Anda di halaman 1dari 59

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AGREGAT

DALAM KOMUNITAS : KESEHATAN WANITA DAN PRIA

Dosen Pengampu : Puji lestari , S.Kep., Ns.,M.Kep

Disusun Oleh :
Aldo sanasta sanada (010217A)
Dyah tri utami (010217A)
Ferdi hendriyanus muhu (010217A016)
Henik hartanti (010217A)
Junita F Sae (010217A021)
Subagyo (010217A)
Tutik nur baiti (010217A)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2018
DAFTAR ISI

Halaman Judul …………………………………………………………………… i

Daftar isi …………………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………………………………….. 1

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Penyakit Tidak Menular


1. Definisi …………………………………………………..
2. Prevalensi Penyakit Tidak Menular …………………………..
B. Hipertensi
1. Definisi ………………………………………………….
2. Etiologi ………………………………………………….
3. Patofisiologi Hipertensi ………………………………….
4. Tanda dan Gejala Hipertensi ………………………….
5. Faktor-faktor resiko hipertensi ………………………….
6. Komplikasi Hipertensi ………………………………….
7. Tingkatan Hipertensi ………………………………………….
8. Pengendalian Hipertensi ………………………………….
C. Kanker Payudara
1. Definisi ………………………………………………….
2. Etiologi ………………………………………………….
3. Faktor resiko kanker payudara ………………………….
4. Manifestasi klinis …………………………………………
5. Klasifikasi TNM kanker payudara & harapan hidup ………….
6. Tipe kanker payudara …………………………………………
7. Pemeriksaan penunjang …………………………………
8. Komplikasi …………………………………………………
9. Penatalaksanaan …………………………………………
10. Pengobatan kanker payudara ………………………………………….
11. Pencegahan kanker payudara ………………………………………….

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian………………………………………………………………….
B. Diagnosa Keperawatan ………………………………………………….
C. Intervensi Keperawatan ………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………….


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global.
Data WHO menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi di dunia pada tahun
2008, sebanyak 36 juta atau hampir dua pertiganya disebabkan oleh Penyakit Tidak
Menular. PTM juga membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda. Di negara-negara
dengan tingkat ekonomi rendah dan menengah, dari seluruh kematian yang terjadi pada
orang-orang berusia kurang dari 60 tahun, 29% disebabkan oleh PTM, sedangkan di
negara-negara maju, menyebabkan 13% kematian. Proporsi penyebab kematian PTM pada
orang-orang berusia kurang dari 70 tahun, penyakit cardiovascular merupakan penyebab
terbesar (39%), diikuti kanker (27%), sedangkan penyakit pernafasan kronis, penyakit
pencernaan dan PTM yang lain bersama-sama menyebabkan sekitar 30% kematian, serta
4% kematian disebabkan diabetes.

Menurut Badan Kesehatan Dunia WHO, kematian akibat Penyakit Tidak Menular
(PTM) diperkirakan akan terus meningkat di seluruh dunia, peningkatan terbesar akan
terjadi di negara-negara menengah dan miskin. Lebih dari dua pertiga (70%) dari populasi
global akan meninggal akibat penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit jantung,
stroke dan diabetes. Dalam jumlah total, pada tahun 2030 diprediksi akan ada 52 juta jiwa
kematian per tahun karena penyakit tidak menular, naik 9 juta jiwa dari 38 juta jiwa pada
saat ini.

Secara global, regional dan Nasional pada tahun 2030 transisi epidemiologi dari
penyakit menular menjadi penyakit tidak menular semakin jelas. Diproyeksikan jumlah
kesakitan akibat penyakit tidak menular dan kecelakaan akan meningkat dan penyakit
menular akan menurun. PTM seperti kanker, jantung, DM dan paru obstruktif kronik, serta
penyakit kronik lainnya akan mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2030.
Sementara itu penyakit menular seperti TBC, HIV/AIDS, Malaria, Diare dan penyakit
infeksi lainnya diprediksi akan mengalami penurunan pada tahun 2030. Peningkatan
kejadian PTM berhubungan dengan peningkatan faktor risiko akibat perubahan gaya hidup
seiring dengan perkembangan dunia yang makin modern, pertumbuhan populasi dan
peningkatan usia harapan hidup.

Indonesia dalam beberapa dasawarsa terakhir menghadapi masalah Triple Burden


Diseases. Di satu sisi, penyakitmenular masih menjadi masalah ditandai dengan masih
sering terjadi KLB beberapa penyakit menular tertentu , munculnya kembali beberapa
penyakit menular lama (Re-Emerging Diseases). Di sisilain, PTM menunjukkan adanya
kecenderungan yang semakinmeningkat dari waktu ke waktu.

Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 dan 2001, tampak bahwa selama 12 tahun (1995-2007)
telah terjadi transisi epidemiologi dimana kematian karena penyakit tidak menular
semakin meningkat, sedangkan kematian karena penyakit menular semakin menurun.

Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (2007), terdapat 50.1% responden laki-laki
yang terkena Hipertensi. Hal ini dikarenakan prevalensi merokok di Indonesia sangat
tinggi, terutama pada laki-laki mulai dari anak, remaja dan dewasa. Data dari Riskesdas
tahun 2010 menunjukkan prevalensi perokok 16 kali lebih tinggi pada laki-laki (65.9%)
dibandingkan perempuan (4.2%). Selain dari merokok, hal lain yang memicu tingginya
hipertensi disebabkan oleh kebiasaan memakan makanan yang kadar asupan lemaknya
>30%, aktivitas fisik yang sangat kurang dan mengalami stress. Sedangkan, prevalensi
asma dan kanker di Indonesia cenderung lebih tinggi pada perempuan dibandingkan
dengan laki-laki. Prevalensi kanker cenderung lebih tinggi pada masyarakat kotadibanding
pedesaan dan cenderung lebih tinggi pada orang yang berpendidikan tinggi. Hal ini
disebabkan karena gaya hidup yang tidak sehat, kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat
saji, serta kurangnya aktivitas fisik (Riskesdas, 2013).

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi prevalensi PTM
di Indonesia, namun belum sepenuhnya mencapai derajat kesehatan yang optimal. Sebagai
seorang perawat, peran kita tidak hanya sebagai pemberi pengobatan ataupun perawatan di
rumah sakit, namun juga dapat berperan sebagai perawat komunitas yang berperan
meliputi pendidik, pengamat kesehatan, koordinator pelayanan kesehatan, peran
pembaharu, role model dan fasilitator kesehatan. Peran perawat komunitas dalam
mengurangi PTM yaitu dengan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat seoptimal
mungkin melalui praktik keperawatan komunitas, dilakukan melalui peningkatan kesehatan
(Promotif), dan pencegahan penyakit (preventif) di semua tingkat pencegahan (levels of
prevention) tanpa mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitative.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PENYAKIT TIDAK MENULAR


1. Definisi
Penyakit tidak menular (PTM) merupakan salah satu atau masalah kesehatan
dunia dan Indonesia yang sampai saat ini masih menjadi perhatian dalam dunia
kesehatan karena merupakan salah satu penyebab dari kematian (Jansje&Samodra
2013). Penyakit tidak menular (PTM), juga dikenal sebagai penyakit kronis, tidak
ditularkan dari orang ke orang, mereka memiliki durasi yang panjang dan pada
umumnya berkembang secaralambat (Riskesdas, 2013). Menurut Bustan (2007), dalam
Buku Epidemiologi Penyakit Tidak Menular mengatakan bahwa yang tergolong
kedalam PTM antara lain adalah; Penyakit kardiovaskuler (jantung, atherosklerosis,
hipertensi, penyakit jantung koroner dan stroke), diabetes mellitus sertakanker.

2. Prevalensi Penyakit Tidak Menular


Menurut data WHO, PTM merupakan penyebab kematian utama di dunia di
bandingkan penyebab lainnya. Hampir 80% kematian akibat PTM terjadi di Negara –
Negara berpenghasilan bawah - menengah (WHO, 2010).
Penyakit Tidak Menular (PTM) di Indonesia diprediksi akan mengalami
peningkatan yang signifikan pada tahun 2030. Sifatnya yang kronis dan menyerang usia
produktif, menyebabkan permasalahan PTM bukan hanya masalah kesehatan saja, akan
tetapi mempengaruhi ketahanan ekonomi Nasional jika tidak dikendalikan secara tepat,
benar dan kontinyu.
Berdasarkan Riskesdas tahun 2013 diketahui bahwa penyakit tidak menular
(PTM) merupakan penyakit kronis yang tidak ditularkan dari orang ke orang. Data PTM
dalam Riskesdas 2013 meliputi : (1) asma; (2) penyakitparuobstruksikronis (PPOK); (3)
kanker; (4) DM; (5) hipertiroid; (6) hipertensi; (7) jantungkoroner; (8) gagaljantung; (9)
stroke; (10) gagalginjalkronis; (11) batuginjal; (12) penyakitsendi/rematik.
Selain penyakit kanker, penyakit tidak menular (PTM) yang menyebabkan
kematian tertinggi di dunia adalah penyakit kardiovaskuler. Tingginya angka mortalitas
tersebut disebabkan oleh faktor risiko utama, yaitu peningkatan tekanan
darah.Peningkatan tekanan darah seseorang akan meningkatkan risiko terkena stroke
dan penyakit jantung koroner (WHO, 2011). Tekanan darah tinggi atau hipertensi
merupakan suatu keadaan tekanan darah seseorang>140/90 mmHg (Essop&Naidoo,
2009). Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibedakan menjadi 2, yaitu: hipertensi
primer dan sekunder. Hipertensi primer/esensial merupakan hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya dan telah mendominasi 95% kasus-kasus hipertensi.Sementara
itu, hipertensi sekunder (5%) adalah hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain,
seperti penyakit parenkim ginjal, penyakit renovaskuler, endokrin, sindrom Cushing,
dan hipertensigestasional (Gray, 2002).

Global Atlas on Cardiovascular Diseases Prevention and Control 2011, PTM


meningkatkan 36 juta kematian di dunia antara lain: penyakit jantung dan pembuluh
darah (kardiovaskular) 48%(17,3 juta), kanker 21%(7,5 juta), penyakitsaluran
pernapasan kronis 12% (4,3 juta),dan penyakit diabetes melitus 3% (1 juta). Hampir
80% kematian akibat PTM terjadi di negara - negara berpenghasilan rendah dan sedang
sekitar 17 juta kematian akibat penyakit kardiovaskular (penyakit jantung, stroke, dan
penyakit pembuluh darah perifer), 3 juta diantaranya terjadi pada usia dibawah 60
tahun. WHO padatahun 2006-2008 diperkirakan sebanyak 5,4juta orang di dunia
meninggal akibat rokok.Ada kecenderungan prevalensi perokok ini selalu meningkat
dari waktu ke waktu. Global Adult Tembacco Survey (GATS) tahun 2011 menemukan
di Indonesia terdapat perokok laki -laki (67%), perokok perempuan (2,7%).
B. HIPERTENSI
1. Definisi
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi abnormal dan diukur paling tidak pada 3
kesempatan yang berbeda (Corwin, 2009). Sedangkan menurut Wijaya dan Putri (2013)
hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara
abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang
disebabkan suatu atau beberapa faktor resiko yang tidak berjalan sebagaimana mestinya
dalam mempertahankan tekanan darah secara normal. Hipertensi adalah meningkatnya
tekanan darah arteri yang persisten (Nurarif dan Kusuma, 2013).

