Anda di halaman 1dari 65

LAPORAN PENDOKUMENTASIAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN

MEDIKAL BEDAH PADA TN.K DENGAN DIAGNOSA MEDIS


PNEUMONIA DI RUANGAN RAJAWALI ATAS
RSU ANUTAPURA PALU PROVINSI
SULAWESI TENGAH

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK I

Ayu Astria Zadar, S.Kep (2022032006)


Badrun Kalupek, S.Kep (2022032007)
Jihan Pahira, S.Kep (2022032018)
Ni Kadek Maharani, S.Kep (2022032024)
Rosanti, S.Kep (2022032045)
Selviana, S.Kep (2022032046)
Siti Hasmayuni, S.Kep (2022032053)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA PALU
2023

i
LEMBAR PENGESAHAN

Di Persiapkan Dan Di Setujui Oleh Tim Penyusun Program Studi Ners


Profesi Ners Universitas Widya Nusantara Palu

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Mengetahui :
Preseptor Institusi Penanggung Jawab Stase

Ns. Malikul Mulki, M.Tr.Kep Ns. Sisilia Rammang, M.Kep


NIK.20220901132 NIK : 20220901
Kordinator Profesi Ners Ketua Program Studi Ners

Ns. Elin Hidayat, S.Kep.,M.Kep Ns. Yulta Kadang, S.Kep.,M.Kep


NIK.20230901156 NIK.20220901145

KATA PENGANTAR

i
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan seminar kasus yang
berjudul”Asuhan Keperawatan pada Tn.K dengan Diagnosa Medis Pneumonia
di Ruangan Rajawali Atas di RSU Anutapura”. Terimakasih atas bimbingan
dan arahan dari Pembimbing Institusi dan kepada Pembimbing lahan sehingga
kami dapat menyelesaikan laporan seminar kasus ini. Tentunya juga berkat
Kerjasama dari teman-teman kelompok di praktik stase Keperawatan Medikal
Bedah.
Kami menyadari bahwa laporan seminar kasus ini masih ada kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu kami mengharapkan saran dan
masukan demi penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan seminar kasus ini
dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran secara khusus dalam pemberian
asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa pneumonia dan dapat
bermanfaat bagi kita semua khususnya profesi keperawatan.

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi yang mengenai
saluran pernapasan bawah dengan tanda dan gejala seperti batuk dan sesak
napas. Hal ini diakibatkan oleh adanya agen infeksius seperti virus, bakteri,
mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi asing yang berupa eksudat
(cairan) dan konsolidasi (bercak berawan) pada paru-paru (Khasanah, 2017).
Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan (paru-paru)
tepatnya di alveoli yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme seperti
virus, bakteri, jamur, maupun mikroorganisme lainnya (Kemenkes RI, 2019).
Menurut Riskesdas 2013 dan 2018, Prevalensi pengidap pneumonia
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan (nakes) di Indonesia tahun 2013
mencapai 1,6 %, sedangkan pada tahun 2018 meningkat menjadi 2.0 %
(Riskesdas, 2018). Jadi sedari tahun 2013 dan 2018 penyakit pneumonia
mengalami peningkatan sebanyak 0,4 % seperti yang dijelaskan pada data
diatas. Selain itu, pneumonia merupakan salah satu dari 10 besar penyakit
rawat inap di rumah sakit, dengan proporsi kasus 53,95% laki-laki dan
46,05% perempuan.
World Health Organization (WHO) juga melaporkan 15 negara
berkembang dengan jumlah kematian terbanyak akibat pneumonia berasal
dari Negara India sebanyak 158.176, diikuti Nigeria diurutan kedua sebanyak
140.520 dan Pakistan diurutan ketiga sebanyak 62.782 kematian. Indonesia
berada diurutan ketujuh dengan total 20.084 kematian (Indah, 2019).
Pneumonia merupakan penyakit menular melalui udara, sehingga dapat
menjadi suatu ancaman yang harus diperhatikan oleh kesehatan dunia. Salah
satu kelompok berisiko tinggi untuk pneumonia komunitas adalah usia lanjut
dengan usia 65 tahun atau lebih. Pada usia lanjut dengan pneumonia

iii
komunitas memiliki derajat keparahan penyakit yang tinggi, bahkan dapat
mengakibatkan kematian (Ranny, 2016).
Pada penyakit pneumonia, dapat terjadi komplikasi seperti dehidrasi,
bacteremia (sepsis), abses paru, efusi pleura, dan kesulitan bernapas
(Khasanah, 2017). Peran perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada
pasien dengan pneumonia meliputi usaha promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitative. Dalam usaha promotif berupa memotivasi klien untuk
melakukan olahraga atau bergerak secara teratur, menjaga pola makan,
menghindari asap rokok, dan menjaga diri agar tetap sehat. Selain itu, usaha
preventif dilakukan dengan cara memberikan pendidikan kesehatan mengenai
pengertian pneumonia, penyebab pneumina, tanda dan gejala pneumonia,
serta komplikasi pneumonia. Dari segi usaha kuratif, dengan cara melakukan
kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat-obatan seperti halnya
inhalasi combivent dan injeksi ceftriaxone. Sedangkan dalam usaha
rehabilitative, perawat menganjurkan untuk melakukan rehabilitasi fisik atau
pengistirahatan sejenak untuk memaksimalkan proses penyembuhan dan
membiasakan untuk menjalani pola hidup yang baik dan sehat.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah dalam penulisan
ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “Apa Tinjauan Teori Dan Tinjauan
Kasus pada Pasien Dengan Diagnosa Medis Pneumonia?”

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum

Untuk melaksanakan asuhan keperawatan dengan Diagnosa Medis


Pneumonia di ruang perawatan Rajawali Atas RSU Anutapura palu
2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian pada pasien dengan diagnosa medis pneumonia


di ruang perawatan Rajawali Atas RSU Anutapura palu

iv
b. Merumuskan masalah keperawatan pada pasien dengan diagnosa
medis pneumonia di ruang perawatan Rajawali Atas RSU Anutapura
palu
c. Menyusun rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa
medis pneumonia di ruang perawatan Rajawali Atas RSU Anutapura
palu
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan diagnosa
medis pneumonia di ruang perawatan Rajawali Atas RSU Anutapura
palu
e. Melakukan evaluasi pada pasien dengan diagnosa medis pneumonia di
ruang perawatan Rajawali Atas RSU Anutapura palu
D. Manfaat Penulisan
Hasil penulisan ini berguna sebagai bahan masukan bagi RSUD
ANUTAPURA Palu, untuk dapat mengevaluasi penerapan Asuhan
Keperawatan Keperawatan Medikal Bedah dengan Diagnosa Medis
Pneumonia di Rumah Sakit secara komprehensif.

v
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Medis
1. Definisi
Pneumonia adalah proses inflamasi atau peradangan pada jaringan
paru yang tampak fusi serta dapat terjadi pengisian di lubang alveoli
yang disebabkan oleh jamur, virus bakteri, dan benda asing. Pneumonia
juga bisa disebabkan oleh bahan kimia, dan aspirasi. Pneumonia
merupakan peradangan akut di parenkim paru dan sering mengganggu
pertukaran gas (Akbar, 2019)
Pneumonia merupakan salah satu penyakit yang terjadi karena
infeksi di saluran pernafasan bawah akut (ISNBA) disertai dengan sesak
nafas yang disebabkan oleh virus, mycoplasma (fungi) .Pneumonia
merupakan peradangan akut jaringan paru yang biasanya berasal dari
suatu infeksi.
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru,
distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius,
alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan
gangguan pertukaran gas setempat. Bronkopneumonia digunakan unutk
menggambarkan pneumonia yang mempunyai pola penyebaran
berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi didalam bronki
dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. Pada
bronkopneumonia terjadi konsolidasi area berbercak.

1
2. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi
Struktur tubuh yang berperan dalam sistem pernafasan yaitu :

1) Nares Anterior
Nares Anterior Adalah saluran-saluran di dalam lubang
hidung. Saluran-saluran itu bermuara di dalam lubang hidung.
Saluran-saluran itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai
vestibulum (rongga) hidung. Vestibulum ini dilapisi epitelium
bergaris yang bersambung dengan kulit. Lapisan nares anterior
memuat sejumlah kelenjar sebaseus yang ditutupi bulu kasar.
Kelenjar-kelenjar itu bermuara ke dalam rongga hidung
(Syaifuddin, 2018).
2) Rongga Hidung
Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan
pembuluh darah, bersambung dengan lapisan faring dan selaput
lendir semua sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam
rongga hidung. Daerah pernafasan dilapisi epitelium silinder dan
sel spitel berambut yang mengandung sel cangkir atau sel lendir.
Sekresi sel itu membuat permukaan nares basah dan berlendir. Di
atas septum nasalis dan konka, selaput lendir ini paling tebal, yang
diuraikan di bawah. Tiga tulang kerang (konka) yang diselaputi

2
epitelium pernafasan, yang menjorok dari dinding lateral hidung ke
dalam rongga, sangat memperbesar permukaan selaput lendir
tersebut.
Sewaktu udara melalui hidung, udara disaring oleh bulu-bulu
yang terdapat di dalam vestibulum. Karena kontak dengan
permukaan lendir yang dilaluinya, udara menjadi hangat, dan
karena penguapan air dari permukaan selaput lendir, udara menjadi
lembap (Syaifuddin, 2018).
3) Faring (tekak)
Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak
sampai persambungannya dengan dengan esofagus pada ketinggian
tulang rawan krikoid. Maka letaknya di belakang hidung
(nasofaring), di belakang mulut (orofaring) dan di belakang laring
(faring-laringeal) (Syaifuddin, 2018).
4) Laring (tenggorok)
Terletak di depan bagian terendah faring yang
memisahkannya dari kolumna vertebra, berjalan dari faring sampai
ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di
bawahnya.
Laring terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat
bersama oleh ligamen dan membran. Yang terbesar di antaranya
ialah tulang rawan tiroid, dan disebelah depannya terdapat benjolan
subkutaneus yang dikenal sebagai jakun, yaitu sebelah depan leher.
Laring terdiri atas dua lempeng ataunlamina yang bersambung di
garis tengah. Di tepi atas terdapat lekukan berupa V. Tulang rawan
krikoid terletak dibawah tiroid, bentuknya seperti cincin mohor di
sebelah belakang (ini adalah tulang rawan satu-satunya yang
berbentuk lingkaran lengkap). Tulang rawan lainnya adalah kedua
tulang rawan aritenoid yang menjulang di sebelah belakang
krikoid, kanan dan kiri tulang rawan kuneiform kornikulata yang
sangat kecil (Syaifuddin, 2018).

