Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS JURNAL PICOT

Dosen Pengampu:
Ns. Deby. N Tangkabiringan, S.Kep, M.Kep
Oleh kelompok 1 (B-1 Sem. VI) :
1. Eldraf Indra Sala (2114202101)
2. Violita Cristiana Moningka (2114202102)

3. Ferawaty Susanti Ambat (2114202103)


4. Chairunnisa (2114202104)
5. Frasco Aswas Sabanari (2114202105)
6. Andhika F. Djue (2114202106)

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA MANADO

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

2022
ANALISA JURNAL KEPERAWATAN
“Pengaruh Fisioterapi Dada Terhadap Perbaikan Klinis Pada Anak Dengan
Pneumonia”

A. Person/Problem/Population
Person Problem Population
Desak Putu Kristian Apakah ada pengaruh 60 artikel diseleksi dan
Purnamiasih fisioterapi dada terhadap didapatkan 8 penelitian
perbaikan klinis anak yang yang relevan berdasarkan
dirawat karena pencarian di Google
pneumonia? Scholar, NCBI (National
Centre for Biotechnology
Information), dan jurnal
Indonesia terakreditasi.
Penulis: Desak Putu Kristian Purnamiasih
DOI : http://dx.doi.org/10.36418/syntax-literate.v5i10.1667
Tahun Terbit: 2020
B. Intervention
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang bermakna
Fisioterapi Dada Terhadap Perbaikan Klinis Pada Anak Dengan Pneumonia. Metode yang
digunakan adalah literature review mengenai pengaruh fisioterapi dada terhadap perbaikan
klinis pada anak dengan pneumonia. Pencarian artikel dilakukan secara elektronik
menggunakan kata kunci chest physiotherapy, pneumonia in children, kata kunci dalam
bahasa Indonesia yang digunakan adalah fisioterapi dada, pneumonia pada anak. Sumber
database yang digunakan adalah Google Scholar, NCBI (National Centre for
Biotechnology Information), dan jurnal Indonesia terakreditasi. Artikel yang dicari
Pengaruh Fisioterapi Dada Terhadap Perbaikan Klinis Pada Anak Dengan Pneumonia
adalah artikel dengan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia dalam rentang tahun 2014-
2019.

C. Comparison:
1. Abdelbaset W (2015) dengan judul “Effect og Chest {hysical Therapy on
Pediatries Hospitalized with pneumonia.
Dalam penelitian ini, 20 anak dalam kelompok intervensi diberikan tindakan
fisioterapi dada 3x/hari dan pengobatan standar.. Setiap sesi fisioterapi dada
dilakukan selama 20 menit meliputi: postural drainase, perkusi dada, vibrasi,
batuk efektif dan aspirasi sekret jika diperlukan. 25 anak pada kelompok kontrol
hanya menerima pengobatan standar.

2. Amin, A (2018) dengan judul “Pengaruh Chest Therapy dan Infrared Pada
Bronkopneumonia”.
Penelitian ini menggunakan metode quasy experiment dengan 8 orang
partisipan yang terdiagnosis bronkopneumonia diberikan terapi menggunakan
Infrared dan Chest Physiotherapy.
3. Madiartati (2014) dengan judul “Pengaruh Fisioterapi Dada Terhadap Bersihan
Jalan Nafas Pada Anak Usia 1-5 tahun yang Mengalami Gangguan Bersihan Jalan
Nafas di Puskesmas Moch.Ramdhan Bandung.
Menggunakan metode quasy experimental (one group pre test-post test)
pada 17 partisipan anak 1-5 tahun dengan penyakit ISPA. Fisioterapi dada
dilakukan 2x/hari, selama 20 – 30 menit. Pengukuran gangguan bersihan jalan
nafas yang meliputi indikator respirasi rate, pernafasan cuping hidung dan
retraksi intercostal dilakukan sebelum dan sesudah fisioterapi dada.

4. Hidayatin, T (2019) dengan judul “Pengaruh Pemberian Fisioterapi Dada dan


Pursed.
Penelitian ini menggunakan metose quasy experimental dengan rancangan non
randomized. Partisipan merupakan 30 balita yang dirawat karena pneumonia
yang dibagi dalam 3 kelompok intervensi.

5. Melati. R (2018) dengan judul “Dampak Fisioterapi Dada Terhadap Status


Pernapasan Anak Balita Pneumonia di RSUD Koja dan RSUD Pasar Rebo
Jakarta.
Penelitian menggunakan metode quasy experimental (pre test dan post test
without control). Partisipan adalah 35 balita yang dirawat karena pneumonia di
RSUD. Koja dan RSUD Pasar Rebo Jakarta. Fisioterapi dada dilakukan 1x/hari
selama 2 hari. Pengukuran HR dan SaO2 dilakukan sebelum dan sesudah
intervensi.

