Anda di halaman 1dari 15

PRE PLANNING

KEGIATAN PENYULUHAN KESEHATAN

HIPERTENSI

Disusun Oleh Klmpok 7 :

Diaz Arta Dinata uman prahara

Shofiyatun sasmanda audita

Jefri Faunus Tolib elisa andreana

Umi Maysaroh muhammad muslih

Rudy Andriyan elly widiawati

Amal fadhilah guntur irawan

PROGRAM PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

TAHUN 2017
SATUAN ACARA PENGAJARAN

KEGIATAN PENYULUHAN KESEHATAN

A. Pendahuluan
Hipertensi atau darah tinggi merupakan kondisi ketika seseorang
mengalami kenaikan tekanan darah baik secara lambat atau mendadak.
Diagnosis hipertensi ditegakkan jika tekanan darah sistole seseorang menetap
pada 140 mmHg atau lebih (Agoes, 2011). Secara umum, hipertensi
merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan darah yang tinggi
didalam arteri menyebabkan meningkatnya risiko terhadap penyakit-penyakit
yang berhubungan dengan kardiovaskuler seperti stroke, gagal ginjal,
serangan jantung, dan kerusakan ginjal (Susanto, 2010).
Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar merupakan Hipertensi Sistolik
Terisolasi (HST), meningkatnya tekanan sistolik menyebabkan besarnya
kemungkinan timbulnya kejadian stroke dan infark miokard bahkan walaupun
tekanan diastoliknya dalam batas normal (isolated systolic hypertension),
(Kuswardhani, 2007). Seiring dengan bertambahnya usia pada usia lanjut
membawa konsekuensi meningkatnya morbilitas dan mortalitas berbagai
penyakit antara lain munculnya penyakit degeneratif akibat proses penuaan
tersebut (Sudoyo, 2006). Pada populasi usia lanjut angka penyandang tekanan
darah tinggi lebih banyak dialami oleh lebih dari separuh populasi orang
berusia diatas 60 tahun (Palmer, 2007).
Menurut World Health Organization (WHO), hampir satu milyar orang
yang mempunyai tekanan darah tinggi (hipertensi), dua pertiga diantaranya
berada di negara berkembang. Hipertensi membunuh hampir 8 juta orang-
orang tiap tahun di seluruh dunia, dan hampir 1.5 juta orang-orang setiap
tahun di daerah Asia Tenggara. Diperkirakan sepertiga populasi penduduk
dewasa pada daerah asia tenggara memiliki tekanan darah tinggi (WHO,
2011).
Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia.
Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan
kesehatan primer. Hal itu merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi
yang tinggi sebesar 25,8%, sesuai dengan data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas, 2013). Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat
meskipun obat-obatan yang efektif banyak tersedia. Peningkatan tekanan
darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat
menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung
koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan
mendapat pengobatan yang memadai, banyak pasien hipertensi dengan
tekanan darah tidak terkontrol dan jumlahnya terus meningkat. Oleh karena
itu, partisipasi semua pihak, baik dokter dari berbagai bidang peminatan
hipertensi, pemerintah, swasta maupun masyarakat diperlukan agar hipertensi
dapat dikendalikan (Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI,
2014).
Di Jawa Tengah, berdasarkan laporan rumah sakit dan puskesmas,
prevalensi kasus hipertensi pada tahun 2010 yaitu sebanyak 562.117 kasus
(64,2%), tahun 2011 sebanyak 634.860 kasus (72,1%), tahun 2012 sebanyak
544.771 kasus (67,57%), dan pada tahun 2013 sebanyak 497.966 kasus
(58,6%) (Dinkes Jateng, 2013).
Prevalensi hipertensi untuk Kota Semarang menempati urutan pertama
dibandingkan kota dan kabupaten lain di Jawa Tengah (Kota Surakarta
(41,3%), Kabupaten Sukoharjo (40,6%), dan Kabupaten Brebes (30,7%))
dengan prevalensi sebesar 48,7% pada tahun 2012. Dan tahun 2013 prevalensi
