Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sehat menurut “World Health Organization” (WHO) yaitu dimana keadaan
yang sempurna baik fisik, mental, maupun sosial, tidak hanya terbebas dari
penyakit atau kecacatan. Sehat adalah hal yang paling mendasar dari setiap
manusia, tanpa membeda bedakan ras, agama politik, dan kondisi sosial
ekonominya. Sehat di perlukan agar seseorang mampu meraih kedamaian,
keamanan, dan bebas untuk melakukan apapun dalam hidupnya. Upaya untuk
mencapai sehat dapat di lakukan dengan promosi kesehatan dan pencegahan
penyakit, terutama penyakit – penyakit yang paling banyak menyerang
masyarakat yaitu penyakit hipertensi. (Sofiana et al., 2018).
Hipertensi dikenal sebagai silent kiler dikarenakan bisa terjadi tanpa tanda
dan gejala serta dapat mengakibatkan komplikasi atau penyakit lanjutan. Apabila
tidak ditangani secara tepat, tekanan darah tinggi dapat mengakibatkan stroke
(Widya, 2016), hipertensi ini dapat dialami oleh siapa saja dari kalangan
kelompok usia, ekonomi, dan sosial.
Menurut Word Health Organizion (WHO) jumlah penderita hipertenasi pada
tahun 2017 menunjukan 1 miliar orang di dunia dengan 2/3 pasien tinggal di
negara berkembang. Diprediksikan hipertensi terus meningkat hingga 29% pada
orang dewasa, membunuh sekitar 8 juta orang setiap tahunnya, dan di Asia
Tenggara penderita hipertensi berjumlah 1,5 juta orang (Kemenkes, 2017).
Menurut (Dinkes,2017) di Indonesia hipertensi merupakan penyebab kematian
nomor tiga setelah stroke dan tuberculosis, yakni 6,7 dari populasi kematian pada
semua umur. Peningkatkan kasus ini di sebabkan karena rendahnya kesadaran
masyarakat untuk memeriksa tekanan darah secara dini tanpa harus menunggu
adanya gejala. Berdasarkan data riskesdas, (2018) prevelensi hipertensi pada usia
18 tahun sebesar (34,1%), usia 31-44 tahun sebesar (31,6%), usia 45-54 tahun
sebesar (45,3%), umur 55-64 tahun sebesar (55,2%) dengan persentasi tertinggi di

1
Kalimantan Selatan (44.1%), dan persentasi terendah di Papua sebesai (22,2%).
Estimasi jumlah kasus

2
3

hipertensi di Indonesia akibat hipertensi sebesai 63.309.620 orang,sedangkan


angka kematian di Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian
(riskesdas, 2018), (Erika & Rosalina, 2021)
Menurut (Maharani et al., 2021) yang dimaksud hipertensi adalah gangguan
atau penyakit tekanan darah di atas rata – rata atau normal disebabkan oleh
banyak faktor. Hipertensi merupakan gangguan tekanan darah di atas rata-rata
atau disebut juga darah tinggi. Munculnya hipertensi bisa disebabkan karena
faktor genetik (bawaan dari lahir atau keturunan), stress, makanan, dan lain
sebagainya. Adapun hipertensi bisa menyebabkan gangguan jantung dan bisa
juga menyebabkan kematian diusia muda. Pencegahan hipertensi bisa dilakukan
dengan cara mengkonsumsi obat secara rutin, memeriksa kesehatan, mengikuti
penyuluhan kesehatan dan juga pola makan, misalnya hindari makanan asin
berlebih, dan makanan daging olahan atau makanan kaleng dan lain lain. (Nelwan,
2019)
Menurut (WHO) dan para ahli pendidikan kesehatan, terungkap bahwa
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan kurang. Hal tersebut terbukti bahwa
kurangnya peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan. Oleh karna
itu pengetuan kesehatan sangat penting.
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek yang dimilikinya melalui indera tubuh (mata, hidung, telinga, dan
sebagainya). Pengetahuan merupakan hasil dari proses penginderaan yang
dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap suatu objek. Sebagian
besar pengetahuan seseorang dapat diperoleh melalui indera pendengaran
(telinga), dan indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2017).
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyatakan bahwa pengetahuan
dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang diketahui, kepandaian, serta segala
sesuatu yang diketahui berkenaan dengan pendidikan (Sugono, 2018). Adapun
faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu pengalaman, pendidikan,
intruksi verbal, penerimaan informasi verbal dari pihak yang lain, pekerjaan,
umur, informasi dan media. Faktor-faktor tersebut tidak dapat berdiri sendiri dan
seringkali merupakan gabungan dari beberapa faktor (Notoatmodjo, 2005)
4

Peningkatan pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan pendidikan


kesehatan (Notoatmodjo, 2017). Berdasarkan penelitian sebelumnya (Rompas,
Karundeng, & Mamonto, 2017) menyatakan bahwa pendidikan kesehatan
memberikan pengaruh yang signifikan pada tingkat pengetahuan dan sikap remaja
tetang penyakit menular seksual. Penelitian 2 lainnya menyatakan bahwa
pendidikan kesehatan mempengaruhi pengetahuan dan perilaku ibu hamil dalam
pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak (PPIA) (Rochmawati & Novitasari,
2016)
Pemberian edukasi dipengaruhi oleh salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi peningkatan pengetahuan seseorang yaitu media edukasi. Media
adalah suatu alat peraga dalam promosi di bidang kesehatan yang dapat diartikan
sebagai alat bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba,
dirasa atau dicium untuk memperlancar komunikasi dan penyebarluasan informasi
(Kholid, 2014). Media menurut fungsinya dibedakan menjadi 3 kelompok sebagai
penyalur pesan-pesan kesehatan yaitu media cetak, eletronik dan papan.
(Rukmana, 2020)
Berdasarkan Hasil study pendahuluan yang dilakukan di polsek rajeg pada
acara Vaksinator hari senin 12 April 2022, terdapat 130 orang. Setelah dilakukan
wawancara, diketahui 80% responden tidak mengetahui pengetahuan hipertensi
terdiri dari 80 perempuan 20 laki – laki umur 30 -50 tahun, sedangkan 20%
responden mengetahui tentang pengetahuan hipertensi terdiri dari 20 perempuan
10 laki –laki umur 30 – 50 tahun. Hasil penelitian relavan yang di lakukan Jeine
Ester Nelwan dengan judul penelitian “Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap
Perubahan Pengetahuan Masyarakat tentang Hipertensi Di Kota Manado “Dalam
hasil peneltian waktu yang di butuhkan 30 menit dalam kurun waktu 1 hari
dengan hasil (pretest)56,5% menjadi (posttest)70%.
Berdasarkan hasil uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “pengaruh Penyuluhan Kesehatan terhadap
Pengetahuan Hipertensi Pada Dewasa di Desa Rajeg.
5

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas untuk mengetahui
Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap pengetahuan Hipertesi Pada Dewasa di
Desa Rajeg.
1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana perbedaan pengetahuan masyarakat tentang pengetahun hipertensi
sebelum dan sesudah di berikan penyuluhan kesehatan di Desa Rajeg?
2. Apakah ada pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan masyarakat
tentang pengetahuan hipertensi di Desa Rajeg?
3. Bagaimana pengaruh penyuluhan kesehatan tentang mengatasi hipertensi di
Desa Rajeg?
4. Bagaimana pengetahuan masyarakat terkait cara mengatasi hipertensi di Desa
Rajeg?
1.4 Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum untuk penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
penyuluhan kesehatan tentang pengetahuan hipertensi di Desa Rajeg?
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran karakteristik responden (usia, jenis kelamin,
pendidikan) pada masyarakat di Desa Rajeg
b. Mengetahui perbedaan pengetahuan masyarakat tentang pengetahuan
hipertensi sebelum dan sesudah di berikan penyuluhan di Desa Rajeg
c. Menganalisa pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan
masyarakat tentang pengetahuan hipertensi.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Bagi Mayarakat
Penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan masyarakat tentang
pengetahuan hipertensi dan dapat meningktan pengetahuan masyarkat dengan
cara di berikan penyuluhan kesehatan tentang pengetahuan hipertensi peneliti
tentang Dewasa.
6

2. Bagi Universitas Yatsi Madani


Sebagai informasi tambahan agar dapat di gunakan sebagai refrensi ilmu
pengetahuan bagi mahasiswa
3. Bagi Pendidikan Pelayanan
Memberikan refrensi dalam kegiatan yang berhubungan dengan pelayanan
kesehatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek
tertentu. Pengetahuan merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung
atau tidak langsung turut memperkaya kehidupan kita, sebab pengetahuan
merupakan sumber jawaban bagi berbagai pertanyaan yang muncul dalam
kehidupan (Notoatmodjo, 2017). Sedangkan menurut Priyoto (2018), pengetahuan
adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap
suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu
indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Menurut Lestari, (2017) terdapat 6 tahap dari pengetahuan yang dicakup dalam
domain kognitif yaitu:
1. Tahu (know)
Tahu didefinisikan sebagai mengingat sesuatu yang dapat dipelajari sebelumnya.
Pada dasarnya pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu spesifik
dari sesuatu bahan yang dipelajari. Berikut ini ada beberapa kata kerja yang
dipelajari untuk mengukur bahwa orang tahu apa yang dipelajari yakni:
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
a. Memahami (comprehension)
Memahami ialah menginterprestasikan materi secara benar dan menjelaskan
tentang objek yang diketahui.
b. Aplikasi (application)
Aplikasi ialah mampu memanfaatkan materi yang telah dipelajari pada suatu
kondisi dan situasi nyata.
c. Analisis (analysis)

