Disusun Oleh :
Aldo sanasta sanada (010217A)
Dyah tri utami (010217A)
Ferdi hendriyanus muhu (010217A016)
Henik hartanti (010217A)
Junita F Sae (010217A021)
Subagyo (010217A)
Tutik nur baiti (010217A)
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengkajian………………………………………………………………….
B. Diagnosa Keperawatan ………………………………………………….
C. Intervensi Keperawatan ………………………………………………….
A. Latar Belakang
Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global.
Data WHO menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi di dunia pada tahun
2008, sebanyak 36 juta atau hampir dua pertiganya disebabkan oleh Penyakit Tidak
Menular. PTM juga membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda. Di negara-negara
dengan tingkat ekonomi rendah dan menengah, dari seluruh kematian yang terjadi pada
orang-orang berusia kurang dari 60 tahun, 29% disebabkan oleh PTM, sedangkan di
negara-negara maju, menyebabkan 13% kematian. Proporsi penyebab kematian PTM pada
orang-orang berusia kurang dari 70 tahun, penyakit cardiovascular merupakan penyebab
terbesar (39%), diikuti kanker (27%), sedangkan penyakit pernafasan kronis, penyakit
pencernaan dan PTM yang lain bersama-sama menyebabkan sekitar 30% kematian, serta
4% kematian disebabkan diabetes.
Menurut Badan Kesehatan Dunia WHO, kematian akibat Penyakit Tidak Menular
(PTM) diperkirakan akan terus meningkat di seluruh dunia, peningkatan terbesar akan
terjadi di negara-negara menengah dan miskin. Lebih dari dua pertiga (70%) dari populasi
global akan meninggal akibat penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit jantung,
stroke dan diabetes. Dalam jumlah total, pada tahun 2030 diprediksi akan ada 52 juta jiwa
kematian per tahun karena penyakit tidak menular, naik 9 juta jiwa dari 38 juta jiwa pada
saat ini.
Secara global, regional dan Nasional pada tahun 2030 transisi epidemiologi dari
penyakit menular menjadi penyakit tidak menular semakin jelas. Diproyeksikan jumlah
kesakitan akibat penyakit tidak menular dan kecelakaan akan meningkat dan penyakit
menular akan menurun. PTM seperti kanker, jantung, DM dan paru obstruktif kronik, serta
penyakit kronik lainnya akan mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2030.
Sementara itu penyakit menular seperti TBC, HIV/AIDS, Malaria, Diare dan penyakit
infeksi lainnya diprediksi akan mengalami penurunan pada tahun 2030. Peningkatan
kejadian PTM berhubungan dengan peningkatan faktor risiko akibat perubahan gaya hidup
seiring dengan perkembangan dunia yang makin modern, pertumbuhan populasi dan
peningkatan usia harapan hidup.
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 dan 2001, tampak bahwa selama 12 tahun (1995-2007)
telah terjadi transisi epidemiologi dimana kematian karena penyakit tidak menular
semakin meningkat, sedangkan kematian karena penyakit menular semakin menurun.
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (2007), terdapat 50.1% responden laki-laki
yang terkena Hipertensi. Hal ini dikarenakan prevalensi merokok di Indonesia sangat
tinggi, terutama pada laki-laki mulai dari anak, remaja dan dewasa. Data dari Riskesdas
tahun 2010 menunjukkan prevalensi perokok 16 kali lebih tinggi pada laki-laki (65.9%)
dibandingkan perempuan (4.2%). Selain dari merokok, hal lain yang memicu tingginya
hipertensi disebabkan oleh kebiasaan memakan makanan yang kadar asupan lemaknya
>30%, aktivitas fisik yang sangat kurang dan mengalami stress. Sedangkan, prevalensi
asma dan kanker di Indonesia cenderung lebih tinggi pada perempuan dibandingkan
dengan laki-laki. Prevalensi kanker cenderung lebih tinggi pada masyarakat kotadibanding
pedesaan dan cenderung lebih tinggi pada orang yang berpendidikan tinggi. Hal ini
disebabkan karena gaya hidup yang tidak sehat, kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat
saji, serta kurangnya aktivitas fisik (Riskesdas, 2013).
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi prevalensi PTM
di Indonesia, namun belum sepenuhnya mencapai derajat kesehatan yang optimal. Sebagai
seorang perawat, peran kita tidak hanya sebagai pemberi pengobatan ataupun perawatan di
rumah sakit, namun juga dapat berperan sebagai perawat komunitas yang berperan
meliputi pendidik, pengamat kesehatan, koordinator pelayanan kesehatan, peran
pembaharu, role model dan fasilitator kesehatan. Peran perawat komunitas dalam
mengurangi PTM yaitu dengan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat seoptimal
mungkin melalui praktik keperawatan komunitas, dilakukan melalui peningkatan kesehatan
(Promotif), dan pencegahan penyakit (preventif) di semua tingkat pencegahan (levels of
prevention) tanpa mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitative.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2. Etiologi
Menurut Sagala (2009), hipertensi tergantung pada kecepatan denyut jantung,
volume sekuncup dan Total Peripheral Resistance(TPR).Peningkatan salah satu dari
ketiga variabel yang tidak dikompensasi dapat menyebabkan hipertensi.
