Disusun oleh :
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................................................1
A. Latar belakang.......................................................................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan...................................................................................................................................................2
C. Keaslian Penelitian................................................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................................................................3
A. Anatomi paru – paru..............................................................................................................................................3
B. Fisiologi paru – paru.............................................................................................................................................4
C. Definisi..................................................................................................................................................................4
D. Etiologi..................................................................................................................................................................5
E. Patofisiologi..........................................................................................................................................................5
F. Manifestasi klinis..................................................................................................................................................5
G. Pemeriksaan..........................................................................................................................................................6
H. Penatalaksanaan....................................................................................................................................................7
BAB III PENATALAKSANAAN.................................................................................................................................11
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................................................................22
A. Kesimpulan.........................................................................................................................................................22
B. Saran...................................................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
1
B. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
Memberi manfaat dari penanganan fisioterapi pada kasus suspect tuberculosis An. NL pada
rawat jalan di poli fisioterapi RSUD R. Ali Manshur Jatirogo, Tuban bulan Februari tahun 2023.
C. Keaslian Penelitian
3. Implementation of Chest Nita Khikmatul Aeni, Pemberian intervensi fisioterapi dada dan
Physiotherapy in Childern with Murniati batuk yang efektif terbukti mampu
Tuberculosis to Manage (2022) mengatasi bersihan jalan napas yang tidak
Ineffective Airway Clearance efektif. Rekomendasi penelitian untuk
dapat mengkombinasikan alternatif teknik
non farmakologis dalam mengatasi
bersihan jalan nafas yang tidak efektif
pada anak khususnya penderita
tuberculosis
4. Effect of physical therapy on Anzhela Nogas, Penggunaan fisioterapi membantu
general physical health of Serhiy Hutsman, Vira mengurangi tanda klinis utama penyakit,
patients with pulmonary Melnyk, Oksana menormalkan fungsi pernapasan,
tuberculosis Borovets, Olena memukihkan disfungsi sistem pernapasan
Sirman dan kardiovaskular.
(2021)
5. Penerapan Batuk Efektif dan Wahyu Widodo, Penerapan fisioterapi batuk dan dada yang
Fisioterapi Dada Untuk Siska Dyah efektif pada pasien tuberkulosis yang
Mengatasi Ketidakefektifan Pusporatri mengalami bersihan jalan nafas tidak
Bersihan Jalan Nafas Pada Klien (2020) efektif dapat mengurangi sesak nafas dan
Yang Mengalami Tuberculosis spuntum serta disarankan klien dapat
(TBC) melakukan fisioterapi batuk dan dada
yang efektif secara mandiri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Paru-paru manusia terletak pada rongga dada, bentuk dari paruparu adalah berbentuk kerucut
yang ujungnya berada di atas tulang iga pertama dan dasarnya berada pada diafragma. Paru terbagi
menjadi dua yaitu bagian yaitu, paru kanan dan paru kiri. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus
sedangkan paru-paru kiri mempunyai dua lobus. Setiap paruparu terbagi lagi menjadi beberapa sub-
bagian, terdapat sekitar sepuluh unit terkecil yang disebut bronchopulmonary segments. Paru-paru
bagian kanan dan bagian kiri dipisahkan oleh sebuah ruang yang disebut mediastinum (dr.Noor
Yulia ., 2020).
Sumber: gramedia.com
Sistem pernafasan manusia dapat dibagi ke dalam sistem pernafasan bagian atas dan
pernafasan bagian bawah.
a. Pernafasan bagian atas meliputi hidung, rongga hidung, sinus paranasal, dan faring.
b. Pernafasan bagian bawah meliputi laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan alveolus paru.
Sistem pernapasan terbagi menjadi dari dua proses, yaitu inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi
adalah pergerakan dari atmosfer ke dalam paru, sedangkan ekspirasi adalah pergerakan dari dalam
paru ke atmosfer. Agar proses ventilasi dapat berjalan lancar dibutuhkan fungsi yang baik pada otot
pernafasan dan elastisitas jaringan paru. Otot-otot pernafasan dibagi menjadi dua yaitu :
Paru-paru dan dinding dada mempunyai struktur yang elastis. Dalam keadaan normal terdapat
lapisan cairan tipis antara paru-paru dan dinding dada sehingga paru-paru dengan mudah bergeser
pada dinding dada karena memiliki struktur yang elastis. Tekanan yang masuk pada ruangan antara
paru-paru dan dinding dada berada di bawah tekanan atmosfer (dr.Noor Yulia ., 2020).
