Di Susun Oleh
Mairita Andani
2019.NS.A.07.051
PEMBIMBING PRAKTIK
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan
ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Tn.M Dengan Diagnosa Medis
Pneumonia Aspirasi di Ruang ICU RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya” yang
susun penulis untuk memenuhi tugas Stase Keperawatan Kritis program studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini secara khusus
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap Palangka
Raya.
2. Meilitha Carolina, Ners, M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners.
Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan dari laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini untuk mengetahui
masalah Pneumonia aspirasi/peradangan paru
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Terhirup
Bronchiolus
Stimulasi
Alveolus chemoreseptor
hipotalamus
Infeksi Proses peradangan
Set poin
Konsentrasi
Kerja sel goblet Eksudat & serous bertambah
protein cairan
masuk dalam alveoli alveoli
Respon
Produksi sputum
SDM & leukosit menggigil
meningkat
PMN mengisi alveoli
Rangsang Akumulasi sputum Reaksi
batuk di jalan nafas Konsolidasi di peningkatan
Tekanan hidrostatik suhu tubuh
alveoli
tekanan osmotik
Nyeri pleurik Gangguan
ventilasi Compliance Hipertermi
paru menurun
Gangguan
Ketidakefektifan Difusi
rasa nyaman Evaporasi
Frekuensi nafas
nyeri bersihan jalan
nafas Cairan tubuh
Akumulasi cairan
berkurang
di alveoli
Ketidakefektifan
pola nafas Devisit
Volume
Gangguan Cairan
Kurang
pertukaran gas
pengetahuan
dan cemas
Susah tidur O2 jaringan
Kelemahan
Gangguan pola
tidur
Intoleransi
Aktivitas
2.6 Komplikasi
1. Gagal nafas dan sirkulasi
2. Syok sepsis
3. Effusi pleura,empyema dan abces
2.7 Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
Menurut connor, S. 2010. pemeriksaan penunjang untuk mengetahui pneumonia
aspirasi dapat dilaksanakan melalui beberapa pemeriksaan, yaitu :
1. Pemeriksaan Laboratorium
2. Foto thorax
3. CT Scan
2.8 Penatalaksanaan
1. Pemberian oksigenasi : dapat diberikan oksigen nasal atau masker, monitor dengan
pulse oxymetri. Bila ada tanda gagal napas diberikan ventilasi mekanik
2. Pemberian cairan dan kalori yang cukup (bila cairan parenteral). Jumlah cairan
sesuai berat badan, peningkatan suhu dan dehidrasi
3. Bila sesak tidak terlalu hebat dapat dimulai melalui enteral bertahap melalui selang
nasogatrik
4. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal
5. Koreksi kelainan asam basa atau elektrolit yang terjadi
6. Pemilihan antibiotik berdasarkan umur, keadaan umum penderita dan dugaan
penyebabnya. Evaluasi pengobatan dilakukan 48-72 jam. Bila tidak ada perbaikan
klinis dilakukan penggantian antibiotika sampai anak dinyatakan sembuh. Lama
pemberian antibiotic tergantung: kemajuan klinis penderita, hasil laboratorium, foto
thoraks dan jenis kuman penyebabnya. Biasanya antibiotik yang diberikan yaitu
antibiotic beta-laktam, ampisilin, atau amoksisilin, dikombinasikan kloramfenikol
atau diberikan sefalosporin generasi ketiga.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
3.1 Pengkajian
1. Riwayat Keperawatan
Masalah keperawatan yang pernah dialami
a. Pernah mengalami perubahan pola pernapasan.
b. Pernah mengalami batuk dengan sputum.
c. Pernah mengalami nyeri dada.
d. Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala di atas.
2. Riwayat penyakit pernapasan
a. apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC, dan lain-lain ?
b. bagaimana frekuensi setiap kejadian?
3. Riwayat kardiovaskuler
Pernah mengalami penyakit jantung (gagal jantung, gagal ventrikel kanan,dll)
atau peredaran darah.
4. Gaya hidup
Merokok, keluarga perokok, lingkungan kerja dengan perokok.