Peningkatan TPRyang berlangsung lama dapat terjadi pada peningkatan rangsangan
saraf atau hormon pada arteriol, atau responsivitas yang berlebihan dari arteriol terdapat
rangsangan normal. Kedua hal tersebut akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah.
Pada peningkatan TPR, jantung harus memompa secara lebih kuat dan dengan demikian
menghasilkan tekanan yang lebih besar, untuk mendorong darah melintas pembuluh
darah yang menyempit. Hal ini disebut peningkatan dalam afterload jantung dan biasanya
berkaitan dengan peningkatan tekanan diastolik. Apabila peningkatan afterload
berlangsung lama, maka ventrikel kiri mungkin mulai mengalami hipertrofi (membesar).
Hipertrofi menyebabkan kebutuhan ventrikel akan oksigen semakin meningkat sehingga
ventrikel harus mampu memompa darah secara lebih keras lagi untuk memenuhi
kebutuhan tesebut. Pada hipertrofi, serat-serat otot jantung juga mulai tegang melebihi
panjang normalnya yang pada akhirnya menyebabkan penurunan kontraktilitas dan
volume sekuncup (Hayens, 2003).
3. Patofisiologi hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di
pusat vasomotorpada medula di otak, dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula
spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah (Sagala, 2009).
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat
sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi (Sagala, 2009).
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang
menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung
mencetus keadaan hipertensi (Sagala, 2009).
6. Komplikasi Hipertensi
a. Stroke
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus
yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi.Stroke dapat terjadi
pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami
hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya
berkurang.
Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga
meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma (Sagala, 2009). Gejala terkena
stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti, orang bingung, limbung atau
bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit
digerakan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara
secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak (Santoso, 2006). Infark
Miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis tidak dapat
menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang
menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut.Karena hipertensi kronik
dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat
terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.Hipertropi
ventrikel dapat juga menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik
melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko
pembentukan bekuan (Sagala, 2009).
b. Gagal Ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler-kepiler ginjal, glomerolus.Rusaknya glomerolus, darah akan mengalir keunit-
unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan
kematian. Rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar melalui urin sehingga
tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai
pada hipertensi kronik (Sagala, 2009).
c. Gagal jantung
Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya
kejantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru,kaki dan jaringan lain
sering disebut edema.Cairan didalam paru – paru menyebabkan sesak napas,timbunan
cairan ditungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan edema (Sagala,
2009).
Ensefalopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang cepat).
Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan
mendorong cairan ke dalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-
neuron disekitarnya kolap dan terjadi koma serta kematian (Sagala, 2009).
7. Tingkatan Hipertensi
Tekanan darah
Tekanan darah sistolik
Klasifikasi diastolic
(mmHg)
(mmHg)
Normal <120 Dan < 80
Prehipertensi 120 -139 Atau 80 – 90
Hipertensi tingkat 1 140 -159 Atau 90 – 99
Hipertensi tingkat 2 >160 Atau > 100
8. Pengendalian Hipertensi
Pengendalian hipertensi pada umumnya dilakukan oleh keluarga dengan
memperhatikan pola hidup dan menjaga psikis dari anggota keluarga yang menderita
hipertensi.Pengaturan pola hidup sehat sangat penting pada klien hipertensi guna untuk
mengurangai efek buruk dari pada hipertensi.
Adapun cakupan pola hidup antara lain berhenti merokok, mengurangi kelebihan
berat badan, menghindari alkohol, modifikasi diet. Dan yang mencakup psikis antara lain
mengurangi stress, olahraga, dan istirahat (Sagala, 2009).
a. Berhenti merokok
Merokok sangat besar peranannya meningkatkan tekanan darah, hal ini disebabkan
oleh nikotin yag terdapat didalam rokok yang memicu hormon adrenalin yang
menyebabkan tekanan darah meningkat. Nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh
darah didalam paru dan diedarkan keseluruh aliran darah lainnya sehingga terjadi
penyempitan pembuluh darah.Hal ini menyebabkan kerja jantung semakin meningkat
untuk memompa darah keseluruh tubuh melalui pembuluh darah yang sempit.
Berhenti merokok tekanan darah akan turun secara perlahan, disamping itu jika masih
merokok maka obat yang dikonsumsi tidak akan bekerja secara optimal dan dengan
berhenti merokok efektifitas obat akan meningkat (Santoso, 2006).
C. KANKER PAYUDARA
1. Definisi
Carsinoma Mammaemerupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal mammae
dimana sel abnormal timbul dari sel-sel normal,berkembang biak dan menginfiltrasi
jaringan limfe dan pembuluh darah(Nurarif & Kusuma, 2015).
Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh
yang berubah menjadi ganas (Harianto 2005).
Jadi kanker payudara (ca mammae) adalah suatu gangguan pada sel normal mammae
yang tumbuh menjadi sel abnormal yang dapat berubah menjadi ganas.
