Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN AKHIR CCSA KOMUNITAS

Lokasi: Gumuruh RT 5 RW 7

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Community Nursing Program IV

Dosen Pembimbing : Sheizi Prista Sari S.Kep., Ners., M.Kep

Disusun Oleh :

Kelompok Tutorial 5
Megalita Stevani (220110130007)
Nida Amalia (220110130009)
Trisvina Martias (220110130013)
Anggoro Susan A (220110130021)
Intan Madulara (220110130041)
Ihsan Kurnia (220110130042)
Eka Putri P (220110130056)
Puji Rahayu (220110130080)
Ria Nuriana R (220110130102)
Adilla Shabarina (220110130124)
Asih Siti S (220110130133)
Dessy Permatasari (220110130139)

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses menua merupakan proses yang terjadi secara alami, dimulai sejak akhir usia 20
tahun dan umumnya dialami pada semua makluk hidup (Darmojo & Martono, 2004).
Sedangkan menurut Stanley (2006), menua merupakan proses penurunan fungsi struktural
tubuh yang diikuti penurunan daya tahan tubuh. Tahap dewasa merupakan tahap tubuh
mencapai titik perkembangan yang maksimal. Selanjutnya, tubuh akan mengalami penurunan
fungsi secara perlahan-lahan dan inilah yang disebut sebagai proses penuaan
(Maryam,2008).

Menurut pasal 1 ayat 2, 3, dan 4 Undang-undang nomor 13 tahun 1998 tentang


kesehatan dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih 60
tahun. Hal ini sejalan dengan pernyataan WHO mengenai lansia, yaitu pria atau wanita yang
telah mencapai umur 60-74 tahun. Di Indonesia, diperkirakan persentase penduduk lansia (60
tahun ke atas) pada tahun 2050 akan terjadi peningkatan bila dibandingkan dengan kelompok
usia lainnya. PBB dalam dokumennya World Population Prospect tahun 2012 menyebutkan
bahwa pada tahun 2013 pertumbuhan lansia di Indonesia sebesar 8,9 % dan diperkirakan
akan meningkat pada tahun 2050 menjadi 21,4%. Artinya, pada tahun-tahun berikutnya,
Indonesia akan memiliki lebih banyak populasi lansia. Lansia sering sekali mengalami
masalah kesehatan, ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan
terhadap kondisi stres fisiologis (Efendi, 2009). Hal ini tentu saja harus menjadi perhatian
kita, tentang bagaimana menjaga lansia untuk tetap sehat di usia tua.

Seperti yang telah disampaikan di atas, proses penuaan dapat terjadi di semua
makhluk hidup, terutama pada manusia. Setiap orang akan mengalami masa tua, akan tetapi
penuaan pada tiap orang akan berbeda-beda tergantung pada berbagai faktor yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut dapat berupa faktor herediter, nutrisi, stress, status
kesehatan dan lain-lain. Kondisi lanjut usia akan mengalami perubahan-perubahan yang
menuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus-menerus. Apabila proses penyesuaian
diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbulah berbagai masalah. Meskipun
secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ, tetapi tidak seharusnya penurunan
fungsi organ menimbulkan penyakit oleh karena itu kondisi lanjut usia haruslah tetap sehat.

2
Masalah yang di hadapi pada lansia berkaitan dengan proses penuaan bermacam-
macam, mulai dari aspek ekonomi, sosial, bahkan kesehatan. Yang paling sering menjadi
keluhan para lansia adalah masalah di bidang kesehatan. Berdasarkan laporan rumah sakit
melalui Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2010, 10 peringkat terbesar penyakit
penyebab rawat jalan dari seluruh penyakit rawat jalan pada kelompok usia 45-64 tahun dan
65 tahun ke atas yang paling tinggi adalah hipertensi esensial (primer).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab kematian dan kesakitan
yang paling sering menimpa lansia. Darah tingggi sering disebut sebagai silent killer
dikarenakan penyebab awalnya tidak diketahui atau tanpa gejala sama sekali namun dapat
mematikan bila tidak terdeteksi. Hipertensi adalah keadaan ketika seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal (di atas 140 mmHg) yang mengakibatkan
peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) (Kushariyadi,
2010).

Sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdeteksi dan tidak diketahui
penyebabnya. Keadaan ini tentu sangat berbahaya jika dibiarkan karena akan semakin
meningkatkan angka kematian dan berbagai komplikasi, salah satunya yaitu stroke.
Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan TBC. Prevalensi
hipertensi di Indonesia pada tahun 2013 mencapai 25,8% atau sekitar 65 juta jiwa. Dimana
terdapat 13 dari 34 provinsi yang persentasenya melebihi angka nasional. Provinsi dengan
persentase hipertensi tertinggi adalah Provinsi Bangka Belitung yaitu 30,9% dan yang
terendah adalah Provinsi Papua Barat 20,1%. Jawa Barat menduduki posisi keempat tertinggi
di Indonesia dengan persentase mencapai 29,4%. Dalam perbandingan kota di Indonesia,
angka hipertensi yang tinggi ada di daerah urban, seperti Jabodetabek, Medan, Bandung,
Surabaya, dan Makassar. Kecenderungan peningkatan prevalensi hipertensi terjadi pada
kelompok usia lanjut (Riskesdas, 2013).

Di zaman modern ini, meningkatnya arus globalisasi di segala bidang dengan


perkembangan teknologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku juga
pola hidup di masyarakat. Perubahan gaya hidup merupakan salah satu faktor yang dapat
memicu meningkatnya angka kejadian hipertensi. Hipertensi bisa menyebabkan berbagai
komplikasi jika tidak dikontrol secara berkala seperti stroke, infark miokard, gagal ginjal,
ensefalopati, dan jantung koroner (Aspiani, 2014). Di Indonesia prevalensi penderita

3
hipertensi yang terkena stroke mencapai 12,1%, gagal ginjal mencapai 0,2%, dan jantung
koroner mencapai 1,5% (Riskesdas, 2013).

Menurut Dr. Tjandra Yoga, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
(Balitbangles) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2009, Indonesia telah
melakukan berbagai upaya untuk menyadarkan masyarakat mengenai bahaya hipertensi,
komplikasi dan cara pencegahannya. Diharapkan dengan adanya penyuluhan-penyuluhan
kesehatan kepada masyarakat dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dan kemandirian
masyarakat dalam pencegahan dan penanganan hipertensi, sehingga sekaligus dapat
menurunkan faktor resiko terjadinya komplikasi seperti stroke dan penyakit jantung koroner.
Upaya pengendalian hipertensi ini dapat dilakukan penderita dengan memonitoring tekanan
darah secara teratur, berhenti merokok, meningkatkan aktivits fisik, mengkonsumsi makanan
tinggi serat dan rendah garam. Pembentukan Direktoral Pengendalian Penyakit Tidak
Menular berdasarkan Permenkes nomor 435 tahun 2009 dalam melaksanakan pencegahan
dan penanggulangan penyakit jantung dan hipertensi merupakan salah satu bentuk upaya dari
pemerintah untuk menurunkan angka kejadian hipertensi dan komplikasinya.

Seperti yang telah disampaikan di atas bahwa Jawa Barat menempati posisi keempat
angka persentase hipertensi tertinggi, dan kota Bandung merupakan salah satu kota
berpenduduk hipertensi terbanyak di Jawa Barat. Tentu penderita hipertensi atau penduduk
yang beresiko terkena hipertensi seperti lansia akan tersebar di seluruh penjuru kota
Bandung. Pada kali ini, tim penulis melakukan praktik di salah satu wilayah padat penduduk
di kota Bandung, yaitu Kelurahan Gumuruh. Kelurahan Gumuruh adalah salah satu kelurahan
di Kecamatan Batununggal dengan luas wilayah kurang lebih 95 hektar dan terdiri dari 12
Rukun Warga dan 88 Rukun Tetangga dengan jumlah penduduk berkisar 16.235 jiwa. Dari
sekian banyak RW yang ada di Keluarahan Gumuruh, tim penulis melakukan praktik di RW
7 yang terdiri dari dari 11 RT. Tim penulis melakukan praktik di RT 5 yang merupakan RT
dengan penduduk terbanyak yaitu 130 kepala keluarga. RT 5 juga merupakan RT dengan
jumlah lansia yang mengalami hipertensi terbanyak di RW 7 Kelurahan Gumuruh.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, RT 5 merupakan RT yang memiliki jumlah


lansia paling banyak. Dari data kader pun disebutkan bahwa kejadian hipertensi di RT 5
cukup tinggi. Melihat fakta tersebut, tim penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
Bagaimana asuhan keperawatan komunitas yang harus disusun dan dilakukan di masyarakat

4
RT 5 untuk menurunkan angka kejadian dan kesakita hipertensi serta menurunkan resiko
komplikasi.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum

Menyusun asuhan keperawatan komunitas yang harus disusun dan dilakukan di


masyarakat RT 5 untuk menurunkan angka kejadian dan kesakita hipertensi serta
menurunkan resiko komplikasi.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengidentifikasi jumlah lansia di RT 05 RW 07 Gumuruh.
2. Mengidentifikasi masalah kesehatan mayoritas lansia di RT 05 RW 07
Gumuruh.
3. Mengidentifikasi potensi yang dimiliki lansia untuk menyelesaikan masalah
kesehatan utama di RT 05 RW 07 Gumuruh.
4. Mengidentifikasi intervensi yang akan diberikan kepada lansia di RT 05 RW
07 Gumuruh.
5. Mengidentifikasi implementasi yang akan diberikan kepada lansia di RT 05
RW 07 Gumuruh.
6. Mengidentifikasi pengetahuan lansia mengenai hipertensi setelah dilakukan
pendidikan kesehatan.
7. Mengidentifikasi self management lansia dengan hipertensi atau lansia dengan
resiko hipertensi.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lansia

Berdasarkan pengertian lanjut usia secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia
(lansia) apabila usianya 60 tahun keatas (Effendi, 2009). Menurut organisasi kesehatan dunia,
WHO seseorang disebut lanjut usia (elderly) jika berumur 60-74 tahun. Menurut Prof. Dr.
Ny. Sumiati Ahmad Mohammad, Guru Besar Universitas Gajah Mada Fakultas Kedokteran
usia 65 tahun keatas disebut masa lanjut usia atau senium. Dari berbagai pengertian di atas,
dapat disimpulkan bahwa lanjut usia berada pada kisaran umur 60 tahun ke atas.

Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Budi,
1999). Menurut WHO, lansia menurut umurnya terbagi menjadi 4 kelompok, yaitu kelompok
usia pertengahan (45-59 tahun), kelompok lanjut usia (60-74 tahun), kelompok lanjut usia tua
(75-90 tahun) dan kelompok usia sangat tua (di atas 90 tahun). Menurut Depkes RI (2006),
lansia dikelompokkan menjadi 3, yaitu virilitas atau prasenium yang terdiri dari orang berusi
55-59 tahun, kelompok usia lanjut dini yang terdiri dari orang berusia 60-64 tahun, dan
kelompok lansia yang beresiko tinggi terkena penyakit degeneratif yaitu orang yang telah
berusia di atas 65 tahun. Melihat beberapa penggolongan di atas, dapat diambil kesimpulan
bahwa lansia memiliki tingkatan umur yang terdiri dari masa pra lansia (di bawah 60 tahun),
masa lansia (60-75 tahun), dan masa lansia tua (di atas 75 tahun).

Pada usia lanjut umumnya terjadi penurunan kemampuan akal dan fisik, yang di mulai
dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana diketahui, ketika manusia
mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan melahirkan anak. Ketika
kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki
selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang normal, tentu telah siap
menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan
kondisi lingkunganya (Darmojo, 2004).

1. Kesehatan Lansia
Pada umumnya usia tua penuh dengan berbagai gangguan kesehatan. Hal itu
terjadi bukan hanya karena keteledoran orang untuk menjaga kesehatan sejak masa
muda tetapi masa tua memang ditandai dengan berbagai kemunduran fungsi tubuh.

6
Kemunduran itu bersifat fisiologis dan berjalan secara alamiah. Hingga saat ini
belum ada obat atau cara pencegahan penurunan fisiologis pada lansia. Tapi tetap
saja mungkin untuk sehat pada lansia. Hal-hal yang bisa dilakukan dan harus
senantiasa dilakukan untuk tetap sehat pada lansia adalah menjaga kesehatan
dengan baik, mengonsumsi makanan yang bergizi, berolahraga teratur sesuai usia,
menjauhkan pikiran dari pengaruh lingkungan yang negatif, dan secara periodik
berkonsultasi pada dokter minimal 3 bulan sekali. Hal ini terangkum dalam gaya
hidup CERDIK lansia menurut Depkes RI. Gaya hidup CERDIK sendiri memiliki
singkatan Cek kesehatan secara rutin, Enyahkan asap rokok, Rutin berolahraga,
Diet seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stres.

2. Posyandu Lansia
Posyandu adalah salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Posyandu direncanakan dan
dikembangkan oleh kader bersama Kepala Desa dan Lembaga Ketahanan
Masyarakat Desa (LKMD). Kader adalah anggota masyarakat yang dipilih dari dan
oleh masyarakat setempat yang disetujui oleh LKMD dengan syarat mau dan
mampu bekerja secara sukarela, dapat membaca dan menulis huruf latin, dan
mempunyai cukup waktu untuk bekerja bagi masyarakat.
Posyandu lansia adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan
terhadap lansia di tingkat desa/kelurahan di masing-masing wilayah kerja
puskesmas. Keterpaduan dalam posyandu lansia berupa keterpaduan pada
pelayanan yang dilatarbelakangi oleh kriteria lansia yang memiliki berbagai
macam penyakit. Dasar pembentukan posyandu adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat terutama lansia.
Adapun tujuan umum posyandu lansia adalah untuk meningkatkan derajat
kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk mencapai masa tua yang bahagia dan
berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Untuk memberikan
pelayanan kesehatan yang prima terhadap lansia, mekanisme pelaksanaan kegiatan
yang sebaiknya digunakan adalah sistem 5 tahapan (5 meja) sebagai berikut :

7
1) Tahap pertama: pendaftaran anggota posyandu lansia sebelum pelaksanaan
pelayanan.
2) Tahap kedua: pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan lansia serta
penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.
3) Tahap ketiga: pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan, dan
pemeriksaan status mental.
4) Tahap keempat: pemeriksaan air seni dan kadar darah (laboratorium
sederhana).
5) Tahap kelima: pemberian penyuluhan dan konseling.

2.2 Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik
140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg atau lebih. (Barbara Hearrison
1997). Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi
sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer. Namun ada
beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi antara lain genetik (respon nerologi
terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport Na), obesitas (terkait dengan level insulin
yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah meningkat), stress lingkungan, hilangnya
elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua serta pelabaran pembuluh darah.
Secara garis besar, hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Berdasarkan etiologinya
a. Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi
seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik,
systemrennin angiotensin, efek dari ekskresi Na, obesitas, merokok dan
stress.
b. Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vakuler renal.
Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil, gangguan endokrin, dan lain-lain.
2. Berdasarkan tekanan darah

8
Hipertensi memang merupakan sillent killer atau pembunuh diam-diam yang kadang
tidak terdeteksi, namun hipertensi memiliki tanda dan gejala yang dapat dikenali. Peninggian
tekanan darah kadang – kadang merupakan satu-satunya gejala (Mansjoer, 2001). Hipertensi
tidak memberikan gejala khas, baru setelah beberapa tahun ada kalanya pasien merasakan
nyeri kepala pagi hari sebelum bangun tidur, nyeri ini biasanya hilang setelah bangun (Tan
dan Raharja, 2001). Gejala lain yang menyertai hipertensi adalah iritable atau cepat marah,
telinga berdenging, sukar tidur, sesak nafas, tengkuk terasa berat seperti sedang ditekuk,
mudah lelah, sakit kepala, dan mata berkunang-kunang. Gejala lain yang disebabkan oleh
komplikasi hipertensi seperti : gangguan penglihatan, gangguan neurologi, gagal jantung dan
gangguan fungsi ginjal tidak jarang dijumpai. Timbulnya gejala tersebut merupakan pertanda
bahwa tekanan darah perlu segera diturunkan (Susalit et al, 2001:453-472).
Hipertensi yang tidak terdeteksi tentu saja akan membahayakan penderitanya. Hal ini
disebabkan karena hipertensi merupakan awal dari segala komplikasi kardiovaskular yang
terjadi pada tubuh manusia. Adapun beberapa komplikasi hipertensi adalah:

9
1. Stroke
Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh
darah otak (stroke). Stroke sendiri merupakan kematian jaringan otak yang terjadi
karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak.Biasanya kasus ini terjadi
secara mendadak dan menyebabkan kerusakan otak dalam beberapa menit
(complete stroke).
2. Gagal jantung
Tekanan darah yang terlalu tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih berat
untuk memompa darah dan menyebabkan pembesaran otot jantung kiri sehingga
jantung mengalami gagal fungsi.Pembesaran pada otot jantung kiri disebabkan
kerja keras jantung untuk memompa darah.
3. Gagal ginjal
Tingginya tekanan darah membuat pembuluh darah dalam ginjal tertekan dan
akhirnya menyebabkan pembuluh darah rusak.Akibatnya fungsi ginjal menurun
hingga mengalami gagal ginjal.Ada dua jenis kelainan ginjal akibat hipertensi,
yaitu nefrosklerosis benigna dan nefrosklerosis maligna.
Nefrosklerosis benigna terjadi pada hipertensi yang sudah berlangsung lama
sehingga terjadi pengendapan pada pembuluh darah akibat proses menua. Hal ini
menyebabkan permeabilitas (kelenturan) dinding pembuluh darah
berkurang.Sementara itu, nefrosklerosis maligna meruapakan kelainan ginjal yang
ditandai dengan naiknya tekanan diastole diatas 130 mmHg yang terganggunya
fungsi ginjal.
4. Kerusakan pada mata
Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebakan kerusakan pembuluh
darah dan saraf pada mata dan bisa berlajut pada kebutaan.

Melihat dari dampak hipertensi yang telah disampaikan di atas, akan sangat berbahaya
jika hipertensi tidak diketahui sejak dini. Maka dari itu terdapat penatalaksanaan hipertensi
yang terdiri dari pencegahan dan penanganan. Pencegahan diperuntukan untuk individu
beresiko atau orang lain yang belum terkena hipertensi. Salah satu caranya adalah dengan
gaya hidup sehat, contohnya adalah berolahraga dan diet lemak dan garam. Penanganan
diperuntukkan untuk individu yang telah terkena hipertensi, bertujuan untuk tidak menambah
parah hipertensi. Penatalaksanaan terdiri dari 2 bagian, yaitu secara non-farmakologi (tanpa
obat) dan dengan obat.