Fungsi utama dari paru-paru adalah untuk pertukaran gas antara darah dan atmosfer.
Pertukaran gas tersebut bertujuan untuk menyediakan oksigen bagi jaringan dan mengeluarkan karbon
dioksida. Kebutuhan oksigen dan karbon dioksida terus berubah sesuai dengan tingkat aktivitas dan
metabolisme seseorang, akan tetapi pernafasan harus tetap dapat berjalan agar pasokan kandungan
oksigen dan karbon dioksida bisa normal (dr.Noor Yulia ., 2020).
Udara dapat keluar masuk paru-paru karena adanya tekanan antara udara luar dengan udara
dalam paru-paru. Perbedaan tekanan disebabkan karena terjadinya perubahan besar kecil rongga dada,
rongga perut dan rongga alveolus oleh otot pernafasan. Mekanisme pernafasan dibagi menjadi dua:
a. Mekanisme Inspirasi : Otot antar tulang costae(rusuk/iga)berkontraksi sehingga tulang
costae terangkat, menambah besarnya rongga dada sehingga udara dari luar masuk
kedalam paru melalui hidung, trakea, kecabang–cabang bronkus dan alveolus diparu-paru
b. Mekanisme ekspirasi : Bila otot antar tulang rusuk mengendur diafragma akan
melengkung kearah rongga thoraks, tulang rusuk kembali keposisi semula, menyebabkan
rongga thoraks mengecil, akibatnya udara dalam paru-paru terdorong keluar
C. Definisi
Tuberculosis (TB atau TBC) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri tersebut biasanya akan masuk ke dalam tubuh manusia melalui
udara pernapasan ke dalam paru, kemudian dari paru menyebar ke bagian tubuh lainnya melalui
sistem peredaran darah, sistem saluran limfa, melalui saluran pernapasan (bronchus) atau penyebaran
langsung ke bagian tubuh lainnya. Sebagian bakteri ini menyerang paru, tetapi dapat juga menyerang
organ tubuh lainnya (Faturrahman et al., 2021). Bakteri TBC paru menyebar kepada orang lain
melalui transmisi atau aliran udara (droplet dahak pasien TBC paru BTA positif) ketika penderita
batuk atau bersin. TBC paru dapat menyebabkan kematian apabila tidak mengkonsumsi obat secara
teratur hingga 6 bulan. Selain berdampak pada individu juga berdampak pada keluarga penderita,
yaitu dampak psikologis berupa kecemasan, penurunan dukungan dan kepercayaan diri yang rendah
(Kristini & Hamidah, 2020).
D. Etiologi
Menurut Mar’iyah & Zulkarnain (2021) penyakit tuberkulosis disebabkan oleh bakteri M.
tuberculosis yang termasuk famili Mycobacteriaceace yang berbahaya bagi manusia. bakteri ini
mempunyai dinding sel lipoid yang tahan asam, memerlukan waktu mitosis selama 12-24 jam, rentan
terhadap sinar matahari dan sinar ultraviolet sehingga akan mengalami kematian dalam waktu yang
cepat saat berada di bawah matahari. M. tuberculosis dapat menular ketika penderita tuberkolosis paru
BTA positif berbicara, bersin dan batuk yang secara tidak langsung mengeluarkan droplet nuklei yang
mengandung mikroorganisme M. tuberculosis dan terjatuh ke lantai, tanah, atau tempat lainnya.
E. Patofisiologi
Seseorang yang menghirup bakteri M. tuberculosis yang terhirup akan menyebabkan bakteri
tersebut masuk ke alveoli melalui jalan nafas, alveoli adalah tempat bakteri berkumpul dan
berkembang biak. Sistem imun dan sistem kekebalan tubuh akan merespon dengan cara melakukan
reaksi inflamasi. Reaksi tersebut menimbulkan penumpukan eksudat di dalam alveoli yang bisa
mengakibatkan bronchopneumonia, infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah
terpapar bakteri. Setelah infeksi awal, seseorang dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan
atau respon yang inadekuat dari respon sistem imun. Penyakit dapat juga aktif dengan infeksi ulang
dan aktivasi bakteri dorman dimana bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali menjadi aktif.
