Anda di halaman 1dari 51

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

M DENGAN DIAGNOSA MEDIS


PNEUMONIA ASPIRASI DI RUANGAN ICU RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

Di Susun Oleh
Mairita Andani
2019.NS.A.07.051

STIKES EKA HARAP PALANGKA RAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

TAHUN AJARAN 2020


LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan keperawatan ini disusun oleh :


Nama : Mairita Andani
NIM : 2019.NS.A.07.051
Program : Ners 7
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Tn.M Dengan Diagnosa Medis
Pneumonia Aspirasi Di Ruangan Icu Rsud Dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai syarat untuk


melaksanakan Stase Keperawatan Kritis pada Program Studi Ners Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

PEMBIMBING PRAKTIK

Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinik.

Suryagustina, Ners, M.Kep. Rosaniah, S.Kep., Ners


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan
ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Tn.M Dengan Diagnosa Medis
Pneumonia Aspirasi di Ruang ICU RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya” yang
susun penulis untuk memenuhi tugas Stase Keperawatan Kritis program studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini secara khusus
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap Palangka
Raya.
2. Meilitha Carolina, Ners, M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners.

3. Suryagustina, Ners, M.Kep. selaku pembimbing akademik yang telah memberikan


bimbingan dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan asuhan keperawatan
ini.
4. Rosaniah, S.Kep., Ners selaku pembimbing lahan yang telah memberikan bimbingan
dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan asuhan keperawatan ini.
5. Kedua Orang Tua yang selama ini telah memberikan dukungan, kasih sayang dan
bantuan moril maupun materil serta doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Asuhan Keperawatan ini.
Penulis berharap saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak
demi lebih di waktu yang akan datang, semoga Asuhan Keperawatan ini dapat berguna
dan bermanfaat bagi perawat dan instansi lainnya khususnya bagi mahasiswa Sarjana
Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka Raya.

Palangka Raya, September 2020

Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru. Sebagian besar


disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri) dan sebgaian kecil disebabkan oleh hal
lain (aspirasi, radiasi, dll). Pneumonia didefinisikan berdasarkan gejala dan tanda klinis,
serta perjalanan penyakitnya. World Health Organization (WHO) mendefinisikan
pneumonia hanya berdasarkan penemuan klinis yang didapat dari pemeriksaan inspeksi
dan frekuensi pernapasan Pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah di
berbagai Negara terutama negara berkembang termasuk Indonesia.
Insidens pneumonia pada dibawah 5 tahun di Negara maju adalah 2-4 kasus/100
anak/tahun, sedangkan di Negara berkembang 10-20 kasus/ 100anak/tahun. Pneumonia
menyebabkan lebih dari 5 juta kematian per tahun pada anak balita di Negara
berkembang. Pneumonia aspirasi merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru,
distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli,
serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas
setempat.yang disebabkan oleh aspirasi benda asing baik yang berasal dalam tubuh
maupun di luar tubuh penderita.
Aspirasi merupakan proses terbawanya bahan yang ada di orofaring pada saat
respirasi kesaluran napas bawah dan dapat menimbulkan kerusakan parenkim paru.
Kerusakan yang terjadi tergantung jumlah dan jenis bahan yang teraspirasi serta daya
tahan tubuh. Sindrom aspirasi dikenal dalam berbagai bentuk berdasarkan etiologi dan
patofisiologi yang berbeda dan cara terapi yang juga berbeda.
1.2 Rumusan Masalah
Adapaun rumusan masalah pada asuhan keperawatan ini adalah :
Bagaimana peranan Asuhan Keperawatan pada Tn. M dengan diagnosa medis
Pneumonia Aspiris di Ruang ICU RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan dari laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini untuk mengetahui
masalah Pneumonia aspirasi/peradangan paru

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Melakukan pengkajian pada Tn. M dengan diagnosa medis Pneumonia aspirasi


2) Melakukan diagnosa pada Tn. M dengan diagnosa medis Pneumonia aspirasi
3) Melakukan intervensi pada Tn. M dengan diagnosa medis Pneumonia aspirasi
4) Melakukan Implementasi pada Tn. M dengan diagnosa medis Pneumonia
aspirasi
5) Melakukan evaluasi pada Tn. M dengan diagnosa medis Pneumonia aspirasi
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Pneumonia aspirasi didefinisikan sebagai inhalasi isi orofaring atau lambung ke