10
Inti penatalaksanaan hipertensi yang bukan merupakan terapi obat (non-farmakologi)
adalah dengan memodifikasi gaya hidup yang dapat dilakukan dengan cara :
1) Penurunan berat badan (satu-satunya metode pencegahan yang paling efektif;
program harus dibuat perindividu)
2) Olahraga (latihan aerobic teratur untuk mencapai kebugaran fisik sedang)
3) Diet rendah garam (sasaran <6 gr garam perhari); pembatasan asupan natrium;
tingkatkan asupan kalium, kalsium, dan magnesium.
4) Kurangi asupan alcohol (Tidak lebih dari 2 gelas bir, 10 ons anggur, atau 2 ons
whiskey per hari untuk pria; jumlah separuhnya untuk wanita)
5) Berhenti merokok.
6) Ciptakan keadaan rileks melalui relaksasi seperti meditasi, yoga atau hypnosis
yang dapat mengontrol system saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan
darah.

Sedangkan penatalaksanaan hipertensi dengan terapi farmakologis atau obat


menggunakan beberapa obat yang dapat melebarkan pembuluh darah dan menurunkan tahan
perifer. Berikut ini obat-obat yang dianjukan untuk penatalaksanaan hipertensi (Soenarta et
al., 2015):
1. Diuretika, terutama jenis Thiazide (Thiaz) atau Aldosteron Antagonist
2. Beta Blocker (BB)
3. Calcium Chanel Blocker atau Calcium antagonist (CCB)
4. Angiotensin Converting Enzym Inhibitor (ACEI)
5. Angiotensin II Receptor Blocker atau Areceptor antagonist/blocker (ARB)

Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap, dan target
tekanan darah tercapai secara progresif dalam beberapa minggu. Dianjurkan untuk
menggunakan obat antihipertensi dengan masa kerja panjang atau yang memberikan efikasi
24 jam dengan pemberian sekali sehari. Pilihan apakah memulai terapi dengan satu jenis obat
antihipertensi atau dengan kombinasi tergantung pada tekanan darah awal dan ada tidaknya
komplikasi. Jika terapi dimulai dengan satu jenis obat dan dalam dosis rendah, dan kemudian
tekanan darah belum mencapai target, maka langkah selanjutnya adalah meningkatkan dosis
obat tersebut, atau berpindah ke antihipertensif lain dengan dosis rendah. Efek samping
umumnya bisa dihindari dengan menggunakan dosis rendah, baik tunggal maupun kombinasi.
Sebagian besar pasien memerlukan kombinasi obat antihipertensi untuk mencapai target

11
tekanan darah, tetapi terapi kombinasi dapat meningkatkan biaya pengobatan dan
menurunkan kepatuhan pasien karena jumlah obat yang harus diminum bertambah
(Yogiantoro, 2006).

2.3 Hipertensi pada Lansia


Proses penuaan pada individu akan menyebabkan penurunan fungsi fisiologis tubuh
dan semakin rentan terkena penyakit terutama penyakit kardiovaskuler seperti hipertensi.
Hipertensi memiliki gejala yang asimptomatis dan bersifat kronis. Sebagian besar individu
akan terkena hipertensi selama masa hidupnya dan dapat menjadi masalah utama penyebab
mortalitas pada lansia. Prevalensi hipertensi pada wanita dan pria berbeda tergantung
kelompok umurnya dan pada lansia berkulit hitam lebih rentan terkena hipertensi
dibandingkan lansia berkulit putih. Penatalaksanaan hipertensi pada lansia berkulit hitam dan
lansia dengan gender wanita pada umumnya sama, namun perlu diberikan perhatian lebih
karena masing-masing kelompok memliki karakteristik yang khas dalam kerentanan terkena
hipertensi dan risiko penyakit lainnya.
Terdapat perbedaan pada kelompok lansia yang terkena hipertensi memiliki regulasi
tekanan darah, patofisiologi, dan penatalaksanaan yang sama. Secara fisiologi tekanan darah
diregulasi melalui mekanisme sistem saraf otonom, perpindahan cairan kapiler, sistem
hormon dan proses regulasi oleh ginjal sehingga seluruh jaringan dalam tubuh mendapatkan
suplai darah yang mencukupi untuk menjalankan fungsinya masing-masing (Lionakis et al,
2012).
Patofisiologi hipertensi pada lansia dikelompokan menjadi tiga berdasarkan
penyebabnya, yaitu :
1. Kekakuan Arteri
Penuaan akan menyebabkan perubahan pada arteri dalam tubuh menjadi lebih
lebar dan kaku yang mengakibatkan kapasitas dan rekoil darah yang
diakomodasikan melalui pembuluh darah menjadi berkurang. Pengurangan ini
menyebabkan tekanan sistol menjadi bertambah dan tekanan diastol menurun.
Kekakuan arteri juga dapat disebabkan oleh adanya mediator vasoaktif yang
bekerja di pembuluh darah (Lionakis et al, 2012).
2. Neurohormonal dan disregulasi otonom

12
Penuaan akan menyebabkan terganggunya mekanisme neurohormonal seperti
sistem renin-angiotensin-aldosteron dan juga menyebabkan meningkatnya
konsentrasi plasma perifer norepinefrin hingga dua kali lipat yang diduga sebagai
mekanisme kompensasi dari menurunnya β-adrenergik. Selain itu menurunnya
fungsi sensitivitas barorefleks akibat penuaan menyebabkan hipotensi ortostatik
pada lansia. Sedangkan hipertensi ortostastik disebabkan adanya perubahan postur
tubuh pada lansia (Lionakis et al, 2012).
3. Penuaan Ginjal
Glomerulosklerosis dan intestinal fibrosis merupakan tanda-tanda penuaan
pada ginjal. Hal ini mengakibatkan Glomerular Filtration Rate (GFR) menurun,
penurunan homeostatis tubuh, serta peningkatan vasokonstriksi dan ketahanan
vaskuler (Lionakis et al, 2012).

13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

3.1 Pengkajian
3.1.1 Data Observasi
Pada tanggal 6 Desember 2016, tim penulis melakukan observasi di RT 05 RW 07.
Berikut ini hasil observasi yang dilakukan:

No Poin-poin observasi Jawaban (disertai penjelasan)


1. Apakah ada pelayanan kesehatan? Ya, pelayanan kesehatan berupa Puskesmas
Jika iya, sebutkan: Gumuruh dan Klinik Rumah Zakat. Rumah Sakit
terdekat untuk melakukan rujukan adalah RS
Pindad.

2. Jarak pemukiman RT...... menuju Puskesmas berada di RT 11. Jarak cukup jauh,
puskesmas dan waktu tempuh lebih dari 1 km dan untuk menempuhnya
(patokan dari rumah ketua RT) membutuhkan kendaraan. Waktu tempuh dengan
berjalan kaki lebih dari 15 menit. Jika
menggunakan kendaraan bermotor sekitar 5-10
menit.
RT juga memiliki posbindu dan posyandu yang
dilaksanakan setiap minggu kedua setiap bulan di
SDN 7 dan 9 Gumuruh.
3. Akses/jalan menuju puskesmas Tidak mudah, karena tidak ada kendaraan umum.
Masyarakat harus memiliki kendaraan pribadi atau
naik ojek. Namun, tidak ada pangkalan ojek di
dekat pemukiman warga.
4. Apakah ada praktek dokter atau Tidak
homecare di RT .......?
Sebutkan secara jelas

5. Apa kendaraan yang sering lewat di Motor dan mobil


wilayah (RT ......) tersebut?
6. Apakah ada fasilitas keamanan di Tidak ada. Namun, masyarakat RT 05 rajin
wilayah tersebut? melakukan siskamling.
Jika ada, sebutkan jenisnya
7. Adakah TPA di daerah tersebut? Ada, letaknya sangat dekat dengan RT 05

8. Adakah sarana ekonomi di wilayah Pasar terdekat dari RT 05 adalah Pasar


tersebut? (pasar, warung, bank, ATM) Cibangkong yang letaknya berbeda kelurahan.
Jelaskan Namun, ada warung yang dibuka oleh masyarakat
sendiri di RT 05 menjual makanan kecil, peralatan

14
sekolah, sembako, dan makanan berat. Bank dan
ATM tidak ada di daerah RT 05, letaknya di dekat
RT 11 (dekat puskesmas).
9. Ada rumah ibadah di wilayah tersebut? Ada, masjid di RT 05.
Jelaskan
10. Pola komunikasi dan interaksi di Informasi disampaikan dari mulut ke mulut karena
RT....... letak rumah yang sangat dekat antar warga dan
hubungan sosial yang begitu erat.

11. Kondisi geografis RT RT 05 berada di daerah Kelurahan Gumuruh,


wilayah Bandung Tengah.
Kelurahan Gumuruh di batasi oleh:
- Sebelah Utara (kelurahan Maleer), Jalan
Jenderal Gatot Subroto
- Sebelah Selatan (kecamatan Bandung Kidul),
Jalan Soekarno Hatta
- Sebelah Barat (kecamatan Lengkong), Rel
KA Bandung-Ciwidey
- Sebelah Timur (kelurahan Binong), Kali
Cikapundung Kolot
Tanah yang ada di RT 05 telah diaspal dan
dilakukan paving block untuk keperluan jalan.
Untuk fasilitas air, masyarakat RT banyak yang
mengandalkan fasilitas PDAM.
Di dekat RT 05 ada TPA besar dan TPU.
Rumah RT 05 sangat berdekatan sehingga bisa
dibilang padat. Selain itu, cahaya matahari agak
sulit masuk ke dalam setiap rumah di RT 05.

