Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH BATUK EFEKTIF TERHADAP PENURUNAN PRODUKSI

SPUTUM PADA PASIEN TB DI POLI TB RAWAT JALAN RSUD BAJAWA

OLEH :

TERESIA REDES

PO5303209231416

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG JURUSAN

KEPERAWATAN PRODI PENDIDIKAN RPL D IV


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tuberculosis ( TB ) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh


Mycobacterium tuburcolosis yang dapat menyerang paru, tetapi juga dapat mengenai
berbagai organ lainnya ( Kemenkes RI,2019 ) dimana bakteri ini mudah hidup di daerah
yang lembab dan gampang tertular Bersama dengan droplet nuclei ( percikan dahak )
yang dikeluarkan bersamaan dengan batuk dari penderita TBC ( Gunawan dkk,2017 ).
Bakteri ini pada umumnya menyerang organ paru – paru , tetapi tak jarang juga
menyerang organ lain misalnya kelenjar getah bening, kulit saluran pencernaan ( usus ),
selaput otak dan lainnya.
TB diperkirakan sudah ada didunia sejak 5000 tahun sebelum masehi, namun
kemajuan dalam penemuan dan pengendalian penyakit TB baru tetrjadi dalam dua abad
terakhir ( Kemenkes RI,2016).pada tanggal 2 Maret 1882 merupakan hari saat Robert
Koch mengumumkan bahwa dia telah menemukan bakteri penyebab tuberkolosis
( TBC ) yang kemudian membuka jalan menuju diagnosis dan penyembuhan dan
penyembuhan penyakit ini ( Kemenkes,2018 ).
World Health Organization ( who ) telah merilis laporan tentang tuberkolosis ( TBC
) skala global tahun 2021 termasuk didalamnya laporan tentang keadaan TBC di
Indonesia dalam dokumen Global Tubercolosis Report 2022. Dalam laporannya,
pandemic Covid 2019 masoh menjadi salah satu factor penyebab terganggunya capaian.
Terutama pada penemuan kasus dan diagnosis, akses perawatan hingga pengobatan
TBC. Pada tahun 2021 TBC sebagai penyakit menular paling mematikan pada urutan
kedua didunia setelah Covid-19. Dan berada pada urutan ke 13 sebagai factor penyebab
utama kematian di seluruh dunia. WHO melaporkan bahwa estimasi jumlah orang
terdiagnosis TBC tahun 2021 secara global sebanyak 10,6 juta kasus atau naik sekita
600.000 kasus dari tahun 2020 yang diperkirakan 10 juta kasus. Dari 10,6 juta terdapat
6,4 juta ( 60,3%) orang yang telah dilaporkan dan menjalani pengobatan dan 4,2 ( 39,7
%), lainnya belum ditemukan/ didiagnosis dan dilaporkan. Kematian akibat TBC secara
keseluruhan juga terbilang sangat tinggi, setidaknya 1,6 juta orang meninggal karena
TBC. Angka ini naik dari tahun sebelumnya yakni sekitar 1,3 juta orang.
Indonesia berada pada posisi ke2 dengan jumlah penderita TBC terbanyak di dunia.
Seteah India, diikuti China, Filipina,Pakistan,Nigeria, Bangladesh dan Republik
Demokratik Kongo secara berurutan. Pada tahun 2020 Indonesia berada pada posisi
ketiga dengan beban kasus terbanyak, sehingga tahun 2021 jelas lebih tidak baik. Kasus
TBC di Indonesia sebanyak 969.000 kasus TBC. Angka ini naik 17% dari tahun 2020,
yaitu sebanyak 824.000 kasus. Angka kematian akibat TBC di Indonesia mencapai
150.000 kasus, naik 60% dari tahun 2020 yang sebanyak 93.000 kasus kematian akibat
TBC.
Profil Kesehatan Indonesia tahun 2020 menunjukan propinsi Nusa Tenggara Timu
( NTT) masih didominasi penyakit infeksi menular, dimana kasus TB ada urutan 15
dengan data kasus adalah 6.746 kasus. Di kabupaten Ngada jumlah penderita TBC
mengalami peningkatan dari tahun 2020 sebanyak 112 orang, 2021 106 orang, 2022
sebnayak 119 orang. ( BPS NTT, 2023). Data pasien TBC di poliklinik RSUD Bajawa 3
tahun terakhir belum menunjukan penurunan yang signifikan. Jumlah kunjungan tahun
2020 sebanyak 78, tahun 2021 sebanyak 48 dan tahun 2022 naik menjadi 74 pasien.
Batuk efektif merupakan suatu metode batuk dimana klien dapat
mengeluarkan energi dan mengeluarkan dahak secara maksimal. Adapun manfaat
dari batuk efektif antara lain memperbaiki fungsi pernafasan, memperbaiki
ketahanan dan kekuatan otot pernapasan, mencegah pengempisan paru,
memperbaiki pola napas yang tidak efisien, serta meningkatkan relaksasi dalam
(Marliany et al., 2021).
Untuk pencegahan tuberkulosis,berbagai upaya harus terus dilakukan agar
dapat memutus rantai penularan, menegakkan diagnosis cepat, mengendalikan
