Anda di halaman 1dari 112

LAPORAN KEGIATAN LABORATORIUM KOMUNITAS

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FK UNISSULA
17 Oktober 2016 17 Desember 2016

Disusun Oleh :

Rifqi Nuri 12096003 Karomah 30101206650


Taura Avensia 012116537 Fauzan Anshar 30101206629
Tri Umi 012116541 Shofa Aqida 30101206726
Aulia Kusuma 30101206564 Ardhila Rahman 30101206769
M.Nur Tjahya 012106438 Vonny Andira 30101206806
Naim Ismail 012106463 Brilianti Novi 30101206830
Andin Desita 30101206588 Winno Pradana 30101206841
Dewi Ajeng R 30101206611
Eka RiaM 30101206617
Fadhila Kusuma 30101206622

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan

Laporan Kegiatan Laboratorium Komunitas Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas-tugas dalam rangka

menjalankan kepanitraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat. Laporan ini dapat

diselesaikan berkat kerjasama tim dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu

kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Seluruh dosen pengampu bagian IKM FK Unissula yang telah memberikan

bimbingan dan pelatihan selama kami menempuh Kepanitraan Klinik Ilmu

Kesehatan Masyarakat.

2. Seluruh petugas Kelurahan Penggaron Lor yang telah memberikan ijin untuk

melaksanakan kegiatan didaerah Penggaron Lor.

3. Seluruh warga Kelurahan Penggaron Lor khususnya warga RW I yang telah

menyediakan tempat dan waktunya untuk terselenggaranya kegiatan

Laboratorium Komunitas di kelurahan Penggaron Lor.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan laporan ini masih jauh

dari sempurna karena keterbatasan waktu dan kemampuan. Karena itu kami

sangat berterima kasih atas kritik dan saran yang bersifat membangun.Akhir kata

kami berharap semoga hasil Laporan Kegiatan Laboratorium Komunitas Ilmu

Kesehatan Masyarakat ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, November 2016

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang
Hipertensi esensial merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyababnya.
Hipertensi menjadi masalah karena meningkatnya prevalensi, masih banyak
pasien yang belum mendapat pengobatan, maupun yang telah mendapat terapi
tetapi target tekanan darah belum tercapai serta adanya penyakit penyerta dan
komplikasi yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas (panduan praktik
klinis, 2014).
Sekitar 99% penderita hipertensi dengan penyebab tidak diketahui

dikenal sebagai hipertensi esensial atau hipertensi primer. Pada tahun 2000,

diperkirakan 972 juta (26%) orang dewasa di dunia menderita hipertensi.

Angka ini terus meningkat, diprediksikan oleh WHO pada tahun 2025 sekitar

29% orang dewasa di seluruh dunia yang menderita hipertensi. (Harianto dan

Pratomo, 2013). Berdasarkan Hiperkes 2013, penyakit hipertensi essensial di

jawa tengan pada tahun 2009 sebanyak 698.816 kasus, 2010 sebanyak

562.117 kasus, 2011 sebanyak 634.860 kasus, 2012 sebanyak 544.771 kasus,

2013 sebanyak 497.966 kasus. Di Semarang sendiri berdasarkan Profil Data

Kesehatan Kota Semarang tahun 2014, selama tahun 2010 - 2014 grafik kasus

penyakit tidak menular menunjukkan pola beraturan dan berulang, di mana

angka tertinggi selama lima tahun tersebut terdapat pada kasus Hipertensi.

Pada tahun 2010 sebanyak 89.412 kasus, 2011 sebanyak 106.977 kasus, 2012

sebanyak 34.202 kasus, 2013 sebanyak 33.440 kasus, 2014 sebanyak 34.956

kasus. Berdasarkan data 10 besar penyakit di wilayah kerja puskesmas banget

ayu kecamatan genuk periode 2015, hipertensi menduduki peringkat ke 6.

Dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa penyakit hipertensiyang tidak


terkontrol dapat menyebabkan peluang 7 kali lebih besar terkena stroke, 6

kali lebih besar terkena congestiveheart failure, dan 3 kali lebih besar terkena

serangan jantung (Rahajeng dan Tuminah, 2009).

Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan. Penderita hipertensi

mungkin tidak menunjukkan gejala selama bertahun-tahun. Masa laten ini

menyelubungi perkembangan penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang

bermakna. Bila terdapat gejala, maka biasanya bersifat non-spesifik, misalnya

sakit kepala atau pusing. Apabila hipertensi tetap tidak diketahui dan tidak

dirawat, mengakibatkan kematian karena payah jantung, infark miokardium,

stroke, atau gagal ginjal. Namun deteksi dini dan perawatan hipertensi yang

efektif dapat menurunkan jumlah morbiditas dan mortalitas. Dengan

demikian, pemeriksaan tekanan darah secara teratur mempunyai arti penting

dalam perawatan hipertensi.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik melakukan survei

kesehatan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi

di RW 1 Kelurahan Penggaron Lor, Kecamatan Genuk, Semarang.

Rumusan masalah
Apa saja faktor-faktor yang berpengaruhpada kejadian hipertensi di RW 01
Kelurahan Penggaron Lor, Kecamatan Genuk, Semarang?

Tujuan
Tujuan umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh pada kejadian hipertensi di RW
1 Kelurahan Penggaron Lor, Kecamatan Genuk, Semarang dengan pendekatan L-
green
Tujuan khusus

1.1.1.1. Untuk memperoleh informasi mengenai faktor predisposisi

yang mempengaruhi terjadinya hipertensi

1.1.1.2. Untuk memperoleh informasi mengenai faktor enabling

yang mempengaruhi terjadinya hipertensi

1.1.1.3. Untuk memperoleh informasi mengenai faktor reinforcing

yang mempengaruhi terjadinya hipertensi

1.1.1.4. Untuk mencegah terjadinya hipertensi dan membantu

penyembuhan penyakit hipertensi

Manfaat
Manfaat bagi masyarakat
1.1.1.5. Masyarakat mengetahui mengenai hipertensi
1.1.1.6. Masyarakat mengetahui manfaat perilaku hidup bersih dan

sehat.
1.1.1.7. Masyarakat mengetahui tentang kesehatan lingkungan.

Manfaat bagi mahasiswa


Mahasiswa mengetahui secara langsung permasalahan yang ada di lapangan.
Mahasiswa menjadi terbiasa melaporkan masalah mulai penemuan masalah
sampai pembuatan plan of action.
Sebagai media yang menambah wawasan
pengetahuan tentang ilmu kesehatan masyarakat.
Sebagai modal dasar untuk melakukan penelitian bidang ilmu kesehatan
masyarakat pada tataran yang lebih lanjut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hipertensi Esensial

2.1.1 Definisi

Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar

dari 140 mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua

kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup

istirahat (Dorland, 2007). Hipertensi esensial adalah kondisi terjadinya

tekanan darah sistolik lebih dari sama dengan 140 mmHg dan

diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg (Panduan Praktik Klinis,

2014). Hipertensi esensial yaittu hipertensi yang tidak diketahui

penyebabnya (IPD, 2013)

2.1.2 Epidemiologi

Di Indonesia prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18

tahun ke atas tahun 2007 sebesar 31,7%. Menurut provinsi, prevalensi

hipertensi tertinggi di Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di

Papua Barat (20,1%). Sedangkan jika dibandingkan dengan tahun

2013 terjadi penurunan sebesar 5,9% (dari 31,7% menjadi 25,8%).

Penurunan ini bisa terjadi berbagai macam faktor, seperti alat

pengukur tensi yang berbeda, masyarakat yang sudah mulai sadar

akan bahaya penyakit hipertensi. Prevalensi tertinggi di Provinsi

Bangka Belitung (30,9%), dan Papua yang terendah (16,8)%).

Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner


terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 persen, yang didiagnosis

tenaga kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5 persen. Jadi,

ada 0,1 persen yang minum obat sendiri (Infodatin, 2013). Pada tahun

2013 dengan menggunakan unit analisis individu menunjukkan bahwa

secara nasional 25,8% penduduk Indonesia menderita penyakit

hipertensi. Jika saat ini penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa

maka terdapat 65.048.110 jiwa yang menderita hipertensi. Suatu

kondisi yang cukup mengejutkan. Terdapat 13 provinsi yang

persentasenya melebihi angka nasional, dengan tertinggi di Provinsi

Bangka Belitung (30,9%) atau secara absolut sebanyak 426.655 jiwa.

Secara absolut jumlah penderita hipertensi di 5 provinsi dengan

prevalensi hipertensi tertinggi berdasarkan Hasil Riskesdas 2013

adalah provinsi Bangka Belitung sebanyak 30,9% sebanyak 426.655

jiwa, provinsi Kalimantan Selatan 30,8% sebanyak 1.205.483 jiwa,

provinsi Kalimantan Timur 29,6% sebanyak 1.218.259 jiwa, provinsi

Jawa Barat 29,4% sebanyak 13.612.359 jiwa dan Provinsi Gorontalo

29,4% sebanyak 33.542 jiwa (Infodatin, 2013). Sedangkan lima

provinsi di Indonesia dengan prevalensi hipertensi terendah adalah

provinsi Papua sebesar 16,8% yaitu 585.720 jiwa, provinsi Bali 19,9%

yaitu 840.851 jiwa, Provinsi DKI Jakarta 20% yaitu 2.027.006 jiwa,

Provinsi Papua Barat 20,5% yaitu 179.874 jiwa dan Provinsi Riau

20,9% sebanyak 1.328.954 jiwa (Infodatin, 2013).


Menurut Profil Kesehatan kota semarang selama tahun 2010-

2014 hipertensi merupakan angka tertinggi selama 5 tahun ini

menduduki angka yang pertama yaitu sebesar 46,8% tahun 2010,

42,4% tahun 2011, 49,1% tahun 2012, 50.5% tahun 2013 dan 21.63

pada tahun 2014. Kasus hipertensi esensial paling banyak ditemukan

pada usia 45-65 tahun. Berdasarkan tingkat mortalitas pada tahun

2014 kasus hipetensi paling tinggi yaitu sebanyak 423 kasus (DKK

Semarang, 2014).
~

2.1.3 Etiologi

Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi

essensial (hipertensi primer).2 Literatur lain mengatakan, hipertensi

essensial merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi. Beberapa

mekanisme yang mungkin berkontribusi untuk terjadinya hipertensi

ini telah diidentifikasi, namun belum satupun teori yang tegas

menyatakan patogenesis hipertensi primer tersebut. Hipertensi sering

turun temurun dalam suatu keluarga, hal ini setidaknya menunjukkan

bahwa faktor genetik memegang peranan penting pada patogenesis

hipertensi primer. Menurut data, bila ditemukan gambaran bentuk

disregulasi tekanan darah yang monogenik dan poligenik mempunyai

kecenderungan timbulnya hipertensi essensial. Banyak karakteristik

genetik dari gen-gen ini yang mempengaruhi keseimbangan natrium,

tetapi juga di dokumentasikan adanya mutasi-mutasi genetik yang

merubah ekskresi kallikrein urine, pelepasan nitric oxide, ekskresi


aldosteron, steroid adrenal, dan angiotensinogen (BAKTIHUSADA,

2006).

2.1.4 Patogenesis Hipertensi Esensial

Hipertensi esensial adalah penyakit multifaktor yang timbul terutama

karena interaksi antara faktor-faktor risiko tertentu. Faktor-faktor

risiko yang mendorong timbulnya kenaikan tekanan darah tersebut

adalah :

1. Faktor resiko seperti diare dan asupan garam, stress, ras obesitas

merokok, genetik

2. Sistem simpatis : tonus simpati dan variasi diurnal

3. Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokontriksi :

endotel pembuluh darah berperan utama, tetapi remodeling dari

endotel, otot polos dan interstisium juga memberikan kontribusi

akhir

4. Pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan pada sistem

renin, angiotensin dan aldosteron. (IPD, 2013)

Faktor yang berperan dalam pengendalian tekanan darah yang

mempengaruhi : tekanan darah = curah antung x tahanan perifer


Gambar 2.1. faktor yang pempengaruhi TD

2.1.5 Klasifikasi

Pada tahun 2003, JNC-VII 2003 membuat pembagian hipertensi.