Bakteri kemudian menjadi tersebar di udara, mengakibatkan penyebaran penyakit lebih jauh. Tuberkel
yang menyerah menyembuh membentuk jaringan parut. Paru yang terinfeksi menjadi lebih
membengkak, menyebabkan terjadinya bronkopneumonia lebih lanjut (Mar’iyah & Zulkarnain,
2021).
F. Manifestasi klinis
Masalah utama pada penderita tuberkulosis paru adalah bersihan jalan nafas yang tidak efektif
yang ditandai dengan dispnea, ronchi, sputum yang berlebihan, batuk yang tidak efektif. Menurut
Mar’iyah & Zulkarnain (2021) gejala umum tuberkulosis adalah sebagai berikut:
a. Berat badan turun selama tiga bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas
b. Demam meriang lebih dari sebulan
c. Batuk lebih dari dua minggu, batuk ini bersifat non remitting (tidak pernah reda atau intensitas
semakin lama semakin parah)
d. Dada terasa nyeri
e. Sesak napas
f. Nafsu makan tidak ada atau berkurang
g. Mudah lesu
h. Berkeringat malam walaupun tanpa aktifitas fisik
i. Dahak bercampur darah
G. Pemeriksaan
Numerical Rating Scale (NRS) merupakan salah satu alat ukur menilai tingkat nyeri
yang dialami pasien sesuai subjektivitas pasien tersebut. Caranya pasien diminta untuk menilai
rasa nyerinya sesuai dengan level intensitas nyeri pada skala numeral dari 0-10 atau 0-100.
Angka 0 berati “no pain” dan 10 atau 100 berarti “serve pain” (nyeri hebat) (Putra et al.,
2018).
Manual Muscle Testing (MMT) adalah usaha untuk menentukan/ mengetahui kemampuan
seseorang dalam mengkontraksikan otot/grup ototnya secara voluntary. Tujuan dari penggunaan
Manual Muscle Testing ini adalah untuk membantu menegakkan diagnosis, menentukan jenis terapi,
Sumber: id.quora.com
c. Ekspansi sangkar thoraks
inspirasi maupun ekspirasi yang disebut dengan ekspansi thoraks. Saat terjadi inspirasi volume
thoraks bertambah dan rongga dada membesar saat ekspirasi volume thoraks berkurang dan
menggunakan midline dengan satuan cm, yaitu dibagi menjadi 3 bagian axilla, intercosta
d. Borg scale
Skala BORG merupakan suatu skala ordinal dengan nilai-nilai dari 0 sampaidengan 10,
dapat digunakan untuk mengukur sesak napas selama melaksanakan kegiatan/ pekerjaan.
Skala ini dapat dilakukan pada pengukuran- pengukuran fisiologis seperti intensitas latihan
meningkat (laju deyut jantung), juga adakorelasi yang tinggi untuk pengukuran lainnya seperti
respirasi yang meningkat, produksi CO2, akumulasi laktat dan suhu tubuh, keringat sampai
H. Penatalaksanaan
a. Infra red
Infra Red (IR) merupakan salah satu modalitas electrotherapy yang menghasilkan
energi elektromagnetik. Energi elektromagnetik yang diserap menyebabkan efek termal di
dalam jaringan. Rasa hangat yang ditimbulkan dapat meningkatkan vasodilatasi jaringan
superfisisal, sehingga dapat memperlancar metabolisme dan menyebabkan efek relaks pada
ujung saraf sensorik. Efek teraputiknya adalah untuk mengurangi nyeri (Abdillah et al., 2021).