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar
kapiler (efek inflamasi)
3.3 Intervensi
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum
Tujuan dan Intervensi Rasional
Kriteria Hasli
Setelah dilakukan Kaji frekuensi/ Takipnea, pernafasan
tindakan kedalaman penafasan dangkal, dan gerakan
keperawatan 3x24 dan gerakan dada dada tak simetris sering
jam diharapak Auskultasi area paru, terjadi karna
bersihan jalan nafas catat are penuruan/ tidak ketidaknyamanan
menjadi efektif ada aliran udara dan gerakan dinding dada
dengan kriteria hasil bunyi nafas adventisius, dan/ cairan paru
: mis : krekels, mengi Penurunancaliran udara
Jalan nafas Bantu pasien latihan terjadi pada area
bersih nafas sering. Tunjukan konsolidasi dengan
Tidak ada atau bantu pasien cairan. Bunyi nafas
dispnea melakukan batuk, mis : bronkial (normal pada
Tidak menekan data dan batuk bronkus) dapat juga
sianosis efektik sementara posisi terjadi opada area
duduk tinggi konsolidasi. Krekels,
Kolaborasi pemberian ronki,dan mengi
sesuai indikasi analgetik terdengar pada inspirasi
dan ekspirasi pada
repson terhadap
pengumpulan cairan,
sekret kental, dan
spasme jalan
nafas/obsutriksi
Nafas dalam
memudahkan ekspansi
maksimum paru”/ jalan
nafas lebih kecil. Batuk
Diberikan untuk
memperbaiki batuk
dengan menurunkan
ketidaknyamanan tetapi
harus digunakan secara
hati’. Karna dapat
menurunkan batuk/
menekan pernafasan
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar
kapiler (efek inflamasi)
Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasli
Setelah dikakukan Kaji frekunesi, Manifestasi distres
tindakan keperawatan kedalaman, dan pernafasan tergantung
selama 3x24 jam dapat kemudahan bernafas. pada/ indikasi derajat
menunjukan perbaikan Observasi warna kulit, kterlibatan paru dan
ventilasi, dengan kriteria membran mukosa, dan status kesehatan umum
hasil : kuku catat adanya Sianosis kuku
Oksigenisasi sianosis verifer (kuku). menunjukan
jaringan dengan Kaji susu tubuh, sesuai pasokontriksi atau
GDA dalam indikasi. respon tubuh terhadap
batas normal Bantu tindakan demam/ menggil.
Tidak ada gejala kenyamanan untuk Namun sianosis daun
distres menurunkan demam telinga membran
pernafasan dan menggil mis: mukosa dan kulit
selimut tambahan, suhu sekitar mulut
ruangan nyaman, menunjukan
kompres hangat. hipoksemia sistematik
Demam tinggi (umum
pada pneumonia
bakterial dan influenza)
sangat meningkatkan
kebutuhan metabolik
dan kebutuhan oksigen.
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN KELOLAAN
DIAGNOSA EVALUASI
No PENGKAJIAN JAM IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN (SOAP)
1 JALAN NAFAS (AIR WAYS) √ Aktual 08.50 1. Teknik batuk S:-
Sumbatan : Resiko efektif O:
Benda asing Lendir Bersihkan jalan nafas 09.10 2. Memberikan TTV
terapi 02 3 lpm - TD :140/80
Darah Bronkospasma tidak efektif
dengan NC mmHg
√ Sputum b/d sekresi yang 10.30 3. Melakukan - N : 90x/m
tertahan dibuktikan fisiotrapi dada - RR : 18x/m
dengan adanya bunyi 4. Kolaborasi dengan - S : 36,6°C
nafas tambah 14.00 dokter dalam - Klien tampak
pemberian terapi terpasang O2,
obat yaitu OBH NC 3 lpm
3x1 perhari - SPO2 98 %
- Terapi obat
OBH
A : Masalah belum
tertasi
P : Lanjut
intervensi
DIAGNOSA EVALUASI
No PENGKAJIAN JAM IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN (SOAP)
2. PERNAFASAN (BREATHING)
a. Sesak dengan :
Aktivitas Tanpa aktivitas
Menggunaklan otot nafas tambahan
b. Frekuensi nafas :………x/mt
c. Irama : Teratur
Tdk teratur
d. Kedalaman : Dalam
Dangkal
e. Batuk : Produktif
Non produktif
f Sputum : Warna
Konsistensi
g. Bunyi nafas : Ronchi
Wheezing
Creakles
………………….