dalam larynx dan saluran pernafasan bawah.Beberapa sindrom pernafasan mungkin
terjadi setelah aspirasi, tergantung pada jumlah dan jenis material aspirasi, frekuensi
aspirasi dan respon host terhadap material aspirasi. Pneumonitis aspirasi (Mendelson’s
syndrome) adalah jejas kimia yang disebabkan oleh inhalasi isi lambung. Nama lain nya
yaitu Anaerobic pneumonia, aspirasi vomitus, pneumonia necrotizing, pneumonitis
aspirasi, pneumonitis kimia. (Marik. E.P, 2012)
Pneumonia aspirasi adalah infeksi dan peradangan pada paru-paru akibat masuknya
benda asing ke dalam paru-paru. (Marik. E.P, 2012)
Pneumonia aspirasi adalah peradangan pada paru-paru (pneumonia) yang
disebabkan karena masuknya benda asing ke dalam paru-paru, biasanya benda asing ini
berupa makanan, minuman, atau hal lain yang ditelan. (Marik. E.P, 2012)
2.2 Klasifikasi
Aspirasi meliputi beberapa sindrom aspirasi:
1 Pneumonitis kimia: aspirasi agen toksik seperti asam lambung, cidera
instanteneus ditandai dengan hipoksemia. Pengobatan membutuhkan dukungan
ventilator bertekanan positif
2 Reflek penutupan saluran nafas: aspirasi cairan (air, garam, makanan
nasogastrik) dapat menyebabkan laringospasme pada saluran pernafasan dan
edema pulmo yang menghasilkan hipoksemia. Pengobatan termasuk pernafasan
dengan tekanan positif yang tidak teratur dengan 100% oksigen dan
isoproterenol.
3 Obstruksi mekanik: aspirasi cairan atau zat partikel (saluran pernafasan makanan
secara parsial, hot dog, kacang) bisa menghasilkan penghambatan mekanis yang
sederhana. Terjadinya batuk, desahan dab dispnea dengan atelektasis yang
terlihat pada X-ray di dada. Pengobatan memerlukan penyedotan trakeobronkial
dan menghilangkan zat partikel dengan serat optic bronkoskopi.
4 Pneumonia aspirasi: aspirasi bakteri dari orofaring. Pasien mengalami
batuk, demam, batuk berdahak dan hasil radiografi menunjukkan
infiltrasi. Pengobatan membutuhkanantibiotik.
2.3 Etiologi
Kondisi yang mempengaruhi pneumonia aspirasi antara lain:
1 Kesadaran yang berkurang, merupakan hasil ayang berbahaya dari reflex batuk dan
penutupan glottis.
2 Disfagia dari gangguan syaraf
3 Gangguan pada system gastrointestinal, seperti penyakit esophageal, pembedahan
yang melibatkan saluran atas atau esophagus, dan aliran lambung.
4 Mekanisme gangguan penutupan glottis atau sfingter jantung karena trakeotomi,
endotracheal intubations (ET), bronkoskopi, endoskopi atas dan nasogastric
feeding (NGT)
5 Anestesi faringeal dan kondisi yang bermacam-macam seperti muntahan yang
diperpanjang, volume saluran cerna yang lebar, gastrostomi dan posisi terlentang.
6 Lain-lain: fistula trakeo-esofageal, pneumonia yang berhubungan dengan ventilator,
penyakit periodontal dan trakeotomi.
Kondisi-kondisi ini kesemuanya berbagi dalam seringnya dan banyaknya volume
aspirasi, yang meningkatkan kemungkinan pengembangan pneumonitis aspirasi.
Pasien dengan stroke atau penyaki kritis yang membutuhkan perawatan biasanya
mempunyai beberapa factor resiko dan memperbaiki kasus yang mempunyai proporsi
yang besar.Kurangnya kebersihan gigi khususnya pada orang tua atau pasien yang
kondisinya lemah, menyebabkan koloni dalam mulut dengan organism patogenik
yang secara potensial bisa menyebabkan bertambahnya jumlah bakteri.Peningkatan
resiko infeksi dapat menyebabkan aspirasi.
2.4 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pneumonia aspirasi ini bervariasi dari yang ringan hingga berat
dengan syok sepsis atau hingga gagal nafas, semua itu tergantung dengan faktor
penjamu, beberapa yang menjadi penyebabnya :
1 Gangguan menelan
2 Gejala yang ada pada pneumonia yaitu demam, batuk, sesak
3 Kesulitan saat inspirasi atau inspirasi memanjang
4 Ada nafas cuping hidung
5 Nyeri pleuritik
6 dahak purulen berbau (pada 50% kasus)
7 Kemudian bisa ditemukan nyeri perut, anoreksia, dan penurunan berat badan,
8 Bersuara saat napas (mengi),takikardi, merasa pusing atau kebingungan, merasa
marah atau cemas
2.5 Patofisiologi
Aspirasi merupakan hal yang dapat terjadi pada setiap orang.Di sini terdapat
perananaksi mukosilier dan makrofag alveoler dalam pembersihan material yang
teraspirasi. Terdapat 3 faktor determinan yang berperan dalam pneumonia aspirasi, yaitu
sifat material yang teraspirasi,volume aspirasi, serta faktor defensif host. Perubahan
patologis pada saluran napas pada umumnya tidak dapat dibedakan antara berbagai
penyebab pneumonia, hampir semua kasus gangguan terjadi pada parenkim disertai
bronkiolitis dan gangguan interstisial.Perubahan patologis meliputi kerusakan epitel,
pembentukan mukus dan akhirnya terjadi penyumbatan bronkus.Selanjutnya terjadi
infiltrasi selradang peribronkial (peribronkiolitis) dan terjadi infeksi baik pada jaringan
interstisial, duktusalveolaris maupun dinding alveolus, dapat pula disertai pembentukan
membran hialin danperdarahan intra alveolar. Gangguan paru dapat berupa restriksi,
difusi dan perfusi.
Pneumonia aspirasi mengarah kepada konsekuensi patologis akibat secret
orofaringeal,nanah, atau isi lambung yang masuk ke saluran napas bagian bawah.
Penyakit ini terjadi pada orang dengan level kesadaran yang berubah karena serangan
cerebrovascular accident (CVA), CNS lesion mass, keracunan obat atau overdosis dan
cidera kepala. Kebanyakan individumengaspirasi sedikit secret orofaringeal selama
tidur, dan secret tersebut akan dibersihkan secaranormal
Aspirasi mikroorganisme patologik yang berkoloni pada orofaring adalah cara
infeksi saluran pernapasan bagian bawah yang paling sering dan menyebabkan
pneumonia bakteri. Pneumonia anaerobik disebabkan oleh aspirasi sekret orofaringeal
yang terdiri dari mikroorganisme anaerob seperti Bacteroides,
Fusobacterium,Peptococcus, dan Peptostreptococcus yang merupakan spesies yang
paling sering ditemukan diantara pasien-pasien dengan kebersihan gigi yang buruk.
Awitan gejala biasanya terjadi secara perlahan-lahan selama 1 hingga 2 minggu, dengan
demam, penurunan berat badan, anemia, leukositosis, dispnea, dan batuk disertai
produksi sputum berbau busuk. Abses-abses paru yang terbentuk pada parenkim paru
dapat rusak, dan empiema dapat timbul seperti mikroba-mikroba yang berjalan ke
permukaan pleura. Kebanyakan abses-abses tersebut terbentuk pada paru
WOC
Virus, Bakteri, Jamur, Aspirasi

Terhirup

Bronchiolus

Stimulasi
Alveolus chemoreseptor
hipotalamus
Infeksi Proses peradangan
Set poin
Konsentrasi
Kerja sel goblet Eksudat & serous bertambah
protein cairan
masuk dalam alveoli alveoli
Respon
Produksi sputum
SDM & leukosit menggigil
meningkat
PMN mengisi alveoli
Rangsang Akumulasi sputum Reaksi
batuk di jalan nafas Konsolidasi di peningkatan
Tekanan hidrostatik suhu tubuh
alveoli
tekanan osmotik
Nyeri pleurik Gangguan
ventilasi Compliance Hipertermi
paru menurun
Gangguan
Ketidakefektifan Difusi
rasa nyaman Evaporasi
Frekuensi nafas
nyeri bersihan jalan
nafas Cairan tubuh
Akumulasi cairan
berkurang
di alveoli
Ketidakefektifan
pola nafas Devisit
Volume
Gangguan Cairan
Kurang
pertukaran gas
pengetahuan
dan cemas
Susah tidur O2 jaringan

Kelemahan
Gangguan pola
tidur

Intoleransi
Aktivitas
2.6 Komplikasi
1. Gagal nafas dan sirkulasi
2. Syok sepsis
3. Effusi pleura,empyema dan abces
2.7 Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
Menurut connor, S. 2010. pemeriksaan penunjang untuk mengetahui pneumonia
aspirasi dapat dilaksanakan melalui beberapa pemeriksaan, yaitu :
1. Pemeriksaan Laboratorium
2. Foto thorax
3. CT Scan
2.8 Penatalaksanaan
1. Pemberian oksigenasi : dapat diberikan oksigen nasal atau masker, monitor dengan
pulse oxymetri. Bila ada tanda gagal napas diberikan ventilasi mekanik
2. Pemberian cairan dan kalori yang cukup (bila cairan parenteral). Jumlah cairan
sesuai berat badan, peningkatan suhu dan dehidrasi
3. Bila sesak tidak terlalu hebat dapat dimulai melalui enteral bertahap melalui selang
nasogatrik
4. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal
5. Koreksi kelainan asam basa atau elektrolit yang terjadi
6. Pemilihan antibiotik berdasarkan umur, keadaan umum penderita dan dugaan
penyebabnya. Evaluasi pengobatan dilakukan 48-72 jam. Bila tidak ada perbaikan
klinis dilakukan penggantian antibiotika sampai anak dinyatakan sembuh. Lama
pemberian antibiotic tergantung: kemajuan klinis penderita, hasil laboratorium, foto
thoraks dan jenis kuman penyebabnya. Biasanya antibiotik yang diberikan yaitu
antibiotic beta-laktam, ampisilin, atau amoksisilin, dikombinasikan kloramfenikol
atau diberikan sefalosporin generasi ketiga.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

