HIPERTENSI
TAHUN 2017
SATUAN ACARA PENGAJARAN
A. Pendahuluan
Hipertensi atau darah tinggi merupakan kondisi ketika seseorang
mengalami kenaikan tekanan darah baik secara lambat atau mendadak.
Diagnosis hipertensi ditegakkan jika tekanan darah sistole seseorang menetap
pada 140 mmHg atau lebih (Agoes, 2011). Secara umum, hipertensi
merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan darah yang tinggi
didalam arteri menyebabkan meningkatnya risiko terhadap penyakit-penyakit
yang berhubungan dengan kardiovaskuler seperti stroke, gagal ginjal,
serangan jantung, dan kerusakan ginjal (Susanto, 2010).
Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar merupakan Hipertensi Sistolik
Terisolasi (HST), meningkatnya tekanan sistolik menyebabkan besarnya
kemungkinan timbulnya kejadian stroke dan infark miokard bahkan walaupun
tekanan diastoliknya dalam batas normal (isolated systolic hypertension),
(Kuswardhani, 2007). Seiring dengan bertambahnya usia pada usia lanjut
membawa konsekuensi meningkatnya morbilitas dan mortalitas berbagai
penyakit antara lain munculnya penyakit degeneratif akibat proses penuaan
tersebut (Sudoyo, 2006). Pada populasi usia lanjut angka penyandang tekanan
darah tinggi lebih banyak dialami oleh lebih dari separuh populasi orang
berusia diatas 60 tahun (Palmer, 2007).
Menurut World Health Organization (WHO), hampir satu milyar orang
yang mempunyai tekanan darah tinggi (hipertensi), dua pertiga diantaranya
berada di negara berkembang. Hipertensi membunuh hampir 8 juta orang-
orang tiap tahun di seluruh dunia, dan hampir 1.5 juta orang-orang setiap
tahun di daerah Asia Tenggara. Diperkirakan sepertiga populasi penduduk
dewasa pada daerah asia tenggara memiliki tekanan darah tinggi (WHO,
2011).
Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia.
Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan
kesehatan primer. Hal itu merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi
yang tinggi sebesar 25,8%, sesuai dengan data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas, 2013). Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat
meskipun obat-obatan yang efektif banyak tersedia. Peningkatan tekanan
darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat
menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung
koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan
mendapat pengobatan yang memadai, banyak pasien hipertensi dengan
tekanan darah tidak terkontrol dan jumlahnya terus meningkat. Oleh karena
itu, partisipasi semua pihak, baik dokter dari berbagai bidang peminatan
hipertensi, pemerintah, swasta maupun masyarakat diperlukan agar hipertensi
dapat dikendalikan (Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI,
2014).
Di Jawa Tengah, berdasarkan laporan rumah sakit dan puskesmas,
prevalensi kasus hipertensi pada tahun 2010 yaitu sebanyak 562.117 kasus
(64,2%), tahun 2011 sebanyak 634.860 kasus (72,1%), tahun 2012 sebanyak
544.771 kasus (67,57%), dan pada tahun 2013 sebanyak 497.966 kasus
(58,6%) (Dinkes Jateng, 2013).
Prevalensi hipertensi untuk Kota Semarang menempati urutan pertama
dibandingkan kota dan kabupaten lain di Jawa Tengah (Kota Surakarta
(41,3%), Kabupaten Sukoharjo (40,6%), dan Kabupaten Brebes (30,7%))
dengan prevalensi sebesar 48,7% pada tahun 2012. Dan tahun 2013 prevalensi
hipertensi Kota Semarang meningkat menjadi 55,6% (Dinkes Jateng,
2013).Seperti di wilayah puskesmas dengan jumlah prevalensi hipertensi
tertinggi di Kota Semarang yaitu Puskesmas Kedungmundu (41,1%), Lamper
tengah (29,4%), Gayamsari (28,1%), Tlogosari Kulon (22,9%), dan Karang
Ayu (18,7%) (Dinkes Kota Semarang, 2013).
Menurut Dinas Kesehatan Jawa tengah (DinKes Jateng) pada tahun 2008,
peningkatan kasus ini disebabkan antara lain karena rendahnya kesadaran
masyarakat untuk memeriksakan tekanan darah secara dini tanpa harus
menunggu adanya gejala. Selain itu paparan faktor risiko pola makan yang
tidak sehat dan kurangnya olahraga juga bisa memicu peningkatan kasus
tersebut (Dinkes Kota Semarang, 2013).
Menteri Kesehatan (Menkes) tahun 2014 menambahkan bahwa hipertensi
dan komplikasinya dapat dicegah dengan gaya hidup sehat dan mengendalikan
faktor risiko dengan cara mempertahankan berat badan dalam kondisi normal.
Mengatur pola makan dengan mengkonsumsi makan rendah garam dan rendah
lemak, perbanyak konsumsi sayur dan buah, lakukan olahraga dengan teratur,
atasi strees dan emosi, hentikan kebiasaan merokok, hindari minuman
beralkohol, dan periksa tekanan darah secara berkala (Depkes RI, 2012).
Hasil penelitian Triwibowo pada tahun 2010, menunjukkan bahwa
sebagian besar responden bergaya hidup tidak sehat seperti konsumsi garam
berlebih, makan makanan instan, obesitas, kurang olahraga, stress dan
merokok. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 7 responden (24%)
menderita hipertensi stage 1, dan 1 responden (4%) hipertensi stage II dengan
gaya hidup kurang sehat, kemudian 5 responden (17%) menderita hipertensi
stage I, 7 responden (24%) menderita hipertensi stage II, dan 9 responden
(31%) menderita hipertensi stage III dengan gaya hidup tidak sehat.
