Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. F.D


DENGAN MASALAH TUBERKOLOSIS

OLEH

NAMA : Marlendang Fanggidae


NIM : 63102821
PRODI : Profesi Ners
STASE : Keperawatan Komunitas

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA KUPANG

PRODI PROFESI NERS

2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit tuberkulosis paru hingga sekarang masih menjadi suatu sumber masalah

bagi kesehatan, menjadi ancaman serius dikalangan masyarakat diseluruh dunia.

Pengendalian dari penyakit tuberkulosis dapat diperburuk dengan meningkatnya penyakit

yang mampu menurunkan imunitas tubuh manusia seperti HIV dan DM, kurangnya status

gizi dan juga meningkatnya penularan diusia anak-anak hingga usia produktif dan terjadinya

resistensi terhadap obat tuberkulosis (Multi Drug Resistance). Kemiskinan dan kurangnya

pengetahuan mengenai gejala serta penularan berbagai macam penyakit juga dianggap

faktor penting yang dapat meningkatkan resiko dari paparan penyakit seperti tuberkulosis

(Rathauser et al, 2019).

Pada kasus tuberkulosis paru masalah yang sering muncul salah satunya bersihan

jalan napas tidak efektif Masalah bersihan jalan napas tidak efektif karena disebabkan oleh

penumpukan sekret. Sekret tersebut akan terkumpul pada jalan nafas pasien saat penderita

tuberkulosis tidur dan akumulasi sekret yang terus menerus dapat menyebabkan

penyempitan jalan nafas sehingga timbul permasalahan keperawatan bersihan jalan napas

tidak efektif

Menurut World Health Association (2019) menyatakan bahwa ada 10.000.000 orang

sudah terkena Tuberkulosis parudi tahun 2018 dan ada 1.500.000 orang diantaranya sudah

dinyatakan meninggal dunia. Indonesia berada diperingkat kedua dari negara dengan kasus

orang menderita tuberkulosis paling banyak sedunia (WHO, 2019). Kasus tuberkulosis

ditemukan kurang lebih sebanyak 330.910 hanya dalam waktu satu tahun di Indonesia,

World Health Organiation


. Pada tahun 2019, terdapat 1 juta anak-anak diseluruh dunia mengalami tuberkulosis dan
250.000 anak meninggal karena tuberkulosis. Lima Negara dengan
dimana insiden kasus tertinggi yaitu India, Indonesia, China, Philipina, Pakistan.
Jumlah kasus baru tuberkulosis paru di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun
2018 (data per 17 Mei 2018). Berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus baru
tuberkulosis paru 2017 pada laki-laki 1,4 kali lebih besar dibandingkan pada
perempuan, bahkan berdasarkan survey prevalensi tuberculosis prevalensi pada laki-laki
3 kali lebih tinggi dibandingkn perempuan. Penderita tuberculosis di Puskesmas
Naibonat pada tahun 2019 adalah 76 orang. Pada tahun 2020 dari bulan Januari sampai
bulan Juni 2020 adalah 61 orang. Pasien penderita tuberkulosis warga eks tim tim
sebanyak 33 orang. Hasil survei awal menunjukan masih ada keluarga yang sudah
mengetahui bawah anggota kelurganya menderita tuberkulosis paru namun keluarga
tidak menjaga jarak antara penderita dengan anggota keluarga lain sehingga dalam satu
keluarga bisa terdapat 2-3 orang anggota keluarga yang menderita penyakit tuberkulosis
paru. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku penularan
tuberkulosis dalam keluarga pada pasien tuberkulosis dan keluarga eks tim-tim di
Wilayah Naibonat Kabupaten Kupang.
Asal mula kuman mycobacterium-tuberculosis menular lewat percikan air liur ketika

berbicara, batuk-batuk, bersin, kemudian basil mycobacterium tuberculosis tersebut

berterbangan melalui udara dan masuk kedalam suatu jaringan paru-paru orang sehat

melalui jalan nafas (droplet infection) hingga alveolus. Basil tubercle mencapai permukaan

alveolus ini membiasa proses dari inhalasi dan juga terdapat 1-3 unit basil, hal tersebut

dapat merangsang peningkatan sekresi (Rathauser et al, 2019). Ketidak upayaan

pasien dalam memobilisasikan sekresi yang mengakibatkan menumpuknya suatu secret.

Normal suatu secret pada jalan pernafasan akan bisa diberhentikan dengan merubah posisi

seperti batuk efektif. Pada saat pasien imobilise secret yang terkumpul dijalan nafas akibat

gaya tarik bumi dapat mengganggu proses dari disfusi O2 dan CO2 didalam alveoli. Dan

upaya batuk efektif guna mengeluarkan secret juga bisa terhambat karena tonus otot-otot

pernafasan yang melemah, hal tersebut menyebabkan permasalahan yaitu bersihan jalan

nafas. Bersihan jalan napas tidak efektif merupakan ketidakmampuan untuk membersihkan

sekresi atau dengan cara obstruksi dari saluran pernafasan untuk mempertahankan

kebersihan pada jalan nafas (NANDA, 2018).


Penatalaksanaan dari tuberkulosis itu sendiri dapat dibagi menjadi penatalaksanaan

medis dan keperawatan. WHO berhasil menimbulkan strategi upaya penanggulangan

terkait

penyakit tuberkulosis yaitu berupa DOTS (Direct Observed Treatment Short). DOTS

berfokus sebagai alat penemu dan pengobatan penyakit tuberkulosis, prioritas hanya

diberikan untuk klien tuberkulosis tipe menular. Strategi DOTS berupaya memutus rantai

suatu penularan penyakit tuberkulosis paru dan menurunkan insidensi tuberkulosis paru

didalam masyarakat. Menemukan kemudian menyembuhkan klien tuberkulosis terlebih

dahulu adalah cara unggul sebagai upaya pencegahan penularan penyakit tuberkulosis paru.

(World Health Organization, 2019).

Penanggulangan tuberkulosis dengan strategi DOTS didalam puskesmas sudah

terdiri dari input seperti: manusia, program, dana, dan material. Sedangkan proses seperti:

rancangan, sekelompok, pergerakan, dan pengawasan (Inayah & Wahyono, 2018).

Penatalaksanaan intervensi keperawatan pada klien dengan diagnosa keperawatan

ketidakefektifan bersihan jalan nafas dapat dilakukan dengan teknik latihan nafas dalam dan

batuk efektif. Teknik latihan nafas dalam berpengaruh terhadap konsentrasi O2 darah

diperifer. Berdasarkan hasil penelitian Aminah & Novitasari (2019), telah didapatkan hasil

terdapat pengaruh laen latihan nafas dalam terhadap konsentrasi oksigen darah di perifer

pada penderita tuberkulosis paru (Aminah & Novitasari, 2019). Kegiatan perawat lain

dalam melewati masalah bersihan jalan napas jalan nafas adalah dengan cara batuk efektif.