2. Etiologi
Penyebab kanker payudara belum dapat ditentukan,tetapi terdapat beberapa faktor
resiko yang telah ditetapkan, yaitu lingkungan atau genetik.Kanker payudara
memperlihatkan proliferasi keganasan sel epitel yang membatasi duktus atau lobus
payudara.Pada awalnya hanya terdapat hyperplasia sel dengan perkembangan sel-sel yang
atipikal dan kemudian berlanjut menjadi karsinoma insitudan menginvasi stroma.Kanker
membutuhkan waktu 7 tahun untuk tumbuh dari satu sel menjadi massa.Hormone steroid
yang dihasilkan oleh ovarium juga berperan dalam pembentukan kanker payudara
(estradisol dan progesterone mengalami perubahan dalam lingkungan seluler)(Brunner &
Suddarth,2002).
4. Manifestasi klinis
a. Nyeri
Nyeri yang menyebar pada payudara dan nyeri tekan yang terjadi saat menstruasi
biasanya berhubungan dengan penyakit payudara jinak. Nyeri yang jelas pada bagian
yang ditunjuk dapat berhubungan dengan kanker payudara pada kasus lebih
lanjut.Biasanya nyeri timbul jika kanker sudah bermetastase ke tulang(Brunner &
Sudarth,2002).
b. Benjolan pada payudara.
Benjolan ini mula-mula kecil makin lama semakin membesar, lalu melekat pada kulit
atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau puting susu.
c. Erosi atau eksema puting susu.
Kulit atau puting susu tertarik kedalam (retraksi) berwarna merah muda atau
kecoklat-coklatan sampai menjadi edema,hingga kulit terlihat seperti jeruk (peau
d’orange) mengkerut atau timbul borok (ulkus pada payudara).Ulkus itu semakin
lama semakin besar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan payudara,sering
berbau busuk dan mudah berdarah.
d. Timbul pembesaran kelenjar getah bening ketiak bengkak pada lengan dan
penyebaran kanker diseluruh tubuh.
e. Penglupasan papilla payudara
f. Keluar cairan abnormal dari puting susu berupa nanahdarah,cairan encer padahal ibu
tidak sedang hamil ataupun menyusui.
5. Klasifikasi TNM Kanker Payudara dan Harapan Hidup
Tumor Primer
T1 Tumor < 2 cm
T3 Tumor >5 cm
T4 Perluasan kedinding
dada,inflamasi
Metastasis Jauh
PENGELOMPOKAN STADIUM
Stadium 0 N0 MO 99%
Stadium 1 N0 MO 92%
Stadium II A TQ N1 MO 82%
T1 N1 MO
T2 N0 MO
T3 N0 MO
T1 N2 MO
T2 N2 MO
T3 N1,N2 MO
8. Komplikasi
Komplikasi terjadi karena kanker ini bermetastasis melalui saluran limfe (limfogen) ke
paru-paru,tulang dan hati.
9. Penatalaksanaan
1. Terapi Medis
Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara,ada tiga jenis mastektomi antara
lain:
a. Modiefied Radical Mastectomy yaitu operasi pengangkatan seluruh
payudara,jaringan payudara ditulang dada,tulang selangkang dan tulang iga,serta
benjolan disekitar ketiak.
b. Total (Simple) Mastectomy yaitu pengangkatan diseluruh payudara saja,tetapi
bukan kelenjar ketiak.
c. Radicial Mastectomy yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara,biasanya
disebut Lumpectomy yaitu pengangkatan hanya pada bagian yang mengandung sel
kanker bukan seluruh payudara.
2. Terapi Non-Medis
a. Lintas Metabolisme
Asam bifosfonat merupakan senyawa penghambat aktivitas osteoklas dan resorpsi
tulang yang sering digunakan untuk melawan osteoporosis yang diinduksi
olehoverian suppression,hiperkalsemia dan kelainan metabolisme
tulang,menunjukkan efektivitas untuk menurunkan metastasisi sel kanker pudara
menuju tulang.Walaupun penggunaan dalam jangka panjang dapat menimbulkan
efek samping seperti osteonerkrosisi dan turunnya fungsi ginjal.
b. Radiasi
c. Kemoterapi
Kemoterapi Adjuvant
Neoadjuvant Chemotheraphy
d. Terapi anti-estrogen
e. Terapi antibodi anti-HER 2/neu
10. Pengobatan
Pengobatan kanker payudara yang sudah disepakati oleh ahli kanker menurut
(Mediastore 2011) yaitu:
Stadium Pengobatan
11. Pencegahan
a. Melakukan pemeriksaan payudara secara mandiri (SADARI).
b. Memberikan ASI pada bayi bagi ibu menyusui.
c. Jika menemukan benjolan/gumpalan segera kedokter.
d. Mencari tahu riwayat keluarga mengenai kanker payudara.
e. Mengurangi konsumsi alcohol.
f. Memperhatikan berat badan untuk mencegah obesitas dan mengurangi makanan
yang banyak mengandung lemak.
g. Untuk usia 50-40 dan usia lebih dari 50 tahun untuk melakukan skrinning
mammografi 1 atau 2 tahun sekali
D. DIABETES MELLITUS
a. Pengertian
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2012, diabetes melitus adalah
suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
kerana kelainan sekresi insulin, gangguan kerja insulin atau keduanya, yang
menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah.
c. Etiologi
1. Obesitas
Makanan yang berlebihan menyebabkan gula dan lemak dalm tubuh menumpuk dan
menyebabkan kelenjar pankreas bekerja keras memproduksi insulin untuk mengolah
gula yang masuk (Lanywati, 2011).
