Dosen Pengampu :
Oleh : Kelompok 3
FAKULTAS KEPERAWATAN
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya atas
kemudahan bagi kami selaku penyusun untuk dapat menyelesaikan projek makalah
Pendidikan kesehatan ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini
ialah untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Keperawatan Komunitas I. Selain itu makalah
ini juga bertujuan untuk mahasiswa agar mengetahui lebih jauh dari materi “Pelayanan
Kesehatan Primer Pada Pasien TB Paru di Puskesmas” yang diberikan oleh dosen pengampu
yaitu Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan untuk kesempurnaan
makalah ini. Mengenai penjelasan lebih lanjut kami memaparkannya dalam bagian
pembahasan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Tuberkulosis Paru (TB Paru) merupakan salah satu jenis penyakit generatif yang telah
berjangkit dalam periode waktu lama di tengah-tengah masyarakat Indonesia, yang
menyerang kelompok usia produktif maupun anak-anak dan merupakan penyakit menular
pembunuh nomor satu (Depkes RI, 2007). Indonesia merupakan salah satu negara dengan
tingkat penderita TB paru yang sangat tinggi yang menempati urutan ketiga setelah
negara Cina dan India (Depkes RI, 2007).
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
mycobacterium tuberculosis, yang menyerang organ paru-paru dan juga menyerang organ
lain. Berdasarkan data WHO tahun 2016 terdapat 6,3 juta kasus baru tuberkulosis setara
dengan 61% dari perkiraan kejadian 10,4 juta. Terdapat 1,4 juta kematian ditambah 0,4
juta kematian akibat tuberkulosis pada orang yang dengan positif HIV (WHO, 2017).
Walaupun setiap orang dapat mengidap TBC, penyakit tersebut berkembang pesat pada
orang yang hidup dalam kemiskinan, kelompok terpinggirkan, dan populasi rentan
lainnya. Kepadatan penduduk di Indonesia sebesar 136,9 per 2 km dengan jumlah
penduduk miskin pada September 2017 sebesar 10,12% (Susenas, 2017).
Menurut Notoatmodjo (2003) pendidikan kesehatan adalah suatu upaya
menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok, individu agar
memperoleh pengetahuan kesehatan yang lebih baik.
1.2 Patofisiologi TB
Apabila seseorang terpejan bakteri M. tuberculosis secara inhalasi, maka focus Ghon
akan mulai berkembang dalam bentuk suatu lesi subpleura. Kompleks primer terjadi bila
infeksi menyebar hingga ke kalenjar limfe hilus dan mediastinum. Inflamasi akan terjadi
pada kelenjar sehingga kelenjar mengalami pembengkakan hingga perkijuan. Infeksi ini
dapat sembuh secara spontan dalam jangka waktu 1-2 bulan. Pada kasus lainnya, infeksi
dapat menyebar menjadi kompleks primer hingga ke bronkus, menyebabkan efusi pleura
dan menyebabkan lesi diseminata melalui darah. Beberapa kasus lanjutan, penyakit
inidapat berkembang menjadi TBC meningeal dan milier. Bakteri TBC juga dapat
menjadi dorman di dalam tulang hingga ginjal dan menyebabkan penyakit primer di kulit,
usus dan tonsil. Bakteri dorman ini dapat menyebabkan infeksi yang lebih serius jika
mengalami reaktivasi di masa mendatang (Mandal dkk, 2008).
1.3 Etiologi TB
Penyebab tuberculosis adalah Mycobacterium tuberculosis. Basil ini tidak berspora
sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari dan sinar ultraviolet. Ada dua
macam mycobacterium tuberculosis tipe human dan tipe bovin. Basil tipe bovin berada
dalam susu sapi yang menderita mastitis tuberculosis usus. Basil tipe human bisa berada
dibercak ludah (droplet) dan diudara yang berasal dari penderita TBC, dan orang yang
terkena rentan terinfeksi bila menghirupnya. Setelah organisme terinhalasi, dan masuk
paru-paru bakteri dapat bertahan hidup dan menyebar kenodus limfatikus local.
Penyebaran melalui aliran darah ini dapat menyebabkan Tb pada orang lain, dimana
infeksi laten dapat bertahan sampai bertahun-tahun.
1.4 Manifestasi Klinis TB
Manifestasi klinis yang dapat muncul pada penderita TBC antara lain :
Lelah
Kelemahan
penurunan berat badan
demam, batuk berdarah
sesak napas
nyeri dada, dan
keluhan berkeringat pada malam hari.