Batuk efektif mampu menghemat energi sehingga pasien tidak cepat lelah dan mampu

mengeluarkan sekret dengan maksimal perawat menganjurkan pasien agar mengeluarkan

secret satu hari sebelum pemeriksaan, namun klien juga perlu didorong agar minum ±2liter

guna mempermudah pengeluaran secret (Widiastuti & Siagian, 2019).


Tujuan penanganan penyakit tuberkulosis paru dalam waktu lama sebagai

penurunan angka sakit dan mati yang akibat dari penyakit tuberkulosis. Penanggulangan

dilakukan dengan cara memberikan asuhan keperawatan yang efektif sesuai diagnosa

keperawatan pasien. Harapannya tidak terulang menjadi faktor kesehatan bagi pasien.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis melakukan upaya pelayanan kesehatan

dengan memberikan asuhan keperawatan pada Tn. F.D dengan masalah Tubercolosis

1.2Tujuan

1.2.1 Tujuan Khusus

Untuk memberikan gambaran pengkajian asuhan keperawatan pada klien dengan

Tubercolosis pada Tn. F.D dengan mengaplikasikan Pengawas Menelan Obat di Dusun 2

RT 18 Desa Manusak.

1.1.1 Tujuan Umum

Menggambarkan Asuhan keperawatan kepada Tn. F.D dengan penyakit Tubercolosis dengan

menggunakan jenis terapi latihan batuk efektif

1. Menggambarkan Hasil Pengkajian Keperawatan Kepada Tn. F.D Dengan Masalah

Tuberkolosis

2. Menggambarkan Diagnosa Keperawatan Kepada Tn. F.D Dengan Masalah Tubercolosis

3. Menggambarkan Pelaksanaan Keperawatan Sesuai Perencanaan Kepada Tn. F.D Dengan

Masalah Tubercolosis

4. Menggambarkan Tentang Evaluasi Keperawatan Kepada Tn. F.D Dengan Masalah

Tubercolosis

5. Menganalisis Pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada kasus denga kelolaan berdasarkan

penerapan Evidance Based Nursing


1.2 Manfaat penulisan

1. Mahasiswa

Hasil Karya Ilmiah Akhir Ners ini dapat menjadi bahan bacaan bagi semua mahasiswa,

serta menambah wawasan ilmu dan pengalaman penulis, serta sebagai sayrat untuk

mendapatkan gelar Ners

2. Lahan praktek

Memberikan informasi tentang Tuberkolosis sehingga dapat melakukan upaya

pengobatan pada Tuberkolosis

3. Bagi Institusi pendidikan

Hasil karya ilmiah ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan diperpustakaan institusi

pendidikan

4. Bagi profesi keperawatan

Hasil karya Ilmiah Ners ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi puskesmas

terhadap pelayanan keperawatan dengan memberikan gambaran dan menjadikan acuan

dalam melakukan Asuhan keperawatan keluarga dengan kasus Tuberkolosis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep Penyakit Tuberkolosis
2.3.1 Pengertian

Tuberkulosis paru (TBC) yaitu suatu penyakit infeksius menyerang organ parenkim pada paru

(Brunner & Suddarth, 2016). Tuberkulosis paru yaitu penyakit pada paru-paru yang diserang

oleh penyakit infeksius biasa ditandai adanya pembentukan granuloma yang menyebabkan

terjadinya nekrosis pada jaringan dan sifatnya menahun dan juga menular dari sipenderita TBC

keorang lain melalui percikan ludah.(Angelina, 2016).

Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular secara langsung penyebabnya kuman

mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar bakteri tuberkulosis menyerang paru- paru, tetapi

juga dapat mengenai organ-organ tubuh lainnya (Margareth TH, 2015).

Tuberkulosis paru (TBC) merupakan bakteri berupa batang yang tahan asamalkohol

(acidalcoholfastbacillus /AAFB) Mycobacterium tuberkulosisyang utama menembus paru, usus,

dan juga kelenjar getah bening.(Sutanto & Fitriani, 2017).

Penyakit tuberkulosis paru yaitu suatu penyakit dari basil kecil tahan terhadap asam dinamakan

mycobacterium tuberculosis yang dapat menular melalui bersin batuk air ludah dari penderita

tuberkulosis keorang yang dinyatakan sehat.

2.3.2.Etiologi

Tuberkulosis disebabkan oleh bakteri dinamakan Mycobacterium Tuberculosis, Jenis bakteri ini
berbentuk seperti batang amat kecil panjang ukuran 1-4 /um dan tebalnya 0,3-0,6/um (Guyton &
Hall, 2016). Mycobacterium Tuberculosis termasuk bakteri sifatnya aerob kemudian kuman
tersebut menyerang jaringan yang mempunyai konsentrasi tinggi terhadap oksigen termasuk
paru-paru. Tuberkulosis paru merampak parenkim paru melalui droplet batuk, bersin dan pada
saat berbicara kemudian berterbangan melalui udara dari penderita ke orang lain. Kuman
Mycobacterium Tuberculosis berupa batang, dan bersifat mampu bertahan terhadap pewarnaan
atau asam, maka dari itu dinamakan basil tahan asam atau disingkat (BTA) (Angelina, 2016).
Mycobacterium Tuberculosissangat rentan terkena paparan sinar matahari secara langsung, tetapi

mycobacterium tuberculosis mampu hidup bertahan diruang gelap dan lembab hingga beberapa

jam. Pada jaringan tubuh bakteri tuberkulosis dapat melakukan dorman atau inaktif (penderita
tertidurnya lama) hingga beberapa tahun lamanya. Penyebaran dari Mycobacterium Tuberculosis

dapat melewati droplet hingga nukles, kuman tuberkulosis dihirup oleh orang dari udara

kemudian menginfeksi organ tubuhnya terutama paru-paru. Diperkirakan, satu penderita

tuberkulosis paru dengan BTA positif yang tidak diobati dapat 10-15 orang tertular disetiap

tahunya (Brunner & Suddarth, 2016).

2.3.3.Klasifikasi

Klasifikasi dari penyakit tuberkulosis paru, diantaranya adalah sebagai berikut (Angelina, 2016):

1. Kategorisasi menurut organ fisik yang mungkin terinfeksi :

a. Tuberkulosis Paru-paru.

Tuberkulosis pada paru merupakan sumber penyakit penyerang jaringan parenkim paru. Bukan

termasuk pleura dan kelenjar didalam hilar.

b. Tuberkulosis Ekstra Paru-paru.