3.1.2 Data Pengkajian Fokus

Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-laki 21 42.0 42.0 42.0

Perempuan 29 58.0 58.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

15
Data di atas menunjukkan bahwa dari 50 orang lansia yang dikaji, kami mengkaji wanita
lansia lebih banyak yaitu 29 orang, sdangkan sisanya 21 orang adalah pria lansia.

Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid < atau = SD/SR 40 80.0 80.0 80.0

SMP 6 12.0 12.0 92.0

SMA ke atas 4 8.0 8.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Data di atas menunjukkan bahwa dari 50 orang lansia yang dikaji, mayoritas lansia
berpendidikan SD atau SR dan bahkan ada yang tidak tamat SD (40 orang), lainnya adalah tamat
SMP sebanyak 6 orang dan dan SMA sebanyak 4 orang.

16
Tipe Keluarga

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Lansia tinggal dengan


9 18.0 18.0 18.0
pasangan

Lansia tinggal dengan


30 60.0 60.0 78.0
keluarga inti

Lansia tinggal dengan


11 22.0 22.0 100.0
keluarga besar

Total 50 100.0 100.0

Data di atas menunjukkan bahwa dari 50 orang lansia yang dikaji, mayoritas lansia tinggal
bersama dengan anak-anaknya (lansia tinggal dengan keluarga inti) yaitu sebanyak 30 orang. Sisanya
lansia tinggal bersama pasangan (sebanyak 9 orang) dan lansia tinggal bersama dengan keluarga
(sebanyak 11 orang).

Riwayat Kesehatan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Ada 14 28.0 28.0 28.0

Hipertensi 19 38.0 38.0 66.0

Asam urat 6 12.0 12.0 78.0

Rematik 3 6.0 6.0 84.0

Lain-lain 8 16.0 16.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

17
Data di atas menunjukkan bahwa dari 50 orang lansia yang dikaji, mayoritas memiliki
riwayat penyakit, yaitu hipertensi (19 orang), asam urat (6 orang), rematik (3 orang), dan lain-lain
(TB paru, bronkitis, sinusitis, dan diabetes sebanyak 8 orang). 14 orang lansia menyatakan tidak
memiliki riwayat penyakit.

Penghasilan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid < UMR 40 80.0 80.0 80.0

= atau > UMR 10 20.0 20.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Data di atas menunjukkan bahwa dari 50 orang lansia yang dikaji, mayoritas lansia
berpenghasilan di bawah UMR (Upah Minimum Regional) kota Bandung. Besar UMR kota
Bandung sekitar Rp 2,6 juta. 40 orang lansia menyebutkan bahwa upah rata-rata perbulan keluarga

18
di bawah UMR. Hanya 10 orang lansia yang memiliki upah rata-rata perbulan keluarga sama dengan
atau lebih dari UMR. Untuk sumber mata pencaharian dari lansia bermacam-macam. Ada yang
menjadi pedagang makanan, tukang ojek, jasa foto keliling, buruh, dan serabutan.

Pelayanan kesehatan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak ke pelayanan


6 12.0 12.0 12.0
kesehatan

Puskesmas 27 54.0 54.0 66.0

Rumah Sakit 9 18.0 18.0 84.0

Praktek dokter 6 12.0 12.0 96.0

Lain-lain 2 4.0 4.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Data di atas menunjukkan bahwa dari 50 orang lansia yang dikaji, fasilitas pelayanan
kesehatan yang sering dikunjungi lansia bermacam-macam. 6 orang lansia menyebutkan tidak
melakukan kunjungan ke pelayanan kesehatan jika terjadi keluhan. 27 orang lansia menyebutkan
mendatangi puskesmas jika terjadi keluhan. Puskesmas yang dikunjungi pun bermacam-macam. 9
orang lansia menyebutkan pergi ke rumah sakit jika terjadi keluhan. Rumah sakit yang dimaksud
adalah Rumah sakit Sartika Asih, PINDAD, dan RSHS. 6 orang lansia menyebutkan mendatangi
praktek dokter. 2 orang sisanya mendatangi pelayanan kesehatan alternatif.

Frekuensi kunjungan ke puskesmas

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

19
Valid Tidak pernah 17 34.0 34.0 34.0

Jarang 20 40.0 40.0 74.0

Sering 13 26.0 26.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Data di atas menunjukkan frekuensi kunjungan puskesmas yang dilakukan oleh lansia. Dari
50 orang lansia yang dikaji, 17 lansia menyebutkan hampir tidak pernah mengunjungi puskesmas
(frekuensi kunjungan kurang dari 1x per bulan). 20 orang lansia menyebutkan jarang mengunjungi
puskesmas (frekuensi kunjungan 1-4x perbulan). 13 orang lansia menyebutkan sering mengunjungi
puskesmas (frekuensi kunjungan lebih dari 4x perbulan).

Jarak pelayanan kesehatan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak terjangkau 20 40.0 40.0 40.0

Terjangkau 30 60.0 60.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

20
Data di atas menunjukkan keterjangkauan pelayanan kesehatan, terutama puskesmas. Dari 50
orang lansia yang dikaji, 30 orang lansia menyatakan jika jarak pelayanan kesehatan cukup
terjangkau. 20 orang lansia menyatakan jarak pelayanan kesehatan tidak terjangkau.

Biaya pelayanan kesehatan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak terjangkau 10 20.0 20.0 20.0

Terjangkau 40 80.0 80.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Data di atas menunjukkan keterjangkauan biaya pelayanan kesehatan. Dari 50 orang lansia
yang dikaji, 40 orang lansia menyatakan biaya pelayanan kesehatan terjangkau dan 10 orang lainnya
menyebutkan tidak terjangkau.

21
Jamkesmas

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak ada 21 42.0 42.0 42.0

Ada 29 58.0 58.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Data di atas menunjukkan kepemilikan jaminan kesehatan. Jaminan kesehatan bisa berupa
BPJS, Askes, Askeskin, ataupun KIS (Kartu Indonesia Sehat). Dari 50 orang lansia yang dikaji, 29
orang menyebutkan memiliki jamkesmas dan 21 orang tidak memiliki. Alasan mengapa beberapa
lansia tidak memiliki jamkesmas pun bermacam-macam, mulai dari kesalahan nomor induk keluarga
sehingga tidak bisa dipakai, kesulitan birokrasi pembuatan, dan tidak memiliki dana untuk mengurus
pembuatan jamkesmas.

Keterlibatan dg kegiatan masyarakat

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 0 1 2.0 2.0 2.0

Tidak 19 38.0 38.0 40.0

Ya 30 60.0 60.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

22
Data di atas menunjukkan keterlibatan lansia dengan kegiatan masyarakat. Lansia di RT 5
RW 7 Gumuruh memiliki kedekatan yang tinggi antar warganya sehingga 30 orang lansia
menyatakan masih terlibat dengan kegiatan masyarakat, seperti siskamling, pengajian, dan kerja
bakti. Sedangkan sisanya 19 orang tidak terlibat. Ada 2 alasan tidak terlibat, yaitu karena bekerja dan
kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan. 1 orang lansia tidak terkaji.

Olahraga

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 0 1 2.0 2.0 2.0

Tidak 25 50.0 50.0 52.0

Ya 24 48.0 48.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

23
Data di atas menunjukkan kebiasaan olahraga pada lansia. Dari 50 orang lansia yang dikaji,
25 orang lansia menyatakan tidak berolahraga, sedangkan 24 orang lansia sisanya menyatakan
berolahraga rutin minimal 1 minggu sekali. 1 orang lansia tidak terkaji.

Prolanis

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak 48 96.0 96.0 96.0

Ya 2 4.0 4.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Data di atas menunjukkan pengetahuan lansia akan program pemerintah yaitu PROLANIS.
Dari 50 orang lansia, mayoritas lansia tidak mengetahui dan mengikuti program PROLANIS. Hanya 2
orang lansia yang mengetahui dan mengikuti program PROLANIS.

Kategori Self management HT

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak ada riwayat sehingga


22 44.0 44.0 44.0
tidak terkaji

SM Buruk 15 30.0 30.0 74.0

SM Baik 13 26.0 26.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

24
Data di atas menunjukkan kategori self management hipertensi pada lansia yang memiliki
riwayat hipertensi dan sedang mengalami hipertensi. Dari 50 orang lansia yang dikaji, 22 orang tidak
dapat terkaji karena tidak memiliki riwayat dan sedang tidak mengalami hipertensi. 15 orang yang
memiliki riwayat hipertensi dan sedang mengalami hipertensi memiliki self management yang buruk.
13 orang yang memiliki riwayat hipertensi dan sedang mengalami hipertensi memiliki self
management yang baik.

Kategori Score HT

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Pengetahuan Buruk 11 22.0 22.0 22.0

Pengetahuan Baik 21 42.0 42.0 64.0

Tidak ada riwayat sehingga


18 36.0 36.0 100.0
tidak terkaji

Total 50 100.0 100.0

25
Data di atas menunjukkan pengetahuan hipertensi pada lansia. Pengkajian pengetahuan
dilakukan pada lansia yang memiliki riwayat dan sedang mengalami hipertensi. Dari 50 orang yang
dikaji, 11 orang memiliki pengetahuan yang buruk tentang hipertensi (hanya dapat menjawab 2 atau
kurang dari 2 pertanyaan mengenai hipertensi), 21 orang memiliki pengetahuan yang baik tentang
hipertensi (mampu menjawab 3 atau lebih pertanyaan mengenai hipertensi, dengan jumlah total
pertanyaan sebanyak 6 pertanyaan). Sisanya, tidak dapat terkaji karena tidak memiliki riwayat dan
tidak mengalami hipertensi.