3
5) Trakea ( batang tenggorok)
Trakea atau batang tenggorok kira-kira sembilan sentimeter
panjangnya. Trakea berjalan dari laring sampai kira-kira ketinggian
vertebratorakalis kelima dan di tempat ini bercabang menjadi dua
bronkus (bronki). Trakea tersusun atas enam belas sampai dua
puluh lingkaran tak lengkap berupa cincin tulang rawan yang di
ikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran
disebelah belakang trakea, selain itu juga memuat beberapa
jaringan otot. Trakea dilapisi selaput lendir yang terdiri atas
epitelium bersilia dan sel cangkir. Silia ini bergeak menuju ke atas
ke arah laring, maka dengan gerakan ini debu dan butir-butir halus
lainnya yang larut masuk bersama dengan pernafasan dapat
dikeluarkan.
6) Bronkus (cabang tenggorokan)
Bronkus merupakan lanjutan dari trakhea ada dua buah yang
terdapat pada ketinggian vertebratorakalis IV dan V mempunyai
struktur serupa dengan trakhea dan dilapisi oleh jenis sel yang
sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan ke samping ke
arah tampak paru-paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih
besar daripada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3
cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang
kanan, terdiri dari 9-12 cincin dan mempunyai 2 cabang. Bronkus
bercabang- cabang, cabang yang paling kecil disebut bronkiolus
(bronkioli). Pada bronkioli terdapat gelembung paru/gelembung
hawa atau alveoli (Syaifuddin, 2018).
7) Paru-paru
Paru-paru ada dua , dan merupakan alat pernafasan utama.
Paru- paru mengisi rongga dada. Terletak disebelah kanan dan kiri
dan ditengah dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah
besarnya dan struktur lainnya yang terletak didalam mediastinum.
Paru-paru adalah organ yang berbentuk kerucut dengan apeks

4
(puncak) di atas dan muncul sedikit lebih tinggi daripada klavikula
di dalam dasar leher. Pangkal paru-paru duduk di atas landai
rongga toraks, diatas diafragma. Paru-paru mempunyai permukaan
luar yang menyentuh iga-iga, permukaan dalam yang memuat
tampuk paru-paru, sisi belakang yang menyentuh tulang belakang,
dan sisi depan yang menutupi sebagian sisi depan jantung.
b. Fisiologi
Menurut (Pearce, 2019) fungsi paru-paru ialah pertukaran gas
oksigen dan karbondioksida. Pada pernafasan melalui paru-paru atau
pernafasan eksterna, oksigen dipungut melalui hidung dan mulut
pada waktu bernafas, oksigen masuk melalui trakea dan pipa
bronkial ke alveoli, dan dapat berhubungan erat dengan darah di
dalam kapiler pulmonaris.
Hanya satu lapisan membran, yaitu membran alveoli-kapiler,
yang memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus membran
ini dan dipungut oleh haemoglobin sel darah merah dan di bawa ke
jantung. Dari sini dipompa di dalam arteri ke semua bagian tubuh.
Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mm Hg
dan pada tingkat ini hemoglobin 95% jenuh oksigen.
Didalam paru-paru CO2, salah satu hasil buangan
metabolisme, menembus membran alveoler-kapiler dari kapiler-
kapiler darah ke alveoli, dan setelah melalui pipa bronkial dan
trakea, dinapaskan keluar melalui hidung dan mulut.
Empat proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmoner
atau pernafasan eksterna :
1) Ventilasi Pulmoner, atau gerak pernafasan yang menukar udara
dalam alveoli dengan udara luar
2) Arus darah melalui paru-paru
3) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga dalam
jumlah tepat dapat mencapai semua bagian tubuh
4) Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan

5
kapiler. CO2 lebih mudah berdifusi daripada O2.
Semua proses ini telah diatur sedemikian rupa sehingga darah
yang meninggalkan paru-paru menerima jumlah tepat CO2 dan O2.
Pada waktu gerak badan, lebih banyak darah datang di paru-paru
membawa terlalu banyak CO2 dan terlampau sedikit O2; jumlah CO2
itu tidak dapat dikeluarkan, maka konsentrasinya dalam darah arteri
bertambah. Hal ini merangsang pusat pernafasan dalam otak untuk
memperbesar kecepatan dan dalamnya pernafasan. Penambahan
ventilasi ini mengeluarkan CO2 dan memungut lebih banyak O2.
3. Etiologi
Sebenarnya pada diri manusia sudah ada kuman yang dapat
menimbulkan pneumonia dan penyakit ini baru akan timbul apabila ada
faktor- faktor prsesipitasi, namun pneumonia juga sebagai komplikasi
dari penyakit yang lain ataupun sebagai penyakit yang terjadi karena
etiologi di bawah ini :
a. Bakteri
Bakteri yang dapat menyebabkan pneumonia adalah :
Diplococus pneumonia, Pneumococcus, Streptococcus Hemoliticus
aureus, Haemophilus influenza, Basilus friendlander (Klebsial
pneumonia), Mycobacterium tuberculosis. Bakteri gram positif yang
menyebabkan pneumonia bakteri adalah steprokokus pneumonia,
streptococcus aureus dan streptococcus pyogenis
b. Virus
Pneumonia virus merupakan tipe pneumonia yang paling umum
disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi
droplet. Cytomegalovirus merupakan penyebab utama pneumonia
virus. Virus lain yang dapat menyebabkan pneumonia adalah
Respiratory syntical virus dan virus stinomegalik.
c. Jamur
Infeksi yang disebabkan oleh jamur seperti histoplasmosis
menyebar melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan

6
biasanya ditemukan pada kotoran burung. Jamur yang dapat
menyebabkan pneumonia adalah : Citoplasma Capsulatum,
Criptococcus Nepromas, Blastomices Dermatides, Cocedirides
Immitis, Aspergillus Sp, Candinda Albicans, Mycoplasma
Pneumonia.
d. Protozoa
Ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami imunosupresi
seperti pada penderita AIDS.
e. Faktor lain yang mempengaruhi
Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia adalah
daya tahan tubuh yang menurun misalnya akibat malnutrisi energi
protein (MEP), penyakit menahun, pengobatan antibiotik yang tidak
sempurna.
Faktor-faktor yang meningkatkan resiko kematian akibat Pnemonia
1) Umur dibawah 2 bulan
2) Tingkat sosio ekonomi rendah
3) Gizi kurang
4) Berat badan lahir rendah
5) Tingkat pendidikan rendah
6) Tingkat pelayanan (jangkauan) pelayanan kesehatan rendah
7) Kepadatan tempat tinggal
8) Imunisasi yang tidak memadai
9) Menderita penyakit kronis
4. Patofisiologi
Suatu penyakit infeksi pernapasan dapat terjadi akibat adanya
serangan agen infeksius yang bertransmisi atau di tularkan melalui udara.
Namun pada kenyataannya tidak semua penyakit pernapasan di sebabkan
oleh agen yang bertransmisi denagan cara yang sama. Pada dasarnya
agen infeksius memasuki saluran pernapasan melalui berbagai cara
seperti inhalasi (melaui udara), hematogen (melaui darah), ataupun
dengan aspirasi langsung ke dalam saluran tracheobronchial. Selain itu

7
masuknya mikroorganisme ke dalam saluran pernapasan juga dapat di
akibatkan oleh adanya perluasan langsung dari tempat tempat lain di
dalam tubuh. Pada kasus pneumonia, mikroorganisme biasanya masuk
melalui inhalasi dan aspirasi.
Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan
mikroorganisme, keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme
pertahanan paru. Terdapatnya bakteri di dalam paru merupakan
ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme
dapat berkembang biak dan berakibat timbulnya infeksi penyakit.
Sekresi enzim – enzim dari sel-sel yang melapisi trakeo-bronkial
yang bekerja sebagai antimikroba yang non spesifik. Bila pertahanan
tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat melalui jalan nafas sampai
ke alveoli yang menyebabkan radang pada dinding alveoli dan jaringan
sekitarnya. Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu
proses peradangan yang meliputi empat stadium, yaitu :
a. Stadium I (4 – 12 jam pertama/kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan
permulaan yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal
ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas
kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan
mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan
sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut mencakup
histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan
jalur komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamin dan
prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan
peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan
perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisium sehingga
terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus.
Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan
jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka

8
perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan sering
mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.
b. Stadium II (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh
sel darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu
( host ) sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena
menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan
cairan, sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan
seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat
minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini
berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam.
c. Stadium III (3 – 8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah
putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini
endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan
terjadi fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli
mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan
leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak
lagi mengalami kongesti.
d. Stadium IV (7 – 11 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun
dan peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan
diabsorsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya
semula.
Penyakit pneumonia sebenarnya merupakan manifestasi dari
rendahnya daya tahan tubuh seseorang akibat adanya peningkatan kuman
patogen seperti bakteri yang menyerang saluran pernapasan. Selain
adanya infeksi kuman dan virus, menurunnya daya tahan tubuh dapat
juga di sebabkan karena adanya tindakan endotracheal dan tracheostomy
serta konsumsi obat obatan yang dapat menekan refleks batuk sebagai
akibat dari upaya pertahanan saluran pernapasan terhadap serangan

9
kuman dan virus.