Tuberkulosis yang menyerang organ fisik selain paru, seperti parietal, selaput dalam otak,

pericardium, tulang atau alat gerak, kulit, usus, ginjal, saluran air seni, alat reproduksi, dan

lainnya.

2. Kategorisasidari hasil laboratorium sputum dahak mikroskop penderita

Tuberkulosis Paru

a. TBparu pada BTA hasilnya positif


1) Minimal dua dari tiga sampel secret SPS pada BTA
hasilnya positif.

2) Dari 1 sampel sekret SPS pada BTA hasilnya positif, dan

hasil photo toraks pada dada menentukan adanya

bayangan bakteri tuberkulosis.

3) Dari 1 sampel sekret SPS hasil BTA menunjukkan positif

& perkembang-biakan bakteri tuberkulosis hasilnya

positif.

4) Dari 1/lebih sampel sekret yang hasilnya positif sesudah

tiga spesimen sekret SPS dipemeriksaan sebelum BTA

hasilnya negatif dan tidak menunjukkan perbaikan

sesudah dimasukkan obat antibiotika non OAT.

b. TBparu pada BTA hasilnya negatif

Diagnostik TBparu BTA hasilnya negatif berkriteria seperti berikut:

1) Setidaknya ada tiga spesimen sekret SPS pada BTA


hasilnnya negatif.

2) Hasil photo toraks hasilnya normal tidak terdapat TB


paru.

3) Menunjukan tidak membaik sesudah diberikan


antibiotika non OAT.
4.Dokter mempertimbangkan mengenai pemberian obat

1. KategorisasiTB dari tangga keparahannya

a. Tuberkulosis paru BTA hasilnya negatif dan photo toraks

hasilnya positif terbagi dengan didasari tingkat keparahannya

dari penyakit yang dialami, berat/ringan penyakitnyaa.

Dikatakan akut apabila gambaran hasil photo toraks

menunjukan kerusakan didalam paru menjadi luas (misalproses

dari“far advanced”), atau dikatakan kondisi penderita

memburuk.

b. Tuberkulosis ekstraparu terbagi dengan dasar kenaikan nilai

parah dari penyakit, yaitu:

1) Tuberkulosis ekstra paru ringan, semisal: tuberkulosis

kelenjar limfa, pertulangan tidak termasuk tulang

bagian belakang, persendian, dan kelenjar pada

adrenali.

2) Tuberkulosis ekstra peparu berat, semisal: infectious

disease, milier, perikarditise, peritonitisme, pleuritis-

eksudativa-bilateral, tuberkulosis pada kerangka bagian

belakang, tuberkulosis pada organ usus, tuberkulosis

pada jalan kencing dan alat reproduksi.

2. Kategorisasi menurut riwayat pasien berobat, terbagi atasbebrapa tipe,


yaitu :

a. Pasien Kasus Aktual


Yaitu klien belum merasakan OAT atau telah merasakan OAT minim 4 minggu.

b. Pasien Kasus Kumat-kumatan

Yaitu klien TBC sudah melakukan pengobatan tuberkulosis dan telah dibuktikan sembuh melalui

pemberian obat-obatan lengkap, tetapi didiagnosis lagi menunjukkan BTA hasilnya positif.

a. Kasus pasien sesudah berhenti minum obat(default)

Yaitu klien yang sudah berhenti minum obat2 bulan lebih tetapi pemeriksaan BTA hasilnya

positif.

2.3.4.Patofisiologi

Asal muasal penularan penyakit penderita tuberkulosis paru diuji BTA paru hasilnya positif.

Disaat penderita batukatau bersin, bakteri berterbangan keudara dalam bentuk basil berasal dari

percikan dahak. Penderita tuberkulosis bersin sekaligus batuk mampu memproduksi berkisar tiga

ribu basil percikan doplet dahak. Secara umum penularan TB dalam ruangan terbuka terjadi

dalam waktu panjang. Karena terdapat adanya sirkulasi udara dapat mengurangi jumlah percikan

ludah, sementara panas cahaya matahari mampu membunuh kuman mycobacterium tuberculosis.

(Guyton & Hall, 2016).

Kuman mycobacterium tuberculosis yang keluar melalui percikan ludah hanya mampu bertahan

beberapa jam saja dikeadaan yang gelap dan lembab. Daya penularan penyakit dapat

diperhentikan berdasarkan banyaknya bakteri dari paru. Derajat kepositifan makin tinggi hasil

pemeriksaan dahak, makin menularlah pengidap tersebut. Penyebab orang terpapar bakteri

mycobacterium tuberculosis ditentukan oleh banyaknya jumlah percikan diudara dan lamanya

orang menghirup udara tersebut (Brunner & Suddarth, 2016).


Virus masuk pada jaringan alveolus melalui saluran pernafasan. Basil tersebut dapat

membangkitkan reaksi peradangan secara langsung. Bakteri tidak membunuh dinamakan

Leukosit memfagosit, leukosit tergantikan oleh makrofag setelah hari pertama. Alveolus yang

sudah terinfeksi akan mengalami konsolidasi. Kemudian makrofag mengadakan infiltrasi dapat

menyatu menjadi sel-sel tuberkel epiteloid. Jaringan kemudian mengalami necrose ceseosa dan

jaringan granulasi akan menjadi fibrosa berlebih kemudian terbentuklah jaringan seperti parutan

kolagenosa, respon peradangan lainnya terjadi melepasnya bahan tuberkel ke-trakeobronkiale

kemudian terjadinya penumpukan sekret. TB sekunder ada apabila bakteri dengan dorman aktif

lagi jika imun penderita menurun (Guyton & Hall, 2016).

Bukti gejala tuberkulosis dibagi 2 (dua) golongan seperti gejala sistemik dan gejala respiratorik

(Inayah & Wahyono, 2018).

2.3.5.Manifestasi klinis

1. Gejala sistemik.

a. Badan Panas

Tuberkulosis paru gejala pertamanya kadang kala muncul suhu meningkat sedikit disiang hingga

disore hari. Badan suhu meningkat menjadi makin tinggi apabila prosess jadi progresif kemudian

penderita merasakan badannya menjadi hangat atau wajahnya panas.

b. Badan Kedinginan/menggigil

Badan merasa dingin terjadi apabila suhu fisik akan naik secara kilat, tetapi tidak ada panas

dengan angka sama dapat menjadi reaksi umum lebih kuat.


c. Peluh dimalam hari

Peluh malam bukan salah satu gejala patognomonis dari penyakit TB paru. Tetapi peluh malam

pada umumnya akan timbul jika proses sudah lanjut, kecuali penderita dengan vasodilation labil,

peluh malam juga bisa muncul lebih awal. tachycardia dan kliyengan hanya muncul apabila

disertai panas.

a. Malaise

Lantaran penyakit Tuberkulosis paru sifatnya radang menahun, maka penderita akan merasakan

badan sakit tidak enak dirasakan, nafsu makan berkurang, pegal linu,badan semakin kurus,

kliyengan, dan gampang capek.