3.1 Pengkajian
1. Riwayat Keperawatan
Masalah keperawatan yang pernah dialami
a. Pernah mengalami perubahan pola pernapasan.
b. Pernah mengalami batuk dengan sputum.
c. Pernah mengalami nyeri dada.
d. Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala di atas.
2. Riwayat penyakit pernapasan
a. apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC, dan lain-lain ?
b. bagaimana frekuensi setiap kejadian?
3. Riwayat kardiovaskuler
Pernah mengalami penyakit jantung (gagal jantung, gagal ventrikel kanan,dll)
atau peredaran darah.
4. Gaya hidup
Merokok, keluarga perokok, lingkungan kerja dengan perokok.
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar
kapiler (efek inflamasi)
3.3 Intervensi
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum
Tujuan dan Intervensi Rasional
Kriteria Hasli
Setelah dilakukan  Kaji frekuensi/  Takipnea, pernafasan
tindakan kedalaman penafasan dangkal, dan gerakan
keperawatan 3x24 dan gerakan dada dada tak simetris sering
jam diharapak  Auskultasi area paru, terjadi karna
bersihan jalan nafas catat are penuruan/ tidak ketidaknyamanan
menjadi efektif ada aliran udara dan gerakan dinding dada
dengan kriteria hasil bunyi nafas adventisius, dan/ cairan paru
: mis : krekels, mengi  Penurunancaliran udara
 Jalan nafas  Bantu pasien latihan terjadi pada area
bersih nafas sering. Tunjukan konsolidasi dengan
 Tidak ada atau bantu pasien cairan. Bunyi nafas
dispnea melakukan batuk, mis : bronkial (normal pada
 Tidak menekan data dan batuk bronkus) dapat juga
sianosis efektik sementara posisi terjadi opada area
duduk tinggi konsolidasi. Krekels,
 Kolaborasi pemberian ronki,dan mengi
sesuai indikasi analgetik terdengar pada inspirasi
dan ekspirasi pada
repson terhadap
pengumpulan cairan,
sekret kental, dan
spasme jalan
nafas/obsutriksi
 Nafas dalam
memudahkan ekspansi
maksimum paru”/ jalan
nafas lebih kecil. Batuk
 Diberikan untuk
memperbaiki batuk
dengan menurunkan
ketidaknyamanan tetapi
harus digunakan secara
hati’. Karna dapat
menurunkan batuk/
menekan pernafasan
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar
kapiler (efek inflamasi)
Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasli
Setelah dikakukan  Kaji frekunesi,  Manifestasi distres
tindakan keperawatan kedalaman, dan pernafasan tergantung
selama 3x24 jam dapat kemudahan bernafas. pada/ indikasi derajat
menunjukan perbaikan  Observasi warna kulit, kterlibatan paru dan
ventilasi, dengan kriteria membran mukosa, dan status kesehatan umum
hasil : kuku catat adanya  Sianosis kuku
 Oksigenisasi sianosis verifer (kuku). menunjukan
jaringan dengan  Kaji susu tubuh, sesuai pasokontriksi atau
GDA dalam indikasi. respon tubuh terhadap
batas normal  Bantu tindakan demam/ menggil.
 Tidak ada gejala kenyamanan untuk Namun sianosis daun
distres menurunkan demam telinga membran
pernafasan dan menggil mis: mukosa dan kulit
selimut tambahan, suhu sekitar mulut
ruangan nyaman, menunjukan
kompres hangat. hipoksemia sistematik
 Demam tinggi (umum
pada pneumonia
bakterial dan influenza)
sangat meningkatkan
kebutuhan metabolik
dan kebutuhan oksigen.
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN KELOLAAN

Nama Klien : Tn. M Tgl MRS: 02 September 2020


Umur : 23 Thn No. RM: 34.90.77
Jenis kelamin : Laki-laki Diagnosa Medis: Pneumonia Aspirasi

DIAGNOSA EVALUASI
No PENGKAJIAN JAM IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN (SOAP)
1 JALAN NAFAS (AIR WAYS) √ Aktual 08.50 1. Teknik batuk S:-
Sumbatan :  Resiko efektif O:
 Benda asing  Lendir Bersihkan jalan nafas 09.10 2. Memberikan TTV
terapi 02 3 lpm - TD :140/80
 Darah  Bronkospasma tidak efektif
dengan NC mmHg
√ Sputum b/d sekresi yang 10.30 3. Melakukan - N : 90x/m
tertahan dibuktikan fisiotrapi dada - RR : 18x/m
dengan adanya bunyi 4. Kolaborasi dengan - S : 36,6°C
nafas tambah 14.00 dokter dalam - Klien tampak
pemberian terapi terpasang O2,
obat yaitu OBH NC 3 lpm
3x1 perhari - SPO2 98 %
- Terapi obat
OBH
A : Masalah belum
tertasi
P : Lanjut
intervensi
DIAGNOSA EVALUASI
No PENGKAJIAN JAM IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN (SOAP)

2. PERNAFASAN (BREATHING)
a. Sesak dengan :
 Aktivitas  Tanpa aktivitas
 Menggunaklan otot nafas tambahan
b. Frekuensi nafas :………x/mt
c. Irama :  Teratur
 Tdk teratur
d. Kedalaman :  Dalam
 Dangkal
e. Batuk :  Produktif
 Non produktif
f Sputum :  Warna
 Konsistensi
g. Bunyi nafas :  Ronchi
 Wheezing
 Creakles
………………….
h. Nyeri bernafas :  Ya
 Tidak
 Aktual
 Resiko
Gangguan pertukaran gas
b/d ………………………
 Aktual
DIAGNOSA EVALUASI
No PENGKAJIAN JAM IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN (SOAP)
 Resiko
Gangguan rasa nyaman (nyeri)
b/d……………………….

 Aktual
 Resiko
…………………………….

3. SIRKULASI (CIRCULATION)
a. Nadi : …………….x/mt
b. TD : …………….mm/Hg
c. Irama :  Teratur
 Tidak teratur
d. Denyut :  Lemah
 Kuat
e. Ekstrimitas :  Hangat
 Dingin
f. Warna kulit :  Kemerahan
 Pucat
 Cyanosis
g. Pengisian Kapiler :……………………..d/t
h. Edema :
 Tidak
 Ya, di :  Wajah
 Tangan
 Tungkai
DIAGNOSA EVALUASI
No PENGKAJIAN JAM IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN (SOAP)
 Anasarka

 Aktual
 Resiko
Penurunan curah jantung
b/d……………………….