10
5. Patway
Jamur, virus, protozoa
Pe↑ suhu tubuh

Terhirup
Metabolisme me↑

Proses peradangan
Hipertermia

Eksudat & serous masuk Pe↑ konsentrasi protein


Infeksi Tertelan ke dalam alveoli cairan alveoli
lambung

Kerja sel goblet me↑ SDM & leukosit PMN Tekanan hidrostatik me↑,
Akumulasi sputum mengisi alveoli tekanan osmosis me↑
(sputum bersifat basa) di
lambung
Produksi sputum me↑
Konsolidasi di alveoli Difusi me↓
Lambung mengadakan usaha
Akumulasi sputum di jalan untuk menyeimbangkan asam Akumulasi cairan di
nafas basa Konsolidasi di paru alveoli

Bersihan Jalan Nafas


Meningkatkan keasaman Compliance paru ↓ Gangguan Pertukaran
di lambung Gas
Tidak Efektif

Intoleransi
Peningkatan asam Mual, Pola Nafas Tidak Suplai 02
Risiko Defisit aktivitas
lambung muntah Efektif
Nutrisi

11
12
6. Klasifikasi
a. Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :
1) Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris
dengan opasitas lobus atau lobularis.
2) Pneumonia atipikal, ditandai gangguan respirasi yang meningkat
lambat dengan gambaran infiltrat paru bilateral yang difus.
b. Berdasarkan faktor lingkungan
1) Pneumonia komunitas
2) Pneumonia nosokomial
3) Pneumonia rekurens
4) Pneumonia aspirasi
5) Pneumonia pada gangguan imun
6) Pneumonia hipostatik
c. Berdasarkan sindrom klinis
1) Pneumonia bakterial berupa : pneumonia bakterial tipe tipikal
yang terutama mengenai parenkim paru dalam bentuk
bronkopneumonia dan pneumonia lobar serta pneumonia
bakterial tipe campuran atipikal yaitu perjalanan penyakit ringan
dan jarang disertai konsolidasi paru.
2) Pneumonia non bakterial, dikenal pneumonia atipikal yang
disebabkan Mycoplasma, Chlamydia pneumoniae atau
Legionella
7. Manifestasi Klinis
a. Meriang, tampak tanda sebagai infeksi pertama. Sering terjadi dengan
suhu mencapai 39,5-40,5oC.
b. Susah makan, hal yang umum melalui tahap demam dari penyakit,
seringkali memanjang sampai ke tahap pemulihan.
c. Muntah, jika muntah bersamaan dengan penyakit yang merupakan
petunjuk untuk awalan infeksi.
d. Sakit pada perut, merupakan keluhan umum. Terkadang tidak bisa
membedakan dengan nyeri apendiksitis.

14
e. Batuk, menjadi perkiraan terbuka dari masalah respirasi. Bisa sebagai
bukti hanya selama fase akut.
f. Bunyi pernafasan, seperti batuk, mengi, mengorok. Saat di auskultasi
terdengar suara mengi.
g. Sakit tenggorokan, menjadi keluhan yang kerap terjadi. Diketahui
dengan menolak untuk minum dan makan.
h. Disamping batuk atau kesulitan bernafas, terdapat nafas cepatpada
orang dewasa : ≥20 kali/menit.
8. Komplikasi
Komplikasi bronkopneumonia umumnya lebih sering terjadi pada
anak-anak, orang dewasa yang lebih tua (usia 65 tahun atau lebih), dan
orang-orang dengan kondisi kesehatan tertentu, seperti diabetes (Akbar
Asfihan, 2019). Beberapa komplikasi bronkopneumonia yang mungkin
terjadi, termasuk :
a. Infeksi Darah
Kondisi ini terjadi karena bakteri memasuki aliran darah dan
menginfeksi organ lain. Infeksi darah atau sepsis dapat menyebabkan
kegagalan organ.
b. Abses Paru-paru
Abses paru-paru dapat terjadi ketika nanah terbentuk di rongga
paruparu. Kondisi ini biasanya dapat diobati dengan antibiotik.
Tetapi kadang-kadang diperlukan pembedahan untuk
menyingkirkannya.
c. Efusi Pleura
Efusi pleura adalah suatu kondisi di mana cairan mengisi ruang
di sekitar paru-paru dan rongga dada. Cairan yang terinfeksi
biasanya dikeringkan dengan jarum atau tabung tipis. Dalam
beberapa kasus, efusi pleura yang parah memerlukan intervensi
bedah untuk membantu mengeluarkan cairan.
d. Gagal Napas

15
Kondisi yang disebabkan oleh kerusakan parah pada paru-paru,
sehingga tubuh tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen karena
gangguan fungsi pernapasan. Jika tidak segera diobati, gagal napas
dapat menyebabkan organ tubuh berhenti berfungsi dan berhenti
bernapas sama sekali. Dalam hal ini, orang yang terkena harus
menerima bantuan pernapasan melalui mesin (respirator).
9. Pemeriksaan Diagnostik
a. Chest x-ray
b. Analisa gas darah & pulsea oxymetry
c. Jika keadaan memburuk atau tidak ada respons terhadap pengobatan
maka dilakukan pemeriksaan secara invasif. Bahan kultur dapat
diambil melalui tindakan bronkoskopi dengan cara bilasan, sikatan
bronkus dengan kateter ganda terlindung dan bronchoalveolar lavage
(BAL). Tindakan lain adalah aspirasi transtorakal.
d. Pewarnaan gram/ culture sputum dan darah
Kriteria dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan
langsung dan biakan yaitu bila ditemukan sel PMN > 25 / lapangan
pandang kecil (lpk) dan sel epitel < 10 / lpk.
e. Periksa darah lengkap : leukositosis biasanya timbul, meskipun
nilai pemeriksaan darah putih rendah pada infeksi virus.
f. Tes serologi: membantu dalam membedakan diagnosis pada
organisme secara spesifik.
g. LED: meningkat.
h. Pemeriksaan fungsi paru-paru: volume mungkin menurun (kongesti
dan kolaps alveolar): tekanan saluran udara meningkat dan kapasitas
pemenuhan udara menurun, hipoksemia.
i. Elektrolit: sodium dan klorida kemungkinan rendah.
j. Bilirubin mungkin meningkat.

Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah


leucosit, biasanya > 10.000/µl kadang mencapai 30.000 jika
disebabkan virus atau mikoplasma jumlah leucosit dapat normal, atau

16
menurun dan pada hitung jenis leucosit terdapat pergeseran kekiri juga
terjadi peningkatan LED. Kultur darah dapat positif pada 20 – 25 pada
penderita yang tidak diobatai. Kadang didapatkan peningkatan ureum
darah, akan tetapi kteatinin masih dalah batas normal. Analisis gas
darah menunjukan hypoksemia dan hypercardia, pada stadium lanjut
dapat terjadi asidosis respiratorik.
10. Penatalaksanaan
a. Keperawatan
Pada penderita yang penyakitnya tidak berat, bisa diberikan
antibiotic per-oral, dan tetap tinggal dirumah. Penderita yang lebih tua
dan dan penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung
atau paru lainnya, harus dirawat dan antibiotic diberikan melalui
infuse. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intravena
dan alat bantu napas mekanik. Kebanyakan penderita akan
memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik
dalam waktu 2 minggu. Penatalaksanaan :
1) Oksigen 1-2 L / menit
2) IVFD (Intra Venous Fluid Drug)/ (pemberian obat melalui intra
vena) dekstrose 10 % : NaCl 0,9 % = 3 : 1, + KCL 10 mEq / 500
ml cairan
3) Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status
hidrasi.
4) Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai dengan makanan
entral bertahap melalui selang nasogastrik dengan feding drip.
5) Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin
normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier.
6) Koreksi gangguan keseimbangan asam - basa dan elektrolit.
(Nurarif & Kusuma, 2019)
b. Medis
Konsolidasi atau area yang menebal dalam paru-paru yang akan
tampak pada rontgen dada mencakup area berbercak atau keseluruhan

17
lobus (pneumonia lobaris). Pada pemeriksaan fisik, temuan tersebut
dapat mencakup bunyi napas broonkovesikular atau bronchial,
krekles, peningkatan fremitus, egofani, dan pekak padaperkusi.
Pengobatan pneumonia termasuk pemberian antibiotik yang sesuai
seperti yang ditetapkan oleh hasil pewarnaan gram. Selain itu untuk
pengobatan pneumonia yaitu eritromisin, derivat tetrasiklin,
amantadine, rimantadine, trimetoprim- sulfametoksazol, dapsone,
pentamidin, ketokonazol.
Untuk kasus pneumonia komuniti base:
1) Ampisilin 100 mg / kg BB / hari dalam 4 hari pemberian
2) Kloramfenicol 75 mg / kg BB / hari dalam 4 hari pemberian
Untuk kasus pneumonia hospital base :
3) Sevotaksim 100 mg / kg BB / hari dalam 2 kali pemberian
4) Amikasim 10 - 15 mg / kg BB / hari dalam 2 kali pemberian.
(Nurarif & Kusuma, 2019)
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian pada pasien dengan kasus pneumonia :
a. Identitas, seperti: nama, tempat tanggal lahir/umur,
Bronchopneumonia sering terjadi pada bayi dan anak. Kasus
terbanyak terjadi pada anak berusia di bawah 3 tahun dan kematian
terbanyak terjadi pada bayi yang berusia kurang dari 2 bulan.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien dengan
pneumonia untuk meminta pertolongan kesehatan adalah sesak napas
ketika melakukan aktivitas berlebih, batuk, dan peningkatan suhu
tubuh/demam.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama.
Pada klien dengan pneumonia keluhan batuk biasanya timbul
mendadak dan tidak berkurang setelah meminum obat batuk yang

18
biasanya ada di pasaran. Pada awalnya keluhan batuk tidak produktif,
tapi selanjutnya akan berkembang menjadi batuk produktif dengan
mukus purulen kekuning-kuningan, kehijau-hijauan, kecokelatan,
atau kemerahan, dan sering kali berbau busuk. Klien biasanya
mengeluh mengalami demam tinggi dan menggigil (onset mungkin
tiba-tiba dan berbahaya). Adanya keluhan nyeri dada pleuritis, sesak
napas, peningkatan frekuensi pernapasan, lemas, dan nyeri kepala.
d. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian diarahkan pada waktu sebelumnya, apakah klien
pernah mengalami infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dengan
gejala seperti luka tenggorokan, kongesti nasal, bersin, dan demam
ringan.
e. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Keadaan umum pada klien dengan pneumonia dapat
dilakukan secara selintas pandang dengan menilai keadaan fisik
pada tubuh.
2) Kesadaran
Perlu dinilai secara umum tentang kesadaran klien yang
terdiri atas composmentis, apatis, somnolen, sopor, soporokoma,
atau koma. Seorang perawat perlu mempunyai pengetahuan dan
pengalaman tentang konsep anatomi dan fisiologi umum
sehingga dengan cepat dapat menilai keadaan umum, kesadaran,
dan pengukuran GCS bila kesadaran klien menurun yang
memerlukan kecepatan dan ketepatan penilaian.
3) Tanda-tanda vital
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien dengan
pneumonia biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh lebih
dari 40ºC, frekuensi napas meningkat dari frekuensi normal,
denyut nadi biasanya meningkat seirama dengan peningkatan
suhu tubuh dan frekuensi pernapasan, dan apabila tidak

19
melibatkan infeksi sistemis yang berpengaruh pada
hemodinamika kardiovaskular tekanan darah biasanya tidak ada
masalah.
4) Pemerikasaan kepala
Kepela bersih, rambut hitam, tidak ada kelainan bentuk
kepala, tidak ada benjolan pada kepala, tidak ada nyeri tekan
pada kepala.
5) Pemeriksaan hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung, terdapat sekret di
dalam hidung, tidak terpasang NGT, tidak nyeri tekan pada
hidung, jumlah RR > 20 x / menit.
6) Pemeriksaan mulut
Mukosa bibir terlihat kering karena terjadi penurunan nafsu
makan dan kurang minum air putih. Sedangkan pada kemampuan
menelan tidak ada gangguan.
7) Pemeriksaan telinga
Bentuk telinga simetris, tidak ada serumen pada telinga, tidak
ada nyeri tekan pada telinga.
8) Pemeiksaan leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri tekan
pada leher.
9) Pemeriksaan thorak :
a) Paru
 Inspeksi:Bentuk dada dan pergerakan pernapasan.
Gerakan pernapasan simetris. Pada klien dengan
pneumonia sering ditemukan peningkatan frekuensi
napas cepat dan dangkal, serta adanya retraksi sternum
dan intercostal space (ICS). Saat dilakukan pengkajian
batuk pada klien dengan pneumonia, biasanya
didapatkan batuk produktif disertai dengan adanya
peningkatan sekret dan sekresi sputum yang purulen.

20
 Palpasi :Gerakan dinding thoraks anterior/ekskrusi
pernapasan. Pada palpasi klien dengan pneumonia,
gerakan dada saat bernapas biasanya normal dan
seimbang antara bagian kanan dan kiri. Getaran suara
(fremitus vocal). Taktil fremitus pada klien dengan
pneumonia biasanya normal.
 Perkusi :Klien dengan pneumonia tanpa disertai
komplikasi, biasanya didapatkan bunyi resonan atau
sonor pada seluruh lapang paru. Bunyi redup perkusi
pada klien dengan pneumonia didapatkan apabila
bronkhopneumonia menjadi suatu sarang (kunfluens).
 Auskultasi : Pada klien dengan pneumonia, didapatkan
bunyi napas melemah dan bunyi napas tambahan ronkhi
basah pada sisi yang sakit. Penting bagi perawat
pemeriksa untuk mendokumentasikan hasil auskultasi di
daerah mana didapatkan adanya ronkhi.
b) Jantung
 Inspeksi :ictus cordis tidak terlihat.
 Palpasi :ictus cordis teraba di ICS 5 midklavikula
sinistra.
 Perkusi : terdengar bunyi pekak..
 Auskultasi : tidak ada bunyi jantung tambahan, bunyi
jantung 1 dan 2 terdengar tunggal.
10) Pemeriksaan abomen
 Inspeksi : dinding periut terlihat cekun dari dada, tidak ada
luka maupun lesi.
 Auskultasi : terdengar bising usus dan peristaltic usus 10-15
x/menit.
 Palpasi : terdengar suara tympani.
 Perkusi : tidak ada nyeri tekan dan penumpukan cairan.

21
2. Diagnosa keperawatan
a) Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Berhubungan Dengan Spasme
Jalan Napas
b) Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan Ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi.
c) Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
d) Risiko Defisit Nutrisi
e) Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen.
f) Hipertermia berhubungan dengan Proses penyakit (mis. infeksi,
kanker)

22
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawtan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
bersihan jalan napas tidak efektif Luaran: Bersihan jalan nafas Manajemen jalan napas (I.01011)
meningkat (L.01001) Observasi
Kriteria hasil: batuk efektif  Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha
meningkat, produksi sputum napas).
menurun, mengi menurun,  Monitor bunyi napas tambahan (mis. gurgling,
wheezing menurun, dipsnea mengi, wheezing, ronkhi kering).
menurun, ortopneamenurun,  Monitor sputum (jumlah, warna, aroma).
sulit bicara menurun, sianosis Terapeutik
menurun, gelisahmenurun  Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt
frekuensi nafas membaik, pola dan chin-lift (jaw-thrust jika dicurigai trauma
nafas membaik. servikal).
 Posisikan semi-fowler atau fowler.
 Berikan minum hangat.
 Lakukan fisioterapi dada, jika perlu.
 Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik.
 Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan

23
endotrakeal.
 Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep
McGill.
 Berikan oksigen, jika perlu.
Edukasi
 Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari, jika tidak
kotraindikasi.
 Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
Gangguan Pertukaran Gas Luaran: Pertukaran gas Intervensi: Terapi Oksigen (l.01026)
meningkat (L.01003) Observasi
Kriteria hasil: dispnea menurun,  Monitor kecepatan aliran oksigen
bunyi napas tambahan menurun,  Monitor posisi alat terapi oksigen
diaforesis menurun,PCO2  Monitor aliran oksigen secara periodic dan pastikan
membaik, PO2 membaik, pola fraksi yang diberikan cukup
napas  Monitor efektifitas terapi oksigen (mis. oksimetri,
membaik.

24
analisa gas darah ), jika perlu
 Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat
makan
 Monitor tanda-tanda hipoventilasi
 Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan
atelektasis
 Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
 Monitor integritas mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen
Terapeutik
 Bersihkan secret pada mulut, hidung dan trachea,
jika perlu
 Pertahankan kepatenan jalan nafas
 Berikan oksigen tambahan, jika perlu
 Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasi
 Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengat
tingkat mobilisasi pasien
Edukasi

25
 Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan
oksigen dirumah
Kolaborasi
 Kolaborasi penentuan dosis oksigen
 Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas
dan/atau tidur

26
27
4. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Fokus
implementasi diantaranya, mempertahankan daya tahan tubuh,
menemukan perubahan sistem tubuh, mencegah komplikasi,
memantapkan hubungan klien dengan lingkungan.
Pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan ( intervensi ). Proses pelaksanaan
implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain
yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan dan kegiatan komunikasi.
Tujuan implementasi adalah Melaksanakan hasil dari rencana
keperawatan untuk selanjutnya di evaluasi untuk mengetahui kondisi
kesehatan pasien dalam periode yang singkat, mempertahankan daya
tahan tubuh, mencegah komplikasi, dan menemukan perubahan sistem
tubuh.
5. Evaluasi
Evaluasi atau tahap penelitian adalah perbandingan sistematis dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara bersambugan dengan melibatkan klien, keluarga,
dan tenaga kesehatan. Tujuan evaluasi ini adalah untuk melihat
kemampuan klien mencapai tujuan yang di inginkan dengan kriteria hasil
pada perencanaan. Format yang dipakai adalah format SOAP:
a. S : Data Subjektif
Perkembangan yang di dasarkan pada apa yang di rasakan, di
keluhkan dan di kemukakan klien.
b. : Data Objektif
Perkembangan yang biasa di amati dan di ukur oleh perawat atau tim
kesehatan lain.
c. A : Analisis
Penilaian dari kedua jenis data (baik subjektif maupun objektif)
apakah berkembang ke arah kebaikan atau kemunduran.

