Anda di halaman 1dari 11

NERS: Jurnal Keperawatan

EFEKTIFITAS PEMBERIAN TERAPI PURSED LIPS BREATHING


TERHADAP STATUS OKSIGENASI ANAK DENGAN PNEUMONIA

Yunita Muliasari a, Iin Indrawatib


a
STIKes Baiturrahim, JL.Prof.M. Yamin No. 35, Jambi, 36135, Indonesia
b
STIKes Baiturrahim, JL.Prof.M. Yamin No. 35, Jambi, 36135, Indonesia
Email korespondensi: umi.afiqahmz@gmail.com

Abstract
Background: Pneumonia is the second most common disease that causes death in children under five
in the world. Symptoms that appear in the case of Pneumonia are acute respiratory problems that need
to be handled appropriately. The aim of this research are to identify the effect of pursed lips breathing
therapy through tongue blowing activity on the oxygenation status of preschoolers with Pneumonia.
Method: The sampling technique is purposive random sampling with 36 people consisting of 18
intervention groups and 18 control groups. Data were analyzed using univariate and bivariate tests.
Result: The results showed a significant difference between oxygenation status before and after
intervention with tongue blowing therapy (PLB), namely p = 0.045 on respiratory frequency (RR) and
p = 0.037 to saturation oxygen. Recommendation: The results of this study can add alternatives to
independent nurse interventions in dealing with pediatric patients who have pneumonia or with
oxygenation disorders.
Key word: Pursed lips breathing (PLB), preschool children, Pneumonia

Abstrak
Latar belakang: Pneumonia merupakan penyakit terbanyak kedua yang menyebabkan kematian pada
anak balita di dunia. Gejala yang muncul pada kasus pneumonia merupakan masalah pernapasan akut
yang perlu ditangani dengan tepat. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi pengaruh pemberian
terapi pursed lips breathing melalui aktivitas bermain tiup lidah terhadap status oksigenasi anak usia
prasekolah yang mengalami pneumonia. Metode: teknik pengambilan sampel dengan purposive
random sampling sebanyak 36 orang yang terdiri dari 18 kelompok intervensi dan 18 kelompok
kontrol. Data dianalisis menggunakan uji univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan
terdapat perbedaan yang bermakna antara status oksigenasi sebelum dan sesudah diberikan intervensi
dengan terapi tiupan lidah (PLB), yaitu p=0,045 terhadap frekuensi pernapasan (RR) dan p=0,037
terhadap saturasi oksigen. Rekomendasi: Hasil penelitian ini dapat menambah alternatif intervensi
mandiri perawat dalam mengatasi pasien anak yang mengalami pneumonia ataupun dengan gangguan
oksigenasi.
Kata kunci: Pursed lips breathing (PLB), anak usia prasekolah, Pneumonia

PENDAHULUAN dari hasil inspeksi dan frekuensi


pernapasan (Departemen Ilmu Kesehatan
Pneumonia adalah inflamasi
Anak RSCM, 2015).
parenkim paru pada alveolus dan jaringan
interstisial yang disebabkan oleh bakteri, Insiden Pneumonia pada anak <5
dengan gejala demam tinggi disertai batuk tahun di negara berkembang lebih tinggi
berdahak, napas cepat (frekuensi napas bila dibandingkan dengan negara maju,
>50x/menit), sesak, dan gejala lainnya yaitu sebesar 10-20 perkasus/100 anak per
(sakit kepala, gelisah, nafsu makan tahun sehingga menyebabkan lebih dari 5
berkurang). World Health Organization juta kematian per tahun pada Balita.
(WHO) mendefinisikan Pneumonia hanya Menurut Riskesdas 2007, Pneumonia
berdasarkan penemuan klinis yang didapat merupakan penyebab kematian kedua

Yunita Muliasari & Iin Indrawati, Efektifitas pemberian terapi PLB terhadap status 1