Berikut anjuran frekuensi pemeriksaan tekanan darah sebagaimana

dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini (PPK, 2015

Tabel 2.1Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC-VII 2003

Kategori Sistolik Diastolik


(mmHg) (mmHg)
Normal 120 80

Prehipertensi 120 139 80 89

Hipertensi derajat 1 140 159 90 -99

Hipertensi derajat 2 160 100

2.1.6 Diagnosis Hipertensi

a. Anamnesis
Dari hasil anamnesis diidapatkan :

- Keluhan utama : mulai daari tidaak bergejala sampai

dengan gejala. Keluhan hipertensi antara lain :

1) Sakit atau nyeri kepala

2) Gelisah

3) Jantung berdebar-debar

4) Pusing

5) Leher kaku

6) Penglihatan kabur

7) Rasa sakit di dada

Keluhan tidak spesifik antara lain tidak nyaman kepala,

mudah lelah dan impotensi

- Faktor risiko

Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi : umur, jenis

kelamin, riwayat hipertensi dan penyakit kardiovaskuler

Faktor risiko yang dapat dimodifikasi :

Riwayat pola makan (konsumsi garam berlebihan)

Konsumsi alkohol berlebihan

Aktivitas fisik kurang

Kebiasaan merokok

Obesitas

Dislipidemia
Diabetes melitus

Psikososial dan stress.

b. Pemeriksaan Fisik

1. Pasien tampak sehat, dapat terlihat sakit ringan-berat bila terjadi

komplikasi hipertensi ke organ lain.

2. Tekanan darah meningkat sesuai dengan krieria JNC VII

3. Pada pasien dengan hipertensi, wajib diperiksa status neurologis

dan pemeriksaaan fisik jantung (tekanan jugularis, batas jantung,

dan ronki.

c. Pemeriksaan Penunjang

Labolatorium (urrinalisa, tes gula darah profil lipit, ureum,

kreatin

X Ray Thoraks

EKG

Funduskopi

(Panduan Praktik Klinis, 2014)

2.1.7 Faktor risiko penyebab hipertensi

Faktor risiko yang relevan terhadap mekanisme terjadinya

hipertensi primer adalah :

1. Hereditas

Hipertensi sering turun temurun dalam suatu keluarga, hal

ini setidaknya menunjukkan bahwa faktor genetik

memegang peranan penting pada patogenesis hipertensi


primer. Menurut data, bila ditemukan gambaran bentuk

disregulasi tekanan darah yang monogenik dan poligenik

mempunyai kecenderungan timbulnya hipertensi essensial.

Banyak karakteristik genetik dari gen-gen ini yang

mempengaruhi keseimbangan natrium, tetapi juga di

dokumentasikan adanya mutasi-mutasi genetik yang

merubah ekskresi kallikrein urine, pelepasan nitric oxide,

ekskresi aldosteron, steroid adrenal, dan angiotensinogen

(DEPKES, 2006).

2. Jenis kelamin

Hipertensi primer lebih jarang ditemukan pada perempuan

pra menopause dibanding pria karena pengaruh hormon.

Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh

hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan

kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol

HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam

mencegah terjadinya proses aterosklerosis.

Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan

adanya imunitas wanita pada usia premenopause (Thomas,

2007).

3. Usia

Tekanan darah cenderung meningkat dengan

bertambahnya usia. Pada laki-laki meningkat pada usia


lebih dari 45 tahun sedangkan pada wanita meningkat

pada usia lebih dari 55 tahun.

4. Obesitas

Obesitas dapat meningkatkan kejadian hipertensi primer.

Hal ini disebabkan lemak dapat menimbulkan sumbatan

pada pembuluh darah sehingga dapat meningkatkan

tekanan darah (Anggraini dkk., 2009).

5. Asupan garam

Asupan garam yang tinggi dapat meningkatkan sekresi

hormon natriuretik. Hormon tersebut menghambat

aktivitas sel pompa natrium dan mempunyai efek

penekanan pada sistem pengeluaran natrium sehingga

terjadi peningkatan volume plasma yang mengakibatkan

kenaikan tekanan darah.

6. Kebiasaan gaya hidup tidak sehat

Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor yang berhubungan

dengan hipertensi, sebab rokok mengandung nikotin.

Menghisap rokok menyebabkan nikotin terserap oleh

pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan kemudian akan

diedarkan hingga ke otak. Di otak, nikotin akan

memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas

epinefrin atau adrenalin yang akan menyempitkan


pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih

berat karena tekanan darah yang lebih tinggi. Tembakau

memiliki efek cukup besar dalam peningkatan tekanan

darah karena dapat menyebabkan penyempitan pembuluh

darah. Kandungan bahan kimia dalam tembakau juga

dapat merusak dinding pembuluh darah.Karbon

monoksida dalam asap rokok akan menggantikan ikatan

oksigen dalam darah. Hal tersebut mengakibatkan tekanan

darah meningkat karena jantung dipaksa memompa untuk

memasukkan oksigen yang cukup ke dalam organ dan

jaringan tubuh lainnya. Karbon monoksida dalam asap

rokok akan menggantikan ikatan oksigen dalam darah. Hal

tersebut mengakibatkan tekanan darah meningkat karena

jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen

yang cukup ke dalam organ dan jaringan tubuh lainnya

(Anggraini dkk., 2009).

Kurangnya aktifitas fisik

Aktivitas fisik sangat mempengaruhi stabilitas tekanan

darah. Pada orang yang tidak aktif melakukan kegiatan

fisik cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang

lebih tinggi. Hal tersebut mengakibatkan otot jantung

bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras


usaha otot jantung dalam memompa darah, makin besar

pula tekanan yang dibebankan pada dinding arteri

sehingga meningkatkan tahanan perifer yang

menyebabkan kenaikkan tekanan darah. Kurangnya

aktifitas fisik juga dapat meningkatkan risiko kelebihan

berat badan yang akan menyebabkan risiko hipertensi

meningkat. Studi epidemiologi membuktikan bahwa

olahraga secara teratur memiliki efek antihipertensi

dengan menurunkan tekanan darah sekitar 6-15 mmHg

pada penderita hipertensi. Olahraga banyak dihubungkan

dengan pengelolaan hipertensi, karena olahraga isotonik

dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan

17 menurunkan tekanan darah. Olahraga juga dikaitkan

dengan peran obesitas pada hipertensi (Anggraini dkk.,

2009).

2.1.8 Penatalaksanaan

Peningkatan tekanan darah depat dikontrool dengan perubahan

gaya hidup dan terapi farmakologis.


Tabel 2.1. modifikasi gaya hidup untuk hipertensi

Hipertensi tanpa compelling indication


Hipertensi stage 1 dapat diberikan diuretik (HCT 12.5-50 mg/hari, atau pemberian
penghambat ACE (captopril 3x12,5-50 mg/hari), atau nifedipin long acting 30-60
mg/hari) atau kombinasi.
Hipertensi stage 2 Bila target terapi tidak tercapai setelah observasi selama 2
minggu, dapat diberikan kombinasi 2 obat, biasanya golongan diuretik, tiazid dan
penghambat ACE atau penyekat reseptor beta atau penghambat kalsium.
Pemilihan anti hipertensi didasarkan ada tidaknya kontraindikasi dari masing-
masing antihipertensi di atas. Sebaiknya pilih obat hipertensi yang diminum sekali
sehari atau maksimum 2 kali sehari.
Bila target tidak tercapai maka dilakukan optimalisasi dosis atau

ditambahkan obat lain sampai target tekanan darah tercapai

Kondisi khusus lain


Lanjut Usia
Diuretik (tiazid) mulai dosis rendah 12,5 mg/hari.
Obat hipertensi lain mempertimbangkan penyakit penyerta.
Kehamilan
Golongan metildopa, penyekat reseptor , antagonis kalsium, vasodilator.
Penghambat ACE dan antagonis reseptor AII tidak boleh digunakan selama
kehamilan (PPK, 2015)

Tabel 2.3. obat yang direkomendasikan untuk hipertensi


Diagram 2.1 alogaritma penatalaksanaan hipertensi

2.1.9 Pemeriksaan Penunjang

a. Memeriksa komplikasi yang telah atau sedang terjadi :

2. Pemeriksaan labolatorium : darah lengkap, kadar ureum,

kreatin, gula darah, lemak darah, elektrolit, kalsium, asam

urat dan urinalisis.


3. Pemeriksaan lain : pemeriksaan fungsi jantung

(elektrokardiogram, funduskopi, USG ginjal, foto thorax,

elektrokardiogram).

b. Pemeriksaan penunjang untuk kecurigaan klinis hipertensi

sekunder :

- Hypertiroidisme / hipotiroidisme, fungsi tiroid (TSH, FT4,

FT3)

- Hipeperparatiroidisme, kadar PTH, Ca2++

- Hiperaldosteronisme primer : kadar aldosteron plasma, CT-

Scan abdomen, kadar serum Na meningkat, kalium

menurun, peningkatan ekskresi K dalam urin, ditemukan

alkaliosis metabolik

- Sindroma cushing, kadar korkisol urin 24 jam

- Hipertensi renovaskuler CT angiografi arteri renal, USG

ginjal, Doppler sonografi.

(Kapita Selekta, 2014)

2.1.10 Komplikasi

Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya

penyakit jantung, gagal jantung kongesif, stroke, gangguan

penglihatan dan penyakit ginjal. Hipertensi yang tidak diobati akan

mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya memperpendek

harapan hidup sebesar 10-20 tahun. Dengan pendekatan sistem organ

dapat diketahui komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi,


yaitu komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang

mengenai mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan

retina, gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan. Gagal jantung

merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat

selain kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi stroke

hemoragic yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang

dapat mengakibakan kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah

proses tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara (Transient

Ischemic Attack/TIA) (Anggreini AD et al, 2009).

Pendekatan L-Green
Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2010) menjelaskan

bahwa perilaku dilatarbelakangi atau dipengaruhi oleh oleh tiga faktor utama

yaitu predisposing, enabling factors, reinforcing factors.

Faktor predisposisi (Predisposing factors)


Merupakan faktor yang mempermudah atau

mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain

pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi.

Seseorang dengan pengetahuan yang rendah akan

berdampak pada perilaku perawatan, contohnya pada penderita

hipertensi. Seseorang dengan pengetahuan yang cukup tentang

perilaku perawatan hipertensi maka secara langsung akan bersikap

positif dan menuruti aturan pengobatan, disertai munculnya

keyakinan untuk sembuh, tetapi terkadang masih ada yang percaya


dengan pengobatan alternatif bukan medis yang dipengaruhi oleh

kebiasaan masyarakat yang sudah membudaya.

Faktor pemungkin (Enabling factors)


Merupakan faktor yang memungkinkan atau menfasilitasi perilaku atau tindakan
artinya bahwa faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk
terjadinya perilaku kesehatan. Contohnya lingkungan yang jauh atau jarak dari
pelayanan kesehatan yang memberikan kontribusi rendahnya perilaku perawatan
pada penderita hipertensi.
Faktor penguat (Reinforcing factors)
Adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku antara
lain :
Dukungan Petugas Kesehatan
Dukungan Petugas sangat membantu, sebab petugas

adalah yang merawat dan sering berinteraksi, sehingga

pemahaman terhadap kondisi fisik maupun psikis lebih baik,

dengan sering berinteraksi akan sangat mempengaruhi rasa

percaya dan menerima kehadiran petugas bagi dirinya, serta

motivasi atau dukungan yang diberikan petugas sangat besar

artinya contohnya terhadap ketaatan pasien untuk selalu

mengontrol tekanan darahmya secara rutin (Purwanto,1999).

Dukungan keluarga
Dukungan keluarga sangatlah penting karena keluarga

merupakan unit terkecil dalam masyarakat dan sebagai

penerima asuhan keperawatan. Oleh karena itu keluarga sangat

berperan dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan oleh


anggota keluarga yang sakit, apabila dalam keluarga tersebut

salah satu anggota keluarganya ada yang sedang mengalami

masalah kesehatan maka sistem dalam keluarga akan

terpengaruhi. (Friedman, 1998).

Hubungan Perilaku terhadap hipetensi menurut L-green


Menurut Lawrence Green (1989 dalam Notoatmojo, 2007), menjabarkan

bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

a. Predisposing Factors

Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi

setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terhadap suatu objek terjadi melalui panca indera manusia

yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan

sendiri. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan

tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap

objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga (Notoatmodjo, 2007).

