Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AGREGAT DALAM KOMUNITAS:

KESEHATAN WANITA DAN PRIA

Kelompok 1 Semester 6B

1.Adelia Intan Kentana (21119046)

2. Alfandi (21119047)

3. Anggel Putri Inten Murtia (21119048)

4. Anisha Ramalia (21119049)

5. Aurellia Zafirah Abeer Jacinda (21119050)

6. Ayani Putri (21119051)

7. Ayu Enjellya Priscilya (21119052)

8. Dela putri asmarita (21119053)

9. Deni firmansyah (21119954)

10.Dina sri rahayau (21119055)

11.Eka saptirianingsih (21119056)


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “asuhan keperawatan pada agregat dalam komunitas: kesehatan wanita
dan pria”. Makalah ini diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Keperawatan
Komunitas.

Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini,
khususnya dari dosen mata kuliah guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman
bagi kami untuk lebih baik  di masa yang akan datang.

Semoga makalah ini memberikan informasi dan bermanfaat untuk


pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Palembang, 23 Maret 2022

Penyusun
(Kelompok 1)
Daftar Isi

COVER.............................................................................................................i

KATA PENGANTAR......................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.......................................................................................1

1.2 Rumususan Masalah..............................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Penyakit Tidak Menular........................................................................3

2.2 Hipertensi...............................................................................................4

2.3 Kanker Payudara....................................................................................14

2.4 Asuhan Keperawatan.............................................................................17

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan...........................................................................................27
3.2 Saran.....................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian


secara global. Data WHO menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian yang
terjadi di dunia pada tahun 2008, sebanyak 36 juta atau hampir dua
pertiganya disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular. PTM juga
membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda. Di negara-negara
dengan tingkat ekonomi rendah dan menengah, dari seluruh kematian yang
terjadi pada orang-orang berusia kurang dari 60 tahun, 29% disebabkan
oleh PTM, sedangkan di negara-negara maju, menyebabkan 13%
kematian. Proporsi penyebab kematian PTM pada orang-orang berusia
kurang dari 70 tahun, penyakit cardiovascular merupakan penyebab
terbesar (39%), diikuti kanker (27%), sedangkan penyakit pernafasan
kronis, penyakit pencernaan dan PTM yang lain bersama-sama
menyebabkan sekitar 30% kematian, serta 4% kematian disebabkan
diabetes.

Peningkatan kejadian PTM berhubungan dengan peningkatan


faktor risiko akibat perubahan gaya hidup seiring dengan perkembangan
dunia yang makin modern, pertumbuhan populasi dan peningkatan usia
harapan hidup.

Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (2007), terdapat 50.1%


responden laki-laki yang terkena Hipertensi. Hal ini dikarenakan
prevalensi merokok di Indonesia sangat tinggi, terutama pada laki-laki
mulai dari anak, remaja dan dewasa. Data dari Riskesdas tahun 2010
menunjukkan prevalensi perokok 16 kali lebih tinggi pada laki-laki
(65.9%) dibandingkan perempuan (4.2%). Selain dari merokok, hal lain
yang memicu tingginya hipertensi disebabkan oleh kebiasaan memakan
makanan yang kadar asupan lemaknya >30%, aktivitas fisik yang sangat
kurang dan mengalami stress. Sedangkan, prevalensi asma dan kanker di
Indonesia cenderung lebih tinggi pada perempuan dibandingkan dengan
laki-laki. Prevalensi kanker cenderung lebih tinggi pada masyarakat kota
dibanding pedesaan dan cenderung lebih tinggi pada orang yang
berpendidikan tinggi. Hal ini disebabkan karena gaya hidup yang tidak
sehat, kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji, serta kurangnya
aktivitas fisik (Riskesdas, 2013).

1
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi
prevalensi PTM di Indonesia, namun belum sepenuhnya mencapai derajat
kesehatan yang optimal. Sebagai seorang perawat, peran kita tidak hanya
sebagai pemberi pengobatan ataupun perawatan di rumah sakit, namun
juga dapat berperan sebagai perawat komunitas yang berperan meliputi
pendidik, pengamat kesehatan, koordinator pelayanan kesehatan, peran
pembaharu, role model dan fasilitator kesehatan. Peran perawat komunitas
dalam mengurangi PTM yaitu dengan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat seoptimal mungkin melalui praktik keperawatan komunitas,
dilakukan melalui peningkatan kesehatan (Promotif), dan pencegahan
penyakit (preventif) di semua tingkat pencegahan (levels of prevention)
tanpa mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitative.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat kami peroleh adalah
sebagai berikut:

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Penyakit Tidak Menular?

1.2.2 Apa yang dimaksud dengan Hipertensi?

1.2.3 Apa yang dimaksud dengan Kanker Payudara?

1.2.4 Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Hipertensi dan Kanker


Payudara?

1.3 Tujuan Penulisan

Menambah wawasan mengenai asuhan keperawatan agregat pada komunitas:


kesehatan wanita dan pria serta pemenuhan tugas mata kuliah Keperawatan
Komunitas

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penyakit Tidak Menular

2.1.1 Definisi

Penyakit tidak menular (PTM) merupakan salah satu atau masalah


kesehatan dunia dan Indonesia yang sampai saat ini masih menjadi
perhatian dalam dunia kesehatan karena merupakan salah satu
penyebab dari kematian (Jansje & Samodra 2013). Penyakit tidak
menular (PTM), juga dikenal sebagai penyakit kronis, tidak
ditularkan dari orang ke orang, mereka memiliki durasi yang panjang
dan pada umumnya berkembang secara lambat (Riskesdas, 2013).
Menurut Bustan (2007), dalam Buku Epidemiologi Penyakit Tidak
Menular mengatakan bahwa yang tergolong kedalam PTM antara
lain adalah; Penyakit kardiovaskuler (jantung, atherosklerosis,
hipertensi, penyakit jantung koroner dan stroke), diabetes mellitus
serta kanker.