Kategori IMT

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid BB kurang 4 8.0 8.0 8.0

BB normal 18 36.0 36.0 44.0

BB resiko obes/pra obes 7 14.0 14.0 58.0

BB obes 1 13 26.0 26.0 84.0

BB obes 2 8 16.0 16.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Data di atas menunjukkan indeks massa tubuh pada lansia. Lansia mayoritas memiliki indeks
masa tubuh di atas normal. 4 orang lansia memiliki indeks massa tubuh (IMT) kurang. Hal ini terjadi
pada lansia yang memiliki usia 80 tahun ke atas. 18 orang lansia memiliki IMT yang normal. 7 orang
lansia memiliki IMT pra obesitas, 13 orang lansia memiliki IMT obesitas tingkat I, dan 8 sisanya
memiliki IMT obesitas tingkat II.

26
Tingkat kognitif Lansia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kerusakan kognitif ringan 7 14.0 14.0 14.0

Kognitif utuh 43 86.0 86.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Data di atas menunjukkan tingkat kognitif pada lansia. Pengkajian dilakukan dengan
menggunakan Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ) yang biasa digunakan untuk
mengukur fungsi intelektual pada lansia. Dari hasil pengukuran pada 50 orang lansia, 43 orang
lansia berhasil menjawab 10 pertanyaan dengan baik (tingkat kesalahan 0 hingga 2) sehinga
dinyatakan fungsi kognitif utuh. 7 orang lansia sisanya menjawab 10 pertanyaan dengan tingkat
kesalahan 3-4 sehingga dinyatakan kerusakan fungsi kognitif ringan.

Tingkat ketergantungan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ketergantungan 6 12.0 12.0 12.0

Mandiri 44 88.0 88.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

27
Data di atas menunjukkan tingkat ketergantungan pada lansia. Pengkajian dilakukan dengan
menggunakan KATZ Indeks dan Bartle Indeks. Dari hasil pengkajian pada 50 orang, 44 orang lansia
memiliki kemandirian yang baik. 6 orang lansia dinyatakan ketergantungan. Ketergantungan lansia
masuk ke dalam kategori ketergantungan sebagian/parsial karena hanya beberapa fungsi sehari-hari
yang mengalami kesusahan, seperti bepergian, berjalan, mengatur keuangan, dan mengambil
keputusan. Lansia yang memiliki ketergantungan mayoritas adalah lansia dengan usia 80 tahun ke
atas.

Kategori TD

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Normal 22 44.0 44.0 44.0

Hipertensi 28 56.0 56.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

28
Data di atas menunjukkan kategori tekanan darah pada lansia. Pemeriksaan dilakukan pada 50
orang lansia. Setelah dilakukan pemeriksaan, 28 orang lansia mengalami tekanan darah tinggi saat
pemeriksaan dan 22 orang tidak.

Perilaku cek kesehatan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 0 1 2.0 2.0 2.0

Tidak 23 46.0 46.0 48.0

Ya 26 52.0 52.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Data di atas menunjukkan perilaku mengecek kesehatan secara berkala pada lansia. Perilaku
mengecek kesehatan ini masuk ke dalam gaya hidup CERDIK yang harus dimiliki lansia. Perilaku cek
kesehatan yang dikaji minimal melakukan pemeriksaan tekanan darah, berat badan, tinggi badan, dan
atau pemeriksaan gula darah secara berkala. 26 orang pasien lansia menyebutkan secara berkala
melakukan pemeriksaan kesehatan ke puskesmas. 23 orang menyatakan tidak, dan 1 orang tidak
terkaji karena sedang mengalami cidera.

Perilaku merokok 1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 0 1 2.0 2.0 2.0

Tidak 35 70.0 70.0 72.0

Ya 14 28.0 28.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

29
Data di atas menunjukkan perilaku merokok yang dilakukan lansia. Dari 50 orang yang dikaji,
35 orang lansia menyatakan tidak atau sudah berhenti merokok sejak minimal 3 tahun yang lalu.
Sedangkan 14 orang lansia yang lain menyatakan masih aktif merokok. 1 orang lansia tidak terkaji.

3.2 Analisis Data

Data Objektif Penarikan Diagnosa


1. Banyak warga yang memiliki riwayat hipertensi Tingginya angka kejadian penyakit
(sebanyak 19 warga) hipertensi di daerah Gumuruh RT 5
2. Data dari kader menunjukkan bahwa banyak RW 7 berhubungan dengan:
lansia yang mengalami hipertensi 1. Kurangnya pendidikan
3. Ketika dilakukan pengecekan tekanan darah, kesehatan berkaitan dengan
banyak lansia yang sedang hipertensi (28 dari hipertensi (pengertian,
50 orang) penyebab, gejala, pencegahan,
4. Hampir dari setengah populasi lansia dan penanganan)
mengatakan tidak pernah berolahraga (24 dari 2. Kurangnya sosialisasi gaya
50 lansia yang dikaji) hidup sehat untuk lansia (gaya
5. Hampir semua lansia di RT 5 tidak mengetahui hidup CERDIK)
tentang PROLANIS (48 dari 50 orang) 3. Kurangnya sosialisasi program
6. Self management pada lansia yang mengalami PROLANIS
hipertensi atau punya riwayat hipertensi buruk
(15 orang dari 28 orang lansia yang punya
riwayat hipertensi)
7. Pengetahuan lansia tentang hipertensi buruk (11

30
dari 32 orang lansia yang punya riwayat
hipertensi)
8. Banyak lansia yang indeks masa tubuhnya
diatas normal (28 dari 50 lansia)
1. Banyak warga yang memiliki riwayat hipertensi Resiko terjadinya penyakit
(sebanyak 19 warga) kardiovaskular pada lansia di
2. Data dari kader menunjukkan bahwa banyak Gumuruh RT 5 RW 7 berhubungan
lansia yang mengalami hipertensi dengan :
3. Ketika dilakukan pengecekan tekanan darah, 1. Kurangnya pendidikan
banyak lansia yang sedang hipertensi (28 dari kesehatan berkaitan dengan
50 orang) hipertensi (pengertian,
4. Hampir dari setengah populasi lansia penyebab, gejala, pencegahan,
mengatakan tidak pernah berolahraga (24 dari dan penanganan)
50 lansia yang dikaji) 2. Kurangnya sosialisasi gaya
5. Hampir semua lansia di RT 5 tidak mengetahui hidup sehat untuk lansia (gaya
tentang PROLANIS (48 dari 50 orang) hidup CERDIK)
6. Banyak lansia yang indeks masa tubuhnya 3. Kurangnya sosialisasi program
diatas normal (28 dari 50 lansia) PROLANIS
7. Ada 1 kasus stroke di lapangan dan 1 orang
lansia dengan riwayat stroke
8. Ada 2 orang lansia yang memiliki riwayat
penyakit diabetes
1. Hampir dari setengah populasi lansia Resiko terjadinya penyakit
mengatakan tidak pernah berolahraga (24 dari muskuloskeletal (asam urat dan
50 lansia yang dikaji) rematik) pada lansia di Gumuruh RT 5
2. Hampir semua lansia di RT 5 tidak mengetahui RW 7 berhubungan dengan :
tentang PROLANIS (48 dari 50 orang) 1. Kurangnya pendidikan
3. Banyak lansia yang indeks masa tubuhnya kesehatan berkaitan dengan
diatas normal (28 dari 50 lansia) asam urat dan rematik
4. Ada 6 orang lansia yang memiliki riwayat asam (pengertian, penyebab, gejala,
urat dan 3 orang untuk rematik pencegahan, dan penanganan)
2. Kurangnya sosialisasi gaya
hidup sehat untuk lansia (gaya
hidup CERDIK)
3. Kurangnya sosialisasi program
PROLANIS

31
3.3 Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Evaluasi

Jangka Panjang Jangka Pendek Kriteria Sasaran

1 Tingginya angka kejadian Setelah dilakukan Setelah dilakukan 1. Bina hubungan 1. Masyarakat 3. 50% peserta di RT
penyakit hipertensi di daerah tindakan tindakan saling percaya terutama lansia 5 RW 7 mampu
Gumuruh RT 5 RW 7 keperawatan keperawatan selama antara mahasiswa memahami menyebutkan
berhubungan dengan: selama 2 hari 4x30 menit dengan pengertian, pengertian,
1. Kurangnya diharapkan masyarakat masyarakat penyebab, tanda penyebab, tanda
pendidikan kesehatan masyarakat dapat diharapkan : 2. Berikan dan gejala, dan gejala, akibat,
berkaitan dengan terhindar dari 1. Meningkat pendidikan akibat, pencegahan serta
hipertensi hipertensi. pengetahuannya kesehatan tentang pencegahan serta cara perawatannya
(pengertian, mengenai pengertian, cara penyakit hipertensi
penyebab, gejala, pengertian, penyebab, tanda perawatannya 4. Meningkatnya
pencegahan, dan penyebab, tanda dan gejala, penyakit partisipasi
penanganan) dan gejala, akibat, hipertensi. PROLANIS
2. Kurangnya dampak dan pencegahan serta 2. Masyarakat
sosialisasi gaya management cara terutama lansia
hidup sehat untuk hipertensi perawatannya. memahami
lansia (gaya hidup 2. Meningkat 3. Lakukan terkait