h. Nyeri bernafas : Ya
Tidak
Aktual
Resiko
Gangguan pertukaran gas
b/d ………………………
Aktual
DIAGNOSA EVALUASI
No PENGKAJIAN JAM IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN (SOAP)
Resiko
Gangguan rasa nyaman (nyeri)
b/d……………………….
Aktual
Resiko
…………………………….
3. SIRKULASI (CIRCULATION)
a. Nadi : …………….x/mt
b. TD : …………….mm/Hg
c. Irama : Teratur
Tidak teratur
d. Denyut : Lemah
Kuat
e. Ekstrimitas : Hangat
Dingin
f. Warna kulit : Kemerahan
Pucat
Cyanosis
g. Pengisian Kapiler :……………………..d/t
h. Edema :
Tidak
Ya, di : Wajah
Tangan
Tungkai
DIAGNOSA EVALUASI
No PENGKAJIAN JAM IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN (SOAP)
Anasarka
Aktual
Resiko
Penurunan curah jantung
b/d……………………….
Aktual
Resiko
…………………………
4. ELEMINASI & CAIRAN
a. BAK : …………….…….x/hr
Jumlah Sedikit,………..cc
Sedang,……….cc
Banyak,……….cc
Warna :
Nyeri BAK Ya
Tidak
Sakit pinggang Ya
Tidak
b. BAB :……………………….x/hr
Diare :
Tidak
DIAGNOSA EVALUASI
No PENGKAJIAN JAM IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN (SOAP)
Ya ( ) Berdarah
( ) Berlendir
( ) Cair
Abdomen :
Elastis Kembung
Lembek Asites
Turgor Baik
Sedang
Buruk
Mukosa Basah Kering
Kulit :…………………
Suhu :………………..0C
Nyeri :
Tidak
Ya : ( ) Ulu hati
( ) Menyebar
( ) ……………
Aktual
Resiko
Gangguan keseimbangan cairan &
elektrolit
b/d……………………….
Aktual
Resiko
DIAGNOSA EVALUASI
No PENGKAJIAN JAM IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN (SOAP)
Hypertermi
b/d……………………..
Aktual
Resiko
Hyportermi
b/d……………………..
Aktual
Resiko
Gangguan rasa nyaman (nyeri)
b/d……………………..
Aktual
Resiko
…………………………
5. INTEGUMEN (KULIT)
a. Luka : Tidak
Ya
b. Keadaan Luka : …………………………
…………………………………………….
c. Kedalaman :……………………..
Perdarahan Ya
Tidak
( gambarkan dermatom luka)
DIAGNOSA EVALUASI
No PENGKAJIAN JAM IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN (SOAP)
Aktual
Resiko
Gangguan integritas kulit/jaringan
b/d……………………..
6. STATUS NEUROLOGI
a. GSC E ………………….
M………………….
V………………….
b. Tingkat kesadaran :
CM Apatis
Somnolen Soporus
Delirium Coma
c. Pupil :
Isokar Unisokar
Miosis Midriasis
e. Kejang : Ya
f. Pelo Ya Tidak
g. Kelumpuhan/kelemahan
Ya, di…………………..
DIAGNOSA EVALUASI
No PENGKAJIAN JAM IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN (SOAP)
Tidak
h. Afasi : Ya Tidak
i. Disanthria : Ya Tidak
j. Nilai kekuatan otot :
Extrimitas atas kanan………………
Extrimitas atas kiri………………….
Extrimitas bawah kanan……………
Extrimitas bawah kiri………………..