2. Etiologi
Menurut Sagala (2009), hipertensi tergantung pada kecepatan denyut jantung,
volume sekuncup dan Total Peripheral Resistance(TPR).Peningkatan salah satu dari
ketiga variabel yang tidak dikompensasi dapat menyebabkan hipertensi.
Peningkatan TPRyang berlangsung lama dapat terjadi pada peningkatan rangsangan
saraf atau hormon pada arteriol, atau responsivitas yang berlebihan dari arteriol terdapat
rangsangan normal. Kedua hal tersebut akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah.
Pada peningkatan TPR, jantung harus memompa secara lebih kuat dan dengan demikian
menghasilkan tekanan yang lebih besar, untuk mendorong darah melintas pembuluh
darah yang menyempit. Hal ini disebut peningkatan dalam afterload jantung dan biasanya
berkaitan dengan peningkatan tekanan diastolik. Apabila peningkatan afterload
berlangsung lama, maka ventrikel kiri mungkin mulai mengalami hipertrofi (membesar).
Hipertrofi menyebabkan kebutuhan ventrikel akan oksigen semakin meningkat sehingga
ventrikel harus mampu memompa darah secara lebih keras lagi untuk memenuhi
kebutuhan tesebut. Pada hipertrofi, serat-serat otot jantung juga mulai tegang melebihi
panjang normalnya yang pada akhirnya menyebabkan penurunan kontraktilitas dan
volume sekuncup (Hayens, 2003).
3. Patofisiologi hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di
pusat vasomotorpada medula di otak, dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula
spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah (Sagala, 2009).
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat
sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi (Sagala, 2009).
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang
menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung
mencetus keadaan hipertensi (Sagala, 2009).

4. Tanda dan Gejala Hipertensi


Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang
tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat
(kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil
(edema pada diskus optikus).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai
bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan
manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah
bersangkutan. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia
(peningkatan urinasi pada malam hari) dan azetoma [peningkatan nitrogen urea darah
(Blood Urea Nitrogen) dan kreatinin]. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat
menimbulkan strok atau serangan iskemiktransien yang bermanifestasi sebagai paralisis
sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan (Sagala, 2009).
Menurut Sagala (2009) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul
setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa : nyeri kepala saat terjaga, kadang-
kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial,
penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi, ayunan langkah yang tidak
mantap karena kerusakan susunan saraf pusat, nokturia karena peningkatan aliran darah
ginjal dan filtrasi glomerolus, edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan
tekanan kapiler.Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing,
muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa
pegal dan lain-lain (Sagala, 2009).

5. Faktor-faktor Resiko Hipertensi


a. Usia
Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya umur
maka semakin tinggi mendapat resiko hipertensi. Insiden hipertensi makin meningkat
dengan meningkatnya usia. Ini sering disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam
tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon. Hipertensi pada
yang berusia kurang dari 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan
kematian prematur (Yulianti, 2005).
b. Jenis Kelamin
Jenis kelamin juga sangat erat kaitanya terhadap terjadinya hipertensi dimana pada
masa muda dan paruh baya lebih tinggi penyakit hipertensi pada laki-laki dan pada
wanita lebih tinggi setelah umur 55 tahun, ketika seorang wanita mengalami
menopause.
Laporan Sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi 6% dari pria dan 11%
pada wanita. Laporan dari Sumatra Barat menunjukan 18,6% pada pria dan 17,4%
wanita. Daerah perkotaan Semarang didapatkan 7,5% pada pria dan 10,9% pada
wanita. Sedangkan di daerah perkotaan Jakarta didapatkan 14,6 pada pria dan 13,7%
pada wanita (Gunawan, 2001 dalam Sagala, 2009).
c. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga juga merupakan masalah yang memicu masalah terjadinya
hipertensi. Hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika seorang dari
orang tua kita memiliki riwayat hipertensi maka sepanjang hidupnya memiliki
kemungkinan 25% terkena hipertensi (Sagala, 2009).
d. Garam Dapur
Garam dapur merupakan faktor yang sangat dalam patogenesis hipertensi. Hipertensi
hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam yang minimal.
Asupan garam kurang dari 3 gram tiap hari menyebabkan hipertensi yang rendah jika
asupan garam antara 5-15 gram perhari, prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-
20%. Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadai melalui
peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah (Basha, 2004 dalam
Sagala, 2009).
Garam mengandung 40% sodium dan 60% klorida. Orang-orang peka sodium lebih
mudah meningkat sodium, yang menimbulkan retensi cairan dan peningkatan tekanan
darah (Sagala, 2009). Garam berhubungan erat dengan terjadinya tekanan darah tinggi
gangguan pembuluh darah ini hampir tidak ditemui pada suku pedalaman yang asupan
garamnya rendah. Jika asupan garam kurang dari 3 gram sehari prevalensi hipertensi
presentasinya rendah, tetapi jika asupan garam 5-15 gram perhari, akan meningkat
prevalensinya 15-20% (Wiryowidagdo, 2004).
Mengkonsumsi garam lebih atau makan-makanan yang diasinkan dengan sendirinya
akan menaikan tekanan darah karena garam mempunyai sifat menahan air. Hindari
pemakaian garam yang berlebih atau makanan yang diasinkan. Hal ini tidak berarti
menghentikan pemakaian garam sama sekali dalan makanan. Sebaliknya jumlah
garam yang dikonsumsi batasi (Wijayakusuma, 2000 dalam Sagala, 2009).
e. Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat diubah, adapun hubungan merokok
dengan hipertensi adalah nikotin akan menyebabkan peningkatan tekanan darah karena
nikotin akan diserap pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan oleh
pembulu darah hingga ke otak, otak akan bereaksi terhadap nikotin dengan memberi
sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas efinefrin (Adrenalin). Hormon yang kuat
ini akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih
berat karena tekanan yang lebih tinggi. Selain itu, karbon monoksida dalam asap rokok
menggantikan oksigen dalam darah. Hal ini akan menagakibatkan tekanan darah
karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup kedalam
organ dan jaringan tubuh (Sagala, 2009).
f. Aktivitas/Olahraga
Aktivitas sangat mempengaruhi terjadinya hipertensi, dimana pada orang yang kurang
aktvitas akan cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi
sehingga otot jantung akan harus bekerja lebih keras pada tiap kontraksi. Otot jantung
semakin keras dan sering memompa maka makin besar tekanan yang dibebankan pada
arteri (Sagala, 2009).
g. Depresi/Stres
Depresi juga sangat erat merupakan masalah yang memicu terjadinya hipertensi
dimana hubungan antara depresi dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf
simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak
menentu). Depresi yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap
tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat
perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan
dengan pengaruh depresi yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota
(Dunitz, 2001 dalam Sagala, 2009).

6. Komplikasi Hipertensi
a. Stroke
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus
yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi.Stroke dapat terjadi
pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami
hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya
berkurang.
Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga
meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma (Sagala, 2009). Gejala terkena
stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti, orang bingung, limbung atau
bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit
digerakan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara
secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak (Santoso, 2006). Infark
Miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis tidak dapat
menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang
menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut.Karena hipertensi kronik
dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat
terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.Hipertropi
ventrikel dapat juga menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik
melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko
pembentukan bekuan (Sagala, 2009).
b. Gagal Ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler-kepiler ginjal, glomerolus.Rusaknya glomerolus, darah akan mengalir keunit-
unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan
kematian. Rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar melalui urin sehingga
tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai
pada hipertensi kronik (Sagala, 2009).
c. Gagal jantung
Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya
kejantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru,kaki dan jaringan lain
sering disebut edema.Cairan didalam paru – paru menyebabkan sesak napas,timbunan
cairan ditungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan edema (Sagala,
2009).
Ensefalopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang cepat).
Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan
mendorong cairan ke dalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-
neuron disekitarnya kolap dan terjadi koma serta kematian (Sagala, 2009).
7. Tingkatan Hipertensi

Tabel 2.1. Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee 7

Tekanan darah
Tekanan darah sistolik
Klasifikasi diastolic
(mmHg)
(mmHg)
Normal <120 Dan < 80
Prehipertensi 120 -139 Atau 80 – 90
Hipertensi tingkat 1 140 -159 Atau 90 – 99
Hipertensi tingkat 2 >160 Atau > 100

8. Pengendalian Hipertensi
Pengendalian hipertensi pada umumnya dilakukan oleh keluarga dengan
memperhatikan pola hidup dan menjaga psikis dari anggota keluarga yang menderita
hipertensi.Pengaturan pola hidup sehat sangat penting pada klien hipertensi guna untuk
mengurangai efek buruk dari pada hipertensi.
Adapun cakupan pola hidup antara lain berhenti merokok, mengurangi kelebihan
berat badan, menghindari alkohol, modifikasi diet. Dan yang mencakup psikis antara lain
mengurangi stress, olahraga, dan istirahat (Sagala, 2009).
a. Berhenti merokok
Merokok sangat besar peranannya meningkatkan tekanan darah, hal ini disebabkan
oleh nikotin yag terdapat didalam rokok yang memicu hormon adrenalin yang
menyebabkan tekanan darah meningkat. Nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh
darah didalam paru dan diedarkan keseluruh aliran darah lainnya sehingga terjadi
penyempitan pembuluh darah.Hal ini menyebabkan kerja jantung semakin meningkat
untuk memompa darah keseluruh tubuh melalui pembuluh darah yang sempit.
Berhenti merokok tekanan darah akan turun secara perlahan, disamping itu jika masih
merokok maka obat yang dikonsumsi tidak akan bekerja secara optimal dan dengan
berhenti merokok efektifitas obat akan meningkat (Santoso, 2006).