6. Siregar . T (2019) Pengaruh Fisioterapi Dada Terhadap Pengeluaran Sputum Pada


Anak Dengan Penyakit Gangguan Pernafasaan Di Poli Anak RSUD Kota Depok.
Penelitian menggunakan desain quasy experimental dengan pendekatan
one group pre-test post-test. Partisipan adalah 11 anak berusia 6-12 tahun dengan
diagnose TB, ISPA, ASMA dan Pneumonia. Fisioterapi dada dilakukan pada 11
anak. Pengamatan pengeluaran sputum dilakukan sebelum dan sesudah.

7. Lestari. N (2018) dnegan judul “The combination of nebulization and chest


physiotherapy improved respiratory status in children with pneumonia”.
Penelitian menggunakan desain quasy experimental dengan pendekatan pre test
dan post test (non equivalent control group design). Partisipan adalah 34 anak usia
0-59 bulan dengan pneumonia, dibagi 2 kelompok masing-masing 17 orang yang
kemudian 1 kelompok diberi intervensi terapi inhalasi dilanjutkan dengan
fisioterapi dada 1-1,5 jam setelah makan. Dan 1 kelompok control diberikan
intervensi terapi inhalasi melalui nebulizer.

8. Mehrem. E (2018) dengan judul “Study of Chest Physical Therapy Effect on Full
Term Neonates with Primary Pneumonia: A Clinical Trial Study”.
Penelitian menggunakan desain Prospective blindfold clinical train. Partisipan
adalah 60 orang neonates usia 1-6 hari dengan pneumonia primer dibagi dalam 2
kelompok (kelompok intervensi dan kelompok control). Kelompok intervensi
diberikan pengobatan rutin dan fisoterapi dada 1xsehari selama 6 hari. Kelompok
control diberikan pengobatan rutin. Kedua kelompok dipantau setiap hari terkait
durasi ketergantungan terhadap ventilasi mekanik/oksigen, perbaikan klinis,
kemampuan dalam menerima nutrisi oral dan lama hari rawat.

D. Output
Dari kedelapan artikel menunjukkan hasil yang dimana fisioterapi dada
memberikan perubahan yang signifikan ke arah perbaikan pada status pernapasan dan
saturasi oksigen pasien, membersihkan jalan napas, mengurangi durasi ketergantungan
pasien terhadap ventilasi mekanik/oksigen dan mengurangi lama hasi rawat (pada pasien
neonatus).

E. Time
Penelitian dilakukan berdasarkan artikel tahun 2014-2019.
ANALISA JURNAL PICOT
“Pengaruh Batuk Efektif Terhadap Pengeluaran Sputum Pada Pasien
Tuberkulosis Paru”

A. Person/Problem/Population
Person Problem Population
Endah Dwi Lestari, Apakah ada pengaruh 10 responden dengan
Annisa F Umara, Siti dan batuk efektif terhadap Tuberkulosis paru yang
Asriah Immawati. pengeluaran sputum pada dirawat di ruang inap Paru
pasien Tuberkulosis Paru? RSUD. Balaraja.
Penulis: Endah Dwi Lestari, Annisa F Umara, Siti dan Asriah Immawati.
DOI : http://jurnal.umt.ac.id/index.php/jik/index
Tahun Terbit: 2020
B. Intervention
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain penelitian
yang digunakan adalah quasi experimental pre-test dan post-test yaitu penelitian
yang menguji coba suatu intervensi pada sekelompok subjek tanpa adanya
pembanding. Dengan menggunakan SOP latihan batuk efektif dan lembar observasi,
peneliti melihat pengaruh teknik batuk efektif terhadap pengeluaran sputum menggunakan
uji korelasi Wilcoxon.

C. Comparison:
Dalam jurnal ini tidak ada pembanding.

D. Output
Sesudah intervensi hari ketiga pengeluaran sputum dalam jumlah sedang sebanyak 4
responden dan pengeluaran sputum dalam jumlah banyak sebanyak 6 responden. Setelah
dilakukan intervensi setiap harinya mayoritas pengeluaran sputum responden meningkat
0,5-2 ml sampai dengan hari ketiga.
Hasil perhitungan didapatkan nilai p value sebesar 0,04 <0,05 yang berarti dapat
disimpulkan bahwa ada perubahan yang signifikan sebelum dan sesudah dilakukan terapi
Batuk Efektif terhadap pengeluaran sputum pada pasien Tuberkulosis paru di RSUD
Balaraja.

E. Time
Penelitian dilaksanakan mulai Februari – Juli 2019

Anda mungkin juga menyukai