2. Gejala Respiratorik

a. Batuk-batuk

Batuk awal mulai muncul jika proses dari penyakit TBC sudah mengena bronkeolus, selanjutnya

mengakibatkan peradangan bronkeolus, dan batuk menjadi aktif. Kemudian bermanfaat sebagai

pembuang produk pengeluaran dahak yang meradang tersebut.

b. Sekret

Sesuatu yang sifatnya mukoid membuntangi paru-paru dan keluar dengan jumlah sedikit,

kemudian akan menjelma seperti muko purulen berwarna kuning atau hijau sampai purulen

tersebut mengalami perubahan dengan tekstur kental jika secret telah terbentuk menjadi lunak

atau seperti keju.


c. Nyeri pada dada

Nyeri dadakan muncul jika sistem syaraf yang ada dalam parietal sudah mengenai, gejala yang

dirasakan sifatnya domestik.

a. Ronchii

Satu hasil pemeriksaan yang tersiar bunyi tambahan seperti suara gaduh terutama pada saat

penderita ekspirasi disertai adanya sekret pada pernafasan.

2.3.6 Pemeriksaan Penunjang

1.Pengamatan fisik beserta cara anamnesa

1. Cek Lab darah rutin untuk mengetahui LED normal atau terjadi
peningkatan.

2. Test photo thoraks PA&lateral. Hasil photo thoraks ada gambaran


penunjang

designation tuberkulosis, yaitu :

a. Terdapat gambaran lesi yang terletak diarea paru-paru atau

bagian apikal lobus bagian dasar.

b. Terdapat gambaran berawan dan berbintik atau bopeng.

c. Terdapat adanyaa kavisitas satu atau dobel.


d. Terdapat kecacatan pada bilateral, pertama diarea arah paru-
paru.

e. Terdapat adanya suatu kategorisasi.

f. Setelah melakukan photo kembali sebagian minggu

akan datang hasilnya terdapat gambaran masih tampak

menetap.

g. Adanya bayangan milier

3. Pemeriksaan sputum Basil Tahan Asam

Suatu cara untuk memastikan diagnosis tuberkulosis paru, akan tetapi pemeriksaan tidak sensitif
yaitu hanya 30-70% penderita TBC yang terdiagnosis hanya berdasarkan pemeriksaan sputum
BTA.

4. Tes Peroksidase Anti Peroksidase

Cara untuk menguji serologi dari imunoperoksidase dengan memakai alat histogen

imunoperoksidase staning untuk menentukan ada tidaknya IgG bersifat spesifik terhadap suatu

basil Tuberkulosis.

5.Tes mantoux atau tuberkulin

6.Teknik PCR (polymerase chain reaction)

Mendeteksi DNA kuman Mycobacterium Tuberculosis secara spesifik melalui aplifikasi dengan

berbagai tahap sehingga mampu mendeteksi meskipun hanya ada-1 mikro organisme didalam
spesimen. Dan juga dapat mendeteksi adanya retensi adanya TB.

7.Becton Dickinson Diagnostik Instrumen System (BACTEC)

Mendeteksi dengan cara grouth index berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari suatu metabolisme

asam lemak oleh Mycobacterium Tuberculosis.

8.Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELIA)

Mampu mendeteksi respon humoral yang memakai antigen atau anti body yang terjadi. Cara

pelaksanaannya cukup rumit dan antibodynya dapat menetap diwaktu lama sehingga dapat

menimbulkan masalah.(Brunner & Suddarth, 2016).


2.3.7 .Penatalaksanaan
Ada fase metode penyembuhan tuberkulosis yaitu fase mendalam semasa (2 sampai 3 bulan)

dalam fase susulan hingga 4 atau 7 candra. Perpaduan obat yang dipakaiyaitu perpaduan obat

pertama dan pula obat susulan(Guyton & Hall, 2016). Obat pertama yang dipakai dalam terapi

Tuberkulosis Paru celah lain menjadi berikut:

1. Obat rifampisin

Obat rifampisin mampu mengakibatkan air seni/kencing berwarna merah, peluh, air mata, dan

selera. Proses metabolisme yang memproses air seni berwarna merah dan termasuk obat yang

tidak berbahaya. Hal tersebut harus diinfokan kepada pengidap supaya dipahami dan tidak perlu

dikhawatirkan.

Efek samping ringan hanya perlu penyembuhan sistematis ialah :

a. Syndrome influenza seperti panas kedinginan bahkan nyeri


tulang

b. Syndrome perut dirasakan sepertimulas, mual, taknafsu santap,

muntah, kadang kala berak air.

c. Syndrome kulit dirasakan seperti terasa renyem dan kebiraman.

2. Isoniazid(INH)

Dosis yang diberikan untuk obat INH adalah 5 mg/kg berat badan, maximal 300mg, 10 mg/kg

berat badan 3x/seminggunya, 15 mg/kgBB 2x/1 minggu atau (300 mg/hari untuk orang cukup

umur. lntermiten : 600 mg/kali).

Efek samping ringan muncul tanda terjadi keracunan syaraf tepi,kesemutan, rasa terbakar di kaki

dan nyeriotot. Efek sampingnya bisa dikurangi dengan pemberian piridoksin dengan dosis
100mg/hari dengan vitamin Bkompleks. Pada suasana tersebut penyembuhan bisa dijalankan.

Abnormalitas lain ialah menyamai syndrom pelagra

Efek samping berat bisa berupa hepatitis yang mungkin muncul kurang lebihnya0,5% pengidap.

Jika terjadi hepatitis dampak obat, Hentikan OAT dan penyembuhan sinkron dengan arahan

tuberkulosis pada suasana privat.

1. Pirazinamid

Obat ini digunakan pada saat faseintensif 25mg/kg berat badan, 35mg/kg berat badan

3x/semingggunya, 50 mg/kg berat badan 2 x/satu mingggu atau: berat badan lebih 60 kg :1500

mg, berat badan 40-60 kg

:1000mg, berat badan kurang 40kg :750mg

Efek samping pertamanya hepatitis dampak obat jika penatalaksanaan menurutarahan

tuberkulosis disuasana privat.Nyeri persendian dirasakanbisa diberikan aspirin dan kadang kala

dapat mengakibatkan serbuan arthritis Gout, hal itu barang kali diakibatkan oleh terbatasnya

ekskresi dan pengumpulan asam urat. Kadang kala timbul reaksi seperti: panas dingin, meluah,

kemerahandan reaksi kulit yang lain.