hipertensi Kota Semarang meningkat menjadi 55,6% (Dinkes Jateng,
2013).Seperti di wilayah puskesmas dengan jumlah prevalensi hipertensi
tertinggi di Kota Semarang yaitu Puskesmas Kedungmundu (41,1%), Lamper
tengah (29,4%), Gayamsari (28,1%), Tlogosari Kulon (22,9%), dan Karang
Ayu (18,7%) (Dinkes Kota Semarang, 2013).
Menurut Dinas Kesehatan Jawa tengah (DinKes Jateng) pada tahun 2008,
peningkatan kasus ini disebabkan antara lain karena rendahnya kesadaran
masyarakat untuk memeriksakan tekanan darah secara dini tanpa harus
menunggu adanya gejala. Selain itu paparan faktor risiko pola makan yang
tidak sehat dan kurangnya olahraga juga bisa memicu peningkatan kasus
tersebut (Dinkes Kota Semarang, 2013).
Menteri Kesehatan (Menkes) tahun 2014 menambahkan bahwa hipertensi
dan komplikasinya dapat dicegah dengan gaya hidup sehat dan mengendalikan
faktor risiko dengan cara mempertahankan berat badan dalam kondisi normal.
Mengatur pola makan dengan mengkonsumsi makan rendah garam dan rendah
lemak, perbanyak konsumsi sayur dan buah, lakukan olahraga dengan teratur,
atasi strees dan emosi, hentikan kebiasaan merokok, hindari minuman
beralkohol, dan periksa tekanan darah secara berkala (Depkes RI, 2012).
Hasil penelitian Triwibowo pada tahun 2010, menunjukkan bahwa
sebagian besar responden bergaya hidup tidak sehat seperti konsumsi garam
berlebih, makan makanan instan, obesitas, kurang olahraga, stress dan
merokok. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 7 responden (24%)
menderita hipertensi stage 1, dan 1 responden (4%) hipertensi stage II dengan
gaya hidup kurang sehat, kemudian 5 responden (17%) menderita hipertensi
stage I, 7 responden (24%) menderita hipertensi stage II, dan 9 responden
(31%) menderita hipertensi stage III dengan gaya hidup tidak sehat.
Hasil penelitian Laksono, dkk pada tahun 2013 bahwa pola makan yang
buruk sebagian besar responden mengalami kekambuhan dalam kategori
sering dan pada responden dengan pola makan baik sebagian besar memiliki
kekambuhan dalam kategori kadang-kadang. Berdasarkan distribusi tersebut
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pola makan dengan
kekambuhan pasien hipertensi (Laksono, 2013)
Saat ini terdapat pergeseran pola makanmasyarakat yang mengarah pada
makanan cepat saji dan diawetkan yang kita ketahui mengandung garam
tinggi, lemak jenuh, dan rendah serat mulai menjamur terutama di kota-kota
besar. Pada kasus hipertensi hal yang dapat dilakukan adalah patuh terhadap
pengobatan dan menjalankan pola hidup sehat untuk mengontrol kestabilan
tekanan darah. Faktor-faktor yang menyebabkan kejadian hipertensi
diantaranya adalah kebiasaan pola makan masyarakat tidak sehat yang dapat
menimbulkan prevalensi kejadian hipertensi dari tahun ke tahun semakin
meningkat.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Kedungmundu
menunjukkan bahwa jumlah prevalensi hipertensi pada tahun 2011 sebesar
38,4%, tahun 2012 sebesar 42,8% dan tahun 2013 sebesar 41,1% dengan
penderita hipertensi yang belum terkendali meningkat sebesar 13,4%.
Datapada tahun 2014, dari 2075 pasien yang melakukan pemeriksaan rutin di
puskesmas Kedungmundu, 63% memiliki hipertensi tidak terkendali
(Puskesmas Kedungmundu, 2014).
Dari latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Gambaran Tingkat Kecukupan Gizi Pada Lansia
Hipertensi yang Berkunjung di Posyandu Lansia Kelurahan
TandangKecamatan Tembalang Semarang”. Kebiasaan pola makan yang baik
diharapkan mampu menurunkan kejadian hipertensi, sehingga kebiasaan
pasien dalam berperilaku sehat terhadap pola makan dapat menimbulkan
dampak baik berupa penurunan prevalensi kejadian hipertensi.

