Anda di halaman 1dari 5

Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas keperawatan anak 1 dengan judul “Laporan Askep Seorang

Anak laki laki dengan keluhan sesak nafas , panas tinggi dan sering muntah “

dengan dosen pengampu : ITO WARDIN, S.KEP.,NS.,M.KEP

DIsusun oleh :

Anisa Mylina Ragil 191711045


Anisah Nurjanah 190711001
Sani Tasiru Hasanah 190711004
Saskia Fitri Yanti 190711011
Susanti 190711010

4A
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
2021
A. PENDAHULUAN

Bronkopneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang, kekurangan


oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bekerja. Selain menyebabkan penyebaran infeksi keseluruh
tubuh penderita bronkopneumonua bisa mengalami kematian (Kartasasmita, 2010).

Bronkopneumonia yaitu radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-
paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri, virus,
jamur, dan benda asing (Fadhila, 2013).

World Health Organization (WHO) pada tahun 2014 terdapat 6,3 juta kematian anak di
dunia dan sebesar 935.000 (15%) kematian anak disebabkan oleh pneumonia. Menurut Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 pneumonia di Indonesia menjadi urutan kedua
penyebab kematian pada balita setelah diare, pneumonia dan bronkopneumonia sebanyak 2.0%.
Bronkopneumonia mengakibatkan produksi sekret meningkat sampai menimbulkan manifestasi
klinis yang ada sehingga muncul masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas merupakan keadaan dimana individu tidak mampu mengeluarkan sekret dari
saluran nafas untuk mempertahankan kepatenan jalan nafas

B. Pengkajian

Kasus diatas menyatakan anak laki laki dengan usia 1 tahun tersebut engalami keluhan :
sesak nafas , panas tinggi, batuk , pilek dan tidak sembuh , dan tidak mau makan . SpO2: 95%,
RR: 54x/menit, Nadi: 110x/menit , suhu : 39 ⁰ C . diberikan terapi infuse RL mikro 12 tpm. Pada
tahap pengkajian pada klien didapatkan data yaitu DS: Ny.l mengatakan anaknya terlihat sesak
dan batuk berdahak , DO: Inspeksi : simestris , adanya tarikan dinding dada , Plapasi : Vocal
vremitus tidak seimbang pada bagian kanan , Perkusi: redup diseluruh lapang paru, Auskultasi :
suara napas ronkhi (+) pada bagian kanan , hasil rontegen thorax infltrat sulpahiler dan perihiler
dexta suspec bronkopneumonia dd/tb , Suhu : 39⁰ C , Nadi: 110x/menit, RR: 54x/menit , SpO2:
95%.

Data pada pegkajian awal dengan data objektif : Inspeksi : simetris , adanya tarikan
dinding dada , Plapasi : Vocal vermitus tidak seimbang pada bagian kanan , Perkusi : redup
diseluruh lapang paru , Auskultasi : suara napas ronkhi (+) pada bagian kanan , hasil rontegen
thorax infiltrat suprahiler dan perihiler dextra suspec bronkopneumonia dd/tb, Suhu : 39⁰ C ,
Nadi : 110x/menit, RR: 54x/menit, SpO2 : 95% .

Berdasarkan fokus diagnosis keperawatan yang akan dibahas yaitu bersihan jalan napas
tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan dibuktikan dengan suara ronkhi, sputum
berlebih, dispnea, dan pola napas berubah, dan diberikannya Kolaborasi untuk pemberian
bronkodilator, ekspektoran, mukolitik (terapi non farmakologi aromaterapi peppermint), monitor
pola napas, monitor bunyi napas tambahan, berikan minuman hangat, berikan oksigen, jika
perlu. Pemberian terapi non farmakologi aomaterapi peppermint dilakukan untuk mengurangi
masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas khususnya pasien anak dengan bronkopneumonia
sangat membantu untuk mengurangi ketidakefektifan bersihan jalan nafas.

C. Implementasi

Implementasi yang dilakukan pertama pemberian aromaterapi peppermint. pemberian


aromaterapi peppermint dengan inhalasi sederhana yang dilakukan pada pasien anak usia 1-5
tahun dengan bronkopneumonia selama 5-10 menit selama 5 hari ternyata sangat efektif untuk
mengurangi masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas dengan karakteristik sesak nafas,
retraksi dinding dada , ronchi (+) pada kedua lapang dada .

