
di wilayah Medan
75
Helvetia pasien dilakukan diskriptif
selama yang dengan korelatif
Desembe menderita olah raga dengan
r 2016 hipertensi secara pendekatan
dan mempuny teratur, cross
penderita ai faktor diet sectional.
stroke resiko teratur, Pop
yang terkena perubahan ulasi dalam
disebabk stroke. pola penelitian
an oleh Serangan hidup. ini adalah
hipertensi stroke Agar pasien yang
adalah dapat seorang menderita
sekitar terjadi dapat hipertensi
100 tiba-tiba, menguran di Wilayah
pasien. umumnya gi Puskesmas
Klien karena serangan
yang pasien stroke
menderit tidak diperlukan
a stroke mengetahu pengetahu
berat i gejala an yang
sebanyak terjadinya cukup dan
30 orang, serangan perawatan
sedang stroke dan hipertensi.
34 orang, tidak
dan melakukan METOD
OLOGI
ringan 36 upaya
PENELIT
orang. yang tepat IAN
Berdasar untuk Pe
kan data mengurang nelitian ini
tersebut i stroke. merupakan
dapat Upaya penelitian
disimpul menguran kuantitatif
kan gi stroke dengan
bahwa dapat desain
76
Helveti univaria Helveti 65,7 %,
a
a t, dan menurut
Medan
Medan analisis 2016 pendidika
(n=35)
selama bivariat n
No Karakteristik Responden
periode dengan 1 Usia <35 tahun
responde
waktu uji chi 36-40 tahun n
41-65 tahun
peneliti square. Total mayoritas
an. 2 Pendidikan SMP SMA
SMA
Denga HASIL Total yaitu
PENELITIAN 3 Pekerjaan Tidak bekerja
n 65,7%,
I Wiraswasta
jumlah d Karyawan menurut
e PNS
pasien pekerjaan
n Total
rata- t D responde
i
rata ari tabel n
t
perbula a 1 diatas mayoritas
s
nnya dapat wiraswas
sebany R diketahu ta yaitu
e
ak 599 s i 34,3 %
orang. p bahwaus dan jenis
o
P n ia kelamin
engam d respond responde
e
bilan n en n
data mayorit mayoritas
T
dilakuk a as 41-65 perempua
an b tahun n yaitu
e
mengg l yaitu 51,4 %.
unakan A i
1
kuesio n v
Distrib
a a
ner. usi
l r
Frekue
Analisi i i
nsi
s a
s data Karakt
i t
eristik
mengg s
Respon
T
unakan den Di
U a
Puskes
analisis n b
mas
77
e (n=35) B Pengetahuan
l No f
Responden
erdasark
2 an tabel
Distribusi Frekuensi
Pemahaman Responden 4 diatas
Tentang Stroke di dapat
Puskesmas Helvetia Be
Medan 2016 (n=35) Pemahaman diketahu
No f rdasarkan
%
Responden i bahwa
1 Baik tabel
4 3
11,4
2 Cukup 6 17,1 evaluasi
3 Kurang diatas
25 71,4
Total 35 100 respond
dapat
en
diketahui
B
tentang
bahwa
erdasarka
stroke di
aplikasi
n tabel 2
Puskes
responden
diatas
mas
tentang
dapat
Helvetia
stroke di
diketahui
Medan
Puskesmas
bahwa
mayorit
Helvetia
pemaham
as
mayoritas
an
kurang
kurang
responde
yaitu
yaitu 60%.
n tentang
77,1%.
Tabel 4
stroke di
Distribusi Tabel 5
Puskesm Frekuensi Distrib
Evaluasi usi
as
Responde Frekue
Helvetia n Tentang nsi
Pencegah Pengeta
Medan
an Stroke huan
mayoritas di Respon
Puskesma den
kurang
s Helvetia tentang
yaitu Medan Stroke
2016 di
71,4%.
(n=35) Puskes
Tabel 3 mas
Distribusi Frekuensi Helveti
Aplikasi Responden a
Tentang Pencegahan Medan
Stroke di Puskesmas 2016
Helvetia Medan Aplikasi
No 2016 f % (n=35)
Responden
1 Baik 6 17,1 78
2 Cukup 8 22,9
3 Kurang 21 60,0
Total 35 100
1 Baik Distrib P troke di Tabel 8
2 Cukup usi e Puskesmas
3 Kurang Frekue ri Helvetia Tabulasi
Total nsi la Medan 2016 Silang
B Perilak k (n=35) Aplikasi
u u Perilaku pencegahan Penderita
erdasar stroke
Totalp
Pencega P Baik Cukup Hipertensi
kan Buruk dengan
han e
Respon n Perilaku
tabel 5
den c Pencegaha
diatas tentang e n Stroke di
stroke g Puskesmas
dapat
di a Helvetia
diketah Puskes h Medan
mas a 2016 (n=
ui
Helveti n 35)
bahwa a S Perilaku pencegahan
stroke
Medan Total
pengeta 0.00 2
A plikasi
Ba C B p
2016 f % f % f ik % fu u% 0.002
huan (n=35) Baik 2 5, 1 2,9 1 2,9 k r
4 11,4
7 u u
respon Perilaku
No Cukup 0 0 3 8,6 3 8,6 p k
6 17,1
Responden Buruk 0 0 10 28,6 15 42,9 25 71,4
den 1 Baik Total 2 5,7 14 40,0 19 54,3 35 100,0
2 Cukup
tentang 3 kurang
Total Berdasarkan tabel 7
stroke
Berdasar diatas
Ta d dapat
di
kan tabel 6 dapat diketahui bahwa be i
Puskes dari 11,4 % l a
diatas dapat t
mas
diketahui bahwa 8 a
Helveti s
No
Perilaku
Evaluasi
f %
a Responden reponden i perilaku
1 pencegahan
Baik 5 14,3
Medan yang pencegahan
2 Cukup
stroke pada 3 8,6
mayori 3 kurang 27 77,1 mempunya stroke
responden
Total di35 100
tas i yangbaik.
Puskesmas
cukup Pemahama Dari 17,1 %
Helvetia
yaitu nterhadap reponden
mayoritas
68,6%. stroke yang
kurang yaitu
Tabel 6 dengan mempunyai
54,3%.
baik 5,7 Pemahaman
Tabel 7
Pema- haman %respond terhadap
Tabulasi Silang
f % f % f % f %
Baik 2 5, 1 Pemahaman
2,9 1 2,9 4 11,4 en stroke
7 Penderita
Cukup 0 0 3 Hipertensi
8,6 3 8,6 6 17,1 mempunya dengan
dengan
Buruk 0 0 10 28,6 15 42,9 25 71,4
Total 2 5,7 14 40,0 19 54,3 35 100
79
cukup8,6 bahwa ada diketahu cukup14,
% hubungan i bahwa 3%
responde antarapem dari responde
n ahaman 17,1% n
mempun penderita reponde mempun
yai hipertensi n yang yai
perilaku dengan mempun perilaku
pencegah perilaku yai pencegah
an stroke pencegaha aplikasi an stroke
yang n stroke terhadap yang
buruk. dengan stroke cukup.
Dan dari nilai p = dengan Dan dari
71,4 % 0,002. baik 60,0%
responde 8,6% responde
n yang respond n yang
mempun en mempun
yai mempun yai
pemaham yai aplikasi
an yang perilaku yang
buruk pencega buruk
42,9 % han 45,7%
responde stroke responde
n yang yang n yang
mempuny cukup. mempun
ai Dari yai
perilaku 22,9% perilaku
pencegah reponde pencegah
an stroke n yang an stroke
yangburu mempun yang
k.Hasil yai buruk.
uji aplikasi Hasil uji
statistik terhadap statistik
menunju stroke menunju
kkan dengan kkan
80
bahwa nsi i perilaku pencegahan
ada dengan pencegaha stroke
hubung perilaku n stroke dengan
an pencega yang nilai p =
antara han buruk. 0,002
aplikas stroke Dan dari
i dengan 77,1%
penderi nilai p = responden
ta 0,001. yang
hiperte mempuny
Tabel 9 terhadap ai evaluasi
Tabulasi Silang yang
stroke
Evaluasi Penderita
Hipertensi dengan dengan buruk
Perilaku Pencegahan 51,4%
baik 8,6
Stroke di Puskesmas
Helvetia Medan 2016 %respond
Perilaku pencegahan stroke responden
Total p
(n=35) Evaluasi Baik Cukup Buruk
f % f % fen % f % 0.002 yang
Baik 2 5, 3 8,6 0 0 5 14,3
7 mempuny mempuny
Cukup 0 0 2 5,7 1 2,9 3 8,6
Buruk 0 0 9 ai perilaku
25,7 18 51,4 27 77,1 ai perilaku
Total 2 5, 14 40,0 19 54,3 35 100,0
7 pencegaha pencegaha