B. Topik : Hipertensi
C. Tempat : Rumah warga RW IV Sendang Mulyo
D. Waktu : Jam 16.00
E. Sasaran : Warga RW IV Sendang Mulyo
F. Penyuluh : Mahasiswa program profesi UNIMUS
G. Tujuan Intruksional Umum
Menyampaikan penyuluhan kesehatan tentang Hipertensi pada masyarakat
RW IV Sendang Mulyo.
H. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan Pada masyarakat RW IV Sendang
Mulyo diharapkan warga dapat mengetahui tentang DBD meliputi :
1. Masyarakat dapat menjelaskan pengertian Hipertensi dengan bahasanya
sendiri
2. Masyarakat dapat menyebutkan penyebab Hipertensi
3. Masyarakat dapat menyebutkan tanda dan gejala Hipertensi
4. Masyarakat dapat menyebabkan diit makanan yang dianjurkan untuk
penderita Hipertensi
5. Masyarakat dapat menyebutkan penatalaksanaan Hipertensi
I. Materi penyuluhan tentang Hipertensi (terlampir)
1. Pengertian Hipertensi
2. Penyebab Hipertensi
3. Tanda dan gejala hipertensi
4. Diit Hipertensi
5. Penatalaksanaan Hipertensi
6. Jurnal tentang Hipertensi
J. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
K. Alat dan media
1. Lembar balik
2. Leflet
L. Struktur pengorganisasian
1. Penanggung jawab : umi maisyaroh
2. Ketua : elly widiawati
3. Pelaksana : Jefri Faunus Tolib
4. Sie ilmiah : shofiyatun
5. Observer/ fasilitator : Diaz Arta Dinata
STRATEGI PELAKSANAAN

No. Tahap Kegiatan Mengajar Kegiatan Mahasiswa Media & Waktu


kegiatan Alat
Pengajaran
1. Pendahuluan 1 .Salam Pembuka Membalas salam
- Salam perkenalan 5 menit
- 2. Kontrak waktu Menyepakati kontrak
waktu
3. Menjelaskan deskripsi Memperhatikan
singkat yang dibahas.

4. Menjelaskan tujuan
yang akan dicapai pada Menyimak
pertemuan ini.

5. pre test tentang Mendengarkan dan


Hipertensi menjawab pertanyaan

2. Penyajian 1. Menjelaskan : Mendengar Lembar 10 menit


Pengertian Hipertensi kan dengan penuh balik
perhatian,
2. Menyebutkan Mencatat dan
penyebab Hipertensi memperhatikan

3. Menyebutkan dan Mendengarkan dan


menjelaskan tanda memperhatikan
gejala Hipertensi
4. Menyebutkan diit Mendengarkan dan
Hipertensi memperhatikan
5. Menyebutkan Mandengarkan dan
penatalaksanaan mencatat
Hipertensi

3 Penutup Memberikan pertanyaan Memberikan 5 menit


kesempatan kepada
peserta untuk bertanya

Menutup dan memberi Peserta menjawab


salam pertanyaan yang
diberikan

Menjawab salam
M. Kriteria evaluasi

1. Evaluasi struktur

a. Menyepakati tempat dan waktu kegiatan sebelum dilaksanakan


penyuluhan kesehatan
b. Menyediakan alat dan media sebelum penyuluhan
c. Pengorganisasian kelompok dilakukan sebelum penyuluhan
d. Pre panning kegiatan dibuat sebelum dilaksanakan penyuluhan
kesehatan dan telah disetujui oleh pembimbing akademik

2. Evaluasi proses

a. Peserta
1) Peserta antusias terhadap penyuluhan
2) Tidak ada peserta yang meninggalkan ruangan saat dilaksanakan
penyuluhan
3) Peserta menjawab pertanyaan dan mengajukan pertanyaan
b. Penyuluh
1) Penyuluh dapat menyampaikan materi yang di berikan
2) Penyuluh memberi kesempatan bertanya kepada audien
3) Penyuluh memfasilitasi audien dalam pelaksanaan pemberian
pendidikan kesehatan