Hasil penelitian Laksono, dkk pada tahun 2013 bahwa pola makan yang
buruk sebagian besar responden mengalami kekambuhan dalam kategori
sering dan pada responden dengan pola makan baik sebagian besar memiliki
kekambuhan dalam kategori kadang-kadang. Berdasarkan distribusi tersebut
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pola makan dengan
kekambuhan pasien hipertensi (Laksono, 2013)
Saat ini terdapat pergeseran pola makanmasyarakat yang mengarah pada
makanan cepat saji dan diawetkan yang kita ketahui mengandung garam
tinggi, lemak jenuh, dan rendah serat mulai menjamur terutama di kota-kota
besar. Pada kasus hipertensi hal yang dapat dilakukan adalah patuh terhadap
pengobatan dan menjalankan pola hidup sehat untuk mengontrol kestabilan
tekanan darah. Faktor-faktor yang menyebabkan kejadian hipertensi
diantaranya adalah kebiasaan pola makan masyarakat tidak sehat yang dapat
menimbulkan prevalensi kejadian hipertensi dari tahun ke tahun semakin
meningkat.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Kedungmundu
menunjukkan bahwa jumlah prevalensi hipertensi pada tahun 2011 sebesar
38,4%, tahun 2012 sebesar 42,8% dan tahun 2013 sebesar 41,1% dengan
penderita hipertensi yang belum terkendali meningkat sebesar 13,4%.
Datapada tahun 2014, dari 2075 pasien yang melakukan pemeriksaan rutin di
puskesmas Kedungmundu, 63% memiliki hipertensi tidak terkendali
(Puskesmas Kedungmundu, 2014).
Dari latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Gambaran Tingkat Kecukupan Gizi Pada Lansia
Hipertensi yang Berkunjung di Posyandu Lansia Kelurahan
TandangKecamatan Tembalang Semarang”. Kebiasaan pola makan yang baik
diharapkan mampu menurunkan kejadian hipertensi, sehingga kebiasaan
pasien dalam berperilaku sehat terhadap pola makan dapat menimbulkan
dampak baik berupa penurunan prevalensi kejadian hipertensi.
B. Topik : Hipertensi
C. Tempat : Rumah warga RW IV Sendang Mulyo
D. Waktu : Jam 16.00
E. Sasaran : Warga RW IV Sendang Mulyo
F. Penyuluh : Mahasiswa program profesi UNIMUS
G. Tujuan Intruksional Umum
Menyampaikan penyuluhan kesehatan tentang Hipertensi pada masyarakat
RW IV Sendang Mulyo.
H. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan Pada masyarakat RW IV Sendang
Mulyo diharapkan warga dapat mengetahui tentang DBD meliputi :
1. Masyarakat dapat menjelaskan pengertian Hipertensi dengan bahasanya
sendiri
2. Masyarakat dapat menyebutkan penyebab Hipertensi
3. Masyarakat dapat menyebutkan tanda dan gejala Hipertensi
4. Masyarakat dapat menyebabkan diit makanan yang dianjurkan untuk
penderita Hipertensi
5. Masyarakat dapat menyebutkan penatalaksanaan Hipertensi
I. Materi penyuluhan tentang Hipertensi (terlampir)
1. Pengertian Hipertensi
2. Penyebab Hipertensi
3. Tanda dan gejala hipertensi
4. Diit Hipertensi
5. Penatalaksanaan Hipertensi
6. Jurnal tentang Hipertensi
J. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
K. Alat dan media
1. Lembar balik
2. Leflet
L. Struktur pengorganisasian
1. Penanggung jawab : umi maisyaroh
2. Ketua : elly widiawati
3. Pelaksana : Jefri Faunus Tolib
4. Sie ilmiah : shofiyatun
5. Observer/ fasilitator : Diaz Arta Dinata
STRATEGI PELAKSANAAN
4. Menjelaskan tujuan
yang akan dicapai pada Menyimak
pertemuan ini.
Menjawab salam
M. Kriteria evaluasi
1. Evaluasi struktur
2. Evaluasi proses
a. Peserta
1) Peserta antusias terhadap penyuluhan
2) Tidak ada peserta yang meninggalkan ruangan saat dilaksanakan
penyuluhan
3) Peserta menjawab pertanyaan dan mengajukan pertanyaan
b. Penyuluh
1) Penyuluh dapat menyampaikan materi yang di berikan
2) Penyuluh memberi kesempatan bertanya kepada audien
3) Penyuluh memfasilitasi audien dalam pelaksanaan pemberian
pendidikan kesehatan
3. Evaluasi hasil
a. Peserta
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang
dibawa oleh darah, terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkannya (Sustrani,2006). Hipertensi adalah suatu keadaan
dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal
yang mengakibatkan angka kesakitan atau morbiditas dan angka kematian
atau mortalitas. Hipertensi merupakan keadaan ketika seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal atau kronis dalam
waktu yang lama( Saraswati,2009).
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan
pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah.
WHO(World Health Organization) memberikan batasan tekanan darah
normal adalah 140/90 mmHg. Batasan ini tidak membedakan antara usia
dan jenis kelamin (Marliani, 2007). Hipertensi dapat didefinisikan sebagai
tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan
diastolik di atas 90 mmHg.
2. Penyebab Hipertensi
3. Gejala Hipertensi
4. Diit hipertensi
tinggi natrium.
Dinkes Jateng. (2013). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013.
Semarang: Dinas Kesehatan Jawa Tengah.
Dinkes Kota Semarang. (2013, April). Profil Kesehatan Kota Semarang 2015.
Dipetik Desember Sabtu, 5, 2015, dari www.dinkes-kotasemarang.go.id.