K Reflek
- Patela : +/-
- Babinsky : +/-
- Bisep/trisep : +/-
Reflek lain :……………………
Aktual
Resiko
Penurunan tingkat kesadaran
b/d……………………..
Aktual
Resiko
Gangguan perfusi jaringan serebral
Palangka Raya,
………………………………………
DIAGNOSA EVALUASI
No PENGKAJIAN JAM IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN (SOAP)
b/d……………………..
Resiko cedera/jatuh dari tempat tinggi
b/d………………………..
Aktual
Resiko
7. Pengkajian Focus lainnya : 09.00 1. Monitor TTV S:-
AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT √ Aktual WIB 2. Membantu O:
Kelemahan Defisit perawatan diri pemenuhan ADL - ADL pasien
b/d kelemahan yang 10.30 3. Melakukan terpenuhi
√ ya, diseluruh tubuh terasa lemas
dibuktikan dengan WIB personal Hygine - tampak bersih
Aktivitas √ Tanpa aktivitas tidak mampu A :Masalah teratasi
- Klien menggunakan terapi 02 3 lpm, mandi/mengenakan 12.30 P: Hentikan
oksigen NC pakaian/makan/ke WIB intervensi
- Kebutuhan pasien dibantu sepenuhnya toilet/berhias secara
mandiri
Mahasiswa,
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hasil eksplorasi satu kedua pasien dengan pneumonia aspirasi dengan masalah
keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas ada lima hal yaitu :
5.1.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan pada pasien yang menderita dengan pneumonia aspirasi
masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas terdapat dari 11 batasan
karakteristik dalam teori, tidak semua terjadi pada pasien. Pada kedua pasien terdapat 5
batasan karakteristik yang tidak muncul yaitu Dispnea, Sianosis, napas, Ortopnea,
Penggunaan otot bantu pernapasan, Mata terbelalak. Batasan karakteristik yang muncul
pada kedua pasien yaitu suara nafas tambahan seperti ronchi, gelisah, kesulitan untuk
berbicara, batuk tidak efektif dan adanya penumpukan sputum. Kedua pasien adalah
pasien yang terdiagnosa pneumonia aspirasi
5.1.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien yang menderita Pneumonia Aspirasi memiliki
masalah keperawatan yaitu bersihan jalan napas tidak efektif dengan batasan
karateristik suara nafas tambahan seperti ronchi, batuk efektif dan adanya penumpukan
sputum. Hal ini dikarenakan pada klien Pneumonia Aspirasi memiliki tanda dan gejala
sesak nafas, dan batuk yang sulit keluar dahaknya.
5.1.3 Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan pada pasien yang menderita Pneumonia Aspirasi dengan
masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif memiliki 20 intervensi
keperawatn tentang penyakit Pneumonia Aspirasi. Tidak semua intervensi diberikan
kepada pasien dikarenakan intervensi diberikan sesuai dengan kondisi pasien.
5.1.4 Implementasi Keperawatan
Marik. E.P, 2012. Aspiration Pneumonitis and Aspiration Pneumonia. N Engl J Med, Vol 334,
No. 9. Texas tech University Health Science Center: Massacussetts
O, 8 Maret 2012) connor, S. 2010. Aspiration pneumonia and pneumonitis. Australian Prescriber
Bartlett, JG, Sexton, DJ, Thorner, AR. 2009. Aspiration Pneumonia In Adult. UpToDate For
Patients
Stead L. G, Stead S. M, Kaufman M. S. Aspiration Pneumonia in First Aid for the Emergency
Medicine Clerkship. Singapore: The McGraw-Hill Companies; 2014. p. 116
Karlinsky JB, King TE, Crapo JD, Glassroth J. Aspiration Pneumonia in Anaerobic and other
Infection Syndromes. In: Baum’s textbook of pulmonary diseases.7 th Ed. Philadelphia: Lippincot
Williams & Wilkins; 2014.p. 405-8.