2.1.2 Prevalensi Penyakit Tidak Menular

Menurut data WHO, PTM merupakan penyebab kematian utama di


dunia di bandingkan penyebab lainnya. Hampir 80% kematian akibat
PTM terjadi di Negara – Negara berpenghasilan bawah - menengah
(WHO, 2010).

Penyakit Tidak Menular (PTM) di Indonesia diprediksi akan


mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2030. Sifatnya
yang kronis dan menyerang usia produktif, menyebabkan
permasalahan PTM bukan hanya masalah kesehatan saja, akan tetapi
mempengaruhi ketahanan ekonomi Nasional jika tidak dikendalikan
secara tepat, benar dan kontinyu.

Berdasarkan Riskesdas tahun 2013 diketahui bahwa penyakit tidak


menular (PTM) merupakan penyakit kronis yang tidak ditularkan
dari orang ke orang. Data PTM dalam Riskesdas 2013 meliputi : (1)
asma; (2) penyakit paru obstruksi kronis (PPOK); (3) kanker; (4)
DM; (5) hipertiroid; (6) hipertensi; (7) jantung koroner; (8) gagal
jantung; (9) stroke; (10) gagal ginjal kronis; (11) batu ginjal; (12)
penyakit sendi / rematik.

3
Selain penyakit kanker, penyakit tidak menular (PTM) yang
menyebabkan kematian tertinggi di dunia adalah penyakit
kardiovaskuler. Tingginya angka mortalitas tersebut disebabkan oleh
faktor risiko utama, yaitu peningkatan tekanan darah. Peningkatan
tekanan darah seseorang akan meningkatkan risiko terkena stroke
dan penyakit jantung koroner (WHO, 2011). Tekanan darah tinggi
atau hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah seseorang >
140/90 mmHg (Essop & Naidoo, 2009). Berdasarkan penyebabnya,
hipertensi dibedakan menjadi 2, yaitu: hipertensi primer dan
sekunder. Hipertensi primer / esensial merupakan hipertensi yang
tidak diketahui penyebabnya dan telah mendominasi 95% kasus-
kasus hipertensi. Sementara itu, hipertensi sekunder (5%) adalah
hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti penyakit
parenkim ginjal, penyakit renovaskuler, endokrin, sindrom Cushing,
dan hipertensi gestasional (Gray, 2002).

Global Atlas on Cardiovascular Diseases Prevention and Control


2011, PTM meningkatkan 36 juta kematian di dunia antara lain:
penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular) 48% (17,3
juta), kanker 21% (7,5 juta), penyakit saluran pernapasan kronis 12%
(4,3 juta),dan penyakit diabetes melitus 3% (1 juta). Hampir 80%
kematian akibat PTM terjadi di negara - negara berpenghasilan
rendah dan sedang sekitar 17 juta kematian akibat penyakit
kardiovaskular (penyakit jantung, stroke, dan penyakit pembuluh
darah perifer), 3 juta diantaranya terjadi pada usia dibawah 60 tahun.
WHO pada tahun 2006-2008 diperkirakan sebanyak 5,4 juta orang di
dunia meninggal akibat rokok. Ada kecenderungan prevalensi
perokok ini selalu meningkat dari waktu ke waktu. Global Adult
Tembacco Survey (GATS) tahun 2011 menemukan di Indonesia
terdapat perokok laki -laki (67%), perokok perempuan (2,7%).

2.2 Hipertensi

2.2.1 Definisi

Hipertensi adalah tekanan darah tinggi abnormal dan diukur paling


tidak pada 3 kesempatan yang berbeda (Corwin, 2009). Sedangkan
menurut Wijaya dan Putri (2013) hipertensi adalah suatu keadaan
dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus
menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang
4
disebabkan suatu atau beberapa faktor resiko yang tidak berjalan
sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara
normal. Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah arteri yang
persisten (Nurarif dan Kusuma, 2013).

2.2.2 Etiologi

Menurut Sagala (2009), hipertensi tergantung pada kecepatan


denyut jantung, volume sekuncup dan Total Peripheral Resistance
(TPR). Peningkatan salah satu dari ketiga variabel yang tidak
dikompensasi dapat menyebabkan hipertensi.

Peningkatan TPR yang berlangsung lama dapat terjadi pada


peningkatan rangsangan saraf atau hormon pada arteriol, atau
responsivitas yang berlebihan dari arteriol terdapat rangsangan
normal. Kedua hal tersebut akan menyebabkan penyempitan
pembuluh darah. Pada peningkatan TPR, jantung harus memompa
secara lebih kuat dan dengan demikian menghasilkan tekanan yang
lebih besar, untuk mendorong darah melintas pembuluh darah yang
menyempit. Hal ini disebut peningkatan dalam afterload jantung dan
biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan diastolik. Apabila
peningkatan afterload berlangsung lama, maka ventrikel kiri
mungkin mulai mengalami hipertrofi (membesar). Hipertrofi
menyebabkan kebutuhan ventrikel akan oksigen semakin meningkat
sehingga ventrikel harus mampu memompa darah secara lebih keras
lagi untuk memenuhi kebutuhan tesebut. Pada hipertrofi, serat-serat
otot jantung juga mulai tegang melebihi panjang normalnya yang
pada akhirnya menyebabkan penurunan kontraktilitas dan volume
sekuncup (Hayens, 2003).

