KEPERAWATAN
DI SUSUN OLEH :
TAHUN 20222
BAB I
PENDAHULUAN
memerlukan waktu yang lama dan akan mengakibatkan angka putus obat
dada pleuritik bertambah saat menarik nafas dan batuk, disertai sesak
nafas akibat yang akumulasi cairan yang berlebih (Mattison et al., 2020).
terdapat 10,4 juta kasus insiden TB yang setara dengan 120 kasus per
Di Burundi lebih dari 25% pasien dengan TB memiliki efusi pleura TB,
kurangnya pelaporan penyakit ini, dan juga kultur cairan pleura yang
negative pada laporan dari Afrika Selatan (38% vs 20%), Uganda (23%
angka kejadian Efusi Pleura adalah 31% dari seluruh penderita TB Paru
24,3%, dan hematitits sebesar 17,8%. Masalah yang sama juga dijumpai
di Rumah Sakit Mitra Husada Tangerang yakni sejak tahun 2020 sampai
penyakit.
45,3% berada pada kelompok efusi pleura moderate dengan volume 600-
1000 ml. Hasil lain menunjukkan gambaran radiologi bermakna pada foto
toraks posisi supine (AP), yaitu hilangnya sillhousette hemadiafragma
dan apical capping yang akan ditemukan pada volume efusi pleura > 600
tidak terbatas pada posisi supine. Studi dengan retrospektif gambaran foto
toraks pada bagian Radiologi Unsrat RSUP Kandou Manado oleh Lantu
ditermuak yakni sebanyak 40, diikuti efusi pleura sinistra sebesar 33%,
dan 27% pasien dengan lokasi efusi pleura bilateral. Penelitian ini
berbeda dalam hal tidak hanya terbatas efusi pleura, tetapi juga
pleura TB, sebagai salah satu upaya menurunkan angka efusi pleura TB
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka bagaimana pemberian
asuhan keperawatan pada klien Tn. M dengan tuberkulosis paru Di Ruang
Keperawatan Dewasa di RS Mitra Husada.
TINJAUAN PUSTAKA
g. Alveolus Alveolus merupakan saluran akhir dari alat pernapasan yang berupa
gelembung-gelembung udara. Dindingnya tipis, lembap, dan berlekatan erat
dengan kapiler-kapiler darah.Alveolus terdiri atas satu lapis sel epitelium
pipih dan di sinilah darah hampir langsung bersentuhan dengan udara.
Adanya alveolus memungkinkan terjadinya perluasan daerah
permukaan yang berperan penting dalam pertukaran gas O2 dari udara bebas
ke sel-sel darah dan CO2 dari sel-sel darah ke udara ( Purnomo. Dkk, 2020).
2.1.1 Fisiologi Pernapasan Pernapasan paru merupakan pertukaran oksigen dan
karbondioksida yang terjadi pada paru.Fungsi paru adalah tempat pertukaran
gas oksigen dan karbondioksida pada pernapasan melalui paru/pernapasan
eksterna.Oksigen dipungut melalui hidung dan mulut.Saat bernapas, oksigen
masuk melalui trakea dan pipa bronchial ke alveoli, dan dapat erat
berhubungan dengan darah di dalam kapiler pulmonalis (Syaifudin,
2015).Pernapasan dapat berarti pengangkutan oksigen ke sel dan
pengangkutan CO2 dari sel kembali ke atmosfer. Proses ini dapat dibagi
menjadi 4 tahap yaitu:
a. Pertukaran udara paru, yang berarti masuk dan keluarnya udara ke
dan dari alveoli. Alveoli yang sudah mengembang tidak dapat
mengempis penuh karena masih adanya udara yang tersisa didalam
alveoli yang tidak dapat dikeluarkan walaupun dengan ekspirasi
kuat. Volume udara yang tersisa ini disebut volume residu. Volume
ini penting karena menyediakan O2 dalam alveoli untuk
menghasilkan darah.
b. Difusi O2 dan CO2 antara alveoli dan darah.
c. Pengangkutan O2 dan CO2 dalam darah dan cairan tubuh menuju
ke dan dari sel-sel.
d. Regulasi pertukaran udara dan aspek-aspek lain pernapasan.
1.2.10 Pathway
(Terlampir)
1.3.9 Patofisiologi
C. Suction
3. Buat insisi kulit dan sub kutis searah dengan pinggir iga, perdalam
sampai musulus interkostalis.