7
8

Mampu untuk menjelaskan materi ke dalam faktor-faktor, namun tetap dalam


suatu struktur tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
d. Sintesis (synthesis)
Mampu meletakkan dan menghubungkan bagian-bagian pada suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Ataupun menyusun formulasi baru dari formulasi yang
ada.
e. Evaluasi (evaluation)
 Berhubungan pada kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi ataupun obyek.
 Untuk mengukur pengetahuan bisa dilakukan dengan cara wawancara ataupun
sebuah kuesioner yang bertujuan untuk menanyakan tentang isi dari materi yang
ingin diukur dari objek penelitian atau responden itu. Data yang berupa kualitatif
berisi dengan kata ataupun kalimat, sedangkan data kuantitatif ini berbentuk angka
dan dapat diproses dengan cara dijumlahkan, dibandingkan dengan jumlah yang
diperoleh presentasi. Setelah dipresentasikan kemudian dijabarkan kedalam
kalimat yang berupa kualitatif (Azka,2017).
Menurut Budiman & Agus (2017) tingkat pengetahuan dikelompokkan menjadi dua
kelompok apabila respondennya adalah masyarakat umum yaitu :
1. Tingkat pengetahuan kategori baik nilainya >50%
2. Tingkat pengetahuan kategori kurang baik nilainya ≤50%
Berikut ini terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan yaitu:
1. Tingkat Pendidikan
Upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku
positif yang meningkat
2. Informasi
Individu yang memperoleh informasi lebih banyak akan menambah pengetahuan
yang lebih luas

3. Pengalaman
Suatu hal yang pernah dilakukan seseorag akan menambah pengetahuan tentang
sesuatu yang bersifat informal
9

4. Budaya
Sikap manusia dalam memenuhi kebutuhan yang mencakup sikap dan
kepercayaan
5. Sosial ekonomi
Kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Menurut Lestari (2017), terdapat beberapa upaya untuk memperoleh pengetahuan
yaitu:
1. Orang yang memiliki otoritas
Dengan bertanya pada orang yang memiliki otoritas atau yang dianggapnya
lebih tahu adalah salah satu upaya seseorang mendapatkan pengetahuan.
2. Indra
Salah satu sumber internal pengetahuan yaitu indra pada diri manusia. Dalam
filsafat science modern mengemukakan bahwa pengetahuan pada dasarnya
hanyalah pengalaman-pengalaman konkrit yang terbentuk karena persepsi indra,
seperti persepsi penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan pencicipan
dengan lidah.
3. Akal
Pada hakikatnya ada pengetahuan tertentu yang bias dibangun oleh manusia
tanpa harus atau tidak bias mempersepsikannya dengan indra terlebih dahulu.
4. Intuisi (kemampuan memahami sesuatu)
Salah satu sumber pengetahuan yang mungkin adalah intuisi atau pemahaman
yang langsung tentang pengetahuan yang tidak merupakan hasil pemikiran yang
sadar atau persepsi rasa yang langsung. Intuisi dapat berarti kesadaran tentang
data-data yang langsung dirasakan.

2.2 Penyuluhan Kesehatan


Menurut ( et al., 2016) Menjelaskan penyuluhan adalah proses mengubah
perilaku orang, memungkinkan mereka untuk memahami, termotivasi, dan
membuat perubahan untuk meningkatkan roduksi, pendapatan atau keuntungan
dan memulihkan kekayaan. Pengertian pendidikan kesehatan sama menggunakan
pendidikan kesehatan masyarakat. Ini merupakan aktivitas atau upaya untuk
10

memberikan pesan kesehatan pada komunitas, grup, atau individu. Kami berharap
pesan dan kepribadian Anda akan memberi Anda wawasan kesehatan yang lebih
baik. Dengan kata lain, kehadiran pendidikan dapat mempengaruhi perilaku
sasaran.
Pendidikan kesehatan merupakan proses dengan input dan output. Perubahan
sikap ditentukan oleh banyak faktor dalam proses pendidikan kesehatan yang
mengarah di tercapainya tujuan pendidikan. Selain input itu sendiri, faktor yang
mempengaruhi proses pendidikan pula merupakan metode materi atau pesan,
pendidikan atau agen yang melaksanakannya, dan pendidikan atau alat pendidikan.
Faktor-faktor ini perlu bekerjasecara harmonis untuk mencapai hasil yang optimal.
Ini berarti Anda perlu menggunakan metode khusus untuk input tertentu (tujuan
pendidikan). Dengan kata lain, materi juga sesuai dengan tujuan. Artinya, alat itu
cocok. Untuk target kelompok, caranya harus berbeda dengan target massa dan
target individu. Tujuan massa harus berbeda dari tujuan individu. (Hepilita &
Saleman, 2019)
Menurut Melmambessy Moses pendidikan adalah proses pengalihan
pengetahuan secara sistematis dari seseorang kepada orang lain sesuai standar yang
telah ditetapkan oleh para ahli. Dengan adanya transfer pengetahuan tersebut
diharapkan dapat merubah sikap tingkah laku, kedewasaan berpikir dan
kedewasaan kepribadian ke dalam pendidikan formal dan pendidikan informal.
(Retnaningsih et al., 2021)
Tahap konsultasi melacak bahwa penduduk memahami, mengetahui, dan
tertarik, dan bahwa dikomunikasikan dengan benar dan tepat, dan menerapkan
inspirasi perspektif baru dan baru pada kesadaran mereka dalam kehidupan mereka,
seperti mencoba. Menangani. (Notoadmodjo, 2017) Merupakan indikator
keberhasilan berikutnya dan dapat memeriksa orang di semua tahap proses
konseling sebagai berikut:
1. Fase peningkatan kesadaran. pada tahap ini Anda telah mengetahui sesuatu yang
baru, tergantung pada apa yang terjadi melalui komunikasi dengan orang lain.
11

2. Kepentingan tingkat kedua (interest). Dalam Semester ini, seseorang ingin


mencari berita dan gosip untuk mengetahui lebih banyak perihal hal-hal baru
yang telah mereka ketahui jelas.
3. Tingkat peringkat. Pada taraf ini, seorang mulai menilai atau menimbang situasi
atau kemampuannya, termasuk kemampuan dan risiko yang diambil dari
perspektif sosial dan ekonomi.
4. Periode percobaan. Dalam istilah ini, kami memulai implementasi atau uji coba
kecil untuk melihat apakah ada yang dapat melanjutkannya. Tahap kelima
lamaran atau rekrutmen (recruitment). Di tahap ini, seorang percaya ada sesuatu
yang baru dan mulai menerapkan dalam skala besar.
Ada beberapa metode yang dapat Anda gunakan dengan ekstensi sinkron,
tergantung pada apa yang perlu Anda capai (Notomoatmojo, 2018), yaitu sebagai
berikut:
1. Metode ceramah. Metode presentasi adalah metode komunikasi suatu gagasan,
makna, atau pesan kepada suatu kelompok dan menjelaskannya secara lisan.
mata pelajaran sebagai akibat diperolehnya sinkronisasi informasi yang
diperlukan.
2. Metode diskusi grup. Metode diskusi kelompok merupakan diskusi yang
direncanakan serta dipersiapkan dengan tema percakapan antara 5 sampai
peserta (tujuan) dengan fasilitator yang ditunjuk.
3. Metode curah pendapat. Brainstorming adalah suatu bentuk pemecahan masalah
di mana setiap anggota mengusulkan semua kemungkinan solusi untuk masalah
tersebut. untuk mengevaluasi opini-opini ini di kemudian hari atas apa yang
mereka pikirkan.
4. Metode panel. Metode panel diharapkan dapat membahas topik di depan
pengunjung dan peserta, dengan 3 panelis atau lebih menggunakan pemimpin.
5. Metode bermain peran. Metode bermain peran adalah melakukan situasi
kehidupan manusia tanpa melatih lebih dari satu orang dan menggunakannya
sebagai bahan refleksi untuk kelompok.
6. Metode demonstrasi. Metode demonstrasi ialah dengan memberikan metode
pemahaman, inspirasi, dan langkah-langkah Disiapkan dengan cermat untuk
12

menunjukkan bagaimana suatu aksi atau adegan ditampilkan secara visual.


Metode ini digunakan untuk grup yang kurang umum banyak.
7. Metode simposium. Format simposium adalah serangkaian ceramah oleh 2
hingga 5 orang tentang topik yang berlebihan tetapi terkait erat.
8. Metode seminar. Metode seminar merupakan metode diskusi kelompok di
bawah bimbingan para ahli yang telah menguasai bidang tersebut.
Kegiatan nasihat jangan pisahkan pesan dari media sebab disampaikan melalui
media menggunakan cara yang mudah dimengerti. Media dapat menghindari
kesalahpahaman, memperjelas pesan, dan meningkatkan pemahaman. Extension
Aids Senses ialah alat indera menurut pendidik, untuk memberikan bahan
ajar/bahan ajar dan dirancang untuk mendukung dan mendemonstrasikan sesuatu
dalam proses pengajaran/pedagogi. (Zaenurrohmah, 2017). Menggunakan media
dan alat yang biasa dipergunakan pada ekstensi yaitu:
a. Leaflet
Leaflet merupakan alat satu sebuah format yang menyampaikan pesan kesehatan
melalui lipatan daun. Manfaat menggunakan media ini adalah: Targetnya
mengurangi kebutuhan akan catatan, dan targetnya bebas menampilkan konten
dan sangat hemat, jadi bisa belajar beradaptasi, mandiri dan praktis. Kelemahan
Leaflet tidak cocok buat satu tujuan. tak tahan lama dan mudah using tidak
berguna jika target tidak terlibat aktif, dan cocok untuk perlu proses proliferasi.
b. Flift Chart (Terbalik)
Flift Chart merupakan media penyampaian berita dan masalah kesehatan dalam
bentuk buku, dan setiap lembarnya berisi: foto demonstrasi dan lembar berisi
teks sebagai pesan kesehatan di bagian belakang foto. Keuntungan Penggunaan
media imbauan ini praktis dibawa, bisa dilipat dan digulung, serta hemat biaya
serta efisien, serta tidakdiperlukan alat yang rumit. Kelemahannya adalah terlalu
kecil buat jumlah target yang cukup besar, mudah robek.
c. Film serta Video
Manfaat media tersebut antara lain mampu menyampaikan kenyataan yang
menyulitkan untuk merekam ulang dengan mata dan pikiran sasaran, diskusi
yang semarak tentang sikap dan sikap, serta introspeksi terhadap apa yang
13

sebenarnya terjadi. Kelemahan media ini membutuhkan konektivitas listrik, yang


dapat merusak perangkat, membutuhkan korespondensi antara kartrid dan indra
pemain, dan makna artistik dan material dari ahli pencitraan, harus dimiliki, dan
butuh banyak. Biayanya karena penggunaan sensor canggih.
d. Slide
Keunggulan dari media ini adalah kemampuan yang terbatas namun realistis,
kompatibilitas dengan target dengan jumlah target yang relatif banyak, dan
pembuatannya sangat murah, peralatannya sangat kompak dan dapat digunakan.
Kekurangan Media ini mengandung kebutuhan akan sambungan listrik, risiko
kerusakan peralatan yang sebenarnya, kebutuhan tenaga ahli, dan kebutuhan
ruangan yang sedikit lebih gelap.
e. OHP transparansi keunggulan media ini adalah dapat merekam pokok-pokok
pembicaraan yang pentin, alat mudah didapat dan murah serta efisien, dan
digunakan untuk target besar dan kecil, sehingga nyaman dalam penggunaan dan
perawatan peralatan, termasuk menjadi kelemahan media ini antara lain
kebutuhan akan sirkulasi listrik, sehingga sulit untuk memperkenalkan gerak
secara visual. Jika area tempat duduk jamaah komuni tidak ditempatkan dengan
benar, lensa OHP dapat menghalangi pandangan subjek.
f. Papan tulis media
Kelebihan media ini adalah murah, efisien, penjelasannya baik, praktis
dibersihkan serta dapat dipergunakan kembali kelemahan dari media ini adalah
terlalu kecil buat jumlah target yang cukup. Ini tak efektif sebab instruktur harus
membelakangi penonton ketika menulis. Terlihat kotor bila tidak dibersihkan
benar.
Faktor yang mempengaruhi pemekaran merupakan proses perubahan perilaku
akibat aktivitas pendidikan informal. Berdasarkan (Maulana, 2018) secara umum
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi proses perubahan keadaan. oleh
konseling.
1. Eksklusif keadaan target. Salah satu hal yang perlu dipertimbangkan dalam hal
tujuan konseling adalah apakah ada dorongan langsung untuk membuat
14

perubahan pada tujuan konseling. Lalu ada ketakutan atau stres masa lalu yang
serius dalam bentuk
2. Ketidakpercayaan orang lain karena kegagalan atau pengalaman kegagalan.
Keadaan lingkungan fisik. Pada hal ini, lingkungan fisik
3. merupakan lingkungan yang secara eksklusif dan tidak eksklusif mempengaruhi
keberhasilan musyawarah.
4. Kondisi sosial budaya masyarakat. Sebagai pola sikap, tidak mengherankan jika
tuntutan sosial budaya masyarakat mempengaruhi efektifitas konseling. Karena
tuntutan Sosial budaya merupakan pola perilaku yang dipelajari yg
dipertahankan oleh seluruh masyarakat negara serta diturunkan berasal generasi
ke generasi, serta asal generasi ke generasi akan sangat sulit untuk mengubah
perilaku masyarakat, budaya sosial masyarakat.
5. Situasi dan jenis kegiatan. Institusi yang tersedia serta mendukung kegiatan
penyuluhan. terdapat tidaknya jalan kaki dan keterlibatan dalam proses
peregangan memilih efektivitas peregangan. pada hal ini, forum bertindak
menjadiproduser
6. Keputusan yang dibuat dengan cara ini harus dibuat oleh kotamadya.
Ketersediaan saat dalam diri seseorang. Saat menyampaikan pesan, perlu
memperhatikan tingkat aktivitas masyarakat untuk memastikan partisipasi publik
dalam konsultasi.

2.3 Hipertensi
Pengertian tekanan darah tinggi dianggap sebagai faktor risiko utama untuk
perkembangan penyakit kardiovaskular (Stanley dan Beare, 2018), WHO juga
menetapkan batasan untuk orang-orang dari segala usia dan jenis kelamin saat
mengukur tekanan darah untuk 140/90 mmHg, diklasifikasikan sebagai pasien
dengan hipertensi (WHO, 2018) Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan
tekanan darah sistolik 140 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. Hipertensi
selain beresiko menderita penyakit jantung juga berisiko menderita penyakit lain
yaitu penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah
maka akan semakin berisiko (Nurarif & Kusuma, 2015) Hipertensi merupakan
15

suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat secara abnormal dan terus-
menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan oleh
beberapa faktor risiko yang tidak berjalan semestinya dalam mempertahankan
tekanan darah normal (Wijaya & Putri, 2017). Jadi yang dimaksud Hipertensi
merupakan peningkatan darah atau tekanan darah di atas rata – rata atau normal
dan hipertensi juga beresiko menderita penyakit jantung dan penyakit lainnya yang
bisa menyebabkan kematian. Adapun penyebab dan faktor terjadinya hipertensi
adalah sebagai berikut:
1. Hipertensi primer
Menurut Nelwan, (2019) Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau
hipertensi, 90% diantaranya tidak diketahui penyebabnya dan beberapa faktor
berhubungan dengan perkembangan hipertensi.yaitu dianataranya:
a. Genetika. Orang dengan riwayat keluarga tekanan darah tinggi berada pada
peningkatan risiko mengembangkan kondisi tersebut.
b. Jenis kelamin dan usia, umumnya, ada perubahan vaskular sedang hingga
besar pada hipertensi
c. Orang di usia tua, usia paruh baya, dan penebalan lapisan terdalam dinding
karena arteriosklerosis dan penebalan intima karena proses penuaan karena
perubahan elastisitas Pengamatan pembuluh darah. Hal ini menyebabkan
peningkatan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik dan diastolik.
(Darmojo, 2017)
d. Diet, makan makanan asin dan berlemak hanya dikaitkan dengan
perkembangan tekanan darah tinggi.
e. Obesitas (25% atau lebih Berat badan ideal) sering dikaitkan dengan
perkembangan tekanan darah tinggi. Hingga 60% orang dengan tekanan
darah tinggi kelebihan berat badan.
f. Gaya hidup merokok dan minum
g. Gaya hidup yang tidak sehat dapat meningkatkan tekanan darah terus
berlanjut.
2. Hipertensi sekunder
16

Menurut (Tri Asri et al., 2018) Penurunan berat badan, Obesitas (25% atau
lebih dari berat badan ideal) juga umumnya dikaitkan dengan perkembangan
tekanan darah tinngi. Hingga 60% orang dengan tekanan darah tinggi
kelebihan berat badan. Jika gaya hidup tidak sehat terus berlanjut, gaya hidup
merokok dan minum bisa menaikkan tekanan darah berlanjut diantaranya:
a. Penurunan berat badan. Obesitas (25% atau lebih dari berat badan ideal)
juga umumnya dikaitkan dengan perkembangan hipertensi hingga 60%
orang menggunakan tekanan darah tinggi kelebihan berat badan. Gaya hidup
merokok & minum minuman keras
b. Bisa mempertinggi tekanan darah apabila gaya hidup sehat terus berlanjut.
c. Parenkim ginjal dan penyakit pembuluh darah. Penyakit ini merupakan
penyebab utama hipertensi sekunder. Hipertensi renovaskular dikaitkan
dengan penyempitan satu atau lebih aorta yang hanya membawa darah ke
ginjal. Sekitar 90% dari lesi arteri ginjal pada pasien hipertensi disebabkan
oleh aterosklerosis atau displasia fibrosa (pertumbuhan abnormal jaringan
fibrosa). Penyakit parenkim ginjal berhubungan dengan infeksi, inflamasi,
dan perubahan struktur dan fungsi ginjal.
d. Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen). Dalam kombinasi dengan
kontrasepsi oral yang mengandung estrogen, ekspansi volume yang
dimediasi reninaldosteron dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Setelah
menghentikan kontrasepsi oral, tekanan darah balik normal sesudah
beberapa bulan kemudian.
e. Gangguan Endokrin Medula Adrenal atau disfungsi kortikal bisa
mengakibatkan hipertensi sekunder. Hipertensi melalui kelenjar Peristiwa
adrenal disebabkan oleh kelebihan aldosteron, kortisol, serta katekolamin.
Di aldosteron utama, kelebihan aldosteron mengakibatkan hipertensi serta
hipokalemia.
f. Kegemukan (obesitas)
g. Kurang olahraga
h. Malas bergerak
17

i. Stres yang menyebabkan peningkatan tekanan darah sementara. Ketika stres


hilang, tekanan darah akan kembali normal.
j. Kehamilan
k. Peningkatan volume intravaskular
l. Merokok, nikotin pada tembakau bisa merangsang divestasi katekolamin.
Peningkatan katekolamin ini mengakibatkan hipersensitivitas miokard,
menaikkan denyut jantung serta mengakibatkan vasokonstriksi, yang
menaikkan tekanan darah.
Gejala tekanan darah tinggi termasuk sakit kepala yang terbangun yang
mungkin disertai dengan mual dan muntah karena tekanan darah yang lebih
tinggi dari normal, kekuatan 120/70 hingga 130/90. Penglihatan menjadi kabur
karna kerusakan di retina. Langkah yang tak stabil sebab kerusakan di sistem
saraf sentra gejala lain yang biasa ditemukan pada penderita tekanan darah
meliputi tinggi, pusing, wajah merah, sakit kepala, dan mimisan mendadak.
(Wulan et al., 2021)
Cara pengobatan hipertensi dengan terapi nonfarmakologis dan
farmakologi. Terapi norfarmakologi yaitu dengan memodifikasi gaya hidup,
dengan melakukan olah raga, penurunan berat badan, membatasi asupan
garam, tidak merokok dan tidak mengkonsumi alkohol, dan dengan terapi
komplementer yaitu yoga, mediasi, adapun contoh yaitu PMR, Teknik
relaksasi otot progresif dan guided imagery. Pengobatan semua pasien
hipertensi harus melakukan tindakan non-farmakologis dengan tujuan
menurunkan tekanan darah dan mengendalikan faktor risiko lain untuk
penyakit tersebut.
Terapi farmakologis Tujuannya adalah buat mengontrol tekanan darah
untuk mencapai tujuan terapeutik. sesuai JNC VIII, pemilihan obat, dan gagal
ginjal kronik. Setelah terapi antihipertensi dimulai, pasien wajib dipantau
secara teratur dan dosis disesuaikan setiap bulan sampai tekanan darah sasaran
tercapai. (Luthfiani, 2021) (Han & goleman, daniel; boyatzis, Richard; Mckee,
2019) Jenis obat antihipertensi :
1. Diuretik
18

Diuretik mengeluarkan cairan (urin), mengurangi volume cairan,


menurunkan efisiensi pemompaan jantung, dan menurunkan tekanan darah.
Contoh obat ini adalah bendroflumentiazide, chlortidezridone,
hydrochlorothiazide, serta indapalmid.
2. ACE Inhibitor
Golongan obat ini termasuk zat angiotensin II (zat yang dapat meningkatkan
tekanan darah. Efek samping yang umum termasuk batuk kering, sakit
kepala, dan lemas. Model obat yang berbeda yaitu kaptopril, enarapril, serta
Risinopril.
3. Pemblokir saluran kalsium
Kelas obat ini mengurangi kapasitas pemompaan jantung menggunakan
menghalangi kontraksi (kontraksi) otot jantung. model obat yang termasuk
obat jenis ini ialah amlodipine, diltiazem, serta nitrendipine.
4. ARB (Angiotensin Receptor Bloker)
Obat ini bekerja menggunakan menghalangi pengikatan angiotensin II di
reseptornya serta mencegah jantung dipompa menggunakan baik. Obat
golongan ini artinya golongan obat darah tinggi meliputi eprosartan,
candesartan, losartan.
5. Pemblokir Beta
Mekanisme kerja obat antihipertensi ini didasarkan pada penurunan
kapasitas pemompaan jantung. Jenis obat ini tak dianjurkan untuk pasien
dengan gangguan pernapasan yang diketahui seperti asma bronkial. Model
obat yang diklasifikasikan sebagai beta-blocker merupakan atenolol,
bisoprolol, dan beta-metoprolol.

2.4 Patofisiologis Hipertensi


Mekanisme yang mengatur kontraksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
pada pusat vasomotor medula oblongata otak. Jalur simpatis dimulai dari pusat
vasomotor, menuruni medula spinalis, keluar dari kolumna spinalis, dan mencapai
ganglia simpatis di dada dan perut. Stimulasi pusat vasomotor berupa impuls yang
berjalan melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
19

preganglionik melepaskan asetilkolin, yang merangsang serabut saraf


postganglionik ke dalam pembuluh darah, yang berkontraksi ketika norepinefrin
dilepaskan. Berbagai faktor, seperti ketakutan dan kecemasan, dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokonstriktor.
Orang dengan tekanan darah tinggi sangat sensitif terhadap norepinefrin, tetapi
tidak jelas mengapa hal ini terjadi. (Nelwan, 2019)
Pada saat yang sama sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons terhadap rangsangan emosional, kelenjar adrenal juga dirangsang,
menghasilkan aktivitas vasokonstriktor tambahan. Medula adrenal mengeluarkan
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lain yang dapat meningkatkan respon vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengurangi aliran darah ke ginjal dan menyebabkan
pelepasan renin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I, yang kemudian
diubah menjadi vasokonstriktor kuat angiotensin II, yang merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air
di tubulus ginjal, sehingga terjadi peningkatan volume pembuluh darah. Semua
faktor ini cenderung menyebabkan situasi hipertensi. (Afrioza & Mardianti, 2021)
Dari pertimbangan gerontologis. Perubahan struktural dan fungsional pada
sistem vaskular perifer bertanggung jawab atas perubahan tekanan darah pada
dewasa. Perubahan ini termasuk aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat,
dan penurunan relaksasi otot polos pembuluh darah, yang mengurangi kekuatan
vasodilatasi dan tarik. Akibatnya, aorta dan aorta memiliki kemampuan yang
berkurang untuk menahan jumlah darah yang dipompa oleh jantung (volume
sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan resistensi
perifer. (Padila, 2015) Tekanan darah juga dipengaruhi oleh curah jantung dan
resistensi perifer. Berbagai faktor dapat mempengaruhi curah jantung dan
resistensi perifer, salah satunya adalah obesitas. Pasien obesitas memiliki aktivitas
renin plasma yang rendah dan peningkatan aktivitas saraf simpatis. Curah jantung
kembali normal, tetapi regulasi diri refleks meningkatkan resistensi perifer. Ini
adalah mekanisme tubuh untuk mempertahankan status hemodinamik normal. Hal
ini disebabkan oleh stenosis sfingter kapiler anterior, yang mengakibatkan
20

penurunan curah jantung dan peningkatan resistensi perifer (Susalit et al, 2017).
Walaupun peningkatan resistensi perifer pada hipertensi primer terjadi secara
bertahap dalam jangka waktu yang lama, proses autoregulasi terjadi dalam waktu
yang singkat, sehingga mungkin ada faktor lain yang mempengaruhi peningkatan
tekanan darah yaitu faktor hemodinamik yang meningkat. Kelainan hemodinamik
diikuti dengan hipertrofi dinding pembuluh darah dan penebalan dinding bilik
jantung (Susalit et al., 2017). Perubahan struktur pembuluh darah disebabkan oleh
proses aterosklerosis yang terjadi pada pasien obesitas, terutama obesitas sentral,
akibat penimbunan lemak pada dinding pembuluh darah. (Hall & Guyton, 2018)

2.5 Dewasa
Istilah adult berasal dari kata kerja Latin, seperti juga istilah adolescence-
adolescere yang berarti tumbuh menjadi kedewasaan. Akan tetapi, kata adult
berasal dari bentuk lampau kata kerja adultus yang berarti telah tumbuh menjadi
kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa. Jadi, orang
dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap
menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya.
Menurut WHO dewasa dari umur 20-60 di usia produktif ini, sangat penting untuk
menjaga pola hidup sehat agar bisa tetap bugar dan minim risiko penyakit saat tua.
Masalah kesehatan yang bisa menghampiri sangat beragam, mulai dari keniakan
berat dan penyakit lainnya seperti hipertensi.
Masa dewasa menurut Hurluck dibagi dalam tiga kelompok yaitu pertama,
masa dewasa dini secara usia dimulai pada umur 18-40 tahun, kedua masa dewasa
tengah di mulai umur 40-60 tahun, ketiga masa dewasa lanjut di mulai umur 60
tahun sampai kematian, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang
menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif (Hurlock, 2019). Menurut
Santrock (2002), masa dewasa adalah masa untuk bekerja dan menjalin hubungan
dengan lawan jenis, terkadang menyisakan sedikit waktu untuk hal lainnya. Bagi
kebanyakan individu, menjadi orang dewasa melibatkan periode transisi yang
panjang. Baru-baru ini, transisi dari masa remaja ke dewasa disebut sebagai masa
beranjak dewasa yang terjadi dari usia 18 sampai 25 tahun, ditandai oleh
21

ekperimen dan eksplorasi. Dimana banyak individu masih mengeksplorasi jalur


karier yang ingin mereka ambil, ingin menjadi individu yang 2 seperti apa, dan
gaya hidup yang seperti apa yang mereka inginkan, hidup melajang, hidup
bersama, atau menikah (Arnett dalam Santrock, 2019) Diungkapkan oleh Erikson
(dalam Monks, Knoers & Haditono, 2018), bahwa tahap dewasa yaitu antara usia
20 sampai 30 tahun. Pada tahap ini manusia mulai menerima dan memikul
tanggung jawab yang lebih berat. Pada tahap ini pula hubungan intim mulai
berlaku dan berkembang. Individu yang tergolong dewasa muda (young
adulthood) ialah mereka yang berusia 20-40 tahun, memiliki peran dan tanggung
jawab yang tentu saja semakin besar. Individu tidak harus bergantung secara
ekonomis, sosiologis maupun psikologis pada orangtuanya (Dariyo, 2019).
Berdasarkan pendapat para tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa dewasa
awal merupakan masa dimana individu siap berperan dan bertanggung jawab serta
menerima kedudukan di dalam masyarakat, masa untuk bekerja, terlibat dalam
hubungan sosial masyarakat dan menjalin hubungan dengan lawan jenis.
Hurlock (2019) membagi tugas perkembangan dewasa awal, antara lain
sebagai berikut:
a. Mendapatkan suatu pekerjaan
b. Memilih seorang teman hidup
c. Belajar hidup bersama dengan suami istri membentuk suatu keluarga
d. Membesarkan anak-anak
e. Mengelola sebuah rumah tangga
f. Menerima tanggung jawab sebagai warga Negara
g. Bergabung dalam suatu kelompok sosial.
Menurut Erickson (dalam Santrock, 2002) mengenai hubungan dekat dan intim,
mengungkapkan tentang delapan tahap perkembangan manusia dan masa 3
hubungan intim ini berada pada tahap ke enam yaitu masa yang disebut sebagai
keintiman dan keterkucilan (Intimacy Versus Isolation) yaitu tahap yang dialami
individu selama bertahun-tahun awal masa dewasa dimana individu harus
menghadapi tugas perkembangan pembentukan relasi intim dengan orang lain.
Erickson menggambarkan keintiman sebagai penemuan diri sendiri pada diri
22

orang lain namun kehilangan diri sendiri. Saat anak muda membentuk
persahabatan yang sehat dan relasi akrab yang intim dengan orang lain maka
keintiman akan dicapai dan jika tidak akan terjadi isolasi. Sehingga individu
dewasa awal yang tidak dapat menjalankan tugas-tugas perkembangannya secara
optimal dan kehidupannya tidak berjalan secara dinamis sehingga tidak dapat
membina hubungan intim dengan orang lain. Berdasarkan pendapat para tokoh di
atas bisa disimpulkan bahwa tugas perkembangan pada masa dewasa awal adalah
membentuk hubungan akrab yang lebih intim dengan orang lain, menerima dan
bertanggung jawab mengenai kehidupannya.
Menurut Hurlock (2019), minat pada dewasa muda sangat luas. Minat ini
dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: minat pribadi, yaitu minat yang selalu
menyangkut seseorang tertentu. Minat pribadi pada masa remaja masih terbawa
sampai pada masa dewasa; minat rekreasi, diartikan sebagai kegiatan yang
memberikan kesegaran atau mengembalikan kekuatan dan kesegaran rohani
sesudah lelah bekerja atau sesudah mengalami keresahan batin; minat sosial, yang
pada masa dewasa awal tidak lagi begitu saja dapat menikmati pergaulan 4 yang
spontan sebagaimana dulu ketika masih bersekolah. Sekarang individu harus
mencari jalannya sendiri, menjalin tali persahabatan baru dan memantapkan
identitas mereka lewat upaya mereka sendiri.

2.6 Penelitian Yang Relavan


Dalam sebuah penelitian, kajian relevan merupakan hal yang tidak bisa
dikesampingkan. Kajian relevan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
kesamaan ataupun perbedaan penelitian yang tengah dilakukan penelitian yang
sudah ada sebelumnya. Terdapat beberapa judul penelitian yang dianggap relevan
dengan penelitian yang tengah disusun oleh penulis. Penelitian tersebut adalah:
1. (Pacifica & Paschalia, 2020) Universitas Sam Ratulangi Manado. Dengan judul
Pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap perubahan pengetahuan
masyarakat tentang hipertensi di kota manado. Hasil penelitian ini adalah:
dengan lama waktu penelitian di lakukan selama 50 menit dalam kurun waktu
satu hari dengan hasil 56,5% (pre test) menjadi 70% (post test). Berdasarkan
23

uji t diperoleh nilai p-value sebesar 0,000 (< 0,05). Hal ini berarti tindakan
promosi kesehatan berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan responden
tentang hipertensi. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu kegiatan penyuluhan
(promosi kesehatan) tentang hipertensi berhubungan dengan peningkatan
tingkat pengetahuan. Berdasarkan hasil penelitian ini maka perlu dilakukan
kegiatan promosi kesehatan secara berkala.
2. Ratna Wardani (2018) STIKes Surya Mitra Husada Kediri. Dengan judul
Pengaruh Pendidikan kesehatan hipertensi terhadap pengetahuan lansia di
posyandu lansia kelurahan manisrenggo. Hasil penelitian ini adalah: Dengan
lama waktu penelitian di lakukan selama 60 menit dalam kurun waktu satu hari
dengan hasil 66,7% (pre tes) menjadi 80% (post test). Pada penelitian ini
bahwa tingkat Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan Lansia di
Posyandu Lansia Kelurahan Manisrenggo sebelum kita melakukan penyuluhan
pada lansia dari 23 responden memiliki kategori cukup atau 43% dari 23
responden yaitu 10 responden. Namun, setelah kita melakukan penyuluhan
tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan lansia
mengalami kenaikan dari 43% kategori cukup menjadi 52% memiliki kategori
baik yaitu 12 orang.
3. Yusdianti Rista Sari &wiwin priyantari dengan judul penelitiannya adalah
Pengaruh pendidikan kesehatan tentang hi pertensi terhadap pengetahuan
lansia dalam mencegah hipertensi di panti werdha budhi dharma Yogyakarta.
Hasil penelitian Dengan lama waktu penelitian di lakukan selama 50 menit
dalam kurun waktu satu hari dengan hasi 39% (pre test) menjadi 59% (post
test): penelitian ini menemukan bahwa 59% dari responden dikategorikan
sebagai pemahaman yang baik, dan 41% memiliki pemahaman yang adil. Ada
pengaruh penyuluhan kesehatan tentang hipertensi pada lansia dalam
mencegah hipertensi di Rumah Pembibitan Budhi Dharma, Yogyakarta, yang
diindikasikan dari Wilcoxon signed rank test result, -5,583 dengan nilai p value
0,000
Berdasarkan penelitian yang telah disebutkan, persamaan yang terdapat dengan
penelitian yang penliti lakukan berupa pengaruh penyuluhan kesehatan
24

terhadap pengetahuan hipertensi, sedangkan perbedaannya terdapat pada objek


yang diteliti. Peniliti melakukanpenelitian terhadap pada dewasa di Desa
Rajeg.

2.7 Kerangka teori


Gambar 2.1 Kerangka Teori

Faktor resiko hipertensi

 -genetik Hipertensi
 -umur
 -jenis kelamin
 -obesitas
Klasifikasi Dewasa
 -merokok
 -stres 20 – 60 tahun

Penyuluhan kesehatan Pengetahuan


kesehatan
Sumber: Subejo, (2017) Notoadmodjo, (2017) Maulana, (2018) Darmojo, (2017)
25
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep


Pentingnya kerangka penelitian adalah alur pemikiran tentang bagaimana
teori dikaitkan secara sistematis dengan faktor-faktor yang diidentifikasi sebagai
masalah dalam topik penelitian, dengan menggunakan berbagai model konseptual.
(Sugiyono,2017)
Pada Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah penyuluhan kesehatan
dan variabel terikatnya adalah pengetahuan tentang hipertensi pada dewasa.
Penelitian ini memakai perbandingan kausal dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif menggunakan karakteristik persoalan berupa korelasi dampak pengaruh
dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2017). Kerangka konseptual penelitian ini
merupakan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
pengetahuan hipertensi pada lansia Kelurahan Rajeg

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Pre pengetahuan Post pengetahuan


Penyuluhan Kesehatan
Kepada Masyarakat
tentang Hipertensi

Keterangan:
Di teliti
Pengaruh pengetahuan hipertensi terhadap Hipertensi usia dewasa

26
27

3.2 Hipotesis

Hipotesis Penelitian adalah jawaban pertama untuk pertanyaan peneliti


dirumuskan dalam survei, dan hipotesis ini biasanya dirumuskan dalam hal
Hubungan antara dua variabel (variabel bebas dan variabel terikat). (Sastroasmoro
& Ismael, 2017).
1. Apakah Penyuluhan kesehatan berpengaruh terhadap pengetahuan
Hipertensi Pada Dewasa di Desa Rajeg
2. Apakah Ada Perbedaan Pengetahuan Sebelum dan Seseudah di lakukan
Penyuluhan di Desa Rajeg

3.3 Definisi Operational


Tabel 3.1 Definisi Operational

Alat & Cara


Karakteristik Definisi Operasional Hasil ukur Skala
ukur
Usia Lamanya hidup dari Pretest- Usia menurut Depkes Nominal
tanggal lahirnya hingga Posttest (2018)
dilakukan penelitian 1. Balita (0-1 tahun)
2. Anak-anak (2-10 tahun)
3. Remaja (11-19 tahun)
4. Dewasa (20-60 tahun)
5. Lansia di atas 60
Jenis kelamin Perbedaan perempuan
dan laki-laki secara 1. laki- laki
biologis sejak seorang 2. perempuan
dilahirkan

Pendidikan Sikap dan tatalaku


seseorang dalam upaya 1. SD
pendewasaan dan 2. SMP
pembelajaran 3. SMA
28

4. Perguruan Tinggi
Variabel terikat
Pengetahuan Suatu informasi yang di Pretest 1. Pengetahuan baik skor
peroleh melalui Posstest ≥15
pengalaman terdiri dari 2. Pengetahuan kurang skor
atau pembelajaran 20 petanyaan ≤15
di ukur
dengan skala
dikotomis
hanya ada
dua pilihan
jawaban
yaitu:
1. Ya
2. Tidak
Variabel bebas
Penyuluhan Suatu kegiatan mendidik Alat ukur: Menggunakan
kepada individu atau Proyektor cara presentasi
Kelompok, Memberi dan Power
Pengetahuan, Informasi- Point
informasi agar dapat
membentuk Sikap Cara ukur:
Perilaku hidup yang Metode dan
seharusnya ceramah
29
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain penelitian


Penelitian dilakukan secara kuantitatif dengan desain penelitian Pra
eksperimen design dan rancangan penelitian One-Group PreTest Post Test Design
yaitu dimulai dari keinginan peneliti mengetahui tingkat pengetahuan Hipertensi.
Penelitian ini kemudian ditunjang oleh materi-materi mengenai hipertensi yaitu
pengetahuan, Penyebab, gejala, cara pengobatan. Setelah itu, masalah lalu
dikumpulkan dan dirumuskan kedalam rumusan masalah. Data lalu dikumpulkan
melalui lembar kuesiner. Pendekatan yang digunakan oleh peneliti adalah
pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif. Data kemudian dianalisis dengan
menggunakan pengujian Wilcoxon singnen Test sebelumnya data dianalisis
menggunakan univariat dan bivariat. (Notoamojo 2018)
Gambar 4.1 Desain Penelitiaan

01 X 02

Keteranga:
01: Hasil pengukuran sebelum diberi penyuluhan kesehatan
X: Penyuluhan kesehatan kepada responden
02: Hasil pengukuran setelah diberi penyuluhan kesehatan

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi Penelitian : Desa Rajeg
Waktu penelitian : Agustus 2022
4.3 Populasi dan Sample
4.3.1 Populasi
Populasi merupakan domain generalisasi yang terdiri dari objek atau
subjek yang menunjukkan ciri serta ciri tertentu, dan ditentukan oleh peneliti

30
31

untuk diselidiki serta ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017). Populasi pada


penelitian ini merupakan orang dewasa mulai dari umur 20-60 tahun di
Kelurahan Rajeg, terdiri dari 115 orang
4.3.2 Sampel
Sampel terdiri dari aspek jumlah dan karakteristik populasi. Jika
populasi besar contohnya sebab keterbatasan sumber daya, energi, serta saat
peneliti tidak bisa meneliti semua populasi, maka peneliti
akan memakai sampel dari populasi, saya dapat melakukannya. Apa yang
kita pelajari dari sampel adalah bahwa kesimpulannya mungkin berlaku
untuk populasi. oleh sebab itu, sampel yang diambil dari populasi harus
benar-benar representatif. (Sugiyono, 2017).
Keterangan
N : besar populasi
n : besar sample
d : tingkat Kepercayaan yang di inginkan (kemaknaan)=1% (0,10)
berikut perhitungan sample yang harus di ambil:

N
n=
1+ n(d )2

115
n=
1+115(0,10)2

115
n=
1+115(0,01)

115
n= 57 responden
2

Rumus ini menunjukkan jumlah sampel yang dibutuhkan yaitu 57


responden untuk pengambilan sampel di desa Rajeg menggunakan teknik
sampling jenuh, sampel jenuh menggunakan populasi yang cukup kecil.
(Sugiyono, 2017).
32

4.3.3 Kriteria Inklusi dan Ekslusi


1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria atau karakteristik yang harus dipenuhi oleh
setiap anggota populasi yang bisa dijadikan sampel (Notoatmodjo, 2018).
Kriteria yang dipilih sang peneliti ini adalah:
a. Berusia 20 - 60 tahun
b. Bersedia menjadi responden
2. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan karakteristik anggota populasi yang tak bisa
dijadikan sampel sebanyak orang (Notoatmodjo, 2018). Kriteria eksklusi
untuk penelitian ini adalah:
a. Responden yang sakit
b. Responden yang bekerja dan tidak terganggu

4.4 Instrumen Dan Cara Pengambilan Data


4.4.1 Intrumen Penelitian
Alat peneliti merupakan alat yang bisa berupa peneliti (daftar
pertanyaan atau pernyataan), formulir observasi, dan bentuk lain yang
berhubungan menggunakan pengumpulan data. (Notoatmodjo, 2018).
Peralatan, Penelitian merupakan alat buat mengukur kenyataan alam serta
sosial yang diamati special, semua fakta ini diperhitungkan menggunakan
variabel peneliti. Sarana atau sensasi pengumpulan data yang dipergunakan
pada peneliti ini merupakan format peneliti. Informasi lapangan ialah teknik
pengumpulan data yang dilakukan menggunakan menjawab dengan
menyampaikan serangkaian pertanyaan atau penjelasan tertulis pada
responden. (Sugiyono, 2017).
1. Survey 1 berisi tentang pengetahuan hipertensi berupa 5 pertanyaan dan 5
jawaban artinya, Dua jawaban: Ya Atau Tidak.
2. Lembar kuesioner Pretest dan Postest 20 pertanyaan tentang
Pengetahuan, Penyebab, Gejala Pengobatan
33

4.4.2 Cara Pengumpulan Data


Menurut (Notoatmodjo, 2017), jika Anda ingin mengumpulkan data
dengan cara apa pun, Anda selalu membutuhkan alat yang disebut "perangkat
pengumpul data". Data dikumpulkan secara manual dibagikan kepada
responden. Sebelum pengumpulan data, peneliti terlebih dahulu melakukan
peneliti dengan persetujuan responden atau informed consent. Setelah
responden setuju untuk berpartisipasi dalam survei, tautan peneliti dibagikan
kepada responden. Prosedurnya adalah sebagai berikut:
1. Peneliti mengajukan permohonan izin penelitian ke Lembaga Penelitian
Keperawatan Universitas Yatsi Madani untuk penelitian di Desa Rajeg.
2. Sehabis menerima Izin penelitian dari Program Studi Keperawatan
Universitas Yatsi Madani, dilanjutkan dengan peneliti mengajukan izin
penelitian ditujukan pada kelurahan desa rajeg
3. Sesudah peneliti menerima surat penelitian, peneliti memberikan surat ke
kepala Desa rajeg, peneliti menemui RT serta RW untuk penelitian
dengan memberikan surat izin dari Kelurahan desa Rajeg, kemudian
peneliti meminta data masyarakat untuk memperoleh data serta jumlah
masyarakat yang ingin dijadikan responden.
4. Selanjutnya peneliti meminta persetujuan kepada responden dan
memberikan penerangan pada responden tentang penelitian yang
dilakukan dan hak-hak responden.
5. Apabila calon responden menyetujui jadikan responden pada penelitian
maka peneliti meminta responden untuk melengkapi data lembar
informed consent atau lembar persetutujan
6. Peneliti memberikan Kuesioner untuk menjelaskan mengenai cara
pengisian kuesioner yang tertera didalam isi kuesioner tersebut.
Responden akan diberi ketika buat mengisi kuesioner
7. Peneliti lalu melakukan analisis data berupa pembahasan yang dilakukan
sesuai data-data yg diperoleh asal yang akan terjadi penelitian memakai
perangkat lunak SPSS Statistic 22.
34

8. Untuk menjaga kerahasiaan data yang diterima baik selama proses


akuisisi data, pemrosesan data, dan presentasi serta publikasi. Peneliti
akan merahasiakan identitas responden dan memusnahkan data dalam
kurun saat 5 – 6 tahun sesudah penelitian

4.5 Pengolahan data


Pengolahan data adalah keliru satu bagian berasal rangkaian aktivitas sehabis
Pengumpulan data. Dan setelah pengumpulan data, data mentah harus disiapkan
untuk menjadi topik yang pada akhirnya dapat digunakan untuk menjawab tujuan
penelitian (Notoatmodjo, 2018). Ada empat tingkat manajemen data untuk
memastikan bahwa analisis studi menghasilkan pesan yang benar sebagai berikut:
1. Enhancing & Modifying
Enhancing & Modifying Hal ini sebagai upaya untuk mengkonfirmasi
kelengkapan kuesioner dan jawaban atas pertanyaan tersebut. Dari hasil
kuisioner yang dijawab oleh responden, semua pertanyaan telah diisi dan terisi
dengan lengkap
2. Coding
Coding adalah kegiatan mengubah data berformat karakter menjadi angka-
angka. Penggunaan pengkodean ini dimaksudkan untuk memudahkan analisis
statistik dan mempercepat input data. information.
3. Processing
Setelah mempersiapkan, yaitu mengisi, memodifikasi, dan mengkodekan
semua kuesioner, langkah selanjutnya adalah menyiapkan dan mengevaluasi
catatan data. Proses perekaman dapat dilakukan dengan memasukkan
informasi survei ke dalam paket aplikasi PC. Hasil survey dimasukkan secara
individual Secara individual sesuai dengan jumlah responden dan jumlah soal.
4. Cleaning
Pada saat pembersihan, periksa data yang dimasukkan dan periksa
jika ada kesalahan.
35

5. Tabulating
Agregasi adalah input data yang terjadi saat Anda menyelidiki tabel
tersinkronisasi yang terpengaruh dan memiliki kriteria yang sesuai. informasi
lapangan sinkron menggunakan skornya.

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas


Uji validitas ini di lakukan untuk mengetahui sejauh mana ketepatan alat ukur
ketepatan alat ukur dalam penelitian, penulis melakukan uji validitas terlebih
dahulu. Pengukuran validitas yang di laukuan penulis Mahfudz bayu P.S bertujuan
menggunkan responden sebanyak 30 maka nilai r tabel dapat di peroleh melalui r
product moment person dengan df (degree of fridom) = n -2, maka df 30 -2=28
oleh karna itu r tabel ialah 0,361. Maka pertanyaan di katakana valid jika nilai r
hitung lebih dari 0,361 untuk mengetahui tingkat ketepatan dan kecermatan alat
ukur.
Adapun kriteria pengujinya sebagai berikut

Tabel 4.1 Kriteria Uji Validitas

Apabila r hitung > r tabel Valid


Apabila r hitung< r table Tidak valid

Berdasarkan hasil uji validitas yang di lakukan mahfudz bayu P.S dengan
menggunkan responden sebanyak 30 responden makan df =2 jadi df 30 -2=28
besar df 28, jadi r tabel ialah 0,361. Nilai r hitung =0,382 – 0,525 sehingga dapat
di simpulkan nilai r hitung lebih besar dari r tabel maka kuesioner pengetahuan
valid secara keseluruhannya
Uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat ukur dapat
di percaya atau dapat diandalkan, Suatu pertanyaan kuesioner di katakana reliabel
adalah jika nilai Cronbach alpha >0,7 (Notoatmojo, 2017)
36

Tabel 4.2 Uji validitas dan Reliabilitas

Variabel Jumlah Uji Validasi Uji Reliabilitas


Pertanyaan
Pengetahuan 20 0,382 – 0,525 0,785

4.7 Analisis Data


Analisa data ialah menggambarkan data yang akan dilihat dari hasil kuesioner
ldengan caea manual atau dengan bantuan komputer. Data yang usdah terkumpul
kemudian dapat diolah dengan analisis univariat dan analisis bivariat. Bertujuan
untuk mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap penngetahuan
hipertensi. Analisaa yang di gunakan dalam peneliti ialah menjadi berikut:
4.6.1 Analisa Univariat
Analisa univaria Ini Analisis data yang hanya menganalisis satu variabel.
Analisis sering digunakan untuk statistik karena proses akuisisi data awal
masih acak. Naratif dimana persentase yang diperoleh dari setiap variabel
hanya berupa distribusi frekuensi (Donsu, 2017)
4.6.2 Analisa Bivariat
Analisis bivariat merupakan analisis yang dilakukan terhadap 2 variabel
yang seharusnya berafiliasi dan berkorelasi. (Notoatmodjo, 2017). Analisis
ini dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh suatu variabel terhadap
variabel lainnya, misalnya untuk mengetahui pengaruh suatu variabel bebas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data
mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data yang
mempunyai pola seperti distribusi normal. Jika nilai probabilitas > 0.05
maka Ho diterima, maka populasi berdistribusi normal, jika nilai
probabilitas < 0.05 maka Ho ditolak maka populasi berdistribusi tidak
normal (Ghozali, 2016).
37

penelitian”. Ekspresi matematis tentang distribusi chi square hanya


tergantung pada suatu parameter, yaitu derajat kebebasan
2. Uji Hipotesis
Dalam analisi korelasi adalah koefisien kolerasi yaitu angka yang
menyatakan derajatantara hubungan variable independent (terikat) atau
untuk mengetahui kuat atau lemahnya antara variable bebas dan variable
terikat.