Sumber: flexfreeclinic.com
b. Ultrasound
Tujuan pemberian US dapat mengurangi ketegangan otot, mengurangi rasa nyeri dan
memacu proses penyembuhan pada collagen jaringan. Efek Fisiologis dan Terapeutik
dengan terapi US, terjadi stimulasi perbaikan saraf, terdapat efek anti inflamasi, mekanisme
penurunan nyeri pada efek US yang berguna yaitu efek mekanik yang memberikan penekanan
seperti micro massage dengan meningkatkan permeabilitas jaringan dan meningkatkan
metabolisme sehingga perbaikan jaringan dapat maksimal. Selain itu ada efek thermal
dengan fungsi meningkatkan konduksi saraf dan meningkatkan ambang rangsang yang dapat
menurunkan nyeri (Arif et al., 2021)
Sumber: www.medicalogy.com
c. Myofascial release
Teknik myofascial release merupakan teknik yang dilakukan dengan menggunakan
tangan untuk memobilisasi jaringan lunak yang bertujuan untuk melepaskan perlengketan
pada fascia, menyebabkan fascia terelongasi sehingga muncul efek rileksasi yang dapat
mengurangi nyeri dan meningkatkan lingkup gerak sendi serta memperbaiki struktur pada
jaringan lunak. Myofascial release menyebabkan hiperemia aktif atau bertambahnya aliran
darah di area trigger points kemudian muncul mekanisme reflek spinal yang menyebabkan
penurunan spasme otot (Sulistyaningsih & Putri, 2020)
Sumber: health.clevelandclinic.org
d. Breathing control
Breathing control merupakan tehnik pernapasan yang berfungsi mengontrol ritme
pernapasan pasien, dimana pasien dibimbing untuk melakukan inspirasi dan ekspirasi secara
teratur dan tenang. Pendamping pasien meletakkan tangan pada bagian belakang toraks pasien
untuk merasakan pergerakan yang naik turun selama pasien bernapas (Fadillah & Supriyadi,
2023)
e. Chest therapy
Chest therapy terdiri dari rangkaian treatment diantaranya deep breathing, postural
drainage, clapping, vibrasi, dan batuk efektif.
a) Deep breathing merupakan teknik fisioterapi dada dengan latihan pernapasan yang
diarahkan kepada inspirasi maksimal untuk mencegah atelektasis dan
memungkinkan untuk re-exspansi awal dari alveolus yang kolaps. Efek latihan
napas dalam, dapat meningkatkan kapasitas paru.
b) Postural drainage ialah memposisikan pasien untuk mendapatkan gravitasi
maksimal yang akan mempermudah dalam pengeluaran sekret dengan tujuan ialah
untuk mengeluarkan cairan atau mukus yang berlebihan di dalam bronkus yang
tidak dapat dikeluarkan oleh silia normal dan batuk.
c) Clapping atau perkusi merupakan tekhnik massage tapotement yang digunakan
pada terapi fisik fisioterapi pulmoner untuk menepuk dinding dada dengan tangan
ditelungkupkan untuk menggerakkan sekresi paru. Clapping dapat dilakukan
dengan dikombinasikan dengan postural drainage untuk segmen paru tertentu.
d) Vibrasi merupakan gerakan getaran yang dilakukan dengan menggunakan ujung
jari-jari atau seluruh permukaan telapak tangan, dengan gerakan getaran tangan
secara halus dan gerakannya sedapat mungkin ditimbulkan pada pergelangan
tangan yang diakibatkan oleh kontraksi otototot lengan atas dan bawah
e) Batuk efektif merupakan suatu upaya untuk mengeluarkan dahak dan menjaga paru
– paru agar tetap bersih. Batuk efektif dapat diberikan pada pasien dengan cara
diberikan posisi yang sesuai, agar pengeluaran dahak dapat lancar. Batuk efektif
yang baik dan benar dapat mempercepat pengeluaran dahak pada pasien dengan
gangguan saluran pernapasan (Amin et al., 2018)
Sumber: sasana.physio
Sumber: afflovest.com
f. Stretching
Static stretching exercise adalah latihan peregangan yang bertujuan untuk dapat
memperbaiki kelenturan atau fleksibilitas, mengurangi ketegangan otot tubuh, memperbaiki
sirkulasi, mengurangi keluhan nyeri otot, dan meminimalisir risiko cidera. Static stretching
exercise yang dilakukan secara baik dan benar dalam waktu yang relatif lama juga dapat
meningkatkan elastisitas dan memperbaiki struktur otot. Static stretching exercise juga akan
memperbaiki sistem sirkulasi darah sehingga mengatasi terjadinya spasme atau ketegangan
otot yang dapat mengganggu gerakan dan fungsi sendi (Karunia Saraswati et al., 2019)
Sumber: www.anatomystuff.co.uk
BAB III
PENATALAKSANAAN
B. CATATAN KLINIS
(Medika mentosa, hasil lab, foto rontgen, MRI, CT-Scan, dll)
13
III. SEGI FISIOTERAPI
A. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF
Spasme,
nyeri tekan
Px sudah batuk sejak 2 minggu terakhir, px sedang menempuh pendidikan di pesantren dan izin
pulang karena batuk dan ingin melakukan pemeriksaan. Saat di Pesantren px tidur dengan alas
tipis dan di kamar yang minim ventilasi. Saat batuk px kesulitan melakukan inspirasi dan tidak
jarang sampai muntah. Batuknya parah saat agi bangun tidur dan malam sebelum tidur.