n stroke n stroke

yang yang
B
cukup. buruk.
erdasarka
Dari 8,6 % Hasil uji
n tabel 9
reponden statistik
diatas
yang menunjuk
dapat
mempuny kan bahwa
diketahui
ai evaluasi ada
bahwa
terhadap hubungan
dari 14,3
stroke antaraeval
%
dengan uasi
reponden
cukup penderita
yang
5,7% hipertensi
mempun
responden dengan
yai
mempunya perilaku
evaluasi
81
Tabel 10 d a ga
Tabula
ia n n
si
Silang ta g bai
Penget
s m k
ahuan
Pender d e 11,
ita
a m 4
Hipert
ensi p p %
denga
at u res
n
Penceg di n po
ahan
k y nd
Stroke
di et ai en
Puskes
a P me
mas
Helveti h e mp
a
ui n un
Medan
2016 b g yai
(n=35)
a et perilaku
B
h a pencegah
e
w h an stroke
r
a u yang
d
d a cukup.
a
ar n
s Pengeta- Perilaku pencegahan stroke
i te huan Baik Cukup Buruk
a f % f % f %
1 rh Baik 2 5, 4 11,4 0 0
r 7
7, a Cukup 0 0 4 11,4 1 2,9
k Buruk 0 0 6 17,1 18 51,
1 d 4
a Total 2 5, 14 40,0 19 54,
% a 7 3
n D
re p
ari 14,3
p st
t %
o ro
a reponden
n k
b yang
d e
e mempuny
e d
l ai
n e
1 Pengetah
y n
0
82
uan 51,4 % tentang kepada
terhada respond stroke responden,d
p en yang dengan imana dari
stroke mempun Perilaku hasil
dengan yai pencegah jawaban
cukup perilaku an responden
11,4% pencega Hasil menyatakan
respon han penelitian ketidaktahu
den stroke diperoleh an
mempu yang bahwa responden
nyai buruk. pemahama terhadap
perilak Hasil uji n penderita penyakit
u statistik hipertensi stroke,
penceg menunju tentang sehingga
ahan kkan stroke pemahaman
stroke bahwa mayoritas untuk
yang ada buruk melakukan
cukup. hubunga yaitu 71,4 perilaku
Dan n antara % dengan pencegahan
dari pengeta perilaku stroke pada
68,6 % huan penderita pencegaha penderita
respon hiperten n stroke hipertensi
den si dengan dengan juga buruk.
yang perilaku kategori Menurut
mempu pencega buruk Notoadmoj
nyai han yaitu o (2007)
penget stroke 42,9%. pemahaman
ahuan dengan Hal ini
(comprehen
yang nilai p = dapat
sion)
buruk 0,000 dilihat dari
diartikan
PEMBA pemaham hasil
HASAN sebagai
an kuesioner
Hubung suatu
penderita yang telah
an kemampuan
hipertensi
83
untuk objek Perilaku garuhi
menjelas yang telah pencega proses
kan dipelajari. han belajar,
secara stroke makin
benar sangat tinggi
tentang didasari pendidika
objek oleh n
yang di pemaha seeorang
ketahui man makin
dan dapat seseoran mudah
menginte g orang
rprestasik tentang tersebut
an materi pengeta untuk
secara huan memaha
benar, akan mi suatu
orang stroke materi.
yang itu
telah sendiri.P Hubung
paham emaham an
terhadap an Aplikasi
suatu pencega penderit
objek han a
materi stroke di hiperten
harus dapat si
dari tentang
pendidik stroke
menjelask
an dengan
an,
kesehata Perilaku
menyebut
n, pada pencega
kan
dasarny han
a D
dan
pendidik ari hasil
menyimp
an penelitian
ulkan,
mempen diperoleh
84
bahwa telah (2007) telah
aplikas dibagika aplikasi memaha
i n diartika mi objek
penderi kepada n yang
ta responde apabila dimaksud sehingga
hiperte n, orang dapat
nsi dimana yang
tentang dari mengguna progam
stroke hasil kan atau kesehatan
mayorit jawaban mengaplik yaitu
as responde asikan pertama
buruk n prinsip perilaku
yaitu menyata yang telah kesehatan
60% kan diketahui (health
dengan ketidakt tersebut behavior)
perilak ahuan seperti adalah hal-
u akan merencana hal yang
penceg penyakit kan berkaitan
ahan stroke progam dengan
stroke sehingg kesehatan. tindakan
dengan a . atau
kategor aplikasi kegiatan
i buruk untuk Becker
seseorang
yaitu melakuk (1979)
dalam
45,7% an dalam
memelihara
%. Hal perilaku buku
dan
ini pencega Notoadmo
meningkatk
dapat han jo
an
dilihat strok mengklafi

dari juga sikasikan kesehatann

hasil buruk. perilaku ya,

kuesio Menurut yang termasuk

ner Notoad berhubung juga

yang mojo an dengan tindakan-

85
tindakan lian stress pengetahu usaha-
untuk dan an usaha
mencega perilaku individu mencega
h gaya untuk h
penyakit, hidup megidentif penyakit
kebersiha yang ikasikan yang
n positif. penyakit, datang.
perorang Kedua sebab Dan
an, perilaku penyakit, ketiga
memilih sakit serta perilaku
makanan (illness peran
dan pola behaviour sakit (the
hidup ) segala sidk role
sehat. tindakan behavior)
Pencegah atau adalah
an stroke kegiatan segala
seperti yang tindakan
makan dilakukan atau
dengan oleh kegiatan
menu individu yang
yang yang dilakukan
seimbang merasa oleh
, sering sakit, individu
berolahra untuk yang
ga, tidak merasakan sedang
merokok, dan sakit
tidak mengenal untuk
minum keadaan memperol
minuman kesehatan eh
keras, nya, kesembu
istirahat termasuk han.
yang disni D
cukup, kemampua ari hasil
pengenda n atau penelitian
86
diperol dengan 0,002. terhadap
eh kategori P perilaku
bahwa cukup. enelitian pencegah
aplikas Hal ini ini juga an
i diperkua didukun dimana
penderi t dari g oleh hasil
ta hasil uji penelitia penelitian
hiperte statistik n Indra nya
nsi dengan Setiawa menyebut
terhada menggu n (2009) kan
p nakan mengen bahwa
stroke uji ai ada
dalam korelasi gambara pengaruh
katagor Chi n langsung
i buruk square perilaku aplikasi
adalaha menunju penderit pengetah
60,0 % kkan a uan
dengan bahwa hiperten penderita
45,7% terdapat si hipertensi
perilak hubunga tentang dengan
u n stroke perilaku
penceg antaraap pencegaha untuk
ahan likasi n stroke mengetahui
stroke penderit yang aplikasi
dengan a ditunjukka dari
kategor hiperten n dengan penyakit
i buruk si nilai p = stroke
dan dengan 0,002 sehingga
14,3 % perilaku Jad penderita
perilak pencega i hipertensi
u han diharapka dapat
penceg strok n kepada melakukan
ahan dengan penderita progam
stroke nilai p = hipertensi kesehatan
87
untuk mayoritas untuk sendiriny
pencegah buruk melakukan a
an yaitu 77,1 pencegaha didasarka
sehinga % dengan n strok n pada
dapat perilaku juga suatu
mengura pencegaha buruk. kriteria.
ngi factor n stroke Evaluasi D
resiko dengan berkaitan alam
terkena kategori dengan evaluasi
penyakit buruk kemampua pencegah
stroke. yaitu n an suatu
Hubung 51,4% %. seseorang penyakit
an Hal ini untuk ada tiga
Evaluasi dapat melakukan hal
penderit dilihat dari justifikasi evaluasi
a hasil atau yang
hiperten kuesioner penilaian berkaitan
si yang telah terhadap dengan
tentang dibagikan suatu progam
stroke kepada objek kesehatan
dengan responden, tertentu yang
Perilaku dimana sehingga dilakukan
pencega dari hasil penilaian yakni
han jawaban ini dengan pertama
D responden evaluasi
ari hasil menyataka proses
penelitian n pelaksana
diperoleh ketidaktah an di
bahwaev uan akan tujukan
aluasi evaluasi terhadap
penderita tentang pelaksana
hipertensi stroke, an
tentang sehingga progam
stroke perilaku yang
88
menya an untuk ini dalam
ngkut menilai mempun katagori
penggu sejauh yai buruk
naan mana dampak adalah
sumber progam terhadap 77,1 %
daya tersebut peningk dengan
seperti berhasil, atan 51,4%
tenaga, misalny kesehata perilaku
dan a sejauh n. pencegah
fasilita mana D an stroke
s yang penderit ari hasil dengan
ada, a penelitia kategori
yang hiperten n buruk
mana si diperole dan 25,7
seseora melakuk h bahwa %
ng an evaluasi perilaku
penderi control penderit pencegah
ta tekanan a an stroke
hiperte darah, hiperten dengan
nsi pencega si kategori
dapat han dan terhadap cukup.
mengg sebagain stroke Hal ini
unakan ya.Dan diperkuat terdapat
fasilitas ketiga dari hasil hubungan
kesehat evaluasi uji antaraaplik
an dampak statistik asi
seperti progam dengan penderita
puskes yang mengguna hipertensi
mas. ditujuka kan uji dengan
Kedua n untuk korelasi perilaku
evaluas menilai Chi pencegahan
i hasil sejauh square strok
progam mana menunjuk dengan
ditujuk progam kan bahwa nilai p =
89
0,002. an buruk penderita
Ja Pengetah sebanyak hipertensi
di uan 68,6 % tentang
diharapka penderita dengan stroke
n kepada hipertensi perilaku mayoritas
penderita tentang pencegaha buruk
hipertensi stroke n yaitu
untuk dengan strokeburu 68,6%
mengetah Perilaku k 51,4 %. dengan
ui pencegah Da 51,4%
bagaiman an. ri hasil perilaku
a Da penggabun pencegah
penilaian ri hasil gan antara an
terhadap pengabung pemahama terhadap
penyakit an antara n, aplikasi stroke
stroke pemahama dan buruk.
sehingga n, aplikasi evaluasi Hal ini
penderita dan maka diperkuat
hipertensi evaluasi pengetahu dari hasil
dapat pengetahu an uji
melakuka an statistik
n progam penderita dengan
kesehatan terhadap menggun
melalui perilaku akan uji
evaluasi pencegaha korelasi
sehingga n stroke Chi
pencegah maka di square
an akan dapati menunju
penyakit pengetahu kkan
stroke an bahwa
dapat penderita terdapat
diatasi. tentang hubungan
stroke pengetah
Hubung mayoritas ua
90
penderi mengen terhadap huan
ta ai perilaku terhadap
hiperte faktor- pencega stroke
nsi faktor han dengan
terhada yang yang memaha
p mempen ditunjuk mitentan
stroke garuhi kan g
dengan perilaku dengan pencegah
perilak pencega nilai p = an stroke
u han 0,000 sehingga
penceg stroke J dapat
ahan di pada adi mengapli
Puskes penderit diharapk kasikan
mas a an sutatu
Helveti hiperten kepada progam
a si penderit kesehatan
Medan dimana a terhadap
2011 hasil hiperten pencegah
dengan penelitia si untuk an stroke
nilai p nnya mempun dan dapat
= 0,002. menyeb yai meminim
P utkan pengeta alis factor
enelitia bahwa resiko (2001).
n ini ada terkena Keperawat
juga pengaru stroke an
diduku h pada Medical
ng oleh langsun penderita Bedah,
peneliti g hipertensi. Jakarta:
an pengeta Rineka
Agusti huan DAFTAR Cipta.
n respond PUSTAK
Doenges.
A
Setiaw en (2000).
Brunner,
ani tentang Rencana
(2008) stroke Asuhan
91
Keperaw ten Cip Jaka
atan. si. ta. rta:
Jakarta: Ja Lowrence, Rine
Buku kar G. ka
K ta : (19 Cipt
ed
Ri 80) a.
ok
te ner . Marliani, L.
ra
ka Da (200
n
E Cip la 9),
G
ta m 100
C.
Lumbatobi Bu Que
Indra, S.
ng, ku stio
(2
S No n
00
(20 toa and
9)
03) dm Ans
.
. ojo wer.
G
Me : Jaka
a
tod Pe rta:
y
olo ndi Gra
a
gi dik med
H
Pe an ia.
id
nel da Nursalam,
u
itia n (200
p
n Pe 3).
P
Ke ril Kon
e
per ak sep
n
aw u dan
d
ata Ke Pen
er
n, seh era
it
Jak ata pan
a
art n
Met
H a: (20
odol
ip Rin 03)
ogi
er eka .
92
P 00 Notoatmojo, S. N
e
7), (2010). ot
n
el Pr Metodol o
iti
om ogi a
a
n osi penelitia d
Il Ke n m
m seh Kesehat oj
u
ata an. o:
K
n Jakarta P
e
da :Rineka e
p Cipta
n n
er Pinzon, R. (2010),
Pe di
a Awas Stroke.
ril di
w Andi
ak Publiser: k
at Jakarta.
u a
a Rogers.
Ke n
n. (
seh D
ata 1
Ja al
n. 9
ka a
Jak 7
rt m
art 4
a: P
a: )
Sa er
Rin ,
le il
erk D
m a
a a
ba k
Cip l
M u
ta. a
ed K
m
ik es
a: e
B
Notoatm h
u
oj at
k
o, a
u
S. n,
(2 Ja
93
k P a la
r e a m
t n n B
a e . uk
: a R u
n i N
R g n ot
i a e o
n n r a
e a k d
k n a m
a C oj
s i o:
C t p K
i r t es
p o a e
t k : h
a e J at
Setiaw d a a
a a k n
n n a d
, r a
p t n
A e a P
. n Skiner. er
a ( il
( t 1 a
2 a 9 k
0 l 9 u
0 a 7 ke
8 k ) se
) s . h
. a D at
n a a
94
n a .
, , J. J
( a
J 1 k
a 9 a
k 9 r
a 7 t
r ). a
t P :
a e G
: n r
a a
R t m
i a e
n l d
e a i
k k a
a s Vitahealth. (2008).
Hipertensi.
a
C Gramedia:
n
Jakarta.
i a
p a
t n
a
Sutrisno, A. S
(2008), Stroke?.
t
Gramedia:
Jakarta r