b. Mengurangi kelebihan berat badan


Pengurangan berat badan juga menurunkan resiko diabetes, penyakit kardiovaskular,
dan kanker. Tubuh yangberat akan semakin tinggi tekanan darah, jika menerapkan
pola makan seimbang maka dapat mengurangi berat badan dan menurunkan tekanan
darah dengan cara yang terkontrol.
c. Menghindari alkohol
Alkohol dalam darah merangsang adrenalin dan hormon –hormon lain yang membuat
pembuluh darah menyempit atau menyebabkan penumpukan natrium dan air. Minum-
minuman yang beralkohol yang berlebih juga dapat menyebabkan kekurangan gizi
yaitu penurunan kadar kalsium dan mengurangi mengkonsumsi alkohol dapat
menurunkan tekanan sistolik 10 mmhg dan diastolik 7 mmhg.
d. Modifikasi diet
Modifikasi diet atau pengaturan diet sangat penting pada klien hipertensi, tujuan utama
dari pengaturan diet hipertensi adalah mengatur tentang makanan sehat yang dapat
mengontrol tekanan darah tinggi dan mengurangi penyakit kardiovaskuler.Ada empat
macam diet untuk menanggulangi atau minimal mempertahankan keadaan tekanan
darah yakni : diet rendah garam, diet rendah kolestrol, lemak terbatas serta tinggi serat,
dan rendah kalori bila kelebihan berat badan (Sagala, 2009).
Diet rendah garam diberikan kepada pasien dengan edema atau asites serta hipertensi.
Tujuan diet rendah garam adalah untuk menurunkan tekanan darah dan untuk
mencegah edema dan penyakit jantung (lemah jantung). Adapun yang disebut rendah
garam bukan hanya membatasi konsumsi garam dapur tetapi mengkonsumsi makanan
rendah sodium atau natrium (Na). Oleh karena itu yang sangat penting untuk
diperhatikan dalam melakukan diet rendah garam adalah komposisi makanan yang
harus mengandung cukup zat – zat gizi, baik kalori, protein, mineral maupun vitamin
dan rendah sodium dan natrium (Sagala, 2009).
Sumber sodium antara lain makanan yang mengandung soda kue, baking powder,
MSG (Mono Sodium Glutamat), pengawet makanan atau natrium benzoat (Biasanya
terdapat didalam saos, kecap, selai, jelly), makanan yang terbuat dari mentega serta
obat yang mengandung natrium (obat sakit kepala). Penderita hipertensi, biasakan
penggunaan obat dikonsultasikan dengan dokter terlebih dahulu (Hayens, 2003).
Diet rendah kolestrol dan lemak terbatas. Tiga bagian lemak didalam tubuh yaitu :
kolestrol, trigliserid, dan pospolipid.Tubuh memperoleh kolestrol dari makanan sehari
– hari dan dari hasil sintesis dalam hati. Kolestrol dapat berbahaya jika dikonsumsi
lebih banyak dari pada yang dibutuhkan oleh tubuh, peningkatan kolestrol dapat
terjadi karena terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung kolestrol
tinggi dan tubuh akan mengkonsumsi sekitar 25 – 50 % dari setiap makanan (Sagala,
2009).
Diet tinggi serat sangat penting pada penderita hipertensi, serat terdiri dari dua jenis
yaitu serat kasar (Crude Fiber) dan serat kasar banyak terdapat pada sayuran dan buah
– buahan, sedangkan serat makanan terdapat pada makanan karbohidrat yaitu :
kentang, beras, singkong dan kacang hijau. Serat kasar dapat berfungsi mencegah
penyakit tekanan darah tinggi karena serat kasar mampu mengikat kolestrol maupun
asam empedu dan selanjutnya membuang bersama kotoran. Keadaan ini dapat dicapai
jika makanan yang dikonsumsi mengandung serat kasar yang cukup tinggi (Mayo,
2005).
Diet rendah kalori dianjurkan bagi orang yang kelebihan berat badan.Kelebihan berat
badan atau obesitas akan berisiko tinggi terkena hipertensi. Demikian juga dengan
orang yang berusia 40 tahun mudah terkena hipertensi.Perencanaan diet, perlu
diperhatikan hal – hal berikut :
a) Asupan kalori dikurangi sekitar 25% dari kebutuhan energi atau 500 kalori untuk
penurunan 500 gram atau 0.5 kg berat badan per minggu.
b) Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi.
c) Perlu dilakukan aktifitas olah raga ringan.
e. Manajemen stres/depresi
Stres/depresi tidak menyebabkan hipertensi yang menetap, tetapi depresi berat dapat
menyebabkan kenaikan tekanan darah yang bersifat sementara yang sangat tinggi.
Apabila periode depresi sering terjadi maka akan mengalami kerusakan pada
pembuluh darah, jantung dan ginjal sama halnya seperti yang menetap (Sagala, 2009).
f. Aktifitas olahraga
Manfaat olah raga yang sering di sebut olah raga isotonik seperti jalan kaki, jogging,
berenang dan bersepeda sangat mampu meredam hipertensi. Pada olah raga isotonik
mampu menyusutkan hormone noradrenalin dan hormon – hormon lain penyebab
naiknya tekanan darah. Hindari olah raga isometrik seperti angkat beban, karena justru
dapat menaikkan tekanan darah (Mayer, 1980 dalam Sagala, 2009).
Istirahat merupakan suatu kesempatan untuk memperoleh energi sel dalam tubuh,
istirahat dapat dilakukan dengan meluangkan waktu.Waktu istirahat itu perlu
dilakukan secara rutin diantara ketegangan jam bekerja sehari – hari. Istirahat juga
bukan berarti melakukan rekreasi yang melelahkan, tetapi yang dimaksudkan dengan
istirahat adalah usaha untuk mengembalikan stamina tubuh dan mengembalikan
keseimbangan hormon dan dalam tubuh (Sagala, 2009).

C. KANKER PAYUDARA
1. Definisi
Carsinoma Mammaemerupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal mammae
dimana sel abnormal timbul dari sel-sel normal,berkembang biak dan menginfiltrasi
jaringan limfe dan pembuluh darah(Nurarif & Kusuma, 2015).
Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh
yang berubah menjadi ganas (Harianto 2005).
Jadi kanker payudara (ca mammae) adalah suatu gangguan pada sel normal mammae
yang tumbuh menjadi sel abnormal yang dapat berubah menjadi ganas.
2. Etiologi
Penyebab kanker payudara belum dapat ditentukan,tetapi terdapat beberapa faktor
resiko yang telah ditetapkan, yaitu lingkungan atau genetik.Kanker payudara
memperlihatkan proliferasi keganasan sel epitel yang membatasi duktus atau lobus
payudara.Pada awalnya hanya terdapat hyperplasia sel dengan perkembangan sel-sel yang
atipikal dan kemudian berlanjut menjadi karsinoma insitudan menginvasi stroma.Kanker
membutuhkan waktu 7 tahun untuk tumbuh dari satu sel menjadi massa.Hormone steroid
yang dihasilkan oleh ovarium juga berperan dalam pembentukan kanker payudara
(estradisol dan progesterone mengalami perubahan dalam lingkungan seluler)(Brunner &
Suddarth,2002).

3. Faktor resiko kanker payudara


a. Riwayat keluarga tentang kanker payudara
Keluarga tingkat pertama (keluarga maternal atau paternal ) dengan kanker payudara
2-3 kali lebih besar terkena kanker.Ibu dan saudara perempuan,atau 2 saudara
perempuan terkena kanker payudara mempunyai resiko 6 kali lebih besar terkena
kanker payudara.
b. Usia
Usia 30-50 tahun mengalami peningkatan kasus ca.mammae dan tingkat menurun saat
menopause.
c. Lokasi geografis dan ras
Pada orang Eropa barat dan Amerika Utara mengalami peningkatan kasus ca.mammae
lebih dari 6-10 kali orang keturunan Amerika,perempuan Afrika-Amerika sebelum
usia 40 tahun.
d. Bentuk tubuh
Orang yang obesitas setiap penambahan 10 kg berat badan maka 80% lebih besar
terkena kanker payudara.
e. Sosial ekonomi dan status perkawinan
Perempuan tidak menikah 50% lebih sering terkena kanker payudara dan kelompok
sosial ekonomi menengah keatas.
f. Paparan radiasi
Peningkatan resiko untuk setiap radiasi pada perempuan muda dan anak-
anak,bermanifestasi setelah usia 30 tahun,periode laten minimun 10-15 tahun.
g. Kanker primer kedua
Orang dengan kanker ovarium primer memiliki resiko kanker payudara 3-4 kali lebih
besar.Orang dengan kanker endometrium primer memiliki resiko kanker payudara 2
kali lebih besar.Orang dengan kanker kolorektal mempunyai resiko 2 kali lebih besar
terhadap kanker payudara(Price, A Sylvia. 2006).
h. Menarke dini.
i. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama.
j. Menopouse.
k. Riwayat penyakit payudara jinak.
l. Obesitas resiko terendah diantara wanita pascamenopouse.
m. Kontrasepsi oral lebih dari 7 tahun meningkatkan terjadinya ca.mammae (Depkes
RI,2007).
n. Terapi pergantian hormone.
o. Masukan alcohol (Brunner & Sudarth,2002)

4. Manifestasi klinis
a. Nyeri
Nyeri yang menyebar pada payudara dan nyeri tekan yang terjadi saat menstruasi
biasanya berhubungan dengan penyakit payudara jinak. Nyeri yang jelas pada bagian
yang ditunjuk dapat berhubungan dengan kanker payudara pada kasus lebih
lanjut.Biasanya nyeri timbul jika kanker sudah bermetastase ke tulang(Brunner &
Sudarth,2002).
b. Benjolan pada payudara.
Benjolan ini mula-mula kecil makin lama semakin membesar, lalu melekat pada kulit
atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau puting susu.
c. Erosi atau eksema puting susu.
Kulit atau puting susu tertarik kedalam (retraksi) berwarna merah muda atau
kecoklat-coklatan sampai menjadi edema,hingga kulit terlihat seperti jeruk (peau
d’orange) mengkerut atau timbul borok (ulkus pada payudara).Ulkus itu semakin
lama semakin besar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan payudara,sering
berbau busuk dan mudah berdarah.
d. Timbul pembesaran kelenjar getah bening ketiak bengkak pada lengan dan
penyebaran kanker diseluruh tubuh.
e. Penglupasan papilla payudara
f. Keluar cairan abnormal dari puting susu berupa nanahdarah,cairan encer padahal ibu
tidak sedang hamil ataupun menyusui.
5. Klasifikasi TNM Kanker Payudara dan Harapan Hidup

TUMOR PRIMER (T)

Tumor Primer

T0 Tidak ada bukti tumor primer

Tis Karsinoma in situ

T1 Tumor < 2 cm

T2 Tumor > 2 cm tapi <5 cm

T3 Tumor >5 cm

T4 Perluasan kedinding
dada,inflamasi

KELENJAR GETAH BENING REGIONAL(N)

Kelenjar Getah Bening Regional

N0 Tidak ada tumor dalam kelenjar getah bening


regional

N1 Metastasis kekelenjar ipsiteral yang dapat


berpindah-pindah

N2 Metastase kekelenjar ipsiteral yang menetap

N3 Metastase kekelenjar mamaria interna


ipsilateral
METASTASIS JAUH (M)

Metastasis Jauh

M0 Tidak ada metastasis jauh

M1 Metastasisi jauh (termasuk menyebar ke


kelenjar supraklavikular ipsilteral)

PENGELOMPOKAN STADIUM

Pengelompokan Bertahan hidup


stadium 5 tahun (%
pasien)

Stadium 0 N0 MO 99%

Stadium 1 N0 MO 92%

Stadium II A TQ N1 MO 82%

T1 N1 MO

T2 N0 MO

Stadium IIB T2 N1 MO 65%

T3 N0 MO

Stadium IIIA T0 N2 MO 47%

T1 N2 MO

T2 N2 MO

T3 N1,N2 MO

Stadium IIIB T4 N apa saja MO 44%


T apa saja N3 MO

Stadium IV T apa saja N apa saja M1 14%

(American Joint Committee on Cancer,1997.*National Cancer Institute-


Surveillance,Epidemiology,and End Result<SEER>,2001).

6. Tipe kanker payudara


a. Karsinoma duktal menginfiltrasi
Kanker ini terasa jelas sangat keras saat dipalpasi,biasanya kanker ini bermetastasis ke
nodus aksila.
b. Karsinoma Lobular menginfiltrasi
Tipe kanker ini dapat terjadi penebalan disalah satu area atau kedua area
payudara.Karsinoma duktal biasanya menyebar ketulang,paru,hepar atau
otak,sementara karsinoma lonular biasanya bermetastasis kepermukaan meningeal
atau tempat-tempat tidak lazim lainnya.
c. Karsinoma medular
Ini tubuh didalam kapsul dalam tubuh,tipe tumor ini dapat menjadibesar tetapi meluas
dengan lambat.
d. Kanker musinus
Penghasil lendir,tumbuh dengan lambat, mempunyai prognosis yang lebih baik.
e. Kanker duktal-tubular
Bermetastasis ke aksilaris secara histologi tidak lazim,maka prognosisinya sangat baik.
f. Karsinoma inflamatori
Tumor setempat ini terasa nyeri tekan dan sangat nyeri,payudara secara abnormal
keras dan membesar,kulit diatas tumor ini merah dan agak kehitaman,sering terjadi
edema retraksi puting susu.Penyakit menyebardengan cepat pada bagian tubuh
lainnya.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Non Invasif
1. Mammografi
Mammografi adalah teknik pencitraan payudara yang dapat mendeteksi lesi yang
tidak terpalpasi.Mammografi terakhir harus dibandingkan dengan hasil
mammografi terbaru.Keuntungan dari pemeriksaan ini jauh lebih ringan dari
resiko yang ditimbulkan,pasien perlu menemukan pusat perawatan payudara yang
mempunyai akreditasi dalam mammografi berkaitan dengan bergamnya setting satu
ke setting lainnya.Pedoman ACS menganjurkan setiap 1 atau 2 tahun bagi wanita
di usia 40-50 tahun dan setelah usia 50 tahun.Mammografi bagi wanita antara usia
35 dan 40 tahun belum dianjurkan.
2. USG (Ultrasonografi)
USG dilakukan untuk membedakan kista yang berisi cairan dengan jenis lesi
lainnya. Teknik ini 95% sampai 99% akurat dalam mendiagnosisi kista tetapi tidak
secara definitif menyingkirkan lesi (Brunner & Sudarth,2002).
3. MRI
MRI digunakan untuk membedakan karsinoma mammae yang rekuren atau jaringan
parut,untuk memeriksa mammae kontralateral pada wanita karsinoma
payudara,menentukan penyebaran dari karsinoma terutama karsinoma lobuler atau
menentukan respon terhadap kemoterapi neoadjuvan.
b. Invasif
a. Biopsi bedah
b. Biopsi eksisional
c. Tru-cut core biopsy
d. Biopsi stereotaktik
e. Aspirasi jarum hal