Informasi edukasi yang diberikan keluarga mengenai hipertensi

dapat mempengaruhi pengetahuan dan perilaku tentang hipertensi,

karena penderita hipertensi yang mendapatkan dukungan informasi yang

efektif berpeluang 6,7 kali memiliki perilaku baik dibandingkan dengan

penderita hipertensi yang mendapatkan dukungan informasi. Dengan

informasi yang cukup, dapat mengubah perilaku kearah yang lebih baik
seperti yang dikemukakan oleh Watson (2003) (Herlinah et al, 2013).

Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektordan disseminator (penyebar)

informasi tentang dunia. Keluarga menjelaskan tentang pemberian saran,

sugesti, informasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan suatu

masalah. Informasi edukasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi

sugesti pada individu. Aspek-aspek dukungan informasional adalah

nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi

(Friedman,1998). Pengetahuan seseorang tentang suatu objek

mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua

aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek

positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin

positif terhadap objek tertentu. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan

dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi

yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo,

2007). Sebagian besar orang masih kurang pengetahuannya mengenai

penyebab hipertensi dan juga pencegahan hipertensi. Pengetahuan

mereka tentang penyebab hipertensi masih terbatas seputar stres dan

makanan saja, sehingga pencegahan yang mereka ketahuipun hanya

seputar menghindari makanan tertentu dan rileks agar tidak stres.

Padahal, beberapa penelitian sudah banyak yang memaparkan bahwa

masih banyak faktor-faktor resiko yang menyebabkan hipertensi seperti

umur, jenis kelamin, ras, obesitas, riwayat hipertensi di keluarga, stress

psikologis, kolesterol darah yang tinggi, perilaku merokok, aktivitas fisik


yang kurang, pola makan siap saji (tinggi lemak, protein, dan garam

namun rendah serat), dan konsumsi kopi lebih dari 4 gelas sehari

(Kurniati et al, 2012).

Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang mencakup dalam

domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :

Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam satu

struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk

melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru.

Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Sikap
Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap stimulus atau objek, sikap belum merupakan suatu tindakan atau

aktivitas, akan tetapi merupakan predisposesi tindakan suatu perilaku

(Notoatmodjo, 2007).

Dukungan emosional dan dukungan penghargaan dari keluarga dapat

mempengaruhi sikap seseorang tentang penyakit hipertensi. Apabila keluarga

menunjukkan perhatian positif dan mendukung untuk memulai perilaku hidup

yang baik, maka orang dengan hipertensi akan mempunyai sikap yang positif

terhadap perubahan perilaku yang hidup yang baik (Herlinah et al, 2013).

Dukungan emosional dari keluarga akan membuat pasien merasa

berharga, nyaman, aman, terjamin dan disayangi. Keluarga sebagai tempat

yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan atau membantu

penguasaan terhadap emosi. Keluarga dapat memperlihatkan rasa sayang,

bahagia, dan perhatian (Friedman, 2003).

Dukungan Penghargaan adalah dukungan yang terjadi lewat ungkapan

hormat atau pengahargaan positif untuk orang lain, berupa pujian, persetujuan
orang lain. Keluarga bertindak sebagai bimbingan umpan balik, membimbing

dan menangani pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator

identitas anggota (Friedman, 2003).

Komponenkomponen dan Fungsi Sikap menurut Notoatmodjo (2007)


menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok:
Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
Kecenderungan untuk bertindak.
TingkatanSikap
Dalam Notoatmodjo (2007), sikap terdiri dari berbagai tingkatan :

Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan stimulus atau

objek yang diberikan.

Merespon (responding)
Menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan adalah

berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

Bertanggungjawab (responsible)
Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala resiko.

Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberikan

respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan

tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang

dating dan alasan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan

mereka peroleh dari gagasan tersebut. Apabila dilihat dari tingkat pendidikan,

makin tinggi pendidikan maka pengetahuan yang dimiliki lebih beragam

mengenai hipertensi. Namun pengetahuan dan pendidikan tinggi, tetap saja

aspek penyebab berupa kurangnya aktivitas fisik dan pengaruh asap rokok

tetap belum banyak mereka ketahui. Begitu juga dengan upaya pencegahan,

dimana aspek berolahraga, menghindari asap rokok masih belum dianggap

sebagai upaya pencegahan hipertensi (Kurniati et al, 2012).

b. Enabling Factors

Ketersediaan Fasilitas
Dukungan instrumental merupakan dukungan yang nyata dan dalam

bentuk materi dan waktu yang bertujuan untuk meringankan beban bagi

individu yang membutuhkan orang lain untuk memenuhinya. (Friedman,

2003). Dalam hal ini dukungan yang diberikan oleh kader kesehatan meliputi

mengingatkan untuk melakukan pemeriksaan secara berkala, menyarankan

untuk banyak istirahat, mengantar ke pelayanan kesehatan, memberikan

nasehat tentang penyakit dan mengajarkan cara perawatan. Dengan demikian

semakin baik dukungan kader kesehatan terhadap pasien hipertensi maka

akan meningkatkan upaya untuk mengendalikan kesehatan serta ditunjang

dengan pemahaman yang baik tentang faktor yang beresiko terjadinya


kekambuhan, komplikasi yang mungkin teriadi, manfaat melakukan

pengendalian kesehatan beserta hambatan-hambatan yang mungkin terjadi

serta akses yang didapat dalam upaya praktek pengendalian kesehatan, maka

kemampuan memberikan dukungan kepada pasien hipertensi untuk

melakukan praktik pengendalian kesehatannya juga akan semakin meningkat

(Soesanto, 2010).

Keterjangkauan Fasilitas
Akses terhadap pelayanan kesehatan bisa diartikan baik apabila ada

ketersediaan pelayanan kesehatan yang terus-menerus, sehingga jika

masyarakat membutuhkan pelayanan kesehatan mereka dapat

menggunakannya tanpa dibatasi waktu, adanya kemudahan dan kecepatan

masyarakat dapat segera memperoleh pelayanan dari tenagafiasilitas

kesehatan, yang dalam hal ini berkaitan dengan aspek geografis, larak

tempuh, kemudahan alat transportasi, tingkat kesulitan medan, biaya

pelayanan kesehatan yang tidak memberatkanAerjangkau masyarakat,

khususnya bagi masyarakat miskin dan tidak kalah pentingnya bahwa aspek

mutu harus memperhatikan tingkat kesempurnaan pelayanan, artinya

memuaskan dengan tatacara yang etis dan standar yang ditetapkan (Soesanto,

2010).

c. Reinforcing Factors

Sikap dan Perilaku Petugas Kesehatan


Dukungan petugas kesehatan sangat membantu, dengan adanya dukungan

petugas dari petugas sangatlah besar artinya bagi seseorang dalam melakukan
perawatan hipertensi, sebab petugas adalah yang merawat dan sering

berinteraksi, sehingga pemahaman terhadap kondisi fisik maupun psikis lebih

baik, dengan sering berinteraksi akan sangat mempengaruhi rasa percaya dan

menerima kehadiran petugas bagi dirinya, serta motivasi atau dukungan yang

diberikan petugas sangat besar artinya terhadap ketaatan pasien untuk selalu

mengontrol tekanan darahnya secara rutin (Notoatmodjo, 2010).


2.4. Kerangka Teori Non Perilaku
Penderita

Sulitnya mencapai sarana


FAKTOR PREDISPOSISI
pelayanan kesehatan,
Pengetahuan mahalnya biaya
transportasi, biaya
Sikap
pengobatan, kebijakan dan
Pendidikan peraturan dan lain
sebagainya.
Pekerjaan
Kepercayaan
Perilaku
FAKTOR ENABLING Penderita
Lingkungan Fisik Konsumsi garam Penyakit
hiprtensi
Tersedia fasilitas kesehatan Konsumsi rokok
Pengecekan TD

FAKTOR
REINFORCING
Dukungan keluarga
Dukungan Petugas
Kesehatan

2.5. Kerangka Konsep

Perilaku terhadap kejadian hipertensi


Faktor predisposisi, faktor enabling, dan faktor reinforcing

BAB III
METODE KEGIATAN
Metode dan desain
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif, dengan metode penelitian
cross sectional.
Populasi dan sampel
Survey pertama
Populasi penelitian
Populasi penelitian pada survey pertama diperoleh malalui data sekunder
kelurahan meliputi seluruh KK yang ada di RW 01 Kelurahan Penggaron Lor,
total seluruh 425 KK. Pengambilan sampel pada survey pertama dilakukan secara
simple rondem samplin.
Kriteria inklusi :
Warga RT 1-4, 6, 7 dan 9 RW I kelurahan Penggaron Lor
Keluarga yang telah tinggal lebih dari 6 bulan di Kelurahan Penggaron Lor
Penyakit 3 bulan terakhir
Kriteria ekslusi :

Tidak bersedia menjadi sample penelitian


Responden tidak berada di rumah
Tidak berada di rumah saat pengambilan data
Tidak tinggal seorang diri (janda)
Besar Sampel
Pada survey pertama besar sampel ditentukan berdasarkan perhitungan besar
sampel dengan rumus sebagai berikut :

425 x (1,96)2 x 22
(425- 1) 0,5 2 +1,962x 22
= 53sampel

Dari penghitungan besar sampel, di dapatkan


jumlah sampel adalah 53~+10%dalam penelitian ini
menggunakan sampel 56 KK untuk memudahkan dalam
pengambilan sampel.
Besar sampel untuk survey pertama dan kedua:
Perhitungan besar sampel menggunakan besar
sampel minimal yaitu sebanyak 30 sampel. Ukuran sampel
yang layak dalam penelitian adalah 30 sampai 500. Bila
sampel dibagi dalam ketegori maka jumlah sampel setiap
kategori minimal 30 (Sugiyono, 2006).

Cara pengambilan sampel


Pengambilan sampel dilakukan menggunakan simple rondoms sampling.
Mendata jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi di RT 01-07
RW 01 Kelurahan Penggaron Lor, Kecamatan Genuk, Kota Semarang.
Menentukan jumlah sampel pada masing-masing RT secara proportional dengan
total sesuai besar sampel.
Memilih sampel secara random dari data yang telah diberi nomor urut sesuai
dengan jumlah sampel pada setiap RT yang telah ditentukan.
Tabel 3.1 Sebaran sampel tiap RT
NO RW (RT) Jumlah KK Jumlah Sampel
1 1 (1) 59 8
2 1 (2) 71 8
3 1 (3) 77 8
4 1 (4) 72 8
5 1 (9) 29 8
6 1 (6) 51 8
7 1 (7) 66 8
TOTAL 425 56

Survey kedua
Populasi penelitian
Populasi penelitian pada survey pertama diperoleh malalui data sekunder
kelurahan meliputi seluruh KK yang ada di RW 01 Kelurahan Penggaron Lor,
total seluruh 425 KK. Pengambilan sampel pada survey pertama dilakukan secara
simple rondem sampling
Kriteria inklusi :
Warga RT 1-4, 6, 7 dan 9 RW I kelurahan Penggaron Lor
Keluarga yang telah tinggal lebih dari 6 bulan di Kelurahan Penggaron Lor
Penyakit 3 bulan terakhir
Usia pasien >35 tahun
Kriteria ekslusi :

Tidak bersedia menjadi sample penelitian


Responden tidak berada di rumah
Tidak berada di rumah saat pengambilan data
Tidak tinggal seorang diri (janda)
Besar Sampel
Pada survey pertama besar sampel ditentukan berdasarkan perhitungan besar
sampel dengan rumus sebagai berikut :

425 x (1,96)2 x 22
= (425- 1) 0,5 2 +1,962x 22
= 53sampel

Dari penghitungan besar sampel, di dapatkan jumlah sampel


adalah 53~+10%dalam penelitian ini menggunakan sampel
56 KK untuk memudahkan dalam pengambilan sampel.
Besar sampel untuk survey pertama dan kedua:
Perhitungan besar sampel menggunakan besar
sampel minimal yaitu sebanyak 30 sampel. Ukuran sampel
yang layak dalam penelitian adalah 30 sampai 500. Bila
sampel dibagi dalam ketegori maka jumlah sampel setiap
kategori minimal 30 (Sugiyono, 2006).

