OLEH:
AN NISA ELCA PUTRI NIM : 10012681822008
DIAN KURNIA SARI NIM : 10012681822005
NENY HARYANTI NIM : 10012681822006
WAHYU AURORA NIM : 10012611822002
Dosen Pengajar
Dr. Haerawati Idris, S.KM., M.Kes
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2018
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
BAB I.......................................................................................................................2
PENDAHULUAN...................................................................................................3
1.1 Latar Belakang................................................................................................3
1.2 Tujuan.............................................................................................................5
BAB II......................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................6
2.1 Sistem Kesehatan Nasional............................................................................6
2.2 Sistem Kesehatan Nasional dalam Indikator Sustainable Development Goals (SDGS)
9
2.4. Kematian Akibat Penyakit Tidak Menular, faktor risiko dan Program-Program dalam
Menurunkan Angka Kematian akibat PTM.......................................................13
BAB III..................................................................................................................16
KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................16
3.1 Kesimpulan...................................................................................................17
3.2 Saran.............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai penulis melalui kajian ini adalah untuk menganalisis salah
satu indikator SDGS yaitu Menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi
semua orang terutama dalam mengurangi kematian akibat Penyakit Tidak Menular
2.2 Sistem Kesehatan Nasional dalam Indikator Sustainable Development Goals (SDGS)
Konsep SDGs diperlukan sebagai kerangka pembangunan baru yang mengakomodasi
semua perubahan yang terjadi pasca 2015, Millennium Development Goals (MDGs). Konsep
SDGs melanjutkan konsep pembangunan Millenium Development Goals (MDGs) di mana
konsep itu sudah berakhir pada tahun 2015. Jadi, kerangka pembangunan yang berkaitan dengan
perubahan situasi dunia yang semula menggunakan konsep MGDs sekarang diganti SDGs.
Adapun tiga pilar yang menjadi indikator dalam konsep pengembangan SDGs yaitu,
pertama indikator yang melekat pembangunan manusia (Human Development), di antaranya
pendidikan, kesehatan. Indikator kedua yang melekat pada lingkungan kecilnya (Social
Economic Development), seperti ketersediaan sarana dan prasarana lingkungan, serta
pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, indikator ketiga melekat pada lingkungan yang lebih besar
(Environmental Development), berupa ketersediaan sumber daya alam dan kualitas lingkungan
yang baik. Sebelumnya sektor kesehatan dalam MDGs terdapat 4 Goals, 8 target dan 31
indikator sedangkan pada SDGs terdapat 4 goals, 19 target dan 31 indikator. Keempat goals
tersebut berada pada posisi 2, 3, 5 dan 6 antara lain :
2. Tanpa Kelaparan, tidak ada lagi kelaparan, mencapai ketahanan pangan, perbaikan nutrisi,
serta mendorong budidaya pertanian yang berkelanjutan.
3. Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan Menjamin kehidupan yang sehat serta mendorong
kesejahteraan hidup untuk seluruh masyarakat di segala umur.
5. Kesetaraan Gender, mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan kaum ibu dan
perempuan.
6. Air Bersih dan Sanitasi, menjamin ketersediaan air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan
untuk semua orang.
Tujuan ke 3 Menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua
orang di segala usia, yaitu pada 2030 (9 Targets dan 4 means of implementations):
Mengurangi AKI hingga di bawah 70 per 100.000 KH
Mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat dicegah, dengan menurunkan Angka
Kematian Neonatal hingga 12 per 1.000 KH dan Angka Kematian Balita 25 per 1.000 KH;
Mengakhiri epidemi AIDS, tuberkulosis, malaria dan penyakit tropis yang terabaikan, serta
memerangi hepatitis, penyakit bersumber air dan penyakit menular lainnya;
Mengurangi 1/3 kematian prematur akibat penyakit tidak menular melalui pencegahan dan
perawatan, serta mendorong kesehatan dan kesejahteraan mental;
Memperkuat pencegahan dan perawatan penyalahgunaan zat, termasuk penyalahgunaan
narkotika dan alkohol yang membahayakan;
Mengurangi setengah jumlah global kematian dan cedera akibat kecelakaan lalu lintas;
Menjamin akses semesta kepada pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi;
Mencapai universal health coverage, termasuk perlindungan risiko keuangan, akses kepada
pelayanan kesehatan dasar berkualitas dan akses kepada obat-obatan dan vaksin dasar yang
aman, efektif, dan berkualitas bagi semua orang;
Mengurangi secara substansial kematian dan kesakitan akibat senyawa berbahaya serta
kontaminasi dan polusi udara, air, dan tanah.