IDENTIFIKASI DIAGNOSIS KEPERAWATAN PADA PASIEN DI RUANG PARU
SEBUAH RUMAH SAKIT
Heni Apriyani*
*Dosen Prodi Keperawatan Kotabumi Poltekkes
Tanjungkarang
Salah satu kegiatan yang penting dalam proses keperawatan adalah pengkajian
keperawatan. Pengalaman menunjukkan bahwa sering sekali perawat kesulitan dalam
menentukan diagnosis keperawatan spesifik yang dialami oleh pasien.Hal ini mungkin
karena pengkajian keperawatan yang tidak terstruktur dengan baik. Sejauh ini belum
ada standar asuhan keperawatan yang disepakati terkait perawatan pasien dengan
gangguan pernapasan. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi diagnosis keperawatan
yang dialami pasien yang dirawat di Ruang Paru di RSD HM Ryacudu Kotabumi
Lampung Utara. Penelitian dengan rancangan deskriptif dilakukan selama 1 bulan
(September s.d Oktober 2014), terhadap 30 responden pasien dengan gangguan
pernapasan menggunakan accidental sampling dan 2 responden perawat untuk
penegakan diagnosis keperawatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 2
diagnosis keperawatan yang ditegakkan oleh perawat ruangan yaitu Bersihan jalan
napas tidak efektif dan Pola napas tidak efektif. Sedangkan diagnosis keperawatan yang
ditegakkan oleh peneliti lebih beragam meliputi aspek biopsikososial spiritual. Bersihan
jalan napas tidak efektif dialami oleh 100% responden, pola napas tidak efektif dialami
oleh 100% responden, risiko trauma vascular dialami oleh 100% responden, defisit
perawatan diri: mandi, berpakaian, makan, dan aliminasi, dialami oleh 93% responden,
kesiapan meningkatkan pengetahuan dialami oleh 90% responden, mual dialami oleh
77% responden, gangguan body image dialami oleh 70% responden.Saran bagi pihak
RS menggunakan instrumen pengkajian terstruktur berdasarkan NANDA, sehingga
selanjutnya dapat dibuat standar asuhan keperawatan di ruang paru.
10. Mual 23 77
Berdasarkan tabel 2 sebagian besar 11. Gangguan body image 21 70
responden berjenis kelamin laki-laki 12. PC: Reaksi Allergi 10 33
(73%). 13. Ansietas 9 30
14. Ketidakefektifan performa 7 23
Tabel 3: Distribusi Responden Berdasarkan peran
Usia 15. Ketidakseimbangan 6 20
nutrisi: kurang dari
Usia (Tahun) f % kebutuhan tubuh
31 - 40 6 20 16. Risiko trauma 4 13
41- 50 5 17 17. Risiko distress spiritual 2 6
51 - 60 10 33
61 - 70 6 20
71 - 80 3 10 Berdasarkan tabel 3 usia terbanyak
Jumlah 30 100 pasien yang dirawat di Ruang Paru pada
Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat dan Gangguan pertukaran gas merupakan
bahwa dari jumlah sampel 30 pasien, diagnosis keperawatan yang paling banyak
diagnosis yang ditegakkan pada pasien ditegakkan oleh perawat berdasarkan
yang dirawat di Ruang Paru, berdasarkan serangkaian data pada pasien dengan
pengkajian dengan menggunakan NANDA gangguan pernapasan Pneumonia dan Asma.
terdapat 17 diagnosis dapat ditegakkan, Hal ini juga sesuai pendapat
sedangkan diagnosis yang ditegakkan Antipuesto (2009), bahwa pasien dengan
dari jenis diagnosis, diagnosis berdasarkan gangguan respirasi akan mengalami masalah
NANDA meliputi diagnosis aktual (actual Bersihan jalan napas tidak efektif, Pola
diagnosis): 11 diagnosis, risiko (Risk napas tidak efektif, Gangguan pertukaran
diagnosis): 4 diagnosis, promkes (Wellness gas, Kurang pengetahuan, dan Ansietas.
diagnosis): 1 diagnosis dan potensial Diagnosis keperawatan yang
komplikasi (Potensial complication): 1 ditegakkan berdasarkan pengkajian
diagnosis, sedangkan diagnosis yang NANDA-ISDA lebih beragam daripada
ditegakkan oleh perawat seluruhnya adalah diagnosis keperawatan yang ditegakkan oleh
diagnosis aktual. perawat. Dengan NANDA-ISDA pengkajian
Diagnosis keperawatan yang paling dilakukan dari berbagai Aspek dan didasari
sering muncul berdasarkan NANDA-ISDA pada pemahaman terhadap definisi suatu
adalah adalah Bersihan jalan napas tidak diagnosis tersebut (Nurjannah, 2010).
efektif (100%), Pola napas tidak efektif Sedangkan diagnosis yang dibuat perawat
(100%), Risiko trauma vascular (100%), tidak didasari pada pengkajian dan
Risiko jatuh (97%), Defisit perawatan diri: pemahaman tentang definisi diagnosis itu
mandi (93%), Defisit perawatan diri: sendiri, contohnya terdapat diagnosis
berpakaian (93%), Defisit perawatan diri: “Gangguan pola tidur”. Istilah ini tidak
eliminasi (93%), Defisit perawatan diri: ditemukan dalam nomenklatur NANDA-I,
makan (93%), Kesiapan peningkatan untuk data kurang tidur. Namun data “
pengetahuan (90%), Mual (77%), Gangguan kurang tidur “ akan memunculkan diagnosis
body image (70%), PC: reaksi allergi (33%), “Risiko jatuh”. Begitu pula, tidak satupun
Ansietas (30%), Ketidakefektifan performa tidak satupun masalah kolaborasi (potensial
peran (23%), ketidakseimbangan nutrisi: complication) ditegakkan oleh perawat
kurang dari kebutuhan (20%), Risiko trauma sementara dari rutinitas pekerjaan yang
(13%), dan Risiko distress spiritual (6%). dilakukan lebih banyak pada pekerjaan
Daftar diagnosis di atas mengatasi masalah pontensial komplikasi.
memperlihatkan hanya ada 2 (dua) diagnosis Sebagai contoh, pasien yang terpasang
yang sama ditegakkan baik oleh perawat tranfusi akan muncul diagnosis keperawatan
maupun diagnosis yang ditegakkan PC : risiko allergi, dan ini dialami oleh 10
berdasarkan NANDA-ISDA, yaitu: responden atau sekitar 33%.
Bersihan jalan napas tidak efektif dan pola Semua responden terpasang infus,
napas tidak efektif. namun tidak ada perawat yang menegakkan
diagnosis keperawatan “Risiko trauma
PEMBAHASAN vaskular”. Berdasarkan pengkajian
NANDA-ISDA, data pemasangan infus akan
Diagnosis keperawatan Bersihan jalan memunculkan diagnosis keperawatan Risiko
napas tidak efektif dan Pola napas tidak trauma vaskular.
efektif selalu ditegakkan oleh perawat Menurut Saputra (2013), komplikasi
ruangan dan peneliti. Frekuensi kemunculan pemasangan infus diantaranya adalah
yang sering pada kedua diagnosis hematoma, infiltrasi, tromboplebitis dan
keperawatan ini, tidak hanya dilakukan oleh emboli udara.
perawat ruangan, namun juga berdasarkan Tidak satupun perawat menegakkan
pengkajian NANDA- ISDA. Hal ini sesuai diagnosis keperawatan “Defisit perawat
dengan hasil penelitian (Andrade, et.al.
2012), bahwa diagnosis Pola napas tidak
efektif, Bersihan jalan napas tidak efektif
diri : mandi, berpakaian, eliminasi dan KESIMPULAN
makan”. Berdasarkan pengumpulan data
diperoleh bahwa 28 responden mengalami Berdasarkan penelitian diatas, dapat
defisit perawatan diri, dan berdasarkan disimpulkan bahwa Diagnosis keperawatan
pengkajian NANDA-ISDA responden yang ditegakkan oleh perawat ruangan
mengalami defisit perawatan diri pada 4 lebih sedikit dibandingkan diagnose
aspek yaitu mandi, berpakaian, eliminasi, keperawatan yang ditegakkan oleh peneliti.
dan makan.Hal ini sesuai pendapat Brunner Diagnosis keperawatan yang sama
& Suddarth (2002), bahwa kelemahan ditegakkan oleh perawat ruangan dan
pasien yang dirawat di RS akan peneliti adalah Bersihan jalan napas tidak
menyebabkan pasien memerlukan bantuan efektif dan pola napas tidak
untuk melaksanakan aktivitasnya sehari- efektif.Diagnosis keperawatan yang
hari. ditegakkan oleh peneliti tidak hanya
Berdasarkan pengkajian NANDA- meliputi aspek fisik, namun juga
ISDA, tidak hanya diagnosis keperawatan psikososial.
yang bersifat fisik yang dapat ditegakkan, Berkaitan dengan simpulan hasil
namun muncul pula masalah psikososial, penelitian diatas, ada beberapa hal yang
misalnya Ansietas dan Ketidakefektifan dapat disarankan untuk pengembangan dari
performa peran. hasil penelitian ini yaitu perlunya sosialisasi
Diagnosis keperawatan Nausea, penegakkan diagnosis keperawatan
dialami oleh hampir sebagian besar berdasarkan NANDA-ISDA. Selanjutnya
responden, besar kemungkinan karena efek berdasarkan diagnose keperawatan yang
samping obat, namun tidak ditegakkan sering muncul, pada pasien di Ruang Paru
sebagai diagnosis keperawatan oleh perawat dapat dijadikan dasar dalam pembuatan
ruangan. Standar Asuhan Keperawatan, khususnya di
Ruang Paru,
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. 2002. Buku ajar keperawatan medical bedah. Jakarta:EGC.
Yogyakarta:Moco Media.
Nurjanah, I. 2012. ISDA (Intan’s Screening Diagnosis Assesment. Yogyakarta: Moco
Media.
Jakarta:EGC
LEMBAR KONSUL
NIM : 2019.NS.A.07.051
3. Jum’at,18
1. ACC LP ASKEP
September 2020
NIM : 2019.NS.A.07.051
OLEH :
Mairita Andani
NIM: 2019.NS.A.07.051
TAHUN 2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN
A. Latar Belakang
Batuk merupakan gerakan refleks yang bersifat reaktif terhadap masuknya benda
asing ke dalam saluran pernapasan. Gerakan ini terjadi atau dilakukan tubuh sebagai
mekanisme alamiah untuk melindungi organ paru-paru. Batuk terjadi sebagai akibat
stimulasi mekanik atau kimia pada nervus aferen pada percabangan bronkus. Batuk
secara terkekeh-tekeh dapat menyebabkan seseorang kehilangan banyak energi, sulit
untuk mengeluarkan dahak dan dapat mengiritasi tenggorokan. Sebagian besar orang
mencari pertolongan medis agar batuk cepat mereda, sementara itu ada orang yang takut
batuknya menjadi penyakit yang serius. Batuk mempengaruhi interaksi personal dan
sosial, mengganggu tidur dan sering menyebabkan ketidaknyamanan pada tenggorakan
dan dinding dada. Untuk mengantisipasi hal-hal tersebut, kita dapat menggunakan
teknik batuk efektif.
C. Pokok Bahasan
Teknik Nafas Dalam dan Batuk Efektif
E. Metode
1. Ceramah
2. Demonstrasi
3. Diskusi dan tanya jawab
A. Pengertian
1. Nafas dalam
Latihan nafas dalam adalah bernapas dengan perlahan dan menggunakan
diafragma, sehingga memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada
mengembang penuh (Parsudi, dkk., 2012)
2. Batuk Efeketif
Batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan benar dimana dapat energi
dapat dihemat sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara
maksimal (Smeltzer, 2011).
BATUK EFEKTIF ??
Mairita Andani
2019.NS.07.A.051
Mengurangi sesak
nafas akibat
penumpukkan dahak
Meningkatkan
distribusi udara saat
bernafas Meningkatkan
volume paru
Memfasilitasi
pembersihan saluran