3. Evaluasi hasil

a. Peserta

1) peserta dapat menjelaskan pengertian Hipertensi


2) peserta dapat menyebutkan penyebab terjadinya Hipertensi
3) peserta dapat menyebutkan tanda dan gejala Hipertensi
4) peserta dapat menjelaskan diiet untuk Hipertensi
5) peserta dapat menyebutkan penatalaksanaan Hipertensi
MATERI PENYULUHAN KESEHATAN
HIPERTENSI PADA LANSIA

1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang
dibawa oleh darah, terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkannya (Sustrani,2006). Hipertensi adalah suatu keadaan
dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal
yang mengakibatkan angka kesakitan atau morbiditas dan angka kematian
atau mortalitas. Hipertensi merupakan keadaan ketika seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal atau kronis dalam
waktu yang lama( Saraswati,2009).
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan
pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah.
WHO(World Health Organization) memberikan batasan tekanan darah
normal adalah 140/90 mmHg. Batasan ini tidak membedakan antara usia
dan jenis kelamin (Marliani, 2007). Hipertensi dapat didefinisikan sebagai
tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan
diastolik di atas 90 mmHg.

2. Penyebab Hipertensi

Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi


essensial (primer) merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya
dan ada kemungkinan karena faktor keturunan atau genetik
(90%).Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang merupakan akibat dari
adanyapenyakit lain. Faktor ini juga erat hubungannya dengan gaya hidup
dan pola makan yang kurang baik. Faktor makanan yang sangat
berpengaruh adalah kelebihan lemak (obesitas), konsumsi garam dapur
yang tinggi, merokok dan minum alkohol.
Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka
kemungkinan menderita hipertensi menjadi lebih besar. Faktor-faktor lain
yang mendorong terjadinya hipertensi antara lain stress, kegemukan
(obesitas), pola makan, merokok (M.Adib,2009).

3. Gejala Hipertensi

Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki


gejala khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati
antara lain yaitu : gejala ringan seperti, pusing atau sakit kepala, sering
gelisah, wajah merah, tengkuk terasa pegal, mudah marah,telinga
berdengung, sukar tidur, sesak napas, rasa berat ditengkuk,mudah lelah,
mata berkunang-kunang, mimisan (keluar darah darihidung).

4. Diit hipertensi

Ada 3 macam diet untuk menanggulangi atau minimal mempertahankan


keadaan tekanan darah, yaitu :

1. Diet Rendah Garam


Diet rendah garam dalam arti sebenarnya adalah sodium atau
natrium. Dalam diet rendah garam (sodium), selain membatasi sumber
konsumsi garam dapur juga harus membatasi sumber sodium lainnya.
sumber sodium lainnya antara lain makanan yang mengandung soda,
kue, baking powder, MSG (Monosodium Glutamat yang lebih dikenal
dengan nama bumbu penyedap makanan), pengawet makanan atau
natrium benzoat (biasanya terdapat di dalam saos, kecap, selai, jelli).
Makanan yang dibuat dari mentega serta obat yang mengandung Na,
biasanya obat sakit kepala atau obat lainnya.

Ada 2 macam diet rendah garam :

a. Diet rendah garam I (200 – 400 mgNa)


Diberikan pada pasien edema, acites dan / hipertensi berat, tidak
ditambahkan garam dapur, hindari bahan makanan tinggi natrium.

b. Diet rendah garam II (600 – 800 mgNa)


Diberikan pada pasien edema, acites dan / hipertensi sedang.

Pemberian makanan sama dengan diet rendah garam I, boleh

menggunakan ¼ sedok teh perhari garam dapur, hindari makanan

tinggi natrium.

c. Diet rendah garam III (1000 – 12000 mg Na)


Diberikan pada pasien edema dan / hipertensi ringan. Pemberian
makanan sama dengan diet rendah garam I. Pada pengolahan makanan
boleh menggunakan ½ sendok teh garam dapur dalam sehari.