2.2.3 Patofisiologi hipertensi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh


darah terletak di pusat vasomotor pada medula di otak, dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah
ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya

5
norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah (Sagala,
2009).

Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat


mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi (Sagala, 2009).

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang


pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal
juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi.
Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan
vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokontriktor pembuluh
darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke
ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor
tersebut cenderung mencetus keadaan hipertensi (Sagala, 2009).

2.2.4 Tanda dan Gejala Hipertensi

Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain


tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan
pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan),
penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil
(edema pada diskus optikus).

Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan


gejala sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya
kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem
organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.
Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai
nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azetoma
[peningkatan nitrogen urea darah (Blood Urea Nitrogen) dan
kreatinin]. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan
strok atau serangan iskemiktransien yang bermanifestasi sebagai

6
paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam
penglihatan (Sagala, 2009).

Menurut Sagala (2009) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala


klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa :
nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah,
akibat peningkatan tekanan darah intrakranial, penglihatan kabur
akibat kerusakan retina akibat hipertensi, ayunan langkah yang tidak
mantap karena kerusakan susunan saraf pusat, nokturia karena
peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus, edema
dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.
Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu
pusing, muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara
tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain (Sagala, 2009).

2.2.5 Faktor-faktor Resiko Hipertensi

a. Usia

Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena


dengan bertambahnya umur maka semakin tinggi mendapat
resiko hipertensi. Insiden hipertensi makin meningkat dengan
meningkatnya usia. Ini sering disebabkan oleh perubahan
alamiah di dalam tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh
darah dan hormon. Hipertensi pada yang berusia kurang dari 35
tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan
kematian prematur (Yulianti, 2005).

b. Jenis Kelamin

Jenis kelamin juga sangat erat kaitanya terhadap terjadinya


hipertensi dimana pada masa muda dan paruh baya lebih tinggi
penyakit hipertensi pada laki-laki dan pada wanita lebih tinggi
setelah umur 55 tahun, ketika seorang wanita mengalami
menopause.

Laporan Sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi 6%


dari pria dan 11% pada wanita. Laporan dari Sumatra Barat
menunjukan 18,6% pada pria dan 17,4% wanita. Daerah
perkotaan Semarang didapatkan 7,5% pada pria dan 10,9% pada
wanita. Sedangkan di daerah perkotaan Jakarta didapatkan 14,6
pada pria dan 13,7% pada wanita (Gunawan, 2001 dalam Sagala,
2009).
7
c. Riwayat Keluarga

Riwayat keluarga juga merupakan masalah yang memicu


masalah terjadinya hipertensi. Hipertensi cenderung merupakan
penyakit keturunan. Jika seorang dari orang tua kita memiliki
riwayat hipertensi maka sepanjang hidupnya memiliki
kemungkinan 25% terkena hipertensi (Sagala, 2009).

d. Garam Dapur

Garam dapur merupakan faktor yang sangat dalam patogenesis


hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku
bangsa dengan asupan garam yang minimal. Asupan garam
kurang dari 3 gram tiap hari menyebabkan hipertensi yang
rendah jika asupan garam antara 5-15 gram perhari, prevalensi
hipertensi meningkat menjadi 15-20%. Pengaruh asupan garam
terhadap timbulnya hipertensi terjadai melalui peningkatan
volume plasma, curah jantung dan tekanan darah (Basha, 2004
dalam Sagala, 2009).

Garam mengandung 40% sodium dan 60% klorida. Orang-orang


peka sodium lebih mudah meningkat sodium, yang menimbulkan
retensi cairan dan peningkatan tekanan darah (Sagala, 2009).
Garam berhubungan erat dengan terjadinya tekanan darah tinggi
gangguan pembuluh darah ini hampir tidak ditemui pada suku
pedalaman yang asupan garamnya rendah. Jika asupan garam
kurang dari 3 gram sehari prevalensi hipertensi presentasinya
rendah, tetapi jika asupan garam 5-15 gram perhari, akan
meningkat prevalensinya 15-20% (Wiryowidagdo, 2004).

Mengkonsumsi garam lebih atau makan-makanan yang diasinkan


dengan sendirinya akan menaikan tekanan darah karena garam
mempunyai sifat menahan air. Hindari pemakaian garam yang
berlebih atau makanan yang diasinkan. Hal ini tidak berarti
menghentikan pemakaian garam sama sekali dalan makanan.
Sebaliknya jumlah garam yang dikonsumsi batasi
(Wijayakusuma, 2000 dalam Sagala, 2009).

e. Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat diubah, adapun


hubungan merokok dengan hipertensi adalah nikotin akan
menyebabkan peningkatan tekanan darah karena nikotin akan
8
diserap pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan
oleh pembulu darah hingga ke otak, otak akan bereaksi terhadap
nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk
melepas efinefrin (Adrenalin). Hormon yang kuat ini akan
menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk
bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi. Selain itu,
karbon monoksida dalam asap rokok menggantikan oksigen
dalam darah. Hal ini akan menagakibatkan tekanan darah karena
jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang
cukup kedalam organ dan jaringan tubuh (Sagala, 2009).

f. Aktivitas/Olahraga

Aktivitas sangat mempengaruhi terjadinya hipertensi, dimana


pada orang yang kurang aktvitas akan cenderung mempunyai
frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantung
akan harus bekerja lebih keras pada tiap kontraksi. Otot jantung
semakin keras dan sering memompa maka makin besar tekanan
yang dibebankan pada arteri (Sagala, 2009).

g. Depresi/Stres

Depresi juga sangat erat merupakan masalah yang memicu


terjadinya hipertensi dimana hubungan antara depresi dengan
hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan
saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak
menentu). Depresi yang berkepanjangan dapat mengakibatkan
tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti
akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi
dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan
dengan pengaruh depresi yang dialami kelompok masyarakat
yang tinggal di kota (Dunitz, 2001 dalam Sagala, 2009).