8. Komplikasi
Komplikasi terjadi karena kanker ini bermetastasis melalui saluran limfe (limfogen) ke
paru-paru,tulang dan hati.
9. Penatalaksanaan
1. Terapi Medis
Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara,ada tiga jenis mastektomi antara
lain:
a. Modiefied Radical Mastectomy yaitu operasi pengangkatan seluruh
payudara,jaringan payudara ditulang dada,tulang selangkang dan tulang iga,serta
benjolan disekitar ketiak.
b. Total (Simple) Mastectomy yaitu pengangkatan diseluruh payudara saja,tetapi
bukan kelenjar ketiak.
c. Radicial Mastectomy yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara,biasanya
disebut Lumpectomy yaitu pengangkatan hanya pada bagian yang mengandung sel
kanker bukan seluruh payudara.
2. Terapi Non-Medis
a. Lintas Metabolisme
Asam bifosfonat merupakan senyawa penghambat aktivitas osteoklas dan resorpsi
tulang yang sering digunakan untuk melawan osteoporosis yang diinduksi
olehoverian suppression,hiperkalsemia dan kelainan metabolisme
tulang,menunjukkan efektivitas untuk menurunkan metastasisi sel kanker pudara
menuju tulang.Walaupun penggunaan dalam jangka panjang dapat menimbulkan
efek samping seperti osteonerkrosisi dan turunnya fungsi ginjal.
b. Radiasi
c. Kemoterapi
 Kemoterapi Adjuvant
 Neoadjuvant Chemotheraphy
d. Terapi anti-estrogen
e. Terapi antibodi anti-HER 2/neu
10. Pengobatan
Pengobatan kanker payudara yang sudah disepakati oleh ahli kanker menurut
(Mediastore 2011) yaitu:

Stadium Pengobatan

I Dilakukan operasi dan kemoterapi

II Operasi dilanjutkan dengan kemoterapi,


hormonal

III Operasi dilanjutkan dengan kemoterapi


ditambah dengan radiasi dan hormonal

IV Dilakukan kemoterapi dilanjutkan dengan


radiasi dan hormonal

Selanjutnya Setelah diobati harapan hidup pasien paling


lama adlah 4 tahun

11. Pencegahan
a. Melakukan pemeriksaan payudara secara mandiri (SADARI).
b. Memberikan ASI pada bayi bagi ibu menyusui.
c. Jika menemukan benjolan/gumpalan segera kedokter.
d. Mencari tahu riwayat keluarga mengenai kanker payudara.
e. Mengurangi konsumsi alcohol.
f. Memperhatikan berat badan untuk mencegah obesitas dan mengurangi makanan
yang banyak mengandung lemak.
g. Untuk usia 50-40 dan usia lebih dari 50 tahun untuk melakukan skrinning
mammografi 1 atau 2 tahun sekali
D. DIABETES MELLITUS

a. Pengertian

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2012, diabetes melitus adalah
suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
kerana kelainan sekresi insulin, gangguan kerja insulin atau keduanya, yang
menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah.

Kesimpulannya diabetes melitus adalah gangguan metabolisme karbohidrat, protein


dan lemak yang ditandai oleh hiperglikemia, eterosklerotik, mikroangiopati dan
neuripoati. Hiperglikemia terjadi akibat dari kekurangan insulin atau menurunya kerja
insulin.

b. Klasifikasi diabetes mellitus


Diabetes melitus dapat diklasifikasikan menjadi 4 kategori klinis yaitu:
1. Diabetes melitus tipe 1. Tipe ini disebabkan oleh kerusakan sel beta pankreas sehingga
kekurangan insulin absolut. Umumnya penyakit berkembang kearah ketoasidosis
diabetik yang menyebabkan kematian. Pada diabetes melitus tipe ini biasanya terjadi
sebelum umur 30 tahun dan harus mendapatkan insulin dari luar. Beberapa faktor
resiko dalam diabetes melitus tipe ini adalah: autoimun, infeksi virus, riwayat keluarga
diabetes melitus (ADA, 2012).
2. Diabetes melitus tipe 2. Pada tipe ini pankreas relatif menghasilkan insulin tetapi
insulin yang bekerja kurang sempurna karena adanya resistensi insulin akibat
kegemukan. Faktor genetis dan pola hidup juga sebagai penyebabnya. Faktor resiko
DM tipe 2 adalah : obesitas, stress fisik dan emosional, kehamilan umur lebih dari 40
tahun, pengobatan dan riwayat keluarga diabetes melitus. Hampir 90% penderita
diabetes melitus adalah diabetes melitus tipe 2 (ADA, 2012).
3. Diabetes melitus dengan kehamilan atau Diabetes Melitus Gestasional (DMG),
merupakan penyakit diabetes melitus yang muncul pada saat mengalami kehamilan
padahal sebelumnya kadar glukosa darah selalu normal. Tipe ini akan normal kembali
setelah melahirkan. Faktor resiko pada DMG adalah wanita yang hamil dengan umur
lebih dari 25 tahun disertai dengan riwayat keluarga dengan diabetes melitus, infeksi
yang berulang, melahirkan dengan berat badan bayi lebih dari 4 kg (ADA, 2012).
4. Diabetes tipe lain disebabkan karena defek genetik fungsi sel beta, defek genetik
fungsi insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, karena obat atau zat kimia,
infeksi dan sindrom genetik lain yang berhubungan dengan diabetes melitus. Beberapa
hormon seperti hormon pertumbuhan, kortisol, glukagon, dan epinefrin bersifat
antagonis atau melawan kerja insulin. Kelebihan hormone tersebut dapat
mengakibatkan diabetes melitus tipe ini (ADA, 2012).

c. Etiologi
1. Obesitas
Makanan yang berlebihan menyebabkan gula dan lemak dalm tubuh menumpuk dan
menyebabkan kelenjar pankreas bekerja keras memproduksi insulin untuk mengolah
gula yang masuk (Lanywati, 2011).
2. Kekurangan insulin
Kekurangan insulin disebabkan kerena tidak memadainya hasil sekresi insulin
sehingga respon jaringan terhadap insulin berkurang. Hal ini merupakan gejala dari
heperglikemia (American Diabetes Association, 2011).
3. Pada saat hamil
Seorang ibu secara naluri akan menambah konsumsi makanannya, sehingga berat
badan ibu otomatis akan naik 7-10 kg. Pada saat makanan ibu ditambah konsumsinya
ternyata produksi insulin kurang mencukupi, maka akan terjadi gejala diabetes melitus
(Lanywati, 2011).

d. Patofisologi Diabetes mellitus


Semua tipe diabetes melitus, sebab utamanya adalah hiperglikemi atau tingginya gula
darah dalam tubuh yang di sebabkan oleh sekresi insulin, kerja dari insulin atau keduanya
(Ignativicius & Workman, 2006).
Defisiensi insulin dapat terjadi melalui 3 jalan, yaitu (ADA, 2012) :
1. Rusaknya sel-sel β pankreas. Rusaknya sel beta dapat di karenakan genetic,
imunologis atau dari lingkungan seperti virus. Karakteristik inii biasanya terdapat pada
Diabetes Melitus tipe 1.
2. Penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas.
3. Kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer
Apabila di dalam tubuh terjadi kekurangan insulin , maka dapat mengakibatkan beberapa
hal menurut (Ignativicius dan Workman, 2006; Smeltzer et al, 2008):
1. Menurunnya transport glukosa melalui membran sel, keadaan ini mengkibatkan sel-sel
kekurngan makanan sehingga meningkatkan metabolisme lemak dalam tubuh.
Manifestasi yang muncul adalah penderita DM selalu merasa lapar atau nafsu makan
meningkat atau yang biasa disebut poliphagia.
2. Meningkatnya pembentukan glikolisis dan glukogenesis, karena proses ini disertai
nafsu makan meningkat atau poliphagia sehingga dapat mengkibatkan terjadinya
hiperglikemi. Tingginya kadar gula dalam darah mengakibatkan ginjal tidak mampu
lagi mengabsorbsi dan glukosa keluar bersama urin, keadaan ini yang disebut
glukosuria. Manifestasi yang muncul yaitu penderita sering berkemih atau poliuria dan
selalu merasa haus atau polidipsi.
3. Menurunnya glikogenesis, dimana pembentukan glikogen dalam hati dan otot
terganggu.
4. Meningkatkan glikognolisis, glukogeogenesis yang memecah sumber selain
karbohidrat seperti asam amino dan laktat.
5. Meningkatkan lipolisis, dimana pemecah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak
bebas.
6. Meningkatkan ketogenesis (merubah keton dari asam lemak bebas.
7. Proteolisis, dimana merubah protein dan asam amino dan dilepaskan ke otot.
e. Manifestasi Klinis Diabetes Melitus
Manifestasi klinis Diabetes Melitus dapt di golongkan menjadi gejala akaut dan kronik
(Perkeni, 2011).
1. Gejala Akut Penyakit Diabetes Melitus
Gejala penyakit diabetes melitus dari satu penderita ke penderita lain bervariasi,
bahkan mungkin tidak menunjukkan gejala apapun sampai saat tertentu. Pemula gejala
yang ditunjukkan yaitu banyak makan (poliphagia), banyak minum (polidipsi) dan
banyak kencing (poliuria).
Keadaan tersebut, jika tidak segera diobati maka akan timbul gejala banyak minum,
banyak kencing, nafsu makan mulai berkurang/berat badan turun dengan cepat (turun
5-10kg dalam waktu 3-4 minggu), mudah lelah, dan bila tidak segera diobati, akan
timbul rasa mual, bahkan penderita akan jatuh koma yang disebut dengan koma
diabetik.
2. Gejala Kronik Diabetes Melitus
Gejala kronik yang sering dialami oleh penderiata diabetes melitus adalah kesemutan,
kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum, rasa tebal di kulit, kram, mudah
mengantuk, mata kabur, biasanya sering ganti kaca mata, gatal disekitar kemaluan
terutama wanita, gigi mudah goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual menurun,
bahkan impotensi dan para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin
dalam kandungan atau bayi lahir dengan berat 4 kg (Soegondo dkk, 2004).
f. Epidemiologi
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia [KEMENKES] (2009), menyatakan bahwa
secara epidemiologi, diperkirakan bahwa tahun 2030 prevalensi diabates melitus di
Indonesia mencapai 21,3 juta orang. Penyebab kematian akibat diabetes melitus pada
kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki rangking ke-2 yaitu 14,7%
dan daerah pedesaan diabetes melitus menduduki rangking ke-6 yaitu 5,8% (Riset
Kesehatan Dasar [RISKESDAS], 2007). Di Yogyakarta angka kejadian diabetes melitus
berdasarkan diagnosis dokter sebanyak 2,6% dan gejala akan meningkat sesuai
bertambahnya umur, namun akan turun mulai umur >65 tahun (Riskesdas, 2013).
g. Komplikasi Diabetes Melitus
Kondisi kadar gula darah tetap tinggi akan timbul berbagai komplikasi. Komplikasi pada
diabetes melitus dibagi menjadi dua yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronis.
Komplikasi akut meliputi: Ketoasidosis diabetic, hiperosmolar non ketotik, dan
hiperglikemia (Perkeni,2011).
Sedangkan yang termasuk komplikasi kronik adalah, makroangiopati, mikroangiopati dan
neuropati. Makroangiopati terjadi pada pembuluh darah besar (makrovaskular) seperti
jantung, darah tepi dan otak. Mikroangipati terjadi pada pembuluh darah kecil
(mikrovaskular) seperti kapiler retina mata, dan kapiler ginjal (perkeni, 2011).
h. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
Menurut Perkeni (2011), penataksanaan diabetes melitus terdiri dari :
1. Edukasi
Diabetes melitus tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola hidup dan perilaku telah
terbentuk dengan mapan.Pemberdayaan penyandang diabetes melitus memerlukan
partisipasi aktif pasien, keluarga, masyarakat.Tim kesehatan mendampingi pasien
dalam menuju perubahan perilaku. Edukasi yang di berikan meliputi:

a. Edukasi untuk pencegahan primer yaitu edukasi yang ditunjukkan untuk


kelompok resiko tinggi.

b. Edukasi untuk pencegahan skunder yaitu edukasi yang ditunjukkan untuk pasien
baru. Materi edukasi beruapa penegrtian diabetes, gejala, penatalaksanaan,
mengenal dan mencegah komplikasi akut dan kronik.

c. Edukasi untuk penceghan tersier yaitu edukasi yang ditunjukkan pada pasien
tingkat lanjut, dan materi yang diberikan meliputi : cara pencegahan komplikasi
dan perawatan, upaya untuk rehabilitasi, dll.
2. Terapi gizi atau Perencanaan Makan
Terapi Gizi Medis (TGM) merupakan bagian dari penatalaksanaan diabetes secara
total. Kunci keberhasilan TGM adalah keterlibatan secara menyeluruh dari anggota
tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain dan pasien itu sendiri). Menurut
Smeltzer et al, (2008) bahwa perencanaan makan pada pasien diabetes meliputi:
a) Memenuhi kebutuhan energi pada pasien diabetes mellitus
b) Terpenuhi nutrisi yang optimal pada makanan yang disajikan seperti vitamin dan
mineral
c) Mencapai dan memelihara berat badan yang stabil
d) Menghindari makan makanan yang mengandung lemak, karena pada pasien
diabetes melitus jika serum lipid menurun maka resiko komplikasi penyakit
makrovaskuler akan menurun
e) Mencegah level glukosa darah naik, karena dapat mengurangi komplikasi yang
dapat ditimbulkan dari diabetes melitus.
3. Latihan Jasmani
Latihan jasmani sangat penting dalam pelaksanaan diabetes karena dapat
menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor resiko kardiovaskuler.
Latihan menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa
oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin. Latihan jug adapt meningkatkan kadar
HDL kolesterol dan menurunkan kadar kolesterol total serta trigliserida (ADA, 2012).
Kegiatan sehari-hari dan latihan jasmani secra teratur (3-4 kali seminggu selama
kurang dari 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan diabetes melitus.
Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti :
jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknnya
disesuiakan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Menurut ADA (2012), ada
beberapa pedoman umum untuk melakukan latihan jasmani pada pasien diabetes yaitu:
a. Gunakan alas kaki yang tepat, dan bila perlu alat pelindungan kaki lainnya.
b. Hindari latihan dalam udara yang sangat panas atau dingin
c. Periksa kaki setelah melakukan latihan.
d. Hindari latihan pada saar pengendalian metabolik buruk
4. Terapi farmakologis
Pengobatan diabetes secara menyeluruh mencakup diet yang benar, olah raga yang
teratur, dan obat-obatan yang diminum atau suntikan insulin.Pasien diabetes melitus
tipe 1 mutlak diperlukan suntikan insulin setiap hari.pasien diabetes melitus tipe 2,
umumnya pasien perlu minum obat antidiabetes secara oral atau tablet. Pasien
diabetes memerlukan suntikan insulin pada kondisi tertentu, atau bahkan kombinasi
suntikan insulin dan tablet (ADA, 2012).
5. Monitoring keton dan gula darah
Dengan melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri penderita
diabetes dapat mengatur terapinya untuk mengendalikan kadar glukosa darah secara
optimal. Monitoring glukosa darah merupakan pilar kelima dianjurkan kepada pasien
diabetes melitus. Monitor level gula darah sendiri dapat mencegah dan mendeteksi
kemungkinan terjadinya hipoglikemiadan hiperglikemia dan pasien dapat melakukan
keempat pilar di atas untuk menurunkan resiko komplikasi dari diabetes melitus
(Smeltzer et al, 2008).
E. PROLANIS
a. Pengertian
PROLANIS adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang
dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan Peserta, Fasilitas Kesehatan dan BPJS
Kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan yang
menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya
pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien.

b. Tujuan
Mendorong peserta penyandang penyakit kronis mencapai kualitas hidup optimal
dengan indikator 75% peserta terdaftar yang berkunjung ke Faskes Tingkat Pertama
memiliki hasil “baik” pada pemeriksaan spesifik terhadap penyakit DM Tipe 2 dan
Hipertensi sesuai Panduan Klinis terkait sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi
penyakit.

c. Sasaran
Seluruh Peserta BPJS Kesehatan penyandang penyakit kronis (Diabetes Melitus Tipe
2 dan Hipertensi)

d. Bentuk Pelaksanaan
Aktifitas dalam Prolanis meliputi :
1. Aktifitas konsultasi medis/edukasi
2. Home Visit
3. Reminder
4. Aktifitas klub
5. Pemantauan status kesehatan.

e. Penanggung Jawab
Penanggung jawab adalah Kantor Cabang BPJS Kesehatan bagian Manajemen
Pelayanan Primer.
f. Langkah Pelaksanaan
Persiapan pelaksanaan Prolanis
1. Melakukan identifikasi data peserta sasaran berdasarkan :
a. Hasil Skrining Riwayat Kesehatan
b. Hasil Diagnosa DM dan HT (pada Faskes Tingkat Pertama maupun RS)
2. Menentukan target sasaran
3. Melakukan pemetaan Faskes Dokter Keluarga/ Puskesmas berdasarkan distribusi
target sasaran peserta
4. Menyelenggarakan sosialisasi Prolanis kepada Faskes Pengelola
5. Melakukan pemetaan jejaring Faskes Pengelola (Apotek, Laboratorium)
6. Permintaan pernyataan kesediaan jejaring Faskes untuk melayani peserta PROLANIS
7. Melakukan sosialisasi PROLANIS kepada peserta (instansi, pertemuan kelompok
pasien kronis di RS, dan lain-lain)
8. Penawaran kesediaan terhadap peserta penyandang Diabetes Melitus Tipe 2 dan
Hipertensi untuk bergabung dalam PROLANIS
9. Melakukan verifikasi terhadap kesesuaian data diagnosa dengan form kesediaan yang
diberikan oleh calon peserta Prolanis
10. Mendistribusikan buku pemantauan status kesehatan kepada peserta terdaftar
PROLANIS
11. Melakukan rekapitulasi data peserta terdaftar
12. Melakukan entri data peserta dan pemberian flag peserta PROLANIS
13. Melakukan distribusi data peserta Prolanis sesuai Faskes Pengelola
14. Bersama dengan Faskes melakukan rekapitulasi data pemeriksaan status kesehatan
peserta, meliputi pemeriksaan GDP, GDPP, Tekanan Darah, IMT, HbA1C. Bagi
peserta yang belum pernah dilakukan pemeriksaan, harus segera dilakukan
pemeriksaan
15. Melakukan rekapitulasi data hasil pencatatan status kesehatan awal peserta per
Faskes Pengelola (data merupakan luaran Aplikasi P-Care)
16. Melakukan Monitoring aktifitas PROLANIS pada masing-masing Faskes Pengelola :
a. Menerima laporan aktifitas PROLANIS dari Faskes Pengelola
b. Menganalisa data
17. Menyusun umpan balik kinerja Faskes PROLANIS
18. Membuat laporan kepada Kantor Divisi Regional/ Kantor Pusat.

g. Aktifitas PROLANIS
1. Konsultasi Medis Peserta Prolanis : jadwal konsultasi disepakati bersama antara
peserta dengan Faskes Pengelola
2. Edukasi Kelompok Peserta Prolanis
Definisi : Edukasi Klub Risti (Klub Prolanis) adalah kegiatan untuk meningkatkan
pengetahuan kesehatan dalam upaya memulihkan penyakit dan mencegah
timbulnya kembali penyakit serta meningkatkan status kesehatan bagi
peserta PROLANIS
Sasaran : Terbentuknya kelompok peserta (Klub) PROLANIS minimal 1 Faskes
Pengelola 1 Klub. Pengelompokan diutamakan berdasarkan kondisi
kesehatan Peserta dan kebutuhan edukasi.
Langkah – langkah :
a. Mendorong Faskes Pengelola melakukan identifikasi peserta terdaftar sesuai
tingkat severitas penyakit DM Tipe 2 dan Hipertensi yang disandang
b. Memfasilitasi koordinasi antara Faskes Pengelola dengan Organisasi
Profesi/Dokter Spesialis diwilayahnya
c. Memfasilitasi penyusunan kepengurusan dalam Klub
d. Memfasilitasi penyusunan kriteria Duta PROLANIS yang berasal dari peserta.
Duta PROLANIS bertindak sebagai motivator dalam kelompok Prolanis
(membantu Faskes Pengelola melakukan proses edukasi bagi anggota Klub)
e. Memfasilitasi penyusunan jadwal dan rencana aktifitas Klub minimal 3 bulan
pertama
f. Melakukan Monitoring aktifitas edukasi pada masing-masing Faskes Pengelola :
1) Menerima laporan aktifitas edukasi dari Faskes Pengelola
2) Menganalisis data
g. Menyusun umpan balik kinerja Faskes PROLANIS
h. Membuat laporan kepada Kantor Divisi Regional/Kantor Pusat dengan tembusan
kepada Organisasi Profesi terkait diwilayahnya.
3. Reminder melalui SMS Gateway
Definisi : Reminder adalah kegiatan untuk memotivasi peserta untuk melakukan
kunjungan rutin kepada Faskes Pengelola melalui pengingatan jadwal
konsultasi ke Faskes Pengelola tersebut
Sasaran : Tersampaikannya reminder jadwal konsultasi peserta ke masing-masing
Faskes Pengelola
Langkah – langkah :
a. Melakukan rekapitulasi nomor Handphone peserta PROLANIS/Keluarga peserta
per masing-masing Faskes Pengelola
b. Entri data nomor handphone kedalam aplikasi SMS Gateway
c. Melakukan rekapitulasi data kunjungan per peserta per Faskes Pengelola
d. Entri data jadwal kunjungan per peserta per Faskes Pengelola
e. Melakukan monitoring aktifitas reminder (melakukan rekapitulasi jumlah peserta
yang telah mendapat reminder)
f. Melakukan analisa data berdasarkan jumlah peserta yang mendapat reminder
dengan jumlah kunjungan
g. Membuat laporan kepada Kantor Divisi Regional/Kantor Pusat