 Aktual
 Resiko

…………………………
4. ELEMINASI & CAIRAN
a. BAK : …………….…….x/hr
Jumlah  Sedikit,………..cc
 Sedang,……….cc
 Banyak,……….cc
Warna :
Nyeri BAK  Ya
 Tidak
Sakit pinggang  Ya
 Tidak
b. BAB :……………………….x/hr
Diare :
 Tidak
DIAGNOSA EVALUASI
No PENGKAJIAN JAM IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN (SOAP)
 Ya ( ) Berdarah
( ) Berlendir
( ) Cair
Abdomen :
 Elastis  Kembung
 Lembek  Asites

Turgor  Baik
 Sedang
 Buruk
Mukosa  Basah  Kering
Kulit :…………………
Suhu :………………..0C
Nyeri :
 Tidak
 Ya : ( ) Ulu hati
( ) Menyebar
( ) ……………
 Aktual
 Resiko
Gangguan keseimbangan cairan &
elektrolit
b/d……………………….

 Aktual
 Resiko
DIAGNOSA EVALUASI
No PENGKAJIAN JAM IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN (SOAP)
Hypertermi
b/d……………………..
 Aktual
 Resiko
Hyportermi
b/d……………………..
 Aktual
 Resiko
Gangguan rasa nyaman (nyeri)
b/d……………………..

 Aktual
 Resiko

…………………………
5. INTEGUMEN (KULIT)
a. Luka :  Tidak
 Ya
b. Keadaan Luka : …………………………
…………………………………………….
c. Kedalaman :……………………..
Perdarahan  Ya
 Tidak
( gambarkan dermatom luka)
DIAGNOSA EVALUASI
No PENGKAJIAN JAM IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN (SOAP)
 Aktual
 Resiko
Gangguan integritas kulit/jaringan
b/d……………………..
6. STATUS NEUROLOGI
a. GSC E ………………….
M………………….
V………………….
b. Tingkat kesadaran :
 CM  Apatis
 Somnolen  Soporus
 Delirium  Coma

c. Pupil :
 Isokar  Unisokar
 Miosis  Midriasis

d. Reaksi terhadap cahaya


Ka  Positif  Negatif
Ki  Positif  Negatif

e. Kejang :  Ya

f. Pelo  Ya  Tidak
g. Kelumpuhan/kelemahan
 Ya, di…………………..
DIAGNOSA EVALUASI
No PENGKAJIAN JAM IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN (SOAP)
 Tidak
h. Afasi :  Ya  Tidak
i. Disanthria :  Ya  Tidak
j. Nilai kekuatan otot :
Extrimitas atas kanan………………
Extrimitas atas kiri………………….
Extrimitas bawah kanan……………
Extrimitas bawah kiri………………..
K Reflek
- Patela : +/-
- Babinsky : +/-
- Bisep/trisep : +/-
Reflek lain :……………………

 Aktual
 Resiko
Penurunan tingkat kesadaran
b/d……………………..
 Aktual
 Resiko
Gangguan perfusi jaringan serebral
Palangka Raya,
………………………………………

DIAGNOSA EVALUASI
No PENGKAJIAN JAM IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN (SOAP)
b/d……………………..
Resiko cedera/jatuh dari tempat tinggi
b/d………………………..

 Aktual
 Resiko
7. Pengkajian Focus lainnya : 09.00 1. Monitor TTV S:-
AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT √ Aktual WIB 2. Membantu O:
Kelemahan Defisit perawatan diri pemenuhan ADL - ADL pasien
b/d kelemahan yang 10.30 3. Melakukan terpenuhi
√ ya, diseluruh tubuh terasa lemas
dibuktikan dengan WIB personal Hygine - tampak bersih
Aktivitas √ Tanpa aktivitas tidak mampu A :Masalah teratasi
- Klien menggunakan terapi 02 3 lpm, mandi/mengenakan 12.30 P: Hentikan
oksigen NC pakaian/makan/ke WIB intervensi
- Kebutuhan pasien dibantu sepenuhnya toilet/berhias secara
mandiri
Mahasiswa,

Palangka Raya, 24 September 2020


BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Hasil eksplorasi satu kedua pasien dengan pneumonia aspirasi dengan masalah
keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas ada lima hal yaitu :
5.1.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan pada pasien yang menderita dengan pneumonia aspirasi
masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas terdapat dari 11 batasan
karakteristik dalam teori, tidak semua terjadi pada pasien. Pada kedua pasien terdapat 5
batasan karakteristik yang tidak muncul yaitu Dispnea, Sianosis, napas, Ortopnea,
Penggunaan otot bantu pernapasan, Mata terbelalak. Batasan karakteristik yang muncul
pada kedua pasien yaitu suara nafas tambahan seperti ronchi, gelisah, kesulitan untuk
berbicara, batuk tidak efektif dan adanya penumpukan sputum. Kedua pasien adalah
pasien yang terdiagnosa pneumonia aspirasi
5.1.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien yang menderita Pneumonia Aspirasi memiliki
masalah keperawatan yaitu bersihan jalan napas tidak efektif dengan batasan
karateristik suara nafas tambahan seperti ronchi, batuk efektif dan adanya penumpukan
sputum. Hal ini dikarenakan pada klien Pneumonia Aspirasi memiliki tanda dan gejala
sesak nafas, dan batuk yang sulit keluar dahaknya.
5.1.3 Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan pada pasien yang menderita Pneumonia Aspirasi dengan
masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif memiliki 20 intervensi
keperawatn tentang penyakit Pneumonia Aspirasi. Tidak semua intervensi diberikan
kepada pasien dikarenakan intervensi diberikan sesuai dengan kondisi pasien.
5.1.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan pada pasien yang memiliki penyakit Pneumonia


Aspirasi dengan masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif sesuai dengan
intervensi keperawatan yang disesuaikan dengan kondisi pasien yaitu pada pasien
dilakukan tindakan mengajarkan teknik batuk efektif, minum air hangat dan nebulizer.
5.1.5 Evaluasi Keperawatan
Pada tahap evaluasi semua tujuan tercapai sesuai dengan waktu yang di
targetkan yaitu pada kedua pasien semua kriteria hasil tercapai pada hari ketiga, dengan
kriteria hasil: pasien melaporkan dahak sudah bisa keluar, mengeluarkan dahak dengan
efektif, tidak suara nafas tambahan, irama nafas dalam batas normal.
5.2 Saran
Dukungan kepada pasien baik dari berbagai faktor dapat mempengaruhi pasien
dalam mengambil keputusan dalam pengobatan yang akan dijalani. Peran perawat
sebagai pemberi pelayanan kesehatan, edukator dan konselor memberikan pengaruh
terhadap pasien dalam menentukan keputusan untuk Keputusan penatalaksanaan
penyakit
DAFTAR PUSTAKA