Dahaknya sulit keluar dan dalam 1 minggu terakhir px mengeluhkan sesak nafas
5. RIWAYAT KELUARGA
Px tidak memiliki riwayat penyakut keluarga
6. ANAMNESIS SISTEM
a. Kepala dan Leher : (-) tidak ada keluhan
f. Musculoskeletal : (+) spasme pada otot bantu pernafasan hingga punggung bawah serta
nyeri
C. PEMERIKSAAN
1. PEMERIKSAAN FISIK
a. TANDA-TANDA VITAL
Tekanan Darah: 110/95 mmHg
Pernapasan : 27x/ menit (normal)
Temperatur : 36,8o C (normal)
Denyut nadi : 87x/ menit
Tinggi badan : 160 cm
Berat badan :45 kg
b. INSPEKSI (STATIS & DINAMIS)
(Posture, Fungsi motorik, gait, dll)
Statis: Pasien datang dengan ibunya, tidak terlihat pucat atau lemas
Dinamis: pola jalan px normal tidak ada gangguan, saat batuk px sesekali memegangi
lehernya dan agak membungkuk
c. PALPASI
(Nyeri, Spasme, Suhu lokal, Tonus, Bengkak, dll)
Ketika di palpasi terasa ada spasme pada otot bantu pernafasan dan terdapat beberapa titik
trigger point yang nyeri apabila ditekan.
d. PERKUSI
Sonor
e. AUSKULTASI
Ronkhi kering, terdengar seperti suara mendengkur karena ada mukus yang menempel.
f. GERAK DASAR
Gerak Aktif :
Gerak Pasif :
Isometrik :
2. PEMERIKSAAN SPESIFIK
(Nyeri, MMT, LGS, Antropometri, Sensibilitas, Tes Khusus, dll)
Pemeriksaan
sputum BTA Batuk lama (2 minggu), sulit
inspirasi, sesak nafas, sputum
sulit keluar
Suspect tuberculosis
Batuk Sesak
lama nafas
Terkadang px sulit
Dahak sulit
mengangkat tangannya
keluar Breathing
Control karena nyeri yang dirasakan
namun masih mampu
Chest therapy
Mengontrol pola
nafas
Px izin dari sekolah
pesantren untuk melakukan
Latihan nafas dan
pemeriksaan dan
mengeluarkan dahak menjalankan terapi
Spasme Pain Infrared
Stretching Ultrasound
Myofascial release
Menurunkan nyeri
Impairment : nyeri tekan dan spasme pada otot bantu pernafasan hingga punggung
bawah, kesulitan inspirasi saat batuk, mukus sulit keluar
F. PROGNOSIS
Qua at Vitam : Bonam
Qua at Sanam : Bonam
Qua at Fungsionam : Bonam
Qua at cosmeticam : Bonam
G. PROGRAM/RENCANA FISIOTERAPI
1. Tujuan treatment
a. Jangka Pendek
Menurunkan nyeri tekan dan spasme
Melatih pola nafas
Menurunkan sesak nafas
Mengeluarkan mukus
b. Jangka Panjang
Menghilangkan nyeri dan spasme
Mengembalikan pola nafas normal
Mengembalikan ADL normal
2. Rencana tindakan
a. Teknologi Fisioterapi
1. Infrared
2. Ultasound terapi
3. Myofascial release
4. Breathing control
5. Chest herapy
6. Stretching exercise
H. PELAKSANAAN FISIOTERAPI
1. Infrared
F: 1x/ hari
I: kondisional px
Ti: 10-15 menit
Ty: general
Tujuan: melancarkan metabolisme, relaksasi, mengurangi nyeri
2. Ultrasound
F: 1x/ hari
I: 1 MHz 3.0 W/cm2
Ti: 5 menit
Ty: continiues
Tujuan: menurunkan nyeri, memberi efek anti inflamasi,
3. Myofascial release
F: 1x/ hari
I: kondisional
Ti: 10-15 menit
Ty: Myofascial release direct
Tujuan: efek rileksasi, penurunan spasme otot
4. Breathing control
F: 1x/ hari
I: 3-5 kali repetisi
Ti: kondisional
Ty: -
Tujuan: mengontrol ritme/ pola pernafasan,
5. Chest therapy
F: 1x/ hari
I: kondisional
Ti: kondisional
Ty: deep breathing, postural drainage, clapping, batuk efektif
Tujuan: latihan pernafasan, mempermudah dan mempercepat pengeluaran mukus,
6. Stretching exercise
F: 1x/ hari
I: 3 x 8 hitungan