oksigenasi
NERS: Jurnal Keperawatan

setelah Diare (15,5% diantara semua menstimulus syaraf pusat untuk


balita) dan selalu berada pada peringkat 10 meningkatkan frekuensi pernapasan. Jika
penyakit terbesar setiap tahun di setiap upaya tersebut tidak terkompensasi maka
fasilitas kesehatan. Pneumonia balita akan terjadi gangguan status oksigenasi
merupakan salah satu indikator program dari tingkat ringan hingga berat bahkan
pengendalian penyakit dan penyehatan sampai menimbulkan kegawatan.
lingkungan dalam rencana strategis Penurunan konsentrasi oksigen ke jaringan
Kemenkes tahun 2010-2014. Berdasarkan sering disebabkan karena adanya obstruksi
kelompok umur penduduk, period jalan napas atas dan bawah karena
prevalence yang tinggi terjadi pada peningkatan produksi sekret sebagai salah
kelompok umur 1-4 tahun. Sejak tahun satu manifestasi adanya inflamasi pada
2015, Puskesmas melakukan pemeriksaan saluran napas (Hockemberry & Wilson,
dan tatalaksana Pneumonia melalui 2009).
program Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS). Selama beberapa tahun terakhir, Ketidakmampuan untuk
cakupan pneumonia tidak pernah mencapai mengeluarkan sekret merupakan kendala
target nasional. Capaian pada tahun 2015 yang sering dijumpai pada anak usia bayi
hanya sebesar 14,64% dari yang sampai dengan usia balita, karena pada
ditargetkan sebesar 20% pada seluruh usia tersebut reflek batuk masih lemah.
kabupaten/kota yang ada (Profil Kesehatan Beberapa tindakan alternatif yang efektif
Indonesia, 2015). Menurut laporan untuk mengatasi masalah tersebut adalah
program pengendalian ISPA Dinas fisioterapi dada, yang sering disebut
kesehatan kota Jambi tahun 2016, sebagai fisioterapi konvensional yang
penemuan kasus Pneumonia paling banyak meliputi postural drainage, vibrasi dan
terjadi pada usia Balita (1.251 kasus) bila perkusi (Abdelbasset & Elnegamy, 2015).
dibandingkan usia bayi sebanyak 269
Alternatif lain untuk mengatasi
kasus. masalah tidak efektifnya bersihan jalan
Anak yang mengalami gejala klinis napas pada anak yaitu dengan menerapkan
Pneumonia harus mendapatkan teknik Pursed Lips Breahting (PLB).
penanganan secara cepat dan tepat. Orang Teknik ini dapat digunakan sebagai
tua dapat membawa anak dengan gejala alternatif untuk membantu mengatasi
klinis tersebut ke pusat pelayanan ketidakefektifan bersihan jalan napas pada
kesehatan terdekat seperti Puskesmas anak (Tiep, Carter, Zachariah, Williams,
maupun Rumah sakit untuk mendapatkan Horak, et al., 2013). Selain itu, PLB
penangan yang tepat sampai kondisinya bermanfaat untuk meningkatkan ekspansi
membaik. alveolus pada setiap lobus paru, sehingga
tekanan alveolus meningkat dan dapat
Masalah yang sering muncul pada membantu mendorong sekret pada jalan
anak dengan Pneumonia yang dibawa ke napas saat ekspirasi serta dapat
fasilitas kesehatan dan dirawat di rumah menginduksi pola napas menjadi normal
sakit adalah distress pernapasan yang (Roberts, Schreuder, & Watson, 2009).
ditandai dengan napas cepat, retraksi Pada akhirnya PLB diharapkan dapat
dinding dada, napas cuping hidung dan meningkatkan status oksigenasi. Namun
disertai stridor (WHO, 2009). Distress teknik PLB ini hanya dapat digunakan
pernapasan merupakan kompensasi tubuh pada anak yang sadar dan mampu diajak
terhadap kekurangan oksigen, karena kerjasama. Kelompok usia yang sudah
konsentrasi oksigen yang rendah, akan mampu diajak kerjasama mulai dari anak

Yunita Muliasari & Iin Indrawati, Efektifitas pemberian terapi PLB terhadap status 2

oksigenasi
NERS: Jurnal Keperawatan

usia prasekolah, karena pada usia ini anak pemberian posisi dan mengobservasi
sudah mampu menguasai bahasa dan frekuensi pernapasan anak, sementara
memahami perintah sederhana selain tindakan seperti fisioterapi dada dan
kemampuan motoriknya yang sudah suction hampir jarang dilakukan karena
berkembang dari anak usia toddler memerlukan keterampilan khusus. Perawat
(Hockenberry dan Wilson, 2009). belum pernah mendengar tentang
keefektifan terapi dengan tiupan lidah
Teknik PLB dapat dianalogikan dapat bermanfaat untuk meningkatkan
dengan aktivitas bermain seperti meniup status oksigenasi pada pasien gangguan
balon/tiupan lidah, gelembung busa, bola pernapasan salah satunya pneumonia.
kapas, kincir kertas, botol dan lain-lain
(Hockenberry & Wilson, 2009). Berdasarkan penjelasan yang telah
Mekanisme yang digunakan menerapkan dikemukakan diatas, maka penulis tertarik
intervensi PLB, yaitu meningkatkan untuk mengeksplorasi intervensi
tekanan alveolus pada setiap lobus paru keperawatan berdasarkan evidence based
sehingga dapat meningkatkan aliran udara practice yaitu dengan pursed lips
saat ekspirasi. Peningkatan aliran udara breathing (PLB) melalui aktivitas bermain
pada saat ekspirasi akan mengaktifkan silia meniup “tiupan lidah” terhadap status
pada mukosa jalan napas sehingga mampu oksigenasi pada anak usia prasekolah
mengevakuasi sekret keluar dari saluran dengan pneumonia di wilayah kerja
napas. Tindakan ini sebagai salah satu Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi.
upaya yang diduga mampu meningkatkan
status oksigenasi.
METODE
Penelitian yang pernah dilakukan
oleh Sutini (2011), tentang pengaruh Penelitian ini menggunakan desain
aktivitas bermain meniup tiupan lidah quasi-experimental dengan pretest-posttest
terhadap status oksigenasi pada anak usia control group design. Di dalam model ini
prasekolah dengan pneumonia di rumah sebelum dimulai perlakuan kedua
sakit Islam Jakarta, menyimpulkan bahwa kelompok dilakukan pretest dengan
aktivitas bermain meniup tiupan lidah mengukur status oksigenasi awal dan
memiliki pengaruh yang signifikan selanjutnya diberi intervensi PLB lalu
terhadap peningkatan status oksigenasi dilakukan pengukuran status oksigenasi
pada anak (menurunkan ferekuensi (post-test), sedangkan pada kelompok
Respiratory Rate/RR 8,1%, meningkatkan kontrol diberi fisioterapi dada.
Heart Rate/HR sebesar 6,25%, dan
meningkatkan SaO2 5,43%). Responden yang terlibat dalam
penelitian ini sebanyak 36 orang, yang
Hasil Studi pendahuluan yang terdiri dari 18 kelompok PLB dan 18 pada
didapatkan dari wawancara kepada kelompok fisioterapi dada. Adapun kriteria
perawat yang bertugas di Puskesmas inklusi sampel dalam penelitian ini sebagai
Kebun Handil Kota Jambi, tatalaksana berikut: 1) Anak usia pra sekolah 3-5
untuk anak dengan Pneumonia yaitu tahun dengan Pneumonia, 2) Tingkat
memberikan oksigen apabila anak sesak kesadaran compos mentis dan kondisi
dan terapi antibiotik sesuai tatlaksana stabil, 3) Mampu diajak kerjasama dan
pneumonia menurut MTBS seperti kooperatif, 4) Ibu atau keluarga anak
amoksisilin. Tindakan mandiri bersedia menjadi responden.
keperawatan yang dilakukan seperti