32
CERDIK) pengetahuannya penyebaran PROLANIS.
mengenai gaya leaflet tentang
hidup CERDIK penyakit
untuk hipertensi
meningkatkan 4. Melakukan
kesehatan lansia senam lansia
3. Meningkat 5. Berikan
pengetahuannya pendidikan
akan program kesehatan tentang
kesehatan lansia gaya hidup
yang telah CERDIK untuk
dicanangkan lansia
pemerintah 6. Berikan
yaitu pengetahuan
PROLANIS. mengenai
PROLANIS
2 Resiko terjadinya penyakit Setelah dilakukan Setelah dilakukan 1. Kaji riwayat 1. Masyarakat 1. 50% peserta di RT
kardiovaskular pada lansia di tindakan tindakan kesehatan lansia terutama lansia 5 RW 7 dapat
dan gaya hidup
Gumuruh RT 5 RW 7 keperawatan keperawatan selama memahami menyebutkan
lansia
berhubungan dengan : selama 2 hari 4x30 menit 2. Kaji tingkat penyakit tentang pengertian,
1. Kurangnya diharapkan masyarakat pengetahuan kardiovaskular penyebab, gejala,
Lansia tentang
pendidikan kesehatan masyarakat dapat diharapkan : (pengertian, dampak,
penyakit
berkaitan dengan terhindar dari 1. Meningkat kardiovaskular penyebab, gejala, pencegahan, dan
3. Berikan

33
hipertensi dan resiko penyakit pengetahuannya pendidikan dampak, penanganan
penyakit kardiovaskular. mengenai kesehatan tentang pengobatan, penyakit
pengertian, tanda
kardiovaskular pengertian, pencegahan, dan kardiovaskular.
dan gejala,
sebagai komplikasi penyebab, tanda penyebab serta penanganan) 2. Meningkatnya
(pengertian, dan gejala, akibat dan cara 2. Meningkatnya lansia yang
perawatan
penyebab, gejala, dampak dan motivasi lansia memeriksakan
penyakit
pencegahan, dan management kardiovaskular. dalam kesehatan ke
penanganan) hipertensi 4. Motivasi lansia memeriksakan posbindu/pelayanan
untuk melakukan
2. Kurangnya 2. Meningkat kesehatan secara kesehatan secara
pemeriksaan
sosialisasi gaya pengetahuannya kesehatan rutin rutin, terutama
hidup sehat untuk mengenai 5. Lakukan 3. Masyarakat untuk
lansia (gaya hidup komplikasi penyebaran leaflet terutama lansia memeriksakan
tentang penyakit
CERDIK) penyakit kardiovaskular memahami tekanan darah dan
3. Kurangnya kardiovaskular 6. Mengenalkan PROLANIS gula darah.
sosialisasi program lain (pengertian, lansia pada 3. Meningkatnya
program
PROLANIS. penyebab, tanda partisipasi lansia
PROLANIS.
dan gejala, dalam program
dampak dan PROLANIS.
management).
3. Meningkat
pengetahuannya
mengenai gaya
hidup CERDIK

34
untuk
meningkatkan
kesehatan lansia
4. Meningkat
pengetahuannya
akan program
kesehatan lansia
yang telah
dicanangkan
pemerintah
yaitu
PROLANIS.
3 Resiko terjadinya penyakit Setelah dilakukan Setelah dilakukan 1. Kaji riwayat 1. Masyarakat 4. 50% peserta di RT
muskuloskeletal (asam urat tindakan tindakan kesehatan lansia terutama lansia 5 RW 7 dapat
dan gaya hidup
dan rematik) pada lansia di keperawatan keperawatan selama memahami menyebutkan
lansia
Gumuruh RT 5 RW 7 selama 2 hari 4x30 menit 2. Kaji tingkat penyakit tentang pengertian,
berhubungan dengan : diharapkan masyarakat pengetahuan muskuloskeletal penyebab, gejala,
Lansia tentang
1. Kurangnya masyarakat dapat diharapkan : terutama asam dampak,
penyakit
pendidikan kesehatan terhindar dari 5. Meningkat muskuloskeletal urat dan rematik pencegahan, dan
berkaitan dengan resiko penyakit pengetahuannya terutama asam urat (pengertian, penanganan
dan rematik.
asam urat dan muskuloskeletal mengenai penyebab, gejala, penyakit
3. Berikan pendidikan
rematik (pengertian, terutama asam urat penyakit kesehatan tentang dampak, muskuloskeletal
penyebab, gejala, dan rematik. muskuloskeletal pengertian, tanda pengobatan, terutama asam urat
dan gejala,

35
pencegahan, dan terutama asam penyebab serta pencegahan, dan dan rematik.
penanganan) urat dan rematik akibat dan cara penanganan) 5. Meningkatnya
perawatan penyakit
2. Kurangnya (pengertian, 2. Meningkatnya lansia yang
muskuloskeletal
sosialisasi gaya penyebab, tanda terutama asam urat motivasi lansia memeriksakan
hidup sehat untuk dan gejala, dan rematik. dalam kesehatan ke
4. Motivasi lansia
lansia (gaya hidup dampak dan memeriksakan posbindu/pelayanan
untuk melakukan
CERDIK) management). pemeriksaan kesehatan secara kesehatan secara
3. Kurangnya 6. Meningkat kesehatan rutin rutin, terutama
5. Lakukan
sosialisasi program pengetahuannya 3. Masyarakat untuk
penyebaran leaflet
PROLANIS mengenai gaya tentang penyakit terutama lansia memeriksakan
hidup CERDIK muskuloskeletal memahami kadar asam urat.
untuk terutama asam urat PROLANIS 6. Meningkatnya
dan rematik.
meningkatkan 6. Mengenalkan partisipasi lansia
kesehatan lansia lansia pada dalam program
7. Meningkat program PROLANIS.
PROLANIS.
pengetahuannya
akan program
kesehatan lansia
yang telah
dicanangkan
pemerintah
yaitu
PROLANIS.

36
3.4 Evaluasi
Setelah melakukan implementasi di masyarakat RT 05, maka tim penulis melakukan
evaluasi. Adapun evaluasi yang dilakukan ada 2, yaitu evaluasi kuantitatif dan evaluasi
kualitatif. Evaluasi kuantitatif dilakukan dengan memberikan pertanyaan diakhir sesi
penyuluhan. Pertanyaan yang diberikan sama dengan pertanyaan yang ada di dalam kuesioner
pengetahuan hipertensi. Beberapa lansia yang tidak dapat membaca dan menulis tidak
diikutsertakan dalam evaluasi. Dari 34 orang peserta penyuluhan, 18 orang mengikuti
evaluasi penyuluhan hipertensi. 15 orang berhasil menjawab 4 sampai 5 pertanyaan dari 5
pertanyaan yang diajukan. 1 orang berhasil menjawab 3 pertanyaan, dan 2 orang berhasil
menjawab 2 pertanyaan.
Evaluasi kualitatif dilakukan dengan mewawancara 5 orang warga lansia RT 05
mengenai acara senam lansia dan penyuluhan yang dilakukan. Mayoritas warga lansia merasa
bahwa kegiatan tersebut sangat bermanfaat dan dapat meningkatkan pengetahuan lansia
terhadap penyakit kronis terutama hipertensi.

37
BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Demikian laporan yang dapat kami sampaikan berkaitan dengan praktik komunitas di
RT 05 RW 07 Kelurahan Gumuruh. Secara garis besar, lansia RT 05 memiliki banyak potensi
di antaranya adalah fungsi kognitif yang baik, tingkat kemandirian yang tinggi, pola sosial
dan komunikasi yang baik antar warga. Namun, kebiasaan olahraga dan pengetahuan lansia
berkaitan dengan penyakit kronis terutama hipertensi masih rendah. Hal tersebut mendasari
tim penulis melakukan intervensi berupa senam lansia dan penyuluhan tentang hipertensi.
Harapannya adalah meningkatkan minat dan motivasi olahraga serta meningkatkan
pengetahuan tentang hipertensi, khususnya hipertensi pada lansia. Kegiatan berjalan dengan
baik, dengan partisipasi dari 34 orang lansia dari 50 orang lansia yang diundang. Hasil
evaluasi menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang hipertensi pada lansia dan
kebutuhan akan program penyuluhan penyakit kronis lainnya.

4.2 Saran dan rekomendasi


Adapun beberapa saran yang ditawarkan oleh tim penulis untuk pelaksanaan program
selanjutnya oleh puskesmas adalah:
1. Mengadakan penyuluhan penyakit kronis lain seperti diabetes, asam urat, dan
rematik untuk lansia RW 07 di tempat yang mudah dijangkau.
2. Mengadakan sosialisasi birokrasi pembuatan jamkesmas karena lumayan
banyak lansia yang belum memiliki jamkesmas.
3. Mengadakan sosialisasi PROLANIS untuk meningkatkan pengetahuan lansia
akan program pemerintah khusus lansia berpenyakit kronis.
4. Kegiatan posbindu lansia sebaiknya dilakukan ditempat yang dapat dijangkau
oleh masyarakat lansia agar meningkatkan kunjungan lansia ke posbindu.
5. Pengadaan alat berupa spygmomamometer dan stetoskop untuk kader
6. Mengadakan pelatihan untuk kader tentang bagaimana mengukur tekanan
darah sehingga jika lansia tidak bisa ke puskesmas, setidaknya lansia tetap bisa
tahu tekanan darahnya.

38
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, Reny Yuli. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan klien Gangguan Kardiovaskular
Aplikasi NIC & NOC. EGC: Jakarta.

Doenges, Marilynn E. (2002). Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman Untuk Perencanaan


dan Pendokumentasian Perawatan Pasien), Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Jakarta. Hal ; 52 – 64 & 240 – 249.