2.2.6 Komplikasi Hipertensi

a. Stroke

Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak,


atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang
terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi
kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami
hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah
yang diperdarahinya berkurang.
9
Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah
sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma
(Sagala, 2009). Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara
tiba-tiba, seperti, orang bingung, limbung atau bertingkah laku
seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah atau
sulit digerakan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku,
tidak dapat berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara
mendadak (Santoso, 2006). Infark Miokard dapat terjadi apabila
arteri koroner yang arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup
oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang
menghambat aliran darah melalui pembuluh darah
tersebut.Karena hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka
kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi
dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan
infark.Hipertropi ventrikel dapat juga menimbulkan perubahan-
perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga
terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko
pembentukan bekuan (Sagala, 2009).

b. Gagal Ginjal

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat


tekanan tinggi pada kapiler-kepiler ginjal, glomerolus. Rusaknya
glomerolus, darah akan mengalir keunit-unit fungsional ginjal,
nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan
kematian. Rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar
melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang,
menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi
kronik (Sagala, 2009).

c. Gagal jantung

Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa


darah yang kembalinya kejantung dengan cepat mengakibatkan
cairan terkumpul di paru, kaki dan jaringan lain sering disebut
edema. Cairan didalam paru – paru menyebabkan sesak
napas,timbunan cairan ditungkai menyebabkan kaki bengkak
atau sering dikatakan edema (Sagala, 2009).

Ensefalopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna


(hipertensi yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini
menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong
10
cairan ke dalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat.
Neuron-neuron disekitarnya kolap dan terjadi koma serta
kematian (Sagala, 2009).

2.2.7 Tingkatan Hipertensi

Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee 7

Klasifikasi Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolik

Normal <120 < 80

Prehipertensi 120 -139 80 – 90

Hipertensi tingkat 1 140 -159 90 – 99

Hipertensi tingkat 2 >160 > 100

2.2.8 Pengendalian Hipertensi

Pengendalian hipertensi pada umumnya dilakukan oleh keluarga


dengan memperhatikan pola hidup dan menjaga psikis dari anggota
keluarga yang menderita hipertensi.Pengaturan pola hidup sehat
sangat penting pada klien hipertensi guna untuk mengurangai efek
buruk dari pada hipertensi.

Adapun cakupan pola hidup antara lain berhenti merokok,


mengurangi kelebihan berat badan, menghindari alkohol, modifikasi
diet. Dan yang mencakup psikis antara lain mengurangi stress,
olahraga, dan istirahat (Sagala, 2009).

a. Berhenti merokok

Merokok sangat besar peranannya meningkatkan tekanan


darah, hal ini disebabkan oleh nikotin yag terdapat didalam
rokok yang memicu hormon adrenalin yang menyebabkan
tekanan darah meningkat. Nikotin diserap oleh pembuluh-
pembuluh darah didalam paru dan diedarkan keseluruh aliran
darah lainnya sehingga terjadi penyempitan pembuluh
darah.Hal ini menyebabkan kerja jantung semakin meningkat
untuk memompa darah keseluruh tubuh melalui pembuluh
darah yang sempit.

11
Berhenti merokok tekanan darah akan turun secara perlahan,
disamping itu jika masih merokok maka obat yang dikonsumsi
tidak akan bekerja secara optimal dan dengan berhenti merokok
efektifitas obat akan meningkat (Santoso, 2006).

b. Mengurangi kelebihan berat badan

Pengurangan berat badan juga menurunkan resiko diabetes,


penyakit kardiovaskular, dan kanker. Tubuh yang berat akan
semakin tinggi tekanan darah, jika menerapkan pola makan
seimbang maka dapat mengurangi berat badan dan menurunkan
tekanan darah dengan cara yang terkontrol.

c. Menghindari alkohol

Alkohol dalam darah merangsang adrenalin dan hormon


–hormon lain yang membuat pembuluh darah menyempit atau
menyebabkan penumpukan natrium dan air. Minum-minuman
yang beralkohol yang berlebih juga dapat menyebabkan
kekurangan gizi yaitu penurunan kadar kalsium dan
mengurangi mengkonsumsi alkohol dapat menurunkan tekanan
sistolik 10 mmhg dan diastolik 7 mmhg.

d. Modifikasi diet

Modifikasi diet atau pengaturan diet sangat penting pada klien


hipertensi, tujuan utama dari pengaturan diet hipertensi adalah
mengatur tentang makanan sehat yang dapat mengontrol
tekanan darah tinggi dan mengurangi penyakit
kardiovaskuler.Ada empat macam diet untuk menanggulangi
atau minimal mempertahankan keadaan tekanan darah yakni :
diet rendah garam, diet rendah kolestrol, lemak terbatas serta
tinggi serat, dan rendah kalori bila kelebihan berat badan
(Sagala, 2009).

Diet rendah garam diberikan kepada pasien dengan edema atau


asites serta hipertensi. Tujuan diet rendah garam adalah untuk
menurunkan tekanan darah dan untuk mencegah edema dan
penyakit jantung (lemah jantung). Adapun yang disebut rendah
garam bukan hanya membatasi konsumsi garam dapur tetapi
mengkonsumsi makanan rendah sodium atau natrium (Na).
Oleh karena itu yang sangat penting untuk diperhatikan dalam
melakukan diet rendah garam adalah komposisi makanan yang
12
harus mengandung cukup zat – zat gizi, baik kalori, protein,
mineral maupun vitamin dan rendah sodium dan natrium
(Sagala, 2009).