Yunita Muliasari & Iin Indrawati, Efektifitas pemberian terapi PLB terhadap status 3

oksigenasi
NERS: Jurnal Keperawatan

Adapun prosedur yang dilakukan pada 30 kali dalam rentang waktu 10-15
responden yang termasuk ke dalam menit yang diselingi dengan napas
kelompok intervensi PLB yaitu: biasa dengan ritme yang teratur,
a) Memperkenalkan diri kepada pasien aktivitas bermain meniup tiupan
dan keluarga serta menjelaskan lidah” ini dinilai hanya satu kali.
maksud dan tujuan tindakan yang i) Mendampingi dan memotivasi anak
dilakukan selama melakukan aktivitas tersebut,
b) Memberikan penjelasan tentang memperhatikan kekuatan anak dalam
prosedur pelaksanaan tindakan, meniup “tiupan lidah” dan mencatat
manfaat dan risikonya bahwa apa kekuatan meniup dalam lembar
yang dilakukan tidak membahayakan observasi.
anak j) Melakukan pengukuran yang kedua
c) Setelah mendapatkan penjelasan dari terhadap RR, HR dan saturasi oksigen
peneliti, keluarga pasien diberikan serta data karaketeristik anak sesaat
kesempatan untuk menandatangani setelah intervensi selesai dilakukan
lembar persetujuan bila setuju dan mencatat hasil pengukuran pada
anaknya dijadikan responden lembar observasi
d) Mengisi data pada lembar observasi k) Memberikan pujian pada anak dan
yang telah disediakan terminasi pada keluarga atas
e) Setelah mengisi kuisioner, perawat kerjasamanya.
mempersiapkan alat untuk prosedur
penelitian yaitu mainan “tiupan lidah”,
respiratori rate timer, pulse oximeter HASIL
dan thermometer.
f) Menjelaskan prosedur yang akan Data yang telah dikumpulkan diolah
dilakukan pada pasien dan keluarga dengan analisis univariat dan bivariat.
yaitu terlebih dahulu peneliti analisis univariat menggambarkan
melakukan pengukuran suhu tubuh, karakteristik responden penelitian. Adapun
frekuensi pernapasan, frekuensi nadi hasilnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
dan saturasi oksigen di lembar
Tabel 1.1 Distribusi responden menurut jenis
observasi.
kelamin (n= 36)
g) Memberikan contoh cara meniup
mainan “tiupan lidah”. Cara meniup Kelompok Laki-laki % Perempuan %
“tiupan lidah” sama dengan teknik Kontrol 10 55,6 8 44,4
PLB yaitu tarik napas dalam melalui Intervensi 11 61,1 7 38,9
hidung kemudian keluarkan udara
melalui mulut yang dimonyongkan Tabel 1.2 Karakteristik responden menurut
atau dikerutkan seperti mencucu, usia, berat badan, kekuatan meniup, dan lama
sampai “tiupan lidah” mengembang sakit (n= 36)
terisi udara sampai ujung. Beri
Standar
kesempatan pasien untuk mengulang Variabel Kelompok Mean
deviasi
95% CI Pvalue
cara meniup “tiupan lidah” yang telah Usia Kontrol 4,36 0,74 3,99-4,73
0,474
dicontohkan oleh perawat. Intervensi 4,04 0,81 3,64-4,44
h) Mengatur posisi anak dengan posisi Berat badan
Kontrol 16,1 1,9 15,1-17
0,012
duduk/setengah duduk di kursi atau Intervensi 14,6 2,3 13,4-15,7
tempat tidur, memberikan mainan Kekuatan Kontrol 14,2 0,73 13,9-14,6
0,489
meniup Intervensi 13,3 1,53 12,5-14
“tiupan lidah” untuk ditiup sebanyak
Kontrol 2,9 1,23 2,28-3,5
Lama sakit 0,075
Intervensi 4,4 0,74 3,99-4,73

Yunita Muliasari & Iin Indrawati, Efektifitas pemberian terapi PLB terhadap status 4

oksigenasi
NERS: Jurnal Keperawatan

Dari tabel diatas dapat Kelompok Mean SD SE p n


Kontrol
digambarkan sebagian besar responden Sebelum 98,33 0,840 0,198 0,163 18
berjenis kelamin laki-laki, baik pada Sesudah 98,44 0,856 0,202
kelompok intervensi maupun kelompok
Intervensi
kontrol. Uji normalitas dan homogenitas Sebelum 97,39 1,852 0,436 0,037 18
telah dilakukan pada kedua kelompok. Sesudah 97,94 1,862 0,663
Dapat disimpulkan bahwa ada kesetaraan *Bermakna pada α = 0,05
antara kelompok kontrol dan kelompok
intervensi dalam hal karakteristik anak Rata- rata suhu pada kelompok
(responden). intervensi sebelum diberikan PLB adalah
97,39 % dengan standar deviasi 1,852 dan
Tabel 1.3 Perbedaan status oksigenasi: RR sebelum standar error 0,436. Sedangkan rata- rata
dan sesudah diberikan PLB pada kelompok kontrol saturasi oksigen pada kelompok intervensi
dan kelompok intervensi (n= 36)
sesudah diberikan PLB adalah 97,94%
Kelompok Mean SD SE p n dengan standar deviasi 1,862 dan standar
Kontrol error 0,663. Terlihat nilai mean perbedaan
Sebelum 24,2 2,706 0,638 0,055 18 suhu antara sebelum dan sesudah diberikan
Sesudah 23,8 2,813 0,663
PLB pada kelompok intervensi adalah 0,55
Intervensi dan hasil uji statistik didapatkan nilai p
Sebelum 28,0 6,088 1,435 0,045 18 value sebesar 0,037, maka dapat
Sesudah 26,11 5,487 1,293
*Bermakna pada α = 0,05 disimpulkan bahwa pada alpha 5%
terdapat perbedaan saturasi oksigen yang
Rata- rata frekuensi napas (RR) signifikan antara sebelum dan sesudah
pada kelompok intervensi sebelum diberikan PLB pada kelompok intervensi.
diberikan PLB adalah 28x/menit dengan Pemberian PLB berpengaruh terhadap
standar deviasi 6,088 dan standar error peningkatan sebesar 0,55% status
1,435. Sedangkan rata- rata RR pada oksigenasi yaitu terhadap saturasi oksigen
kelompok intervensi sesudah diberikan pada anak yang mengalami Pneumonia.
PLB adalah 26,11 x/menit dengan standar
deviasi 5,487dan standar error 1,293. PEMBAHASAN
Terlihat nilai mean perbedaan RR antara
sebelum dan sesudah diberikan PLB, pada Karakteristik responden yang terlibat
kelompok intervensi adalah 1,89 dan hasil dalam penelitian ini meliputi jenis
uji statistik didapatkan nilai p value kelamin, usia, berat badan, kekuatan
sebesar 0,045, maka dapat disimpulkan meniup dan lama sakit.
bahwa pada alpha 5% terdapat perbedaan
RR yang signifikan antara sebelum dan a. Jenis Kelamin
sesudah diberikan PLB pada kelompok Sebagian besar jenis kelamin responden
intervensi dan pemberian PLB laki-laki pada kedua kelompok. Cara
berpengaruh terhadap peningkatan sebesar pengambilan sampel dalam penelitian
1,89x/menit RR pada anak yang ini yaitu Purposive Sampling sehingga
mengalami Pneumonia. kemungkinan jumlah kelompok
terbanyak berada pada salah satu jenis
Tabel 1.4 Perbedaan status oksigenasi: saturasi kelamin mungkin saja terjadi. Pada saat
oksigen sebelum dan sesudah diberikan PLB pada
pengambilan data, lebih banyak anak
kelompok kontrol dan kelompok intervensi (n= 36)
laki-laki yang menderita pneumonia
bila dibandingkan dengan anak

Yunita Muliasari & Iin Indrawati, Efektifitas pemberian terapi PLB terhadap status 5

oksigenasi
NERS: Jurnal Keperawatan

perempuan. Temuan yang ada diperkenalkan. Anak mulai senang


dilapangan sesuai dengan teori yang di bermain diluar rumah. Hal ini berisiko
kemukakan olah Hockenberry dan bagi anak untuk terpapar dan tertular
Wilson (2009) yang menyebutkan penyakit infeksi seperti Influenza dan
bahwa anak laki-laki di United State Pneumonia dari teman-teman
lebih berisiko mengalami morbilitas sepermainan dan lingkungan tempat
dan mortalitas bila dibandingkan anak bermain diluar rumah.
dengan anak perempuan. Hal ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, salah c. Berat Badan
satunya karakteristik anak laki-laki Rerata berat badan anak pada kelompok
yang lebih sering mengalami cedera kontrol yaitu 16,1 kg dan 14,6 kg pada
bahkan dapat menyebabkan kematian kelompok intervensi. Jika dilihat dari
berjumlah 1006 orang, sedangkan anak data hasil penelitian didapatkan bahwa
peremupan berjumlah 758 orang. berat badan anak kelompok kontrol
lebih tinggi dibanding anak kelompok
b. Usia intervensi (16,1 kg; 14,6 kg). Hal ini
Rerata usia anak pada kelompok kontrol menunjukkan ada kemungkinan bahwa
yaitu 4,36 tahun dan 4,04 tahun pada sakit pneumonia yang diderita dapat
kelompok intervensi. Di Kanada, mempengaruhi berat badan anak.
penyebab anak mengalami hospitalisasi Jika berat badan terus menurun karena
dan bahkan berdampak pada kematian kondisi sakit anak akan dapat
yaitu dikarenakan penyakit, diantaranya mempengaruhi tumbuh kembang anak.
influenza dan pnemonia. Penyakit ini Pelaksanaan kegiatan deteksi dini
berhubungan dengan angka cakupan tumbuh kembang anak (DDTK) di
imunisasi. Sebastian, Skowronski, Puskesmas memberikan pelayanan
Chong, Dhaliwal, Brownstein (2008) pemeriksaan kesehatan, pemantauan
menyebutkan bahwa kelompok usia berat badan dan deteksi dini tumbuh
anak yang lebih berisiko mengalami kembang (Kemenkes RI, 2016).
Pneumonia dan Influenza terjadi pada Berat badan merupakan salah satu
kelompok usia yang lebih kecil dan penentu status gizi pada anak. Untuk
lebih besar dari pada usia sekolah. Hal pemantuan pertumbuhan dengan
ini berarti anak di usia prasekolah (3-5 menggunakan berat badan menurut
tahun) cenderung lebih berisiko untuk umur dilaksanakan secara rutin di
menderita penyakit Pneumonia. posyandu setiap bulan. Apabila
Berdasarkan pedoman pelaksanaan ditemukan anak dengan berat badan
stimulasi, deteksi dan intervensi dini tidak naik dua kali berturut-turut atau
tumbuh kembang anak (Kemenkes RI, anak dengan berat badan dibawah garis
2016). Pada masa anak usia prasekolah merah, kader akan merujuk ke petugas
pertumbuhan berlangsung stabil. kesehatan untuk dilakukan konfirmasi
Terjadi perkembangan dengan aktivitas dengan menggunakan indikator berat
jasmani yang bertambah dan badan menurut panjang badan/tinggi
meningkatnya keterampilan dan proses badan.
berfikir. Memasuki masa prasekolah,
anak mulai menunjukkan keinginannya, d. Kekuatan Meniup
seiring dengan pertumbuhan dan Rerata kekuatan meniup anak pada
perkembangannya. Pada masa ini selain kelompok kontrol yaitu 14,2 cm dan
lingkungan di dalam rumah maka 13,3 cm pada kelompok intervensi.
lingkungan di luar rumah Kekuatan meniup pada anak akan

Yunita Muliasari & Iin Indrawati, Efektifitas pemberian terapi PLB terhadap status 6

oksigenasi
NERS: Jurnal Keperawatan

terkait dengan kemampuan anak untuk dibahas yaitu frekuensi pernapasan dan
melakukan napas dalam. Faktor saturasi oksigen.
fisiologis yang menyebabkan gangguan
pernapasan meliputi hiperventilasi, Frekuensi Pernapasan (RR) sebelum
hipoventilasi dan hipoksia. Anak yang dan sesudah perlakuan. Rerata pada
tidak mampu untuk bernapas dalam kelompok intevensi sebelum di berikan
mengindikasikan adanya gangguan PLB adalah 28x/menit dan standar deviasi
pada sistem pernapasannya. Proses 6,088 dan standar error 1,435. Sedangkan
fisiologi lain yang mempengaruhi pada rata-rata RR pada kelompok
proses oksigenasi adalah perubahan intervensi sesudah diberikan PLB adalah
yang mempengaruhi kapasitas darah 26,11 x/menit dengan standar deviasi
untuk membawa oksigen, seperti 5,487 dan standar error 1,293. Terlihat
anemia, peningkatan kebutuhan nilai mean perbedaan RR antara sebelum
metabolisme (seperti demam, infeksi) dan sesudah di berikan PLB pada
dan perubahan yang mempengaruhi kelompok intervensi adalah 1,29 dan hasil
gerakan dinding dada atau sistem saraf uji statistik didapatkan nilai p= 0,045;
pusat (Ball, Bindler dan Cowen, 2010). maka dapat di simpulkan bahwa pada
alpha 5% terdapat perbedaan RR yang
e. Lama Sakit signifikan antara sebelum dan sesudah di
Rerata lama sakit pada kelompok berikan PLB pada anak kelompok
kontrol yaitu 2,9 hari dan 4,4 hari pada intervensi. Sehingga pemberian PLB
kelompok intervensi. Gangguan berpengaruh terhadap peningkatan
pernapasan merupakan penyebab frekuensi pernapasan (RR) sebesar
tersering anak sakit dan di rawat di 1,89x/menit pada anak yang mengalami
rumah sakit. Penyakit ini dapat berupa Pneumonia.
penyakit ringan dan tidak akut hingga Kegiatan anak bermain dengan
kondisi yang mengancam jiwa. tiupan lidah selain menyenangkan pada
Penyakit kronik dapat mempengaruhi anak yang sedang sakit juga bermanfaat
kualitas hidup, tetapi infeksi akut atau bagi anak untuk melatih napas dalam.
berulang yang sering terjadi, juga dapat Karena setiap kali anak akan meniup, anak
mengganggu kesejahteraan beberapa akan berusah untuk menarik napas sampai
anak (Kyle dan Carman, 2016). batas kemampuannya (seoptimal mungkin)
Orangtua biasanya dapat mengalami dan berusaha kembali untuk meniupkan
kesulitan menentukan tingkat keparahan udara sekeras-kerasnya.
kondisi anak mereka dan mencari Jika dilihat dari panjangnya anak
bantuan kesehatan sangat dini dalam meniup tiupan lidah yaitu rerata kekuatan
perjalanan penyakit tersebut. Pada 13,3 cm maka terlihat bahwa anak
penelitian ini di temukan rerata orang mengalami gangguan pernapasan ringan,
tua mencari pertolongan ke tenaga karena panjang maksimal dan mainan
kesehatan bukan di hari pertama anak tiupan lidah yang diberikan saat proses
sakit tetapi setelah 3-4 hari setelah sakit penelitian adalah 15 cm maka rerata anak
(2,9 hari pada kelompok kontrol dan 4,4 belum mampu meniup secara maksimal.
hari pada kelompok intervensi). Minimal itupan 12,5 cm dan maksimal
tiupan 14 cm. Gangguan pernapasan
Selanjutnya akan dibahas hasil umum terjadi pada anak dapat berupa akut,
analisis bivariat yaitu status oksigenasi mengancam jiwa dan kronis.
sebelum dan sesudah diberikan PLB. pada
penelitian status oksigenasi yang akan

Yunita Muliasari & Iin Indrawati, Efektifitas pemberian terapi PLB terhadap status 7

oksigenasi
NERS: Jurnal Keperawatan

Sementara itu usia rerata responden pernapasan, karena PLB memberikan efek
3-5 th biasanya sudah dalam kondisi yang baik terhadap sistem pernapasan,
kooperatif dan sangat meyukai kondisi diantaranya adalah; menyehatkan ventilasi,
bermain dengan menggunakan alat dan membebaskan udara yang terperangkap
sangat menyukai alat bermain yang di tiup dalam paru-paru, menjaga jalan napas
dan mengeluarkan bunyi keras. Di dukung tetap terbuka lebih lama dan mengurangi
dengan jenis kelamin responden yang kerja napas, memperpanjang waktu
sebagian besar adalah laki-laki yang ekshalasi yang kemudian memperlambat
biasanya lebih aktif dan agresif pada saat frekuensi napas, meningkatkan pola napas
diminta untuk meniup. dengan mengeluarkan udara lama dan
Bayi dan anak kecil menghirup memasukkan udara baru ke dalam paru,
udara yang lebih kecil, dan menghilangan sesak napas dan
menghembuskan oksigen yang relatif meningkatkan relaksasi.
besar. Bayi dan anak kecil mempunyai PLB yang di lakukan dengan teknik
lebih sedikit alveoli oleh karena itu, meniup tiupan lidah maka akan dapat
permukan alveolus sedikit yang membantu untuk mengekspansi alveolus
merupakan tempat pertukaran gas terjadi. pada semua lobus agar meningkat, dan
Faktor-fakotr ini, bersama-sama dengan tekanan di dalamnya pun menjadi
tingkat metabolik yang lebih tinggi, meningkat. Tekanan yang tinggi dalam
bersifat mempengaruhi peningkatan alveolus dan lobus dapat mengaktifkan
frekuensi pernapasan pada bayi dan anak- silia pada saluran napas untuk
anak. Melihat keterangan diatas mengevakuasi sekret keluar dari jalan
seharusnya pada anak responden dalam napas berarti akan menurunkan tahanan
kondisi pernapasan yang baik sehingga jalan napas dan meningkatkan ventilasi
dapat meniup tiupan lidah sampai batas yang pada akhirnya memberikan dampak
tertinggi yaitu 15 cm. Kisaran rentang RR terhadap proses perfusi oksigen ke
responden sebelum dilakukan intervensi jaringan.
yaitu 20-41 dengan rata-rata 28 kali/ Pada penelitian ini dapat
menit. Sedangkah kisaran rentang sesudah disimpulkan bahwa pentingnya untuk
intervensi yaitu 18-39 dengan rata-rata melakukan napas dalam pada anak yang
26,1 kali/menit. Perbedaan yang mengalami gangguan pernapasan seperti
menunjukkan adanya perubahan menjadi pada pasien Pneumonia dan dalam hal ini
patokan bahwa kegiatan terapi dengan latihan napas dalam yang di ajarkan serta
meniup tiupan lidah memberikan pengaruh dilakukan pada responden adalah dengan
yang signifikan (nilai p= 0,47). memberikan terapi tiupan lidah dalam
Peningkatan aktivitas yang dilakukan oleh bentuk permainan sehingga anak akan
anak berdampak pada terjadinya merasa tetap bermain tanpa menyadari
peningkatan frekuensi pernapasan dan bahwa dia sedang menjalani proses terapi
kedalamannya. pernapasan.
Paru-paru mempunyai 2 fungsi Penting sekali bagi petugas
utama yaitu menyediakan oksigen bagi kesehatan untuk dapat tetap melaksanakan
tubuh dan mengeluarkan CO2 serta untuk terapi sesuai dengan kondisi anak tanpa
mempertahankan keseimbangan asam basa mendapat penolakan yang cukup berarti
tubuh. Menurut Garrod dan Matheison dari anak. Hal ini juga dapat dijelaskan
(2012), PLB merupakan bagian dari pada orang tua agar dapat
latihan napas yang diperlukan untuk pasien melaksanakannya dirumah atau diarea
yang mengalami gangguan pada sistem yang disukai oleh anak. Kreativitas tenaga

Yunita Muliasari & Iin Indrawati, Efektifitas pemberian terapi PLB terhadap status 8

oksigenasi
NERS: Jurnal Keperawatan

kesehatan dalam memilihkan model-model dengan benar. Hal ini dilakukan dan anak
kegiatan terapi dapat menunjang tidak merasa takut bahkan menyukainya.
keberhasilan dari itndakan kesehatan yang Walaupun nilai saturasi oksigen
diberikan. sebelum dan sesudah di lakukan PLB
Rerata saturasi oksigen pada masih dalam batas normal namun tampak
kelompok intervensi sebelum diberikan perubahan nilai saturasi kearah yang lebih
PLB adalah 97,39 dengan standar deviasi baik setelah dilakukan PLB. Hal ini
1,852 dan standar error 0,436. Sedangkan menunjukkan bahwa tindakan PLB
rata-rata saturasi oksigen pada kelompok membawa pengaruh yang positif pada nilai
intervensi sesudah diberikan PLB adalah saturasi oksigen anak.
97,94 dengan standar deviasi 1,862 dan Pada Panduan Manajemen Terpadu
standar error 0,663. Terlihat nilai mean Balita Sakit (MTBS) tahun 2015 pada
perbedaan saturasi antara sebelum dan anak yang dicurigai menderita pneumonia
sesudah diberikan PLB pada kelompok sebaiknya dilakukan pemeriksaan dengan
intervensi yaitu 0,55 dan hasil uji statistik menggunakan Pulse Oximetri untuk
didapatkan nilai p= 0,037, maka dapat menilai saturasi oksigen pada anak, hitung
disimpulkan bahwa pada alpha 5% napas dalam 1 menit; melihat apakah ada
terdapat perbedaan saturasi oksigen yang tarikan dinding kedalam, serta
signifikan antara sebelum dan sesudah di memperhatikan adanya bunyi napas yang
berikan PLB pada kelompok intervensi. tidak normal. Semua pemeriksaan tersebut
Faktor fisiologis yang menyebabkan harus dilakukan pada anak dalam kondisi
gangguan pernapasan meliputi tenang.
hiperventilasi, hipoventilasi dan hipoksia. Gejala yang ditunjukkan pada nilai
Proses fisiologi lain yang mempengaruhi saturagi oksigen <90% mengindikasikan
proses oksigenasi adalah perubahan yang adanya pneumonia berat. Pada kelompok
mempengaruhi kapasitas darah untuk kontrol rata-rata nilai saturasi setelah PLB
membawa oksigen. 98,44% dan 97,94% nilai saturasi oksigen
Menurut Hockenberry dan Wilson pada kelompok intervensi. Nilai ini
(2009), pengukuran saturasi oksigen menjadi berarti setelah dibandingkan
kapiler yang kontinu dapat dilakukan saturasi oksigen sebelum intervensi dan
dengan menggunakan oksimetri kutaneus. sesudah intervensi pada kelompok
Keuntungan pengukuran oksimetri yaitu intervensi.
mudah dilakukan, tidak invasif dan mudah Porsi oksigen yang cukup didalam
diperoleh (Bowden dan Greenberg,2010). tubuh anak sangat penting karena oksigen
Hal ini juga yang peneliti lakukan pada dibutuhkan untuk mempertahankan
penelitian ini yaitu mengukur saturasi kehidupan. Sistem pernapasan dan jantung
oksigen dengan oksimetri.oksimetri nadi mempunyai peranan penting dalam
sangat sensitive terhadap hiperoksia karena menyuplai kebutuhan oksigen keseluruh
hemoglobin mendekati saturasi 100% tubuh. Tindakan yang dilakukan pada PLB
untuk hasil pengukuran SaO2 yang lebih dan meminta anak untuk meniup tiupan
dari 100 mmHg. lidah dapat membantu transport gasyang
Dalam aktivitas meniup yang berisikan oksigen keseluruh tubuh. Hal ini
dilakukan sebagai terapi bermain pada dapat menguatkan otot jantung dengan cra
responden anak, anaklah yang berperan. latihan meniup sehingga fungsi jantung
Peneliti tetap memperhatikan keadaan dapat lebih optimal.
umum anak serta memberikan pujian
apabila anak dapat melakukan permainan

Yunita Muliasari & Iin Indrawati, Efektifitas pemberian terapi PLB terhadap status 9

oksigenasi
NERS: Jurnal Keperawatan

KESIMPULAN DAN SARAN Bhatt, S.P., Luqman-Arafath, T.K., Gupta,


Terapi Pursed lips breathing efektif A.K., Mohan, A., Stoltzfus, J.C.,
meningkatkan status oksigenasi pada anak dey.,… & Guleria, R. (2012).
usia prasekolah yang mengalami Volitional pursed lips breathing in
Pneumonia meliputi: suhu, frekuensi patients with stable cronic
pernapasan, frekuensi nadi, dan saturasi obstructive pulmonary disease
oksigen. Gambaran karakteristik improves exercise capacity. Cronic
responden yaitu mayoritas berjenis Respiratory Disease, 10(1), 5-10
kelamin laki-laki baik pada kelompok
kontrol maupun intervensi. Status Bowden, V.R., & Greenberg, C.S. (2010).
oksigenasi responden sesudah diberikan Children and their families: the
terapi pursed lips breathing mengalami continuum of care. (2nd edition).
peningkatan sebesar 0,2 pada variabel Philadelphia: Lippincott Williams
suhu, 1,89 pada frekuensi pernapasan, 4,95 & Wilkins.
pada frekuensi nadi, dan 0,55 pada saturasi
Driver, C. (2012). Pneumonia part I:
oksigen. Status oksigenasi pada kelompok
Pathology, presentation &
intervensi memiliki rerata lebih tinggi
prevention. British Journal of
dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Nursing, 21(2), 103-106.
.
Fiquis, M.R., Gine-Gariga, M., Ruqeles,
UCAPAN TERIMA KASIH C.G., Perrota, C., & Vilano, J.
1. Ka. Puskesmas Kebon Handil Kota (2016). Chest physiotherapy for
Jambi berserta staf acute bronchiolitis in pediatric
2. Semua pihak yang telah membantu patients between 0 and 24 mounts
old. The Cocrane Library, issue 2
Hockenberry, M.J., & Wilson, D. (2009).
DAFTAR PUSTAKA Wong’s essentials of pediatric
Abdelbasset, W.K.M., Elnegamy, T.E.H. nursing. (8th edition). St. Louis
(2015). Effect of chest physical Missouri: Elsevier Mosby.
therapy on pediatrics hospitalized
Lisy, K. (2014). Critical care: Chest
with pneumonia. International
Physiotherapy for pneumonia in
Journal of Health and
children. AJN. 114(5), 16.
Rehabilitation Science, 4(4), 219-
226. Lukrafka, J.L., Fuchs, S.C., Fischer, G.B.,
Flores, J.A., Fachel, J.M., Castro-
Alsagaff, H., & Mukty, A. (2010). Dasar-
Rodriguez, J.A. (2012). Chest
dasar ilmu penyakit paru. (Edisi
physiotherapy in paediatric patients
10). Surabaya: Airlangga
hospitalized with community-
University Press.
acquired pneumonia: A randomized
Ball, J.W., Bindler, R.C., & Cowen, K.J. clinical trial. Arc Dis Child, 00, 1-
(2010). Child health nursing, 5, doi: 10.1136/archdishchild-
partnering withchildren & families. 2012-302279
(2nd ed). New Jersey:Pearson
Paul, S., O’Callaghan, C., & McKee, N.
Education inc.
(2011). Effective management of
lower respiratory tract infections in

Yunita Muliasari & Iin Indrawati, Efektifitas pemberian terapi PLB terhadap status 10

oksigenasi
NERS: Jurnal Keperawatan

childhood. Nurs Child Young


People, 23(9), 27-34.
Rackini, C.M., Samundeeswary, V., &
Beulah, H. (2014). Effectiveness of
blow bottles exercise on respiratory
status among children with lower
respiratory tract infections admitted
in pediatric ward at selected
hospital. Journal of Science, 4(10),
649-652
Santos, C.I.S. (2009). Respiratory
physiotherapy in children with
community-acquired pneumonia.
Revue Canadienne de la therapie
respiratoire.
Sutini, T. (2011). Pengaruh aktivitas
bermain meniup tiupan lidah
terhadap status oksigenasi pada
anak usia prasekolah dengan
pneumonia di Rumah sakit Islam
Jakarta. Tesis FIK-UI.
Tiep, B., Carter, R., Zachariah, F.,
Williams, A.C., Horak, D., Barnett,
M.,… & Dunham, R. (2013).
Oxygen for end-of-life lung cancer
care: Managing dyspnea and
hypoxemia. Expert Review of
Respiratory Medicine, 7(5), 479-
490.
Visser, F.J., Ramlal, S., Dekhuijzen., &
Heijdra, Y.F. (2010). Pursed lips
breathing improves inspiratory
capacity in cronic obstructive
pulmonary disease. Respiration, 81,
372-378. doi:10.1159/000319036
World Health Organization. (2009). Buku
saku: Pelayanan kesehatan anak di
rumah sakit. Jakarta: WHO.

Yunita Muliasari & Iin Indrawati, Efektifitas pemberian terapi PLB terhadap status 11

oksigenasi

Anda mungkin juga menyukai