28
d. P : Perencanaan
Rencana penanganan klien yang di dasarkan pada hasil analisis di
atas berisi melanjutkan perencanaan sebelumnya apabila keadaan
atau masalah belum teratasi.

29
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
BIODATA PASIEN
1. Nama : TN.K
2. Umur : 74 tahun
3. Jenis Kelamin : laki-laki
4. No Register : 563095
5. Alamat : Jln paparjakat duyu
6. Status : Menikah
7. Keluarga terdekat : Ny.S/
8. Diagnose Medis :

I. ANAMNASE
a. Keluhan Utama : Batuk
b. Keluhan uatama saat pengkajian : Batuk berdahak
c. Keluhan penyerta : klien mengatakan sedikit sesak nafas, klien
mengeluh batuk kadang berlendir, klien mengeluh sakit kepala, klien
mengatakan pusing, klien mengatakan nyeri dibagian uluh hati.
d. Riwayat penyakit sekarang : klien masuk di rumah sakit anutapura
pada tanggal 22-02-2023, dengan keluhan lemas, batuk, sesak nafas
disertai pingsan. Saat pengkajian pada tanggal 23-02-2023, klien
mengatakan masih batuk kadang berlendir, klien mengatakan sedikit
sesak nafas, klien mengeluh sakit kepala, klien mengatakan pusing,
klien mengatakan nyeri uluh hati. Klien Nampak lemas, klien
Nampak pucat, klien Nampak sesak, Nampak terpasang cairan RL 20
tpm.
e. Riwayat pengkajian yang lalu : klien mengatakan pernah masuk di
rumah sakit anutapura dengan operasi mata ( katarak) pada tahun
2019

30
f. Riwayat kesehatan keluarga : klien mengatakan tidak tau apakah
dikeluarganya mengalami penyakit yang sama seperti yang klien
alami saat ini.
g. Genogram

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

: Garis Menikah

: Garis Keturunan

: Meninggal

31
II. POLA PEMELIHARAAN KESEHATAN
1. Pola Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi

No Pemenuhan
Di Rumah Di Rumah Sakit
Makan/Minum
1 Jumlah / Pagi : 1 porsi dihabiskan Pagi : 1 porsi dihabiskan
Waktu Siang : 1 porsi Siang : 1 porsi dihabiskan
dihabiskan Malam : 1 porsi dihabiskan
Malam : 1 porsi
dihabiskan
2 Jenis Nasi, ikan, sayur, air Bubur, nasi, ikan, telur, sayur,
putih air putih/ infus RL 20
Tpm
3 Pantangan Tidak ada Dilarang makan makanan yang
berminyak
4 Kesulitan Tidak ada Tidak ada
Makan /
Minum
5 Usaha-usaha tidak ada Tidak ada
mengat
asi
masalah

2. Pola Eliminasi

No Pemenuhan
Di Rumah Di Rumah Sakit
Eliminasi
BAB
1 Jumlah / 1 Kali sehari Selama sakit belum pernah
Waktu BAB
2 Warna Kuning Tidak ada

3 Bau Khas faeses Khas feses


4 Konsistensi Lunak Tidak ada
5 Masalah Tidak ada konstipasi
Elimina
si
6 Cara Tidak ada Makan buat tinggin serat
Mengat
asi
Masala
h
BAK

32
7 Jumlah / Pagi 2-3 kali dalam sehari Pagi 5-6 kali kali dalam sehari
Waktu Siang 3-4 kali dalam Malam 8-9 kali dalam sehari
sehari
Malam 4-5 kali dalam
sehari
8 Warna Kuning Kuning
9 Bau Ammonia Khas obat
10 Konsistensi Cair cair
11 Masalah Tidak ada Tidak ada
Eliminasi
12 Cara Tidak ada Tidak ada
Mengatasi
Masalah

3. Pola Isrirahat Tidur

No Pemenuhan
Istirahat Di Rumah Di Rumah Sakit
Tidur
1 Jumlah / Pagi : tidak ada Pagi 1-2 jam
Waktu Siang : tidak ada Siang 2-3 jam
Malam 6-8 jam 6-7 jam
2 Gangguan Tidak ada Karena batuk berdahak dan
Tidur tidak biasa dilingkungan RS
3 Upaya Tidak ada Tidak ada
Mengatasi
Gangguan
tidur
4 Hal Yang Tidak ada Suasana tengang dan dibantu
Memper- dengan cairan dan obat
mudah Tidur
5 Hal Yang Kencing-kencing Kencing-kencing dan batuk-
Memper- batuk
mudah bangun

4. Pola Kebersihan Diri/ personal Hygiene

No Pemenuhan Personal
Di Rumah Di Rumah Sakit
Hygiene
1 Frekuensi Mencuci 1 kali dalam sehari Belum peernah
Rambut
2 Frekuensi Mandi 1 kali dalam sehari Belum pernah
3 Frekuensi Gosok 1 kali dalam sehari 2 kali dalam sehari
Gigi
4 Keadaan Kuku kotor kotor

5. Pola Kebiasan

33
No Pola Kebiasaan Di Rumah Di Rumah Sakit
1. Merokok : Yah Tidak ada
1) Frekuensi
2) Jumlah
3) Lama Pemakaian
2. Minuman keras / Tidak ada Tidak ada
NAPZA:
1) Frekuensi
2) Jumlah
3)Lama Pemakaian

III. RIWAYAT SOSIAL EKONOMI


1. Latar belakang sosial,budaya, dan spiritual
a. Kegiatan kemasyarakatan : klien mengatakan jarang mengikuti
kegiatan-kegiatan yang ada karena sibuk dikebun
b. Konflik social yang dialami pasien : keluarga klien mengatakan
tidak pernah mengalami konflik social dilingkungannya
c. Ketaatan pasien dalam menjalankan agamanya : klien
mengatakan kurang taat dalam melakukan ibadah
d. Teman dekat yang senantiasa siap membantu : klien mengatakan
bahwa yang dekat dengan klien hanya anak & cucu.
2. Ekonomi
a. Siapa yang membiayai perawatan pasien selama di rawat : klien
mengatakan menggunakan BPJS serta dibantu keluarganya
b. Apakah ada masalah keuangan dan bagaimana mengatasinya :
klien mengatakan tidak ada masalah dalam keuangan
IV. PEMERIKSAAN FISIK

1. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital


a. TD : 147/94 mmHg
b. Nadi : 117 x/ menit
c. RR : 24 x/ menit
d. Suhu : 36,9 ℃
e. SPO2 : 91%
f. BB : 47 kg
g. TD : 147 cm

34
2. Keadaan Umum : Nampak Lemah dan gelisa
3. Pemeriksaan Sistem Pernapasan
Inspeksi : bentuk torak normal chest, keluhan sesak, klien nampak
batuk produktif sekret berwarna bening dan konsistensi
berlendir, pola napas dipnea, tidak ada pernapasan cuping
hidung, terpasang alat bantu pernapasan Nasal kanul 3 lp,
dan tidak terpasang WSD.
Palpasi : dada didapatkan vocal fremitus dada sama, tidak ada
pulsasi pola dinding torak tidak terdapat benjolan, dan
tidak ada nyeri tekan pada dada.
Perkusi : Tidak di kaji
Auskultasi : suara napas ronchi dan irama naps tidak teratur
4. Pemeriksaan Sistem Kardiovaskuler
Inspeksi : Tidak ada keluhan nyeri dada dan Iktus cordis teraba
Palpasi : Pulsasi dinding dada teraba lemah
 Sirkulasi peripher
a) Nadi 117 x/mnt
b) Irama teratur
c) Denyut teraba kuat
 Vena jugularis teraba

Perkusi : Tidak di kaji


Auskultasi : Irama jantung reguler dan suara jantung 1 terdengar
murni seperti lup disebut sistolik penutupan katub
mitral dan trikuspidalis di ics 5-6 dan suara jantung 2
terdengar murni seperti dup diastolik penutupan katup
aorta dan pulmonial pada ics 2.