Marik. E.P, 2012. Aspiration Pneumonitis and Aspiration Pneumonia. N Engl J Med, Vol 334,
No. 9. Texas tech University Health Science Center: Massacussetts
O, 8 Maret 2012) connor, S. 2010. Aspiration pneumonia and pneumonitis. Australian Prescriber
Bartlett, JG, Sexton, DJ, Thorner, AR. 2009. Aspiration Pneumonia In Adult. UpToDate For
Patients
Stead L. G, Stead S. M, Kaufman M. S. Aspiration Pneumonia in First Aid for the Emergency
Medicine Clerkship. Singapore: The McGraw-Hill Companies; 2014. p. 116
Karlinsky JB, King TE, Crapo JD, Glassroth J. Aspiration Pneumonia in Anaerobic and other
Infection Syndromes. In: Baum’s textbook of pulmonary diseases.7 th Ed. Philadelphia: Lippincot
Williams & Wilkins; 2014.p. 405-8.
IDENTIFIKASI DIAGNOSIS KEPERAWATAN PADA PASIEN DI RUANG PARU
SEBUAH RUMAH SAKIT

Heni Apriyani*
*Dosen Prodi Keperawatan Kotabumi Poltekkes
Tanjungkarang

Salah satu kegiatan yang penting dalam proses keperawatan adalah pengkajian
keperawatan. Pengalaman menunjukkan bahwa sering sekali perawat kesulitan dalam
menentukan diagnosis keperawatan spesifik yang dialami oleh pasien.Hal ini mungkin
karena pengkajian keperawatan yang tidak terstruktur dengan baik. Sejauh ini belum
ada standar asuhan keperawatan yang disepakati terkait perawatan pasien dengan
gangguan pernapasan. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi diagnosis keperawatan
yang dialami pasien yang dirawat di Ruang Paru di RSD HM Ryacudu Kotabumi
Lampung Utara. Penelitian dengan rancangan deskriptif dilakukan selama 1 bulan
(September s.d Oktober 2014), terhadap 30 responden pasien dengan gangguan
pernapasan menggunakan accidental sampling dan 2 responden perawat untuk
penegakan diagnosis keperawatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 2
diagnosis keperawatan yang ditegakkan oleh perawat ruangan yaitu Bersihan jalan
napas tidak efektif dan Pola napas tidak efektif. Sedangkan diagnosis keperawatan yang
ditegakkan oleh peneliti lebih beragam meliputi aspek biopsikososial spiritual. Bersihan
jalan napas tidak efektif dialami oleh 100% responden, pola napas tidak efektif dialami
oleh 100% responden, risiko trauma vascular dialami oleh 100% responden, defisit
perawatan diri: mandi, berpakaian, makan, dan aliminasi, dialami oleh 93% responden,
kesiapan meningkatkan pengetahuan dialami oleh 90% responden, mual dialami oleh
77% responden, gangguan body image dialami oleh 70% responden.Saran bagi pihak
RS menggunakan instrumen pengkajian terstruktur berdasarkan NANDA, sehingga
selanjutnya dapat dibuat standar asuhan keperawatan di ruang paru.