Ti: kondisional
Ty: static stretching
Tujuan: mengurangi spasme, memperbaiki sirkulasi, mengurangi nyeri otot
I. HASIL EVALUASI TERAKHIR
1. Skala nyeri
Otot Diam Tekan Gerak (saat batuk)
T0 T1 T2 T0 T1 T2 T0 T1 T2
Upper trapezius 3 3 2 5 4 4 6 5 5
SCM 2 2 1 5 4 3 6 5 5
Setelah dilakukan terapi 2 kali nyeri yang dirasakan px berangsur berkurang tapi
belum hilang
2. Kekuatan otot (MMT)
Regio Gerakan Otot penggerak Skor
T0 T1 T2
Cervical Fleksi Sternocleidomathoid 4 4 4
Rotasi 5 5 5
Lateral fleksi 4 4 4
Ekstensi Upper trapezius 4 5 5
Shoulder Fleksi Deltoid ant, choracobrachial 5 5 5
Ekstensi Latissimus dorsi, teres mayor 5 5 5
Abduksi Supraspinatus 5 5 5
Adduksi Teres minor, supraspinatus 5 5 5
Setelah dilakukan terapi 2 kali terdapat peningkatan pada kekuatan otot upper
trapezius
3. Ekspansi sangkar thoraks
Segmen T0 T1 T2
Axilla 1 cm 1,2 cm 1,3 cm
ICS 4 1 cm 1 cm 1,2 cm
Processus xyphoid 1,5 cm 1,7 cm 1,8 cm
Setelah dilakukan terapi 2 kali ekspansi thoraks px berangsur meningkat
4. Borg scale
Alat ukur T0 T1 T2
Skala borg 4 (sedikit berat) 4 (sedikit berat) 2 (ringan)
Setelah dilakukan 2 kali terapi, derajat sesak nafas yang dirasakan px berangsur
berkurang
J. EDUKASI DAN KOMUNIKASI
L. CATATAN TAMBAHAN
(Setyani, SST.,Ftr)
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pasien An. NL 14 tahun dengan diagnosa medis suspect tuberculosis telah dilakukan
tindakan fisioterapi sebanyak 2 kali. Problematik yang muncul pada kasus ini adalah adanya sesak
napas, penurunan ekspansi sangkar thorak dan adanya spasme pada otot bantu pernapasan. Sesuai
problematika yang muncul, fisioterapi dapat berperan dengan memberikan modalitas berupa
infrared, ultrasound, breathing control, chest therapy, dan stretching. Setelah dilakukan tindakan
fisioterapi sebanyak 2 kali terhadap pasien An. NL problematika yang muncul seperti yang
dijelaskan diatas menjadi berkurang. Setelah dilakukan tindakan fisioterapi 2 kali didapatkan
penurunan nyeri, peningkatan kekuatan otot, peningkatan ekspansi sangkar thorak, penurunan
skala borg scale, serta penurunan dahak.
B. Saran
Saran kepada pasien, yaitu bagi pasien diharapkan kerjasama yang baik dengan terapis
selama proses terapi berlangsung. Pasien diharapkan tetap rutin menjalani program – program
terapi yang telah diberikan dan ditentukan serta tetap menjalani home program seperti yang telah
diedukasikan oleh fisioterapis. Kepada keluarga hendaknya selalu memberikan motivasi kepada
pasien untuk latihan dan membantu dalam proses latihan. Dengan kerjasama yang baik antara
terapis, pasien dan keluarga diharapkan akan tercapai keberhasilan terapi. Saran kepada pembaca,
yaitu apabila pembaca mendapati suatu kondisi seperti yang telah dipaparkan oleh penulis pada
Karya Tulis Ilmiah ini, maka diharapkan untuk segera memeriksakan diri ke dokter atau rumah
sakit terdekat
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, O. Z., Putri, A. K., Nugraha, D. A., & Putri, A. M. A. (2021). Pengaruh Modalitas Infra Red
Dan Terapi Latihan Hold Relax Exercise Dalam Megurangi Nyeri Dan Meningkatkan Kemampuan
Fungsional Pasien Tendinitis Bicipitalis. Physiotherapy Health Science (PhysioHS), 3(2), 70–73.