Sumber sodium antara lain makanan yang mengandung soda


kue, baking powder, MSG (Mono Sodium Glutamat), pengawet
makanan atau natrium benzoat (Biasanya terdapat didalam
saos, kecap, selai, jelly), makanan yang terbuat dari mentega
serta obat yang mengandung natrium (obat sakit kepala).
Penderita hipertensi, biasakan penggunaan obat dikonsultasikan
dengan dokter terlebih dahulu (Hayens, 2003).

Diet rendah kolestrol dan lemak terbatas. Tiga bagian lemak


didalam tubuh yaitu : kolestrol, trigliserid, dan pospolipid.
Tubuh memperoleh kolestrol dari makanan sehari – hari dan
dari hasil sintesis dalam hati. Kolestrol dapat berbahaya jika
dikonsumsi lebih banyak dari pada yang dibutuhkan oleh
tubuh, peningkatan kolestrol dapat terjadi karena terlalu banyak
mengkonsumsi makanan yang mengandung kolestrol tinggi dan
tubuh akan mengkonsumsi sekitar 25 – 50 % dari setiap
makanan (Sagala, 2009).

Diet tinggi serat sangat penting pada penderita hipertensi, serat


terdiri dari dua jenis yaitu serat kasar (Crude Fiber) dan serat
kasar banyak terdapat pada sayuran dan buah – buahan,
sedangkan serat makanan terdapat pada makanan karbohidrat
yaitu : kentang, beras, singkong dan kacang hijau. Serat kasar
dapat berfungsi mencegah penyakit tekanan darah tinggi karena
serat kasar mampu mengikat kolestrol maupun asam empedu
dan selanjutnya membuang bersama kotoran. Keadaan ini dapat
dicapai jika makanan yang dikonsumsi mengandung serat kasar
yang cukup tinggi (Mayo, 2005).

Diet rendah kalori dianjurkan bagi orang yang kelebihan berat


badan.Kelebihan berat badan atau obesitas akan berisiko tinggi
terkena hipertensi. Demikian juga dengan orang yang berusia
40 tahun mudah terkena hipertensi.Perencanaan diet, perlu
diperhatikan hal – hal berikut :

a) Asupan kalori dikurangi sekitar 25% dari kebutuhan energi


atau 500 kalori untuk penurunan 500 gram atau 0.5 kg berat
badan per minggu.
13
b) Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan
zat gizi.

c) Perlu dilakukan aktifitas olah raga ringan.

e. Manajemen stres/depresi

Stres/depresi tidak menyebabkan hipertensi yang menetap,


tetapi depresi berat dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah
yang bersifat sementara yang sangat tinggi. Apabila periode
depresi sering terjadi maka akan mengalami kerusakan pada
pembuluh darah, jantung dan ginjal sama halnya seperti yang
menetap (Sagala, 2009).

f. Aktifitas olahraga

Manfaat olah raga yang sering di sebut olah raga isotonik


seperti jalan kaki, jogging, berenang dan bersepeda sangat
mampu meredam hipertensi. Pada olah raga isotonik mampu
menyusutkan hormone noradrenalin dan hormon – hormon lain
penyebab naiknya tekanan darah. Hindari olah raga isometrik
seperti angkat beban, karena justru dapat menaikkan tekanan
darah (Mayer, 1980 dalam Sagala, 2009).

Istirahat merupakan suatu kesempatan untuk memperoleh


energi sel dalam tubuh, istirahat dapat dilakukan dengan
meluangkan waktu. Waktu istirahat itu perlu dilakukan secara
rutin diantara ketegangan jam bekerja sehari – hari. Istirahat
juga bukan berarti melakukan rekreasi yang melelahkan, tetapi
yang dimaksudkan dengan istirahat adalah usaha untuk
mengembalikan stamina tubuh dan mengembalikan
keseimbangan hormon dan dalam tubuh (Sagala, 2009).

2.3 Kanker Payudara

2.3.1 Definisi

Carsinoma Mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel


normal mammae dimana sel abnormal timbul dari sel-sel normal,
berkembang biak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh
darah (Nurarif & Kusuma, 2015).

14
Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-
sel jaringan tubuh yang berubah menjadi ganas (Harianto 2005).

Jadi kanker payudara (ca mammae) adalah suatu gangguan pada sel
normal mammae yang tumbuh menjadi sel abnormal yang dapat
berubah menjadi ganas.

2.3.2 Etiologi

Penyebab kanker payudara belum dapat ditentukan, tetapi terdapat


beberapa faktor resiko yang telah ditetapkan, yaitu lingkungan atau
genetik. Kanker payudara memperlihatkan proliferasi keganasan sel
epitel yang membatasi duktus atau lobus payudara. Pada awalnya
hanya terdapat hyperplasia sel dengan perkembangan sel-sel yang
atipikal dan kemudian berlanjut menjadi karsinoma insitu dan
menginvasi stroma. Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk
tumbuh dari satu sel menjadi massa. Hormone steroid yang
dihasilkan oleh ovarium juga berperan dalam pembentukan kanker
payudara (estradisol dan progesterone mengalami perubahan dalam
lingkungan seluler) (Brunner & Suddarth,2002).