5. Pemeriksaan Neurologis
a. Menguji tingkat kesadaran dengan GCS ( Glasgow Coma Scale )
1). Menilai respon membuka mata 4
2). Menilai respon Verbal 5
3). Menilai respon motorik 6

35
kesimpulan : 15 (Compos Mentis)
b. Memeriksa tanda-tanda rangsangan otak
Tidak ada peningkatan suhu tubuh, tidak ada nyeri kepala,
tidak ada mual muntah tidak ada kejang, dan tidak ada
penurunan tingkat kesadaran
c. Memeriksa nervus cranialis
Nervus I , Olfaktorius : klien mampu membedakan bau
Nervus II, Opticus : klien mampu melihat dengan baik
Nervus III, Ocumulatorius : klien mampu membuka mata
Nervus IV, Throclearis : klien mampu mengangkat kelopak
mata dan membuka mata
Nervus V, Thrigeminus : klien mampu melakukan reflex kedip
dan memjamkan mata
Nervus VI, Abdusen : klien mampu memutarkan bola mata
Nervus VII, Facialis : klien mampu melakukan senyum
Nervus VIII, Auditorius : klien mampu memndengar dengan
baik
Nervus IX, Glosopharingeal : klien mampu menelan dengan baik
Nervus X, Vagus : klien kurang mampu bernafas dengan baik
Nervus XI, Accessorius : klien tidak mampu menelan makanan
Nervus XII, Hypoglosal : klien tidak mampu menguya makanan
dan berbicara dengan baik
d. Memeriksa fungsi motorik
Fungsi motorik normal (ukuran-ukuran otot simetris tidak
ada atrofi otot)
e. Memeriksa reflek tendon : Tidak di kaji
f. Memeriksa reflek pathologis : Tidak di kaji
6. Pemeriksaan Sistem Integument
a. Kulit
Inspeksi : tidak terdapat lesi, dan jaringan parut, warna kulit
sawo matang, tidak terdapat luka bakar ataupun luka
post operasi dan tidak ada kelainan pada kulit

36
Palpasi : Tekstur kulit kasar, Tugor kulit <3 detik/ tidak
elastis, Bibir tidak kering, Struktur lembab, tidak
terdapat Nyeri tekan
b. Pemeriksaan rambut
Inspeksi : Penyebaran rambut tidak merata, tidak bauh, rambut
tidak rontok, warna hitam dan putih, keadaan rambut
bersih, tidak terdapat hirsutisme, tidak terdapat kutu
dan lesi.
Palpasi : Tekstur rambut kasar dan rapuh
c. Pemeriksaan Kuku
Inspeksi : warna kuku nampak pink, bentuk kuku <60 0, kuku
klien nampak kotor dan panjang
Palpasi : Tekstur kuku kasar dan ada penebalan pada bagian
kuku kaki
7. Pemeriksaan Sistem Pencernaan
BB : 47 kg IMT : 21,8
TB : 147 cm interpretasi : Berat badan ideal
Inspeksi : Tidak ada lesi, bibir tidak pecah, ada caries, tidak
menggunakan gigi palsu, tidak ada kesulitan dalam
menelan ataupun nyeri pada saat menelan, abdomen
kembung, bentuk abdomen datar, tidak diare, klien
mengatakan belum bab dari masuk rumah sakit hari rabu
tanggal 22 sampai hari kamis tanggal 23.
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan pada abdomen, peristaltik 30
x/mnt, BAB belum perna bab sejak masuk sampai hari
ke 2 di rawat di rumah sakit bab teraktir di hari selasa
pagi tanggal 21, nafsu makan baik, porsi selalu di
habiskan.
Perkusi : tidak terdapat bunyi timpani dan pekak
8. Pemeriksaan Urogenetalia
Inspeksi : tidak ada keluhan saat berkemih, kemampuan berkemih
spontan

37
Palpasi : tidak terdapat distensi kandung kemih, dan tidak ada nyeri
tekan
9. Sistem Persepsi Sensori Penglihatan
Inspeksi : Mata kiri dan kanan tidak simetris, mata kiri klien
mengalami kebutaan, tidak ada ekssoftalmus dan
endofthalmus, kelopak mata tidak oedem, tidak terdapat
peradangan, tidak terdapat luka, tidak terdapat benjolan,
bulu mata rontok, konjungtiva dan sclera , reaksi pupil
terhadap cahaya, kornea mata sebelah kanan berwarna
hitam
10. Sistem Persepsi Sensori Pendengaran
Inspeksi dan palpasi : bentuk telinga normal (simetris), tidak
terdapat lesi, tidak ada nyeri tekan, tidak ada peradangan,
tidak ada pendarahan, tidak menggunakan alat bantu
pendengaran.
11. Sistem Muskuloskeletal
5 5
Inspeksi : pergerakan sendi bebas, kekuatan otot
5 5

Tidak ada kelainan pada ektremitas, tidak ada


kelainan tulang belakang, tidak ada fraktur, tidak
menggunakan spalk/gips, tidak ada keluhan nyeri
pada ekstremitas atas ataupun ekstremitas bawah.

12. Sistem Endokrin


Palpasi : tidak ada pembesaran tyroid dan pembesaran kelenjar
getah bening
Inspeksi : tidak terdapat hipoglikemia ataupun hiperglikemia.
V. RIWAYAT PSIKOLOGIS
1. Status Nyeri :
a. Menurut Skala Intensitas Numerik : 0 (tidak ada nyeri)
b. Menurut Agency for Health Care Policy and Research

No Intensitas Nyeri Diskripsi

38
1  Tidak Nyeri Pasien mengatakan tidak merasa nyeri
Pasien mengatakan sedikit nyeri atau
2 □ Nyeri ringan ringan.
Pasien nampak gelisah
Pasien mengatakan nyeri masih bisa
ditahan atau sedang
3 □ Nyeri sedang Pasien nampak gelisah
Pasien mampu sedikit berparsitipasi
dalam perawatan
Pasien mangatakan nyeri tidak dapat
ditahan atau berat.
4 □ Nyeri berat Pasien sangat gelisah
Fungsi mobilitas dan perilaku pasien
berubah
Pasien mengatan nyeri tidak
□ Nyeri sangat tertahankan atau sangat berat
5
berat Perubahan ADL yang mencolok
( Ketergantungan ), putus asa.

2. Status Emosi
Ekspresi hati dan perasaan klien nampak sedang tidak ada
tingkah laku yang menonjol pada klien
3. Gaya Komunikasi
Klien tidak nampak hati-hati dalam berbicara, Komikasi klien
spontan, klien tidak menolak untuk di ajak berkomunikasi,
komunikasi klien jelas, dan klien tidak menggunakan bahasa isyarat.
4. Pola Interaksi
Klien mengatakan selalu berespon kepada siapa saja, klien
mengatakan orang terdekat dan dipercaya klien adalah keluarganya
terutama pada anak-anaknya, klien aktif dalam berinteraksi, dan tipe
kepribadiaan klien nampak terbuka.
5. Pola Pertahanan
Klien akan memanggil keluarganya atau perawat Ketika ada
sedikit masalah yang tidak bisa dilakukannya sendiri
6. Dampak di Rawat di Rumah Sakit
Setelah dirawat dirumah sakit klien mengalami perubahan
dalam segi kesehatannya (membaik)

39
7. Pemeriksaan Status Mental Dan Spiritual
a. Kondisi emosi / perasaan pasien : suasana hati klien sedih,
ekspresi wajahnya sesuai dengan suasana hatinya.
b. Kebutuhan Spiritual Klien : kebutuhan beribadah terpenuhi dan
klien melakukan ibadah di tempat tidur.
c. Tingkat Kecemasan Pasien :
Komponen Yang Cemas Cemas Cemas
No Panik
dikaji Ringan Sedang Berat
Orintasi terhadap
1 Orang,tempat,wa Baik
ktu
Baik
2 Lapang persepsi

Kemampuan Mampu
3 menyelesaikan dengan
masalah bantuan
Mampu
berkonsentrasi
4 Proses Berfikir
dan mengingat
dengan baik
5 Motivasi Baik

d. Konsep diri pasien:


1). Identitas diri : klien mengenal siapa dirinya dan dimana dia
berada
2). Ideal diri : klien berperilaku sangat baik
3). Gambaran diri : klien adalah orang yang sederhana
4). Harga diri : klien merasa tidak berguna karna penyakitnya
5). Peran : klien aktif berinteraksi dengan keluarganya

40
VI. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Darah Lengkap
WBC : 8,1 (N = 4,8-10,8 10^3/uL)
RBC : 4,5 (N = 4,7-6,1 10^3/uL)
HGB : 12,4 (N = 14-18 g/dL)
HCT : 37,1 (N = 42-52 %)
MCV : 82,4 (N = 80-99 fL)
MCH : 27,6 (N = 27-31 pg)
MCHC : 33,4 ( N = 33-37 g/dL)
PLT : 239 ( N = 150-450 10^3/uL)
RDW-CV : 14,8 ( N = 11,5-14,5 %)
RDW-SD : 45,7 ( N = 37-54 fL)
PDW : 8,6 ( N = 9-13 fL)
MPV : 7,3 ( N = 7,2-11,1 fL)
P-LCR : 9,3 ( N = 15-25 %)
NEUT% : 66,8 ( N = 40-74 %
LYM% : 26,7 ( N = 19-48 %)
MXD% : 6,5 ( N = 4-18 %)
NEUT# : 5,4 ( N = 1,5-7 10^3/uL)
LYM# : 2,2 ( N = 1-3,7 10^3/uL)
MXD# : 0,5 ( N = 0-1,2 10^3/uL)
GDS : 108 ( 60-199 mg/dL)
2. Kimia Darah
SGOT : 17 (N =
SGPT :9(N=
3. Analisis Elektrolit
Kalium : 4,19 ( N = 3,48-5,50 mmol/L)
Natrium : 141,21 ( N = 135,37-145,00 mmol/L)
Klorida : 100,00 ( N = 96,00-106,00 mmol/L)

41
VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hasil Foto Thorax
Kesan :
a. Pneumonia
b. Lymphadenopathy Parahillar Sinistra
c. Atherosclerosis Aortae
VIII. TERAPI YANG TELAH DIBERIKAN

NO NAMA OBAT DOSIS EFEK OBAT


1 Ceftriazone

2 Nacakon

3 Lasacon

4 Badesmas

5 Omeprazole

42
PENGUMPULAN DATA
1. Klien mengatakan Batuk berdahak
2. klien mengatakan sedikit sesak nafas
3. klien mengeluh batuk kadang berlendir
4. klien mengeluh sakit kepala
5. klien mengatakan pusing
6. klien mengatakan nyeri dibagian uluh hati.
7. Klien mengatakan ia merokok
8. Klien mengatakan selalu merasa lelah setelah melakukan aktivitas
9. Klien mengatakan sesak setelah melakukan aktivitas
10. Nampak sputum klien berlebihan
11. Suara napas ronchi dan irama naps tidak teratur
12. Klien nampak lemah
13. Klien nampak gelisa
14. Tanda-tanda vital :
 TD : 147/94 mmHg
 Nadi : 117 x/mnt
 RR : 24 x/mnt
 Suhu : 36,9 oc
 SPO2 : 91%