Kemenkes.RI. (2014). Pusdatin Hipertensi. Infodatin, (Hipertensi), 1–7. Retrieved from


https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&ua
ct=8&ved=0ahUKEwjIzfDJsYPKAhVSA44KHUmSDasQFggZMAA&url=http://www.
depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/infodatin-
hipertensi.pdf&usg=AFQjCNHWLiHieCeL1Ksg4Tr_yx

Kushariyadi. (2010). Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Salemba Medika :
Jakarta.

Kuswardhani, R. T. (2006). Penatalaksanaan Hipertensi Pada Lanjut Usia. Penyakit Dalam,


7(2), 135–140.

Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Terjemahan). Yayasan IAPK


Padjajaran: Bandung. Hal. 443 – 450
Riset Kesehatan Dasar. (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian
RI tahun 2013. Diakses tanggal 12 Desember 2016 pukul 21.33

Wilson, Lorraine M. (1995). Patofisiologi (Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit), Buku


2, Edisi 4. Hal ; 704 – 705 & 753 - 763.

39
LAMPIRAN

Lampiran 1

Form Pengkajian Lansia

FORMAT PENGKAJIAN LANSIA


Nama lengkap :
Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
Alamat :
Suku :
Status perkawinan :
Pekerjaan/pekerjaan terdahulu :
Orang terdekat yang dapat dihubungi :
Pendidikan terakhir :
Tipe keluarga
a. Lansia tinggal sendiri
b. Lansia tinggal dengan pasangan
c. Lansia tinggal dengan keluarga inti (anak)
d. Lansia tinggal dengan keluarga besar
Pemeriksaan fisik
a. Tekanan darah :
b. Tinggi badan :
c. Berat badan :
Penghasilan keluarga
a. < UMR (Kota Bandung: Rp 2.626.940)
b. >= UMR

No Data Subsistem/Pertanyaan Jawaban


1. Kesehatan
- Apa keluhan yang sering dirasakan oleh Anda 1
minggu ke belakang?

- Riwayat penyakit yang dimiliki lansia 1. Hipertensi


2. DM
3. Asam urat
4. Reumatik

40
5. Lain-lain: .......

- Jika keluhan terjadi, apakah aktivitas sehari-hari Ya/tidak


terganggu?
- Jika terganggu, sejauh mana aktivitas sehari-hari 1) Hanya bisa berbaring di tempat tidur
terganggu? 2) Hanya bisa duduk
3) Bisa berjalan namun hanya sekitar di
dalam rumah
- Apakah dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari, Anda Ya/tidak
membutuhkan bantuan?
- Jika iya, siapa yang dimintai bantuan?
- Jika dirasakan keluhan/sakit, apakah Anda langsung ke
pelayanan kesehatan?
- Jika tidak, apa yang Anda lakukan?
2. Fasilitas Kesehatan
- Apakah Anda sering mengunjungi puskesmas? Sering (>4x/bulan), Jarang (1-4x/bulan),
- Jika iya, seberapa sering? (kali/bulan) Tidak pernah (<1x/bulan)

- Apakah pelayanan kesehatan mudah dijangkau? Ya (jarak <1 km atau dapat dijangkau
tanpa kendaraan atau waktu tempuh < 30
menit) /tidak (jarak > 1 km atau tidak
dapat dijangkau tanpa kendaraan atau
waktu tempuh > 30 menit)
- Apakah biaya pelayanan kesehatan dapat dijangkau? Ya/tidak
- Apakah Anda memiliki jamkesmas? Ya/tidak
5. Aktivitas dan rekreasi
- Apakah Anda terlibat dalam kegiatan masyarakat? Ya/tidak
(contoh: pengajian, siskamling/ronda, gotong royong)
- Jika iya, sebutkan
- Apakah yang sering Anda lakukan di waktu kosong
Anda?
- Apakah Anda sering berolahraga? Ya/tidak
- Jika Anda bepergian, adakah orang yang menemani Ada/Tidak
Anda?
- Jika ada, siapa?

KUESIONER PENGETAHUAN

Pengetahuan Hipertensi
1. Apakah Anda mengetahui apa itu hipertensi?
a. Ya, sebutkan:
b. Tidak
2. Apa Anda mengetahui penyebab dari hipertensi?
a. Ya, sebutkan:
b. Tidak
3. Apa Anda mengetahui tanda dan gejala hipertensi?

41
a. Ya, sebutkan:
b. Tidak
4. Apakah Anda mengetahui dampak jika hipertensi tidak tertangani?
a. Ya, sebutkan:
b. Tidak
5. Apakah Anda mengetahui pencegahan untuk hipertensi?
a. Ya, sebutkan:
b. Tidak
6. Apakah Anda mengetahui penanganan untuk hipertensi?
a. Ya, sebutkan:
b. Tidak

Pengetahuan Diabetes Melitus


7. Apakah Anda mengetahui apa itu diabetes melitus?
c. Ya, sebutkan:
d. Tidak
8. Apa Anda mengetahui penyebab dari diabetes melitus?
c. Ya, sebutkan:
d. Tidak
9. Apa Anda mengetahui tanda dan gejala diabetes melitus?
c. Ya, sebutkan:
d. Tidak
10. Apakah Anda mengetahui dampak jika diabetes melitus tidak tertangani?
c. Ya, sebutkan:
d. Tidak
11. Apakah Anda mengetahui pencegahan untuk diabetes melitus?
c. Ya, sebutkan:
d. Tidak
12. Apakah Anda mengetahui penanganan untuk diabetes melitus?
c. Ya, sebutkan:
d. Tidak
Pengetahuan Asam Urat
13. Apakah Anda mengetahui apa itu asam urat?
e. Ya, sebutkan:
f. Tidak
14. Apa Anda mengetahui penyebab dari asam urat?
e. Ya, sebutkan:
f. Tidak
15. Apa Anda mengetahui tanda dan gejala asam urat?
e. Ya, sebutkan:
f. Tidak
16. Apakah Anda mengetahui dampak jika asam urat tidak tertangani?
e. Ya, sebutkan:
f. Tidak
17. Apakah Anda mengetahui pencegahan untuk asam urat?
e. Ya, sebutkan:
f. Tidak
18. Apakah Anda mengetahui penanganan untuk asam urat?

42
e. Ya, sebutkan:
f. Tidak

KATZ INDEKS

Mandiri Tergantung
No. Aktivitas
Nilai (1) (Nilai 0)
1 Mandi di kamar mandi (menggosok,
membersihkan, dan mengeringkan badan).
2 Menyiapkan pakaian, membuka, dan
menggunakannya.
3 Memakan makanan yang telah disiapkan.
4 Memelihara kebersihan diri untuk penampilan diri
(menyisir rambut, mencuci rambut, mengosok
gigi, mencukur kumis).
5 Buang air besar di WC (membersihkan dan
mengeringkn daerah bokong).
6 Dapat mengontrol pengeluaran feses (tinja).
7 Buang air kecil di kamar mandi (membersihkan
dan mengeringkan daerah kemaluan).
8 Dapat mengontrol pengeluaran air kemih.
9 Berjalan di lingkungan tempat tinggal atau ke luar
ruangan tanpa alat bantu, seperti tongkat.
10 Menjalankan agama sesuai agama dan
kepercayaan yang dianut.
11 Melakukan pekerjaan rumah, seperti: merapikan
tempat tidur, mencuci pakaian, memasak, dan
membersihkan ruangan.
12 Berbelanja untuk kebutuhan sendiri atau
kebutuhan keluarga.
13 Mengelola keuangan (menyimpan dan
menggunakan uang sendiri).
14 Mengguanakan sarana transfortasi umum untuk
berpergian.
15 Menyiapkan obat dan minum obat sesuai dengan
aturan (takaran obat dan waktu minum obat tepat).

16 Merencanakan dan mengambil keputusan untuk


kepentingan keluarga dalam hal penggunakan
uang, aktivitas sosial yang dilakukan dan
kebutuhan akan pelayanan kesehatan.
17 Melakukan aktivitas di waktu luang (kegiatan
keagamaan, sosial, rekreasi, olah raga dan
menyalurkan hobi.

JUMLAH POIN MANDIRI

43
BARTLE INDEKS

NO KRITERIA DENGAN MANDIRI KETERANGAN


BANTUAN
1 Makan 5 10 Frekuensi :
Jumlah :
Jenis :
2 Minum 5 10 Frekuensi :
Jumlah :
Jenis :
3 Berpindah dari kursi roda ketempat 5-10 15
tidur, sebaliknya
4 Personal toilet (cuci muka, menyisir 0 5 Frekuensi :
rambut, menggosok gigi)
5 Keluar masuk toilet (mencuci 5 10
pakaian, menyeka tubuh,menyiram)
6 Mandi 0 15 Frekuensi :
7 Jalan di permukaan datar 5 5
8 Naik turun tangga 5 10
9 Mengenakan pakaian 5 10
10 Kontrol bowel (BAB) 5 10 Frekuensi :
Konsistensi
11 Kontrol bladder (BAK) 5 10 Frekuensi :
Warna :
12 Olahraga / latihan 5 10 Frekuensi :
Jenis :
13 Rekreasi / pemanfaatan waktu 5 10 Jenis :
luang Frekuensi :

MMSE (Mini Mental State Examination)

Skor Maksimum Skor Responden Pertanyaan


5 “Tahun berapa sekarang ?
musim apa ? Tanggal ? Hari apa
? Bulan apa ?
5 Sedang ada dimanakah kita
sekarang ? Negara ? kota ?
Nama tempat ? Ruang apa ?
Lantai berapa ?
3 Peneliti menyebutkan tiga buah
benda yang tidak berhubungan,
tiap satu benda disebutkan
dalam waktu satu detik.
Kemudian peneliti
menyebutkan responden
menyebutkan ketiga benda
tersebut kembali. Tiap benda
yang dapat disebutkan dengan
benar oleh responden diberikan