Targets Sistem Kesehatan Nasional (Means of implementations / perangkat
implementasi)
Memperkuat implementasi FCTC WHO di seluruh negara sesuai keperluan
Mendukung penelitian dan pengembangan vaksin, obat penyakit menular maupun tidak
menular terutama di negara-negara berkembang, menyediakan akses obat dan vaksin dasar
yang terjangkau, sesuai Doha Declaration tentang TRIPS Agreement and Public Health,
yang menegaskan hak negara berkembang untuk menggunakan secara penuh ketentuan-
ketentuan dalam kesepakatan atas aspek-aspek terkait Perdagangan pada Hak Properti
Intelektual terkait keleluasaan untuk melindungi kesehatan masyarakat, khususnya
menyediakan akses obat bagi semua orang
Secara substansial meningkatkan pembiayaan kesehatan serta rekrument, pengembangan,
pelatihan, dan retensi tenaga kesehatan di negara-negara berkembang, terutama negara-
negara tertinggal dan negara bagian pulau kecil yang sedang berkembang
Memperkuat kapasitas seluruh negara, khususnya negara-negara berkembang dalam hal
peringatan dini, penurunan risiko serta pengelolaan risiko kesehatan nasional
Dua pertiga dari 52,8 juta kematian di seluruh dunia pada tahun 2010 disebabkan oleh
penyakit tidak menular, dengan penyakit jantung iskemik, stroke, obstruktif kronik penyakit
paru-paru, kanker paru-paru, dan peringkat diabetes di antara sepuluh penyebab utama.Laporan
menunjukkan bahwa PTM sejauh ini merupakan penyebab utama kematian di dunia, yang
mewakili 63% dari semua kematian tahunan. PTM membunuh lebih dari 36 juta orang setiap
tahun. Sekitar 80% dari semua kematian PTM terjadi di negara berpenghasilan rendah dan
menengah. Beberapa fakta penting lain tentang PTM yaitu lebih dari 9 juta dari semua kematian
dikaitkan dengan PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, 90% dari kematian "prematur" terjadi di
negara berpenghasilan rendah dan menengah. Kematian akibat penyakit kardiovaskular paling
banyak disebabkan oleh PTM yaitu sebanyak 17,3 juta orang per tahun, diikuti oleh kanker (7,6
juta), penyakit pernafasan (4,2 juta), dan DM (1,3 juta). Keempat kelompok jenis penyakit ini
menyebabkan sekitar 80% dari semua kematian PTM dan ada empat faktor risiko penting yaitu
penggunaan tembakau, aktivitas fisik, penggunaan alkohol berlebihan, dan diet yang tidak sehat
(WHO, 2013).
Di Indonesia transisi epidemiologi menyebabkan terjadinya pergeseran pola penyakit, di
mana penyakit kronis degeneratif sudah terjadi peningkatan. Dalam kurun waktu 20 tahun
(SKRT 1980 – 2001), proporsi kematian penyakit infeksi menurun secara signifikan, namun
proporsi kematian karena penyakit degeneratif (jantung dan pembuluh darah, neoplasma,
endokrin) meningkat 2 – 3 kali lipat. Penyakit stroke dan hipertensi di sebagian besar rumah
sakit cenderung meningkat dari tahun ke tahun dan selalu menempati urutan teratas. Dalam
jangka panjang, prevalensi penyakit jantung dan pembuluh darah diperkirakan akan semakin
bertambah.