Kata kunci: Diagnosis keperawatan, pasien, ruang paru


LATAR BELAKANG membuat perencanaan dalam merawat
pasien.
Sistem respirasi pada manusia terdiri Pengalaman menunjukkan bahwa
dari jaringan dan organ tubuh yang sering sekali perawat kesulitan dalam
merupakan parameter kesehatan manusia. menentukan diagnosis keperawatan spesifik
Jika salah satu sistem respirasi terganggu yang dialami oleh pasien.Hal ini mungkin
maka sistem lain yang bekerja dalam tubuh karena pengkajian keperawatan yang tidak
akan terganggu. Hal ini dapat menimbulkan terstruktur dengan baik.Pengalaman
terganggunya proses homeostasis tubuh dan menunjukkan bahwa pengkajian yang
dalam jangka panjang dapat menimbulkan dilakukan oleh perawat tidak mempunyai
berbagai macam penyakit seperti TB Paru, urutan yang runut dan terkait dengan
Asma Bronchiale, Bronkitis, Pneumonia, diagnosis
dan ISPA (Brunner & Suddarth, 2002). keperawatan.Sering terjadi perawat
Perawat sebagai tenaga kesehatan mempunyai data tertentu tetapi kebingungan
yang bertugas untuk memenuhi kebutuhan untuk menentukan data tersebut
dasar klien secara holistic memiliki mendukung diagnosis
tanggung jawab untuk membantu keperawatan yang mana. Atau sebaliknya
pemenuhan kebutuhan oksigen klien yang perawat mempunyai prediksi pasien
tidak adekuat.Dalam tindakannya, seorang mempunyai diagnosis tertentu tetapi tidak
perawat sebelum memberikan asuhan tahu data apa yang perlu dikaji untuk
keperawatanharus melakukan metode mendukung diagnosis tersebut muncul
keperawatan berupa pengkajian, diagnosis (Nurjannah, 2010).
keperawatan, intervensi, dan evaluasi. Panduan penulisan diagnosis
Profesi perawat menggunakan proses keperawatan NOC, NIC (2011), menyatakan
keperawatan (nursing process) sebagai bahwa diagnosis keperawatan yang timbul
kerangka pikir dan kerangka kerja dalam pada pasien penyakit pernafasan ada
merawat pasien. Keperawatan sebagai beberapa diagnosis, diantaranya bersihan
proses, diperkenalkan sejak tahun 1955 jalan nafas tidak efektif, pola nafas tidak
oleh Hall dan pada tahun 2004 proses efektif, gangguan pertukaran gas, kurang
keperawatan (nursing process) ditetapkan pengetahuan, resiko aspirasi, dan
sebagai series of steps oleh ANA ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
(American Nursing Association) kebutuhan tubuh (Herman, 2014 )
(Wilkinson, 2007), yang terdiri dari Sejauh ini belum ada standar asuhan
assesment (pengkajian), diagnosis keperawatan yang disepakati terkait
(penetapan diagnosis), planning outcomes perawatan pasien dengan gangguan
(perencanaan hasil), planning intervention pernapasan. Sedangkan proses mengkaji dan
(perencanaan intervensi), implementation mendiagnosis merupakan kegiatan yang
(implementasi) dan evaluation (evaluasi). sangat penting karena menentukan
Pada prakteknya kegiatan proses keberhasilan keperawatan. Dalam
keperawatan di atas tidaklah selalu merumuskan diagnosis keperawatan menurut
berurutan tetapi bisa dikerjakan pada Wilkinson (2007) terdapat beberapa kegiatan
waktu bersamaan/tumpang tindih yang dilakukan dalam mendiagnosis
(overlapping). Salah satu kegiatan yang keperawatan adalah interpretasi dari data
penting dalam proses keperawatan adalah yang ada, kemudian melakukan verifikasi
pengkajian keperawatan. Pengkajian dengan pasien, menentukan label diagnosis
keperawatan ini sangat penting karena dari keperawatan dan menuliskan diagnosis
pengkajian keperawatan maka perawat keperawatan.
akan mampu menentukan apa masalah keperawatan/diganosa keperawatan dan
masalah kolaboratif/diagnosis potensial
komplikasi yang dialami oleh pasien dan
keperawatan/diganosa keperawatan dan membuat perencanaan dalam merawat
masalah kolaboratif/diagnosis potensial pasien.
komplikasi yang dialami oleh pasien dan Pengalaman menunjukkan bahwa
sering sekali perawat kesulitan dalam yang ditegakkan pada pasien yang dirawat di
menentukan diagnosis keperawatan spesifik Ruang Paru RSD HM Ryacudu Kotabumi
yang dialami oleh pasien.Hal ini mungkin Lampung Utara, baik oleh perawat ruangan
karena pengkajian keperawatan yang tidak maupun peneliti.
terstruktur dengan baik.Pengalaman
menunjukkan bahwa pengkajian yang METODE
dilakukan oleh perawat tidak mempunyai
urutan yang runut dan terkait dengan Desain penelitian ini adalah penelitian
diagnosis deskritif yaitu penelitian yang bertujuan
keperawatan.Sering terjadi perawat untuk mendeskripsikan (memaparkan)
mempunyai data tertentu tetapi kebingungan peristiwa penting yang terjadi pada masa
untuk menentukan data tersebut kini (Nursalam, 2011). Dalam penelitian ini
mendukung diagnosis terdapat satu variabel yaitu diagnosis
keperawatan yang mana. Atau sebaliknya keperawatan pada pasien yang dirawat
perawat mempunyai prediksi pasien diruang paru RSD H.M. Mayjend Ryacudu
mempunyai diagnosis tertentu tetapi tidak Kotabumi Lampung Utara Tahun 2014.
tahu data apa yang perlu dikaji untuk Penelitian dilakukan di Ruang Paru
mendukung diagnosis tersebut muncul RSD HM Ryacudu Kotabumi Lampung
(Nurjannah, 2010). Utara.Waktu penelitian dilaksanakan selama
Panduan penulisan diagnosis 1 bulan (September s.d Oktober 2014),
keperawatan NOC, NIC (2011), menyatakan terhadap 30 orang responden pasien dengan
bahwa diagnosis keperawatan yang timbul masalah Paru, dan responden perawat 2
pada pasien penyakit pernafasan ada orang untuk membandingkan diagnosis
beberapa diagnosis, diantaranya bersihan keperawatan.
jalan nafas tidak efektif, pola nafas tidak Dalam penelitian ini teknik
efektif, gangguan pertukaran gas, kurang pengambilan sampel yang digunakan adalah
pengetahuan, resiko aspirasi, dan accidental sampling yaitu pengambilan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari sampel berdasarkan pertimbangan tertentu
kebutuhan tubuh (Herman, 2014 ) yang tidak dirancang pertemuannya terlebih
Sejauh ini belum ada standar asuhan dahulu (Arikunto, 2006), dengan kriteria
keperawatan yang disepakati terkait sampel yaitu sedang dirawat di Ruang Paru
perawatan pasien dengan gangguan dan bersedia menjadi responden. Sedangkan
pernapasan. Sedangkan proses mengkaji dan kriteria responden untuk perawat adalah
mendiagnosis merupakan kegiatan yang pendidikan minimal D3 Keperawatan.
sangat penting karena menentukan Alat yang digunakan dalam penelitian
keberhasilan keperawatan. Dalam ini yaitu kuesioner yang disusun
merumuskan diagnosis keperawatan berdasarkan pengkajian NANDA -ISDA.
menurut Wilkinson (2007) terdapat Kuesioner diberikan kepada pasien lalu
beberapa kegiatan yang dilakukan dalam disimpulkan diagnosis keperawatan yang
mendiagnosis keperawatan adalah dapat ditegakkan berdasarkan NANDA.
interpretasi dari data yang ada, kemudian Responden perawat juga diminta
melakukan verifikasi dengan pasien,
menentukan label diagnosis keperawatan
dan menuliskan diagnosis keperawatan.
Berdasarkan uraian dan data-data
yang di kemukakan diatas penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan
mengangkat judul “Identifikasi Diagnosis
Keperawatan Pada Pasien yang dirawat di
ruang Paru pada tahun 2014 di Rumah
Sakit Daerah HM. Ryacudu Kotabumi”.
Tujuan penelitian adalah untuk
membandingkan diagnosis keperawatan
eperawatan/diganosa keperawatan dan Berdasarkan uraian dan data-data yang
masalah kolaboratif/diagnosis potensial di kemukakan diatas penulis tertarik untuk
komplikasi yang dialami oleh pasien dan melakukan penelitian dengan mengangkat
membuat perencanaan dalam merawat judul “Identifikasi Diagnosis Keperawatan
pasien. Pada Pasien yang dirawat di ruang Paru
pada tahun 2014 di Rumah Sakit Daerah
Pengalaman menunjukkan bahwa HM. Ryacudu Kotabumi”.
sering sekali perawat kesulitan dalam Tujuan penelitian adalah untuk
menentukan diagnosis keperawatan spesifik membandingkan diagnosis keperawatan
yang dialami oleh pasien.Hal ini mungkin yang ditegakkan pada pasien yang dirawat di
karena pengkajian keperawatan yang tidak Ruang Paru RSD HM Ryacudu Kotabumi
terstruktur dengan baik.Pengalaman Lampung Utara, baik oleh perawat ruangan
menunjukkan bahwa pengkajian yang maupun peneliti.
dilakukan oleh perawat tidak mempunyai
urutan yang runut dan terkait dengan METODE
diagnosis
keperawatan.Sering terjadi perawat Desain penelitian ini adalah penelitian
mempunyai data tertentu tetapi kebingungan deskritif yaitu penelitian yang bertujuan
untuk menentukan data tersebut untuk mendeskripsikan (memaparkan)
mendukung diagnosis peristiwa penting yang terjadi pada masa
keperawatan yang mana. Atau sebaliknya kini (Nursalam, 2011). Dalam penelitian ini
perawat mempunyai prediksi pasien terdapat satu variabel yaitu diagnosis
mempunyai diagnosis tertentu tetapi tidak keperawatan pada pasien yang dirawat
tahu data apa yang perlu dikaji untuk diruang paru RSD H.M. Mayjend Ryacudu
mendukung diagnosis tersebut muncul Kotabumi Lampung Utara Tahun 2014.
(Nurjannah, 2010). Penelitian dilakukan di Ruang Paru
Panduan penulisan diagnosis RSD HM Ryacudu Kotabumi Lampung
keperawatan NOC, NIC (2011), menyatakan Utara.Waktu penelitian dilaksanakan selama
bahwa diagnosis keperawatan yang timbul 1 bulan (September s.d Oktober 2014),
pada pasien penyakit pernafasan ada terhadap 30 orang responden pasien dengan
beberapa diagnosis, diantaranya bersihan masalah Paru, dan responden perawat 2
jalan nafas tidak efektif, pola nafas tidak orang untuk membandingkan diagnosis
efektif, gangguan pertukaran gas, kurang keperawatan.
pengetahuan, resiko aspirasi, dan Dalam penelitian ini teknik
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari pengambilan sampel yang digunakan adalah
kebutuhan tubuh (Herman, 2014 ) accidental sampling yaitu pengambilan
Sejauh ini belum ada standar asuhan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu
keperawatan yang disepakati terkait yang tidak dirancang pertemuannya terlebih
perawatan pasien dengan gangguan dahulu (Arikunto, 2006), dengan kriteria
pernapasan. Sedangkan proses mengkaji dan sampel yaitu sedang dirawat di Ruang Paru
mendiagnosis merupakan kegiatan yang dan bersedia menjadi responden. Sedangkan
sangat penting karena menentukan kriteria responden untuk perawat adalah
keberhasilan keperawatan. Dalam pendidikan minimal D3 Keperawatan.
merumuskan diagnosis keperawatan Alat yang digunakan dalam penelitian
menurut Wilkinson (2007) terdapat ini yaitu kuesioner yang disusun
beberapa kegiatan yang dilakukan dalam berdasarkan pengkajian NANDA -ISDA.
mendiagnosis keperawatan adalah Kuesioner diberikan kepada pasien lalu
interpretasi dari data yang ada, kemudian disimpulkan diagnosis keperawatan yang
melakukan verifikasi dengan pasien, dapat ditegakkan berdasarkan NANDA.
menentukan label diagnosis keperawatan Responden perawat juga diminta
dan menuliskan diagnosis keperawatan.
menegakkan diagnosis keperawatan sesuai bulan Oktober 2014, berada pada rentang usia
data pengkajian yang diperoleh dari pasien. 51 – 60 tahun adalah sebanyak 33%.
Analisis univariat digunakan untuk
mengetahui distribusi frekuensi atau Tabel 4: Daftar Diagnosis Keperawatan
prosentase masing-masing dari setiap yang Ditegakan oleh Perawat
diagnosis keperawatan yang muncul. Ruangan Paru dan Diagnosis
HASIL Keperawatan yang Ditegakkan
Peneliti
Tabel 1: Distribusi Responden Berdasarkan
Penyakit
Diagnosis Keperawatan oleh
f %
Perawat
1. Bersihan jalan napas tidak 20 67
Penyakit f % efektif
TB Paru 11 36,7 2. Pola napas tidak efektif 10
3. Gangguan pola Tidur 21 33
Asma Bronkhial 7 23
4. Kurang pengetahuan 30 70
Pneumonia 6 20
100
Efusi Pleura 5 17
Diagnosis Keperawatan oleh
PPOK 1 0,33 f %
Peneliti
Jumlah 30 100 1. Bersihan jalan napas tidak 30 100
efektif
Berdasarkan tabel 1 hampir separuh 2. Pola napas tidak efektif 30
penyakit yang dialami pasien di Ruang Paru 3. Risiko trauma vascular 30 100
adalah TB Paru (36,7%). Prosentase 4. Risiko jatuh 29 100
selanjutnya adalah Asma Bronkial (23%), 5. Defisit perawatan diri: 28 97
Pneumonia (20%) dan Efusi Pleura (17%). mandi 93
6. Defisit perawat diri: 28
Tabel 2: Distribusi Responden Berdasarkan berpakaian 93
Jenis Kelamin 7. Defisit perawatan diri: 28
makan 93
8. Defisit perawatan diri: 28
Laki-laki
Jenis Kelamin 22
f 73
% eliminasi 93
Perempuan 8 27 9. Kesiapan meningkatkan 27
Jumlah 30 100 pengetahuan 90

