Anda di halaman 1dari 2

RESUME

“PENGARUH FISIOTERAPI TERHADAP PENGELUARAN SPUTUM PADA ANAK DENGAN


PENYAKIT GANGGUAN PERNAFASAN DI POLI ANAK RSUD KOTA DEPOK”

DOSEN PENGAMPUH :
IBU. DEWI NURVIANA,Ns.M,Kep.Sp,Kep.MB

DISUSUN OLEH :

MOH. INDRA U. POBAU

NIM: (PO0220221025)

POLITEKNIK KESEHATAN PALU


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN POSO

TAHUN AJARAN 2020/2021

1
Fisioterapi adalah merupakan kumpulan teknik atau tindakan pengeluaran sputum atau lendir
yang gi gunakan secara mandiri maupun kombinsi agar tidak terjadi penumpukan sputum atau lendir
yang mengakibatkan tersumbatnya jalan nafas.

Angka kesakitan anak di Indonesia masih tinggi berdasarkan data Depkes 2011 di Indonesia
masih menjadi salah satu masalah utama dalam masyarakat. Pada tahun 2009 angka kesakitan balita
1,278/1000 sedangkan pada tahun 2010 menjadi 1,310/1000 dengan kasus terbesar yang di derita
anak adalah gangguan sistem pernafasan diantaranya adalah ISPA, pneumonia, asma dan TB.

Anak yang mengalami gangguan saluran pernafasan sering terjadi peningkatan produksi lendir
yang berlebihan pada paru-parunya. Linder atau dahak akan menumpuk dan menjadi kental sehingga
sulit untuk di keluarkan. Kemampuan anak untuk mnegluarkan lendir atau dahak ini dapat di pengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya adalah usia. Anak-anak umumnya belum bisa mngeluarkan dahak
atau lendir dengan sendirinya, oleh sebab itu dapat di bantu dengan terapi inhalasi yang merupakan
pemberian obat secara langsung ke dalam saluran pernafasan melalui penghisapan.

Pada penelitian yang di lakukan di RSUD Kota Depok menggunakan metode quasi
experimental design dengan pendekatan one grup pretest kriteria dalam penelitian ini adalah : anak
yang berobat di poli anak RSUD Kota Depok, anak yang berusia 6-12 tahun, anak yang mengalami
gangguan pernafasan (TB, ISPA, Asma, dan pneumonia), anak bersedia menjadi responden secara
sukarela dengan menandatangani persetujuan sebagai responden yang di damping oleh orang tua.

Sampel penelitian sebanyak 11 anak di dapat rata-rata usia anak 6 tahun sebanya 3 anak.
Penyakit terbanyak yang di derita adalah TB paru sebanyak 6 anak. Anak yang mengeluarkan sputum
atau lendir sebelum fisioterapi dada sebanyak 8 anak, dan setelah fisioterapi dada menjadi 11 anak
(100%).

Hasil analis secara paired sample t-test di dapatkan p value 0,000 < α 0,025. Sehingga dapat
di simpulkan bahwa ada pengaruh pemberian fisioterapi dada terhadap kebersihan jalan nafas. Serta
ada perbedaan antara sputum atau lendir sebelun dan sesudah di lakukan fisioterapi dada di buktikan
dengan perbedaan mean antara ada lendir dan tidak ada lendir adalah sebesar -0,73 yang mempunyai
perbedaan range antara lower sebesar -1,04107 ( tanda negative berarti pengeluaran lendir sebelum
fisioterapi dada lebih kecil dari sesudah tindakan fisioterapi dada ).

Hasil Penelitian ini dapat di gunakan oleh perawat khususnya perawat anak dan dapat menjadi
panduan dalam proses pemberian asuhan keperawatan melalui tindakan fisioterapi dada sebagai salah
satu cara untuk mengatasi gangguan saluran pernafasan karena adanya penumpukan sputum atau
lendir pada anak.

Anda mungkin juga menyukai