2. Streptomisin

Pada obat streptomisin ini diberikan dosis 15mg/kg berat badan /(BB lebih 60kg sampai 1000mg,

BBnya 40-60kg=750mg, BB kurang 40kg =sesuai berat badan). Efek samping yang pertama

dapat terjadi keburukan pada syaraf kedelapan yang berangkaian pada kesepadanan dan

pendengaran. Efek lainya ini akan melonjak seiring dengan tingkat dosis yang digunakan dan

berdasarkan usia pengidap.


3. Etambutol

Untuk obat ini diberikan fase intensif dengan dosis 20mg/kg BB, fase lanjut 15 mg/kg berat

badan, 30mg/kg berat badan 3x/seminggunya, 45 mg/kg berat badan 2x/seminggu atau : (BB

lebih60kg :1500 mg, berat badan 40-60 kg

:1000mg, berat badan kurang 40 kg :750 mg, Dosis intermiten 40 mg/kg BB/ kali).

Etambutol juga mengakibatkan terganggunya pandangan berupa kurangnya ketajaman

penglihatan, buta warna untuk warna merah dan hijau. Meskipun demikian keracunan okuler

tersebut tergantung dosis yang digunakan, ronggang terjadi bila dosisnya 15-25mg/kg BB perhari

atau 30 mg/kg BB diberikan 3 x/seminggu. Gangguan pendangan bisa normal lagi setelah

seputar minggu obat diperhentikan. Dianjurkan etambutol tak dikasihkan untuk anak-anak akibat

risiko keburukan okuler dan sulit dideteksi (Guyton & Hall, 2016).

1.2Konsep Asuhan Keperawatan

1.1. Konsep Askep

Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam praktek

keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota keluarga pada tatanan komunitas

dengan menggunakan proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan dalam

lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan (WHO, 2014).

Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian yang diberikan melalui praktik

keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah

kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan,

yaitu sebagai berikut (Heniwati, 2008)

1.1.1. Pengkajian Keperawatan


Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan, agar

diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga. Sumber

informasi dari tahapan pengkaajian dapat menggunakan metode wawancara keluarga,

observasi fasilitas rumah, pemeriksaan fisik pada anggota keluarga dan data sekunder.

Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah:

a. Data Umum

Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :


1. Nama kepala keluarga

2. Alamat dan telepon Pekerjaan kepala keluarga

3. Pendidikan kepala keluarga

4. Komposisi keluarga dan genogram

5. Tipe keluarga

6. Suku bangsa

7. Agama

8. Status sosial ekonomi keluarga Aktifitas rekreasi keluarga

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi :

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak tertua dari

keluarga inti.

2. Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan mengenai tugas

perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa

tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.

3. Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada

keluarga inti yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan

masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit,


sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta

pengalamanpengalaman terhadap pelayanan kesehatan.

4. Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai riwayat kesehatan

pada keluarga dari pihak suami dan istri.

c. Pengkajian Lingkungan

1. Karakteristik rumah

2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW

3. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

4. Sistem pendukung keluarga

d. Struktur keluarga

1. Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara berkomunikasi

antar anggota keluarga.

2. Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga mengendalikan

dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku.

3. Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga

baik secara formal maupun informal.

4. Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai dan norma yang

dianut oleh keluarga yang berhubungan dengaan kesehatan.

5. Fungsi keluarga :

a) Fungsi afèktif, yaitu perlu dikaji gambaran diri anggota keluarga, perasaan

memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota

keluarga lain, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan

bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.


b) Fungsi sosialisai, yaitu perlu mengkaji bagaimana berinteraksi atau

hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin,

norma, budaya dan perilaku.

c) Fungsi perawatan kesehatan, yaitu meenjelaskan sejauh mana keluarga

menyediakan makanan, pakaian, perlu dukungan serta merawat anggota

keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenal sehat

sakit. Kesanggupan keluarga dalam melaksanakan perawatan kesehatan

dapat dilihat dari kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas

kesehatan keluarga, yaitu mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil

keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan kesehatan

pada anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat

meningkatan kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas

kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat.

d) Pemenuhan tugas keluarga. Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana

kemampuan keluarga dalam mengenal, mengambil keputusan dalam

tindakan, merawat anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan

yang mendukung kesehatan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan

kesehatan yang ada.

6. Stres dan koping keluarga

a) Stressor jaangka pendek dan panjang

1) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang

memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 5 bulan.


2) Stressorr jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang

memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.

b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor

c) Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.

d) Strategi adaptasi fungsional yang divunakan bila menghadapi permasalah

e. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggotaa keluarga. Metode yang

digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di

klinik. Harapan keluarga yang dilakukan pada akhir pengkajian, menanyakan

harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.