2. Kekurangan insulin
Kekurangan insulin disebabkan kerena tidak memadainya hasil sekresi insulin
sehingga respon jaringan terhadap insulin berkurang. Hal ini merupakan gejala dari
heperglikemia (American Diabetes Association, 2011).
3. Pada saat hamil
Seorang ibu secara naluri akan menambah konsumsi makanannya, sehingga berat
badan ibu otomatis akan naik 7-10 kg. Pada saat makanan ibu ditambah konsumsinya
ternyata produksi insulin kurang mencukupi, maka akan terjadi gejala diabetes melitus
(Lanywati, 2011).
b. Edukasi untuk pencegahan skunder yaitu edukasi yang ditunjukkan untuk pasien
baru. Materi edukasi beruapa penegrtian diabetes, gejala, penatalaksanaan,
mengenal dan mencegah komplikasi akut dan kronik.
c. Edukasi untuk penceghan tersier yaitu edukasi yang ditunjukkan pada pasien
tingkat lanjut, dan materi yang diberikan meliputi : cara pencegahan komplikasi
dan perawatan, upaya untuk rehabilitasi, dll.
2. Terapi gizi atau Perencanaan Makan
Terapi Gizi Medis (TGM) merupakan bagian dari penatalaksanaan diabetes secara
total. Kunci keberhasilan TGM adalah keterlibatan secara menyeluruh dari anggota
tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain dan pasien itu sendiri). Menurut
Smeltzer et al, (2008) bahwa perencanaan makan pada pasien diabetes meliputi:
a) Memenuhi kebutuhan energi pada pasien diabetes mellitus
b) Terpenuhi nutrisi yang optimal pada makanan yang disajikan seperti vitamin dan
mineral
c) Mencapai dan memelihara berat badan yang stabil
d) Menghindari makan makanan yang mengandung lemak, karena pada pasien
diabetes melitus jika serum lipid menurun maka resiko komplikasi penyakit
makrovaskuler akan menurun
e) Mencegah level glukosa darah naik, karena dapat mengurangi komplikasi yang
dapat ditimbulkan dari diabetes melitus.
3. Latihan Jasmani
Latihan jasmani sangat penting dalam pelaksanaan diabetes karena dapat
menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor resiko kardiovaskuler.
Latihan menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa
oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin. Latihan jug adapt meningkatkan kadar
HDL kolesterol dan menurunkan kadar kolesterol total serta trigliserida (ADA, 2012).
Kegiatan sehari-hari dan latihan jasmani secra teratur (3-4 kali seminggu selama
kurang dari 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan diabetes melitus.
Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti :
jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknnya
disesuiakan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Menurut ADA (2012), ada
beberapa pedoman umum untuk melakukan latihan jasmani pada pasien diabetes yaitu:
a. Gunakan alas kaki yang tepat, dan bila perlu alat pelindungan kaki lainnya.
b. Hindari latihan dalam udara yang sangat panas atau dingin
c. Periksa kaki setelah melakukan latihan.
d. Hindari latihan pada saar pengendalian metabolik buruk
4. Terapi farmakologis
Pengobatan diabetes secara menyeluruh mencakup diet yang benar, olah raga yang
teratur, dan obat-obatan yang diminum atau suntikan insulin.Pasien diabetes melitus
tipe 1 mutlak diperlukan suntikan insulin setiap hari.pasien diabetes melitus tipe 2,
umumnya pasien perlu minum obat antidiabetes secara oral atau tablet. Pasien
diabetes memerlukan suntikan insulin pada kondisi tertentu, atau bahkan kombinasi
suntikan insulin dan tablet (ADA, 2012).
5. Monitoring keton dan gula darah
Dengan melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri penderita
diabetes dapat mengatur terapinya untuk mengendalikan kadar glukosa darah secara
optimal. Monitoring glukosa darah merupakan pilar kelima dianjurkan kepada pasien
diabetes melitus. Monitor level gula darah sendiri dapat mencegah dan mendeteksi
kemungkinan terjadinya hipoglikemiadan hiperglikemia dan pasien dapat melakukan
keempat pilar di atas untuk menurunkan resiko komplikasi dari diabetes melitus
(Smeltzer et al, 2008).
E. PROLANIS
a. Pengertian
PROLANIS adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang
dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan Peserta, Fasilitas Kesehatan dan BPJS
Kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan yang
menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya
pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien.
b. Tujuan
Mendorong peserta penyandang penyakit kronis mencapai kualitas hidup optimal
dengan indikator 75% peserta terdaftar yang berkunjung ke Faskes Tingkat Pertama
memiliki hasil “baik” pada pemeriksaan spesifik terhadap penyakit DM Tipe 2 dan
Hipertensi sesuai Panduan Klinis terkait sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi
penyakit.
c. Sasaran
Seluruh Peserta BPJS Kesehatan penyandang penyakit kronis (Diabetes Melitus Tipe
2 dan Hipertensi)
d. Bentuk Pelaksanaan
Aktifitas dalam Prolanis meliputi :
1. Aktifitas konsultasi medis/edukasi
2. Home Visit
3. Reminder
4. Aktifitas klub
5. Pemantauan status kesehatan.
e. Penanggung Jawab
Penanggung jawab adalah Kantor Cabang BPJS Kesehatan bagian Manajemen
Pelayanan Primer.