STUDI KASUS
3.1 Pengkajian
Nama : Tn. M
No. MR : 00209021
Umur : 53 th
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Buruh
Status : Duda
Agama : Islam
(lebih/normal/kurang)
Klien mengalami sesak nafas yang disertai batuk yang dialami 3 bulan serta badan
terasa lemas.
Klien sudah terpasang selang WSD di ICS 4 dekstra pada tanggal 1-12-
2022, jam 11.30 WIB dengan jumlah cairan yang keluar sebanyak 300cc
berwarna kehijauan (pus). Jam 11.30 klien mengatakan sesak nafas, batuk
tetapi tidak berdahak. Klien mengeluh nyeri pada dada kanan disekitar
tempat terpasangnya WSD dan nyeri semakin bertambah saat dilakukan
perawatan WSD dan saat ingin bertukar posisi sehingga klien tampak takut
untuk mengubah posisi. Klien juga tampak terbaring lemas yang dirasakan
diseluruh badan. Frekuensi pernafasan 30x/mnt, klien tampak terpasang O2
2L dengan nasal kanul, paru sinistra lebih bergetar daripada paru desktra.
Suara paru desktra klien terdengar
ronchi dan paru kiri vesikuler. Pada kulit klien sebelah kanan terdapat 4
jahitan paska pemasangan selang WSD, teraba nyeri, tidak tampak
kemerahan, tidak ada pembengkakan, teraba sedikit hangat. Klien tampak
terpasang torasik tube berukuran 28 fr dan selang NGT berukuran 20fr.
Pasien mengatakan didalam keluraganya tidak ada yang mengalami sakit paru-
paru atau meninggal mendadak, pasien mengatakan orang tua pasien meninggal
karena sudah lanjut usia, riwayat hipertensi (-), penyakit jantung (-).
3.3.5 POLA KESEHATAN FUNGSIONAL
a. Pola Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi: Selama dirumah klien selalu
makan 3x/hari dengan makan jam 08.30, 11.00. 18.00 dengan jumlah 1
porsi dengan menu nasi putih, ikan-ikanan, daging, sayur sop, sayur
bayem, minum air putih 2L/hari. Selama di rawat di Rs klien
menghabiskan setengah porsi dari yang diberikan diruang perawatan
dengan menu sarapan bubur, makan siang tahu, ikan, sayur sop,
konsumsi air mineral 1,5L/hari dan cairan infus RL 500/12Jam. Klien
tidak memiliki pantangan makanan, tidak ada kesulitan makan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
b. Pola Eliminasi : Selama dirumah klien BAB 1x/hari saat dipagi hari
dengan konsistensi padat dan warna tinja kuning dan BAK 8x/hari
dengan warna urine bening dan bau khas. Selama dirawat klien BAB 1x
dengan konsistensi cair dan berwarna kuning dan BAK 8x/hari dengan
warna urine bening melalui diapers.
Klien tidak mengalami masalah eliminasi
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah pada eliminasi klien.
c. Pola Istirahat/Tidur : Selama dirumah klien mempunyai riwayat
gangguan tidur karena batuk yang dialaminya sehingga upaya yang
dilakukan ialah minum obat batuk dan hal yang memudahkan klien
untuk tidur menonton tv dan yang memudahkan klien untuk bangun
ialah batuk yang sering dialaminya saat malam hari. Frekuensi tidur
malam klien + 5 jam. Selama dirawat klien juga mengalami gangguan
tidur karena sulit mendapatkan posisi nyaman karena klien terpasang
selang WSD yang menimbulkan nyeri dan juga dipengaruhi oleh suhu
ruangan yang panas.
Masalah Keperawatan : Gangguan pola tidur.
d. Pola KebersihanDiri / Personal Hygiene : Selama dirumah klien
merupakan orang yang rajin menjaga kebersihan diri mulai dari
mencuci rambut 2hari 1x, mandi dan sikat gigi setiap pagi dan sore,
kuku selalu pendek dan bersih. Saat dirawat klien tetap melakukan
kebersihan diri dengan mencuci rambut, melap badan dibantu oleh
anaknya, sikat gigi 1x sehari. Kuku tampak bersih tetapi panjang karena
klien masih menganut budaya bahwa “orang sakit tidak boleh potong
kuku karena pamali”.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah pada personal hygiene.