Sudjana (2005). o
Metode Statistika. k
Bandung: e
Tarsito
A
Terami
k
r
u
j
t
95
1. Pengaruh Terapi Psikoreligi Murottal Al-Quran terhadap Tekanan Darah pada
Klien dengan Hipertensi
Oop Ropei, Muhammad Luthfi

2. Gambaran Resiliensi pada Remaja


Fauziah Dyan Ayu K.W, Nur Oktavia Hidayati, Ai Mardhiyah

3. Harga Diri Orangtua yang Mempunyai Anak dengan Terpasang Kantong Stoma
Iyep Dede Supriyatna

4. Analisis Faktor Dominan yang Memengaruhi Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2
Atikah Fatmawati, Mustin

5. Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian Hipertensi pada Penderita Hipertensi


Hasbi Taobah Ramdani, Eldessa Vava Rilla, Wini Yuningsih

6. Tingkat Kecemasan Klien Gagal Ginjal Terminal pada Tindakan Hemodialisis


Abay Taryana, Aan Nur’aeni, Atlastieka Praptiwi

7. Transadaptasi dan Analisis Psikometrik Skala Religiusitas Muslim Berdasarkan the Muslim
Piety Questionnaire
Angga Wilandika

8. Perilaku Bullying pada Siswa SMP


Nita Prawitasari, Efri Widianti, Nita Fitria

9. Pengalaman Orang Tua Merawat Anak dengan Tuna Rungu Usia Sekolah Dasar
Sri Yekti Widadi, Rakhmi Anggita Januarity

10. Kualitas Hidup Penderita Kanker Serviks


Tri Panji Setyo, Atun Raudotul Ma’rifah, Rahmaya Nova Handayani

Alamat Redaksi: 7305269


STIKes ‘Aisyiyah Bandung
Jl. KH. Ahmad Dahlan Dalam No. 6 Bandung
40264 Telp. (022) 7305269, 7312423 - Fax. (022)
Volume 4 | Nomor 1 | Juni 2017
DEWAN REDAKSI

JURNAL KEPERAWATAN ‘AISYIYAH (JKA)


Volume 4 | Nomor 1 | Juni 2017

Pelindung:
Ketua STIKes ‘Aisyiyah Bandung

Penanggung Jawab:
Santy Sanusi, S.Kep.Ners., M.Kep.

Ketua:
Sajodin, S.Kep., M.Kes., AIFO.

Sekretaris/Setting/Layout:
Aef Herosandiana, S.T., M.Kom.

Bendahara:
Riza Garini, A.Md.

Penyunting/Editor :
Perla Yualita, S.Pd., M.Pd.
Triana Dewi S, S.Kp., M.Kep.

Pemasaran dan Sirkulasi :


Nandang JN., S.Kp., M.Kep.,Ns., Sp.Kep., Kom.

Mitra Bestari :
Dewi Irawati, MA., Ph.D.
Suryani, S.Kp., MHSc., Ph.D.
DR. Kusnanto, S.Kp., M.Kes.
Iyus Yosep, S.Kp., M.Si., MN.
Irna Nursanti, M.Kep., Sp.
Mat.
Erna Rochmawati, SKp., MNSc., M.Med.Ed. PhD.
Mohammad Afandi, S.Kep., Ns., MAN.

Alamat Redaksi:
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah
Jl. KH. Ahmad Dahlan Dalam No. 6, Bandung
Telp. (022) 7305269, 7312423 - Fax. (022)
7305269
e-mail: jka.aisyiyahbdg@gmail.com
DAFTAR ISI

1. Pengaruh Terapi Psikoreligi Murottal Al-Quran terhadap Tekanan Darah pada


Klien dengan Hipertensi
Oop Ropei, Muhammad Luthfi .............................................................................................. 1 - 12

2. Gambaran Resiliensi pada Remaja


Fauziah Dyan Ayu K.W, Nur Oktavia Hidayati, Ai Mardhiyah....................................13 - 21

3. Harga Diri Orangtua yang Mempunyai Anak dengan Terpasang Kantong Stoma
Iyep Dede Supriyatna................................................................................................................ 23 - 28

4. Analisis Faktor Dominan yang Memengaruhi Kadar Gula Darah Pasien


Diabetes Mellitus Tipe 2
Atikah Fatmawati, Mustin........................................................................................................ 29 - 35

5. Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian Hipertensi pada Penderita Hipertensi


Hasbi Taobah Ramdani, Eldessa Vava Rilla, Wini Yuningsih......................................37 - 45

6. Tingkat Kecemasan Klien Gagal Ginjal Terminal pada Tindakan Hemodialisis


Abay Taryana, Aan Nur’aeni, Atlastieka Praptiwi.........................................................47 - 56

7. Transadaptasi dan Analisis Psikometrik Skala Religiusitas Muslim Berdasarkan the


Muslim Piety Questionnaire
Angga Wilandika.......................................................................................................................... 57 - 67

8. Perilaku Bullying pada Siswa SMP


Nita Prawitasari, Efri Widianti, Nita Fitria........................................................................... 69 - 79

9. Pengalaman Orang Tua Merawat Anak dengan Tuna Rungu Usia Sekolah Dasar
Sri Yekti Widadi, Rakhmi Anggita Januarity........................................................................ 81 - 87

10. Kualitas Hidup Penderita Kanker Serviks


Tri Panji Setyo, Atun Raudotul Ma’rifah, Rahmaya Nova Handayani....................... 89 -111
JKA.2017;4(1): 37-45 ARTIKEL PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI


PADA PENDERITA HIPERTENSI

Hasbi Taobah Ramdani1, Eldessa Vava Rilla2, Wini Yuningsih3

ABSTRAK Hipertensi telah menjadi penyakit yang mematikan banyak


penduduk baik di negara maju maupun berkembang lebih dari
delapan dekade terakhir. Pada hipertensi jantung akan memompa
darah ke seluruh tubuh dengan tekanan yang sangat tinggi, salah
satu faktornya adalah karena stres. Peningkatan tekanan darah
akan lebih besar pada individu yang mempunyai kecenderungan
stres yang tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan tingkat stres dengan kejadian hipertensi
pada penderita hipertensi di Puskesmas DTP Wanaraja Tahun
2016. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik
dengan pendekatan cross sectional dengan variabel independent
Tingkat Stres dan variabel dependent Kejadian Hipertensi. Sampel
yang digunakan adalah 98 orang penderita hipertensi di
Puskesmas DTP Wanaraja dengan menggunakan teknik accidental
sampling. Hasil analisis univariat menunjukkan tingkat stres yang
berat (45.9%) dengan kejadian hipertensi yang berat lebih besar
(42.9%). Analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan antara
tingkat stres dengan kejadian hipertensi pada penderita hipertensi
dengan p-value = 0.001. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
yang bermakna antara tingkat stres dengan kejadian hipertensi
pada penderita hipertensi. Diharapkan penelitian ini dapat
digunakan sebagai masukan profesi perawat untuk memberikan
pendidikan kesehatan tentang manajemen dan koping stres yang
baik serta pendidikan kesehatan untuk menghindari terjadinya
komplikasi pada penderita hipertensi.

Kata kunci : Stres, Hipertensi, Penderita Hipertensi

Abstract

Hypertension has be a deadly disease many people in both developed


and developing countries over the last eight decades. In hypertensive
heart to pump blood throughout the body with a very high pressure,
one factor is due to stress. Increased blood pressure will be greater in
individuals who have a tendency to high stress. The purpose of this
study was to determine the correlation between stress and
hypertension in patients with hypertension in the Health Center
Wanaraja Year 2016. The method used is descriptive analyticapproach
sectional cross variables independent Stress Levels and variable the
dependent incidence of hypertension. The samples used were 98 people
with hypertension in the Health Center Wanaraja using accidental
sampling technique.The results of the univariate analysis showed
severe stress levels (45.9%) with severe hypertension that is greater
(42.9%). The bivariate analysis showed an association between stress
levels with hypertension in hypertensive patients with p-value
= 0.001. It can be concluded that there is a significant association
between stress levels with hypertension in patients with
hypertension.Hopefully this research can be used as an input the
nursing profession to provide health education on management and
coping stress as well as health education to prevent the occurrence of
complications in patients with hypertension.

