DiSUSUN OLEH:
Bersihan jalan napas tidak efektif adalah ketidakmampuan membersihkan secret atau
obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten (Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, 2017). Bersihan jalan napas tidak efektif berdasarkan masalah diatas adalah masalah
yang harus diatasi dengan segera jika tidak di atasi akat berakibat fatal dan dapat
menimbulkan kekurangan oksigen dalam sel tubuh .Sel tubuh yang kekurangan oksigen akan
sulit berkonsentrasi karena metabolisme terganggu akibat kurangnya suplai oksigen dalam
darah. Otak merupakan organ yang sangat sensitive terhadap kekurangan oksigen, apabila
kekurangan oksigen lebih dari lima menit dapat terjadi kerusakan sel otak permanen. (Nurarif
& Kusuma, 2015). Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilain klinis untuk mencapai peningkatan,
pencegahan dan pemulihan kesehatan klien. Luaran (outcome) keperawatan merupakan
aspek-aspek yang dapat diobservasi dan diukur meliputi kondisi, perilaku, atau dari persepsi
pasien, keluarga atau komunitas sebagai respons terhadap intervensi keperawatan (Tim Pokja
SLKI DPP PPNI, 2018).
Intervensi keperawatan tuberculosis adalah Rencana keperawatan yang dilakukan yaitu
manajemen jalan nafas, meliputi fisioterapi dada, motivasi klien untuk mengeluarkan secret
(batuk efektif). Terapi yang diberikan itu mengajarkan batuk efektif. Menurut Perry & Potter
dalam Alie (2015), Batuk efektif adalah suatu metode batuk dengan benar, dimana klien
menghemat energy sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara
maksimal. Menurut marni (2016), batuk efektif merupakan upaya untuk mengeluarkan dahak
agar paru-paru tetap bersih. Cara melakukan batuk efektif menurut Pranowo (2016) adalah
yang pertama yaitu 2 menganjurkan pasien untuk minum hangat, kemudian tarik nafas dalam
(lakukan sebanyak 3 kali) setelah tarik nafas yang ketiga, menganjurkan pasien untuk batuk
yang kuat. Setelah dilakukan batuk efektif dahak bisa keluar meskipun sedikit. Selanjutnya
selain batuk efektif dapat dilakukan terapi nonfarmakologi yaitu melakukan fisioterapi dada.
Fisioterapi dada adalah suatu tindakan untuk membersihkan jalan nafas dan spuntum,
mencegah akumulasi spuntum, dan memperbaiki saluran pernafasan (Sari, 2016). Prosedur
dari fisioterapi dada adalah auskultasi suara nafas pasien untuk mengetahui letak
penumpukan spuntum sehingga memudahkan ketika mengatur posisi pasien. Hal-hal yang
perlu diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah intervensi dilaksanakan sesuai
rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan
teknikal harus dilakan dengan cermat dan efisiensi pada situasi yang tepat.
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat dan
pasien. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan yang berfokus pada pasien
dan berorientasi pada tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dimana
tindakan dilakukan dan diselesaikan, sebagaimana digambarkan dalam rencana yang sudah
dibuat di atas. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Wibowo, 2016) ada
beberapa cara untuk menanggulangi sesak nafas dan mengeluarkan sekret. Metode yang
paling sederhana dan efektif untuk mengurangi resiko penurunan pengembangan dinding
dada yaitu dengan pengaturan posisi saat istirahat. Posisi yang paling efektif bagi pasien
dengan penyakit pulmonary adalah diberikannya posisi semi fowler dengan derajat
kemiringan 30-45º. Batuk efektif merupakan satu upaya untuk mengeluarkan dahak dan
menjaga paru – paru agar tetap bersih, disamping dengan memberikan tindakan nebulizer dan
postural drainage. Pada pasien tuberculosis ini diperlukan terapi tambahan berupa oksigenasi,
terapi ini dapat memberikan asupan oksigen ke dalam tubuh lebih tinggi sehingga sel-sel di
dalam tubuh bekerja secara optimal dan keadaan tubuh menjadi lebih baik, dan untuk
menunjang keberhasilan tindakan mandiri perawat tersebut harus mengkolaborasikan dengan
terapi medis Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dengan dosis yang sesuai kebutuhan pasien
sesuai dengan melibatkan keluarga dalam perawatan (Bachtiar, 2015). Implementasi
keperawatan pada pasien yang memiliki penyakit Tuberkulosis Paru dengan masalah
keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas sesuai dengan intervensi keperawatan
yang disesuaikan dengan kondisi pasien yaitu pada pasien dilakukan tindakan mengajarkan
teknik batuk efektif, minum air hangat dan nebulizer (Fajar Bagaskara 2019).
Daftar Pustaka