e. Aktivitas Lain : Masa muda klien bertani dan melakukan pekerjaan dan
sekarang menikmati masa tua dengan bermain bersama 6 orang
anaknya dan 3 cucunya dan saat dirawat klien bedrest.
f. Riwayat Sosial Ekonomi
1. Latar belakang social, budaya dan spiritual klien
Kegiatan kemasyarakatan yang sering dilakukan oleh klien berupa
mengikuti kegiatan pengajian disekitar lingkungan
rumahnya.Konflik social yang dialami klien tidak pernah
mempunyai masalah sama orang disekitar rumah. Ketaatan klien
dalam menjalankan agamanya ialah taat akan sholat. Teman dekat
yang senantiasa siap membantu anaknya
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
2. Ekonomi
Yang membiayai perawatan klien selama dirawat di Rs adalah
asuransi BPJS kelas 1 dan klien tidak mengalami masalah pada
keuangannya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
E. PEMERIKSAAN HIDUNG
Hasil pemeriksaan didapatkan hasil hidung klien simetris, bentuk
tulang hidung dan posis septum nasi tidak ada pembengkakan. Hidung
klien tidak ada perdarahan, tidak ada kotoran, tidak ada polip.
F. PEMERIKSAAN MULUT DAN FARING
Hasil pemeriksaan didapatkan hasil mulut klien tidak ada kelainan,
warna bibir pink dan aga pucat, tidak ada lesi dan bibir tidak pecah-
pecah. Gigi klien terdapat 2 yang sudah berlubang, tidak ada kotoran,
tidak menggunakan gigi palsu dan tidak ada gingivitis. Warna lidah
pink, tidak ada perdarahan dan abses. Klien tidak memiliki bau mulut
dan uvula simetris. Tidak ada benda asing pada mulut dan faring
klien. Tidak ada pembesaran tonsil sehingga suara klien tidak
berubah.
G. PEMERIKSAAN WAJAH
Hasil pemeriksaan didapatkan hasil ekspresi wajah klien tampak
rileks, Warna wajah klien normal dan tidak ada hiperpigmentasi,
kondisi wajah normal dan struktur wajah klien bulat dan tidak ada
kelumpuhan otot-otot fasialis pada klien.
H. PEMERIKSAAN LEHER
HEMATOLOGI
Hematokrit 30 % 15 – 47 %
HITUNG JENIS
Basofil 0% 0-1 %
Eosnofil 0% 2-4 %
Batang 0% 3-5 %
Segmen 78 % 50-70 %
Monosit 8% 2-8 %
KIMIA
FUNGSI HATI
FUNGSI GINJAL
L. PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Ada jelaskan gambaran hasil foto Rongent, USG, EEG, EKG,CT- Scan, MRI,
Endoscopy dll.
Rontgen Thorak tgl 1 Desember 2022.
Hasil : Hidropneumothoraks dekstra dengan WSD dengan saran di ICS 7
kanan.
1. Cairan Infus Ringer Laktat Dosis 500 ml, Frekuensi 12 jam, Cara
Pemberian : Intravena
Indikasi : mengembalikan keseimbangan elektrolit pada keadaan
dehidrasi dan syok hipovolemik. Ringer laktat menjadi kurang
disukai karena menyebabkan hiperkloremia dan asidosis
metabolik, karena akan menyebabkan penumpukan asam laktat
yang tinggi akibat metabolisme anaerob.
Kontraindikasi : hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel
hati, asidosis laktat.
Efek Samping : Panas, infeksi pada tempat
penyuntikan, trombosis vena atau flebitis yang meluas dari tempat
penyuntikan, ekstravasasi.
2. Inhalasi Ventolin Dosis 1 ampul, Frekuensi 3x sehari, Cara
Pemberian : Inhalasi : Salbutamol adalah obat yang digunakan
untuk menghilangkan bronkospasme seperti asma dan penyakit
paru obstruktif kronik (PPOK). Salbutamol adalah obat sistem
saluran nafas yang termasuk golongan agonis adrenoreseptor beta-2
selektif kerja pendek (short acting beta-adrenergic receptor
agonist). Obat ini bekerja dengan cara merangsang secara selektif
reseptor beta-2 adrenergik terutama pada otot bronkus. hal ini
menyebabkan terjadinya bronkodilatasi karena otot bronkus
mengalami relaksasi.
Kontraindikasi : Jangan menggunakan obat ini untuk pasien yang
memiliki riwayat hipersensitif pada salbutamol atau obat agonis
adrenoreseptor beta-2 lainnya.
Efek Samping : Efek samping yang umum adalah palpitasi, nyeri
dada, denyut jantung cepat, tremor terutama pada tangan, kram
otot, sakit kepala dan gugup, takikardi, aritmia, ganguan tidur dan
gangguan tingkah laku.
N. DATA FOKUS
1 Ds : Kategori Fisiologis
Do :
Nama Pasien : Tn M
Ruang 307
No. M.R 00209021
Diagnosa Medis: TB Paru dan Efusi Pleura On Perawatan WSD
T : Lakukan kebersihan
tangan sebelum dan
sesudah melakukan
perawatan, fasilitasi batuk,
nafas dalam dan ubah
posisi setiap 2 jam sekali,
lakukan perawatan diarea
pemasangan selang sesuai
kebutuhan dan lakukan
penggantian tabung secara
berkala.
K : Kolaborasi pemberian
farmakologi “jika
diperlukan”.
2 Kategori : Psikologis Domain 5 Kondisi kesehatan I. 08238 Manajemen Nyeri
yang dirasakan O : Identifikasi intensitas
Subkategori : Nyeri dan
nyeri, identifikasi faktor
kenyamanan Kelas V Status gejala
yang memperberat dan
D.0077 Nyeri Akut 2102 Tingkat nyeri memperingan nyeri,
K : Kolaborasi pemberian
antibiotik.
CATATAN PERKEMBANGAN
Melakukan kolaborasi
pemberian obat
bronkodilator, tarik nafas
dalam, fisioterapi dada,
anjurkan klien untuk
merubah posisi 2 jam
sekali.
Tanggal Evaluasi
Diagnosa Kep Implementasi Paraf
/Jam (SOAP)
A : Masalah keperawatan
pola nafas tidak efektif,
Berkolaborasi pemberian nyeri akut, gangguan
obat oral dan cairan IV. integritas kulit/jaringan
sebagian teratasi.
Hasil : Memberikan obat
oral Ambroxol 10mg dan P : Lanjutkan Intervensi
cairan RL 500cc. Memonitor TTV.
semifowler.
D1,2,3 Lakukan kolaborasi
Hasil : Klien diberikan pemberian obat
08.10
ventolin 2,5mg dan Nacl bronkodilator.
Lakukan fisioterapi
D1 Melakukan fisioterapi dada 2 jam setelah
dada 2 jam setelah makan.
11.00
makan.
Anjurkan teknik
Hasil : Melakukan batuk efektif kepada
fisioterapi dada dengan klien.
cara menepuk dengan
tangan di punggung
selama 5 menit untuk
mengurangi sesak.
Menganjurkan teknik
batuk efektif.
D1 Hasil : mengajarkan
teknik batuk efektif
13.00 wib
setelah fisioterapi dada
dan klien tampak
mengikuti arahan dengan
baik.
D1
13.10 wib
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal Evaluasi
Diagnosa Kep Implementasi Paraf
/Jam (SOAP)
posisi semifowler
Lakukan pemberian
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal Evaluasi
Diagnosa Kep Implementasi Paraf
/Jam (SOAP)
D3 P : Lanjutkan Intervensi
Melakukan tindakan
perawatan WSD,
perawatan luka dan
memberikan teknik
nonfarmakologi
Hasil : Perawat
menggunakan teknik steril
saat melakukan
perawatan. Luka disekitar
dada klien tempat
terpasangnya WSD teraba
nyeri, teraba hangat, tidak
ada pembengkakan, tidak
ada kemerahan, tidak ada
perubahan fungsi, kulit
juga klien tampak bersih.
Panjang luka klien 3cm.
Pada tabung klien cairan
D1,2,3 keluar sebanyak 400cc
berwarna hijau, terdapat
04.40
undulasi dan cairan
tampak tidak terlalu
kental. Melakukan teknik
genggam jari saat klien
dilakukan perawatan luka.
Mencuci tangan sebelum
dan setelah melakukan
tindakan.
Melakukan kolaborasi
pemberian obat
bronkodilator, tarik nafas
dalam, fisioterapi dada,
anjurkan klien untuk
merubah posisi 2 jam
sekali.
Tanggal Evaluasi
Diagnosa Kep Implementasi Paraf
/Jam (SOAP)
pernafasan dan
Lakukan pemberian
memposisikan
posisi semifowler,
semifowler.
Lakukan fisioterapi dada
2 jam setelah makan.
Melakukan fisioterapi
Anjurkan teknik batuk
dada 2 jam setelah efektif kepada klien.
makan.
Hasil : Melakukan
D1,2,3
fisioterapi dada dengan
12.00 cara menepuk dengan
tangan di punggung
selama 5 menit untuk
mengurangi sesak.
Menganjurkan teknik
batuk efektif.
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama klien : Tn M
Diagnoasa medis : TB Paru dan Efusi Pleura On Perawatan WSD
Ruang rawat 307
Tanggal Evaluasi
Diagnosa Kep Implementasi Paraf
/Jam (SOAP)
- Memonitor TTV
D 1,2,3
- Monitor pola nafas,
Melakukan pemberian
15.00 karakteristik luka
obat bronkodilator,
dan bunyi nafas
memposisikan klien
tambahan.
semifowler
- Lakukan pemberian
Hasil : Klien diberikan
obat analgetik
ventolin 2,5mg dan Nacl
D1,2,3 0,9% 3cc untuk - Lakukan posisi
melonggarkan saluran semifowler, berikan
15.20
pernafasan dan minum air hangat
memposisikan 2000ml/24jam,
semifowler instruksikan klien
untuk tidur.
- Lakukan tindakan
Melakukan fisioterapi
perawatan WSD,
dada 2 jam setelah
perawatan luka dan
makan.
memberikan teknik
Hasil : Melakukan nonfarmakologi
fisioterapi dada dengan
- Lakukan kolaborasi
cara menepuk dengan
pemberian obat
tangan di punggung
bronkodilator, tarik
selama 5 menit untuk
nafas dalam,
mengurangi sesak
fisioterapi dada,
anjurkan klien untuk
D1,2,3
merubah posisi 2
Menganjurkan teknik
17.00 jam sekali.
batuk efektif.
Nama klien : Tn M
Diagnoasa medis : TB Paru dan Efusi Pleura On Perawatan WSD
Ruang rawat 307
Tanggal Evaluasi
Diagnosa Kep Implementasi Paraf
/Jam (SOAP)
Hasil : Perawat
menggunakan teknik steril
saat melakukan
perawatan. Luka disekitar
dada klien tempat
terpasangnya WSD teraba
nyeri, teraba hangat, tidak
ada pembengkakan, tidak
ada kemerahan, tidak ada
perubahan fungsi, kulit
juga klien tampak bersih.
Panjang luka klien 3cm.
Pada tabung klien cairan
keluar sebanyak 400cc
berwarna hijau, terdapat
undulasi dan cairan
tampak tidak terlalu
kental. Melakukan teknik
genggam jari saat klien
dilakukan perawatan luka.
Mencuci tangan sebelum
D1,2,3 dan setelah melakukan
06.30 tindakan.
Melakukan kolaborasi
pemberian obat
bronkodilator, tarik nafas
dalam, fisioterapi dada,
anjurkan klien untuk
merubah posisi 2 jam
sekali.
Nama klien : Tn M
Diagnoasa medis : TB Paru dan Efusi Pleura On Perawatan WSD
Ruang rawat 307
Tanggal Evaluasi
Diagnosa Kep Implementasi Paraf
/Jam (SOAP)
- Cairan RL
500cc/12jam, air
D1,2,3 Memberikan obat oral
hangat 600cc, dan susu
dan cairan IV.
08.00 50cc.
Hasil : Klien diberikan obat
A : Masalah keperawatan
oral Ambroxol 1x30mg
pola nafas tidak efektif,
dan RL 500cc.
nyeri akut, gangguan
integritas kulit/jaringan
sebagian teratasi.
Melakukan pemberian
obat bronkodilator, P : Lanjutkan Intervensi
memposisikan klien
D1,2,3 Memonitor TTV
semifowler
9.00 Monitor pola nafas,
Hasil : Klien diberikan
bunyi nafas tambahan.
ventolin 2,5mg dan Nacl
0,9% 3cc untuk Lakukan kolaborasi
melonggarkan saluran pemberian obat
pernafasan dan bronkodilator.
memposisikan
Lakukan pemberian
semifowler
posisi semifowler,
Menganjurkan teknik
batuk efektif.
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal Evaluasi
Diagnosa Kep Implementasi Paraf
/Jam (SOAP)
Menganjurkan teknik
batuk efektif.
Nama klien : Tn M
Diagnoasa medis : TB Paru dan Efusi Pleura On Perawatan WSD
Ruang rawat 307
04 12-2022, Shift Malam, Implementasi Hari Ke 4
Tanggal Evaluasi
Diagnosa Kep Implementasi Paraf
/Jam (SOAP)
P : Lanjutkan Intervensi
Melakukan posisi
D1,2,3 (Dilanjutkan oleh perawat
semifowler, berikan
pavilium flamboyan).
21.45 minum air hangat
- Monitor TTV
2000ml/24jam,
instruksikan klien untuk - Monitor pola nafas,
tidur. karakteristik luka
dan bunyi nafas
Hasil: Klien sudah diberikan
tambahan.
posisi semifowler, klien
sudah diberi minum air - Lakukan pemberian
D1,2,3 hangat dari pagi hingga obat analgetik
menjelang tidur sebanyak
22.00
- Lakukan posisi
1700cc air putih dan 50
semifowler, berikan
cc susu oleh keluarga.
minum air hangat
Klien sudah tampak
2000ml/24jam,
melakukan persiapan
instruksikan klien
untuk tidur yaitu dipijat
untuk tidur.
kakinya oleh anaknya.
- Lakukan tindakan
perawatan WSD,
Melakukan tindakan perawatan luka dan
perawatan WSD, memberikan teknik
perawatan luka dan nonfarmakologi.
memberikan teknik
- Lakukan kolaborasi
nonfarmakologi
pemberian obat
Hasil : Perawat bronkodilator, tarik
menggunakan teknik steril nafas dalam,
saat melakukan fisioterapi dada,
perawatan. Luka disekitar anjurkan klien untuk
dada klien tempat merubah posisi 2
terpasangnya WSD teraba jam sekali.
nyeri, teraba hangat, tidak
ada pembengkakan, tidak
ada kemerahan, tidak ada
perubahan fungsi, kulit
juga klien tampak bersih.
Panjang luka klien 3cm.
Pada tabung klien cairan
keluar sebanyak 300cc
berwarna hijau, terdapat
D1,2,3 undulasi dan cairan
tampak tidak terlalu
04.50
kental. Melakukan teknik
genggam jari saat klien
dilakukan perawatan luka.
Mencuci tangan sebelum
dan setelah melakukan
tindakan.
Melakukan kolaborasi
pemberian obat
bronkodilator, tarik nafas
dalam, fisioterapi dada,
anjurkan klien untuk
merubah posisi 2 jam
sekali.
1. Pola Nafas Tidak Efektif penulis mengangkat diagnosa ini dengan data
klien menunjakan pasien tampak sesak nafas, posisi tidur semi flowe dan
mengunakan nasl kanul 2 liter/menit. Hasil pemerikasan foto thorax pa
( asimetris) :cor: ukuran dan bentuk normal pulmo: tak tampak infiltrat
pada lapang paru yang terfisualisasi, tampak penebalan fissure minor
trachea di tengah tampak perselubungan di hemithorax kanan bawah
hingga atas yang menutupi sinus pherenicocostalis dan hemidiafragma
kanan.
2. Nyeri Akut penulis mengangkat diagnosa ini dengan data Klien mengeluh
nyeri disekitar area terpasangnya WSD di ICS 4 destra dada sebelah kanan,
nyeri dirasakan seperti tertusuk benda tajam dan tertekan, nyeri semakin
terasa saat ingin bergerak dan saat dilakukan perawatan WSD.Hasil
pemeriksaan skala nyeri menggunakan skala numerik didapatkan hasil 6,
klien tampak meringis kesakitan, tampak berkeringat dingin dan gelisah.
TD : 110/70 mmHg,N : 85x/m,R: 27 x/menit,S : 360C.P: di tekan Q: perih
R: satu tempat
T:menerus
a.4 Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan yang
berguna sebagai pengukur keberhasilan pencapaian tujuan akhir rencana
keperawatan yang dibuat dan perkembangan pasien. Dengan evaluasi keperawatan,
penulis dapat merevisi rencana sesuai kebutuhan pasien.
Brooks G. F., Butel J. S., Ornston L. N. 2021. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 20.
EGC. Jakarta. hal 302 – 306.
Ganong W. F. 2019. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 17. EGC. Jakarta. hal
629 – 632, 637 – 645.
Hood Alsagaff, Abdul Mukty. 2022. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Penerbit
Airlangga University. Surabaya. hal 143 – 154.