4. Home Visit
Definisi : Home Visit adalah kegiatan pelayanan kunjungan ke rumah Peserta
PROLANIS untuk pemberian informasi/edukasi kesehatan diri dan
lingkungan bagi peserta PROLANIS dan keluarga.
Sasaran :
Peserta PROLANIS dengan kriteria :
a. Peserta baru terdaftar
b. Peserta tidak hadir terapi di Dokter Praktek Perorangan/Klinik/Puskesmas 3 bulan
berturutturut
c. Peserta dengan GDP/GDPP di bawah standar 3 bulan berturut-turut (PPDM)
d. Peserta dengan Tekanan Darah tidak terkontrol 3 bulan berturut-turut (PPHT)
e. Peserta pasca opname
Langkah – langkah :
a. Melakukan identifikasi sasaran peserta yang perlu dilakukan Home Visit
b. Memfasilitasi Faskes Pengelola untuk menetapkan waktu kunjungan
c. Bila diperlukan, dilakukan pendampingan pelaksanaan Home Visit
d. Melakukan administrasi Home Visit kepada Faskes Pengelola dengan berkas
sebagai berikut :
1) Formulir Home Visit yang mendapat tanda tangan Peserta/Keluarga peserta
yang dikunjungi.
2) Lembar tindak lanjut dari Home Visit/lembar anjuran Faskes Pengelola.
e. Melakukan monitoring aktifitas Home Visit (melakukan rekapitulasi jumlah
peserta yang telah mendapat Home Visit)
f. Melakukan analisa data berdasarkan jumlah peserta yang mendapat Home Visit
dengan jumlah peningkatan angka kunjungan dan status kesehatan peserta
g. Membuat laporan kepada Kantor Divisi Regional/Kantor Pusat

h. Hal-Hal Yang Perlu Mendapat Perhatian


1. Pengisian formulir kesediaan bergabung dalam PROLANIS oleh calon peserta
PROLANIS. Peserta PROLANIS harus sudah mendapat penjelasan tentang program
dan telah menyatakan kesediaannya untuk bergabung
2. Validasi kesesuaian diagnosa medis calon peserta. Peserta PROLANIS adalah
peserta BPJS yang dinyatakan telah terdiagnosa DM Tipe 2 dan atau Hipertensi oleh
Dokter Spesialis di Faskes Tingkat Lanjutan.
3. Peserta yang telah terdaftar dalam PROLANIS harus dilakukan proses entri data dan
pemberian flag peserta didalam aplikasi Kepesertaan. Demikian pula dengan Peserta
yang keluar dari program.
4. Pencatatan dan pelaporan menggunakan aplikasi Pelayanan Primer (P-Care).
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Geografi
- Apakah anda tingal di daerah pegunungan atau pantai ?
- Bagaimana keadaan tanah di daerah ini ?
- Berapa luas daerah ini ?
- Ada berapa batas wilayah di daerah ini dan apa saja nama wilayah di masing-masing
batasnya?
2. Demografi
- Berapakah jumlah KK di daerah ini ?
- Berapakah jumlah penduduk di daerah ini ?
- Bagaimana mobilitas penduduk, apakah penduduk jarang di rumah ketika pagi dan
siang hari karena bekerja, sedangkan anak-anak pada sekolah.?
- Apakah daerah ini termasuk daerah yang padat dengan penduduk?
3. Vital Statistik
- Bagaimana status kelahiran di daerah ini?
- Penyakit apa saja yang banyak terjadi di masyarakat khususnya pada wanita usia
dewasa?
- Penyakit apa saja yang banyak terjadi di daerah ini khususnya pada pria usia dewasa?
- Apakah dalam satu bulan ini sudah terdapat banyak warga yang meninggal?
4. Kelompok Etnis
- Suku apa yang dianut di masyarakat?
5. Nilai dan Keyakinan
- Apakah ada masjid / mushola atau tempat ibadah lainnya?
- Apakah masyarakat menganut agama yang sama?
- Keyakinan apa yang di anut dalam masyarakat?
B. PENGAKAJIAN SUB SISTEM
1. Lingkungan fisik
- Apakah rumah penduduk tergolong perumahan yang menetap?
- Apakah pencahayaan di rumah penduduk sudah cukup?
- Apakah di daerah ini sirkulasi udara sudah baik ?misalnya terdapat pepohonan dan
terdapat ventilasi yang cukup pada setiap rumah warga?
2. Pelayanan Kesehatan
- Apakah terdapat praktikklinikswasta di daerah ini ?
- Berapa jumlah tenaga kesehatan di daerah ini (perawat, bidan, dokter)?
- Apakah terdapat mushola atau tempat ibadah lainnya di daerah ini ?
- Ada berapa sekolah yang terdapat pada daerah ini ?
- Apakah terdapat panti sosial di daerah ini?
- Apakah terdapat pasar/swalayan/ toko yang menyediakan kebutuhan masyarakat?
- Apakah ada tempat perkumpulan untuk melakukan musyawarah di daerah ini ?
- Apakah program posyandu terlaksana di daerah ini? Posyandu apa saja yang
diselenggarakan di daerah ini? Apakah posyandu sudah berjalan aktif? Berapa kali
diselenggarakan?
- Apakah sanitasi warga sudah tergolong baik atau tidak ?
- Dari mana sumber air yang digunakan dalam masyarakat?
- Dimanakah pembuangan air limbah pada masyarakat?
- Apakah mayoritas warga telah memiliki jamban pada setiap rumah ?
- Dimanakah mayoritas warga melakukan MCK?
- Dimankah tempat penumpukan/pembuangan sampah ?
- Dari mana terdapatnya sumber polusi yang mungkin mengancam kesehatan atau
kegiatan sehari-hari?
- Apakah ada vektor penyebab penyakit di masyarakat?
3. Keamanan & Transportasi :
- Apakah ada pemadamkebakaran?
- Apakah ada terdapat siskamling atau hansip?
- Apakah ada transportasi umum atau pribadi yang bisa digunakan di masyarakat?
- Apakah keadaan jalanan di daerah ini sudah dalam keadaan baik?
- Bagaimana cara pemilihan RT/RW di daerah ini ?
4. Pemerintah dan politik
- Ada berapa RTdan RW di desa ini ?
- Ada berapa kader di desa ini ?
- Apakah ada karang taruna di desa ini? Apakahsudah berjalan dengan baik dan aktif?
- Apakah terdapat tokoh agama di desaini ?
5. Pendidikan
- Tingkat pendidikan komunitas ?
- Apa fasilitas pendidikan yang tersedia?
- Jenis bahasa apa yang digunakan dalam pendidikan?
6. Rekreasi
- Apakah masyarakat sering melakukan rekreasi antar warga atau kelompok tertentu?
- Fasilitas apa yang digunakan jika pergi berekreasi?
7. Ekonomi
- Apakah warga memiliki pekerjaan yang tetap?
- Berapa jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan?
- Berapa jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan?
- Berapa jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga, dan lanjut usia?

1. Pengkajian komunitas pada klien hipertensi


1. Riwayat kesehatan
- Apakah anda pernah merasa berat di tengkuk?
- Apakah anda sering merasa pusing?
- Apakah anda pernah merasa pandangan kabur?
- Apakah anda merasa telinga berdengung?
- Apakah anda merasa kesulitan untuk tidur?
- Apakah anda sering merasa jantung berdebar-debar?
2. Riwayat kesehatan keluarga
- Apakah di dalam keluarga ada anggota keluarga yang mengalami hipertensi?
3. Makanan yang dikonsumsi
- Biasanya anda lebih sering makan makanan yang (Asin, manis, pedas)?
- Berapa banyak anda makan dalam sehari?
- Apakah anda sering mengemil makanan seperti kue, roti, biscuit, makanan
berlemak, santan, jeroan dan tetelan? Jika iya, berapa kali dalam seminggu?
- Apakah anda pernah mengkonsumsi alcohol?
- Apakah anda pernah mengkonsumsi kopi? Jika iya, berapa kali dalam sehari?
- Apakah anda merokok? Jika iya, berapa batang yang anda habiskan dalam sehari?
4. Aktivitas fisik
- Berapa kali anda berolahraga dalam seminggu? Berapa durasi waktunya?
5. Riwayat pengobatan
- Apakah yang anda lakukan dalam mengatasi rasa nyeri/berat di tengkuk tersebut?
6. Komunikasi
- Darimanakah anda mendapatkan informasi mengenai hipertensi?
- Apakah yang telah anda lakukan dalam perawatan hipertensi dalam kehidupan
sehari-hari?
- Apakah ada papan pengumuman tentang hipertensi di lingkungan anda? Jika iya,
Apakah anda mengerti isi dari informasi tersebut?
- Apakah anda juga mendapatkan informasi mengenai hipertensi dari teman terdekat
atau tetangga?

2. Deteksi Kanker
Langkah-langkah yang dilakukan antara lain:
1. Mempersiapkan Fasilitas PelayananKesehatanMemetakan Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama yang dapat melakukan pemeriksaan Kanker Leher Rahim dan Kanker
Payudara
2. Melakukan pemetaan peserta wanita sudah menikah dan wanita berisiko dengan
ketentuan:
a. Berisiko tinggi Kanker Leher Rahim, antara lain:menikah/hubungan seksual pada
usia muda, sering melahirkan, merokok, berganti-ganti pasangan seksual, dan
infeksi menular seksual.
1) Apakah anda sudah menikah?

2) Apakah anda pernah melakukan hubungan seksual pada usia muda?

3) Berapakali anda melahirkan?

4) Apkah anda merokok ?

5) Apakah anda pernah berganti-ganti pasangan seksual?

6) Apakah anda pernah mengalami infeksi menular seksual ?

b. Berisiko tinggi Kanker Payudara, antara lain: riwayat keluarga ada yang menderita
Kanker Payudara, menstruasi dini, wanita yang mempunyai anak pertama diatas
usia 30 tahun, tidak pernah menyusui, menopause usia lanjut, riwayat tumor jinak
payudara, terapi hormon, pajanan radiasi, kontrasepsi oral terlalu lama, alkohol dan
trauma terus menerus

1) Apakah ada keluarga anda yang menderita kangker payu dara?

2) Pada umur berapakah anda mulai menstruasi?

3) Pada usia berapa anda melahirkan anak pertama?

4) Apakah anda memberikan ASI kepada anak anda?

5) Apakah anda masih menstruasi setiap bulannya? Kapan terkahir menstruasi?

6) Apakah sebelumnya anda mempunyai riwayat tumor jinak payudara?

7) Apakah anda pernah melakukan terpai hormon?

8) Apakah anda berada di lingkungan yang terpapar radiasi?

9) Apakah anda mengkonsumsi pik KB? Berapa lama anda mengkonsumsinya?

10) Apakah anda pernah mengkonsumsi alkohol?

11) Apakah anda pernah mengalami trauma yang terus-menrus?


c. Peserta mendapatkan rekomendasi dari Fasilitas Kesehatan TingkatPertama

d. Peserta mendaftar dengan lembar kesediaan Formulir Permohonan Pelayanan


Deteksi Kanker Leher Rahim atau Kanker Payudara

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gaya hidup monoton b.d kurang pengetahuan tentang keuntungan olahraga bagi
kesehatan : suatu kebiasaan hidup yang dicirikan dengan aktivitas fisik yang rendah.
b. Perilaku kesehatan cenderung beresiko b.d kurang dukungan sosial : Hambatan
kemampuan untuk mengubah gaya hidup/perilaku dalam cara yang memperbaiki status
kesehatan.
c. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan b.d keterampilan komunikasi yang tidak
efektif : ketidakmampuan mengidentifikasi, mengelola, dan/atau mencari bantuan untuk
mempertahankan kesehatan.
d. Defisiensi kesehatan komunitas b.d ketidakcukupan akses pada pemberi layanan
kesehatan.
e. Ketidakefektifan manajemen kesehatan b.d kurang dukungan sosial.

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx.1 Gaya hidup monoton b.d kurang pengetahuan tentang keuntungan olahraga bagi
kesehatan : 00168

Kriteria hasil :

1. (185520) Faktor lingkungan yang mempengaruhi perilaku kesehatan :


dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 5.

2. (185522) Strategi pencegahan penyakit : dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke


5.

3. (185525) Manfaat dukungan sosial: dipertahankan pada 2 di tingkatkan ke 5.

4. (180502) Manfaat olahraga teratur : dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 5.


5. (182308) Perilaku meningkatkan kesehatan : dipertahankan pada 2 ditingkatkan
ke5.

NIC :

1. Peningkatan Latihan : Latihan kekuatan.

2. Terapi latihan : Latihan pergerakan sendi.

3. Bantuan modifikasi diri.

4. Fasilitasi tanggung jawab diri.

Dx. 2 Perilaku kesehatan cenderung beresiko b.d kurang dukungan sosial : 00188

Kriteria hasil :

1. Penerimaan status kesehatan

a) 130016 : Mempertahankan hubungan : dipertahankan pada 3 di tingkatkan 5.

b) 130007 : Menyesuaikan perubahan dalam status kesehatan : dipertahankan pada 2


ditingkatkan ke 4.

c) 130011 : Membuat keputusan tentang kesehatan : dipertahankan pada 2 ditingkatkan


ke 4.

2. Kepercayaan mengenai kesehatan : Sumber-sumber yang diterima

a) 170303 : Merasakan dukungan dari tetangga :dipertahankan pada 3 ditingkatkan ke 5.

b) 170304 : Merasakan dukungan dari penyedia layanan kesehatan : dipertahankan pada


3 ditingkatkan ke 5.

c) 170305 : Merasakan dukungan dari dukungan kelompok sendiri : dipertahankan pada


3 ditingkatkan ke 5.

NIC :
1. Modifikasi perilaku.
2. Membangun hubungan yang kompleks.
3. Peningkatan koping.
4. Dukungan pengambilan keputusan.
Dx. 3 Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan b.d kurang pengetahuan tentang
keuntungan olahraga bagi kesehatan : 00099

Kriteria hasil :
1. Keseimbangan Gaya Hidup : 2013
a) 201301 : Mengenali kebutuhan untuk menyeimbangkan aktivitas-aktivitas hidup :
dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 5.
b) 201302 : Mencari informasi tentang startegi untuk aktivitas hidup yang seimbang :
dipertahankan pada 2 ditingkatkan pada 4.
2. Pengetahuan: Manajemen Kanker : 1833
a) 183301 : hasil skrining abnormal : Dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.
b) 183302 : Tanda dan gejala kanker : dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.
c) 183303 : diagnosis kanker tertentu : dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.
3. Pengetahuan : Manajemen Hipertensi : 1837
a) 183703 : Target tekanan darah dipertahankan pada 3 ditingkatkan ke 5.
b) 183705 : komplikasi potensial hipertensi dipertahankan pada 2 ditingkatkan pada 4.
c) 183706 : Pilihan pengobatan yang tersedia dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.
d) 183707 : manfaat pengobatan jangka panjang dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke
4.
4. Pengetahuan : gaya hidup sehat : 1855
a) 185522 : strategi pencegahan penyakit dipertahankan pada 2 ditingkatkan di 4.
b) 185527 : Pentingnya skrining pencegahan dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.
c) 185535 : strategi meningkatkan keseimbangan hidup dipertahankan pada 2
ditingkatkan ke 4.
NIC :
1. Berikan pendidikan kesehatan.
2. Peningkatan kesadaran kesehatan.
3. Lakukan Skrining kesehatan.
4. Berikan panduan sistem pelayanan kesehatan.
5. Fasilitasi pembelajaran.

Dx. 4 Defisiensi kesehatan komunitas b.d ketidakcukupan akses pada pemberi layanan
kesehatan : 00215
Kriteria hasil
1. Status imun komunitas : 2800
a) 280001 : Tingkat imunisasi sama dengan atau lebih besar dari standar dipertahankan
pada 2 ditingkatkan ke 4.
b) 280007 : Skrining pada populasi beresiko infeksi dipertahankan pada 1 ditingkatkan
ke 4.
c) 280008 : Kepatuhan dengan rekomendasi imunisasi dipertahankan pada 2
ditingkatkan ke 4.
2. Kontrol resiko komunitas penyakit kronik : 2801
a) 280101 : Penyediaan program pendidikan publik tentang penyakit kronis
dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.
b) 280102 : Tingkat partisipasi populasi target dalam program pengurangan resiko
dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.
c) 280103 : Ketersediaan program preventif dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.
d) 280105 : ketersediaan program pendidikan manajemen penyakit kronis sendiri
dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.
e) 280119 : pemantauan insiden penyakit kronis dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke4.
f) 280123 : pemantauan komplikasi penyakit kronis dipertahakan pada 2 ditingkatkan
ke 5.
3. Kefektifan skrining kesehatan komunitas : 2807
a) 280701 : identifikasi kondisi berisiko tinggi yang umum di komunitas dipertahankan
pada 2 ditingkatkan ke 4.
b) 280703 : pemilihan skrining difokuskan pada deteksi dini dipertahankan pada 2
ditingkatkan ke 4.
c) 280707 : identifikasi kebutuhan skrining untuk orang dewasa dipertahankan pada 2
ditingkatkan ke 4.
NIC :
1. Pengembangan kesehatan komunitas.
2. Manajemen sumber daya keuangan.
3. Skrining kesehatan.

Dx. 5 Ketidakefektifan manajemen kesehatan b.d kurang dukungan sosial : 00078

Kriteria hasil :
1. Perilaku patuh : 1600
a) 160001 : Menanyakan pertanyaan terkait kesehatan dipertahankan pada 2
ditingkatkan ke 4.
b) 160002 : mencari informasi kesehatan dari berbagai macam sumber dipertahakan
pada 2 ditingkatkan ke 4.
c) 160003 : Menggunakan informasi kesehatan yang dapat dipercaya untuk
mengembangkan strategi dipertahakan pada 2 ditingkatkan ke 4.
NIC :
1. Membangun hubungan yang kompleks.
2. Modifikasi perilaku.
3. Peningkatan koping.
4. Konseling.
5. Dukungan emosional.
6. Panduan sistem pelayanan kesehatan.

E. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELLITUS


1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan Keluarga :Adakah Keluarga Yang Menderita Penyakit Seperti
Klien ?
b. Riwayat Kesehatan Pasien Dan Pengobatan Sebelumnya :Berapa Lama Klien
Menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa,
bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan
klien untuk menanggulangi penyakitnya.
c. Aktivitas/ istirahat :letih, lemah, sulit bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot
menurun.
d. Sirkulasi :Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada
ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan
tekanan darah
e. Integritas Ego :Stress, ansietas
f. Eliminasi :perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
g. Makanan / cairan :Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat
badan, haus, penggunaan diuretik.
h. Neurosensori :Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,
parestesia,gangguan penglihatan.
i. Nyeri / kenyamanan :abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
j. Pernapasan :batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
k. Keamanan :Kulit kering, gatal, ulkus kulit

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan Volume Cairan ( Damain 2 Kelas 5)
2. Resiko Infeksi (Domain 11, kelas 1)
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang
asupan makanan ( domain 2 kelas 1)
4. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini ( domain 9 kelas 2)
5. Defisiensi pengetahuan berhuungan dengan kurang informasi ( domain 5 kelas 4)
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC

1 Kekurangan volume NOC: NIC :


cairan berhubungan
dengan kehilangan cairan  Fluid balance Fluid management
aktif  Hydration
1. Timbang popok/pembalut
 Nutritional Status :
Definisi : Penurunan jika diperlukan
Food and Fluid
cairan intravaskuler, 2. Pertahankan catatan intake
Intake
interstisial, dan/atau Kriteria Hasil : dan output yang akuraT
intrasellular. Ini 3. Monitor status hidrasi
mengarah ke dehidrasi, ( kelembaban membran
kehilangan cairan mukosa, nadi adekuat,
dengan pengeluaran  Mempertahanka tekanan darah ortostatik ),
sodium n urine output jika diperlukan
sesuai dengan  Monitor vital sign
Batasan usia dan BB, BJ  Monitor masukan
urine normal, makanan / cairan dan
Karakteristik : HT normal hitung intake kalori harian
- Kelemahan  Tekanan darah,  Kolaborasikan pemberian
- Haus nadi, suhu tubuh cairan IV
- Penurunan turgor dalam batas  Monitor status nutrisi
kulit/lidah normal  Berikan cairan IV pada
- Membran  Tidak ada tanda suhu ruangan
mukosa/kulit tanda dehidrasi,  Dorong masukan oral
kering Elastisitas turgor  Berikan penggantian
- Peningkatan kulit baik, nesogatrik sesuai output
denyut nadi, membran  Dorong keluarga untuk
penurunan mukosa lembab, membantu pasien makan
tekanan darah, tidak ada rasa
 Tawarkan snack
penurunan haus yang
( jus buah, buah
volume/tekanan berlebihan
segar )
nadi  Kolaborasi dokter
- Pengisian vena jika tanda cairan
menurun berlebih muncul
- Perubahan status meburuk
mental  Atur kemungkinan
- Konsentrasi urine tranfusi
meningkat  Persiapan untuk
- Temperatur tubuh tranfusi
meningkat
- Hematokrit
meninggi
- Kehilangan berat
badan seketika
(kecuali pada
third spacing)
- Faktor-faktor
yang
berhubungan:
- Kehilangan
volume cairan
secara aktif
- Kegagalan
mekanisme
pengaturan
(

2 Resiko Infeksi NOC : NIC :


Definisi : Peningkatan Immune Status Infection Control (Kontrol
resiko masuknya Knowledge : Infection infeksi
organisme patogen control:
1. Bersihka lingkungan setelah
Faktor-faktor resiko : Risk control dipakai pasien
2. Pertahankan teknik isolasi
- Prosedur Infasif Kriteria Hasil : 3. Batasi pengunjung bila perlu
- Ketidakcukupan 4. Instruksikan pada pengunjung
pengetahuan untuk Klien bebas dari tanda untuk mencuci tangan saat
menghindari paparan dan gejala infeksi berkunjung dan setelah
patogen berkunjung meninggalkan
- Menunjukkan
- Trauma pasien
kemampuan untuk
- Kerusakan jaringan 5. Gunakan sabun antimikrobia
mencegah
dan peningkatan untuk cuci tangan
timbulnya infeksi
paparan lingkungan 6. Cuci tangan setiap sebelum
- Jumlah leukosit
- Ruptur membran dan sesudah tindakan
dalam batas normal
amnion kperawtan
- Menunjukkan
- Agen farmasi 7. Gunakan baju, sarung tangan
perilaku hidup sehat
(imunosupresan) sebagai alat pelindung
- Malnutrisi 8. Pertahankan lingkungan
- Peningkatan paparan aseptik selama pemasangan
lingkungan patogen alat
- Imonusupresi 9. Ganti letak IV perifer dan line
- Ketidakadekuatan central dan dressing sesuai
imum buatan dengan petunjuk umum
- Tidak adekuat 10.Gunakan kateter intermiten
pertahanan sekunder untuk menurunkan infeksi
(penurunan Hb, kandung kencing
Leukopenia, 11.Tingktkan intake nutrisi
penekanan respon · Berikan terapi antibiotik bila
inflamasi) perlu
- Tidak adekuat Infection Protection (proteksi
pertahanan tubuh terhadap infeksi)
primer (kulit tidak
utuh, trauma jaringan, 1. Monitor tanda dan gejala
penurunan kerja silia, infeksi sistemik dan lokal
cairan tubuh statis, 2. Monitor hitung granulosit,
perubahan sekresi pH, WBC
perubahan peristaltik) 3. Monitor kerentanan terhadap
- Penyakit kronik infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Partahankan teknik aspesis
pada pasien yang beresiko
6. Pertahankan teknik isolasi k/p
7. Berikan perawatan kuliat pada
area epidema
8. Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainas
9. Ispeksi kondisi luka /
insisi bedah
10. Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
11. Dorong masukan cairan
12. Dorong istirahat
13. Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai
resep
14. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
15. Ajarkan cara menghindari
infeksi
16. Laporkan kecurigaan
infeksi
17. Laporkan kultur positif
3 Ketidakseimbangan NOC : NIC :
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh  Nutritional Nutrition Management
Status : food
Definisi : Intake nutrisi and Fluid 1. Kaji adanya alergi
tidak cukup untuk Intake makanan
keperluan metabolisme  Nutritional 2. Kolaborasi dengan ahli
tubuh. Status gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi
 : nutrient Intake
Batasan karakteristik : yang dibutuhkan pasien.
Kriteria Hasil :
3. Anjurkan pasien untuk
- Berat badan 20 % atau meningkatkan intake Fe
- Adanya
lebih di bawah ideal 4. Anjurkan pasien untuk
peningkatan
berat badan meningkatkan protein dan
- Dilaporkan adanya
sesuai dengan vitamin C
intake makanan yang tujuan 5. Berikan substansi gula
kurang dari RDA - Beratbadan ideal 6. Yakinkan diet yang
(Recomended Daily sesuai dengan dimakan mengandung
Allowance) tinggi badan tinggi serat untuk
- Mampumengident mencegah konstipasi
- Membran mukosa dan ifikasi 7. Berikan makanan yang
konjungtiva pucat kebutuhan terpilih ( sudah
nutrisi dikonsultasikan dengan
- Kelemahan otot yang
- Tidk ada tanda ahli gizi)
digunakan untuk
tanda malnutrisi 8. Ajarkan pasien
menelan/mengunyah
- Menunjukkan bagaimana membuat
- Luka, inflamasi pada peningkatan catatan makanan harian.
rongga mulut fungsi 9. Monitor jumlah nutrisi
pengecapan dari dan kandungan kalori
- Mudah merasa kenyang, menelan 10. Berikan informasi tentang
sesaat setelah mengunyah - Tidak terjadi kebutuhan nutrisi
makanan penurunan berat 11. Kaji kemampuan pasien
badan yang untuk mendapatkan
- Dilaporkan atau fakta berarti nutrisi yang dibutuhkan
adanya kekurangan Nutrition Monitoring
makanan
1. BB pasien dalam batas
- Dilaporkan adanya normal
perubahan sensasi rasa 2. Monitor adanya
- Perasaan penurunan berat badan
ketidakmampuan untuk 3. Monitor tipe dan jumlah
mengunyah makanan aktivitas yang biasa
dilakukan
Faktor-faktor yang 4. Monitor interaksi anak
berhubungan : atau orangtua selama
makan
Ketidakmampuan 5. Monitor lingkungan
pemasukan atau selama makan
mencerna makanan atau 6. Jadwalkan pengobatan
mengabsorpsi zat-zat dan tindakan tidak selama
gizi berhubungan jam makan
dengan faktor biologis, 7. Monitor kulit kering dan
psikologis atau perubahan pigmentasi
ekonomi. 8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
10. Monitor mual dan muntah
11. Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan
kadar Ht
12. Monitor makanan
kesukaan
13. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
14. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
15. Monitor kalori dan intake
nuntrisi
16. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
17. Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet

4 Ansietas NOC : NIC :


Definisi :  Anxiety control Anxiety Reduction (penurunan
 Coping kecemasan)
Perasaan gelisah yang tak
 Impulse control
jelas dari 1. Gunakan pendekatan yang
Kriteria Hasil :
ketidaknyamanan atau menenangkan
ketakutan yang disertai - Klien mampu 2. Nyatakan dengan jelas
respon autonom (sumner mengidentifikasi harapan terhadap pelaku
tidak spesifik atau tidak dan pasien
diketahui oleh individu); mengungkapkan 3. Jelaskan semua prosedur
perasaan keprihatinan gejala cemas dan apa yang dirasakan
disebabkan dari antisipasi - Mengidentifikasi, selama prosedur
terhadap bahaya. Sinyal mengungkapkan 4. Pahami prespektif pasien
ini merupakan peringatan dan menunjukkan terhdap situasi stres
adanya ancaman yang tehnik untuk 5. Temani pasien untuk
akan datang dan mengontol cemas memberikan keamanan dan
memungkinkan individu - Vital sign dalam mengurangi takut
untuk mengambil langkah batas normal 6. Berikan informasi faktual
untuk menyetujui - Postur tubuh, mengenai diagnosis,
terhadap tindakan ekspresi wajah, tindakan prognosis
bahasa tubuh dan 7. Dorong keluarga untuk
Ditandai dengan menemani anak
tingkat aktivitas
menunjukkan 8. Lakukan back / neck rub
- Gelisah
berkurangnya 9. Dengarkan dengan penuh
- Insomnia kecemasan perhatian
10. Identifikasi tingkat
kecemasan
- Resah 11. Bantu pasien mengenal
situasi yang menimbulkan
- Ketakutan kecemasan
12. Dorong pasien untuk
- Sedih
mengungkapkan perasaan,
- Fokus pada diri ketakutan, persepsi
13. Instruksikan pasien
- Kekhawatiran menggunakan teknik
relaksasi
- Cemas 14. Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan
5 Defisiensi pengetahuan NOC : NIC :
Definisi : - Kowlwdge : disease Teaching : disease Process
process
Tidak adanya atau - Kowledge : health 1. Berikan penilaian tentang
kurangnya informasi Behavior tingkat pengetahuan pasien
kognitif sehubungan Kriteria Hasil : tentang proses penyakit yang
dengan topic spesifik. spesifik
- Pasien dan keluarga
Batasan karakteristik : menyatakan 2. Jelaskan patofisiologi dari
memverbalisasikan pemahaman tentang penyakit dan bagaimana hal
adanya masalah, penyakit, kondisi, ini berhubungan dengan
ketidakakuratan prognosis dan anatomi dan fisiologi,
mengikuti instruksi, program dengan cara yang tepat.
perilaku tidak sesuai. pengobatan
3. Gambarkan tanda dan gejala
- Pasien dan keluarga
yang biasa muncul pada
mampu
penyakit, dengan cara yang
Faktor yang berhubungan melaksanakan
tepat
: keterbatasan kognitif, prosedur yang
interpretasi terhadap dijelaskan secara 4. Gambarkan proses penyakit,
informasi yang salah, benar dengan cara yang tepat
kurangnya keinginan - Pasien dan keluarga
untuk mencari informasi, mampu 5. Identifikasi kemungkinan
tidak mengetahui sumber- menjelaskan penyebab, dengna cara yang
sumber informasi. kembali apa yang tepat
dijelaskan
perawat/tim 6. Sediakan informasi pada
kesehatan lainnya. pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
7. Hindari jaminan yang
kosong
8. Sediakan bagi keluarga atau
SO informasi tentang
kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
9. Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang
akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
11. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
13. Rujuk pasien pada grup
atau agensi di komunitas
lokal, dengan cara yang
tepat
14. Instruksikan pasien
mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara yang
tepat
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A. (2011). Kanker Payudara. Diambil dari


http://medicastore.com/penyakit/1045/Kanker_Payudara.html. 13 Oktober 2018

Brunner and Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 2.
Jakarta : EGC.

Bulechek, gloria m., dkk.2015 Nursing interventions cassifiction,NIC Edisi VI Ahli Bahasa:
Intrasi Nurjannah, dk. Elesiver; Jakarta

Bustan, M.N., 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Cetakan 2 Rineka Cipta, .
Jakarta.

Depkes RI., 2007. InaSH Menyokong Penuh Penanggulangan Hipertensi. Intimedia. Jakarta.

Elizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta : Aditya Media.

Gray, Huon H, dkk, 2002. Lucture Notes : Kardiologi (Edisi Keempat). Erlangga Medical
Series. Jakarta.

Guyton AC, JE Hall. Buku Ajar Fisiologi. Ed. 9. Alih Bahasa: Setiawan I, Santoso A.
Jakarta: EGC; 2006.

Gloria,M Bulechek. 2013. Nursing interventions classification (NIC) edisi keenam (di
Indonesiakan oleh intansari Nurjanah. Elsevier

Herman, T Heater. 2015. Nursing Diagnoses:Definitions and calsification (di Indonesiakan


oleh Budi Anna Keliat). Jakarta: EGC

Harianto, Rina, M, dan Hery, S 2005. Risiko penggunaan pil kontrasepsikombinasi terhadap
kejadiankanker payudara pada reseptor KB di Perjan RS Dr.
CiptoMangunkusumo, Jakarta: Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. 2, No.1, hh. 84-
99.

Hayens,B,dkk. (2003). Buku pintar menaklukkan Hipertensi. Jakarta : Ladang Pustaka.


Herdman t. Heather, S.Kamitsuru. 2015. NANDA Internasional Inc. Diagnosis keperawatan :
Definisi dan Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10 Ahli Bahasa Budi Ana Keliat,dkk.
Jakarta: EGC .

Jansje dan Samodra. 2013. Prevalensi Penyakit Tidak Menular Pada Tahun 2012 – 2013 di
Kecamatan Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara Sulawesi Utara. Diambil
dari
:https://www.researchgate.net/publication/316992216_Prevalensi_Penyakit_Tidak_
Menular_pada_Tahun_2012-
2013_di_Kecamatan_Airmadidi_Kabupaten_Minahasa_Utara_Sulawesi_Utara.

Mooheread,sue dkk. 2015. Nursing Interventions Cassification, NOC Edisi VI Ahli Bahasa:
Intrasi Nurjannah, dk. Elesiver; Jakarta.

Nur Arif dan Kusuma.2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarakan Nanda NIC-
NOC.Edisi Revisi. Jilid 1 dan 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC:Jakarta.
_________________. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarakan Nanda NIC-
NOC.Edisi Revisi. Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction.

Nurarif,Amin Huda.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-
Noc edisi revisi jilid 3. Jogyakarta: Mediaction

Price, S. A. dan Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis ProsesProses Penyakit,


Edisi 6, Volume 1. Jakarta: EGC.

RISKESDAS. Riset Kesehatan Dasar. 2007. Jakarta: BadanPenelitian dan Pengembangan


Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.

_______________________________ . 2013 . Jakarta: BadanPenelitian dan Pengembangan


Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.

Sagala, LMB.2010.Perawatan Penderita Hipertensi di Rumah oleh Keluarga Suku Batak


dan Suku Jawa di Kelurahan Lau Cimba Kabanjahe. Skripsi. Fakultas Keperawatan.
Medan: Universitas Sumatra Utara.
Sheps, S. G. (2005). Mayo clinic hipertensi; mengatasi tekanan darah tinggi. Jakarta:Intisari
Mediatama.

Sudjaswadi,Wiryowidagdo, M.Sitanggang. 2002. Tanaman Obat untuk Penyakit Jantung,


Darah Tinggi, dan Kolesterol. Jakarta: AgroMedia Pustaka.

WHO., 2010. The World Health Report 2010. http://www.who.int./whr/2010/en/index.html


Akses 13 Oktober 2018.

WHO, 2011. Noncommunicable Diseases Country Profiles 2011. http://-


whqlibdoc.who.int/publications/2011/9789241502283_eng.pdf.

Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan Dewasa
Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika.

Yulianti, Devi. 2005. Manajemen Komplikasi Kehamilan dan Persalinan. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai