Disusun Oleh :
Lanjut usia merupakan suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang
Maha Esa. Manusia akan mengalami proses perubahan tumbuh kembang, tidak secara
tiba-tiba menjadi tua tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya
menjadi tua. Lanjut usia merupakan seseorang yang mengalami kemunduran fisik,
mental dan social secara bertahap (Azizah, 2011).
Hipertensi pada lansia di Amerika mempunyai prevalensi yang tinggi pada
usia 65 tahun didapatkan 60-80% atau sekitar lima puluh juta warga lansia Amerika
mempunyai prevalensi tinggi untuk hipertensi (Yenni, 2011).Menurut WHO Asia
Tenggara populasi lansia sebesar 8 % atau sekita 142 juta jiwa. Menurut WHO tahun
2011 hipertensi hampir membunuh 8 juta orang tiap tahun. Hampir 1,5 juta adalah
penduduk Asia Tenggara diperkirakan 1 dari 3 orang dewasa menderita hipertensi.
Data Biro Pusat Statistic penduduk lanjut usia dengan usia 60 tahun keatas
pada tahun 2010 penduduk lanjut usia akan mencapai 9,77 %, dan pada tahun 2020
akan di prediksikan penambahan jumlah penduduk lanjut usia menjadi 11,3 %.
Dengan demikian jumlah lanjut usia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang
amat pesat (Mujahidullah, 2012).
Menurut Depkes (2006) pada golongan umur 55-64 tahun, penderita hipertensi
pada pria dan wanita sama banyak. Dari beberapa penelitian tingginya prevalensi
hipertensi sejalan dengan bertambahnya umur. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
di 6 kota besar seperti Jakarta, Padang, Bandung, Yogyakarta, Denpasar, dan Makasar
terhadap usia lanjut (55-85), didapatkan prevalensi hipertensi sebesar 52,5%
(Sarasaty, 2011).
Berdasarkan data DEPSOS, dari populasi lanjut usia yang tercatat sebanyak
16.522.311 jiwa, sekitar 3.092.910 (20 %) diantaranya adalah lanjut usia terlantar
(DEPSOS 2006). Lanjut usia terlantar inilah yang melahirkan anggapan bahwa lanjut
usia tidak produktif. Dari jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat lagi pada
tahun 2010 menjadi sekitar 23,9 juta jiwa. Dari hasil SUSENAS (Survey Sosial
Ekonomi Nasional) tersebut menunjukan pula bahwa Lanjut usia terlantar sekitar
2.426.191 jiwa atau 15 % dan sekitar 4,6 juta lanjut usia atau 29% rawan terlantar.
Menurut Media Indonesia (2009) menyataan beberapa wilayah di Indonesia akan
mengalami ledakan penduduk lanjut usia (lanjut usia) pada tahun 2010 hingga 2020.
Jumlah lanjut usia diperkirakan bisa naik mencapai 11, 34 % dari jumlah penduduk di
Indonesia.
B. Pengertian Refleksi
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil survey di atas, maka mahasiswa/i Profesi Ners FIK UMJ akan
melakukan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) dengan materi :
Terapi Refleksi Pijat Kaki Pada Pasien Hipertensi
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) terapi refleksi pijat kaki
pada pasien hipertensi untuk mengurangi rasa sakit pada kepala, tengkuk.
Tujuan Khusus
a. Mengetahui manfaat terapi refleksi pijat kaki
b. Mampu mengikuti refleksi pijat kaki
c. Terapi refleksi pijat kaki di PSTW Budhi Mulia 1 Ciracas.
E. Sasaran
1. Lansia yang ada di ruang garuda dan anggrek dengan masalah hipertensi.
2. Sudah melakukan kontrak dengan lansia.
3. Petugas yang berdinas di PSTW Budi Mulia 1
4. Lansia yang mampu melakukan aktivitas fisik
5. Lansia yang kooperatif
F. Proses Seleksi
Klien yang diikutsertakan dalam TAK ini yaitu klien yang telah dilakukan pengkajian
dan observasi serta yang memiliki tanda yang mengarah pada hipertensi. Jumlah
lansia 4 orang.
G. Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah dilakukan dengan cara melakukan wawancara dan observasi pada
lansia yang termasuk dalam sasaran strategis. Kemudian dilakukan pendampingan
selama kegiatan TAK berlangsung oleh petugas panti.
H. Perencanaan :
1. Pelaksanaan
Hari/Tanggal : Rabu ,13 November 2019.