2.3.3 Faktor resiko kanker payudara

a. Riwayat keluarga tentang kanker payudara

Keluarga tingkat pertama (keluarga maternal atau paternal )


dengan kanker payudara 2-3 kali lebih besar terkena kanker.Ibu
dan saudara perempuan,atau 2 saudara perempuan terkena
kanker payudara mempunyai resiko 6 kali lebih besar terkena
kanker payudara.

b. Usia

Usia 30-50 tahun mengalami peningkatan kasus ca.mammae dan


tingkat menurun saat menopause.

c. Paparan radiasi

Peningkatan resiko untuk setiap radiasi pada perempuan muda


dan anak-anak,bermanifestasi setelah usia 30 tahun,periode laten
minimun 10-15 tahun.

2.3.4 Manifestasi klinis

a. Nyeri.
15
Nyeri yang menyebar pada payudara dan nyeri tekan yang terjadi
saat menstruasi biasanya berhubungan dengan penyakit payudara
jinak. Nyeri yang jelas pada bagian yang ditunjuk dapat
berhubungan dengan kanker payudara pada kasus lebih lanjut.
Biasanya nyeri timbul jika kanker sudah bermetastase ke tulang
(Brunner & Sudarth,2002).

b. Benjolan pada payudara.

Benjolan ini mula-mula kecil makin lama semakin membesar,


lalu melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit
payudara atau puting susu.

c. Erosi atau eksema puting susu.

Kulit atau puting susu tertarik kedalam (retraksi) berwarna merah


muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi edema, hingga kulit
terlihat seperti jeruk (peau d’orange) mengkerut atau timbul
borok (ulkus pada payudara). Ulkus itu semakin lama semakin
besar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan payudara,
sering berbau busuk dan mudah berdarah.

d. Timbul pembesaran kelenjar getah bening ketiak bengkak pada


lengan dan penyebaran kanker diseluruh tubuh.

e. Pengelupasan papilla payudara

f. Keluar cairan abnormal dari puting susu berupa nanah


darah, cairan encer padahal ibu tidak sedang hamil ataupun
menyusui.

16
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Geografi

- Apakah anda tingal di daerah pegunungan atau pantai ?

- Bagaimana keadaan tanah di daerah ini ?

- Berapa luas daerah ini ?

- Ada berapa batas wilayah di daerah ini dan apa saja nama
wilayah di masing-masing batasnya?

2. Demografi

- Berapakah jumlah KK di daerah ini ?

- Berapakah jumlah penduduk di daerah ini ?

- Bagaimana mobilitas penduduk, apakah penduduk jarang di


rumah ketika pagi dan siang hari karena bekerja, sedangkan
anak-anak pada sekolah.?

- Apakah daerah ini termasuk daerah yang padat dengan


penduduk?

3. Vital Statistik

- Bagaimana status kelahiran di daerah ini?

- Penyakit apa saja yang banyak terjadi di masyarakat khususnya


pada wanita usia dewasa?

- Penyakit apa saja yang banyak terjadi di daerah ini khususnya


pada pria usia dewasa?

- Apakah dalam satu bulan ini sudah terdapat banyak warga yang
meninggal?

4. Nilai dan Keyakinan

- Apakah ada masjid / mushola atau tempat ibadah lainnya?

- Apakah masyarakat menganut agama yang sama?

- Keyakinan apa yang di anut dalam masyarakat?


17
B. Pengkajian Sub Sistem

1. Lingkungan fisik

- Apakah rumah penduduk tergolong perumahan yang menetap?

- Apakah pencahayaan di rumah penduduk sudah cukup?

- Apakah di daerah ini sirkulasi udara sudah baik ? misalnya


terdapat pepohonan dan terdapat ventilasi yang cukup pada
setiap rumah warga?

2. Pelayanan Kesehatan

- Apakah terdapat praktik klinik swasta di daerah ini ?

- Berapa jumlah tenaga kesehatan di daerah ini (perawat, bidan,


dokter)?

- Apakah terdapat pasar/swalayan/ toko yang menyediakan


kebutuhan masyarakat?

- Apakah ada tempat perkumpulan untuk melakukan


musyawarah di daerah ini ?

- Apakah program posyandu terlaksana di daerah ini? Posyandu


apa saja yang diselenggarakan di daerah ini? Apakah posyandu
sudah berjalan aktif? Berapa kali diselenggarakan?

- Apakah sanitasi warga sudah tergolong baik atau tidak ?

- Dari mana sumber air yang digunakan dalam masyarakat?

- Dimanakah pembuangan air limbah pada masyarakat?

- Apakah mayoritas warga telah memiliki jamban pada setiap


rumah ?

- Dimanakah mayoritas warga melakukan MCK?

- Dimankah tempat penumpukan/pembuangan sampah ?

- Dari mana terdapatnya sumber polusi yang mungkin


mengancam kesehatan atau kegiatan sehari-hari?

- Apakah ada vektor penyebab penyakit di masyarakat?

18
3. Keamanan & Transportasi :

- Apakah ada pemadam kebakaran?

- Apakah ada terdapat siskamling atau hansip?

- Apakah ada transportasi umum atau pribadi yang bisa


digunakan di masyarakat?

- Apakah keadaan jalanan di daerah ini sudah dalam keadaan


baik?

4. Pendidikan

- Tingkat pendidikan komunitas ?

- Apa fasilitas pendidikan yang tersedia?

- Jenis bahasa apa yang digunakan dalam pendidikan?

5. Rekreasi

- Apakah masyarakat sering melakukan rekreasi antar warga atau


kelompok tertentu?

- Fasilitas apa yang digunakan jika pergi berekreasi?

6. Ekonomi

- Apakah warga memiliki pekerjaan yang tetap?

- Berapa jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan?

- Berapa jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan?

- Berapa jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga, dan


lanjut usia?