Keywords: Stress, Hypertension


1
t 2Dosen Program Studi S1 Keperawatan
D STIKes Karsa Husada Garut 3 Mahasiswa
o Prorgram Profesi Ners STIKes Karsa
s Husada Garut
e
n

P
r
o
37
g
r
a
m

S
t
u
d
i

S
1

K
e
p
e
r
a
w
a
t
a
n

S
T
I
K
e
s

K
a
r
s
a

H
u
s
a
d
a

G
a
r
u
38 Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah

LATAR BELAKANG hanya penyakit Hipertensi (essensial) sebanyak

Penyakit jantung dan pembuluh darah,


salah satunya hipertensi telah menjadi penyakit
yang mematikan banyak penduduk baik di
negara maju maupun negara berkembang.
Hipertensi yaitu keadaan ketika darah sistolik >
120 mmHg dan tekanan diastolik < 80 mmHg.
Gangguan ini sering meyebabkan perubahan
pada pembuluh darah, yang mengakibatkan
semakin tingginya tekanan darah (Muttaqin,
2009). Gejala yang muncul pada hipertensi
adalah sakit kepala, telinga berdengung
(tinnitus), jantung berdebar-debar, mudah
Ielah, pusing (vertigo), penglihatan kabur, dan
mimisan. Hipertensi juga dikenal sebagai
heterogeneouse group of disease karena dapat
menyerang siapa saja dari berbagai kelompok
umur, sosial, dan ekonomi (Depkes, 2013).

Prevalensi hipertensi di Indonesia yang


di dapat melalui pengukuran pada umur ≥ 18
tahun sebesar 25,8 %, tertinggi di Bangka
Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan
(30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa
Barat (29,4%). Prevalensi hipertensi di
Indonesia yang didapat melalui kuesioner
terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4
persen, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau
sedang minum obat sebesar 9,5 persen
(RISKESDAS, 2013). Selain itu salah satu kota
atau Kabupaten di provinsi Jawa Barat dengan
angka kejadian hipertensi tinggi adalah
Kabupaten Garut, dilaporkan bahwa pada
tahun 2013 pada kasus rawat jalan di
Puskesmas, penyakit hipertensi termasuk ke
dalam 10 besar penyakit dengan menempati
urutan ke empat setelah penyakit myalgia,
influenza, dan penyakit pernafasan atas akut
tidak spesifik. Hal ini mencerminkan bahwa
penyakit yang berkembang di masyarakat
bergeser ke penyakit tidak menular dan
penyakit degeneratif. Yang masuk ke dalam 10
besar penyakit dengan penyakit degeneratif

JKA | Volume 4 | Nomor 1 | Juni 2017


Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian Hipertensi pada Penderita Hipertensi 39
55.351 kunjungan (9,1%) kasus dari seluruh berkepanjangan
wilayah Kabupaten Garut (Profil Kesehatan
Kabupaten Garut, 2013).

Hipertensi 90% tidak diketahui secara


pasti faktor penyebabnya, Namun dari
beberapa penelitian ada beberapa faktor yang
dapat mempengaruh terjadinya hipertensi
yaitu merokok, minum-minuman beralkohol,
berat badan yang berlebih serta stres
(Pradono, 2010). Faktor risiko yang tidak
dapat dikendalikan pada hipertensi seperti
jenis kelamin, keturunan, ras dan usia.
Sedangkan faktor risiko yang dapat
dikendalikan seperti kurang olah raga atau
aktivitas, obesitas, minum kopi, merokok,
sensitivitas natrium, alkoholisme, kadar
kalium rendah, pola makan, pekerjaan,
pendidikan dan stres (Andria, 2013). Stres
diduga berpengaruh terhadap peningkatan
tekanan darah serta merupakan faktor
terjadinya hipertensi. Stres yaitu suatu reaksi
tubuh dan psikis terhadap tuntutan-tuntutan
lingkungan kepada seseorang. Reaksi tubuh
terhadap stres misalnya berkeringat dingin,
napas sesak, dan jantung berdebar-debar.
Reaksi psikis terhadap stres yaitu frustasi,
tegang, marah, dan agresi (Saam dan
Wahyuni, 2013).

Stres tidak mengenal usia, stres bisa


menyerang siapa saja baik yang muda maupun
yang tua, seperti halnya yang terjadi
dikalangan masyarakat. Stres yang menyerang
masyarakat di kota besar karena menghadapi
beban dan tuntutan kerja sedangkan di kota
kecil karena persoalan ekonomi seperti
kemiskinan atau sulitnya mencari kerja
(Kurniawati, 2015). Stres yang terjadi
dikalangan masyarakat bisa disebabkan oleh
berbagai aspek bisa dikarenakan faktor
ekonomi, masalah personal, masalah keluarga,
masalah sosial, dan tekanan dari lingkungan
serta stres karena penyakit tergantung
individu itu untuk bisa mengatasi stres
tersebut, apabila stres berlangsung secara
JKA | Volume 4 | Nomor 1 | Juni 2017
akan menyebabkan masalah kesehatan salah Cross Sectional. Dalam penelitian ini terdapat
satunya yaitu hipertensi. Hubungan antara dua variabel, yaitu tingkat stres sebagai variabel
stres dan hipertensi primer diduga oleh
independent dan kejadian hipertensi pada
aktivitas saraf simpatis melalui (katekolamin,
penderita hipertensi sebagai variabel dependent.
kortisol, vasopresin, endorphin dan aldosteron)
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
yang dapat meningkatkan tekanan darah yang
pasien hipertensi yang berkunjung ke
intermitten. Apabila stres menjadi
Puskesmas DTP Wanaraja pada tahun 2015
berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah
sebanyak 5.986 kunjungan. Sedangkan
menetap tinggi (Idrus, 2015). Peningkatan
sampelnya yaitu penderita hipertensi yang sudah
tekanan darah sering intermitten pada awal mempunyai penyakit hipertensi minimal satu
perjalanan penyakit, bahkan pada kasus yang tahun yang berkunjung ke Puskesmas DTP
sudah tegak diagnosisnya sangat berfluktuasi Wanaraja. Dalam penelitian ini teknik sampling
sebagai akibat dari respon terhadap stres yang digunakan ialah dengan cara teknik
emosional dan aktivitas fisik (Triyanto, 2014). accidental sampling, yaitu teknik pengambilan
Penelitian sebelumnya yang mendukung sampling secara accidental dengan mengambil
ialah penelitian yang dilakukan oleh Khotimah kasus atau responden yang kebetulan ada atau
tahun 2013 tentang Stres Sebagai Faktor tersedia di suatu tempat sesuai dengan kontek
Terjadinya Peningkatan Tekanan Darah Tahun atau kriteria penelitian (Notoatmodjo, 2010).
2013 menyatakan bahwa terdapat hubungan Sehingga dalam teknik sampling disini peneliti
antara stres dengan peningkatan tekanan mengambil responden pada saat itu juga di
darah. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Puskesmas DTP Wanaraja.
Hesty Titis Prasetyorini dan Dian Prawesti
Instrumen yang digunakan untuk
tahun 2012 yang hasilnya bahwa terdapat mengukur tingkat stres diukur dengan
hubungan yang bermakna antara stres dengan
menggunakan kuesioner DASS (Depression
kejadian komplikasi hipertensi, sedangkan
Anxiety Stress Scale) yang disusun oleh Lovibond
penelitian yang dilakukan oleh Yanih Mardiana
(1995) di dalam Kholifah (2013). Sedangkan
tahun 2014 tentang Hubungan antara tingkat
untuk mengukur kejadian hipertensi peneliti
stres lansia dan kejadian hipertensi pada lansia
menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop
menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang
untuk mengukur tekanan darah dengan kriteria
bermakna antara tingkat stres dengan
Normal tinggi apabila 130-139/ 85-89 mmHg ,
hipertensi. Oleh karena itu peneliti tertarik
hipertensi ringan apabila 140-159/ 90-99
untuk meneliti tentang hubungan tingkat stress
mmHg, hipertensi sedang apabila 160-179/
dengan terjadinya hipertensi. 100-109 mmHg, hipertensi berat apabila 180-
METODOLOGI 209/110- 119 mmHg dan hipertensi sangat
berat apabila
Penelitian ini merupakan penelitian < 210 mmHg/< 120 mmHg (Ruhyanudin,
deskriptif analitik yaitu suatu metode penelitian 2007). Sedangkan waktu penelitian ini telah
yang mencoba menggali bagaimana dan dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2016 yang
mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. bertempat di Puskesmas DTP Wanaraja
Sedangkan jenis penelitian yang digunakan Kecamatan Wanaraja Kabupaten Garut
adalah analitik
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN hasil dari pernyataan yang dipilih oleh
Karakteristik Responden responden dengan nilai 15-18 ringan, 19-25
sedang, dan 26-
1. Umur 33 berat.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Tabel 3. Distribusi Frekuensi Tingkat Stres


Pada Penderita Hipertensi di Puskesmas DTP
Umur Responden di Puskesmas DTP
Wanaraja
Wanaraja
Persentase
Persentase Tingkat Stres Frekuensi
Umur Frekuensi (%)
(%)
Ringan 20 20.4
35-45 29 29.6
Sedang 33 33.7
46-55 34 34.7
Berat 45 45.9
56-65 29 29.6
Total 98 100
> 65 6 6.1
Total 98 100 Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa
proporsi tingkat stres yang berat lebih besar
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa
yaitu 45.9% (45 orang).
hampir setengah umur responden adalah berumur
antara 46-55 tahun sebanyak 34 orang (34.7%). 2. Kejadian Hipertensi Pada Penderita
Hipertensi
2. Jenis Kelamin

Tabel 2 . Distribusi Frekuensi Responden Pada penelitian ini, variabel kejadian


Berdasarkan Jenis Kelamin di Puskesmas DTP hipertensi di ukur dengan lembar observasi
Wanaraja yakni dengan pemeriksaan tekanan darah.
Selanjutnya dikelompokkan menjadi 3
Persentase
Jenis Kelamin Frekuensi kelompok yaitu hipertensi ringan, sedang, dan
(%)
berat. Pengelompokkan dilakukan berdasarkan
Perempuan 64 65.3
Laki-laki 34 34.7 hasil pemeriksaan yakni Ringan 140-159/90-99
Total 98 100 mmHg, sedang 160-179/100-109 mmHg, dan
berat 180- 209/110-119 mmHg (Ruhyanudin,
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan 2007).
bahwa frekuensi jenis kelamin dari 98 orang
responden
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Kejadian
Hipertensi Pada Penderita Hipertensi di
yang termasuk berjenis kelamin perempuan ringan, sedang dan berat. Pengelompokkan
sebanyak 64 orang responden (65.3%) atau dilakukan berdasarkan
lebih dari sebagian responden.