https://doi.org/10.22219/physiohs.v3i2.18934
Amin, A. A., Kuswardani, K., & Setiawan, W. (2018). Pengaruh Chest Therapy Dan Infra Red Pada
Bronchopneumonia. Jurnal Fisioterapi Dan Rehabilitasi, 2(1), 9–16.
https://doi.org/10.33660/jfrwhs.v2i1.42
Arif, N., Putranto, B. D., Siddik, M., Studi, P., Dokter, P., Kedokteran, F., Mangkurat, U. L., Medik, D.
R., Fisioterapi, D., Medik, D. R., & Fisioterapi, D. (2021). Pengaruh Pemberian Terapi Ultrasound
Terhadap Nyeri Pada Pasien Osteoarthritis Lutut. Journal of Electronics, Electromedical
Engineering, and Medical Informatics, 4(1), 49–58.
dr.Noor Yulia ., M. . (2020). Anatomi Dan Fisiologi Sistem Cardiovascular Disusun Oleh. 0–14.
Fadillah, L., & Supriyadi, A. (2023). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Tuberkulosis Paru (A Case
Report). Journal of Innovation Research and Knowledge, 2(8), 3109–3114.
Faturrahman, Y., Setiyono, A., & A, R. S. (2021). Analisis faktor risiko kejadian tuberkulosis di wilayah
puskemas Kelurahan Cipinang Besar Utara Kota Administrasi Jakarta Timur. Jurnal Kesehatan
Komunitas Indonesia, 17(2), 346–354.
Gerhanawati, I. (2021). Studi Kasus: Program Fisioterapi Pada Low Back Pain Myogenik. Ju r n a l K e p
e r a w a t a n Mu h a m m a d i y a H, 6(3), 191–195.
Karunia Saraswati, N. L. P. G., Adiputra, L. M. I. S. H., & Pramana Putra, P. Y. (2019). Pemberian Static
Stretching Exercise Dapat Meningkatkan Fungsional Punggung Bawah Pada Penjahit. Jurnal
Ergonomi Indonesia (The Indonesian Journal of Ergonomic), 5(2), 67.
https://doi.org/10.24843/jei.2019.v05.i02.p03
Kristini, T., & Hamidah, R. (2020). Potensi Penularan Tuberculosis Paru pada Anggota Keluarga
Penderita. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, 15(1), 24.
https://doi.org/10.26714/jkmi.15.1.2020.24-28
Mar’iyah, K., & Zulkarnain. (2021). Patofisiologi penyakit infeksi tuberkulosis. In Prosiding Seminar
Nasional Biologi, 7(1), 88–92.
Putra, A., Kumala, I., Ramadhan, M. A., Mutiara, C., & Bauty, M. A. A. (2018). Perbandingan
Perhitungan Numeric Rating Scale pada Pasien Osteoartritis Sendi Lutut Pre dan Post Total Knee
Replacement di RS . Urip Sumoharjo Kota Bandar Lampung Tahun 2015-2016. Journal Kesehatan
Universitas Malahayati, 2(2), 68–76.
Richard, S. D., Ariyanto, H., & Setiawan, H. (2022). Implementation of evidence-based nursing for
expelling sputum in Tuberculosis patients with chest physiotherapy and effective coughing
exercises: a case study. International Journal of Nursing and Health Services (IJNHS), 5(3), 259–
266. https://doi.org/10.35654/ijnhs.v5i3.596
Sulistyaningsih, S., & Putri, A. R. H. (2020). Myofascial Release Menurunkan Nyeri dan Meningkatkan
Fungsional Leher Myofascial Pain Syndrome Otot Upper Trapezius. Jurnal Keterapian Fisik, 5(2),
122–131. https://doi.org/10.37341/jkf.v5i2.231
Tahir, R., Sry Ayu Imalia, D., & Muhsinah, S. (2019). Fisioterapi Dada dan Batuk Efektif sebagai
Penatalaksanaan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas pada Pasien TB Paru di RSUD Kota
Kendari. Health Information : Jurnal Penelitian, 11(1), 20–25.
https://doi.org/10.36990/hijp.v11i1.87