44
nilai satu poin. Apabila
responden tidak dapat
menyebutkan dengan benar
ketiga benda tersebut, hal ini
dapat diulangi sebanyak enam
kali. Bila responden sudah
melewati tahap ini, minta
responden untuk mengingat
ketiga kata tersebut akan
ditanyakan kembali.
5 “Saya ingin anda menghitung
mundur mulai dari angka 100 .
Namun tiap angka yang anda
sebut harus sudah dikurangi7.”
Alternatif lain. “ Mengeja kata
DUNIA dari belakang”. (A-I-N-
U-D)

3 “Sekarang coba sebutkan tiga


benda yang tadi sudah saya
sebutkan pada anda”.
2 Tunjukan kepada responden dua
buah benda, seperti jam tangan
dan pensil, lalu minta
responden untuk menyebutkan
nama benda tersebut.
1 Coba ulangi Frase ini : “tidak
jika dan akan tetapi”.
3 Berikan responden selembar
kertas, kemudian katakan”
Ambil Kertas yang ada didepan
anda dengan tangan anda, lipat
menjadi dua dan letakan
dilantai”.
1 “Coba baca kalimat ini sambil
melakukan apa yang tertulis
(instruksi yang tertulis
“pejamkan mata anda”)
1 Tolong tuliskan sebuah kalimat
tentang sesuatu. (kalimat ini
harus mengandung subyek dan
kata kerja yang masuk akal )
1 “Tolong gambarkan kembali
gambar ini (Peneliti
memberikan selembar kertas
kosong dan meminta responden
menggambarkan gambar yang
dimaksud. Kesepuluh sisi
gambar harus tergambar dan
keduanya saling memotong.}
30 TOTAL

Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)

45
Penilaian untuk mengetahui fungsi intelektual lansia

Skor
+ - NO Pertanyaan Jawaban
1 Tanggal berapa hari ini?
2 Hari apa sekarang ini?
3 Apa nama tempat ini?
4 Dimana alamat anda?
5 Berapa umur anda?
6 Kapan anda lahir?
7 Siapa presiden Indonesia sekarang?

8 Siapa presiden sebelumnya?


9 Siapa nama kecil ibu anda?
10 Kurang 3 dari 20 dan tetap pengurangan
3 dari setiap angka baru, semua secara
menurun !
Jumlah Kesalahan Total

KUESIONER CERDIK

1. Apakah anda rutin dalam mengecek kesehatan ke pelayanan kesehatan (min, BB, TB, TB, LP
dan pemeriksaan gula darah sewaktu ) ?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah anda merokok ?
a. Ya
b. Tidak
3. Jika, tidak apakah di sekitar anda ada yang merokok ?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah anda tau bahaya dari merokok atau mengisip asap rokok di sekitar anda ?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah anda tahu manfaat dalam berolahraga ?
a. Ya
b. Tidak
6. Jika ya, apakah anda rutin dalam melakukan olahraga ?
a. Ya
b. Tidak
7. Apakah anda meng konsumsi sayur setiap anda makan ?
a. Ya
b. Tidak
8. Apakah anda mengkonsumsi buah setiap hari?
a. Ya
b. Tidak
9. Apakah anda mengkonsumsi makan cepat ?

46
a. Ya
b. Tidak
Jika, ya berapa kali anda mengkomsumsi makanan cepat saji (kali per minggi )…..
10. Apakah anda sering minum kopi ?
a. Ya
b. Tidak
Jika , ya berapa kali anda dalam sehari ….
11. Apakah anda mengkonsumsi makanan berlemak (gorengan, gulai dan jeroan)?
a. Ya
b. Tidak
Jika, ya berapa kali dalam sekali makan ….
12. Kapan saja waktu tidur yang bisa anda lakukan dalam 1 hari?
a. Siang
b. Malam
c. Siang dan malam
13. Berapa jam anda tidur dalam sehari ?
a. Kurang dari 7-8 jam
b. Lebih dari 7-8 jam
14. Apakah anda merasakan perasaan khawatir, tekanan, letih, ketakutan dan depresi saat
mengalami suatu masalah ?
a. Ya
b. Tidak

HYPERTENSION SELF MANAGEMENT QUESTIONAIRE

1 2 3 4 N/A
No Perilaku Self-Management Hipertensi Tidak Jarang Kadang Selalu
Pernah kadang
SELF INTEGRASI
1. Saya telah mempertimbangkan mengenai porsi
makanan dan pilihan makanan pada saat
makan.
2. Saya telah makan buah, sayur, padi-padian dan
kacang-kacangan lebih banyak ketika saya
tidak mengidap hipertensi.
3. Saya telah mengurangi makanan kaya lemak
jenuh (seperti : keju, minyak kelapa, daging
domba dll)
4. Saya memikirkan tekanan darah saya dalam
memilih makanan.
5. Saya telah mencoba berhenti mengkonsumsi
alkohol
6. Saya telah mengurangi jumlah makanan untuk
menurunkan berat badan saya.
7. Saya telah memilih makanan yang rendah
garam.
8. Saya telah melakukan latihan fisik untuk
mengurangi berat badan saya (seperti :
berjalan, jogging, lari atau bersepeda 30-60
menit).

47
9. Saya berpikir bahwa hipertensi merupakan
bagian dari hidup saya.
10. Saya telah membuat rutinitas untuk
menyesuaikan dengan hal yang harus saya
lakukan untuk hipertensi saya (seperti :
pekerjaan)
11. Saya telah berhenti merokok.
12. Saya mencoba memanajemen stres dengan
mendengarkan musik.
13. Saya tidak pernah menggunakan banyak garam
pada makanan sejak terdiagnosa hipertensi.
SELF REGULATION
14. Saya mengetahui penyebab tekanan darah saya
tinggi
15. Saya mengetahui tanda dan gejala hipertensi.
16. Saya telah memanajemen tanda dan gejala
tekanan darah tinggi.
17. Saya mengetahui tanda dan gejala tekanan
darah rendah.
18. Saya telah memanajemen tanda dan gejala
tekanan darah rendah.
19 Saya membuat tujuan untuk mengendalikan
tekanan darah.
20. Saya membuat rencana tindakan untuk
mencapai tujuan mengendalikan tekanan
darah.
21. Saya membandingkan tekanan darah sekarang
dengan target mengendalikan tekanan darah.
22. Saya memanajemen situasi yang dapat
meningkatkan tekanan darah saya.
INTERAKSI DENGAN PETUGAS
KESEHATAN
23. Saya berdiskusi dengan dokter dan perawat
mengenai rencana pengobatan.
24. Saya disarankan oleh dokter untuk mengganti
rencana pengobatan jika saya tidak bisa
menjalaninya.
25. Saya selalu bertanya mengenai hal yang tidak
saya mengerti.
26. Saya membantu dokter dan perawat untuk
menemukan penyebab tekanan darah tinggi.
27. Saya berdiskusi dengan dokter dan perawat
ketika tekanan darah saya tinggi atau rendah.
28. Saya bertanya kepada dokter dan perawat
mengenai dimana saya bisa lebih banyak
mempelajari hipertensi.

Diabetes Self-Management Questionnaire (DSMQ)

No Berlaku Berlaku Berlaku Tidak


untuk saya untuk saya untuk saya berlaku
sangat cukup sedikit untuk saya
banyak banyak

48
1. Saya memeriksa kadar
gula darah saya dengan
perawatan dan perhatian.

☐ Pengukuran gula darah


tidak diperlukan sebagai
bagian dari pengobatan
saya.
2. Saya memilih makanan
yang memudahkan untuk
mencapai kadar gula
darah yang optimal.
3. Saya mengikuti apa yang
dianjurkan oleh dokter
untuk pengobatan
diabetes saya.
4. Saya minum obat
diabetes (Insulin, tablet)
seperti yang ditentukan.

☐ obat Diabetes / insulin


tidak diperlukan sebagai
bagian dari pengobatan
saya.
5. Kadang-kadang saya
makan banyak permen
atau makanan lain yang
kaya karbohidrat.
6. Saya mencatat kadar gula
darah saya secara teratur.

☐ pengukuran gula darah


tidak diperlukan sebagai
bagian dari pengobatan
saya.
7. Saya cenderung
menghindari janji dokter
terkait pengobatan
diabetes.
8. Saya melakukan aktivitas
fisik secara teratur untuk
mencapai kadar gula
darah yang optimal.
9. Saya ketat mengikuti
rekomendasi diet yang
diberikan oleh dokter
saya atau spesialis
diabetes.

10. Saya tidak memeriksa


kadar gula darah saya
cukup sering seperti yang
akan diperlukan untuk
mencapai kontrol glukosa

49
darah yang baik.

☐ pengukuran gula darah


tidak diperlukan sebagai
bagian dari pengobatan
saya.
11. Saya menghindari
aktivitas fisik, meskipun
itu akan meningkatkan
diabetes saya.

12. Saya cenderung lupa


untuk mengambil atau
melewatkan obat diabetes
saya (Insulin, tablet).

☐ obat Diabetes / insulin


tidak diperlukan sebagai
bagian dari pengobatan
saya.
13. Kadang-kadang saya
merasa mulut berbau
alkohol
14. Mengenai perawatan
diabetes saya, saya harus
bertemu dokter saya lebih
sering.
15. Saya cenderung
mengabaikan aktivitas
fisik yang direncanakan.
16. Perawatan diri diabetes
saya rendah.

50
Lampiran 3

Leaflet Hipertensi

51
52

Anda mungkin juga menyukai