43
KLASIFIKASI DATA

Data Subjektif Data Objektif


 Klien mengatakan Batuk 1. Klien nampak lemah
berdahak 2. Klien nampak gelisa
 klien mengatakan sedikit sesak 3. Nampak sputum klien berlebihan
nafas 4. Suara napas ronchi dan irama naps
 klien mengeluh batuk kadang tidak teratur
berlendir 5. Tanda-tanda vital :

 klien mengeluh sakit kepala  TD : 147/94 mmHg

 klien mengatakan pusing  Nadi : 117 x/mnt

 klien mengatakan nyeri  RR : 24 x/mnt


dibagian uluh hati.  Suhu : 36,9 oc
 Klien mengatakan ia merokok  SPO2 : 91%
 Klien mengatakan selalu
merasa lelah setelah melakukan
aktivitas
 Klien mengatakan sesak setelah
melakukan aktivitas

44
ANALISA DATA

Data Fokus Etiologi Masalah Keperawatan


Ds : Jamur, virus Bersihan Jalan Napas
 Klien mengatakan Batuk Tidak Efektif
Terhirup
berdahak
proses peradangan
 klien mengatakan sedikit sesak
nafas Infeksi
 klien mengeluh batuk kadang Kerja sel goblet
berlendir meningkat
Do : Produksi sputum
 Klien nampak gelisa meningkat

 Nampak sputum klien Akumulasi sputum


berlebihan dijalan napas

 Suara napas ronchi Bersihan Jalan Napas


Tidak Efektif
Hambatan upaya Pola Napas Tidak Efektif
napas

eksudat dan
serousmasuk dalam
Ds : alveoli
 klien mengatakan sedikit sesak
sdm dan leukosit pmn
nafas mengisi alveoli
Do :
konsolidasi di alveoli
 RR : 24 x/mnt
konsolidasi di paru
 SPO2 : 91%
compliance paru
menurun

Pola Napas Tidak


Efektif

45
ketidakseimbangan Intoleransi Aktivitas
antara suplai dan
kebutuhan oksigen
Ds :
 Klien mengatakan selalu merasa eksudat dan
serousmasuk dalam
lelah setelah melakukan alveoli
aktivitas
sdm dan leukosit pmn
 Klien mengatakan sesak setelah mengisi alveoli
melakukan aktivitas
konsolidasi di alveoli
Do :
 Klien nampak lemah konsolidasi di paru

 TD : 147/94 compliance paru


mmHg menurun

 Nadi : 117 x/mnt suplai Oksigen

Intoleransi Aktivitas

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
tertahan
2. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
3. Pola napas tidak efektif berhubungan hambatan upaya napas (mis. Nyeri
saat bernapas, kelemahan otot pernapasan)

46
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa
Kriteria hasil Rencana keperawatan Rasional
Keperawatan
1 Bersihan jalan Setelah dilakukan Latihan batuk efektif (I.01006) 1. Untuk mengetahui sputum
napas tidak tindakan keperawatan Observasi : 2. Untuk memudahkan dalam bernapas
efektif selama 3x24 jam 1. Identifikasi kemampuan batuk 3. Untuk memudahkan dalam
berhubungan diharapkan Bersihan Terapeutik : mengeluarkan sputum
dengan sekresi jalan napas tidak efektif 2. Atur posisi semi fowler atau fowler 4. Untuk mempermudah dalam
yang tertahan teratasi dengan kriteria Edukasi : penyembuhan
hasil: 3. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk
a. Produksi sputum efektif
menurun (5) Kolaborasi :
b. Gelisah menurun (5) 4. Kolaborasi pemberian mukolitik atau
c. Frekuensi napas espektoran
membaik (5)
d. Pola napas membaik
(5)

2 Intoleran Setelah dilakukan Dukungan Ambulasi 1. Untuk mengetahui adanya nyeri atau
aktivitas tindakan keperawatan 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan keluhan lain pada pasien
berhubungan selama 3x24 jam fisik lainya 2. Agar frekuensi jantung dan tekanan
dengan diharapkan aktivitas 2. Monitor frekuensi jantung dan darah pasien teratasi
ketidakseimban dengan kriteria hasil: tekanan darah sebelum memulai 3. Agar keluarga mengetahui kondisi umum
gan antara 1. Frekuensi nadi (3) ambulasi pasien
suplai dan 2. Keluhan lelah 3. Libatkan keluarga untuk membantu 4. Untuk mencegah terjadinya maslah pada
kebutuhan menurun (5) pasien dalam meningkatkan ambulasi pasien
oksigen 3. Dyspnea setelah 4. Ajarkan ambulasi sederhana yang

47
aktivitas menurun (5) harus dilakukan (mis. Berjalan dari
tempat tidur kekursi roda,berjalan dari
tempat tidur kekamar mandi, berjalan
sesuai toleransi)
3 Pola napas Setelah dilakukan 1. Monitor pernapasan 1. Untuk mengetahui adanya peningkatan
tidak efektif tindakan asuhan 2. Posisikan semi fowler pernapasan
berhubungan keperawatan selama 3. Berikan oksigen, jika perlu 2. Meningkatkan ekspansi paru dan
dengan 3x24 jam diharapkan 4. Ajarkan tehnik napas dalam mempermudah pernapasan
hambatan upaya pola napas meningkat 3. Memaksimalkan pernapasan
napas dengan kriteria hasil: 4. Untuk memaksimalkan ventilasi
1. sesak napas menurun membuka area atelaksis
2. frekuensi napas
membaik

48
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/tgl/jam No Dx Tindakan keperawatan Hasil keperawatan
Rabu 22/02/2023 1 1. Mengidentifikasi kemampuan batuk 1. Klien belum mampu mengeluarkan
Jam 10.00 sputum
Jam 10.20 2. Mengatur posisi semi fowler atau fowler 2. Klien nampak berbaring dan merasa
Jam 10.30 3. Menjelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif nyaman
Jam 12.00 4. Mengkolaborasi pemberian mukolitik atau 3. Klien mengerti dengan penjelasan
espektoran yang diberikan
4. Pemberian teraphy nebulizer
(Lasacom 1 respul/12 jam, budesma
1 respul/8 jam)
Jam 09.00 2 1. Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan 1. Klien mengatakan batuk dan sesak
fisik lainya
Jam 09.20 2. Memonitor frekuensi jantung dan tekanan 2. TD : 147/94 mmHg
darah sebelum memulai ambulasi Nadi : 117 x/mnt
Jam 11.15 3. Melibatkan keluarga untuk membantu pasien 3. Melibatkan keluarga untuk selalu
dalam meningkatkan ambulasi membantu pasien untuk melakukan
ambulasi berjalan dari tempat tidur
ke kursi roda
Jam 11.20 4. Mengajarkan ambulasi sederhana yang harus 4. Berjalan dari tempat tidur ke kursi
dilakukan roda

49
Jam 09.00 3 1. Memonitor pola napas a. RR : 24x/m dan Spo2: 91%
Jam 09.45 2. Memposisikan pasien dengan posisi semi b. Mengatur posisi semi fowler
fowler
Jam 11.30 3. Memberikan oksigen jika perlu c. Memberikan O2 nasal kanul 3 Lpm
Jam 12.20 4. Mengajarkan tehnik napas dalam untuk untuk d. Pasien paham dan mengerti tehnik
mengurangi sesak napas napas dalam

Kamis,23/2/2023 1 1. Mengidentifikasi kemampuan batuk a. Klien mampu mengeluarkan sputum


Jam 08.40
Jam 08.55 2. Mengatur posisi semi fowler atau fowler b. Klien nampak berbaring dan merasa
nyaman
Jam 10.40 3. Menjelaskan tujuan dan prosedur batuk c. Klien mengerti dengan penjelasan
efektif yang diberikan
Jam 12.00 4. Mengkolaborasi pemberian mukolitik atau d. Pemberian teraphy nebulizer
espektoran (Lasacom 1 respul/12 jam, budesma
1 respul/8 jam)
Jam 09.00 2. 1. Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan 1. Klien mengatakan batuk dan sesak
fisik lainya
Jam 09.15 2. Memonitor frekuensi jantung dan tekanan 2. TD : 135/90 mmHg
darah sebelum memulai ambulasi Nadi : 110 x/mnt

50
Jam 09.45 3. Melibatkan keluarga untuk membantu pasien 3. Melibatkan keluarga untuk selalu
dalam meningkatkan ambulasi membantu pasien untuk melakukan
ambulasi berjalan dari tempat tidur
ke kursi roda
Jam 10.30 4. Mengajarkan ambulasi sederhana yang harus 4. Berjalan dari tempat tidur ke kamar
dilakukan mandi