Analisis Univariat

1. Tingkat Stres

Untuk tingkat stres diukur dengan 14


pertanyaan dan untuk kepentingan analisis
maka dibuat total skor dan selanjutnya
dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu
Puskesmas DTP Wanaraja

Persentase
Hipertensi Frekuensi
(%)
Ringan 9 19.4
Sedang 7 37.8
Berat 2 42.9
Total 8 100

Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa


proporsi hipertensi yang berat lebih besar
yaitu 42.9% (42 orang).
Analisis Bivariat

Tabel 5. Hubungan Tingkat Stres Dengan Kejadian Hipertensi Pada Penderita Hipertensi di
Puskesmas DTP Wanaraja

Hipertensi
Tingkat
Ringan Sedang Berat p-value
Stres
N % N % N %
Ringan 9 5.0 6 30.0 5 25.0
Sedang 5 15.2 18 54.5 0 30.3 0.001
Berat 5 11.1 13 28.9 7 60.0
Total 19 19.4 37 37.8 42 42.9

Dari tabel 5 diperoleh informasi bahwa 3 didapatkan bahwa responden yang


sebagian besar proporsi tingkat stres berat mengalami tingkat stres berat lebih banyak
dengan hipertensi berat 60.0% (27 responden) 45.9% (45 orang) dibandingkan stres sedang
lebih besar dibandingkan dengan responden sebanyak 33.7% (33 orang) dan stres ringan
yang tingkat stres ringan dengan hipertensi sebanyak 20.4% (20 orang). Stres bisa
ringan 45.0% (9 responden). Berdasarkan hasil menyerang siapa saja dan bisa terjadi disaat
uji statistik membuktikan ada perbedaan hal-hal yang tidak terduga, apabila seseorang
proporsi yang signifikan antara tingkat stres bisa menyesuaikan diri dengan baik terhadap
dengan kejadian hipertensi, yaitu di peroleh stres yang di hadapinya itu akan berdampak
p-value baik tetapi apabila sebaliknya seseorang itu
= 0.001. Karena p-value < α (0.05), maka Ho tidak dapat menyesuaikan diri dengan stres
ditolak, sehingga dapat ditarik kesimpulan yang dihadapinya itu akan berdampak buruk
bahwa terdapat hubungan yang bermakna sehingga terjadi stres yang berkepanjangan dan
antara tingkat stres dengan dengan kejadian akan menimbulkan masalah kesehatan.
hipertensi pada penderita hipertensi.
Tingkat stres terbagi kedalam tiga
1. Tingkat stres tingkatan yaitu stres ringan, stres sedang dan
Menurut Hans Selye (1982) di dalam stres berat (Muawanah, 2012). Efek dari stres
Yosep (2011) stres adalah tanggapan tubuh berat bisa menyebabkan perilaku kita tidak
yang sifatnya non spesifik terhadap tuntutan efisien bahkan dalam kasus yang ekstrim stres
atasnya. Jika tuntutan itu lebih besar, maka hal bisa membebani dan mempengaruhi kepribadian.
itu dinamakan distress. Tubuh manusia akan Karena ketegangan yang kuat, beberapa
berusaha menyelaraskan rangsangan atau akan penurunan penyesuaian diri dapat dilihat dari
cukup cepat untuk pulih kembali dari taraf fisiologis dimana stres tersebut dapat
pengaruh- pengaruh pengalaman stres. menghasilkan kelemahan atau kekurangan
Tuntutan-tuntutan ini bisa jadi berupa hal-hal pada kemampuan individu untuk melawan
yang faktual saat itu, akan tetapi dapat juga hal virus dan bakteri. Sedangkan pada taraf
yang baru mungkin akan terjadi tetapi di psikologis persepsi atau ancaman menimbulkan
persepsikan secara aktual (Wiramihardja, peningkatan lapangan persepsi yang semakin
2015). menyempit dan proses kognisi yang semakin
rigid (Wiramihardja, 2015). Oleh sebab itu,
Berdasarkan hasil penelitian, pada tabel
semakin lama stres yang
dialami seseorang dan berkepanjangan maka menjadi perhatian baik di negara maju ataupun
akan menimbulkan tingkat stres yang berat negara berkembang, yang tentu saja
pula dan mengancam nyawa. mengkhawatirkan

Stressor merupakan rangsangan yang


situasi dan kondisinya mengurangi kemampuan
kita untuk merasa senang, nyaman, bahagia
dan produktif. Dengan kata lain stressor adalah
pemicu terjadinya stres. Sumber stressor bisa
disebabkan karena kegagalan mencapai tujuan,
perubahan gaya hidup, konflik tujuan, dan
stimulasi yang tidak menyenangkan (Saam dan
Wahyuni, 2013). Sedangkan menurut Coleman
(1976) di dalam Wiramihardja (2015) terdapat
tiga sumber yang dapat dimasukkan dalam
kategori stressor yaitu
: frustasi, konflik, dan tekanan (Pressure).
Gejala yang muncul bisa bervariasi tergantung
dengan berat ringannya stresor dan waktu yang
dialami, gejala stres bisa dibedakan menjadi
dua, yaitu gejala fisik dan gejala mental. Gejala
yang timbul dari fisik antara lain : jantung
berdebar-debar lebih cepat, tidak teratur,
pernafasan lebih cepat dan pendek, berkeringat,
muka merah, sulit tidur, sakit kepala, gangguan
pencernaan dan lain sebagainya, sedangkan
gejala yang timbul dari mental antara lain
menarik diri, depresi, merasa tertekan,
kehilangan kesadaran, kecemasan, tak bisa
rileks, bingung, kemarahan, kekecewaan,
overaktif dan agresif (Saputri, 2010).

2. Hipertensi

Hipertensi merupakan suatu kondisi


ketika seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah di atas normal yang mengakibatkan
peningkatan morbiditas dan mortalitas
(Triyanto,2014). Keadaan ini merupakan
penyakit pembuluh darah yang 90% etiologinya
belum diketahui secara pasti, 3% disebabkan
oleh kelainan hormonal atau hipertensi
hormonal sedangkan 7% disebabkan oleh
kelainan ginjal atau hipertensi renalis dan
(Muttaqin, 2009). Oleh sebabhipertensiini
apalagi jika sudah terjad komplikasi. sudah terdiagnosis

Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel


4 bahwa penderita hipertensi yang mengalami
hipertensiberatlebihbesaryakni42.9%(42orang
), dibandingkan dengan hipertensi sedang
37.8% (37 orang) dan yang paling sedikit
mengalami hipertensi ringan Yaitu 19.4% (19
orang). Faktor risiko terjadinya hipertensi
antara lain adalah genetik, faktor usia yang
berpengaruh terhadap hipertensi karena
dengan bertambahnya umur maka semakin
tinggi mendapat risiko hipertensi yang
disebabkan karena perubahan alamiah di
dalam tubuh meliputi jantung, pembuluh
darah dan hormon (Triyanto,2014). Obesitas
atau kegemukan mempunyai kaitan yang erat
dengan hipertensi di kemudian hari, itu
disebabkan karena pompa jantung dan
sirkulasi volume darah orang yang obesitas
dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan
dengan penderita yang mempunyai berat badan
normal (Triyanto,2014). Jenis kelamin juga
berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi
dimana pada masa muda dan paruh baya lebih
tinggi penyakit hipertensi pada laki-laki dan
pada wanita terjadi pada usia 45-55 tahun
ketika menopause (Anggraini, dkk, 2009).

Tanda dan gejala hipertensi atau


tekanan darah tinggi juga terkadang tidak
dirasakan adanya gejala, namun secara tidak
sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan
dipercaya berhubungan dengan tekanan darah
tinggi. Gejala dapat bervariasi pada masing-
masing individu dan hampir sama dengan
gejala penyakit lainnya seperti sakit
kepala/rasa berat di tengkuk, pusing/vertigo,
jantung berdebar-debar, mudah
lelah,penglihatan kabur, telinga berdengung
dan hidung berdarah (Ruhyanudin, 2007).
Oleh sebab itu, untuk memastikannya perlu
melakukan pemeriksaan tekanan darah
sehingga dapat di ketahui dengan pasti
seseorang tersebut mengalami hipertensi atau
tidak hipertensi. Apalagi untuk seseorang yang
hipertensi pemeriksaan yang dilakukan Gamping Sleman Yogyakarta, yang
diharapkan dapat mengontrol tekanan menunjukkan bahwa ada
darahnya agar tidak terjadi peningkatan
hipertensi yang lebih berat dan tidak terjadi
komplikasi seperti stroke, penyakit jantung dan
lain sebagainya.

3. Hubungan Tingkat Stres Dengan Kejadian


Hipertensi Pada Penderita Hipertensi

Banyak faktor yang mempengaruhi


terjadinya hipertensi, salah satunya adalah
stres. Stres merupakan reaksi tubuh dan psikis
terhadap tuntutan-tuntutan lingkungan kepada
seseorang. Hasil uji statistik menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara tingkat stres dengan kejadian hipertensi
pada penderita hipertensi. Hal ini terlihat dari
nilai p-Value yang lebih kecil dari α (0.05) yaitu
0.001. Dari hasil penelitian diketahui bahwa
dari 98 responden yang memiliki tingkat stres
ringan dengan hipertensi ringan sebanyak
45.0% (9 orang), hipertensi sedang 30.0% (6
0rang), dan hipertensi berat 25.0% (5 orang).
Sedangkan untuk tingkat stres sedang dengan
hipertensi ringan yaitu 15.2% (5 orang),
hipertensi sedang 54.5% (18 orang) dan
hipertensi berat 30.3% (10 orang). Selain itu
untuk tingkat stres berat dengan hipertensi
ringan yaitu 11.1% (5 orang), hipertensi sedang
28.9 (13 orang) dan hipertensi berat 60.0% (27
orang). Sehingga dari uraian di atas dapat
diartikan bahwa semakin tinggi tingkat stres
yang dialami oleh seseorang maka hipertensi
yang dialaminyapun akan semakin tinggi pula.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian


Khotimah (2013) mengenai stres sebagai
faktor terjadinya peningkatan tekanan darah
yang menunjukkan hubungan yang signifikan
antara stres dengan peningkatan tekanan
darah. Hasil yang sama diperoleh dari
penelitian yang dilakukan oleh Fajar Hermawan
(2014) tentang hubungan tingkat stres dengan
tekanan darah pada lansia hipertensi di
hubungan antara tingkat stres dengan tekanan Puskesmas DTP Wanaraja Tahun 2016. Penulis
darah. Selain itu penelitian yang dilakukan dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
oleh Deasy Eka Saputri tentang hubungan
stres dengan hipertensi pada penduduk
indonesia tahun 2007 juga menunjukkan
adanya hubungan antara stres dengan
hipertensi. Berdasarkan analisa dari uraian di
atas dapat diartikan bahwa semakin tinggi
tingkat stres yang dialami oleh seseorang
maka hipertensi yang dialaminyapun akan
semakin tinggi pula, sebaliknya semakin
ringan tingkat stres yang dialami oleh
seseorang maka semakin ringan pula
hipertensi yang dialaminya.

Mengacu pada hasil penelitian yang


telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
perlu adanya upaya untuk mencegah
terjadinya tingkat stres yang lebih berat
sehingga penderita hipertensi tidak mengalami
hipertensi yang lebih berat dan tidak
mengalami komplikasi seperti penyakit stroke,
jantung, dan lain sebagainya. Pencegahan
tersebut bisa dilakukan oleh petugas
kesehatan dengan melakukan pendidikan
kesehatan bagaimana manajemen stres dan
koping stres yang baik, sehingga penderita
hipertensi dapat mempraktikannya dalam
kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian, peneliti berasumsi


bahwa tingkat stres dan hipertensi merupakan
bentuk sikap atau perilaku individu yang
saling berkaitan karena apabila individu dapat
menghadapi stresnya secara baik maka
kesehatan akan terjaga tetapi sebaliknya
apabila individu tersebut tidak dapat
menghadapi stresnya dan berlangsung
berkepanjangan maka akan menimbulkan
masalah kesehatan.

SIMPULAN DAN SARAN

Setelah melaksanakan penelitian


tentang hubungan tingkat stres dengan kejadian
hipertensi pada penderita hipertensi di
1. Tingkat stres pada penderita hipertensi Rineka Cipta
di Puskesmas DTP Wanaraja sebagian
Astuti. (2008). Krisis Usia Paruh Baya. Melalui
besar berada pada kategori berat.
<http://ylianti.staff.uii.
2. Kejadian hipertensi pada penderita
hipertensi di Puskesmas DTP Wanaraja
sebagian besar berada pada kategori
berat.

3. Terdapat hubungan yang bermakna antara


tingkat stres dengan kejadian hipertensi
pada penderita hipertensi di Puskesmas
DTP Wanaraja

DAFTAR PUSTAKA

Andria, Kiki. (2013). Hubungan Antara Perilaku


Olahraga, Stres, dan Pola Makan dengan
Tingkat Hipertensi pada lanjut Usia di
Posyandu Lansia Kelurahan Gebang Putih
Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya.
Jurnal Promkes vol. 1, No 2 Desember
2013, 111-
117

Anggara dan Prayitno. (2012). Faktor-faktor


yang Berhubungan dengan Tekanan
Darah di Puskesmas Telaga Murni
Cikarang Barat Tahun 2012. Jurnal
Ilmiah Kesehatan

Anggraini, dkk. (2009). Faktor-faktor yang


Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi
Pada Pasien yang Berobat Di Poliklinik
Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode
Januari sampai Juni 2008. Pekanbaru
Riau
: Faculty of Medicine – University of
Riau

Anonim. (2013). Hati-hati Ancaman Hipertensi.


Melalui <http://sp.beritasatu.com/
home/hati-hati-dengan-ancaman-
hipertensi/33451>.[18/12/2015]

Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian


Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :
ac.id/2008/08/30/krisis-usia-paruh- Terjadinya Peningkatan Tekanan Darah
baya>. [08/08/2016] Pada Penderita Hipertensi di Dusun
Padjaran
Buku Tahunan Profil Kesehatan Kabupaten
Garut :
Profil Kesehatan Kabupaten Garut 2013

Dahlan, S. (2013). Besar Sampel dan Cara


Pengambilan Sampel dalam Penelitian
Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta :
Salemba medika

Damanik. (2006). Kuesioner DASS 42


Indonesia. Melalui <https://www.
google.co.id/search?hl=id&ie=ISO-
8859 i&q=kueesioner
+dass+damanik .doc>. [24/01/2016]

Depkes. (2013). Info Datin Hipertensi.


Melalui <http://www.google.
co.id/sea rch? =id&ie=ISO-
8 8 5 9 1 & q= h i pe r te ns i + d i +
j a w a b a r at> . [18/12/2015]

Herlinah, dkk. (2013). Hubungan Dukungan


Keluarga dengan Perilaku Lansia
dalam Pengendalian Hipertensi. Jurnal
Keperawatan Komunitas, Volume 1 No.2,
November 2013. 108-115

Hermawan. (2014). Hubungan Tingkat Stres


dengan Tekanan Darah pada Lansia
Hipertensi di Gamping Sleman
Yogyakarta

Idrus. (2015). Hubungan stress dengan


hipertensi. Melalui
<http://www.artikelkedokteran.
com/291/hubungan-str ess-
dan hipertensi.html#sthash.

MIRDI8yM. dpbs>.[22/12/2015]

Kholifah. (2013). Gambaran Tingkat Stres


pada Anak Usia Sekolah Menghadapi
Menarche di SDN Geger Kalong Girang
2 Tahun 2013

Khotimah. (2013). Stres Sebagai Faktor


Desa Peterongan Kabupaten Jombang STIKES, 1-70
Tahun 2013. Jurnal Eduhealth, Volume 3
No 2 RISKESDAS 2013. Hasil RISKESDAS. (2013).
Melalui <http://www.depkes.go.id/
Kurniawati, N. (2015). Masyarakat Terbelenggu resources/download/general/Hasil%20
Stres. Melalui <http://print. Riskesdas%202013.pdf>.[17/12/2015]
kompas.com/baca/2015/05/21/
M a sy a r a ka t T e r be le n g g uS t r es>. Ruhyanudin, F. (2007). Asuhan Keperawatan
[23/01/2016] Pada Klien Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Malang : UPT Universitas
Laporan Tahunan Penyakit di Puskesmas DTP Nuhammadiyah
Wanaraja, Sukawening, Cimaragas,
Karangpawitan dan Sucinaraja tahun Saam dan Wahyuni. (2013). Psikologi Keperawatan.
2014 dan tahun 2015 Jakarta: Rajawali Pers

Magdalena. (2008). Era muslim. Melalui <http:// Saputri, E. (2010). Hubungan Stres dengan
www.eramuslim.com/berita/dunia- Hipertensi Pada Penduduk Indonesia
islam/dampak-krisis-keuangan-global- Tahun 2007. Tesis. Depok : FKM
who-waspadai-meningkatkan-kasus- Program Studi Epidemiologi
bunuh-diri-dan-penderita-stress.htm#.
Sundayana, R. (2015). Statistika Penelitian
VngOIbZ97Dc>.[21/12/2015]
Pendidikan. Garut : STKIP Garut Pers
Muawanah. (2012). Hubungan Tingkat
Triyanto, E. (2014). Pelayanan Keperawatan
Pengetahuan Tentang Manajemen Stres
Bagi Penderita Hipertensi Secara Terpadu.
Terhadap Tingkat Kekambuhan Pada
Yogyakarta : Graha Ilmu
Penderita Hipertensi di Panti Werda
Darma Bakti Surakarta. Skripsi. Surakarta Wahyuningsih. (2010). Perempuan Dua Kali Lebih
: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Rentan Terkena Stres Karena Pengaruh
Muhammadiyah Surakarta 2012 Hormon. <http: //m.detik.com/health/
read/2010/06/16/111527/137927/7
Muttaqin, Arif. (2009). Asuhan Keperawatan
66/perempuan-dua-kali-lebih-rentan-
Dengan Pasien Gangguan Kardiovaskuler.
terkena-stres-karena pengaruh-hormon>.
Jakarta : Salemba Medika
[09/08/2016]
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian
Widyastuti, Y. (2015). Hubungan Antara
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Kualitas Tidur Lansia dengan Tingkat
Pradono, J. (2010). Faktor-faktor Terjadinya Kekambuhan Pada Pasien Hipertensi di
Hipertensi di Daerah Perkotaan. Jurnal Klinik Dhanang Husada Sukoharjo.
Gizi Indon 2010 Skripsi. Surakarta : STIKes Kusuma
Husada Surakarta
Prasetyo dan Prawesti. (2012). Stres pada
Penyakit terhadap Kejadian Komplikasi Wiramihardja, S. (2015). Pengantar Psikologi
Hipertensi pada Pasien Hipertensi. Abnormal. Bandung : Refika Aditama
Jurnal
Yosep, I. (2011). Keperawatan Jiwa. Bandung :
Refika Aditama
HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA
LANSIA DI PUSKESMAS RAWAT INAP CEMPAKA

Rina Lidia, Musafaah, Ifa Hafifah

Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung


Mangkurat, Jl. A. Yani KM. 36 Banjarbaru, 70714

Email korespondensi: rinalidia50@gmail.com

ABSTRACT
Background:Elderly changes in the body system that causes an increase in blood
pressure (hypertension) is affected by stress levels one of them.
Objectives: Determine relationship between stress level and hypertension among
elderly in Puskesmas Rawat Inap Cempaka.
Method: Research was conducted on 7-13 February 2018 with cross sectional
design with total sample was 54 elderly were taken using Purposive Sampling
technique. The instrument used is Perceived Stress Scale Questionnaire (PSS) -10 to
assess stress level and tensimeter to assess the pressure high blood pressure
(hypertension).
Results: Based on Chi-square test results, there is no relationship of stress level with
the incidence of hypertension in elderly at Puskesmas Rawat Inap Cempaka. The
value of p-value (p = 0.071).
Discussion: There are several factors that affect hypertension, so the stress level
factor can not be the single factor causing the occurrence of hypertension.

Keywords hypertension, elderly stress

Jumlah Pustaka : 16

1
PENDAHULUAN atau bersifat negatif dan tidak sesuai
dengan apa yang diinginkan sehingga
Menurut data dari Riskesdas tahun 2013 kesejahteraan emosionalnya terancam.
menyebutkan angka prevalensi Indikator dalam fisiologis stres adalah
hipertensi di Indonesia, yang menempati diantaranya kenaikan tekanan darah,
urutan pertama di provinsi Bangka sakit kepala, dan keletihan (Potter &
Belitung (30,9%), diikuti oleh Perry, 2005). Penelitian ini bertujuan
Kalimantan Selatan (30,8%) dan untuk mengetahui hubungan tingkat stres
Kalimantan Timur (29,6%) (Riskesdas, dengan kejadian hipertensi pada lansia di
2013). Berdasarkan UU nomor 13 tahun Puskesmas Rawat Inap Cempaka.
1998, Ianjut usia adaIah seseorang
dengan usia 60 tahun ke atas. Sedangkan Saat studi pendahuluan pada 20
menurut WHO, umur lanjut usia Desember 2017 di Puskesmas Rawat
diklasifikasikan menjadi empat yaitu Inap Cempaka, Hipertensi merupakan
usia pertengahan (middle age) usia 45-59 penyakit utama dengan kasus sebanyak
tahun, lanjut usia (elderly) usia 60-74 3.221 pada tahun 2016. 6 dari 10 lansia
tahun, lanjut usia tua (old) umur 75-90 mengalami stres, gelisah karena
tahun dan usia sangat tua (very old), di memikirkan keluarganya yang tidak
atas 90 tahun. bekerja, lansia sudah tidak mampu
bekerja dan kondisi ekonomi yang
Pada lansia terjadi perubahan fisik, kurang, lansia juga mengkhawatirkan
lansia mengalami penurunan yaitu kondisi fisiknya, salah satu lansia
perubahan pada sel dan sistem tubuh. mengalami DM dan takut akan
Perubahan yang terjadi pada sistem penyakitnya tersebut, kemudian merasa
kardiovaskuler menyebabkan lansia tertekan dan tidak bisa mengatasi
rentan terhadap berbagai penyakit masalah.
degeneratif, salah satunya hipertensi
(Darmojo, 2006). METODE PENELITIAN

Hipertensi adalah tekanan darah tinggi, Penelitian ini menggunakan rancangan


pada lansia terjadi hipertensi jika deskriptif korelasi dengam pendekatan
tekanan darah sistolik >140 mmHg dan cross sectional. Variabel bebas
tekanan diastolik >90 mmHg (Potter & penelitian ini adalah tingkat stres
Perry, 2005). Merokok, jenis kelamin, sedangkan untuk variabel terikatnya
konsumsi garam dan alkohol, umur, adalah kejadian hipertensi. Pengambilan
keturunan, stres, berat badan berlebih data dilakukan dengan teknik purposive
dan suku merupakan faktor yang dapat sampling pada 54 lansia di Puskesmas
membuat tekanan darah seseorang Rawat Inap Cempaka. Penelitian
meningkat (Potter & Perry, 2005). dilakukan sejak 07-13 Februari 2018
menggunakan kuesioner PSS-10 dan
Kegelisahan, ketakutan, nyeri dan stres tensimeter dan dianalisis menggunakan
emosional dapat mengakibatkan uji Chi-Square. Penelitian sudah
stimulasi simpatis meningkat kemudian dinyatakan laik etik No.583/KEPL-FK
frekuensi denyut jantung juga UNLAM/EC/I/2018 di Komisi Etik
meningkat, curah jantung dan tekanan Kesehatan FK Unlam.
darah sebesar 30 mmHg (Potter & Perry,
2013). Stres adalah keadaan dimana
seseorang dituntut untuk melakukan atau
merespon tindakan. Stres dapat
menyebabkan perasaan yang berlawanan
HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis kelamin merupakan salah satu
penyebab stres pada lansia, karena lansia
Karakteristik Responden perempuan lebih menggunakan
perasaannya ketika merasakan ada
Sebanyak 54 pasien yang sesuai dengan
masalah dibandingkan dengan laki-Iaki
kriteria penelitian dan bersedia menjadi
(Saila, 2014). Hal ini seiring dengan
responden penelitian yang dikumpulkan
pernyataan responden yang mengatakan
dari 7-13 Februari. Mayoritas responden
ketika mengingat keluarga yang jauh
terdiri dari perempuan berjumlah 40
maka lansia akan merasa gelisah dan
orang (74,1%).
merasa sedih.
Tabel 1. Distribusi karakteristik Tabel 2. Karakteristik responden
responden berdasar jenis berdasarkan usia di Puskesmas
kelamin di Puskesmas Rawat Rawat Inap Cempaka.
Inap Cempaka
Variabel N %
Variabel N %
Usia (tahun)
Jenis <65 15 27,8
Kelamin 14 25,9 65-75 30 55,6
Laki-laki 40 74,1 >75 9 16,7
Perempuan Total 54 100
Total 40 100
Pada tabel 2 sebagian besar lansia
berusia 65-75 tahun (55,6%). Tekanan
Lansia yang menjadi responden pada darah akan meningkat seiring dengan
tabel 1 sebagian besar lansia dengan bertambahnya umur, lansia dikatakan
jenis kelamin perempuan yaitu (74,1%) tekanan darah normal jika tekanan darah
dan dari hasil crosstabs sebanyak 22 sistolik 140 mmHg dan tekanan darah
orang (40,7 %) lansia perempuan diastoIik 90 mmHg (Potter & Perry,
mengalami hipertensi, sedangkan lansia 2005). Usia lansia dapat mempengaruhi
laki-laki hanya 9 orang (16,7%). stres karena Iansia harus menghadapi
perubahan yang terjadi seperti jauh dari
Hal ini sejalan dengan penelitian yang keluarga atau kehilangan keluarga dekat
dilakukan oleh Aina (2017) bahwa seperti kehilangan pasangan hidup
penderita hipertensi lebih banyak terjadi (Potter & Perry, 2005). Hal ini sesuai
pada perempuan, didukung dengan teori dengan fenomena yang didapatkan
dari Potter dan Perry (2005) bahwa peneliti bahwa masih banyak lansia yang
wanita setelah menoupouse lebih banyak belum bisa menerima keadaan ketika
mengalami hipertensi. Tekanan darah jauh dari keluarga.
tinggi lebih dominan terjadi pada wanita
dibandingkan dengan pria karena faktor Tabel 3. Karakteristik responden
hormonal. Karena saat menopouse kadar berdasarkan pekerjaan di
hormon estrogen pada wanita akan Puskesmas Rawat Inap Cempaka.
menurun, hormon ini berfungsi untuk
melindungi wanita dari penyakit Variabel N %
kardiovaskular, efek perlindungan Pekerjaan
estrogen adaIah ono,
sebagai
imunitas wanita (
pada usia P
ra
premenopause d
3
Bekerja 1
Tidak bekerja 8 36

2010). Total
100

4
Pada tabel 3 dominan lansia di Cempaka Berdasarkan tabel 4. dapat dilihat lansia yang
tidak bekerja 36 orang (66,6%) sebanyak mengalami stres masih dalam tingkat sedang
21 orang (38,9%) lansia yang tidak yaitu 24 orang (40%) sedangkan lansia yang
bekerja mengalami hipertensi dan lansia mengalami tingkat stres berat hanya 9 orang
yang bekerja mengaIami hipertensi (15,0%). Dalam hal ini lansia mengalami stres
sebanyak 10 orang (18,5%). berat jika skor yang didapat 27-40, stres berat
disebabkan karena lansia merasa tidak bisa
Lansia yang tidak bekerja dan tidak mengendalikan emosinya dan sudah
dapat menghasiIkan pendapatan akan berlangsung daIam waktu lama, lansia
berpengaruh pada status sosial ekonomi, mengalami kesulitan finansial yang cukup lama
lansia mengatakan hanya mendapatkan hingga beberapa tahun (Potter & Perry, 2005)
kebutuhan hidup sehari-harinya dari
anak ataupun keIuarga dan lingkungan Skor yang paling sering muncul adalah
sekitar. Sehingga terjadi perubahan pada skor 0 (tidak pernah) seperti pada
yaitu yang dulunya masih bisa bekerja pertanyaan nomor 10 ada 30 responden
sekarang tidak bisa karena terjadi menjawab 0 (tidak pernah) sebanyak 30
penurunan fungsi tubuh dan hal responden (55,6%) yaitu dengan
demikian bisa menyebabkan stres (Potter pertanyaan “Dalam bulan terakhir ini,
& Perry 2005), jika pada waktu muda seberapa sering Anda merasa bahwa
Iansia bisa mengatur kebutuhannya kesulitan kesulitan menumpuk sangat
untuk masa tua maka kemungkinan stres tinggi sehingga Anda tidak dapat
berkurang, tapi fakta di lapangan Iansia mengatasinya?”. Hal ini menunjukan
belum bisa memenuhi kebutuhannya dan bahwa lansia tidak pernah merasakan
hanya mengharapkan orang lain. mempunyai kesulitan atau masalah yang
banyak, lansia juga mengatakan jika ada
Lansia yang tidak bekerja cenderung masalah akan mendiskusikan dengan
memiliki aktivitas yang kurang orang terdekat untuk mendapatkan
dibandingkan lansia yang bekerja, solusi.
kurangnya aktivitas yang dilakukan oleh
lansia menjadi pengaruh yang dapat Support keluarga adalah hal penting bagi
menyebabkan kenaikan tekanan darah individu daIam menyelesaikan masaIah.
(Potter & Perry, 2005). Saat seseorang jika ada dukungan, maka rasa percaya
kekurangan aktivitas maka jantungnya diri bertambah dan motivasi akan
akan bekerja lebih keras untuk meningkat (Stuart and Sundeen, 1995).
memompa dan lebih cepat dalam setiap Keluarga berperan dalam membimbing
kontraksinya (Ambardini, 2009). dan memberikan solusi. Ekspresi positif
yang diberikan berupa penghargaan agar
Tingkat Stres pada Lansia menjadikan pemikiran positif pada lansia
dimana kita dapat memberikan informasi
Tabel 4. Gambaran tingkat stres pada lansia di dan menyatakan bahwa ia dihargai serta
Puskesmas Rawat Inap Cempaka diterima meskipun ada kesaIahan
(Cohen, 1999).
Variabel N %
Tingkat stres
Berat 9 15,0
Sedang 24 40,0
Ringan 21 35,0
Total 54 100
Kejadian Hipertensi pada Lansia alasan jarak puskesmas yang terlalu
jauh, tapi dari Puskesmas ada
Tabel 5. Gambaran kejadian hipertensi memprogramkan Posyandu untuk lansia
pada lansia di Puskesmas sehingga mempermudah lansia
Rawat Inap Cempaka respons mendapatkan pelayanan kesehatan
time pada pasien stroke di secara gratis, biasanya posyandu lansia
RSUD Ulin Banjarmasin. diadakan 1 bulan sekali.