Cara pengambilan sampel


Pengambilan sampel dilakukan menggunakan simple rondoms sampling.
Mendata jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi di RT 01-07
RW 01 Kelurahan Penggaron Lor, Kecamatan Genuk, Kota Semarang.
Menentukan jumlah sampel pada masing-masing RT secara proportional dengan
total sesuai besar sampel.
Memilih sampel secara random dari data yang telah diberi nomor urut sesuai
dengan jumlah sampel pada setiap RT yang telah ditentukan.
Tabel 3.1 Sebaran sampel tiap RT
NO RW (RT) Jumlah KK Jumlah Sampel
1 1 (1) 59 8
2 1 (2) 71 8
3 1 (3) 77 8
4 1 (4) 72 8
5 1 (9) 29 8
6 1 (6) 51 8
7 1 (7) 66 8
TOTAL 425 56

Pengambilan data
Data primer
Data primer pada penelitian ini menggunakan data yang diambil langsung pada
survey tanggal 21-23 November 2016. Data survey meliputi data kesehatan secara
umum, serta tekanan darah

Data sekunder
Data sekunder pada penelitian ini menggunakan data masalah kesehatan umum
meliputi daftar penyakit yang didapatkan dari puskesmass Bangetayu, kader
kesehatan serta data demografi RW 01dari Kelurahan Penggaron Lor.
Tahapan diagnosis Komunitas
Identitas masalah kesehatan
Identitas masalah dengan pengambilan data melalui data primer berupa quesioner
pada survey terhadap warga RT 1-4, 6, 7 dan 9, RW 1 kelurahan Penggaron Lor,
Kecamatan Genuk, Kota Semarang. Data sekunder berasal dari data kelurahan.
Prioritas masalah kesehatan
Penentuan prioritas masalahmenggunakan metode Hanlon Kualitatifberdasarkan
data hasil survey, kemudian ditentukan urgency, seriously dan growth. Total nilai
dijumlahkan untuk menentukan urutan prioritas masalah.
Analisis Penyebab Masalah Kesehatan
Identifikasi faktor resiko dilakukan dengan menggunakan kuesioner pada survey
kedua. Kuesioner memuat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
masalah yang diprioritaskan. Data yang terkumpul dari hasil kuesioner kemudian
diolah dengan menggunakan SPSS untuk melihat faktor penyebab yang memiliki
prosentase tertinggi terhadap masalah yang diprioritaskan. Pada penelitian ini
prosentase faktor penyebab yang dianggap menjadi masalah adalah jika dari hasil
kuesioner pada Pengetahuan dan tindakan tersebut memiliki bobot persentasi 55
%. Sedangkan pada Sikap prosentase faktor penyebab yang dianggap menjadi
masalah adalah jika hasil kuesioner pada Sikap tersebut memiliki bobot persentasi
52 % Kemudian disusun program-program untuk menangani faktor penyebab
yang memenuhi prosentase tersebut (Narimawati, 2010).
Alternatif Penyelesaian Masalah
Identifikasi factor risiko dengan konsep L-green. Dilakukan penyusunan
kuesioner berdasarkan konsep L-Green.
Data yang terkumpul dari hasil survey kedua kemudian dianalisa untuk
menentukan prioritas factor risiko hipertensi yang kemudian disusun program-
program untuk menangani factor risiko yang diprioritaskan.
Setelah menyusun beberapa program yang dapat dikerjakan dengan melihat
situasi, kondisi, waktu, serta dana yang disesuaikan dengan prioritas factor risiko
hipertensi dilakukan pengambilan keputusan bersama melalui Musyawarah
Masyarakat Kelurahan (MMK). MMK tersebut dihadiri oleh Lurah Kelurahan
Penggaron Lor, Kepala Puskesmas Bangetayu, Ketua RW I, Ketua RT I-VII, kader
kesehatan, pembimbing, tokoh masyarakat, tokoh agama, bidan, survailan, karang
taruna, dosen FK UNISSULA.Menindak lanjuti hasil keputusan dari MMK,
dibuat plan of action (POA) melalui koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait.
Pelaksanaan POA melibatkan kerjasama dengan masyarakat Kelurahan Penggaron
Lor RT I-VII RW I.
Penyelesaian Masalah
Menindaklanjuti hasil keputusan dari MMK, dibuat plan of

action (POA) melalui koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait.

Pelaksanaan PoA melibatkan kerja sama dengan masyarakat

Kelurahan Penggaron Lor RW I.

Lokasi dan Waktu pengambilan data


Lokasi Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan di RT 01-07 RW 01 Kelurahan Penggaron Lor,
Kecamatan Genuk, Kota Semarang.
Waktu Pengambilaan Data
Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 21-23 November 2016.

Pengolahan dan analisa data


Data terlebih dahulu diperiksa kelengkapannya, diberikode (coding), ditabulasi
dan di-entry kedalam komputer melalui program SPSS 20. Data hasil survey
berupa data kualitatif dan kuantitatif yang dideskripsikan untuk mengetahui
frekuensi permasalahan kesehatan masyarakat dan kemudian ditentukan
permasalahan kesehatan yang menjadi prioritas.Data hasil survey kedua yang
didapat berupa data kualitatif dan kuantitatif dari semua sampel survey pertama,
data kemudian dianalisis deskriptif univariat untuk mendapatkan frekuensi data
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Gambaran Umum Lokasi Kegiatan
Lokasi kelurahan Penggaron Lor merupakan kelurahan binaan yang digunakan
oleh Kepaniteraan FK UNISSULA untuk dilakukan penelitian. Kelompok kami
melakukan survei 2 kali di RW I yang terdiri dari RT 1-4, 6, 7 dan 9. Lokasi
kegiatan berjarak 5 km dari kampus UNISSULA.Untuk mencapai lokasi
tersebut membutuhkan waktu 15 menit. Jalur sepanjang kelurahan tersebut
sudah di paving seluruhnya sehingga jalan untuk menuju tempat lokasi dapat di
tempuh dengan mudah. Kelompok kami dibagi rata dalam pengambilan data
disetiap RT.
Kependudukan Kelurahan Penggaron Lor RW 01
- Jumlah Penduduk : 1639 jiwa
- Penduduk laki-laki : 907 jiwa
- Penduduk Perempuan : 732 jiwa
- Jumlah KK : 425 KK
Pelayanan kesehatan di Puskesmas Bangetayu
- Jumlah dokter : 4 dokter
- Jumlah perawat : 7 perawat
- Jumlah bidan : 6 bidan
- Jumlah kader : 7 kader aktif
- Puskesmas pembantu : 1 (Pustu Karangroto)
- Posyandu : 7 Posyandu
Batas Wilayah Kelurahan Penggaron Lor
- Utara : Kudu
- Timur : Wringin Jajar, Demak
- Selatan : Penggaron Kidul, Pedurungan
- Barat : Sembungharjo
- Luas Wilayah : 162.174 Ha

Hasil Survey
- Jumlah Kelurahan : 1
- Jumlah RW : 1
- Jumlah RT : 7
- Mata pencaharian penduduk : Karyawan swasta
- Pendidikan penduduk : SMA/SMK
- Pendapatan penduduk : >= 1.020.000 rupiah

Analisis dan Pembahasan


Identifikasi masalah
Karakteristik Responden Pada Survey Pertama
Tabel 4.1.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin

Jenis kelamin Frequency Percent


Laki-laki 110 51.6
Perempuan 103 48.4
Total 213 100
Sumber: Data Primer November, 2016
Tabel 4.1.Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Kelompok umur Frequency Percent


0-10 thn 39 18,3
11-20 thn 48 22,5
21-30 thn 34 16,0
31-40 thn 35 16,4
41-50 thn 35 16,4
51-60 thn 17 8,0
>60 thn 5 2,4
Total 213 100
Sumber: Data Primer November, 2016

Tabel 4.3Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Frequency Percent


Tidaksekolah 10 4,7
SD 72 33,8
SMP 48 22,4
SMA/SMK 52 24,4
PT 11 5.2
Belum Sekolah 20 9,4
Total 213 100
Sumber: Data Primer November, 2016

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Mata


Pencaharian

Pekerjaan Frequency Percent


Belum bekerja 21 9.9
Tidak bekerja 69 40.1
Karyawan 16 7.5
Pedagang 10 4.7
Buruh 25 11.7
Petani 4 1.9
Pegawai swasta 45 21.1
Wiraswasta 18 10.5
IRT 18 8.5
PNS 7 3.3
Pelajar 64 30.0
Total 213 100
Sumber: Data Primer November, 2016

Tabel 4.5. Distribusi Kesadaran berobat penduduk di RW 01


Upaya Pengobatan Frequenc Percent
y
Tidak Berobat 5 2.3
Obat Warung 4 1.9
Berobat Alternatif 8 3.8
Berobat Yankes 65 30.5
Puskesmas/ Rs 35 16.4
Sehat 96 45.1
Total 213 100.0
Sumber: Data Primer November, 2016

Tabel 4.6. Distribusi BPJS di RW 01


Kepesertaan askes Frequency Percent
BPJS 109 51.2
tidak menggunakan 94 44.1
asuransi lain 10 4.7
Total 213 100.0
Sumber: Data PrimerNovember, 2016

Tabel 4.7. Distribusi Penyakit Penduduk di RW 02


Jenis penyakit yang pernah
Frequency Percent
diderita
Asma 1 .5
Clavus 1 .5
Diare 1 .5
Dispepsia 5 2.3
Dm 2 .9
Epilepsi 1 .5
Gout 1 .5
Herpes 1 .5
Hiperkolesterolemia 1 .5
Hipertensi 24 11.3
Ispa 58 27.2
Konstipasi 1 .5
Lbp 4 1.9
Migrain 2 .9
Osteoartritis 3 1.4
Ptiriasis versikolor 1 .5
Sakit gigi 3 1.4
Stomatitis 1 0.5
Tonsilitis 1 0.5
Typoid 2 0.9
Urtikaria 7 3.3
Sehat 92 43.2
Total 213 100.0
Sumber: Data PrimerNovember, 2016

Tabel 4.7. Distribusi Berat Lahir Bayi di RW 01


Beratlahir bayi Frequency Percent
>2.500 gr 14 93.3
< 2.500 gr 1 6.7
Total 15 100.0
Sumber: Data PrimerNovember, 2016

Tabel 4.8. Distribusi Imunisasi Anak usia 2- 3 tahun di RW 01


Status imunisasi Frequency Percent
Tidak lengkap 0 0
Lengkap 15 100.0
Total 15 100.0
Sumber: Data PrimerNovember, 2016

Tabel 4.9. Distribusi Kelainan Bawaan Balita di RW 01


Kelainan bawaan Frequency Percent
Tidak ada 15 100.0
Ada 0 0.0
Total 15 100.0
Sumber: Data PrimerNovember, 2016

Tabel 4.10. Distribusi MP ASI Responden di RW 01


Status pemberian MPASI Frequency Percent
< 6 bulan 13 86.7
> 6 bulan 2 13.3
Total 15 100.0
Sumber: Data PrimerNovember, 2016

Tabel 4.11. Distribusi Kontrasepsi Wanita Usia Subur RW 01


Penggunaan alat kontrasepsi Frequency Percent
IUD 1 .5
Pil KB 3 1.4
SPIRAL 1 .5
Steril 2 .9
Suntik 1 bulan 1 0.5
Suntik 3 bulan 24 11.3
Susuk 1 0.5
Tidak 180 84.5
Total 213 100.0
Sumber: Data PrimerNovember, 2016

Daftar masalah
ISPA
Hipertensi
Urtikaria
Dispepsia
LBP
Osteoartitis
Typhoid
DM
MP ASI
Tidak menggunakan BPJS

PRIORITAS MASALAH
Dalam identifikasi masalah ditemukan beberapa masalah. Tidak semua masalah
akan dipecahkan karena terbatasnya dana, waktu, dan sumber daya, karena itu
diperlukan prioritas masalah yang akan dipecahkan dengan menggunakan metode
Hanlon Kualitatif dengan 3 kelompok kriteria:
Kelompok kriteria U : Mendesak (Urgency)
Pertimbangan ini dari aspek waktu, masih dapat ditunda atau harus

segera ditanggulangi. Semakin pendek tenggang waktunya, semakin

mendesak untuk ditanggulangi.

Kelompok Kriteria S : Kegawatan (Seriousness)


Besarnya akibat atau kerugian yang dinyatakan dalam besaran

kuantitatif berapa rupiah, orang dll.

Kelompok Kriteria G : Perkembangan (Growth)


Kecenderungan atau perkembangan akibat dari permasalahan.

Semakin berkembang masalah, semakin diprioritaskan.