f. Langkah Pelaksanaan
Persiapan pelaksanaan Prolanis
1. Melakukan identifikasi data peserta sasaran berdasarkan :
a. Hasil Skrining Riwayat Kesehatan
b. Hasil Diagnosa DM dan HT (pada Faskes Tingkat Pertama maupun RS)
2. Menentukan target sasaran
3. Melakukan pemetaan Faskes Dokter Keluarga/ Puskesmas berdasarkan distribusi
target sasaran peserta
4. Menyelenggarakan sosialisasi Prolanis kepada Faskes Pengelola
5. Melakukan pemetaan jejaring Faskes Pengelola (Apotek, Laboratorium)
6. Permintaan pernyataan kesediaan jejaring Faskes untuk melayani peserta PROLANIS
7. Melakukan sosialisasi PROLANIS kepada peserta (instansi, pertemuan kelompok
pasien kronis di RS, dan lain-lain)
8. Penawaran kesediaan terhadap peserta penyandang Diabetes Melitus Tipe 2 dan
Hipertensi untuk bergabung dalam PROLANIS
9. Melakukan verifikasi terhadap kesesuaian data diagnosa dengan form kesediaan yang
diberikan oleh calon peserta Prolanis
10. Mendistribusikan buku pemantauan status kesehatan kepada peserta terdaftar
PROLANIS
11. Melakukan rekapitulasi data peserta terdaftar
12. Melakukan entri data peserta dan pemberian flag peserta PROLANIS
13. Melakukan distribusi data peserta Prolanis sesuai Faskes Pengelola
14. Bersama dengan Faskes melakukan rekapitulasi data pemeriksaan status kesehatan
peserta, meliputi pemeriksaan GDP, GDPP, Tekanan Darah, IMT, HbA1C. Bagi
peserta yang belum pernah dilakukan pemeriksaan, harus segera dilakukan
pemeriksaan
15. Melakukan rekapitulasi data hasil pencatatan status kesehatan awal peserta per
Faskes Pengelola (data merupakan luaran Aplikasi P-Care)
16. Melakukan Monitoring aktifitas PROLANIS pada masing-masing Faskes Pengelola :
a. Menerima laporan aktifitas PROLANIS dari Faskes Pengelola
b. Menganalisa data
17. Menyusun umpan balik kinerja Faskes PROLANIS
18. Membuat laporan kepada Kantor Divisi Regional/ Kantor Pusat.
g. Aktifitas PROLANIS
1. Konsultasi Medis Peserta Prolanis : jadwal konsultasi disepakati bersama antara
peserta dengan Faskes Pengelola
2. Edukasi Kelompok Peserta Prolanis
Definisi : Edukasi Klub Risti (Klub Prolanis) adalah kegiatan untuk meningkatkan
pengetahuan kesehatan dalam upaya memulihkan penyakit dan mencegah
timbulnya kembali penyakit serta meningkatkan status kesehatan bagi
peserta PROLANIS
Sasaran : Terbentuknya kelompok peserta (Klub) PROLANIS minimal 1 Faskes
Pengelola 1 Klub. Pengelompokan diutamakan berdasarkan kondisi
kesehatan Peserta dan kebutuhan edukasi.
Langkah – langkah :
a. Mendorong Faskes Pengelola melakukan identifikasi peserta terdaftar sesuai
tingkat severitas penyakit DM Tipe 2 dan Hipertensi yang disandang
b. Memfasilitasi koordinasi antara Faskes Pengelola dengan Organisasi
Profesi/Dokter Spesialis diwilayahnya
c. Memfasilitasi penyusunan kepengurusan dalam Klub
d. Memfasilitasi penyusunan kriteria Duta PROLANIS yang berasal dari peserta.
Duta PROLANIS bertindak sebagai motivator dalam kelompok Prolanis
(membantu Faskes Pengelola melakukan proses edukasi bagi anggota Klub)
e. Memfasilitasi penyusunan jadwal dan rencana aktifitas Klub minimal 3 bulan
pertama
f. Melakukan Monitoring aktifitas edukasi pada masing-masing Faskes Pengelola :
1) Menerima laporan aktifitas edukasi dari Faskes Pengelola
2) Menganalisis data
g. Menyusun umpan balik kinerja Faskes PROLANIS
h. Membuat laporan kepada Kantor Divisi Regional/Kantor Pusat dengan tembusan
kepada Organisasi Profesi terkait diwilayahnya.
3. Reminder melalui SMS Gateway
Definisi : Reminder adalah kegiatan untuk memotivasi peserta untuk melakukan
kunjungan rutin kepada Faskes Pengelola melalui pengingatan jadwal
konsultasi ke Faskes Pengelola tersebut
Sasaran : Tersampaikannya reminder jadwal konsultasi peserta ke masing-masing
Faskes Pengelola
Langkah – langkah :
a. Melakukan rekapitulasi nomor Handphone peserta PROLANIS/Keluarga peserta
per masing-masing Faskes Pengelola
b. Entri data nomor handphone kedalam aplikasi SMS Gateway
c. Melakukan rekapitulasi data kunjungan per peserta per Faskes Pengelola
d. Entri data jadwal kunjungan per peserta per Faskes Pengelola
e. Melakukan monitoring aktifitas reminder (melakukan rekapitulasi jumlah peserta
yang telah mendapat reminder)
f. Melakukan analisa data berdasarkan jumlah peserta yang mendapat reminder
dengan jumlah kunjungan
g. Membuat laporan kepada Kantor Divisi Regional/Kantor Pusat
4. Home Visit
Definisi : Home Visit adalah kegiatan pelayanan kunjungan ke rumah Peserta
PROLANIS untuk pemberian informasi/edukasi kesehatan diri dan
lingkungan bagi peserta PROLANIS dan keluarga.
Sasaran :
Peserta PROLANIS dengan kriteria :
a. Peserta baru terdaftar
b. Peserta tidak hadir terapi di Dokter Praktek Perorangan/Klinik/Puskesmas 3 bulan
berturutturut
c. Peserta dengan GDP/GDPP di bawah standar 3 bulan berturut-turut (PPDM)
d. Peserta dengan Tekanan Darah tidak terkontrol 3 bulan berturut-turut (PPHT)
e. Peserta pasca opname
Langkah – langkah :
a. Melakukan identifikasi sasaran peserta yang perlu dilakukan Home Visit
b. Memfasilitasi Faskes Pengelola untuk menetapkan waktu kunjungan
c. Bila diperlukan, dilakukan pendampingan pelaksanaan Home Visit
d. Melakukan administrasi Home Visit kepada Faskes Pengelola dengan berkas
sebagai berikut :
1) Formulir Home Visit yang mendapat tanda tangan Peserta/Keluarga peserta
yang dikunjungi.
2) Lembar tindak lanjut dari Home Visit/lembar anjuran Faskes Pengelola.
e. Melakukan monitoring aktifitas Home Visit (melakukan rekapitulasi jumlah
peserta yang telah mendapat Home Visit)
f. Melakukan analisa data berdasarkan jumlah peserta yang mendapat Home Visit
dengan jumlah peningkatan angka kunjungan dan status kesehatan peserta
g. Membuat laporan kepada Kantor Divisi Regional/Kantor Pusat
A. PENGKAJIAN
1. Geografi
- Apakah anda tingal di daerah pegunungan atau pantai ?
- Bagaimana keadaan tanah di daerah ini ?
- Berapa luas daerah ini ?
- Ada berapa batas wilayah di daerah ini dan apa saja nama wilayah di masing-masing
batasnya?
2. Demografi
- Berapakah jumlah KK di daerah ini ?
- Berapakah jumlah penduduk di daerah ini ?
- Bagaimana mobilitas penduduk, apakah penduduk jarang di rumah ketika pagi dan
siang hari karena bekerja, sedangkan anak-anak pada sekolah.?
- Apakah daerah ini termasuk daerah yang padat dengan penduduk?
3. Vital Statistik
- Bagaimana status kelahiran di daerah ini?
- Penyakit apa saja yang banyak terjadi di masyarakat khususnya pada wanita usia
dewasa?
- Penyakit apa saja yang banyak terjadi di daerah ini khususnya pada pria usia dewasa?
- Apakah dalam satu bulan ini sudah terdapat banyak warga yang meninggal?
4. Kelompok Etnis
- Suku apa yang dianut di masyarakat?
5. Nilai dan Keyakinan
- Apakah ada masjid / mushola atau tempat ibadah lainnya?
- Apakah masyarakat menganut agama yang sama?
- Keyakinan apa yang di anut dalam masyarakat?
B. PENGAKAJIAN SUB SISTEM
1. Lingkungan fisik
- Apakah rumah penduduk tergolong perumahan yang menetap?
- Apakah pencahayaan di rumah penduduk sudah cukup?
- Apakah di daerah ini sirkulasi udara sudah baik ?misalnya terdapat pepohonan dan
terdapat ventilasi yang cukup pada setiap rumah warga?
2. Pelayanan Kesehatan
- Apakah terdapat praktikklinikswasta di daerah ini ?
- Berapa jumlah tenaga kesehatan di daerah ini (perawat, bidan, dokter)?
- Apakah terdapat mushola atau tempat ibadah lainnya di daerah ini ?
- Ada berapa sekolah yang terdapat pada daerah ini ?
- Apakah terdapat panti sosial di daerah ini?
- Apakah terdapat pasar/swalayan/ toko yang menyediakan kebutuhan masyarakat?
- Apakah ada tempat perkumpulan untuk melakukan musyawarah di daerah ini ?
- Apakah program posyandu terlaksana di daerah ini? Posyandu apa saja yang
diselenggarakan di daerah ini? Apakah posyandu sudah berjalan aktif? Berapa kali
diselenggarakan?
- Apakah sanitasi warga sudah tergolong baik atau tidak ?
- Dari mana sumber air yang digunakan dalam masyarakat?
- Dimanakah pembuangan air limbah pada masyarakat?
- Apakah mayoritas warga telah memiliki jamban pada setiap rumah ?
- Dimanakah mayoritas warga melakukan MCK?
- Dimankah tempat penumpukan/pembuangan sampah ?
- Dari mana terdapatnya sumber polusi yang mungkin mengancam kesehatan atau
kegiatan sehari-hari?
- Apakah ada vektor penyebab penyakit di masyarakat?
3. Keamanan & Transportasi :
- Apakah ada pemadamkebakaran?
- Apakah ada terdapat siskamling atau hansip?
- Apakah ada transportasi umum atau pribadi yang bisa digunakan di masyarakat?
- Apakah keadaan jalanan di daerah ini sudah dalam keadaan baik?
- Bagaimana cara pemilihan RT/RW di daerah ini ?
4. Pemerintah dan politik
- Ada berapa RTdan RW di desa ini ?
- Ada berapa kader di desa ini ?
- Apakah ada karang taruna di desa ini? Apakahsudah berjalan dengan baik dan aktif?
- Apakah terdapat tokoh agama di desaini ?
5. Pendidikan
- Tingkat pendidikan komunitas ?
- Apa fasilitas pendidikan yang tersedia?
- Jenis bahasa apa yang digunakan dalam pendidikan?
6. Rekreasi
- Apakah masyarakat sering melakukan rekreasi antar warga atau kelompok tertentu?
- Fasilitas apa yang digunakan jika pergi berekreasi?
7. Ekonomi
- Apakah warga memiliki pekerjaan yang tetap?
- Berapa jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan?
- Berapa jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan?
- Berapa jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga, dan lanjut usia?
2. Deteksi Kanker
Langkah-langkah yang dilakukan antara lain:
1. Mempersiapkan Fasilitas PelayananKesehatanMemetakan Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama yang dapat melakukan pemeriksaan Kanker Leher Rahim dan Kanker
Payudara
2. Melakukan pemetaan peserta wanita sudah menikah dan wanita berisiko dengan
ketentuan:
a. Berisiko tinggi Kanker Leher Rahim, antara lain:menikah/hubungan seksual pada
usia muda, sering melahirkan, merokok, berganti-ganti pasangan seksual, dan
infeksi menular seksual.
1) Apakah anda sudah menikah?
b. Berisiko tinggi Kanker Payudara, antara lain: riwayat keluarga ada yang menderita
Kanker Payudara, menstruasi dini, wanita yang mempunyai anak pertama diatas
usia 30 tahun, tidak pernah menyusui, menopause usia lanjut, riwayat tumor jinak
payudara, terapi hormon, pajanan radiasi, kontrasepsi oral terlalu lama, alkohol dan
trauma terus menerus
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gaya hidup monoton b.d kurang pengetahuan tentang keuntungan olahraga bagi
kesehatan : suatu kebiasaan hidup yang dicirikan dengan aktivitas fisik yang rendah.
b. Perilaku kesehatan cenderung beresiko b.d kurang dukungan sosial : Hambatan
kemampuan untuk mengubah gaya hidup/perilaku dalam cara yang memperbaiki status
kesehatan.
c. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan b.d keterampilan komunikasi yang tidak
efektif : ketidakmampuan mengidentifikasi, mengelola, dan/atau mencari bantuan untuk
mempertahankan kesehatan.
d. Defisiensi kesehatan komunitas b.d ketidakcukupan akses pada pemberi layanan
kesehatan.
e. Ketidakefektifan manajemen kesehatan b.d kurang dukungan sosial.
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx.1 Gaya hidup monoton b.d kurang pengetahuan tentang keuntungan olahraga bagi
kesehatan : 00168
Kriteria hasil :
NIC :
Dx. 2 Perilaku kesehatan cenderung beresiko b.d kurang dukungan sosial : 00188
Kriteria hasil :
NIC :
1. Modifikasi perilaku.
2. Membangun hubungan yang kompleks.
3. Peningkatan koping.
4. Dukungan pengambilan keputusan.
Dx. 3 Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan b.d kurang pengetahuan tentang
keuntungan olahraga bagi kesehatan : 00099
Kriteria hasil :
1. Keseimbangan Gaya Hidup : 2013
a) 201301 : Mengenali kebutuhan untuk menyeimbangkan aktivitas-aktivitas hidup :
dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 5.
b) 201302 : Mencari informasi tentang startegi untuk aktivitas hidup yang seimbang :
dipertahankan pada 2 ditingkatkan pada 4.
2. Pengetahuan: Manajemen Kanker : 1833
a) 183301 : hasil skrining abnormal : Dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.
b) 183302 : Tanda dan gejala kanker : dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.
c) 183303 : diagnosis kanker tertentu : dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.
3. Pengetahuan : Manajemen Hipertensi : 1837
a) 183703 : Target tekanan darah dipertahankan pada 3 ditingkatkan ke 5.
b) 183705 : komplikasi potensial hipertensi dipertahankan pada 2 ditingkatkan pada 4.
c) 183706 : Pilihan pengobatan yang tersedia dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.
d) 183707 : manfaat pengobatan jangka panjang dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke
4.
4. Pengetahuan : gaya hidup sehat : 1855
a) 185522 : strategi pencegahan penyakit dipertahankan pada 2 ditingkatkan di 4.
b) 185527 : Pentingnya skrining pencegahan dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.
c) 185535 : strategi meningkatkan keseimbangan hidup dipertahankan pada 2
ditingkatkan ke 4.