4.8 Etika Penelitian


Etika membantu orang melihat moral masyarakat dan membuat penilaian
kritis. Etika juga membantu kelompok masyarakat, termasuk badan profesional,
mengembangkan pedoman yang diperlukan. Etika penelitian mengacu pada
prinsip-prinsip etika yang berlaku untuk kegiatan penelitian selama proposal
penelitian diajukan dengan menggunakan publikasi sebagai hasil penelitian.
Peneliti harus bersikap ilmiah dan memegang teguh tika penelitian saat
melakukan penelitian. Secara garis besar, Anda perlu mengikuti empat prinsip saat
melakukan penelitian (Notoatmodjo, 2018) yaitu:
1. Beneficence
Analisis ini dapat digunakan untuk mengetahui impak suatu variabel terhadap
variabel lainnya, misalnya untuk mengetahui pengaruh suatu variabel bebas.
penelitian adalah bahwa peneliti perlu meningkatkan manfaat dan risiko
penelitian mereka kepada responden mereka. Penelitian yang dilakukan harus
bermanfaat bagi.
Topik penelitian secara individu, dalam kelompok, dalam masyarakat, atau
secara holistik. Prinsip ini juga didasarkan pada prinsip non-jahat tanpa
eksploitasi.
2. Menghormati martabat manusia (Respect For Human Dignity)
Ada beberapa hak yang dapat diperoleh subjek penelitian sebagai subjek
penelitian pilihan, Subjek berhak untuk secara sukarela memilih untuk
berpartisipasi dalam penelitian tanpa risiko bahaya. Hak isi data penuh topik
Penelitian
38

3. Justice
Prinsip ini bertujuan untuk mendukung keadilan dengan melindungi hak-hak
pribadi subjek penelitian.
Di antara masalah etika yang perlu dipertimbangkan adalah:
a. Informed consent
Untuk menghindari situasi yang tidak diinginkan sebagai responden selama
survei, peserta survei diberikan informed consent sebelum melakukan
survei. Responden harus menandatangani formulir informed consent
setelah menerima pernyataan dari penelitian mengenai tujuan dan manfaat
penelitian.
b. Anonimity
Responden berhak untuk menjamin kerahasiaan datanya dengan tidak
mencantumkan nama responden (informasi lapangan) dalam survei dan
menggantinya dengan kode khusus.
c. Confidentialy
Kerahasiaan pertanyaan yang diajukan oleh responden dijamin oleh penelti.
BAB V
HASIL PENELITIAN

5.1 Penatalaksanaan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan
terhadap pengetahuan Hipertensi pada dewasa di Desa Rajeg. Penyebaran
kuesioner penelitian secara langsung pada tanggal 20 agustus 2022 kepada
responden yaitu sebanyak 57 respnden yang sesuai dengan kriteria inklusi.
Analisis data yang pertama kali di lakukan adalah analisa univariat yaitu untuk
mengetahui distribusi frekuensi pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap
pengetahuan Hipertensi pada dewasa. Sedangkan analisis yang kedua yaitu analisi
bivariat dengan tujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh penyuluhan
kesehatan terhadap pengetahuan Hipertensi pada dewasa di Desa Rajeg.

5.2 Analisa Univariat


Karakteritik responden
Tabel 5.1 Karakteristik Responden di Desa Rajeg (N=57)

No Karakteristik Frekuensi Presentase %


Usia
1 19-20 4 7,6
21-29 19 31,1
31-52 36 71,6
Total 57 100%
2 Pendidikan
Pt 3 5,3%
SMA 6 10,6%
SMP 14 24,6%
SD 34 59,6%
Total 57 100%
3 Jenis Kelamin
Laki-laki 14 24,6%
perempuan 43 74,4%
Total 57 100%

Berdasarkan karakteristik responden dari data demografi yang menggambarkan


bahwa mayoritas usia responden adalah berusia 31 sampai dengan 52 tahun yaitu

39
40

sebanyak 36 responden (71,6%), dan mayoritas responden berpindikan SD yaitu


sebanyak 34 responden (59,6%) dengan mayoritas responden berjenis kelamin
perempuan sebanyak 43 orang (74,3 %)

Tabel 5.2 Frekuensi Pengetahuan Hipertensi di Desa Rajeg ( N=57)

Tingkat Pretest Posttest


No
Pengetahuan N % N %
1 Baik 23 40,4% 37 64,9%
2 Kurang 34 59,6% 20 35,1%
Total 57 100% 57 100%

Dari hasil table di atas yaitu di ketahui pengetahuan di desa Rajeg sebelum di
berikan penyuluhan kesehatan sebagian besar dalam kategori baik yaitu 23
responden (40,4%), dan kategori baik setelah di berikan penyuluhan yaitu 37
responden (64,9%) dan tingkat penegetahuan kurang sebelum di berikan
penyuluhan yaitu 34 responden (59%) dan kategori kurang menurun sesudah di
berikan penyuluhan yaitu 20 responden (35,1 %)

5.3 Analisa Bivariat


1. Uji Normalitas
Uji Normalitas data adalah hal yang lazim dilakukan sebelum sebuah
metode statistik. Uji Normalitas merupakan salah satu bagian dari uji
persyaratan analisis data atau biasa disebut asumsi klasik. Tujuan uji normalitas
adalah untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau
mendekati distribusi normal, yakni distribusi data yang mempunyai pola seperti
distribusi normal.
Uji Kolmogrov-Smirnov merupakan pengujian yang sering dipakai dan
kelebihan uji ini adalah sederhana dan tidak menimbulkan perbedaan persepsi
diamtara satu pengamatan dengan pengamatan yang lain yang sering terjadi
pada uji normalitas dengan menggunakan grafik. Uji ini digunakan untuk
41

mengetahui apakah hasil uji normalitasnya berdistribusi normal atau tidak.


Asumsi yang harus dimiliki oleh data adalah data tersebut terdistribusi secara
normal. Maksud data terdistribusi secara normal adalah bahwa data akan
mengikuti bentuk distribusi normal. Data berdistribusi normal jika taraf
signifikasi hitung lebih dari taraf signifikasi yang digunakan yaitu 0,05. Hasil
uji normalitas pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan
Hipertensi di desa Rajeg dapat dilihat pada table berikut
Tabel 5.3 Distribusi Uji Normalitas Kolmograv-Smirnov (N=57)

Variabel One-Sample Test Statistic


Kolmogorov-Smirnov
Pretest Responden 57 0,01
Posttest Responden 57 0,00

Uji normalitas diatas menggunakan uji One-sample kolmogrof-Smirnov Test.


Hasil dari table tersebut menujukkan bahwa nilai signifikasi pengetahuan
pretest 0,001, dan nilai signifikan pengetahuan post test yaitu 0,000 Dengan
demikian masing masing variable mempunyai nilai (p>0.05) sehingga semua
variable baik variable bebas maupun terikat pada penelitian ini berdistribusi
Normal, maka analisis regresi dapat di lanjutkan.

2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis di lakukan untuk menngetahui ada atau tidak ada pengaruh
penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan hipertensi. Uji hipotesis yang
dilakukan pada penelitin ini yaitu uji wilxocon signen rank tes
untukmemperhitungkan dua kelompok data yang berbeda tujuannya adalah
untuk mengetahui di bagian mana saja perbedaan antara kedua kelompok data.
42

Tabel 5.4 Wilxocon Signed Rank Tes (N=57)

Posttest- N Mean Rank Sam of Ranks


Pretst
Negative 0 0,000 0,000
ranks
Postive 57 29,00 165,00
ranks 0
Ties 0 1,020

Total 57

Berdasarkan hasil analisa bivariat di atas mengguanakan Analisa wilxocon


signed rank test terdapat hasil data Pretest dan Posttesnya mengalami Kenaikan
Yaitu 57 responden untuk mean rank 29 sum of Ranks 1653,00, yang artinya
responden mengalami peningkatan setelah di beri intervensi penyuluhan
kesehatan, dan ties (0) 57 responden tidak mengalami perubahan sebelum
ataupun setelah di berikan intervensi

Tabel 5.5 Uji Hipotesis Wilxocon Signed Rank Test

Table PrePengetahuan
PostPengetahuan
Z -6,580
Asymp.sig. 0,000
(2-tailed)

Berdasarkan hasil test statistic pada table di atas di ketahui nilai pada variabel
pre-post tingkat pengetahuan adalah – 6,580 dengan P value signifikasi (2-
tailed) sebesar 0,000 ≤ 0,05 maka dapat di simpulkan bahwa “Hipotesis di
terima” artinya terdapat pengaruh penyuluhan kesehatan sebelum dan sesudah
di lakukan penyuluhan, jika nilai signifikan ≥ 0,05 Maka Hipotesis di tolak
BAB VI

PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti akan membahas hasil penelitian, berupa hasil analisis data
dan pembahasan sesuai dengan tujuan penelitian. Tujuan umum pada peneliti adalah
untuk mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan hipertensi
pada dewasa di desa Rajeg. Penelitian ini di lakuakan pada tanggal 20 agustus 2022 di
Desa Rajeg dengan responden 57. Penelitan di lakukan secara langsunng
menngunakan metode ceramah.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 57 responden, di peroleh hasil data dengan
Teknik Analisa data yang di bagi menjadi dua yaitu univariat dan bivariat. Hasil
analisa univariat berupa karakterstik berdasarkan frekuensi pengetahuan sebelum dan
sesudah penyuluhan kesehatan tentag hipertensi, sedangkan hasil analisa bivariat
berupa pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan masyrakat tentang
hipertensi di desa Rajeg.
6.1 Analisa Univariat Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan di desa Rajeg di dapatkan hasil
dari karakteristik Usia mayoritas 31-52 sebanyak 36 responden (71,6%).
Pendidikan responden bahwa mayoritas Pendidikan yaitu SD sebanyak 34
responden (59,6%). Dengan mayoritas berjenis peremmpuan sebanyak 43
responden (74,4%).
Menurut Kusmiran (2017) Usia setiap orang berbeda-beda karena perbedaan
antara kelahiran maupun kematian seseorang. Usia memiliki suatu pengaruh
dalam pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia seseorang maka semakin
berkembang pula pola pikir seseorang.
Menurut Melmambessy Moses (2017) pendidikan adalah proses pengalihan
pengetahuan secara sistematis dari seseorang kepada orang lain sesuai standar
yang telah ditetapkan oleh para ahli. Dengan adanya transfer pengetahuan tersebut
diharapkan dapat merubah sikap tingkah laku, kedewasaan berpikir dan
kedewasaan kepribadian ke dalam pendidikan formal dan pendidikan informal.
Berdasarkan hasil penelitian Wahyuni (2017)

43
44

perempuan cenderung menderita hipertensi dari pada laki – laki. Pada penelitian
tersebut sebanyak 27% perempuan mengalmi hipertensi, sedangkan laki- laki
hanya sebesar 5,8.