C. Pengkajian komunitas pada klien hipertensi

1. Riwayat kesehatan

- Apakah anda pernah merasa berat di tengkuk?

- Apakah anda sering merasa pusing?

- Apakah anda pernah merasa pandangan kabur?

19
- Apakah anda merasa telinga berdengung?

- Apakah anda merasa kesulitan untuk tidur?

- Apakah anda sering merasa jantung berdebar-debar?

2. Riwayat kesehatan keluarga

- Apakah di dalam keluarga ada anggota keluarga yang


mengalami hipertensi?

3. Makanan yang dikonsumsi

- Biasanya anda lebih sering makan makanan yang (Asin, manis,


pedas)?

- Berapa banyak anda makan dalam sehari?

- Apakah anda sering mengemil makanan seperti kue, roti,


biscuit, makanan berlemak, santan, jeroan dan tetelan? Jika iya,
berapa kali dalam seminggu?

- Apakah anda pernah mengkonsumsi alcohol?

- Apakah anda pernah mengkonsumsi kopi? Jika iya, berapa kali


dalam sehari?

- Apakah anda merokok? Jika iya, berapa batang yang anda


habiskan dalam sehari?

4. Aktivitas fisik

- Berapa kali anda berolahraga dalam seminggu? Berapa durasi


waktunya?

5. Riwayat pengobatan

- Apakah yang anda lakukan dalam mengatasi rasa nyeri/berat di


tengkuk tersebut?

6. Komunikasi

- Darimanakah anda mendapatkan informasi mengenai


hipertensi?

- Apakah yang telah anda lakukan dalam perawatan hipertensi


dalam kehidupan sehari-hari?
20
- Apakah ada papan pengumuman tentang hipertensi di
lingkungan anda? Jika iya, Apakah anda mengerti isi dari
informasi tersebut?

- Apakah anda juga mendapatkan informasi mengenai


hipertensi dari teman terdekat atau tetangga?

D. Deteksi Kanker

Langkah-langkah yang dilakukan antara lain:

1. Mempersiapkan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Memetakan Fasilitas


Kesehatan Tingkat Pertama yang dapat melakukan pemeriksaan
Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara

2. Melakukan pemetaan peserta wanita sudah menikah dan wanita


berisiko dengan ketentuan:

a. Berisiko tinggi Kanker Leher Rahim, antara lain:


menikah/hubungan seksual pada usia muda, sering melahirkan,
merokok, berganti-ganti pasangan seksual, dan infeksi menular
seksual.

1) Apakah anda sudah menikah?

2) Apakah anda pernah melakukan hubungan seksual pada usia


muda?

3) Berapakali anda melahirkan?

4) Apkah anda merokok ?

5) Apakah anda pernah berganti-ganti pasangan seksual?

6) Apakah anda pernah mengalami infeksi menular seksual ?

b. Berisiko tinggi Kanker Payudara, antara lain: riwayat keluarga ada


yang menderita Kanker Payudara, menstruasi dini, wanita yang
mempunyai anak pertama diatas usia 30 tahun, tidak pernah
menyusui, menopause usia lanjut, riwayat tumor jinak payudara,
terapi hormon, pajanan radiasi, kontrasepsi oral terlalu lama,
alkohol dan trauma terus menerus

1) Apakah ada keluarga anda yang menderita kangker payu dara?

2) Pada umur berapakah anda mulai menstruasi?


21
3) Pada usia berapa anda melahirkan anak pertama?

4) Apakah anda memberikan ASI kepada anak anda?

5) Apakah anda masih menstruasi setiap bulannya? Kapan


terkahir menstruasi?

6) Apakah sebelumnya anda mempunyai riwayat tumor jinak


payudara?

7) Apakah anda pernah melakukan terapi hormon?

8) Apakah anda berada di lingkungan yang terpapar radiasi?

9) Apakah anda mengkonsumsi pik KB? Berapa lama anda


mengkonsumsinya?

10) Apakah anda pernah mengkonsumsi alkohol?

11) Apakah anda pernah mengalami trauma yang terus-menrus?

3. Peserta mendapatkan rekomendasi dari Fasilitas Kesehatan Tingkat


Pertama

4. Peserta mendaftar dengan lembar kesediaan Formulir Permohonan


Pelayanan Deteksi Kanker Leher Rahim atau Kanker Payudara

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gaya hidup monoton b.d kurang pengetahuan tentang keuntungan


olahraga bagi kesehatan : suatu kebiasaan hidup yang dicirikan dengan
aktivitas fisik yang rendah.

2. Perilaku kesehatan cenderung beresiko b.d kurang dukungan sosial :


Hambatan kemampuan untuk mengubah gaya hidup/perilaku dalam
cara yang memperbaiki status kesehatan.

3. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan b.d keterampilan komunikasi


yang tidak efektif : ketidakmampuan mengidentifikasi, mengelola,
dan/atau mencari bantuan untuk mempertahankan kesehatan.

4. Defisiensi kesehatan komunitas b.d ketidakcukupan akses pada


pemberi layanan kesehatan.

5. Ketidakefektifan manajemen kesehatan b.d kurang dukungan sosial.

22
F. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Dx.1 Gaya hidup monoton b.d kurang pengetahuan tentang


keuntungan olahraga bagi kesehatan

Kriteria hasil :

- Faktor lingkungan yang mempengaruhi perilaku kesehatan

- Strategi pencegahan penyakit

- Manfaat dukungan sosial

- Manfaat olahraga teratur

- Perilaku meningkatkan kesehatan

NIC:

- Peningkatan Latihan : Latihan kekuatan.

- Terapi latihan : Latihan pergerakan sendi.

- Bantuan modifikasi diri.