NIC :
1. Berikan pendidikan kesehatan.
2. Peningkatan kesadaran kesehatan.
3. Lakukan Skrining kesehatan.
4. Berikan panduan sistem pelayanan kesehatan.
5. Fasilitasi pembelajaran.
Dx. 4 Defisiensi kesehatan komunitas b.d ketidakcukupan akses pada pemberi layanan
kesehatan : 00215
Kriteria hasil
1. Status imun komunitas : 2800
a) 280001 : Tingkat imunisasi sama dengan atau lebih besar dari standar dipertahankan
pada 2 ditingkatkan ke 4.
b) 280007 : Skrining pada populasi beresiko infeksi dipertahankan pada 1 ditingkatkan
ke 4.
c) 280008 : Kepatuhan dengan rekomendasi imunisasi dipertahankan pada 2
ditingkatkan ke 4.
2. Kontrol resiko komunitas penyakit kronik : 2801
a) 280101 : Penyediaan program pendidikan publik tentang penyakit kronis
dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.
b) 280102 : Tingkat partisipasi populasi target dalam program pengurangan resiko
dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.
c) 280103 : Ketersediaan program preventif dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.
d) 280105 : ketersediaan program pendidikan manajemen penyakit kronis sendiri
dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.
e) 280119 : pemantauan insiden penyakit kronis dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke4.
f) 280123 : pemantauan komplikasi penyakit kronis dipertahakan pada 2 ditingkatkan
ke 5.
3. Kefektifan skrining kesehatan komunitas : 2807
a) 280701 : identifikasi kondisi berisiko tinggi yang umum di komunitas dipertahankan
pada 2 ditingkatkan ke 4.
b) 280703 : pemilihan skrining difokuskan pada deteksi dini dipertahankan pada 2
ditingkatkan ke 4.
c) 280707 : identifikasi kebutuhan skrining untuk orang dewasa dipertahankan pada 2
ditingkatkan ke 4.
NIC :
1. Pengembangan kesehatan komunitas.
2. Manajemen sumber daya keuangan.
3. Skrining kesehatan.
Kriteria hasil :
1. Perilaku patuh : 1600
a) 160001 : Menanyakan pertanyaan terkait kesehatan dipertahankan pada 2
ditingkatkan ke 4.
b) 160002 : mencari informasi kesehatan dari berbagai macam sumber dipertahakan
pada 2 ditingkatkan ke 4.
c) 160003 : Menggunakan informasi kesehatan yang dapat dipercaya untuk
mengembangkan strategi dipertahakan pada 2 ditingkatkan ke 4.
NIC :
1. Membangun hubungan yang kompleks.
2. Modifikasi perilaku.
3. Peningkatan koping.
4. Konseling.
5. Dukungan emosional.
6. Panduan sistem pelayanan kesehatan.
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan Volume Cairan ( Damain 2 Kelas 5)
2. Resiko Infeksi (Domain 11, kelas 1)
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang
asupan makanan ( domain 2 kelas 1)
4. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini ( domain 9 kelas 2)
5. Defisiensi pengetahuan berhuungan dengan kurang informasi ( domain 5 kelas 4)
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Brunner and Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 2.
Jakarta : EGC.
Bulechek, gloria m., dkk.2015 Nursing interventions cassifiction,NIC Edisi VI Ahli Bahasa:
Intrasi Nurjannah, dk. Elesiver; Jakarta
Bustan, M.N., 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Cetakan 2 Rineka Cipta, .
Jakarta.
Depkes RI., 2007. InaSH Menyokong Penuh Penanggulangan Hipertensi. Intimedia. Jakarta.
Elizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta : Aditya Media.
Gray, Huon H, dkk, 2002. Lucture Notes : Kardiologi (Edisi Keempat). Erlangga Medical
Series. Jakarta.
Guyton AC, JE Hall. Buku Ajar Fisiologi. Ed. 9. Alih Bahasa: Setiawan I, Santoso A.
Jakarta: EGC; 2006.
Gloria,M Bulechek. 2013. Nursing interventions classification (NIC) edisi keenam (di
Indonesiakan oleh intansari Nurjanah. Elsevier
Harianto, Rina, M, dan Hery, S 2005. Risiko penggunaan pil kontrasepsikombinasi terhadap
kejadiankanker payudara pada reseptor KB di Perjan RS Dr.
CiptoMangunkusumo, Jakarta: Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. 2, No.1, hh. 84-
99.
Jansje dan Samodra. 2013. Prevalensi Penyakit Tidak Menular Pada Tahun 2012 – 2013 di
Kecamatan Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara Sulawesi Utara. Diambil
dari
:https://www.researchgate.net/publication/316992216_Prevalensi_Penyakit_Tidak_
Menular_pada_Tahun_2012-
2013_di_Kecamatan_Airmadidi_Kabupaten_Minahasa_Utara_Sulawesi_Utara.
Mooheread,sue dkk. 2015. Nursing Interventions Cassification, NOC Edisi VI Ahli Bahasa:
Intrasi Nurjannah, dk. Elesiver; Jakarta.
Nur Arif dan Kusuma.2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarakan Nanda NIC-
NOC.Edisi Revisi. Jilid 1 dan 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC:Jakarta.
_________________. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarakan Nanda NIC-
NOC.Edisi Revisi. Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction.
Nurarif,Amin Huda.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-
Noc edisi revisi jilid 3. Jogyakarta: Mediaction
Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan Dewasa
Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika.
Yulianti, Devi. 2005. Manajemen Komplikasi Kehamilan dan Persalinan. Jakarta: EGC.