6.2 Pengetahuan Hipertensi Berdasarkan Analisis Univariat


Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan di desa Rajeg di dapatkan hasil
distribusi frekuensi Pengetahuan Hipertensi pada responden dapat diketahui
bahwa mayoritas pengetahuan 48 responden baik (84.2%) dan minoritas 9
responden memiliki pengetahuan kurang (15,8%) Penelitian ini sejalan dengan
teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2017). Menuryt Priyoto (2018),
pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca
indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
6.2.1 Pengaruh Pengetahuan Hipertensi Berdasarkan Analisa bivariat Uji
Normalitas Data
Berdasarkan hasil penelitian uji normalitas menggunakan Uji One-
Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Hasil dari tabel tersebut menunjukkan
bahwa nilai signifikasi pengetahuan Pretest yaitu 0,01 dan nilai posttest
0,00. Dengan demikian masing-masing variabel mempunyai nilai (P > 0,05)
sehingga semua variabel baik variabel bebas maupun terikat pada penelitian
ini berdistribusi normal, maka analisis regresi dapat dilanjutkan.
6.2.2 Pengaruh pengetahuan Hipertensi berdasarkan Uji Hipotesis Wilxocon
Signed Test
Berdasarkan analisa bivariat di atas menggunakan uji hipotesis
wilxocon signed rank test pengetahuan masyarakat tentang hipertensi
sebelum dan sesudah di berikan penyuluhan kesehatan di peroleh bahwa
nilai Z adalah – 6,580 dan nilai signifikasi ,000, karna nilai signifikan ≤ 0,05
Maka hipotesis di terima, bahwa ada pengaruh penyuluhan kesehatan
terhadap pengetahuan hipertensi di Desa Rajeg.
45

Tabel 5.6 Uji Hipotesis Wilxocon Signed Rank Test

Table PrePengetahuan
PostPengetahuan
Z -6,580
Asymp.sig. 0,000
(2-tailed)

Berdasarkan hasil penelitian menurut Yusdianti Rista Sari &wiwin


priyantari dengan judul penelitiannya adalah Pengaruh pendidikan
kesehatan tentang hi pertensi terhadap pengetahuan lansia dalam mencegah
hipertensi di panti werdha budhi dharma Yogyakarta, menggunakan uji
hipotesis wilxocon signed rank test result, -5,583 dengan nilai p value 0,000
bahwa ada pengaruh penyuluhan kesehatan tentang hipertensi pada lansia
dalam mencegah hipertensi di Rumah Pembibitan Budhi Dharma,
Yogyakarta,
6.3 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan merupakan kelemahan dan hambatan didalam penelitian, dan
keterbatasan yang dihadapi peneliti adalah terkadang responden menjawab
pertanyaan dengan tidak jujur
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka kesimpulan tentang pengaruh penyuluhan
kesetahan terhadap pengetahuan hipertensi di Desa Rajeg yang adalah sebagai
berikut:
1. Sebagian besar responden pada pada usia dewasa berjensin perempuan
2. Terjadi perbubahan tingakat pengetahuan sebelum melakukan penyuluhan dan
sesudah melakukan penyuluhan.
3. Data distribusi normalitas menunjukkan bahwa nilai signifikasi pengetahuan
pretest yaitu 0,01, dan nilai signifikasi posttest 0,00. Dengan demikian masing-
masing variabel mempunyai nilai (p>0,05) sehingga semua variabel baik
variabel bebas maupun terikat pada penelitian ini berdistribusi normal.
7.2 Saran
Dalam penelitian ini peneliti merasa masih belum sempurna karena
keterbatasan yang ada dari diri peneliti sendiri atau faktor dari luar diri peneliti,
karena keterbatasan peneliti dalam penelitian ini maka penelitian ini menyarankan
1. Bagi Desa Rajeg
Bagi desa Rajeg diharapkan mengecek tekanan darah secara rutin Karna
tekanan darah sewaktu – waktu bisa berubah bagi yang tidak mempunyai
riwayat Hipertensi maupun yang mempunyai riwayat hipertensi, sehingga
masyaralat dapat mengaplikasikannya dengan harapan yang baik dapat
tercapai.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Bisa dapat menambah wawasan baru baik untuk pengajar maupun mahasiswa,
sehingga menjadi bahan rujukan untuk pengembangan ekperimen
3. Bagi Universitas Yatsi Madani
Menyediakan sumber-sumber kepustakaan lebih banyak dan terbaru yang
berkaitan dengan Pengetahuan Hipertensi sehingga memudahkan mahasiswa/i
untuk mengembangkan penelitian melalui literatur-literatur yang bervariasi

46
47
48

4. Bagi Peneliti Selanjutnya


Peneliti selanjutnya diharapkan untuk meneliti tentang faktor lain yang dapat
yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

48
DAFTAR PUSTAKA

Afrioza, S., & Mardianti. (2021). Pengaruh Penyuluhan Pengetahuan Tanaman Toga
untuk hipertensi di kelurahan Sepatan. Jurnal Sosial Sains, 2(1), 8–14.

Budiman, & Agus, R. (2013). Pengetahuan dan Sikap Dalam Penelitian Kesehatan. In
Salemba Medika. https://doi.org/10.22435/bpsk.v15i4 Okt.3050

Erika, C., & Rosalina, E. (2021). Pengaruh Promosi Kesehatan Dengan Media Leaflet
Terhadap Peningkatan Pengetahuan Pencegahan Hipertensi Pada Lansia Di
Kampung Sawah Jakarta Utara. Carolus Journal of Nursing, Vol 4 No 1, 2021 | 1,
4(1), 1–12.

Ghozali, I. (2016). Ghozali, Imam. (2016). Aplikasi Analisis Multivariate dengan


Program IBM SPSS 23. Semarang: BPFE Universitas Diponegoro. IOSR Journal
of Economics and Finance. https://doi.org/https://doi.org/10.3929/ethz-b-
000238666

Han, E. S., & goleman, daniel; boyatzis, Richard; Mckee, A. (2019). Pengaruh
pendidikan kesehatan tentang hipertensi terhadap pengetahuan lansia dalam
mencegah hipertensi di panti wherdha budhi dharma Yogyakarta. Journal of
Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Haryani, S., Sahar, J., & Sukihananto, S. (2016). Penyuluhan Kesehatan Langsung dan
melalui Media Massa Berpengaruh terhadap Perawatan Hipertensi pada Usia
Dewasa Di Kota Depok. Jurnal Keperawatan Indonesia, 19(3), 161–168.
https://doi.org/10.7454/jki.v19i3.469

Hepilita, Y., & Saleman, K. A. (2019). Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap


Tingkat Pengetahuan Diet Hipertensi Pada Penderita Hipertensi Usia Dewasa Di
Puskesmas Mombok Manggarai Timur 2019. Jurnal Wawasan Kesehatan,
4(desember 2019), 91–100.

Lestari, T. (2015). Kumpulan Teori Untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan. Nuha
Medika.

49
Luthfiani, L. & M. (2021). Pengaruh Penyuluhan Dengan Menggunakan Media Video
Terhadap Pengetahuan Pra Lansia Mengenai Hipertensi. 17(2), 329–338.

Maharani, I. Z., Yuniarti, M., Sari, N. R., & Aulia, T. W. (2021). Edukasi Perilaku
Cerdik Pada Lansia Dengan Hipertensi Di. Jurnal Abdi Masyarakat, 3(2), 65–68.

Nelwan, J. E. (2019). Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Perubahan


Pengetahuan Masyarakat Tentang Hipertensi Di Kota Manado. Journal PHWB,
1(2), 1–7.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.


Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Pacifica, Y., & Paschalia, M. (2020). Jurnal Kesehatan Primer Website :


http://jurnal.poltekeskupang.ac.id/index.php/jkp Pengaruh Penyuluhan
Kesehatan Dalam Menurunkan Tingkat Stress Penderita Hipertensi Di
Puskesmas Onekore. 5(2), 112–120.

Priyoto. (2014). Teori sikap dan perilaku dalam kesehatan : dilengkapi contoh
kuesioner / Priyoto. In ISBN: 978-602-1547-53-3.

Retnaningsih, D., Retnaningsih, D., & Larasati, N. (2021). Peningkatan Pengetahuan


Tentang Hipertensi Dengan Metode Pendidikan Kesehatan Di Lingkungan
Masyarakat. Community Development Journal : Jurnal Pengabdian Masyarakat,
2(2), 378–382. https://doi.org/10.31004/cdj.v2i2.1683

Rukmana, D. (2020). Pengaruh Penyuluhan Pendidikan Kesehatan Hipertensi


Terhadap Perubahan Pengetahuan Penderita Hipertensi. Prosiding Seminar
Nasional Pascasarjana 2020, 2019, 805–808.
https://proceeding.unnes.ac.id/index.php/snpasca/article/download/671/589

Sofiana, L., Puratmadja, Y., Sari, B. S. K., Pangulu, A. H. R., & Putri, I. H. (2018).
Pengetahuan Tentang Hipertensi Melalui Metode Penyuluhan. Jurnal
Pemberdayaan: Publikasi Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(1), 171.

50
https://doi.org/10.12928/jp.v2i1.443

Tri Asri, R. L., Wardani, R., Widyastika, K., Ardiana, O., & Sila, I. (2018). Pengaruh
Pendidikan Kesehatan Hipertensi terhadap Pengetahuan Lansia di Posyandu
Lansia Kelurahan Manisrenggo. Journal of Community Engagement in Health,
1(2), 267970. https://doi.org/10.30994/jceh.v1i2.11

Wulan, S., Gurusinga, R., Ginting Munthe, N. B., Lubis, B., & Markus, I. (2021).
Penyuluhan Protokol Kesehatan Dengan Media Video Dan Leaflet Terhadap
Pengetahuan Dan Sikap Lansia Tentang Pencegahan Covid-19. Jurnal Pengmas
Kestra (Jpk), 1(1), 34–37. https://doi.org/10.35451/jpk.v1i1.707

Zaenurrohmah, D. H. (2017). Hubungan pengetahuan dan riwayat hipertensi dengan


tindakan pengendalian tekanan darah pada lansia. Jurnal Berkala Epidemiologi,
5(2017), 174–184. https://doi.org/10.20473/jbe.v5i2.2017.174-184

51
52

Anda mungkin juga menyukai