Variabel N % Hubungan Tingkat Stres dengan


Hipertensi Kejadian Hipertensi pada Lansia di
H 3 Puskesmas Rawat
i 1 Inap Cempaka
p
e 5
r 7
t ,
e 4
n 2
s 3
i
T 4
i 0
d ,
a 0
k
hipertensi Tabel 6.
Total Anal
100 isis
hubu
ngan
Berdasarkan tingk
hasil penelitian at
pada tabel 5
stres
deng
an
keja
dian
hiper
tensi
pada
lansi
a di
Pusk
esma
s
Raw
at
Inap
Cem
paka
Kejadian
Hipertensi
5
p-
hanya sebagian Berdasarkan
lansia di T Hipertensi
i value kecil yang tabel 6
puskesmas n masih bekerja.
rawat inap g diketahui
k n % Mereka juga bahwa
cempaka a % mengatakan
lebih banyak kejadian
t sudah jarang ke
yang S hipertensi
puskesmas pada lansia
Hipertensi t
r dengan yang
berjumlah
e mengalami
s
tingkat stres
31 orang (57,4%) dan yang tidak Berat 6 66,7 3 sedang
42,6
hipertensi sebanyak 23 orang (42,6%). Sedang 17 70,8 7 cenderung
29,2
0,071
Lansia dikatakan hipertensi jika tekanan Ringan 8 38,1 13 mengalami
61,9
darah sistolik lebih dari
Jumlah hipertensi 17
140 mmHg dan 54 31
orang
tekanan darah diastolik Iebih
(70,8%)
dari 90 mmHg, dan
dibandingkan
teIah melakukan
dengan lansia
pengukuran tekanan darah minimaI 2
yang
kaIi Puskesmas
mengalami
sebelumnya Rawat Inap
tingkat stres
(Potter & Cempaka.
berat 6 orang
Perry, 2005). Lansia
(66,7%) dan
Hal ini sesuai mengalami
lansia yang
dengan peningkatan
mengalami
penelitian tekanan darah
tingkat stres
yang telah karena
ringan 8
dilakukan terjadinya
orang/
bahwa penurunan
(38,1%).
peneliti eIastisitas
Berdasarkan
terlebih pembuluh darah
hasil uji
dahulu (Potter & Perry,
statistik
memastikan 2005).
dengan Chi
bahwa
Square
responden Hipertensi didapatkan
sudah pernah adalah tanda dan nilai p- value
melakukan gejala yang 0,071 (p-
pengukuran sangat sering value >0,05)
tekanan darah dijumpai pada sehingga Ho
lebih dari 2 lansia dan diterima yaitu
kaIi dengan merupakan tidak ada
hasil yang faktor utama hubungan
konstant, dan penyakit antara tingkat
peneliti telah kardiovaskular. stres dengan
memastikan Lansia di kejadian
hal tersebut wilayah kerja hipertensi
dari buku puskesmas pada lansia di
kunjungan cempaka ini Puskesmas
yang mayoritas sudah Rawat Inap
dilakukan tidak bekerja, Cempaka.
responden di
6
Sesuai
dengan
peneliti
an yang
dilakuk
an oleh
Agustin
a
(2014)
tidak
ada
hubung
an
antara
stres
dengan
hiperten
si. Hal
ini
disebab
kan saat
melaku
kan
peneliti
an dan
pengam
bilan
data
lansia
tidak
sedang
mengal
ami
stres
ataupun
masaIa
h yang
berat
yang
dapat

7
menyebabkan timbulnya stres yang ada hubungan yang bermakna antara
berkepanjangan. tingkat stres dengan kejadian hipertensi
pada lansia. Hasil penelitian ini bertolak
Sebanyak 5 lansia mengalami penyakit belakang dengan teori yang
yang sudah lama dan hal ini mengancam dikemukakan oleh Smeltzer dan Bare
kemandiriannya, 2 orang lansia dengan (2002) Stres emosional mengakibatkan
penyakit DM dan 3 lansia dengan vasokonstriksi kemudian terjadi
riwayat stroke hal ini sesuai dengan teori peningkatan pada arteri dan denyut
Potter & Perry 2005 karena penyakit jantung kemudian hal inilah yang
menahun dapat menyebabkan lansia menyebabkan meningkatnya tekanan
mengalami stres berat. Sumber stres darah. Stres yang dirasakan lansia
pada lansia berasal dari kondisi merupakan tingkat stres sedang, pada
kesehatan fisik, lansia mulai tergantung tingkat ini lansia merasakan waspada
dengan orang lain karena penurunan yang berfokus pada indera penglihatan
fungsi fisik serta penyakit yang dan pendengaran, ketengangan masih
dirasakan akan mengancam kemandirian dalam batas yang dapat ditoleransi, serta
lansia (Smeltzer & Brenda, 2011). mampu mengatasi keadaan yang muIai
menganggu individu itu sendiri (Suzanne
Support keluarga adalah hal penting bagi & Brenda, 2008).
individu dalam menyeIesaikan masaIah.
jika ada dukungan, maka rasa percaya Hipertensi atau tekanan darah tinggi
diri bertambah dan motivasi akan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti
meningkat (Stuart and Sundeen, 1995). faktor jenis kelamin dan pekerjaan pada
Keluarga berperan dalam membimbing penjelasan data demografi responden,
dan memberikan solusi. Ekspresi positif sehingga faktor tunggal yaitu stres tidak
yang diberikan berupa penghargaan agar dapat dijadikan acuan untuk menyatakan
menjadikan pemikiran positif pada lansia seseorang hipertensi. Faktor-faktor
dimana kita dapat memberikan informasi tersebut adaIah: usia, stres, ras,
dan menyatakan bahwa ia dihargai serta medikasi, riwayat keluarga, konsumsi
diterima meskipun ada kesaIahan garam, konsumsi alkohol, dan jenis
(Cohen, 1999). dalam penelitian ini jika kelamin (Potter & Perry, 2005).
lansia mengalami masalah maka ia akan Sehingga berdasarkan hasil penelitian
mendiskusikan masalahnya dengan ini, faktor stres tidak dapat menjadi
orang terdekat yaitu keluarga, kemudian faktor tunggal dalam memengaruhi
jika keluarga tidak ada maka lansia akan kejadian hipertensi pada responden.
mendiskusikan dan meminta pendapat
dari lingkungan seperti tetangga. Hal ini PENUTUP
sesuai dengan teori Potter & Perry 2005
bahwa komponen terpenting bagi lansia Kesimpulan dari hasil penelitian ini
adalah keluarga, kemudian jika keluarga Karakteristik responden mayoritas
tidak utuh maka pendukung selanjutnya responden terdiri dari perempuan 74,1%
adalah tetangga. Jika dukungan ada (n = 40) dengan rata-rata usia 65-75
maka lansia akan mudah dalam tahun dan tidak bekerja 36 orang
mengambil keputusan dan (66,7%). Tingkat stres yang dirasakan
menyelesaikan masalah (Stuart & adalah dalam tingkat sedang 40%.
Sudden, 1995). Lansia yang mengalami hipertensi
berjumlah 31 orang (57,4%). Tidak ada
Hasil penelitian ini bertolak belakang hubungan antara tingkat stres dengan
dengan penelitian Pauzi (2016) yang kejadian hipertensi pada lansia di
menunjukkan bahwa Ho ditolak yaitu
Puskesmas Rawat Inap Cempaka (0,071 Rt 01 Dan 02 Mancasan,
> 0,05). Ambarketawang, Gamping Sleman
Yogyakarta, Skripsi: stikes Jenderal
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan Achmad Yani Yogyakarta, Yogyakarta
sumber informasi bagi keperawatan
komunitas dan gerontik. Faktor tingkat Potter, P.A, Perry, A.G 2005, Buku Ajar
stres tidak dapat dijadikan acuan Fundamental Keperawatan : Konsep,
terjadinya hipertensi pada lansia, karena Proses, Dan Praktik, Edisi 4.Volume 1
masih banyak faktor yang dapat
Alih Bahasa : Yasmin Asih, dkk, EGC,
menyebabkan hipertensi. Bagi peneliti
selanjunya bisa dijadikan literatur dan Jakarta.
bahan bacaan serta dapat meneliti faktor
lain yang dapat menyebabkan hipertensi. Potter, & Perry, A. G 2006, Buku ajar
fundamental keperawatan: konsep,
KEPUSTAKAAN proses, dan praktik, edisi 4, Volume 2,
EGC, Jakarta.
Agustina, Sri 2014, Faktor-faktor yang
berhubungan dengan hipertensi pada Potter & Perry 2013, Fundamental of
lansia di atas umur 65 tahun, Jurnal nursing eighth edition, Elsevier Inc.
Kesehatan Komunitas, Vol. 2, No. 4,
Mei 2014. Pradono J 2010, Faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya hipertensi di
Ambardini, Rachmah 2009, Aktivitas daerah perkotaan (analisis data
riskesdas 2007), Gizi Indo 2010.
Fisik Pada Lanjut Usia, Universitas
Negeri Yogyakarta, Wuny, Yogyakarta
Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan
penelitian dan pengembangan kesehatan,
Aina, Nor 2016, Faktor-faktor yang Kementerian Kesehatan RI, Bakti
berhubungan dengan kejadian hipertensi Husada.
pada lansia di wilayah kerja puskesmas
rawat inap cempaka tahun 2016, KTI
Saila Dzirwati Rahmah 2014, Strategi
Program Studi Ilmu Keperawatan
coping stres pada lanjut usia berjenis
Fakultas Kedokteran ULM, Banjarbaru
kelamin perempuan di unit pelaksana
teknis pelayanan sosial lanjut usia
Cohen, S., Kamarck, T., & Mermelstein, jember, Fakultas Kesehatan Masyarakat
R 1983, A global measure of perceived Universitas Jember, Jember
stress. Journal of Health and Social
Behavior, 24, 385-396
Stuart dan Sudeen 2002, Buku saku
DOI10.2307/2136404 keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.

Darmojo dan Martono 2006, Geriatri, Stanley dan Beare 2006, Buku ajar
Yudistira, Jakarta keperawatan gerontik, EGC, Jakarta.

Marzuki Pauzi 2016, Hubungan Antara Stuart dan Sudeen 2002, Buku saku
Tingkat Stress Dengan Tekanan Darah keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.
Tinggi Pada Lansia Di Dusun Kanigoro,

Anda mungkin juga menyukai