10. Mual 23 77
Berdasarkan tabel 2 sebagian besar 11. Gangguan body image 21 70
responden berjenis kelamin laki-laki 12. PC: Reaksi Allergi 10 33
(73%). 13. Ansietas 9 30
14. Ketidakefektifan performa 7 23
Tabel 3: Distribusi Responden Berdasarkan peran
Usia 15. Ketidakseimbangan 6 20
nutrisi: kurang dari
Usia (Tahun) f % kebutuhan tubuh
31 - 40 6 20 16. Risiko trauma 4 13
41- 50 5 17 17. Risiko distress spiritual 2 6
51 - 60 10 33
61 - 70 6 20
71 - 80 3 10 Berdasarkan tabel 3 usia terbanyak
Jumlah 30 100 pasien yang dirawat di Ruang Paru pada
Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat dan Gangguan pertukaran gas merupakan
bahwa dari jumlah sampel 30 pasien, diagnosis keperawatan yang paling banyak
diagnosis yang ditegakkan pada pasien ditegakkan oleh perawat berdasarkan
yang dirawat di Ruang Paru, berdasarkan serangkaian data pada pasien dengan
pengkajian dengan menggunakan NANDA gangguan pernapasan Pneumonia dan Asma.
terdapat 17 diagnosis dapat ditegakkan, Hal ini juga sesuai pendapat
sedangkan diagnosis yang ditegakkan Antipuesto (2009), bahwa pasien dengan
dari jenis diagnosis, diagnosis berdasarkan gangguan respirasi akan mengalami masalah
NANDA meliputi diagnosis aktual (actual Bersihan jalan napas tidak efektif, Pola
diagnosis): 11 diagnosis, risiko (Risk napas tidak efektif, Gangguan pertukaran
diagnosis): 4 diagnosis, promkes (Wellness gas, Kurang pengetahuan, dan Ansietas.
diagnosis): 1 diagnosis dan potensial Diagnosis keperawatan yang
komplikasi (Potensial complication): 1 ditegakkan berdasarkan pengkajian
diagnosis, sedangkan diagnosis yang NANDA-ISDA lebih beragam daripada
ditegakkan oleh perawat seluruhnya adalah diagnosis keperawatan yang ditegakkan oleh
diagnosis aktual. perawat. Dengan NANDA-ISDA pengkajian
Diagnosis keperawatan yang paling dilakukan dari berbagai Aspek dan didasari
sering muncul berdasarkan NANDA-ISDA pada pemahaman terhadap definisi suatu
adalah adalah Bersihan jalan napas tidak diagnosis tersebut (Nurjannah, 2010).
efektif (100%), Pola napas tidak efektif Sedangkan diagnosis yang dibuat perawat
(100%), Risiko trauma vascular (100%), tidak didasari pada pengkajian dan
Risiko jatuh (97%), Defisit perawatan diri: pemahaman tentang definisi diagnosis itu
mandi (93%), Defisit perawatan diri: sendiri, contohnya terdapat diagnosis
berpakaian (93%), Defisit perawatan diri: “Gangguan pola tidur”. Istilah ini tidak
eliminasi (93%), Defisit perawatan diri: ditemukan dalam nomenklatur NANDA-I,
makan (93%), Kesiapan peningkatan untuk data kurang tidur. Namun data “
pengetahuan (90%), Mual (77%), Gangguan kurang tidur “ akan memunculkan diagnosis
body image (70%), PC: reaksi allergi (33%), “Risiko jatuh”. Begitu pula, tidak satupun
Ansietas (30%), Ketidakefektifan performa tidak satupun masalah kolaborasi (potensial
peran (23%), ketidakseimbangan nutrisi: complication) ditegakkan oleh perawat
kurang dari kebutuhan (20%), Risiko trauma sementara dari rutinitas pekerjaan yang
(13%), dan Risiko distress spiritual (6%). dilakukan lebih banyak pada pekerjaan
Daftar diagnosis di atas mengatasi masalah pontensial komplikasi.
memperlihatkan hanya ada 2 (dua) diagnosis Sebagai contoh, pasien yang terpasang
yang sama ditegakkan baik oleh perawat tranfusi akan muncul diagnosis keperawatan
maupun diagnosis yang ditegakkan PC : risiko allergi, dan ini dialami oleh 10
berdasarkan NANDA-ISDA, yaitu: responden atau sekitar 33%.
Bersihan jalan napas tidak efektif dan pola Semua responden terpasang infus,
napas tidak efektif. namun tidak ada perawat yang menegakkan
diagnosis keperawatan “Risiko trauma
PEMBAHASAN vaskular”. Berdasarkan pengkajian
NANDA-ISDA, data pemasangan infus akan
Diagnosis keperawatan Bersihan jalan memunculkan diagnosis keperawatan Risiko
napas tidak efektif dan Pola napas tidak trauma vaskular.
efektif selalu ditegakkan oleh perawat Menurut Saputra (2013), komplikasi
ruangan dan peneliti. Frekuensi kemunculan pemasangan infus diantaranya adalah
yang sering pada kedua diagnosis hematoma, infiltrasi, tromboplebitis dan
keperawatan ini, tidak hanya dilakukan oleh emboli udara.
perawat ruangan, namun juga berdasarkan Tidak satupun perawat menegakkan
pengkajian NANDA- ISDA. Hal ini sesuai diagnosis keperawatan “Defisit perawat
dengan hasil penelitian (Andrade, et.al.
2012), bahwa diagnosis Pola napas tidak
efektif, Bersihan jalan napas tidak efektif
diri : mandi, berpakaian, eliminasi dan KESIMPULAN
makan”. Berdasarkan pengumpulan data
diperoleh bahwa 28 responden mengalami Berdasarkan penelitian diatas, dapat
defisit perawatan diri, dan berdasarkan disimpulkan bahwa Diagnosis keperawatan
pengkajian NANDA-ISDA responden yang ditegakkan oleh perawat ruangan
mengalami defisit perawatan diri pada 4 lebih sedikit dibandingkan diagnose
aspek yaitu mandi, berpakaian, eliminasi, keperawatan yang ditegakkan oleh peneliti.
dan makan.Hal ini sesuai pendapat Brunner Diagnosis keperawatan yang sama
& Suddarth (2002), bahwa kelemahan ditegakkan oleh perawat ruangan dan
pasien yang dirawat di RS akan peneliti adalah Bersihan jalan napas tidak
menyebabkan pasien memerlukan bantuan efektif dan pola napas tidak
untuk melaksanakan aktivitasnya sehari- efektif.Diagnosis keperawatan yang
hari. ditegakkan oleh peneliti tidak hanya
Berdasarkan pengkajian NANDA- meliputi aspek fisik, namun juga
ISDA, tidak hanya diagnosis keperawatan psikososial.
yang bersifat fisik yang dapat ditegakkan, Berkaitan dengan simpulan hasil
namun muncul pula masalah psikososial, penelitian diatas, ada beberapa hal yang
misalnya Ansietas dan Ketidakefektifan dapat disarankan untuk pengembangan dari
performa peran. hasil penelitian ini yaitu perlunya sosialisasi
Diagnosis keperawatan Nausea, penegakkan diagnosis keperawatan
dialami oleh hampir sebagian besar berdasarkan NANDA-ISDA. Selanjutnya
responden, besar kemungkinan karena efek berdasarkan diagnose keperawatan yang
samping obat, namun tidak ditegakkan sering muncul, pada pasien di Ruang Paru
sebagai diagnosis keperawatan oleh perawat dapat dijadikan dasar dalam pembuatan
ruangan. Standar Asuhan Keperawatan, khususnya di
Ruang Paru,
DAFTAR PUSTAKA