Jam 09.15 3. 1. Memonitor pola napas 1. RR : 21 x/m dan Spo2: 96%


Jam 09.30 2. Memposisikan pasien dengan posisi semi 2. Mengatur posisi semi fowler
fowler
Jam 10.10 3. Memberikan oksigen jika perlu 3. Pasien terpasang O2 nasal kanul 3
Lpm
Jam 11.20 4. Mengajarkan tehnik napas dalam untuk untuk 4. Pasien paham dan mengerti tehnik
mengurangi sesak napas napas dalam
Jumat 24/2/2023 1 1. Mengidentifikasi kemampuan batuk 1. Klien mampu mengeluarkan sputum
Jam 08.00 2. Mengatur posisi semi fowler atau fowler 2. Klien nampak berbaring dengan
posisi semi fowler dan merasa
nyaman
Jam 08.30 3. Menjelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif 3. Klien mengerti dengan penjelasan
yang diberikan
Jam 12.00 4. Mengkolaborasi pemberian mukolitik atau 4. Pemberian teraphy nebulizer

51
espektoran (Lasacom 1 respul/12 jam, budesma 1
respul/8 jam)
Jam 09.00 2 1. Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan 1. Klien mengatakan batuk dan sesak
fisik lainya
Jam 09.15 2. Memonitor frekuensi jantung dan tekanan 2. TD : 120/85 mmHg
darah sebelum memulai ambulasi Nadi : 110 x/mnt
Jam 09 40 3. Melibatkan keluarga untuk membantu pasien 3. Melibatkan keluarga untuk selalu
dalam meningkatkan ambulasi membantu pasien untuk melakukan
ambulasi berjalan dari tempat tidur
ke kursi roda
Jam 10.00 4. Mengajarkan ambulasi sederhana yang harus 4. Berjalan dari tempat tidur ke kursi
dilakukan roda

Jam 09.15 3 1. Memonitor pola napas 1. RR : 20x/m dan Spo2: 98%


Jam 10.30 2. Memposisikan pasien dengan posisi semi 2. Memposisikan semi fowler
fowler
Jam 11.30 3. Memberikan oksigen jika perlu 3. Pasien tidak menggunakan oksigen
lagi
Jam 12.00 4. Mengajarkan tehnik napas dalam untuk untuk 4. Selalu menganjurkan klien jika
mengurangi sesak napas merasa sesak untuk melakukan
teknik napas dalam

52
A. EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/tgl/jam No Dx Evaluasi
Rabu 22/2/2023 1 S : Pasien mengatakan masih batuk berdahak
Jam 14.00 O: - keadaan umum sedang
- RR 24x/m
A: Masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1. Identifikasi kemampuan batuk
2. Atur posisi semi fowler atau fowler
3. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
4. Kolaborasi pemberian mukolitik atau espektoran

Jam 14.00 2 S : klien mengatakan masih susah melakukan aktivitas


O : Klien nampak lemah
TD : 145 / 90 mmHg
Nadi : 110 x/mnt
A : Masalah intoleransi aktivitas belum teratasi
P : Intervensi dipertahankan
1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainya
2. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai ambulasi
3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan ambulasi
4. Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan

53
Jam 14.00 3 S: Pasien mengatakan sudah tidak terlalu sesak napas
O: -Pasien nampak lemas
- RR 24 x/mnt
- SPO2 : 91 %
- Terpasang O2 nassal kanil 3 Lpm
A: Masalah pola napas tidak efektif belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
1. Monitor pernapasan
2. Posisikan semi fowler
3. Berikan oksigen, jika perlu
4. Ajarkan tehnik napas dalam
Kamis 23/2/2023 1 S: Pasien mengatakan masih batuk .
Jam 14.00 O: - Keadaan umum sedang
- RR 21x/mnt
A: Masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif teratasi sebagian
P: intervensi dipertahankan
1. Identifikasi kemampuan batuk
2. Atur posisi semi fowler atau fowler
3. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
4. Kolaborasi pemberian mukolitik atau espektoran

2 S : klien mengatakan sudah bisa melakukan aktivitas tetapi masih merasa sesak
setelah melakukan aktivitas
O : Klien nampak lemah

54
TD : 135 / 90 mmHg
Nadi : 110 x/mnt
A : Masalah intoleransi aktivitas teratasi sebagian
P : Intervensi dipertahankan
1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainya
2. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai ambulasi
3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan ambulasi
4. Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan
3
S: Pasien mengatakan sesak mulai berkurang
O: - pasien tampak lemas
- RR : 21 x/mnt
- SPO2 : 96 %
Terpasang O2 nasal kanul 3 Lpm
A: Masalah pola napas tidak efektif teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
1. Monitor pernapasan
2. Posisikan semi fowler
3. Berikan oksigen, jika perlu
4. Ajarkan tehnik napas dalam
Jumat 24/2/2023 1 S: Pasien mengatakan masih batuk
Jam 14.00 O: Keadaan umum sedang
RR 20 x/m
A: Masalah keperawatan teratasi sebagian

55
P: Intervensi dipertahankan
1. Identifikasi kemampuan batuk
2. Atur posisi semi fowler atau fowler
3. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
4. Kolaborasi pemberian mukolitik atau espektoran

2 S: : klien mengatakan sudah bisa melakukan aktivitas seperti ke kamar mandi


O : Klien nampak keadaan sedang
TD : 120 / 95 mmHg
Nadi : 1103x/mnt
A : Masalah intoleransi aktivitas teratasi sebagian
P : Intervensi dipertahankan
1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainya
2. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai ambulasi
3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan ambulasi
4. Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan

3 S: Pasien mengatakan sudah tidak sesak


O: - keadaan pasien nampak sedang
- RR : 20 x/ mnt
- SPO2 : 98%
A: Masalah keperawatan teratasi
P: Pertahankan intervensi
1. Monitor pernapasan

56
2. Posisikan semi fowler
3. Ajarkan tehnik napas dalam

57
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Pneumonia merupakan peradangan pada jaringan paru yang tampak fusi
serta dapat terjadi pengisian di lubang alveoli yang disebabkan oleh jamur,
virus bakteri, dan benda asing. Pneumonia merupakan peradangan akut pada
parenkim paru dan sering mengganggu pertukaran gas. Pneumonia merupakan
salah satu penyakit yang terjadi karena infeksi di saluran pernafasan bawah
akut disertai dengan sesak nafas yang disebabkan oleh virus, mycoplasma
(fungi).
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien-pasien pdengan
diagnosa pneumonia adalah bersihan jalan napas, pola napas tidak efektif,
intoleransi aktifitas gangguan pertukaran gas, hipertermi dan resiko defisit
nutrisi. Dengan keluhan-keluhan pasien sesak, batuk, sesak saat melakukan
aktivitas.
B. Saran
1. Institusi Pengambil Kebijakan Rumah Sakit
Dengan hasil laporan ini diharapkan Institusi Pengambil Kebijakan
Rumah Sakit dapat menjadikan refrensi sebagai salah satu cara yang dapat
dikembangkan dalam pelaksanaan perawatan pasein dengan diagnosa
medis Pneumonia.
2. Bagi Universitas Widya Nusantara Palu
Bagi Universitas Widya Nusantara Palu diharapkan dengan hasil
laporan ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk pengembangan ilmu
pengetahuan, khususnya tentang perawatan pasien dengan diagnosa medis
Pneumonia.
3. Bagi Kelompok
Bagi kelompok diharapkan hasil laporan ini dapat dijadikan sebagai
bahan referensi untuk kajian ilmiah dari teori yang didapat dan
implementasi dalam perawatan kebutuhan dasar nutrisi.

58
DAFTAR PUSTAKA

Akbar Asfihan. 2019. Bronchopneumonia. Available at:


https://adalah.co.id/bronchopneumonia/.
Butcher Dkk.2021-2023. Kalsifikasi Luaran Keperawatan Nursing Otcome
Classification (NOC) Pengukuran Outcome Kesehatan Edisi Keenam:
Elseiver : Jakarta
Butcher Dkk.2021-2023 Nursing Interventions Classification (NIC).Edisi
Ketujuh. Elseiver : Jakarta
Chairunisa, Y. 2019. ‘Karya tulis ilmiah asuhan keperawatan anak dengan
bronkopneumonia di rumah sakit samarinda medika citra’.
Dwi Hadya Jayani. 2018. ‘10 Penyebab Utama Kematian Bayi di Dunia’, in Hari
Widowati (ed.). Jakarta: Katadata. Available at: ourworlddindata.org.
Herdman dkk. 2021. NANDA International Diagnosis Keperawatan: Definisi dan
Klasifikasi 2021 - 2023, Edisi ke-12. EGC : Jakarta
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Health Statistics. Jakarta.
Mulyani, P. 2018 ‘Penerapan Teknik Nafas Dalam Pada Anak Balita Dengan
Bronkopneumonia Di RSUD Wonosari Kabupaten Gunungkidul’, pp. 1–
71.
Indah, L. (2019). HUBUNGAN STATUS GIZI DAN RIWAYAT ASI
EKSLUSIF DENGAN RISIKO PNEUMONIA PADA BALITA DI
PUSKESMAS LUBUK KILANGAN KOTA PADANG TAHUN 2019.
Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2018 [Indonesia Health Profile
2018].http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatan-indonesia/Data-dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia
2018.pdf
Khasanah, fitri nur. (2017). Asuhan Keperawatan Pada..., ASTRIA EMA
KHARISMA Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015. 9–40.
Riskesdas, K. (2018). Hasil Utama Riset Kesehata Dasar (RISKESDAS). Journal
of Physics A: Mathematical and Theoretical, 44(8), 1–200.
https://doi.org/10.1088/1751-8113/44/8/085201
Ranny, A. (2016). Perbedaan Karakteristik Pasien Pneumonia Komunitas Dewasa
dengan Usia Lanjut di Bangsal Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang 2014.
http://scholar.unand.ac.id/3681/

Anda mungkin juga menyukai