2. Diet rendah kolesterol dan lemak terbatas

kolesterol diperlukan untuk kelancaran metabolisme dalam tubuh


tetapi apabila jumlah yang dikonsumsi lebih banyak dari pada yang
dibutuhkan oleh tubuh akan membayakan. Kolesterol merupakan bagian
dari lemak. Tubuh memperoleh kolesterol dari makanan sehari-hari dan
dari hasil sintesis dalam hati (hepar). Sekitar 25-50% kolesterol yang
berasal dari makanan dapat diabsorbsi oleh tubuh, selebihnya akan
dibuang melalui feses (kotoran). Beberapa makanan yang tinggi
kandungan kolesterolnya, yaitu daging, jeroan, keju keras, susu, yogurt,
kuning telur, kepiting, kerang, udang, cumi-cumi, coklat, mentega,
margarin, hati, lemak babi.

Di dalam makanan, lemak terdiri dari dua macam, yakni lemak


jenuh dan tidak jenuh. Lemak jenuh bersifat menaikkan kadar kolesterol,
yang terdapat pada makanan yang berasal dari hewan, seperti daging, sapi,
kerbau, babi, kambing, mentega, susu, keju dan sebagian kecil dari
tumbuh-tumbuhan, seperti minyak jagung, minyak kedelai, minyak
kacang tanah, minyak biji matahari, sebagian kecil hewani, antara lain
seperti ikan dan minyak ikan. Diet ini bertujuan untuk menurunkan
kolesterol darah.

3. Diet tinggi serat

Serat banyak terdapat pada sayuran, buah-buahan, dan serat


makanan terdapat pada beras, kentang, singkong dan kacang ijo.

Di dalam tubuh manusia, kolesterol dibuat di dalam hati dan


kemudian diubah menjadi asam empedu untuk membantu proses
penyerapan makanan. Asam empedu tersebut sebagian masuk ke dalam
darah untuk di bawa hati dan sebagian lainnya dibuang bersama kotoran.
Jika kadar kolesterol dalam darah cukup tinggi maka kolesterol tersebut
akan menempel pada dinding bagian dalam dari saluran darah. Kolesterol
itupun akan mengikat kolesterol lainnya sehingga saluran darah akan
tertutup oleh tumpukan kolesterol.

5. Cara mengatasi dan mencegah Hipertensi

a. Periksakan tekanan darah secara teratur


b. Diit
c. Menghindari makanan yang berlemak
d. Mengurangi asin atau garam
e. Menjaga keseimbangan berat badan
f. Hindari minum minuman keras (beralkohol) dan kurangi/hentikan
merokok
a. Istirahat yang cukup
b. Hindari stress
c. Olah raga yang teratur
d. Taati petunjuk pemakian obat dari dokte
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, H. A. (2011). Penyakit Diusia Tua. Jakarta: EGC.

Dinkes Jateng. (2013). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013.
Semarang: Dinas Kesehatan Jawa Tengah.

Dinkes Kota Semarang. (2013, April). Profil Kesehatan Kota Semarang 2015.
Dipetik Desember Sabtu, 5, 2015, dari www.dinkes-kotasemarang.go.id.

Kuswardhani, T. (2007). Penatalaksanaan Hipertensi pada Lanjut Usia. Jurnal


Penyakit Dalam.

Laksono, R. A. (2013). Hubungan Antara Stress, Pola Makan, dan Kebiasaan


Merokok dengan Terjadinya Kekambuhan pada Penderita Hipertensi di
Puskesmas Bendosari Sukoharjo. 1-14.

Palmer, A. B. (2007). Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: Erlangga.

Riskesdas. (2013). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional


Tahun 2013. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Sudoyo, A. W. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen


Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Susanto. (2010). Cegah & Rangkal Penyakit Modern. Yogyakarta: Andi.

WHO. (2011). Hypertension. Departement of Sustainable and Healthy


Environments.

Adip, M. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung, dan


Stroke. Yogyakarta : Dianloka; 2009.

Corwin, E.J. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran


EGC; 2009

Gunawan, L. Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta : Kanisius; 2001.

Price, S.A., dan L.M. Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit Volume 2 Edisi 6. Jakarta : EGC; 2006
Wahyu Nugroho, SKM. 1992. Buku Kedokteran. Edisi 1. Perawatan Lanjut
Usia. EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai