Anda di halaman 1dari 10

NERS: Jurnal Keperawatan,Volume 13, No. 2, Oktober 2017, (Hal.

86-95)

Efektifitas Pemberian Terapi Pursed Lips Breathing Terhadap Status


Oksigenasi Anak Dengan Pneumonia

Yunita Muliasari a, Iin Indrawatia


a
STIKes Baiturrahim, JL.Prof.M. Yamin No. 35, Jambi, 36135, Indonesia
e-mail korespondensi: umi.afiqahmz@gmail.com

Abstract
Background: Pneumonia is the second most common disease that causes death in children under five in the
world. Symptoms that appear in the case of Pneumonia are acute respiratory problems that need to be handled
appropriately. The aim of this research are to identify the effect of pursed lips breathing therapy through tongue
blowing activity on the oxygenation status of preschoolers with Pneumonia. Method: The sampling technique is
purposive random sampling with 36 people consisting of 18 intervention groups and 18 control groups. Data
were analyzed using univariate and bivariate tests. Result: The results showed a significant difference between
oxygenation status before and after intervention with tongue blowing therapy (PLB), namely p = 0.045 on
respiratory frequency (RR) and p = 0.037 to saturation oxygen. Recommendation: The results of this study can
add alternatives to independent nurse interventions in dealing with pediatric patients who have pneumonia or
with oxygenation disorders.
Key word: Pursed lips breathing (PLB), preschool children, Pneumonia

Abstrak
Latar belakang: Pneumonia merupakan penyakit terbanyak kedua yang menyebabkan kematian pada anak balita
di dunia. Gejala yang muncul pada kasus pneumonia merupakan masalah pernapasan akut yang perlu ditangani
dengan tepat. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi pengaruh pemberian terapi pursed lips breathing
melalui aktivitas bermain tiup lidah terhadap status oksigenasi anak usia prasekolah yang mengalami pneumonia.
Metode: teknik pengambilan sampel dengan purposive random sampling sebanyak 36 orang yang terdiri dari 18
kelompok intervensi dan 18 kelompok kontrol. Data dianalisis menggunakan uji univariat dan bivariat. Hasil
penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna antara status oksigenasi sebelum dan sesudah
diberikan intervensi dengan terapi tiupan lidah (PLB), yaitu p=0,045 terhadap frekuensi pernapasan (RR) dan
p=0,037 terhadap saturasi oksigen. Rekomendasi: Hasil penelitian ini dapat menambah alternatif intervensi
mandiri perawat dalam mengatasi pasien anak yang mengalami pneumonia ataupun dengan gangguan
oksigenasi.
Kata kunci: Pursed lips breathing (PLB), anak usia prasekolah, Pneumonia

PENDAHULUAN tahun sehingga menyebabkan lebih dari 5


Pneumonia adalah inflamasi juta kematian per tahun pada Balita.
parenkim paru pada alveolus dan jaringan Menurut Riskesdas 2007, Pneumonia
interstisial yang disebabkan oleh bakteri, merupakan penyebab kematian kedua
dengan gejala demam tinggi disertai batuk setelah Diare (15,5% diantara semua
berdahak, napas cepat (frekuensi napas balita) dan selalu berada pada peringkat 10
>50x/menit), sesak, dan gejala lainnya penyakit terbesar setiap tahun di setiap
(sakit kepala, gelisah, nafsu makan fasilitas kesehatan. Pneumonia balita
berkurang). World Health Organization merupakan salah satu indikator program
(WHO) mendefinisikan Pneumonia hanya pengendalian penyakit dan penyehatan
berdasarkan penemuan klinis yang didapat lingkungan dalam rencana strategis
dari hasil inspeksi dan frekuensi Kemenkes tahun 2010-2014. Berdasarkan
pernapasan (Departemen Ilmu Kesehatan kelompok umur penduduk, period
Anak RSCM, 2015). prevalence yang tinggi terjadi pada
kelompok umur 1-4 tahun. Sejak tahun
Insiden Pneumonia pada anak <5 2015, Puskesmas melakukan pemeriksaan
tahun di negara berkembang lebih tinggi dan tatalaksana Pneumonia melalui
bila dibandingkan dengan negara maju, program Manajemen Terpadu Balita Sakit
yaitu sebesar 10-20 perkasus/100 anak per (MTBS). Selama beberapa tahun terakhir,

Yunita Muliasari, dkk., Pemberian terapi PLB terhadap ..... 86


NERS: Jurnal Keperawatan,Volume nn, No. x, Maret 20yy, (Hal. pp-pp)

cakupan pneumonia tidak pernah mencapai usia tersebut reflek batuk masih lemah.
target nasional. Capaian pada tahun 2015 Beberapa tindakan alternatif yang efektif
hanya sebesar 14,64% dari yang untuk mengatasi masalah tersebut adalah
ditargetkan sebesar 20% pada seluruh fisioterapi dada, yang sering disebut
kabupaten/kota yang ada (Profil Kesehatan sebagai fisioterapi konvensional yang
Indonesia, 2015). Menurut laporan meliputi postural drainage, vibrasi dan
program pengendalian ISPA Dinas perkusi (Abdelbasset & Elnegamy, 2015).
kesehatan kota Jambi tahun 2016,
penemuan kasus Pneumonia paling banyak Alternatif lain untuk mengatasi
terjadi pada usia Balita (1.251 kasus) bila masalah tidak efektifnya bersihan jalan
dibandingkan usia bayi sebanyak 269 napas pada anak yaitu dengan menerapkan
kasus. teknik Pursed Lips Breahting (PLB).
Teknik ini dapat digunakan sebagai
Anak yang mengalami gejala klinis alternatif untuk membantu mengatasi
Pneumonia harus mendapatkan ketidakefektifan bersihan jalan napas pada
penanganan secara cepat dan tepat. Orang anak (Tiep, Carter, Zachariah, Williams,
tua dapat membawa anak dengan gejala Horak, et al., 2013). Selain itu, PLB
klinis tersebut ke pusat pelayanan bermanfaat untuk meningkatkan ekspansi
kesehatan terdekat seperti Puskesmas alveolus pada setiap lobus paru, sehingga
maupun Rumah sakit untuk mendapatkan tekanan alveolus meningkat dan dapat
penangan yang tepat sampai kondisinya membantu mendorong sekret pada jalan
membaik. napas saat ekspirasi serta dapat
menginduksi pola napas menjadi normal
Masalah yang sering muncul pada (Roberts, Schreuder, & Watson, 2009).
anak dengan Pneumonia yang dibawa ke Pada akhirnya PLB diharapkan dapat
fasilitas kesehatan dan dirawat di rumah meningkatkan status oksigenasi. Namun
sakit adalah distress pernapasan yang teknik PLB ini hanya dapat digunakan
ditandai dengan napas cepat, retraksi pada anak yang sadar dan mampu diajak
dinding dada, napas cuping hidung dan kerjasama. Kelompok usia yang sudah
disertai stridor (WHO, 2009). Distress mampu diajak kerjasama mulai dari anak
pernapasan merupakan kompensasi tubuh usia prasekolah, karena pada usia ini anak
terhadap kekurangan oksigen, karena sudah mampu menguasai bahasa dan
konsentrasi oksigen yang rendah, akan memahami perintah sederhana selain
menstimulus syaraf pusat untuk kemampuan motoriknya yang sudah
meningkatkan frekuensi pernapasan. Jika berkembang dari anak usia toddler
upaya tersebut tidak terkompensasi maka (Hockenberry dan Wilson, 2009).
akan terjadi gangguan status oksigenasi
dari tingkat ringan hingga berat bahkan Teknik PLB dapat dianalogikan
sampai menimbulkan kegawatan. dengan aktivitas bermain seperti meniup
Penurunan konsentrasi oksigen ke jaringan balon/tiupan lidah, gelembung busa, bola
sering disebabkan karena adanya obstruksi kapas, kincir kertas, botol dan lain-lain
jalan napas atas dan bawah karena (Hockenberry & Wilson, 2009).
peningkatan produksi sekret sebagai salah Mekanisme yang digunakan menerapkan
satu manifestasi adanya inflamasi pada intervensi PLB, yaitu meningkatkan
saluran napas (Hockemberry & Wilson, tekanan alveolus pada setiap lobus paru
2009). sehingga dapat meningkatkan aliran udara
saat ekspirasi. Peningkatan aliran udara
Ketidakmampuan untuk pada saat ekspirasi akan mengaktifkan silia
mengeluarkan sekret merupakan kendala pada mukosa jalan napas sehingga mampu
yang sering dijumpai pada anak usia bayi mengevakuasi sekret keluar dari saluran
sampai dengan usia balita, karena pada
Muliasari dan Indrawati, Pemberian terapi PLB terhadap ..... 87
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume nn, No. x, Maret 20yy, (Hal. pp-pp)

napas. Tindakan ini sebagai salah satu


upaya yang diduga mampu meningkatkan Penelitian ini menggunakan desain
status oksigenasi. quasi-experimental dengan pretest-posttest
control group design. Di dalam model ini
Penelitian yang pernah dilakukan sebelum dimulai perlakuan kedua
oleh Sutini (2011), tentang pengaruh kelompok dilakukan pretest dengan
aktivitas bermain meniup tiupan lidah mengukur status oksigenasi awal dan
terhadap status oksigenasi pada anak usia selanjutnya diberi intervensi PLB lalu
prasekolah dengan pneumonia di rumah dilakukan pengukuran status oksigenasi
sakit Islam Jakarta, menyimpulkan bahwa (post-test), sedangkan pada kelompok
aktivitas bermain meniup tiupan lidah kontrol diberi fisioterapi dada.
memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap peningkatan status oksigenasi Responden yang terlibat dalam
pada anak (menurunkan ferekuensi penelitian ini sebanyak 36 orang, yang
Respiratory Rate/RR 8,1%, meningkatkan terdiri dari 18 kelompok PLB dan 18 pada
Heart Rate/HR sebesar 6,25%, dan kelompok fisioterapi dada. Adapun kriteria
meningkatkan SaO2 5,43%). inklusi sampel dalam penelitian ini sebagai
berikut: 1) Anak usia pra sekolah 3-5 tahun
Hasil Studi pendahuluan yang
dengan Pneumonia, 2) Tingkat kesadaran
didapatkan dari wawancara kepada
compos mentis dan kondisi stabil, 3)
perawat yang bertugas di Puskesmas
Mampu diajak kerjasama dan kooperatif,
Kebun Handil Kota Jambi, tatalaksana
4) Ibu atau keluarga anak bersedia menjadi
untuk anak dengan Pneumonia yaitu
responden.
memberikan oksigen apabila anak sesak
dan terapi antibiotik sesuai tatlaksana
Adapun prosedur yang dilakukan pada
pneumonia menurut MTBS seperti
responden yang termasuk ke dalam
amoksisilin. Tindakan mandiri
kelompok intervensi PLB yaitu:
keperawatan yang dilakukan seperti
a) Memperkenalkan diri kepada pasien dan
pemberian posisi dan mengobservasi
keluarga serta menjelaskan maksud dan
frekuensi pernapasan anak, sementara
tujuan tindakan yang dilakukan
tindakan seperti fisioterapi dada dan
b) Memberikan penjelasan tentang prosedur
suction hampir jarang dilakukan karena
pelaksanaan tindakan, manfaat dan
memerlukan keterampilan khusus. Perawat
risikonya bahwa apa yang dilakukan tidak
belum pernah mendengar tentang
membahayakan anak
keefektifan terapi dengan tiupan lidah
c) Setelah mendapatkan penjelasan dari
dapat bermanfaat untuk meningkatkan
peneliti, keluarga pasien diberikan
status oksigenasi pada pasien gangguan
kesempatan untuk menandatangani lembar
pernapasan salah satunya pneumonia.
persetujuan bila setuju anaknya dijadikan
Berdasarkan penjelasan yang telah responden
dikemukakan diatas, maka penulis tertarik d) Mengisi data pada lembar observasi yang
untuk mengeksplorasi intervensi telah disediakan
keperawatan berdasarkan evidence based e) Setelah mengisi kuisioner, perawat
practice yaitu dengan pursed lips mempersiapkan alat untuk prosedur
breathing (PLB) melalui aktivitas bermain penelitian yaitu mainan “tiupan lidah”,
meniup “tiupan lidah” terhadap status respiratori rate timer, pulse oximeter dan
oksigenasi pada anak usia prasekolah thermometer.
dengan pneumonia di wilayah kerja f) Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi. pada pasien dan keluarga yaitu terlebih
dahulu peneliti melakukan pengukuran
METODE suhu tubuh, frekuensi pernapasan,
Muliasari dan Indrawati, Pemberian terapi PLB terhadap ..... 88
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume nn, No. x, Maret 20yy, (Hal. pp-pp)

frekuensi nadi dan saturasi oksigen di Tabel 1.2 Karakteristik responden


lembar observasi. menurut usia, berat badan, kekuatan
g) Memberikan contoh cara meniup mainan meniup, dan lama sakit (n= 36)
“tiupan lidah”. Cara meniup “tiupan lidah” Dari tabel diatas dapat
sama dengan teknik PLB yaitu tarik napas digambarkan sebagian besar responden
dalam melalui hidung kemudian keluarkan berjenis kelamin laki-laki, baik pada
udara melalui mulut yang dimonyongkan kelompok intervensi maupun kelompok
atau dikerutkan seperti mencucu, sampai kontrol. Uji normalitas dan homogenitas
“tiupan lidah” mengembang terisi udara telah dilakukan pada kedua kelompok.
sampai ujung. Beri kesempatan pasien Dapat disimpulkan bahwa ada kesetaraan
untuk mengulang cara meniup “tiupan
Standar 95%
lidah” yang telah dicontohkan oleh Variabel Kelompok Mean Pvalue
deviasi CI
perawat.
Kontrol 3,99-
h) Mengatur posisi anak dengan posisi Usia Intervensi 4,36 0,74 4,73
duduk/setengah duduk di kursi atau tempat 0,474
4,04 0,81 3,64-
tidur, memberikan mainan “tiupan lidah” 4,44
untuk ditiup sebanyak 30 kali dalam Kontrol 15,1-
rentang waktu 10-15 menit yang diselingi Berat Intervensi 16,1 1,9 17
0,012
dengan napas biasa dengan ritme yang badan 14,6 2,3 13,4-
teratur, aktivitas bermain meniup tiupan 15,7
lidah” ini dinilai hanya satu kali. Kontrol 13,9-
i) Mendampingi dan memotivasi anak selama Kekuatan Intervensi 14,2 0,73 14,6
0,489
melakukan aktivitas tersebut, meniup 13,3 1,53 12,5-
memperhatikan kekuatan anak dalam 14
Kontrol 2,28-
meniup “tiupan lidah” dan mencatat
Lama Intervensi 2,9 1,23 3,5
kekuatan meniup dalam lembar observasi. 0,075
sakit 4,4 0,74 3,99-
j) Melakukan pengukuran yang kedua 4,73
terhadap RR, HR dan saturasi oksigen serta antara kelompok kontrol dan kelompok
data karaketeristik anak sesaat setelah intervensi dalam hal karakteristik anak
intervensi selesai dilakukan dan mencatat (responden).
hasil pengukuran pada lembar observasi
k) Memberikan pujian pada anak dan Tabel 1.3 Perbedaan status oksigenasi:
terminasi pada keluarga atas kerjasamanya. RR sebelum dan sesudah diberikan PLB
pada kelompok kontrol dan kelompok
HASIL intervensi (n= 36)
Data yang telah dikumpulkan diolah Kelompok Mean SE
SD p n
dengan analisis univariat dan bivariat. Kontrol
analisis univariat menggambarkan Sebelum 24,2 0,638
2,706 0,055 18
karakteristik responden penelitian. Adapun Sesudah 23,8 0,663
2,813
hasilnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
Intervensi
Tabel 1.1 Distribusi responden menurut Sebelum 28,0 1,435
6,088 0,045 18
jenis kelamin (n= 36) Sesudah 26,11 1,293
5,487
*Bermakna pada α = 0,05
Kelompok Laki-laki % Perempu %
Rata- rata frekuensi napas (RR)
an
Kontrol 10 55,6 8 44,4 pada kelompok intervensi sebelum
Intervensi 11 61,1 7 38,9 diberikan PLB adalah 28x/menit dengan
standar deviasi 6,088 dan standar error
1,435. Sedangkan rata- rata RR pada
Muliasari dan Indrawati, Pemberian terapi PLB terhadap ..... 89
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume nn, No. x, Maret 20yy, (Hal. pp-pp)

kelompok intervensi sesudah diberikan


PLB adalah 26,11 x/menit dengan standar PEMBAHASAN
deviasi 5,487dan standar error 1,293.
Terlihat nilai mean perbedaan RR antara Karakteristik responden yang terlibat
sebelum dan sesudah diberikan PLB, pada dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin,
kelompok intervensi adalah 1,89 dan hasil usia, berat badan, kekuatan meniup dan
uji statistik didapatkan nilai p value lama sakit.
sebesar 0,045, maka dapat disimpulkan
bahwa pada alpha 5% terdapat perbedaana. Jenis Kelamin
RR yang signifikan antara sebelum dan Sebagian besar jenis kelamin responden
sesudah diberikan PLB pada kelompok laki-laki pada kedua kelompok. Cara
intervensi dan pemberian PLB pengambilan sampel dalam penelitian ini
berpengaruh terhadap peningkatan sebesar yaitu Purposive Sampling sehingga
1,89x/menit RR pada anak yang kemungkinan jumlah kelompok terbanyak
mengalami Pneumonia. berada pada salah satu jenis kelamin
mungkin saja terjadi. Pada saat
Tabel 1.4 Perbedaan status oksigenasi: pengambilan data, lebih banyak anak laki-
saturasi oksigen sebelum dan sesudah laki yang menderita pneumonia bila
diberikan PLB pada kelompok kontrol dibandingkan dengan anak perempuan.
dan kelompok intervensi (n= 36) Temuan yang ada dilapangan sesuai
dengan teori yang di kemukakan olah
Kelompok Mean SE
SD p n Hockenberry dan Wilson (2009) yang
Kontrol menyebutkan bahwa anak laki-laki di
Sebelum 98,33 0,198
0,840 0,163 18 United State lebih berisiko mengalami
Sesudah 98,44 0,202
0,856 morbilitas dan mortalitas bila
dibandingkan dengan anak perempuan. Hal
Intervensi
Sebelum 97,39 0,436
1,852 0,037 18 ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
Sesudah 97,94 0,663
1,862 salah satunya karakteristik anak laki-laki
*Bermakna pada α = 0,05 yang lebih sering mengalami cedera
bahkan dapat menyebabkan kematian
Rata- rata suhu pada kelompok berjumlah 1006 orang, sedangkan anak
intervensi sebelum diberikan PLB adalah peremupan berjumlah 758 orang.
97,39 % dengan standar deviasi 1,852 dan
standar error 0,436. Sedangkan rata- rata b. Usia
saturasi oksigen pada kelompok intervensi Rerata usia anak pada kelompok kontrol
sesudah diberikan PLB adalah 97,94% yaitu 4,36 tahun dan 4,04 tahun pada
dengan standar deviasi 1,862 dan standar kelompok intervensi. Di Kanada, penyebab
error 0,663. Terlihat nilai mean perbedaan anak mengalami hospitalisasi dan bahkan
suhu antara sebelum dan sesudah diberikan berdampak pada kematian yaitu
PLB pada kelompok intervensi adalah 0,55 dikarenakan penyakit, diantaranya
dan hasil uji statistik didapatkan nilai p influenza dan pnemonia. Penyakit ini
value sebesar 0,037, maka dapat berhubungan dengan angka cakupan
disimpulkan bahwa pada alpha 5% terdapat imunisasi. Sebastian, Skowronski, Chong,
perbedaan saturasi oksigen yang signifikan Dhaliwal, Brownstein (2008) menyebutkan
antara sebelum dan sesudah diberikan PLB bahwa kelompok usia anak yang lebih
pada kelompok intervensi. Pemberian PLB berisiko mengalami Pneumonia dan
berpengaruh terhadap peningkatan sebesar Influenza terjadi pada kelompok usia yang
0,55% status oksigenasi yaitu terhadap lebih kecil dan lebih besar dari pada usia
saturasi oksigen pada anak yang sekolah. Hal ini berarti anak di usia
mengalami Pneumonia. prasekolah (3-5 tahun) cenderung lebih
Muliasari dan Indrawati, Pemberian terapi PLB terhadap ..... 90
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume nn, No. x, Maret 20yy, (Hal. pp-pp)

berisiko untuk menderita penyakit dengan berat badan dibawah garis merah,
Pneumonia. kader akan merujuk ke petugas kesehatan
Berdasarkan pedoman pelaksanaan untuk dilakukan konfirmasi dengan
stimulasi, deteksi dan intervensi dini menggunakan indikator berat badan
tumbuh kembang anak (Kemenkes RI, menurut panjang badan/tinggi badan.
2016). Pada masa anak usia prasekolah
pertumbuhan berlangsung stabil. Terjadi d. Kekuatan Meniup
perkembangan dengan aktivitas jasmani Rerata kekuatan meniup anak pada
yang bertambah dan meningkatnya kelompok kontrol yaitu 14,2 cm dan 13,3
keterampilan dan proses berfikir. cm pada kelompok intervensi. Kekuatan
Memasuki masa prasekolah, anak mulai meniup pada anak akan terkait dengan
menunjukkan keinginannya, seiring kemampuan anak untuk melakukan napas
dengan pertumbuhan dan dalam. Faktor fisiologis yang
perkembangannya. Pada masa ini selain menyebabkan gangguan pernapasan
lingkungan di dalam rumah maka meliputi hiperventilasi, hipoventilasi dan
lingkungan di luar rumah diperkenalkan. hipoksia. Anak yang tidak mampu untuk
Anak mulai senang bermain diluar rumah. bernapas dalam mengindikasikan adanya
Hal ini berisiko bagi anak untuk terpapar gangguan pada sistem pernapasannya.
dan tertular penyakit infeksi seperti Proses fisiologi lain yang mempengaruhi
Influenza dan Pneumonia dari teman- proses oksigenasi adalah perubahan yang
teman sepermainan dan lingkungan tempat mempengaruhi kapasitas darah untuk
anak bermain diluar rumah. membawa oksigen, seperti anemia,
peningkatan kebutuhan metabolisme
c. Berat Badan (seperti demam, infeksi) dan perubahan
Rerata berat badan anak pada kelompok yang mempengaruhi gerakan dinding dada
kontrol yaitu 16,1 kg dan 14,6 kg pada atau sistem saraf pusat (Ball, Bindler dan
kelompok intervensi. Jika dilihat dari data Cowen, 2010).
hasil penelitian didapatkan bahwa berat
badan anak kelompok kontrol lebih tinggi e. Lama Sakit
dibanding anak kelompok intervensi (16,1 Rerata lama sakit pada kelompok kontrol
kg; 14,6 kg). Hal ini menunjukkan ada yaitu 2,9 hari dan 4,4 hari pada kelompok
kemungkinan bahwa sakit pneumonia yang intervensi. Gangguan pernapasan
diderita dapat mempengaruhi berat badan merupakan penyebab tersering anak sakit
anak. dan di rawat di rumah sakit. Penyakit ini
Jika berat badan terus menurun karena dapat berupa penyakit ringan dan tidak
kondisi sakit anak akan dapat akut hingga kondisi yang mengancam jiwa.
mempengaruhi tumbuh kembang anak. Penyakit kronik dapat mempengaruhi
Pelaksanaan kegiatan deteksi dini tumbuh kualitas hidup, tetapi infeksi akut atau
kembang anak (DDTK) di Puskesmas berulang yang sering terjadi, juga dapat
memberikan pelayanan pemeriksaan mengganggu kesejahteraan beberapa anak
kesehatan, pemantauan berat badan dan (Kyle dan Carman, 2016).
deteksi dini tumbuh kembang (Kemenkes Orangtua biasanya dapat mengalami
RI, 2016). kesulitan menentukan tingkat keparahan
Berat badan merupakan salah satu penentu kondisi anak mereka dan mencari bantuan
status gizi pada anak. Untuk pemantuan kesehatan sangat dini dalam perjalanan
pertumbuhan dengan menggunakan berat penyakit tersebut. Pada penelitian ini di
badan menurut umur dilaksanakan secara temukan rerata orang tua mencari
rutin di posyandu setiap bulan. Apabila pertolongan ke tenaga kesehatan bukan di
ditemukan anak dengan berat badan tidak hari pertama anak sakit tetapi setelah 3-4
naik dua kali berturut-turut atau anak hari setelah sakit (2,9 hari pada kelompok

Muliasari dan Indrawati, Pemberian terapi PLB terhadap ..... 91


NERS: Jurnal Keperawatan,Volume nn, No. x, Maret 20yy, (Hal. pp-pp)

kontrol dan 4,4 hari pada kelompok terjadi pada anak dapat berupa akut,
intervensi). mengancam jiwa dan kronis.
Sementara itu usia rerata responden
Selanjutnya akan dibahas hasil 3-5 th biasanya sudah dalam kondisi
analisis bivariat yaitu status oksigenasi kooperatif dan sangat meyukai kondisi
sebelum dan sesudah diberikan PLB. pada bermain dengan menggunakan alat dan
penelitian status oksigenasi yang akan sangat menyukai alat bermain yang di tiup
dibahas yaitu frekuensi pernapasan dan dan mengeluarkan bunyi keras. Di dukung
saturasi oksigen. dengan jenis kelamin responden yang
sebagian besar adalah laki-laki yang
Frekuensi Pernapasan (RR) sebelum biasanya lebih aktif dan agresif pada saat
dan sesudah perlakuan. Rerata pada diminta untuk meniup.
kelompok intevensi sebelum di berikan Bayi dan anak kecil menghirup udara
PLB adalah 28x/menit dan standar deviasi yang lebih kecil, dan menghembuskan
6,088 dan standar error 1,435. Sedangkan oksigen yang relatif besar. Bayi dan anak
pada rata-rata RR pada kelompok kecil mempunyai lebih sedikit alveoli oleh
intervensi sesudah diberikan PLB adalah karena itu, permukan alveolus sedikit yang
26,11 x/menit dengan standar deviasi 5,487 merupakan tempat pertukaran gas terjadi.
dan standar error 1,293. Terlihat nilai mean Faktor-fakotr ini, bersama-sama dengan
perbedaan RR antara sebelum dan sesudah tingkat metabolik yang lebih tinggi,
di berikan PLB pada kelompok intervensi bersifat mempengaruhi peningkatan
adalah 1,29 dan hasil uji statistik frekuensi pernapasan pada bayi dan anak-
didapatkan nilai p= 0,045; maka dapat di anak. Melihat keterangan diatas seharusnya
simpulkan bahwa pada alpha 5% terdapat pada anak responden dalam kondisi
perbedaan RR yang signifikan antara pernapasan yang baik sehingga dapat
sebelum dan sesudah di berikan PLB pada meniup tiupan lidah sampai batas tertinggi
anak kelompok intervensi. Sehingga yaitu 15 cm. Kisaran rentang RR
pemberian PLB berpengaruh terhadap responden sebelum dilakukan intervensi
peningkatan frekuensi pernapasan (RR) yaitu 20-41 dengan rata-rata 28 kali/ menit.
sebesar 1,89x/menit pada anak yang Sedangkah kisaran rentang sesudah
mengalami Pneumonia. intervensi yaitu 18-39 dengan rata-rata
Kegiatan anak bermain dengan 26,1 kali/menit. Perbedaan yang
tiupan lidah selain menyenangkan pada menunjukkan adanya perubahan menjadi
anak yang sedang sakit juga bermanfaat patokan bahwa kegiatan terapi dengan
bagi anak untuk melatih napas dalam. meniup tiupan lidah memberikan pengaruh
Karena setiap kali anak akan meniup, anak yang signifikan (nilai p= 0,47).
akan berusah untuk menarik napas sampai Peningkatan aktivitas yang dilakukan oleh
batas kemampuannya (seoptimal mungkin) anak berdampak pada terjadinya
dan berusaha kembali untuk meniupkan peningkatan frekuensi pernapasan dan
udara sekeras-kerasnya. kedalamannya.
Jika dilihat dari panjangnya anak Paru-paru mempunyai 2 fungsi
meniup tiupan lidah yaitu rerata kekuatan utama yaitu menyediakan oksigen bagi
13,3 cm maka terlihat bahwa anak tubuh dan mengeluarkan CO2 serta untuk
mengalami gangguan pernapasan ringan, mempertahankan keseimbangan asam basa
karena panjang maksimal dan mainan tubuh. Menurut Garrod dan Matheison
tiupan lidah yang diberikan saat proses (2012), PLB merupakan bagian dari latihan
penelitian adalah 15 cm maka rerata anak napas yang diperlukan untuk pasien yang
belum mampu meniup secara maksimal. mengalami gangguan pada sistem
Minimal itupan 12,5 cm dan maksimal pernapasan, karena PLB memberikan efek
tiupan 14 cm. Gangguan pernapasan umum yang baik terhadap sistem pernapasan,
Muliasari dan Indrawati, Pemberian terapi PLB terhadap ..... 92
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume nn, No. x, Maret 20yy, (Hal. pp-pp)

diantaranya adalah; menyehatkan ventilasi, PLB adalah 97,39 dengan standar deviasi
membebaskan udara yang terperangkap 1,852 dan standar error 0,436. Sedangkan
dalam paru-paru, menjaga jalan napas tetap rata-rata saturasi oksigen pada kelompok
terbuka lebih lama dan mengurangi kerja intervensi sesudah diberikan PLB adalah
napas, memperpanjang waktu ekshalasi 97,94 dengan standar deviasi 1,862 dan
yang kemudian memperlambat frekuensi standar error 0,663. Terlihat nilai mean
napas, meningkatkan pola napas dengan perbedaan saturasi antara sebelum dan
mengeluarkan udara lama dan sesudah diberikan PLB pada kelompok
memasukkan udara baru ke dalam paru, intervensi yaitu 0,55 dan hasil uji statistik
menghilangan sesak napas dan didapatkan nilai p= 0,037, maka dapat
meningkatkan relaksasi. disimpulkan bahwa pada alpha 5% terdapat
PLB yang di lakukan dengan teknik perbedaan saturasi oksigen yang signifikan
meniup tiupan lidah maka akan dapat antara sebelum dan sesudah di berikan
membantu untuk mengekspansi alveolus PLB pada kelompok intervensi.
pada semua lobus agar meningkat, dan Faktor fisiologis yang menyebabkan
tekanan di dalamnya pun menjadi gangguan pernapasan meliputi
meningkat. Tekanan yang tinggi dalam hiperventilasi, hipoventilasi dan hipoksia.
alveolus dan lobus dapat mengaktifkan Proses fisiologi lain yang mempengaruhi
silia pada saluran napas untuk proses oksigenasi adalah perubahan yang
mengevakuasi sekret keluar dari jalan mempengaruhi kapasitas darah untuk
napas berarti akan menurunkan tahanan membawa oksigen.
jalan napas dan meningkatkan ventilasi Menurut Hockenberry dan Wilson
yang pada akhirnya memberikan dampak (2009), pengukuran saturasi oksigen
terhadap proses perfusi oksigen ke kapiler yang kontinu dapat dilakukan
jaringan. dengan menggunakan oksimetri kutaneus.
Pada penelitian ini dapat disimpulkan Keuntungan pengukuran oksimetri yaitu
bahwa pentingnya untuk melakukan napas mudah dilakukan, tidak invasif dan mudah
dalam pada anak yang mengalami diperoleh (Bowden dan Greenberg,2010).
gangguan pernapasan seperti pada pasien Hal ini juga yang peneliti lakukan pada
Pneumonia dan dalam hal ini latihan napas penelitian ini yaitu mengukur saturasi
dalam yang di ajarkan serta dilakukan pada oksigen dengan oksimetri.oksimetri nadi
responden adalah dengan memberikan sangat sensitive terhadap hiperoksia karena
terapi tiupan lidah dalam bentuk permainan hemoglobin mendekati saturasi 100%
sehingga anak akan merasa tetap bermain untuk hasil pengukuran SaO2 yang lebih
tanpa menyadari bahwa dia sedang dari 100 mmHg.
menjalani proses terapi pernapasan. Dalam aktivitas meniup yang
Penting sekali bagi petugas dilakukan sebagai terapi bermain pada
kesehatan untuk dapat tetap melaksanakan responden anak, anaklah yang berperan.
terapi sesuai dengan kondisi anak tanpa Peneliti tetap memperhatikan keadaan
mendapat penolakan yang cukup berarti umum anak serta memberikan pujian
dari anak. Hal ini juga dapat dijelaskan apabila anak dapat melakukan permainan
pada orang tua agar dapat dengan benar. Hal ini dilakukan dan anak
melaksanakannya dirumah atau diarea tidak merasa takut bahkan menyukainya.
yang disukai oleh anak. Kreativitas tenaga Walaupun nilai saturasi oksigen
kesehatan dalam memilihkan model-model sebelum dan sesudah di lakukan PLB
kegiatan terapi dapat menunjang masih dalam batas normal namun tampak
keberhasilan dari itndakan kesehatan yang perubahan nilai saturasi kearah yang lebih
diberikan. baik setelah dilakukan PLB. Hal ini
Rerata saturasi oksigen pada menunjukkan bahwa tindakan PLB
kelompok intervensi sebelum diberikan
Muliasari dan Indrawati, Pemberian terapi PLB terhadap ..... 93
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume nn, No. x, Maret 20yy, (Hal. pp-pp)

membawa pengaruh yang positif pada nilai breathing mengalami peningkatan sebesar
saturasi oksigen anak. 0,2 pada variabel suhu, 1,89 pada frekuensi
Pada Panduan Manajemen Terpadu pernapasan, 4,95 pada frekuensi nadi, dan
Balita Sakit (MTBS) tahun 2015 pada anak 0,55 pada saturasi oksigen. Status
yang dicurigai menderita pneumonia oksigenasi pada kelompok intervensi
sebaiknya dilakukan pemeriksaan dengan memiliki rerata lebih tinggi dibandingkan
menggunakan Pulse Oximetri untuk dengan kelompok kontrol.
menilai saturasi oksigen pada anak, hitung .
napas dalam 1 menit; melihat apakah ada
tarikan dinding kedalam, serta UCAPAN TERIMA KASIH
memperhatikan adanya bunyi napas yang
1. Ka. Puskesmas Kebon Handil Kota Jambi
tidak normal. Semua pemeriksaan tersebut
berserta staf
harus dilakukan pada anak dalam kondisi
2. Semua pihak yang telah membantu
tenang.
Gejala yang ditunjukkan pada nilai
saturagi oksigen <90% mengindikasikan DAFTAR PUSTAKA
adanya pneumonia berat. Pada kelompok Abdelbasset, W.K.M., Elnegamy, T.E.H.
kontrol rata-rata nilai saturasi setelah PLB (2015). Effect of chest physical
98,44% dan 97,94% nilai saturasi oksigen therapy on pediatrics hospitalized
pada kelompok intervensi. Nilai ini with pneumonia. International
menjadi berarti setelah dibandingkan Journal of Health and
saturasi oksigen sebelum intervensi dan Rehabilitation Science, 4(4), 219-
sesudah intervensi pada kelompok 226.
intervensi.
Porsi oksigen yang cukup didalam Alsagaff, H., & Mukty, A. (2010). Dasar-
tubuh anak sangat penting karena oksigen dasar ilmu penyakit paru. (Edisi
dibutuhkan untuk mempertahankan 10). Surabaya: Airlangga
kehidupan. Sistem pernapasan dan jantung University Press.
mempunyai peranan penting dalam
menyuplai kebutuhan oksigen keseluruh Ball, J.W., Bindler, R.C., & Cowen, K.J.
tubuh. Tindakan yang dilakukan pada PLB (2010). Child health nursing,
dan meminta anak untuk meniup tiupan partnering withchildren & families.
lidah dapat membantu transport gasyang (2nd ed). New Jersey:Pearson
berisikan oksigen keseluruh tubuh. Hal ini Education inc.
dapat menguatkan otot jantung dengan cra Bhatt, S.P., Luqman-Arafath, T.K., Gupta,
latihan meniup sehingga fungsi jantung A.K., Mohan, A., Stoltzfus, J.C.,
dapat lebih optimal. dey.,… & Guleria, R. (2012).
Volitional pursed lips breathing in
patients with stable cronic
KESIMPULAN obstructive pulmonary disease
Terapi Pursed lips breathing efektif improves exercise capacity. Cronic
meningkatkan status oksigenasi pada anak Respiratory Disease, 10(1), 5-10
usia prasekolah yang mengalami
Pneumonia meliputi: suhu, frekuensi Bowden, V.R., & Greenberg, C.S. (2010).
pernapasan, frekuensi nadi, dan saturasi Children and their families: the
oksigen. Gambaran karakteristik responden continuum of care. (2nd edition).
yaitu mayoritas berjenis kelamin laki-laki Philadelphia: Lippincott Williams
baik pada kelompok kontrol maupun & Wilkins.
intervensi. Status oksigenasi responden
sesudah diberikan terapi pursed lips
Muliasari dan Indrawati, Pemberian terapi PLB terhadap ..... 94
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume nn, No. x, Maret 20yy, (Hal. pp-pp)

Driver, C. (2012). Pneumonia part I: Sutini, T. (2011). Pengaruh aktivitas


Pathology, presentation & bermain meniup tiupan lidah
prevention. British Journal of terhadap status oksigenasi pada
Nursing, 21(2), 103-106. anak usia prasekolah dengan
pneumonia di Rumah sakit Islam
Fiquis, M.R., Gine-Gariga, M., Ruqeles, Jakarta. Tesis FIK-UI.
C.G., Perrota, C., & Vilano, J.
(2016). Chest physiotherapy for Tiep, B., Carter, R., Zachariah, F.,
acute bronchiolitis in pediatric Williams, A.C., Horak, D., Barnett,
patients between 0 and 24 mounts M.,… & Dunham, R. (2013).
old. The Cocrane Library, issue 2 Oxygen for end-of-life lung cancer
care: Managing dyspnea and
Hockenberry, M.J., & Wilson, D. (2009). hypoxemia. Expert Review of
Wong’s essentials of pediatric Respiratory Medicine, 7(5), 479-
nursing. (8th edition). St. Louis 490.
Missouri: Elsevier Mosby.
Visser, F.J., Ramlal, S., Dekhuijzen., &
Lisy, K. (2014). Critical care: Chest Heijdra, Y.F. (2010). Pursed lips
Physiotherapy for pneumonia in breathing improves inspiratory
children. AJN. 114(5), 16. capacity in cronic obstructive
pulmonary disease. Respiration, 81,
Lukrafka, J.L., Fuchs, S.C., Fischer, G.B.,
372-378. doi:10.1159/000319036
Flores, J.A., Fachel, J.M., Castro-
Rodriguez, J.A. (2012). Chest World Health Organization. (2009). Buku
physiotherapy in paediatric patients saku: Pelayanan kesehatan anak di
hospitalized with community- rumah sakit. Jakarta: WHO.
acquired pneumonia: A randomized
clinical trial. Arc Dis Child, 00, 1-5,
doi: 10.1136/archdishchild-2012-
302279
Paul, S., O’Callaghan, C., & McKee, N.
(2011). Effective management of
lower respiratory tract infections in
childhood. Nurs Child Young
People, 23(9), 27-34.
Rackini, C.M., Samundeeswary, V., &
Beulah, H. (2014). Effectiveness of
blow bottles exercise on respiratory
status among children with lower
respiratory tract infections admitted
in pediatric ward at selected
hospital. Journal of Science, 4(10),
649-652
Santos, C.I.S. (2009). Respiratory
physiotherapy in children with
community-acquired pneumonia.
Revue Canadienne de la therapie
respiratoire.

Muliasari dan Indrawati, Pemberian terapi PLB terhadap ..... 95

Anda mungkin juga menyukai