- Fasilitasi tanggung jawab diri.

2. Dx. 2 Perilaku kesehatan cenderung beresiko b.d kurang dukungan


sosial

Kriteria hasil :

- Penerimaan status kesehatan

a. Mempertahankan hubungan

b. Menyesuaikan perubahan dalam status kesehatan

c. Membuat keputusan tentang kesehatan

- Kepercayaan mengenai kesehatan

a. Merasakan dukungan dari tetangga

b. Merasakan dukungan dari penyedia layanan kesehatan

c. Merasakan dukungan dari dukungan kelompok sendiri

NIC:
23
- Modifikasi perilaku.

- Membangun hubungan yang kompleks.

- Peningkatan koping.

- Dukungan pengambilan keputusan.

3. Dx. 3 Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan b.d kurang


pengetahuan tentang keuntungan olahraga bagi kesehatan

Kriteria hasil :

- Keseimbangan Gaya Hidup

a. Mengenali kebutuhan untuk menyeimbangkan aktivitas-


aktivitas hidup

b. Mencari informasi tentang startegi untuk aktivitas


hidupyang seimbang

- Pengetahuan : Manajemen Kanker

a. Hasil skrining abnormal

b. Tanda dan gejala kanker

c. Diagnosis kanker tertentu.

- Pengetahuan : Manajemen Hipertensi

a. Target tekanan darah dipertahankan

b. komplikasi potensial hipertensi

c. Pilihan pengobatan yang tersedia

d. manfaat pengobatan jangka panjang

- Pengetahuan : gaya hidup sehat

a. strategi pencegahan penyakit

b. Pentingnya skrining pencegahan

c. strategi meningkatkan keseimbangan hidup

NIC :

24
- Berikan pendidikan kesehatan.

- Peningkatan kesadaran kesehatan.

- Lakukan Skrining kesehatan.

- Berikan panduan sistem pelayanan kesehatan.

- Fasilitasi pembelajaran.

4. Dx. 4 Defisiensi kesehatan komunitas b.d ketidakcukupan akses pada


pemberi layanan kesehatan

Kriteria hasil

- Status imun komunitas

a. Tingkat imunisasi sama dengan atau lebih besar dari


standar

b. Skrining pada populasi beresiko infeksi

c. Kepatuhan dengan rekomendasi imunisasi

- Kontrol resiko komunitas penyakit kronik

a. Penyediaan program pendidikan publik tentang penyakit


kronis

b. Tingkat partisipasi populasi target dalam program


pengurangan resiko

c. Ketersediaan program preventif

d. ketersediaan program pendidikan manajemen penyakit


kronis sendiri

e. pemantauan insiden penyakit kronis

f. pemantauan komplikasi penyakit kronis

- Kefektifan skrining kesehatan komunitas

a. identifikasi kondisi berisiko tinggi yang umum di


komunitas

b. pemilihan skrining difokuskan pada deteksi dini

25
c. identifikasi kebutuhan skrining untuk orang dewasa

NIC :

- Pengembangan kesehatan komunitas.

- Manajemen sumber daya keuangan.

- Skrining kesehatan.

5. Dx. 5 Ketidakefektifan manajemen kesehatan b.d kurang dukungan


sosial

Kriteria hasil :

- Perilaku patuh

a. Menanyakan pertanyaan terkait kesehatan

b. mencari informasi kesehatan dari berbagai macam sumber

c. Menggunakan informasi kesehatan yang dapat dipercaya


untuk mengembangkan strategi

NIC :

- Membangun hubungan yang kompleks.

- Modifikasi perilaku.

- Peningkatan koping.

- Konseling.

- Dukungan emosional.

- Panduan sistem pelayanan kesehatan.

26
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian


secara global. Proporsi penyebab kematian PTM pada orang-orang
berusia kurang dari 70 tahun, penyakit cardiovascular merupakan
penyebab terbesar (39%), diikuti kanker (27%), sedangkan penyakit
pernafasan kronis, penyakit pencernaan dan PTM yang lain bersama-sama
menyebabkan sekitar 30% kematian, serta 4% kematian disebabkan
diabetes. Peningkatan kejadian PTM berhubungan dengan peningkatan
faktor risiko akibat perubahan gaya hidup seiring dengan perkembangan
dunia yang makin modern, pertumbuhan populasi dan peningkatan usia
harapan hidup.

1.2 Saran

Jagalah kesehatan mulai dari merubah gaya hidup tidak sehat untuk
meningkatkan harapan hidup anda. Kenali tanda dan gejala setiap penyakit
dan jangan ragu untuk memeriksakan kesehatan anda.

27
DAFTAR PUSTAKA

Andrea, GY. (2013). ”bab ii”.


http://eprints.undip.ac.id/43896/3/Gilang_YA_G2A009181_Bab2KTI.pd
f (diakses pada Senin, 4 November 2019 pukul 16.00 WITA)

Bibi, A dkk. (2017). “ASUHAN KEPERAWATAN PADA AGREGAT DALAM


KOMUNITAS: KESEHATAN WANITA DAN PRIA”.
https://kupdf.net/download/asuhan-keperawatan-pada-agregat-kesehatan-
wanita-dan-pria.pdf (diakses pada Minggu, 3 November 2019 pukul
23.00 WITA)

Indiranti, A. (2013). “bab ii”.


http://repository.ump.ac.id/603/3/BAB_II_AGUSTINA_INDRIANTI_K
EPERAWATAN.pdf (diakses pada Senin, 4 November 2019 pukul 16.00
WITA)

Nuratif, A.H. & Kusuma, H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
MediAction.

28

Anda mungkin juga menyukai