Prioritas masalah kesehatan masyarakat di RW 1, RT 1 7,

Kelurahan Penggaron Lor yaitu :

ISPA
Hipertensi
Urtikaria
Dispepsia
LBP
Osteoartitis
Typhoid
DM
MP ASI
Tidak menggunakan BPJS
Tabel 4.1 Kriteria Urgency

NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
TH (+)
1

+
+
-
+
+
-
+
+
+
7
2

-
+
+
+
+
+
+
+
7
3

-
+
+
-
+
+
+
5
4

+
+
-
+
+
+
5
5

+
+
+
+
+
5
6

-
+
+
+
3
7
+
+
+
3
8

+
+
2
9
+
1
10

0
TV (-)
0
0
1
2
0
0
4
1
0
0

TH (+)
7
7
5
5
5
3
3
2
1
0

TOTAL

7
7
6
7
5
3
7
3
1
0

Tabel 4.2 Kriteria Seriousness


NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
TH (+)
1

-
+
+
+
-
-
-
+
-
4
2

+
+
+
+
+
-
+
+
7
3

-
-
-
-
-
-
-
0
4

-
-
-
-
-
-
0
5
+
-
-
+
+
3
6

-
-
-
-
0
7
-
-
-
0
8

+
+
2
9

+
1
10

0
TV (-)
0
1
0
1
2
3
5
7
4
5

TH (+)
4
7
0
0
3
0
0
2
1
0

TOTAL

4
8
0
1
5
3
5
9
5
5

Tabel 4.3 Kriteria Growth

NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
TH (+)
1

-
+
+
+
+
+
+
+
+
8
2

+
+
+
+
+
-
+
+
7
3

-
-
-
+

-
-
1
4

+
-
-
-
-
-
1
5
+
-
+
-
-
2
6

-
-
-
-
0
7
+
+
+
3
8

-
-
0
9

-
0
10

0
TV (-)
0
1
1
1
2
5
3
4
5
6

TH (+)
8
7
1
1
2
0
3
0
0
0

TOTAL

8
8
2
2
4
5
6
4
5
6
Tabel 4.4 Urutan Prioritas Masalah

Berdasarkan hasil dari analisis prioritas, didapatkan urutan sebagai berikut :


Hipertensi
Ispa
Thyfoid
DM
LBP
OA
MP ASI
Tidak menggunakan BPJS
Dispepsia
Urtikaria

Hasil Survey kedua


Karakteristik responden pada survey kedua
Tabel 4.4 Distribusi responden berdasarkan usia
Umu Frequency Percent
r
35-
44 36 38.7
45-
54 41 44.1
55-
64 11 11.8
65-
74 4 4.3
74-
84 1 1.1
Total 93 100.0

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan JenisKelamin


JenisKelami Frequency Percent
n
LAKI-LAKI 47 50.5
PEREMPUAN 46 49.5
Total 93 100.0
Hasil Survey kuesioner kedua
1. Faktor Predisposisi
Frequency Percent
PENGETAHUAN (ya)
Hasil Tekanan darah yang termasuk hipertensi 74 79.6
Hipertensi tidak dapat disembuhkan 31 33.3
Hipertensi dapat menyebabkan stroke 40 43.0
Hipertensi dapat disebabkan karena keturunan 50 53.8
Merokok merupakan faktor yang menyebabkan hipertensi 35 37.6
Berhenti merokok sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi 69 74.2
Konsumsi alcohol dan kopi berlebih menyebabkan hipertensi 59 63.4
Hipertensi hanya terjadi pada LANSIA 58 62.4
Makanan yang asin dapat menyebabkan hipertensi 35 37.6

Berdasarkan hasil survey yang kedua, didapatkan

pengetahuan pasien terhadap hipertensi pada sebagian pertanyaan

adalah kurang. Karena pada beberapa point yang menguji

pengetahuan pasien presentase nya adalah kurang dari 50%. Hanya

33,3% warga yang mengetahui bahwa hipertensi tidak dapat

disembuhkan. Pengetahuan warga tentang komplikasi dari hipertensi

juga tergolong rendah karena hanya 43% warga yang mengetahui

bahwa hipertensi dapat menyebabkan stroke. Selain komplikasi dari

hipertensi, pengetahuan warga tentang faktor resiko yang

menyebabkan hipertensi juga tergolong rendah. Warga yang

mengetahui merokok dapat menyebabkan hipertensi sekitar 37%,

dan hanya 37,6% warga yang mengetahui bahwa makanan asin juga

dapat menyebabkan hipertensi.

2. Faktor Enabling

Health Frequency Percent


Education
Edukasi control rutin 75 80.6
Penyuluhan hipertensi 29 31.2

Berdasarkan hasil survey yang kedua, didapatkan

pelayanan kesehatan terhadap masyarakat mengenai penyakit

hipertensi dinilai kurang, terlihat pada persentase penyuluhan

hipertensi hanya mencapai 31,2%.

3. Faktor Reinforsing

Attitude and behavior of family


Kebiasan Frequency Percent
keluarga
konsumsi
garam
YA 39 41.9
TIDAK 54 58.1
Total 93 100.0

Berdasarkan hasil survey yang kedua, tidak didapatkan adanya masalah

karena presentase kebiasaan masyarakat yang mengkonsumsi garam hanya

sebesar 41.9%
4. Faktor perilaku

SIKAP Frequency (ya) Percent

Selalumengontroltekanandarahsecararutin 8 8.6
Minumobat anti hipertensijikatekanandarahtinggi 14 15.1
Meluangkanwaktuistirahatwalaupunpekerjaanmenumpuk 51 54.8
Berolahragasecarateraturuntukmengontroltekanandarah 32 34.4
Merokoksetiaphari 61 60.2
Memilikikebiasaanmakan-makanan yang asin 56 59.1
Mengontrolemosijikasedangmarahataubanyakfikiran 67 72.0
Mengkonsumsi kopi setiaphari 48 51.6
Tidak pergi ke YANKES saattimbulgejala 31 33.3
Membatasiasupangula, garam, danlemak 60 64.5
Minumobat anti hipertensisecarateratur 54 58.1
Faktor lingkungan
Perokok Aktif
frekuensi
Persentil
Ya
Tidak
63
30
67,7
32.3
Total
93
100.0

Berdasarkan hasil survey yang kedua, didapatkan adanya masalah

karena presentase masayarakat yang sering berinteraksi dengan perokok

aktif sebesar 67.7 %.

Faktor predisposisi :
Hipertensi dapat menyebabkan stroke (43%)
Merokok merupakan faktor yang menyebabkan hipertensi(37,6%)
skema
Makanan yang asin dapat perilakuhipertensi(37,6%)
menyebabkan terhadap hipertensi menurut L-green
Perilaku Penderita
Selalu mengontrol tekanan darah secara rutin (8,6%)
Berolahraga secara teratur untuk mengontrol tekanan darah (34,
Merokok setiap hari (39,8%)
Memiliki kebiasaan makan-makanan yang asin (40,9%)
Tidak pergi ke YANKES saat timbul gejala (33,3%)

Faktor reinforsing :

Faktor enabling
Faktor lingkungan
Penyuluhan hipertensi (31,2%)
Berinteraksi dengan Perokok aktif (67,7%)
Analisa dan Pembahasan

Faktor Predisposisi
Pengetahuan bahwa hipertensi dapat menyebabkan stroke masih kurang

Sedikit warga (43%) yang menjawab setuju bahwa hipertensi dapat menyebabkan
stroke. Kebanyakan warga belum mengetahui komplikasi dari hipertensi.
Peningkatan tekanan darah yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan
komplikasi, seperti stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung, dan
kerusakan ginjal (panduan praktik klinis, 2014).
Hipertensi merupakan faktor utama stroke yang paling

banyak, baik stroke iskemik maupun hemoragik, baik laki-laki

maupun perempuan, pada semua usia. Resiko stroke meningkat

secara proporsional dengan meningginya tekanan darah, baik

sistole maupun distole. Apabila hipertensi dapat dikendalikan

dengan baik maka resiko stroke turun sebanyak 28-38% (Misbach,

2004).

Pengetahuan bahwa merokok merupakan salah satu faktor yang dapat


menyebabkan hipertensi masih kurang
Sedikit warga (37,6%) yang menjawab setuju bahwa merokok merupakan salah
satu faktor yang dapat menyebabkan hipertensi. Beberapa warga hanya
mengetahui bahwa rokok hanya mengakibatkan kerusakan pada organ paru-
parunya saja tetapi tidak mempengaruhi tekanan darahnya.
Berdasarkan hasil uji statistik antara kebiasaan merokok

dengan tekanan darah didapat ada hubungan yang bermakna

antara kebiasaan merokok dengan tekanan darah(p = 0,000). Nikotin

dan karbondioksida yang terkandung dalam rokok akan merusak

lapisan endotel pembuluh darah arteri, elastisitas pembuluh darah


berkurang sehingga menyebabkan tekanan darah meningkat

(Depkes,2007).

Pengetahuan bahwa makanan asin dapat menyebabkan hipertensi masih


kurang
Sedikit warga (37,6%) yang menjawab setuju bahwa makanan asin dapat
menyebabkan hipertensi. Menurut teori Green yang menyatakan bahwa perilaku
seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan sebagai faktor predisposisi. Pengetahuan
merupakan hasil tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan
terhadap objek tertentu. Ketika seseorang mempunyai pengetahuan yang benar
dan mengetahui manfaat suatu tindakan maka hal ini akan mempengaruhi dirinya
sehingga tindakan yang dilakukan akan lebih langgeng (Notoadmodjo, 2007).
Pola makan adalah salah satu faktor resiko yang dapat

diubah akan tetapi ketidaktahuan menjadi salah satu penyebab

seseorang salah dalam memilih makanan. Pengetahuan yang baik

terhadap suatu penyakit dapat membantu pencegahan komplikasi

lebih lanjut serta membuat pengobatan lebih efektif (Basruri, 2008).

Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di

dalam cairan ekstraseluler meningkat.Untuk menormalkannya cairan

intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat.

Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan

meningkatnya volume darah, hal ini menyebabkan jantung bekerja lebih

keras untuk mengedarkan darah keseluruh tubuh dan menyebabkan tekanan

darah meningkat (Apriadji, 2007).

Faktor Enabling
kurangnya penyuluhan hipertensi di pelayanan kesehatan primer
Sedikit warga (31,2%) yang mendapatkan penyuluhan mengenai

hipertensi di pelayanan kesehatan primer tempat warga biasa berobat.


Menurut warga, pelayanan kesehatan primer tempat warga biasa

berobat kurang diberikannya penyuluhan kesehatan, khususnya tentang

hipertensi. Hal ini didukung dengan hasil pengetahuan tentang

hipertensi yang masih kurang. Warga mengatakan jika tekanan

darahnya tinggi mereka hanya diberi tahu kalau tekanan darahnya tinggi

dan hanya diberi obat penurun tekanan darah saja. Mereka tidak diberi

penjelasan yang lebih mendalam mengenai pendidikan kesehatan

khususnya tentang hipertensi.

Menurut penelitian Nurfikarivah (2010), bahwa pengetahuan

atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk tindakan

seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan dan sikap positif

maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Berangkat dari konsep

tersebut dapat dijelaskan, bahwa semakin meningkatnya pengetahuan

pasien tentang hipertensi akan mengarah pada kemajuan berfikir pada

perilaku yang baik sehingga bisa berpengaruh terhadap kontrolnya

tekanan darah. Dengan kata lain, seseorang yang mendapatkan

penyuluhan mengenai hipertensi maka dia akan mendapatkan

pengetahuan tentang hipertensi yang akan mengubah perilaku seseorang

untuk mengendalikan hipertensi.