Berdasarkan data yang dihimpun Kemenkes, pada 1990, angka kematian akibat PTM di
Indonesia berada pada angka 37%. Angka tersebut terus mengalami kenaikan. Pada 2000,
kematian akibat PTM menjadi 49%. Selanjutnya pada 2010 angka tersebut kembali meningkat
menjadi 58%. Terakhir, hingga pertengahan 2015, diketahui kematian akibat PTM telah
mencapai 57% (Kemenkes, 2017). Ada 10 penyakit penyebab terbesar kematian yakni stroke,
kecelakaan lalu lintas, jantung iskemik, kanker, diabetes melitus, tuberkulosis, infeksi saluran
pernafasan atas, depresi, asfiksia dan trauma kelahiran serta penyakit paru obstruksi kronis.
Klaim BPJS tahun 2014 untuk 4,8 juta kasus penyakit jantung mencapai Rp 8,189 triliun.
Tahun 2015 hingga Triwulan III terdapat 3,9 juta kasus dengan total klaim Rp 5,462 triliun.
Klaim BPJS tahun 2014 untuk 894 kasus penyakit kanker mencapai RP 2 triliun (894 ribu
kasus). Tahun 2015 terdapat 724 ribu kasus dengan total klaim Rp 1,3 triliun. Berdasarkan biaya
kesehatan tersebut, dapat disimpulkan bahwa PTM menjadi ancaman serius bagi
keberlangsungan Program Jaminan Kesehatan Nasional.
Rokok merupakan faktor risiko utama Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti kanker,
penyakit jantung dan pembuluh darah, serta penyakit paru obstruktif kronis. Didukung dengan
Data WHO yang menyatakan Indonesia sebagai pasar rokok tertinggi ketiga di dunia setelah
China dan India. Prevalensi perokok laki laki dewasa di Indonesia paling tinggi di dunia
(68,8%). Penurunan kualitas dan produktivitas generasi penerus bangsa akibat mengonsumsi
rokok akan menghambat pembangunan.
2.4. Kematian Akibat Penyakit Tidak Menular, faktor risiko dan Program-Program dalam
Menurunkan Angka Kematian akibat PTM
Non Communicable Disease (NCD) salah satu penghalang utama untukpengembangan
dan pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs). Yang mendasarinya penyebab
NCDadalahfaktor risiko, mereka juga merupakan penyebab utama ketidaksetaraan kesehatan
(WHO, 2013). Faktor risiko utama untuk NCD untuk individu dikenal dan serupa di semua
negara (Yusuf et al, 2004). Penggunaan tembakau, makanan tinggi lemak jenuh dan trans,
garam, dan gula (terutama dalam minuman manis), aktivitas fisik, dan konsumsi alkohol yang
berbahaya menyebabkan lebih dari dua pertiga dari semua kasus baru NCD dan meningkatkan
risiko komplikasi pada orang dengan NCD.Setiap hari lebih dari 1 miliar orang merokok atau
mengunyah tembakau karena kecanduan nikotin mereka, dan sekitar 15.000 orang meninggal
karena penyakit yang berhubungan dengan tembakau; penggunaan tembakau menyumbang
setengah ketidaksetaraan kesehatan, karena dinilai oleh pendidikan, dalam kematian laki-laki
(Zatonski et al, 2008). Penggunaan tembakau telah jatuh di banyak negara berpenghasilan ting\gi
mayoritas laki-laki, tetapi sekarang meningkat pesat di banyak berpenghasilan rendah dan
negara-negara berpenghasilan menengah dengan prevalensi lebih banyak dari 25% pada remaja
di beberapa negara. Kenaikan ini karena aktivitas industri tembakau yang tidak terkendali dan
upaya yang terus-menerus untuk mempengaruhi dan melemahkan kebijakan terkait kontrol
tembakau (Malone, 2010).
Konsumsi makanan tinggi jenuh dan lemak trans, garam, dan gula yang diproduksi
industri adalah penyebab setidaknya 14 juta kematian atau 40% dari semua kematian setiap
tahun dari PTM (WHO, 2011). Sebagai contoh, konsumsi garam yang berlebihan menyebabkan
hingga 30% dari semua kasus hipertensi Ketidakaktifan fisik menyebabkan sekitar 3 juta atau
8% dari semua kematian per tahun dari NCD. Konsumsi alkohol memimpin menjadi 2-3 juta
kematian setiap tahun, 60% diantaranya adalah karena NCD, dan memiliki kesehatan yang
buruk, sosial, dan ekonomi efeknya, dan bukan hanya untuk orang yang minum.Perubahan dalam
lingkungan sosial dan ekonomi telah menghasilkan faktor risiko untuk menjadi NCD luas
(Geneau et al, 2010).
NCD secara tidak langsung mempengaruhi keluarga yang miskin dengan demikian
meningkakan ketidaksetaraan (WHO, 2008). Orang yang miskin hidup dalam pengaturan di
mana kebijakan, legislasi, dan peraturan untuk menangani NCD tidak ada atau tidak memadai.
Selain itu, mengurangi akses ke layanan komprehensif untuk pencegahan dan pengobatan NCD
muncul karena alasan finansial dan sistem kesehatan yang lemah. NCD juga menyebabkan
kemiskinan. Sebagian besar bersifat kronis dan bisa menyebabkan pengeluaran berkelanjutan
yang menjebak rumah tangga miskin dalam siklus hutang dan penyakit, mengancam kesehatan
dan ketidaksetaraan ekonomi. Di India, satu dari empat keluarga di yang mana anggota keluarga
memiliki penyakit kardiovaskular dengan pengeluaran bencana atau besar; sebagai hasilnya,
10% dari ini keluarga menjadi miskin (Mahal, 2010). Hilangnya produktivitas mengurangi daya
kerja manusia yang efektif, yang menghasilkan pengurangan output ekonomi secara keseluruhan.
Untuk setiap 10% peningkatan mortalitas dari NCD, pertumbuhan ekonomi tahunan diperkirakan
dikurangi dengan 0-5% (Stuckler, 2010). Atas dasar bukti ini, maka World Economic Forum
sekarang menempatkan NCD sebagai salah satu dari ancaman global atas terhadap pembangunan
ekonomi
Untuk mengurangi dan menurunkan angka kematian akibat penyakit tidak menular serta
faktor risiko dari PTM maka beberapa negara memprioritaskan hal-hal terkait Sistem Kesehatan
dalam Penyakit Tidak Menular :
A. Kebijakan Kontrol Penggunaan Tembakau
Kontrol tembakau yang dipercepat sebagai prioritas untuk melakukan tindakan segera
adalah mencapai sasaran global yang disarankan pada 2040 dunia yang pada dasarnya bebas dari
tembakau di mana kurang dari 5% dari populasi yang menggunakan tembakau. Implementasi
penuh dari empat Kerangka tentang strategi Framework on Tembakau Control (FCTC) akan
mencegahnya 5,5 juta kematian selama 10 tahun di 23 negara berpenghasilan rendah dan negara
berpenghasilan menengah dengan beban NCD yang tinggi (Asaria, 2007). Hasil penting dari UN
HLM adalah tekad baru untuk mempercepat penerapan penuh semua aspek FCTC. Jika Tindakan
ini akan terjadi maka manfaat kesehatan dan ekonomi membaik karena pengurangan paparan
asap tembakau, baik langsung maupun tangan kedua, akan mengurangi beban kardiovaskular
penyakit dalam 1 tahun dan dengan demikian pengeluaran kesehatan terhadap NCD (Suns et al,
2010).
B. Pengurangan Garam
Pengurangan konsumsi garam adalah prioritas utama lainnya karena itu akan
menyebabkan menurunkan tekanan darah, salah satunya faktor risiko utama untuk stroke dan
penyakit jantung. Pengurangan konsumsi garam kepada seluruh populasi hanya 15% - melalui
kampanye media massa dan reformulasi produk makanan oleh industri - akan terhindar 8,5 juta
kematian kematian selama 10 tahun di 23 negara denganNCD tinggi (Asaria, 2007). Dalam
jangka panjang, pengurangan garam Konsumsi akan memiliki efek yang lebih besar sejak
dikurangi Asupan akan menipiskan tekanan darah terkait usia meningkat, dan setiap risiko kecil
defisiensi yodium dapat ditangani oleh sarana lain (Verkaik et al, 2010) Penggantian garam
dalam negara-negara seperti Cina, di mana banyak garamnya ditambahkan saat memasak dan
makan, akan bermanfaat strategi karena konsumsi makanan olahan meningkat di banyak negara,
perubahan dalam norma industri untuk mengurangi penambahan garam sekarang akan menjadi
penting manfaat di masa depan (Cobiac, 2010). Meskipun peraturan pemerintah mungkin
diperlukan. Tujuan global kami yang disarankan adalah mengurangi asupan garam dunia ke
kurang dari 5 g (atau 2000 mg sodium) per orang per haripada tahun 2025 (WHO,2013)
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Anderson P, Chisholm D, Fuhr D. Effectiveness and cost-eff ectiveness of policies and
programmes to reduce the harm caused by alcohol. Lancet 2009; 373:2234–46.
Allen, L., Williams, J., Townsend, N., Mikkelsen, B., Roberts, N., Foster, C., &
Wickramasinghe, K. 2017. Socioeconomic status and non-communicable disease
behavioural risk factors in low-income and lower-middle-income countries: a systematic
review. The Lancet Global Health, 5(3), e277-e289.
Antara, 2017. Kemenkes: Penyakit tidak Menular Mendominasi Penyebab Kematian, diakses
pada Antaranews,com, tanggal 12 Agustus 2017
Beaglehole, R., Bonita, R., Horton, R., Adams, C., Alleyne, G., Asaria, P., ... & Cecchini, M.
2011. Priority actions for the non-communicable disease crisis. The Lancet, 377(9775),
1438-1447.
Cecchini M, Sassi F, Lauer JA, et al. Tackling of unhealthy diets, physical inactivity, and
obesity: health eff ects and cost-effectiveness. Lancet 2010; 376:1775–84.
Cobiac LJ, Vos T, Veerman JL. Cost-eff ectiveness of interventions to reduce dietary salt intake.
Depkes RI. 2009. Sistem Kesehatan Nasional di Indonesia. Jakarta: Depkes RI.
Geneau R, Stuckler D, Stachenko S, et al. Raising the priority of preventing chronic diseases: a
political process. Lancet 2010; 376:1689–98.
Group CSSSC: Salt substitution: a low-cost strategy for blood pressure control among rural
Chinese. A randomized, controlled trial. J Hypertens 2007; 25:2011–18.
Jha P, Peto R, Zatonski W, et al. Social inequalities in male mortality, and in male mortality from
smoking: indirect estimation from national death rates in England and Wales, Poland, and
North America. Lancet 2006; 368:367–70.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan
Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI;
2012. hlm. 1-28.
Lim SS, Gaziano TA, Gakidou E, et al. Prevention of cardiovascular disease in high-risk
individuals in low-income and middle-income countries: health eff ects and costs. Lancet
2007; 370:2054–62.
Lock K, Pomerleau J, Causer L, Altmann DR, McKee M. The Global Burden of Disease due to
low fruit and vegetable consumption: implications for the global strategy on diet. Bull
WHO 2005; 83:100–08.
Mahal A, Karan A, Engelau M. The economic implications of non communicable disease for
India. Washington: World Bank, 2010.
Malone R. The tobacco Industry. In: Wiist W, ed. The bottom line or public health: tactics
corporations use to infl uence health and health policy, and what we can do to counter t
hem. New York: Oxford University Press, 2010.
Oyebode, O., Pape, U. J., Laverty, A. A., Lee, J. T., Bhan, N., & Millett, C. 2015. Rural, urban
and migrant differences in non-communicable disease risk-factors in middle income
countries: a cross-sectional study of WHO-SAGE data. PloS one, 10(4), e0122747.
WHO.2015.“Noncommunicable diseases”.http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs355/en/ .
Diakses tanggal 8 September 2015.
World Health Organisation. NCD Global Monitoring Framework. 2013.
WHO. Commission on the Social Determinants of health. Geneva: World Health Organization,
2008.
World Economic Forum. Global risks 2011. http://riskreport. weforum.org/ (accessed Feb 21,
2011).
WHO. Global strategy on diet, physical activity and health. Geneva: World Health Organization,
2004. http://www.who.int/dietphysicalactivity/publications/recsmarketing/en/index.html
(accessed Feb 21, 2011)
Yusuf S, Hawken S, Ounpuu S, et al. Eff ects of potentially modifiable risk factors associated
with myocardial infarction in 52 countries (the INTERHEART Study); case control
study.Lancet 2004; 364:937–52