1.3 Konsep Epidance Based

a. Pengerian keluarga
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing– masing yang
merupakan bagian dari keluarga (Friedman, 2018).
Keluarga adalah satu atau lebih individu yang tinggal bersama,sehingga
mempunyai ikatan emosional dan mengembangkan dalam interelasi social, peran dan
tugas (Spredley, 2016 dalam Murwani, 2018).
Menurut Salvicion G. Bailon & Aracelis Maglaya (2017) dalam Murwani (2015)
menjelaskan bahwa keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup
dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya masing –
masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah beberapa
individu yang tinggal dalam sebuah keluarga yang mempunyai ikatan perkawinan, ada
hubungan keluarga, sanak famili, maupun adopsi yang hidup bersama sesuai dengan
tujuan keluarga tersebut.
b.Tipe Keluarga
Tipe-tipe keluarga secara umum menurut Friedman tahun 2018 yang
dikemukakan untuk mempermudah pemahaman literatur tentang keluarga adalah :
a. Keluarga inti (konjugal) adalah keluarga yang menikah, sebagai orang tua
atau pemberian nafkah. Keluarga inti terdiri dari suami, istri dan anak mereka
(anak kandung, anak adopsi atau keduanya).
b. Keluarga orientasi (keluarga asal) adalah unit keluarga yang di dalamnya
seseorang dilahirkan.
c. Keluarga besar adalah keluarga inti dan orang-orang yang berhubungan (oleh
darah), yang paling lazim menjadi anggota keluarga orientasi yaitu salah satu
teman keluarga inti.
Sedangkan menurut Wahid Iqbal (2016) tipe keluarga ada 15 antara lain :
1) Tradisional nuclear
2) Keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang tinggal dalam satu
rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan,
satu/keduanya dapat bekerja di luar rumah.
3) Extended family
Keluarga inti ditambah dengan sanak saudara misalnya nenek,
kakek,keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan lain sebagainya.
4) Reconstituted nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan suami / istri, tinggal
dalam pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari
perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat
bekerja di luar rumah.
5) Niddle age / aging couple
Suami sebagai pencari uang, istri dirumah / kedua-duanya bekerja di
rumah,anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah / perkawinan /
meniti karier.
6) Dyadic nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak, keduanya / salah
satu bekerja diluar rumah.
7) Single parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian / kematian pasangannya dan anak-
anaknya dapat tinggal di rumah / di luar rumah.
8) Dual carrier
Suami istri / keduanya orang karier dan tanpa anak.
9) Commuter married
Suami istri / keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu,
keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
10) Singgle adult
Wanita / pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk
kawin.
11) Three generation
Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
12) Institusional
Anak-anak / orang dewasa yang tinggal dalam suatu panti.
13) Comunal
Satu rumah terdiri dari dua / lebih pasangan yang monogami dengan anak-
anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
14) Group marriage
Satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunananya di dalam satu kesatuan
keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah
orang tua dari anak-anak.
15) Unmarried parent and child
Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya diadopsi.
16) Cohibing couple
17) Dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.
Menurut Murwani (2017) tipe keluarga dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Tipe keluarga tradisional
1) Keluarga inti yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri dan
anak (kandung atau angkat).
2) Keluarga besar yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang
mempunyai hubungan darah, missal kakek, nenek, paman dan bibi.
3) Keluarga Dyad yaitu suatu keluarga yang terdiri dari suami dan istri
tanpa anak.
4) Single parent yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
(ayah / ibu) dengan anak (kandung / angkat). Kondisi ini dapat
disebabkan oleh perceraian / kematian.
5) Single adult yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang dewasa
(misalnya seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk
bekerja atau kuliah).
b. Tipe keluarga non tradisional
1) The unmarriedtrenege mather yaitu keluarga yang terdiri dari orang tua
(terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
2) The stepparent family yaitu keluarga dengan orang tua tiri.
3) Commune family yaitu beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya)
yang tidak ada hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah,
sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama : sosialisasi
anak dengan melalui aktivitas kelompok atau membesarkan anak
bersama.
4) The non marital heterosexual cohibitang family yaitu keluarga yang
hidup bersama dan berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
5) Gay and lesbian family yaitu seseorang yang mempunyai persamaan sex
hidup bersama sebagaimana suami istri (marital partners).
6) Cohabiting couple yaitu orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
7) Group marriage family yaitu beberapa orang dewasa menggunakan alat-
alat rumah tangga bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi
sesuatu termasuk seksual dan membesarkan anak.
8) Group network family yaitu keluarga inti yang dibatasi aturan atau nilai-
nilai, hidup bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling
menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan
tanggung jawab membesarkan anak.
9) Foster family yaitu keluarga yang menerima anak yang tidak ada
hubungan keluarga atau saudara didalam waktu sementara, pada saat
orangtua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan
kembali keluarga aslinya.
10) Homeless family yaitu keluarga yang membentuk dan tidak
mendapatkan perlindungan yang permanen karena krisis personal yang
dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan
mental.
11) Gang yaitu sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang
muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai
perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam
kehidupan.
c.Tahap perkembangan keluarga
Tahap perkembangan keluarga menurut Friedman (2018) adalah :
1) Tahap 1 : Keluarga pemula
Perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah keluarga baru,
keluarga yang menikah atau prokreasi dan perpindahan dari keluarga asal atau
status lajang ke hubungan baru yang intim.
2) Tahap II : Keluarga yang sedang mengasuh anak
Tahap kedua dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berumur 30
bulan. Biasanya orang tua bergetar hatinya dengan kelahiran anak pertama
mereka, tapi agak takut juga. Kekhawatiran terhadap bayi biasanya berkurang
setelah beberapa hari, karena ibu dan bayi tersebut mulai mengenal. Ibu dan
ayah tiba-tiba berselisih dengan semua peran-peran mengasyikkan yang telah
dipercaya kepada mereka. Peran tersebut pada mulanya sulit karena perasaan
ketidakadekuatan menjadi orang tua baru.
3) Tahap III : Keluarga yang anak usia prasekolah
Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 2,5
tahun dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun. Sekarang, keluarga mungkin
terdiri tiga hingga lima orang, dengan posisi suami-ayah, istri-ibu,anak laki-
laki-saudara, anak perempuan-saudari. Keluarga menjadi lebih majemuk dan
berbeda.
4) Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah
Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan mulai masuk
sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja. Keluarga
biasanya mencapai jumlah anggota maksimum, dan hubungan keluarga di akhir
tahap ini.
5) Tahap V : Keluarga dengan anak remaja
Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap kelima dari siklus
kehidupan keluarga dimulai. Tahap ini berlangsung selama 6 hingga 7 tahun,
meskipun tahap ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih
awal atau lebih lama jika anak masih tinggal dirumah hingga berumur 19 atau
20 tahun.
6) Tahap VI : Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda
Permulaan dari fase kehidupan keluarga ini ditandai oleh anak pertama
meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan rumah kosong,ketika anak
terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini dapat singkat atau agak panjang,
tergantung pada berapa banyak anak yang ada dalam rumah atau berapa banyak
anak yang belum menikah yang masih tinggal di rumah.
7) Tahap VII : Orang tua pertengahan
Tahap ketujuh dari siklus kehidupan keluarga, tahap usia pertengahan dari bagi
oarngtua, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada
saat pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini biasanya dimulai
ketika orangtua memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir pada saat seorang
pasangan pensiun, biasanya 16-8 tahun kemudian.
8) Tahap VIII : Keluarga dalam masa pensiun dan lansia
Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan salah satu atau kedua
pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu
pasangan meninggal, dan berakhir dengan pasangan lain meninggal.
d.Tugas Perkembangan Keluarga
Tugas perkembangan keluarga menurut Friedman (2018) yaitu :
1) Tahap I : Keluarga pemula
 Membangun perkawinan yang saling memuaskan.
 Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis.
 Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orangtua).
2) Tahap II : Keluarga yang sedang mangasuh anak
 Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap
(mengintegrasikan bayi baru kedalam keluarga).
 Rekonsilisiasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan
anggota keluarga.
 Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
 Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan
peran-peran orangtua dan kakek-nenek.
3) Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah
 Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain,
privasi, keamanan.
 Mensosialisasikan anak.
 Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan
anak-anak yang lain.
 Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan
perkawinan dan hubungan orangtua dan anak) dan diluar keluarga (keluarga
besar dan komunitas).
4) Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah
 Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan
 Mempertahankan hubungan perkawinan bahagia
 Memenuhi kebutuhan dan biaya hidup yang semakin meningkat
 Meningkatkan komunikasi terbuka
5) Tahap V : Keluarga dengan anak remaja
 Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi
dewasa dan semakin mandiri
 Memfokuskan kembali hubungan perkawinan
 Berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak-anak
6) Tahap VI : Keluarga dengan melepaskan anak usia dewasa muda.
 Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
 Mempertahankan keintiman pasangan
 Membantu orang tua suami/isteri yang sedang sakit dan memasuki masa tua
 Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
 Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
7) Tahap VII : Orangtua usia pertengahan.
 Mempertahankan kesehatan
 Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan
anak-anak
 Meningkatkan keakraban pasangan
8) Tahap VIII : Keluarga dengan masa pensiun dan lansia.
 Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
 Adaptasi dengan perubahan, kehilangan pasangan, teman, dll
 Mempertahankan keakraban suami-isteri dan saling merawat
 Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
 Melakukan “ Life Review”
e.Masalah-masalah kesehatan
Masalah-masalah kesehatan pada keluarga yang muncul menurut Friedman (2018)
yaitu :
1) Tahap I : Keluarga pemula
 Penyesuaian seksual dan peran perkawinan
 Penyuluhan dan konseling keluarga berencana
 Penyuluhan dan konseling prenatal
 Komunikasi
2) Tahap II : Keluarga yang sedang mangasuh anak
 Pendidikan maternitas yang berpusat pada keluarga
 Perawatan bayi yang baik
 Pengenalan dan penanganan masalah-masalah kesehatan fisik secara dini
 Imunisasi
 Konseling perkembangan anak
 Keluarga berencana
 Interaksi keluarga
 Bidang-bidang peningkatan kesehatan umum (gaya hidup)
3) Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah
 Masalah kesehatan fisik yang utama adalah penyakit-penyakit menular
yang lazim pada anak dan jatuh, luka bakar
 Keracunan
 Kecelakaan-kecelakaan yang lain yang terjadi selama usia sekolah
4) Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah
5) Tahap V : Keluarga dengan anak remaja
 Penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol
 Keluarga berencana
 Kehamilan yang tidak dikehendaki
 Pendidikan dan konseling seks
6) Tahap VI : Keluarga dengan melepaskan anak usia dewasa muda.
 Masa komunikasi dewasa muda-orang tua
 Transisi peran suami-isteri
 Memberi perawatan (bagi orang tua lanjut usia)
 Kondisi kesehatan kronis misalnya kolesterol tinggi, obesitas, tekanan
darah tinggi
 Masalah menopause
 Efek-efek : minum, merokok, diet
7) Tahap VII : Orangtua usia pertengahan.
 Promosi kesehatan, istirahat yang cukup, kegiatan waktu luang dan
tidur,nutrisi yang baik, program olahraga yang teratur, pengurangan
barat badan hingga berat nadan yang optimum, berhenti merokok,
berhenti atau mengurangi alkohol, pemeriksaan skrining kesehatan
preventif.
 Masalah berhubungan dengan perkawinan
 Komunikasi & hubungan dengan anak-anak, ipar, cucu dan orangtua
yang lanjut usia.
 Masalah berhubungan dengan perawatan : membantu perawatan
orangtua yang lanjut usia dan tidak mampu merawat diri.
8) Tahap VIII : Keluarga dengan masa pensiun dan lansia.
 Menurunnya fungsi
 Menurunkan kekuatan fisik, sumber financial yang tidak memadai,
isolasi sosial, kesepian
 Kerentanan psiklogis
f.Struktur keluarga
Struktur keluarga menurut Mubarak (2019) antara lain :
a. Struktur komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila : jujur, terbuka,
melibatkan emosi, konflik selesai dan ada hirarki kekuatan, komunikasi
keluarga bagi pengirim : memberikan pesan, memberikan umpan balik dan
valid. Komunikasi dalam keluarga dikatakan tidak berfungsi apabila: tertutup,
adanya issu atau gosip negatif, tidak berfokus pada satu hal dan selalu
mengulang issu dan pendapat sendiri, komunikasi keluarga bagi pengirim
bersifat asumsi, ekspresi perasaan tidak jelas, judgemental exspresi dan
komunikasi tidak sesuai. Penerima gagal mendengar, diskualifikasi, ofensif
(bersifat negatif), terjadi miskomunikasi dan kurang atau tidak valid.
b. Struktur peran
Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan
posisi sosial yang diberikan. Jadi pada struktur peran bisa bersifat formal atau
informal.
c. Struktur kekuatan
Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk, mengontrol,
mempengaruhi atau mengubah perilaku orang lain.
d. Struktur nilai dan norma
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota
keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah pola perilaku yang
diterima pada lingkungan sosial tertentu, lingkungan keluarga dan lingkungan
masyarakat sekitar keluarga.
g.Fungsi dan tugas keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (2018) dalam Murwani (2017) sebagai
berikut:
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada
kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota
keluarga saling mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dapat
dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga.
Dengan demikian, keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh
anggota keluarga dapat mengembangkan konsep diri positif.
Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan kebahagiaan
keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga, timbul
karena fungsi afektif di dalam keluarga tidak dapat terpenuhi.
b. Fungsi sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu, yang menghasilkan interaksi social dan belajar berperan dalam
lingkungan sosial (Friedman, 2018).
Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat
individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan
menatap ayah, ibu dan orang-orang yang disekitarnya. Kemudian beranjak
balita dia mulai belajar bersosialisasi dengan lingkungan disekitar meskipun
demikian keluarga tetap berperan penting dalam bersosialisasi. Keberhasilan
perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan
antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga
belajar disiplin, belajar norma-norma, budaya dan perilaku melalui hubungan
dan interaksi keluarga.
c. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber
daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk
memenuhi keebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk
keluarga adalah untuk meneruskan keturunan.
d. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga seperti memenuhi kebutuhan
seluruh anggota keluarga seperti memnuhi kebutuhan akan makanan, pakaian,
dan tempat tinggal. Banyak pasangan sekarang kita lihat dengan penghasilan
yang tidak seimbang antara suami dan istri hal ini menjadikan permasalahn
yang berujung pada perceraian.
e. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek
asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan
atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam
memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga.
Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari
tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat
melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah
kesehatan.
Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut : (Friedman, 2018 dalam
Murwani, 2017) :
 Mengenal masalah kesehatan
 Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
 Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
 Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
 Mempertahankan hubungan dengan fasilitas kesehatan masyarakat
h.Peran perawat keluarga
Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan sebagai unit
pelayanan kesehatan yang ditujukan pada keluarga sebagai unit pelayanan untuk
mewujudkan keluarga yang sehat. Fungsi perawat adalah membantu keluarga untuk
menyesuaikan masalah kesehatan dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga
melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan (Murwani, 2017).
Peran perawat menurut Sudiharto (2015) adalah sebagai berikut :
a. Sebagai pendidik
Perawat bertanggungjawab memberikan pendidikan kesehatan kepada
keluarga, terutama untuk memandirikan keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang memiliki masalah kesehatan.
b. Sebagai koordinator pelaksana pelayanan keperawatan
Perawat bertanggungjawab memberikan pelayanan keperawatan yang
komprehensif. Pelayanan keperawatan yang bersinambungan diberikan untuk
menghindari kesenjangan antara keluarga dan unit kesehatan (puskesmas dan
rumah sakit).
c. Sebagai pelaksana pelayanan perawatan
Pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga melalui kontak
pertama dengan anggota keluarga yang sakit yang memiliki masalah kesehatan.
Dengan demikian, anggota keluarga yang sakit dapat menjadi “entry point” bagi
perawat untuk memberikan asuhan keperawatan keluarga secara komprehensif.
d. Sebagai supervisor pelayanan keperawatan
Perawat melakukan supervise ataupun pembinaan terhadap keluarga
melalui kunjungan rumah secara teratur, baik terhadap keluarga berisiko tinggi
maupun yang tidak. Kunjungan rumah tersebut dapat direncanakan terlebih
dahulu atau secara mendadak.
e. Sebagai pembela (advokat)
Perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk melindungi hak-hak
keluarga sebagai klien. Perawat diharapkan mampu mengetahui harapan serta
memodifikasi sistem pada perawatan yang diberikan untuk memenuhi hak dan
kewajiban mereka sebagai klien mempermudah tugas perawat untuk
memandirikan keluarga.
f. Sebagai fasilitator
Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga dan masyarakat
unruk memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi
sehari-hari serta dapat membantu memberikan jalan keluar dalam mengatasi
masalah.
g. Sebagai peneliti
Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahami masalah-
masalah kesehatan yang dialami oleh anggota keluarga. Masalah kesehatan
yang muncul di dalam keluarga biasanya terjadi menurut siklus atau budaya
yang dipraktikan keluarga. Misalnya, diare pada balita terjadi karena budaya
menjaga kebersihan makanan dan minuman kurang diperhatikan.
Peran sebagai peneliti difokuskan pada kemampuan keluarga untuk mengidentifikasi penyebab,
menanggulangi, dan melakukan promosi kepada anggota keluarganya. Selain itu, perawat perlu
mengembangkan asuhan keperawatan keluarga terhadap binaannya
Konsep Latihan Batuk Efektif (SOP )