infeksi dengan baik, dan pengobatan yang efektif merupakan hal yang sangat
penting dalam memberantas TBC di masyarakat. Secara umum diasumsikan bahwa
bila masyarakat mengetahui dan paham penyakit TBC ini maka masyarakat dapat
secara mandiri mencegah penularan penyakit TBC. Namun, kenyataan
menunjukkan bahwa individu ketika melakukan sesuatu umumnya tidak selalu
memiliki pengetahuan yang cukup atau sikap positif dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga pengetahuan sangat diperlukan dalam merubah perilaku (Puspitasari
R, et al., 2018)
Pada penderita dengan tuberculosis paru secret yang dikeluarkan terus menerus
menyebabkan batuk menjadi lebih dalam dan sangat mengganggu penderita pada waktu
siang maupun malam hari, secret ini dapat dikeluarkan dengan maksimal melalui cara
batuk efektif, namun kenyataannya banyak penderita Tuberkulosis paru batuk dengan
cara inefisien dan membahayakan. Batuk dengan cara ini akan menimbulkan reaksi
rangsang batuk yang terus menerus. Tekanan di paru-paru meninggi sekali sehingga
dapat menimbulkan cedera pada struktur paru-paru yang halus, tenggorokan dan pita
suara bengkak, suaranya menjadi serak, gatal serta muka menjadi merah.
Batuk tidak lain adalah suatu refleks defensif belaka, untuk membersihkan saluran
pernafasan dari secret berupa mucus, bahan nekrotik, benda asing. Refleks ini bisa pula
ditimbulkan oleh berbagai rangsangan pada mukosa saluran pernafasan (Danusantoso,
2016). Tertimbunnya secret disaluran pernafasan bawah dapat menambah batuk semakin
keras karena secret menyumbat saluran nafas, sehingga cara lain untuk mengeluarkan
secret yang tertimbun tersebut dengan upaya batuk efektif. Latihan batuk efektif adalah
aktivitas perawat untuk membersihkan sekresi pada jalan nafas, yang berfungsi untuk
meningkatkan mobilisasi sekresi dan mencegah risiko tinggi retensi sekresi (Muttaqin,
2008).
Ada beberapa penelitian tentang batuk efektif pada pasien TB, pertama penelitian
yang dilakukan oleh Pranowo (2009), menunjukkan adanya efektifitas batuk efektif
dalam pengeluaran sputum untuk penemuan BTA pasien TB Paru di ruang rawat inap RS
Mardi Rahayu Kudus. Kedua penelitian yang dilakukan oleh Susilowati (2008)
menunjukkan ada pengaruh teknik batuk efektif terhadap pengeluaran secret pada pasien
TB Paru di Poli Paru RSUD Pare Kediri. Efektifitas latihan batuk efektif pada pasien
dengan sputum didukung juga oleh Widyastuti & Yusnaini (2019) dengan jumlah
sampel 24 responden. Diperoleh hasil penelitian sebesar 13 responden
(54,2%) tidak dapat mengeluarkan sputum sebelum dilatih batuk efektif, dan 19
responden (79,2%) dapat mengeluarkan sputum setelah dilatih batuk efektif.
Pasien yang melakukan batuk efektif dengan benar dapat menghemat
energi sehingga tidak mudah lelah dan dahak dapat dikeluarkan secara maksimal
dan dianjurkan satu hari sebelum pemeriksaan sputum pasien dianjurkan minum
kurang lebih 2 liter untuk mempermudah pengeluaran sputum. Terdapat hasil yang
berbeda sibebabkan oleh pendidikan rendah yang mengakibatkan pengetahuan yang
kurang sehingga kurang tahu cara melakukan batuk efektif, kemudian usia juga
menjadi faktor yang mempermudah mengajarkan batuk efektif.

Berdasarkan hasil penelitian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang”Pengaruh Batuk Efektif Terhadap Penurunan Produksi Sputum Pada Pasien TB

Di Poli TB Rawat Jalan RSUD Bajawa”.


DAFTAR PUSTAKA

Yanti, B. (2021). Penyuluhan Pencegahan Penyakit Tuberkulosis (Tbc) Era New


Normal. Martabe : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(1), 325.
https://doi.org/10.31604/jpm.v4i1.325-332

Bayyinah.Yeni.(2014). Batuk Efektif. Diperoleh tanggal 25 Juli 2018 dari

https://www.kompasiana.com/batuk-efektif

Kristanti, E. E., & Nugroho, Y. A. (2011). Batuk Efektif Dalam Pengeluaran Dahak
Pada Pasien Dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Di Instalasi Rehabilitasi
Medik Rumah Sakit Baptis Kediri.Jurnal Penelitian STIKES Kediri,4(2).

WHO Global Tubercolosis Report 2022.Diakses tanggal 10 November 2023 jam 15.00

LINK JURNAL

C:\Users\HP\Downloads\JURNAL BATUK EFEKTIF UT TB

Anda mungkin juga menyukai