Implementasi yang kedua yaitu kolaborasi pemberian bronkodilator. Nebullizer ventolin


½ respul memberikan efek bronkodilatasi tanpa menimbulkan efek samping.

Implementasi yang ke tiga dan ke empat pemberian aromaterapi peppermint. pemberian


aromaterapi peppermint dengan inhalasi sederhana yang dilakukan pada pasien anak usia 1-5
tahun dengan bronkopneumonia selama 5-10 menit selama 5 hari ternyata sangat efektif untuk
mengurangi masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas dengan karakteristik sesak
nafas,retraksi dinding dada , ronchi (+) pada kedua lapang dada .

D. Evaluasi

Evaluasi dilakukan stiap hari selama empat hari, berdasarkan evaluasi hasil pada studi
kasus yang dilakukan dengan bersihan jalan nafas tidak efektif pada bronkopneumonia
menunjukan produksi sputum meningkat setelah dilakukan pemberian tindakan non farmakologi
aromaterapi peppermint hingga hari ke empat .
Pada hari kamis 20 februari 2020 pukul 19.00 WIB pasien tampak menghirup sedikit demi
sedikit aroma terapi, RR 34x/menit, akumulasi sputum (-), suara napas ronkhi.

Pada hari jumat 21 februari 2020 pukul 19.00 WIB ibu mengatakan dahak keluar sedikit, RR
32x/menit, Suara napas ronkhi, akumulasi sputum (+) .

Pada hari sabtu 22 februari 2020 pukul 20.00 WIB ibu mengatakan an.m masih batuk dan
mengeluarkan dahak sedikit, RR 30x/menit, akumulasi sputum (+), suara napas ronkhi .

Pada hari minggu 23 februari 2020 pukul 15.00 WIB ibu mengatakan akan mencobanya
dirumah, suara napas ronkhi, akumulasi sputum (+) RR 30x/menit.

E. Kesimpulan

Asuhan keperawatan pada anak bronkopneumonia dalam pemenuhan kebutuhan


fisiologis : oksigenasi dengan masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif yang
dilakukan tindakan keperawatan terapi non farmakologi aromaterapi peppermint sehari 3 kali
selama 5-10 menit selama 4 hari masalah bersihan jalan napas pada pasien sangat efektif dengan
karakteristik sesak nafas, akumulasi sputum (+). Sehingga dapat disimpulkan terdapat perubahan
pemberian aromaterapi peppermint pada pasien anak bronkopneumonia dengan masalah bersihan
jalan napas.
F. Daftar Pustaka
1. Amelia, S., Oktorina, R., & Astuti, N. (2018). Aromaterapi Pappermint Terhadap
Masalah Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Anak Dengan
Bronkopneumonia. REAL in Nursing Journal (RNJ). Vol.1 No. 2.
2. Fadhila, A. (2013). PENEGAKAN DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN
BRONKOPNEUMONIA PADA PASIEN BAYI LAKI-LAKI BERUSIA 6 BULAN.
Fakultas Kedokteran Universitas Lapung
3. Kartasasmita, B, C. (2010). Pneumonia Pembunuh Balita. Kemenkes RI: Buletin
Jendela Epidemolog .Volume 3, September 2010. ISSN 2087-1546 Pneumonia
Balita
4. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Jakarta
5. Riskesdas. (2018). LAPORAN NASIONAL RISKESDAS 2018. Jakarta :
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
6. Setiadi. (2013). Konsep dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori
dan Praktik. Yogyakarta : Graha ilmu
7. Siswantoro, E. (2017). PENGARUH AROMA TERAPI DAUN MINT DENGAN
INHALASI SEDERHANA TERHADAP PENURUNAN SESAK NAFAS PADA
PASIEN TUBERCULOSIS PARU. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan: Stikes
Dian Husada Mojokerto
8. Wahyuni, L. (2014). Effect of nebulizer and effective chough on the status of
breating COPD patient. Stikes Bina Sehat PPNI, Mojokerto
9. World Health Organization. (2014). Pneumonia. Diakses pada 16 Desember 2019
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs311/en/index.html.

Anda mungkin juga menyukai