Faktor Perilaku
Perilaku warga yang belum mengontrol tekanan darahnya secara rutin
Ditinjau dari upaya pencegahan hipertensi diketahui masih banyak
yang kurang yaitu hanya 8,6% warga yang selalu mengontrol tekanan darah
secara rutin satu bulan sekali. Sebagian warga hanya mengontrol tekanan
darahnya hanya jika mereka berobat saja. Jadi sebagian besar warga di kelurahan
penggaron lor mempunyai upaya pencegahan hipertensi yang masih kurang.
Menurut Mustaida (2000), terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan
penderita hipertensi dengan terkontrolnya tekanan darah. Peningkatan
pengetahuan penderita hipertensi tentang penyakit akan mengarah pada
kemajuan berpikir tentang perilaku kesehatan yang lebih baik sehingga
berpengaruh dalam terkontrolnya tekanan darah.
Menurut viera, et al (2008), peningkatan pengetahuan tentang
hipertensi berbanding lurus terhadap upaya pencegahan hipertensi. Dimana
kurangnya pengetahuan tentang hipertensi menunjukkan berkurangnya juga
perilaku pasien untuk mengontrol tekanan darahnya secara rutin sebagai salah satu
bentuk upaya pengendalian tekanan darah.
4.5.3.2 Perilaku warga yang tidak berolahraga secara teratur untuk
mengontrol tekanan darahnya
Sedikit warga (34,4%) yang selalu berolahraga secara

teratur minimal 30 menit sehari. Sebagian besar warga jarang

berolahraga karena alasan sibuk bekerja ataupun malas

berolahraga. Aktivitas fisik sangat mempengaruhi stabilitas

tekanan darah. Pada orang yang tidak aktif melakukan kegiatan

fisik cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih

tinggi. Hal tersebut mengakibatkan otot jantung bekerja lebih

keras pada setiap kontraksi. Makin keras usaha otot jantung

dalam memompa darah, makin besar pula tekanan yang

dibebankan pada dinding arteri sehingga meningkatkan tahanan

perifer yang menyebabkan kenaikkan tekanan darah.

Kurangnya aktifitas fisik juga dapat meningkatkan risiko

kelebihan berat badan yang akan menyebabkan risiko hipertensi

meningkat. Studi epidemiologi membuktikan bahwa olahraga

secara teratur memiliki efek antihipertensi dengan menurunkan


tekanan darah sekitar 6-15 mmHg pada penderita hipertensi.

Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi,

karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan

perifer yang akan 17 menurunkan tekanan darah (Anggraini dkk.,

2009).

Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi hipertensi. Orang yang tidak melakukan aktivitas

fisik beresiko 1.57 kali menderita hipertensi dibanding orang

yang melakukan aktivitas fisik. Olah raga yang baik dan dapat

mempengaruhi hipertensi adalah sebanyak >3 kali perminggu

dengan durasi selama 30 menit (Anggraeny, 2014).

4.5.3.3 Perilaku warga yang masih merokok setiap hari


Sebagian besar warga (60,2%) masih merokok setiap

harinya. Merokok merupakan salah satu faktor yang berhubungan

dengan hipertensi, sebab rokok mengandung nikotin. Menghisap

rokok menyebabkan nikotin terserap oleh pembuluh darah kecil

dalam paru-paru dan kemudian akan diedarkan hingga ke otak. Di

otak, nikotin akan memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk

melepas epinefrin atau adrenalin yang akan menyempitkan

pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat

karena tekanan darah yang lebih tinggi. Tembakau memiliki efek

cukup besar dalam peningkatan tekanan darah karena dapat


menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Kandungan bahan

kimia dalam tembakau juga dapat merusak dinding pembuluh

darah. Karbon monoksida dalam asap rokok akan menggantikan

ikatan oksigen dalam darah. Hal tersebut mengakibatkan tekanan

darah meningkat karena jantung dipaksa memompa untuk

memasukkan oksigen yang cukup ke dalam organ dan jaringan

tubuh lainnya (Anggraini dkk., 2009).

4.5.3.4 Perilaku warga yang masih memiliki kebiasaan makan


makanan yang asin
Sejumlah 59,1% warga masih memiliki kebiasaan makan

makanan yang asin atau tinggi garam yaitu lebih dari 1 sendok teh

per hari. Asupan garam yang tinggi dapat meningkatkan sekresi

hormon natriuretik. Hormon tersebut menghambat aktivitas sel

pompa natrium dan mempunyai efek penekanan pada sistem

pengeluaran natrium sehingga terjadi peningkatan volume plasma

yang mengakibatkan kenaikan tekanan darah.

World Health Organization (WHO) merekomendasikan

pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya

hipertensi adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram

sodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi natrium yang

berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan

ekstraseluler meningkat.Untuk menormalkannya cairan intraseluler

ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat.


Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan

meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada

timbulnya hipertensi. Karena itu disarankan untuk mengurangi

konsumsi natrium/sodium.Sumber natrium/sodium yang utama

adalah natrium klorida (garam dapur), penyedap masakan

monosodium glutamate (MSG), dan sodium karbonat.Konsumsi

garam dapur (mengandung iodium) yang dianjurkan tidak lebih

dari 6 gram per hari, setara dengan satu sendok teh (Anggraini

dkk.,2009).

4.5.3.5 Perilaku warga yang tidak pergi ke YANKES saat timbul


gejala
Sejumlah 66,3% warga masih mengandalkan obat warung

ketika timbul gejala hipertensi atau bahkan membiarkannya saja

tanpa mengobati gejala-gejala tersebut. Hanya 33,3 % warga yang

langsung berobat ke pelayanan kesehatan terdekat jika timbul

gejala-gejala hipertensi. Purwanto (2000) mengemukakan bahwa

salah satu faktor yang berpengaruh pada perilaku kesehatan

adalah tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan warga RW 1

kelurahan penggaron lor mayoritas adalah sekolah dasar dengan

dengan jumlah 72 warga (33,8%). Hasil pendidikan ikut

membentuk pola berpikir, pola persepsi dan sikap pengambilan

keputusan seseorang. Pendidikan seseorang yang meningkat

mengajarkan individu mengambil keputusan yang terbaik untuk


dirinya, dalam hal ini perilaku warga yang tidak pergi ke

YANKES saat timbul gejala mungkin disebabkan karena

rendahnya pendidikan warga RW 1 kelurahan penggaron lor.

Slameto (2002) menyebutkan bahwa semakin tinggi

tingkat pendidikan atau pengetahuan seseorang maka semakin

membutuhkan pusat-pusat pelayanan kesehatan sebagai tempat

berobat bagi dirinya dan keluarganya. Dengan berpendidikan

tinggi, maka wawasan pengetahuan semakin bertambah dan

semakin menyadari bahwa begitu penting kesehatan bagi

kehidupan sehingga termotivasi untuk melakukan kunjungan ke

pusat-pusat pelayanan kesehatan yang lebih baik.

4.5.4 Faktor Lingkungan


4.5.4.1 Berinteraksi dengan perokok aktif
Sebagian besar (67,7%) warga masih sering berinteraksi

dengan perokok aktif, entah di lingkungan kerja, tetangga,

ataupun ketika berkumpul dengan sanak saudara. Salah satu

faktor resiko yang berhubungan dengan hipertensi yaitu

perokok pasif . perokok pasif adalah orang yang menghirup asap

rokok dari seorang perokok aktif. Asap rokok yang

dihembuskan oleh perokok aktif dan terhirup oleh perokok

pasif, lima kali lebih banyak mengandung karbon monoksida,

empat kali lebih banyak mengandung tar dan nikotin (Setyanda.,

dkk., 2015). Nikotin dan karbon monoksida yang dihisap akan


masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel

pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses

artereosklerosis dan tekanan darah tinggi (Nurwidayanti., dkk,

2013).

Penelitian Mustikaningrum, 2010, menunjukkan bahwa

perokok pasif berisiko lebih tinggi memiliki kadar trigliserida

darah tinggi jika dibandingkan dengan perokok aktif sebab asap

rokok yang dihirup perokok hanyalah 15% dan sisanya

disebarkan ke lingkungan sekitarnya. Peningkatan kadar

trigliserida merupakan komponen dari dislipidemia aterogenik

dan seringkali merupakan tanda awal dari kondisi lain yang

berhubungan dengan peningkatan risiko kardiovaskular.


BAB VI

PELAKSANAAN MMK

6.1 Waktu dan tempat

Hari/ Tanggal : Jumat, 25 November 2016

Waktu : 19.30 WIB

Tempat : Mushola RT 07 RW I PENGGARON LOR

Agenda kegiatan : Membahas Plan Of Action dari penyebab masalah

kesehatan

6.2 Kepanitiaan

Susunan Panitia MMK:

Ketua Umum : Ardhila Rahman

Ketua Lapangan : Winno Pradana U

Sekretaris : Andin Desyta

Vonny Andira

Fadhila Kusuma P

Bendahara : Shofa Aqida

Kurikulum : Naim Mail I

Taura Avensia

Dewi Ajeng R

Brillianti Novi

Sie Acara + Humas : Kharomah

M Nur Tjahya
Tri Umi MD

Sie Konsumsi : Aulia Kusuma P

Eka Ria M

Sie Perkap : Rifky Nuri

Sie Dokumentasi : Fauzan Anshar

6.3 Jumlah Peserta

Peserta yang hadir dalam kegiatan MMK adalah sejumlah 20 orang

yang terdiri dari:

- 20 warga (ketua RT 112 RW I, kader posyandu, tokoh agama dan tokoh

masyarakat)

- Kepala Puskesmas Bangetayu

- Kepala Kelurahan Penggaron Lor

- Dosen pembimbing: Drs. Purwito Soegeng, M.Kes

- 17 Mahasiswa Kepanitraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat

6.4 Pemateri

Dokter muda FK UNISSULA.

6.5 Penanggung Jawab

Dokter Muda FK UNISSULA

6.6 Pelaksanaan

Kegiatan Musyawarah Masyarakat Kelurahan (MMK) dilaksanakan

pada hari Jumat, 25 November 2016 di Mushola RT 7 RW I PENGGARON


LOR. Acara MMK dimulai pukul 19.30. Dibuka dengan pembacaan Ayat

Suci Al Quran oleh M Nur Tjahya dan sari tilawah oleh Tri Umi, dilanjutkan

sambutan ketua pelaksana, dan sambutan oleh kepala kelurahan

PENGGARON LOR. Kemudian dipaparkan hasil survey oleh Tauradan

Karomah. Setelah presentasi, dilanjutkan Musyawarah bersama menentukan

Plan Of Action penyelesaian masalah yang dipimpin oleh Ardhila.

6.7 Hasil MMK :

- Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit Hipertensi.

- Kurangnya penyuluhan mengenai Hipertensi.

- Kurangnya kesadaran untuk mengontrol tekanan darah secara rutin.

- Kurangnya aktifitas fisik berupa berolahraga secara teratur.

- Kebiasaan makan-makanan yang asin.

- Tidak pergi ke pelayanan kesehatan saat timbul gejala.

Intervensi dilakukan pada:

Hari: Minggu, 27 November 2016

Pukul: 06.30 WIB

Kegiatan intervensi berupa:

1. Pemeriksaan tekanan darah

2. Jalan sehat

3. Memberikan edukasi mengenai hipertensi kepada warga RW 1 & upaya

dini dari gejala (penyuluhan) dan demonstrasi cara pengolahan herbal untuk

menurunkan tekanan darah

4. Edukasi mengenai penyakit gula (DM)


5. Doorprise

6.8 Kendala MMK:

- Kedatangan peserta tidak tepat waktu

- Banyak undangan yang tidak hadir

Persiapan kegiatan yang terlalu pendek


Plan Of Action

Waktu
Indikator
No Masalah Intervensi Sasaran yang Pelaks
Keberhasilan
diperlukan

1. Tensi
warga

2.
Penyuluhan
mengenai
hipertensi
(definisi, Paham mengenai
Penderita
etiologi, faktor resiko
hipertensi,
Pengetahuan faktor hipertensi, gejala, Minggu, 27 Dokter
01.0 keluarga
tentang resiko, komplikasi,pencegahan November muda F
0 dan
hipertensi gejala, hipertensi, makanaan 2016 UNISS
masyaraka
komplikasi, dan jumlah yang boleh
t
pencegahan d konsumsi
hipertensi,
makanan
dan jumlah
yg boleh
dikonsumsi)
Penderita
Kurangnya Jalan sehat hipertensi,
Minggu, 27 Dokter
aktifitas fisik dan olahraga min. 3x keluarga
2 November muda F
(jarang pembagian seminggu, @30menit dan
2016 UNISS
olahraga) door prize masyaraka
t

3 Sering Dapat mengolah Penderita Minggu, 27 Dokter


mengkonsums tanaman obat herbal hipertensi November muda F
i makanan asin yang dapat 2016 UNISS
1. menurunkan tekanan
Pemutaran darah dan
video mengkonsumsinya jika
demonstrasi diperlukan
macam
macam cara
mengolah
tanaman
herbal yang
dapat
menurunka
n tekanan
darah

2.
Pembagian
jus timun
3.
Pembagian
1 ikat
seledri
sebagai obat
herbal yang
dapat
menurunka
n tekanan
darah

4 Kurangnya 1. 1. Petugas kesehatan Petugas Minggu, 27 Dokter


edukasi dan Melaporkan dan kader setempat Kesehatan November muda F
pengawasan hasil survey mengerti tetang dan Kader 2016 UNISS
dari kader pada masalah hipertensi
puskesmas petugas pada warga penggaron
tentang kesehatan lor
hipertensi dan kader
terhadap tentang
warga masalah
hipertensi
pada warga
penggaron
Lor
2.
Menyuluh
para kader
agar
memberi
2. Mau memberikan
edukasi
edukasi tentang
pada warga
hipertensi
dan rutin
memeriksa
tensi warga
setiap
@bulan

3. Dan pemeriksaan
rutin tekanan darah

-
BAB VII

PELAKSANAAN INTERVENSI

7.1 Pelaksanaan Intervensi RW III

7.1.1 Waktu dan tempat

Hari/ Tanggal : Minggu, 27 November 2016

Waktu : 06.30 WIB - Selesai

Tempat : Halaman Rumah Bapak RT 7 RW I

Agenda Kegiatan : Tensi Gratis, Jalan Sehat, Penyuluhann di

awali dengan pre test dan di akhiri post test,

pembagian doorprize.