Waktu : 15.00 wib s/d selesai
Tempat : Aula panti werda ciracas
Topik : Terapi Refleksi PIjat Kaki Pada Pasien Hipertensi
2. Media :
a. Tikar
b. Minyak Zaitun
c. Mangkuk kecil
d. Mic dan Wareless
e. Musik Instrumental
3. Metode
a. Eksperimen kelompok
b. Diskusi dan tanya jawab
c. Praktek Terapi Refleksi Pijat Kaki
5. Setting tempat
F K K F O
K K F
F
Keterangan:
L : Leader
C : Co Leader
F : Fasilitator sebanyak 3 orang
O : Observer 1 orang letak di sudut ruangan
K : Klien sebanyak 10 orang
T : Televisi
I. Strategi Pelaksanaan
No Strategi Uraian Kegiatan PJ
Pelaksanaan
1. Fase Pada saat ini terapis melakukan: Yuli Astuti
Orientasi a. Memberi salam terapeutik: salam mulai
Mislawati siregar
dari terapis, perkenalan nama dan
panggilan terapis.
b. Evaluasi/Validasi: menanyakan perasaan
lansia saat ini , Bersyukur ia kakek semua
dapat berkumpul bersama semua disini...
c. Kontrak :
1) Menjelaskan tujuan kegiatan: terapi
refleksi pijat kaki untuk
mengurangi rasa nyeri dan
menurunkan tekanan darah tinggi,
saling mengenal (bersosialisasi)
dan meningkatkan kebersamaan.
2) Menjelaskan aturan main tersebut
- Jika ada lansia yang akan
meninggalkan kelompok harus
minta ijin kepada terapis
- Lama kegiatan 30 menit
- Setiap lansia mengikuti kegiatan
dari awal sampai akhir
- Jika peserta merasa kurang jelas
dengan penjelaskan leader, dapat
menanyakan kepada leader dengan
mengangkat tangan terlebih
dahulu.
2. Fase kerja Yuli Astuti
1. Refleksi pijat kaki
Ika Puspita Sari
2. Lansia dilakukan refleksi pijat kaki
Yovie
Maya
3. Terminasi 1. Evaluasi : Yuli Astuti
a. Mahasiswa menanyakan perasaan
Mislawati
lansia setelah mengikuti kegiatan
b. Memberikan pujian atas keberhasilan Maya mandasari
lansia
Yulia Panma
2. Rencana Tindak Lanjut :
Leader meminta lansia untuk melakukan
refleksi pijat kaki sendiri
3. Kontrak yang akan datang :
Terapis mengakhiri kegiatan dan
mengingatkan kepada lansia untuk
melakukan kegiatan yang biasa dilakukan
di PSTW Budi Mulia 1
J. Evaluasi
Kriteria evaluasi
1. Struktur : Melengkapi kesiapan dan kelengkapan jumlah dari terapis, kesiapan
klien, fasilitas yang disediakan.
2. Proses : Meliputi kegiatan dari awal sampai akhir.
3. Hasil : Perasaan yang dirasakan lansia setelah dilakukan refleksi pijat kaki
untuk mengurangi rasa nyeri dan menurunkan tekanan darah tinggi pada penderita
hipertensi pada lansia.
3 Tujuan Khusus
a. Mengurangi rasa nyeri /menghilangkan rasa nyeri
b. Klien mampu menggunakan tehnik farmakologi mengatasi nyeri
dengan tehnik distraksi terapi tertawa dengan menonton film komedi
c. Klien menjadi rileks
d. TTV dalam batas normal
4 Tindakan Keperawatan
Therapi tertawa dengan memberikan tontonan film komedi
B.Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
Salam teurapetik :
“Assalamu’alaikum selamat sore semuanya, perkenalkan kami dari mahasiswa
keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta yang sedang magang disini nama
saya Yuli Astuti panggil saja Yuli. Disini saya tidak datang sendiri melainkan
bersama teman-teman saya yang disamping saya namanya Yuli, Ika, Yulia,
Yovie,Maya
. Nah sekarang kita gantian ya kenalannya, saya mau tau nama kakek semua, ini
namanya kakek siapa ? Dan sukanya dipanggil apa?”
a. Evaluasi / validasi
”apa kabar kakek dan nenek semuanya ? ”
”bagaimana perasaaannya hari ini ?”
b. Kontrak
Topik :”Baik kek/nek bagaimana kalau sekarang kita melakukan kegiatan
menonton film ?”
Waktu :”waktunya kira-kira sekitar 30 menit”
Tujuan : ”Supaya dapat mengalihkan rasa nyeri dan menurunkan tekanan darah
tinggi
Tempat : ”tempatnya disini saja ya”
2. Fase Kerja
“Kakek dan nenek semuanya, sekarang kami ingin melakukan terapi aktivitas
kelompok yaitu dengan menonton televisi/film. Caranya kakek dan nenek hanya
menonton film lucu saja agar perasaan nenek dan kakek senang. Sambil merasakan
terapi ini kami akan menanyangkan untuk kakek dan nenek agar terasa rileks Terapi
ini dilakukan selama 30 menit ya kek”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi :
Subjektif : “Bagaimana perasaannya kakek-kakek semuanya setelah tadi
mengikuti refleksi pijat kaki.
Objektif : “Coba kakek masih ingat manfaat dari menonton cerita yang lucu?”