Sedangkan pada pemeriksaan fisik kadang tidak menunjukkan tanda yang spesifik
terhadap pasien TBC. Pemeriksaan penunjang yang biasa digunakan untuk
mendeteksi TBC adalah foto rontgen dada. Pemeriksaan rontgen dada ini dapat
menunjukkan adanya infiltrat pada paru Namun standar emas untuk mendiagnosis
TBC adalah dengan melakukan kultur pada sputum pasien.
1.5 Pelayanan Kesehatan Primer Pada Pasien TBC di Puskesmas Glugur Kota Medan
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Glugur Darat, Jl. Pendidikan No. 8 Glugur
Darat I, Kecamatan Medan Timur Kota Medan, Sumatera Utara 20238. Waktu penelitian
dilakukan pada tanggal 27 Juni sampai dengan 02 Juli 2019. Pengumpulan data pasien TB
dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara terhadap informan yang dijadikan
narasumber penelitian.
Hasil wawancara mendalam tentang sarana dan prasarana dalam program
penanggulangan TB di Puskesmas Glugur Darat diperoleh informasi dari Ibu Kepala
Puskesmas bahwa pihak Puskesmas sudah cukup menyediakan pot dahak, pemberian
makanan tambahan untuk pasien TB, pelayanan bentuk biaya untuk pasien non BPJS
dengan menunjukkan KTP, dan menerima pelayanan untuk pasien luar kota
Penemuan kasus dalam program penanggulangan TB di Puskesmas Glugur Darat
diperoleh informasi melalui wawancara mendalam tentang TB mangkir, yaitu mendata
pasien TB dan mengkonfirmasi untuk selalu datang untuk melakukan pengobatan agar
tidak sampai putus obat.
Jika menemukan kasus TB, pihak Puskesmas pertama kali akan memberikan pot
dahak dan bawa ke Puskesmas. Jika terdeteksi TB maka akan diberikan pelayanan
pengobatan TB. Hasil wawancara mendalam tentang pemberian OAT diawasi secara
langsung dalam program penanggulangan TB di Puskesmas Glugur Darat diperoleh
informasi: Pemberian OAT. Diawasi secara langsung penderita TB dalam mencapai
kesembuhannya sangat membutuhkan dukungan dari berbagai pihak terkait. Diantaranya
adalah dukungan dari pihak keluarga untuk mengiangatkan dan mengawasi penderita
dalam meminum obat atau yang lebih dikenal dengan Pengawas Menelan Obat (PMO).
Selain memberikan dukungan dan semangat kepada penderita juga mengingatkan
penderita untuk periksa ulang dahak ada waktu yang telah ditentukan. Pengobatan dengan
paduan OAT jangka pendek melalui pengawasan langsung oleh PMO untuk menjamin
keteraturan meminum obat merupakan salah satu komponen DOTS yang sangat penting.
Menurut Kemenkes RI Tahun 2014 sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan seperti
bidan di desa, perawat, pekarya, sanitarian, juru imunisasi dan lain-lain. Namun bila tidak
ada petugas kesehatan yang memungkinkan, PMO dapat berasal dari kader kesehatan,
guru, tokoh masyarakat atau anggota keluarga (Siregar et al., 2018).
Hasil wawancara mendalam tentang pencatatan dan pelaporan dalam program
penanggulangan TB di Puskesmas Glugur Darat diperoleh informasi bahwasanya ada
banyak bentuk pencatatan untuk program TB, seperti triwulan, bulanan, dan komputer
STT dI HP. Setelah itu pihak puskesmas akan mengirim data pasien TB ke dinas untuk
melakukan pengobatan dengan syarat pasien memiliki kartu kontrol untuk pengobatan
TB.
Program S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan USU
Evaluasi Tugas Projek Kelompok
Keperawatan Komunitas
Jumlah
(…………………………..)
Daftar Pustaka
MLA Pratama, Muchti Yuda, Fitriani Pramita Gurning, and Suharto Suharto.
“Implementasi Penanggulangan Tuberkulosis di Puskesmas Glugur Darat Kota
Medan.”
ISO 690 PRATAMA, Muchti Yuda; GURNING, Fitriani Pramita; SUHARTO, Suharto.
Implementasi Penanggulangan Tuberkulosis di Puskesmas Glugur Darat Kota Medan.