7.1.2 Kepanitiaan

Ketua Umum : Ardhila Rahman

Ketua Lapangan : Winno Pradana U

Sekretaris : Andin Desyta

Vonny Andira

Fadhila Kusuma P

Bendahara : Shofa Aqida

Kurikulum : Naim Mail I

Taura Avensia

Dewi Ajeng R

Brillianti Novi

Sie Acara + Humas : Kharomah


M Nur Tjahya

Tri Umi MD

Sie Konsumsi : Aulia Kusuma P

Eka Ria M

Sie Perkap : Rifky Nuri

Sie Dokumentasi : Fauzan Anshar

7.1.3 Jumlah Peserta

Peserta yang hadir dalam kegiatan intervensi di RT 1-12 / RW I

sejumlah 200 orang yang terdiri dari:

- 200 bapak dan ibu warga RW II

- Perwakilan Dosen pembimbing: Drs. Purwito, M.Kes

- Pelaksana kegiatan intervensi RW I Mahasiswa Kepanitraan

Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat sebanyak 17 orang.

7.1.4 Pemateri

Dokter muda FK UNISSULA Pelaksana kegiatan intervensi RW I.

7.1.5 Penanggung Jawa

Dokter Muda FK UNISSULA Pelaksana kegiatan intervensi RW I.

7.1.6 Pelaksanaan Intervensi

Pelaksanaan Kegiatan Intervensi Masyarakat Kelurahan

Penggaron Lor RW I dilaksanakan pada hari minggu, 27 November

2016 bertempat di Halaman Rumah Bapak RT 7 RW I. Acara

Kegiatan Intervensi dimulai pukul 06.30. Acar pertama dalam

pelaksaan intervensi ini adalah pengukuran tensi gratis, kemudian


setelah dilakukan tensi kemudian bapak ibu peserta intervensi

melakukan jalan sehat yang rutenya telah ditentukan oleh panitia

kemudian setelah melakukan jalan sehat peserta intervensi kemudian

peserta dikumpulkan di halaman pak RT 7 RW I dan dilaksanakan pre

test sambil dibagikan makanan ringan dan air minum. Setelah

dilakukan pre test peserta di berikan penyuluhan kemudian diakhiri

dengan post test, pada pesrta yang mendapat score 100 peserta

mendapat doorpeise dari panitia. Setelah kegiatan berakhir kemdian

dilakukn pembagian doorprise.

7.1.7 Hasil Pelaksanaan Intervensi :

Soal pre-test yang berisi tentang pengetahuan tentang penyakit Hipertensi \

sejumlah 10 soal dengan total nilai 100, didapatkan hasil :

Rata-rata nilai pre test = 60,0


Rata-rata nilai post test = 80.0
Total peserta yang mengisi kuesioner pre-test dan post test sebanyak 100

orang.

7.1.8 Kendala Pelaksanaan Intervensi

Sebagian peserta intervensi bekerja sama saat menjawab

persoalan di kuesioner sehingga merancukan penilaian hasil kuesioner.

Selain itu, keterbatasan waktu juga menjadi kendala dalam

penyampaian edukasi dan demo penggunaan masker serta cara

beretika batuk dan pembuangan dahak dengan benar


7.1.9 Susunan Acara

Lampiran 6 : Susunan Acara Intervensi


RUNDOWN INTERVENSI
RW 1 KELURAHAN PENGGARON LOR
MINGGU, 27 NOVEMBER 2016
NO. WAKTU ACARA JOB DESCRIPTION
1. 05.00-06.00 Persiapan alat + briefing Sie perkap: mengkoordinasi teman2 menata meja Sie per
kursi, sound, laptop, LCD + proyektor, tensi + Sie pen
stetoskop Sie kon
Sie penyuluhan: menyiapkan form absensi tensi, Sie pub
doorprize, PPT penyuluhan. Sie jala
Sie konsumsi : menyiapkan snack
Sie pubdekdok : mengecek kamera dan
kelengkapan
Sie jalan sehat : pengecekan rute jalan sehat,
2. 06.30-07.30 Tensi gratis Sie tensi : menensi, mencatat di form absensi tensi, Sie ten
mencatat tensi di absensi ajeng.
MC : membawa acara menunggu jalan sehat dan Mc : m
mengarahkan warga mengikuti sie jalan sehat. Sie jala
Pengarah warga : sie jalan sehat Sie aca
Sie perkap : mengecek perkap penyuluhan dan Sie hum
menyiapkan pemutaran video Sie pub
Sie acara : mengatur waktu dan membantu
mengarahkan ke tempat tensi Semua
Sie humas : menemani petinggi2 RW dan dosen dihara
yang datang
Sie pubdekdok : menangkap semua moment
3. 07.45-08.45 Jalan sehat Beberapa sie tensi standby sie aca
Sie konsumsi : standby meja konsumsi di tensi)
menjelang akhir jalan sehat. Warga dibagikan sie kon
kupon doorprize.

4. 08.45-08.55 Persiapan penyuluhan Sie penyuluhan Sie pen


dan pretest Sie lain
memba
mengu

5. 08.55-10.00 Penyuluhan dan tanya Sie penyuluhan + MC Sie pen


Jawab (hipertensi dan MC : m
DM) Sie lain
Dan Post test memba
mengu

6. 10.00-10.30 Pembagian doorprize MC MC : p


Sie penyuluhan doorpri
Sie doorprize Sie doo
Sie doo
tugasn

7. 10.30 Penutupan MC MC : m
BAB VIII

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan data hasil survey kesehatan di RW I Kelurahan Penggaron Lor, Kecamatan
Genuk, Kota Semarang, didapatkan 4 faktor yang mempengaruhi penyakit TB Paru yaitu
faktor presidposisi, faktor enabling, perilaku penderita, faktor lingkungan.
Faktor predisposisi pada kejadian penyakit Hipertensi di RW 01 Kelurahan Penggaron Lor
yaitu pengetahuan yang kurang mengenai penyakit hipertensi.
Faktor enabling pada kejadian penyakit Hipertensidi RW 01Kelurahan Penggaron Lor yaitu
kurang adanya penyuluhan mengenai penyakit hipertensi.
Faktor perilaku penderita pada kejadian penyakit Hipertensi di RW 01 Kelurahan Penggaron
Lor yaitu :
Kurangnya mengontrol tekanan darah secara rutin.
Kurangnya kesadaran untuk minum obat anti hipertensi jika tekanan darah tinggi
Kurangnya berolahraga secra teratur untuk mengontol tekanan darah
Merokok setiap hari
Memiliki kebiasaan amakan-makanan yang asin
Tidak segera pergi ke pelayanan kesehatan saat timbul gejala
Faktor lingkungan pada kejadian penyakit hipertensi di RW 01 Kelurahan Penggaron Lor
yaitu banyak warga yang beribteraksi dengan perokok aktif.
Saran
Perlu adanya kerjasama dan realisasi program antara masyarakat dan pihak yang terkait
(kader kesehatan dan Tenaga Kesehatan) dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat
yang berkaitan dengan angka kejadian Hipertensi dalam hal meningkatkan pengetahuan
tentang penyakit Hipertensi, pengobatan dan pencegahan sehingga dapat menurunkan angka
kejadian Hiperensi di wilayah RW I Kelurahan Penggaron Lor.
Untuk Mahasiswa
Perlu di lakukan penelitian lebih lanjut mengenai Hipertensi, karena keterbatasan waktu
peneliti dan perlu diadakan survei lanjutan yang lebih mengarah ke masalah yang ada di
Kelurahan Penggaron Lor
Untuk Masyarakat
Perlu ditingkatkan kepedulian masyarakat terhadap kesehatan untuk rajin mengontrol tekanan
darah.
Perlu pengawasan lebih intensif dari kader dan tenaga kesehatan terkait dengan perilaku dan
sikap masyarakat mengenai pencegahan Hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA

Amran Y, Satriani S, Nadimin, Fadliyah F. 2010. Pengaruh Tambahan Asupan


Kalium Dari Diet Terhadap Penurunan Hipertensi Sistolik dan Diatolik Tingkat Sedang
Pada Lanjut Usia. Artikel Penelitian: Universitas Islam Negeri Syarif Hasanuddin Jakarta.
A M. Sugeng Budiono,2013. Bunga Rampai Higiene Perusahaan Ergonomi
(HIPERKES) dan Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, Semarang
Anderson, D.M., 2007. Dorlands Illustrated Medical Dictionary. 31st ed.
Philadephia: Saunders.
Anggraeni, A.D., Waren, A., Situmorang, E., Asputra, H., Siahaan, S.S., 2009,
Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien yang Berobat di
Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode Januari-Juni 2008, Laporan Penelitian:
Fakultas Kedokteran, Universitas Riau, 358.
Anggraini, D.A, dkk. (2009). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Hipertensi pada Pasien yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode
Januari Sampai Juni 2008.
Apriadji, Wied Harry, 2007 Good Mood Food. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Arif, M. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi III. Jakarta: Penerbitan Media
Aesculapius FKUI.
Aru W, Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V.Jakarta:
Interna Publishing.
Depkes, RI. 2006. Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit Tidak Menular. Jakarta
Friedman, M. Marilyn.(1998).Keperawatan Keluarga : Teori dan Praktik. Jakarta :
EGC.
Harianto, E., dan H. Pratomo.2013. Pajanan Kebisingan dan Hipertensi di Kalangan
Pekerja Pelabuhan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional8 (5): 215-222.
Kemenkes, RI. (2014). INFODATIN. Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI. HIPERTENSI. Jakarta.
Kurniati, et al. 2013. Hubungan Asupan Zat Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada
Wanita Prakonsepsi Di Kecamatan Ujung Tanah Dan Kecamatan Biringkanaya Kota
Makassar.
Misbach, dkk, 2004. Gambaran Analisis Suara Pada Pasca Stroke Iskemik.
http:www.digilib.ui.co.id/.
Mustaida., 2000. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Pasien Tentang Hipertensi
dengan Terkontrolnya Tekanan Darah di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta. Skripsi. Noble A., Johnson R., Thomas A., & Bass P., 2005. The Cardiovascular
System. UK: Elselvier Churchill Livingstone pp. 130.
Notoatmodjo S., 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-Prinsip Dasar). Jakarta:
Rineka Cipta. Notoatmodjo S., 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka
Cipta pp. 143-6
Nugraheni S.A., Suryandari M., & Aruben M., 2008. Pengendalian Faktor Determinan
Sebagai Upaya Penatalaksanaan Hipertensi di Tingkat Puskesmas. Jurnal Manajemen
Pelayanan Kesehatan. 11: 185-91.
Oliveria S.A., Chen R.S., McCarthy B.D., Davis C.C., & Hill M.N., 2004.
Hypertension Knowledge, Awareness, and Attitudes in a Hypertensive Population. J Gen
Intern Med. 20: 219-225.
Panggabean M.M., 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Ed ke-4. Jakarta:
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia pp. 1639.
Pontolumiju A.A., 2002. Pendidikan Kesehatan Melalui Diskusi Kelompok dan
Ceramah untuk Peningkatan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Makan Penderita Hipertensi.
Universitas Gadjah Mada. Tesis Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Price S.A., & Wilson L.M., 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Ed ke-6. Jakarta: EGC pp. 582-4.
Rahajeng E, Tuminah S. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia.
Jakarta: Pusat Penelitian Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian Kesehatan Departemen
Kesehatan RI, Jakarta; 2009
Ragot S., Sosner P., Bouche G., Guillemain J., & Herpin D., 2005. Appraisal of the
Knowledge of Hypertensive Patients and Assesment of the Role pf the Pharmacists in the
Management of Hypertension: Results of a Regional Survey. Journal of Human
Hypertension. 19: 577-84.
Runge S.M., & Ohman M.E., 2004. Netters Cardiology. New York: MediMedia USA
pp. 383.
Sarwanto., Wilujeng L.K., & Rukmini., 2009. Prevalensi Penyakit Hipertensi
Penduduk di Indonesia dan Faktor yang Berisiko. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
(Bulletin of Health System Research). 12: 154-62.
Sherwood L., 2001. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Ed ke-2. Jakarta: EGC pp.
342.
Syarif A., 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Gaya Baru pp. 341-60
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
Purwanto,H .1999. Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan. Penerbit Buku
kedokteran EGC. Jakarta.
Thomas, A.N.S. 2007. Tanaman Obat Tradisional. Yogyakarta.Kanisus

LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Survey 1

Lampiran 2 Kuesioner Survey 2


Lampiran 3 Susunan Acara MMK
No
Jam
Acara
PJ
Job Description
1
16.00 17.00
Menyiapkan tempat MMK

Sie. Perkap
Menata tikar MMK
Menyediakan alat:
-Proyektor (1 buah) - Layar (1 buah)
-Pointer (1 buah)- Laptop rifky nury, ardila
- Microphone (2 buah) - Lampu penerangan
- Sound system - Genset
Sie. Konsumsi mengambil konsumsi MMK
Sie. lain yang tidak sibuk membantu Sie.Perkap
Tempat : HALAMAN MUSHOLA RT 2 RW 2 KELURAHAN PENGGARON LOR
2
17.00 17.45
Briefing
Sie.Acara
Sie. Acara
- menjelaskan susunan Acara MMK dan jobdesk masing2 Sie.
- Memastikan kehadiran , ketua RT 1-12, ketua RW 1, Kepala Kelurahan,kader, Kepala PKM Bangetayu, Pembimbing Klinis IKM kepada HUMAS
- Memastikan peralatan yang digunakan dalam MMK sudah tersedia kepada Sie. Perkap
3
17.45 18.15
ISHOMA

4
18.15 18.45
Menjemput Pembimbing IKM

5
18.45 19.30
ISHOMA/PERSIAPAN ACARA

Sie konsumsi : tamu datang bagi konsumsi dan mengisi daftar hadir
6
19.30 19.35
Pembukaan oleh MC
Pembacaan Kalam Ilahi
MC : Ardila
Qori : Tri umi
Sari tilawah : Nur tjahya
Sie acara time keeper
Sie perkap cek LCD , laptop, pointer, mic, speaker
Sie pub dek dokmendokumentasikan acara

19.35 19.45

7
19.45 19.50
Sambutan Ketua Pelaksana MMD
Winno pradana
Sie acara time keeper
Sie perkap cekLCD , laptop, pointer, mic, speaker
Sie pubdekdokmendokumentasikan acara

19.50 19.55
Sambutan Pembimbing IKM
Drs. Purwito, M.Kes

19.55 20.00
Sambutan Kepala Kelurahan PenggaronLor
Bp. Ruswan

8
20.00 20.20
Acara Inti: Pemaparan Masalah Kesehatan di RT 1-12 ,RW 1 Kel.Penggaron Lor Kec.Genuk
Presentator:
Karomah
Taura Avensia
Sie acara time keeper
Sie perkap cek LCD , laptop, pointer, mic, speaker
Sie pubdekdokmendokumentasikan acara

9
20.20 20.40
20.40-20.50
Diskusi dan Tanggapan
Pemaparan program Intervensi
Moderator oleh MC
Pemaparan : ketua intervensi oleh Shofa Aqida
Notulen : Vonny Andira
Seluruh koass ikut menanggapi pertanyaan dan ikut berpendapat dalam diskusi.
Lampiran 4 Susunan Acara Intervensi

RUNDOWN INTERVENSI
RW 1 KELURAHAN PENGGARON LOR
MINGGU, 27 NOVEMBER 2016
NO. WAKTU ACARA JOB DESCRIPTION KETERANGAN
1. 05.00-06.00 Persiapan alat + briefing Sie perkap: mengkoordinasi teman2 menata meja Sie perkap : mas nury, ardhilla
kursi, sound, laptop, LCD + proyektor, tensi + Sie penyuluhan : aulia, mbak dini
stetoskop Sie konsumsi : eka
Sie penyuluhan: menyiapkan form absensi tensi, Sie pubdekdok : fauzan (ikut jalan sehat)
doorprize, PPT penyuluhan. Sie jalan sehat : andin, shofa, opi, winno
Sie konsumsi : menyiapkan snack
Sie pubdekdok : mengecek kamera dan
kelengkapan
Sie jalan sehat : pengecekan rute jalan sehat,
2. 06.30-07.30 Tensi gratis Sie tensi : menensi, mencatat di form absensi tensi, Sie tensi : fadhila, , mbak dini, vonny, karom,
mencatat tensi di absensi ajeng.
MC : membawa acara menunggu jalan sehat dan Mc : mas Tj, mas naim
mengarahkan warga mengikuti sie jalan sehat. Sie jalan sehat : andin, shofa,opi
Pengarah warga : sie jalan sehat Sie acara : karom, ajeng
Sie perkap : mengecek perkap penyuluhan dan Sie humas : mas nury (dibantu winno)
menyiapkan pemutaran video Sie pubdekdok : fauzan
Sie acara : mengatur waktu dan membantu
mengarahkan ke tempat tensi Semua sie yang tugasnya sudah selesai,
Sie humas : menemani petinggi2 RW dan dosen diharapkan ikut jalan sehat.
yang datang
Sie pubdekdok : menangkap semua moment
3. 07.45-08.45 Jalan sehat Beberapa sie tensi standby sie acara standby ditempat (merangkap sie
Sie konsumsi : standby meja konsumsi di tensi)
menjelang akhir jalan sehat. Warga dibagikan sie konsumsi : eka standby ditempat
kupon doorprize.
4. 08.45-08.55 Persiapan penyuluhan Sie penyuluhan Sie penyuluhan : aulia, mbak dini
dan pretest Sie lain yang tugasnya sudah selesai membantu
membagikan pretest ke warga dan
mengumpulkan pretest yang sudah di isi.

5. 08.55-10.00 Penyuluhan dan tanya Sie penyuluhan + MC Sie penyuluhan : aulia, mbak dini
Jawab (hipertensi dan MC : mas Tj, mas naim
DM) Sie lain yang tugasnya sudah selesai membantu
Dan Post test membagikan post test ke warga dan
mengumpulkan posttest yang sudah di isi.

6. 10.00-10.30 Pembagian doorprize MC MC : pemimpin jalannya proses berjalannya


Sie penyuluhan doorprize
Sie doorprize Sie doorprize (shofa): menyiapkan doorprize
Sie doorprize dibantu sie lain yang sudah selesai
tugasnya, mengambil undian kupon doorprize.

7. 10.30 Penutupan MC MC : mas tj , mas naim


Lampiran 5 Notulensi MMK

Hari & tanggal : Jumat, 25 November 2016


Waktu : Pukul 19.30 - 21.00
Tempat : Musholla RT 7 Kel. Penggaron Lor
Materi rapat : Musywarah Masyarakat Kelurahan

Susunan acara : 1. Pembukaan


2. Pembahasan
3. Penutup

Pokok bahasan : 1. Penjelasan kepada warga tentang penggunaan Han Lon dalam
memprioritaskan masalah kesehatan yang ada di lingkungan kelurahan
Penggaron Lor
2. Responden pada survey ke I dan II
3. Masukan terhadap pelaksanaan kegiatan dan hasil survey
4. Pelaksanaan kegiatan intervensi

Hasil pembahasan :

1) Agar pembuat keputusan dapat mengidentifikasi faktor-faktor penyebab untuk dapat


dipertimbangkan dalam menetapkan prioritas

2) Harapan : hasil survey kedua kepada responden bisa menyelesaikan masalahnya baik
dari lingkungan maupun perilaku

3) - Sebaiknya dijelaskan mengenai penyakit yang menular maupun tidak menular


- Angka kesakitan sebaiknya dipaparkan mulai tahun 2000
- Pendataan kurang pas karena tingkat pendidikan yang lulusan SD tidak melihat
usianya, sehingga tidak bisa membedakan apakah orang tersebut hanya tamat SD
atau dia adalah anak Sekolah Dasar
- Sebaiknya distribusi responden dipaparkan
- Dalam menganalisis masalah sebaiknya dilihat bentuk pertanyaannya, sebagai
contoh masalah konsumsi garam/ tidak, karena hal tersebut bersifat relatif dan
tergantung dari selera masing-masing orang
- Sebaiknya dijelaskan faktor genetik dari analisis L Green, apakah hipertensi
memiliki kemungkinan besar untuk diturunkan
- Sebaiknya kriteria inklusinya adalah orang dengan BMI ideal agar intervensi
dapat sesuai.
4) Kegiatan dilaksanakan pada hari Minggu , 27 November 2016 pukul 06.30
Program : - Pemeriksaan Tekanan Darah
- Jalan Sehat
- Memberikan edukasi mengenai Hipertensi kepada warga RW 1 dan upaya
dini dari gejala --> Penyuluhan ; dan demonstrasi cara pengolahan herbal untuk
menurunkan tekanan darah
- Edukasi mengenai penyakit gula (DM)
- Doorprise
Lampiran 6 Plan Of Action
Lampiran 7 Absensi Peserta MMK

Lampiran 8 Absensi Peserta Intervensi


Lampiran 9 Leaflet

HIPERTENS KLASIFIKASI
TEKANAN DARAH

I FK UNISSULA
ILMU KESEHATAN
NORMAL
< 120/80
PRE-HIPERTENSI
KONSUMSI
GARAM
MASYARAKAT >120/80 139/89 BERLEBIHAN
APA ITU HIPERTENSI
2016 ???? HIPERTENSI DERAJAT I
140/90 159/99
HIPERTENSI DERAJAT II
>160/100 KONSUMSI
ALKOHOL
HIPERTENSI yaitu peningkatan
tekanan darah sistolik > 140 mmHg APA SIH FAKTOR RESIKO
dan atau diastolik > 90 mmHg.
HIPERTENSI ???
Klasifikasi Hipertensi BAGAIMANA TANDA DAN
GEJALA HIPERTENSI ???
Hipertensi primer : dipengaruhi umur, KEGEMUKAN /
jenis kelamin, ras, genetik. OBESITAS

Hipertensi sekunder : disebabkan SAKIT KEPALA


penyakit lain seperti penyakit ginjal, GELISAH
kehamilan, pemakaian obat-obatan. STRESS
JANTUNG BERDEBAR-DEBAR
LEHER KAKU
Bagaimana klasifikasi MEROKOK
Tekanan Darah??? PENGLIHATAN KABUR
KURANG Diet Rendah
SAKIT DI DADA Garam
AKTITIFITA
S
Diet Rendah Lemak APABILA SUDAH
TERLANJUR
Konsultasi Dokter

KOMPLIKASI
Kontrol Berat Badan Dan Gangguan Penglihatan Sampai
Meningkatkan Aktifitas Kebutaan
Gangguan Jantung

Cek Tekanan Darah


Berkala

Mengurangi Konsumsi
Alkohol
Berhenti Merokok

Gangguan Ginjal
Stroke
Minum Obat Secara
Teratur
Lampiran 10 Laporan Keuangan

Lampiran 11 Dokumentasi

DOKUMENTASI MUSYAWARA MUFAKAT KELURAHAN


JUMAT 25 NOVEMBER 2016
Pemaparan kegiatan Intervensi

Tanya jawab dengan kader dan ketua RT


Dokumentasi acara Intervensi
Minggu, 27 November 2016

Anda mungkin juga menyukai