1. Defenisi
Melatih kemampuan batuk secara efektif untuk membersihkan faring,trakea,dan brokus dari
sekret atau benda asing di jalan napas
Diagnosis Keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif
Luaran bersihan jalan napas meningkat
2. Tujuan
1.Merangsang terbukanya sistem kolateral
2.Meningkatkan distribusi ventilasi
3.Meningkatkan volume paru
4.Memfasilitasi pembersihan saluran napas
5.Membantu mengeluarkan lendir
6.Menurunkan resiko pneumonia,atelektasis dan emboli paru (Jenkins,1996 dalam
mutflik.dkk,2017.hal.11)
3. Indikasi dan kontra indikasi
1.Indikasi : COPD/PPOK,emphysema,fibrosis,asma,Chest infection,dan pasien bedrest atau
post operasi ((mutflih,dkk,2017.hal.12.)
2.Kontra indikasi : Hemomoptoe,tension pneumothoraks,gangguan kardiovasculer,edema
paru,efusi pleura yang luas (Somarno dan putri,2013,hal.7)
4. Prosedur Batuk Efektif (SOP)
1.Identifikasi pasien
2.Jelaskan tujuan dan langkah –langkah prosedur
3.Siapkan alat dan bahan yang diperlukan :
a.sarung tangan bersih jika perlu
b.Tisu
c.Bengkok dengan cairan desinfektan
d.oksigen bila perlu
e.Pengalan atau underpad
4.Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
5.pasang sarung tangan bersih jika perlu
6.Identifikasi kemampuan batuk
7.Atur posisi semi fowler dan fowler
8.Anjurkan menarik napas melalui hidung selam 4 detik,menahan napas selama 2
detik,kemudian menghembuskan napas dari mulut dengan bibir di bulatkan (mencucu )
selama 8 detik
9.Anjurkan mengulang tindakan menarik napas dan hembuskan selama 3 kali
10.Anjurkan batuk dengan kuat setelah tarik napas dalam yang ketiga.
11.Kolaboarasi pemberian mukolitikdan ekspektoran,jika perlu
12.Rapikan pasien dan alat-alat yang digunakan
13. Lepaskan sarung tangan
14.Lakukan kebersihan tangan 6 langkah

(sumber,PPNI (2021). Pedoman Standar Prosedur Operasional Keperawatan ,Edisi 1


Jakarta:DPP PPNI)
.

DAFTAR PUSTAKA

Angelina, B. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (5th ed.). Jakarta: EGC.
Brunner, & Suddarth. (2016). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Guyton, & Hall. (2016). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Singapore: Elsevier.

Inayah, S., & Wahyono, B. (2018). Penanggulangan Tuberkulosis Paru dengan Strategi
DOTS Samhatul. 2(2), 331–341.

Inayah, S., & Wahyono, B. (2018). Penanggulangan Tuberkulosis Paru dengan Strategi
DOTS Samhatul. 2(2), 331–341.

Margareth TH, M. C. R. (2015). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Penyakit Dalam.


Yogyakarta: Nuha Medika.
NANDA. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2018-2020
(11th ed.). Jakarta: EGC
PPNI (2021). Pedoman Standar Prosedur Operasional Keperawatan ,Edisi 1 Jakarta:DPP
PPNI.
Rathauser, Jon., Yoeli, Eres., Bhanot, Syon., Kimenye, Mailu, Masini and Owiti, Philip.
(2019). Digital Health Support in Treatment for Tuberculosis. The New England
Journal Of Medicine. N ENGL J MED 381;10
Widiastuti, L., & Siagian, Y. (2019). Pengaruh batuk efektif terhadap pengeluaran sputum
pada pasien tuberkulosis di puskesmas kampung bugis tanjung pinang. Keperawatan,
9(1), 1069–1076.
43
:

Anda mungkin juga menyukai