Antipuesto, D.J. 2009. Nursing for Respiratory Disease.


(http:/nursingcrib.com/nursing.notes_ reviewer/nursing-dx-for-respiratory-
disease/. Diakses pada 3 November 2014.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Rineka
Cipta, Jakarta.

Brunner & Suddart. 2002. Buku ajar keperawatan medical bedah. Jakarta:EGC.

Herman. 2014. Daftar Diagnosis Keperawatan Keperawatan (online).


(http://www.kampus.blogspot.com) diakses pada tanggal 17 Juni 2014.

NANDA-I. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012 – 2014.


Jakarta:EGC.

Nurjanah, I. 2010. Proses keperawatan: NANDA, NOC dan NIC.

Yogyakarta:Moco Media.
Nurjanah, I. 2012. ISDA (Intan’s Screening Diagnosis Assesment. Yogyakarta: Moco
Media.

Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:


Pedoman Skripsi,Tesis da Instrument Penelitian Keperawatan. Edisi 2.
Jakarta: Salemba Medika.

Wilkinson. 2007. Diagnosis Keperawatan.

Jakarta:EGC
LEMBAR KONSUL

Nama : Mairita Andani,S.Kep

NIM : 2019.NS.A.07.051

No. Hari/Tgl/Waktu Catatan Pembimbing Tanda Tangan


1. Senin, 14 1. Tambahkan sumber Mahasiswa Pembimbing
September 2020 pada WOC
2. Tambahkan
artikel/jurnal minimal 1
sesuai dengan intervensi
keperawatan
3. Pelajari tentang
asidosis
metabolik/respiratorik
dan alkalosis
Mairita Andani, S. Suryagustina, Ners,
metabolik/respiratorik
Kep M.Kep

2. Kamis, 17 1. Lengkapi data


September 2020 pengkajian untuk
menunjang diagnosa
keperawatan.
2. Pelajari tentang
penialaian
Mairita Andani, S. Suryagustina, Ners,
GCS.
Kep M.Kep

3. Jum’at,18
1. ACC LP ASKEP
September 2020

Mairita Andani, S. Suryagustina, Ners,


Kep M.Kep
LEMBAR KONSUL

Nama : Mairita Andani,S.Kep

NIM : 2019.NS.A.07.051

No. Hari/Tgl/Waktu Catatan Pembimbing Tanda Tangan


Mahasiswa Pembimbing

1. Senin, 21 4. Tambahkan data


September 2020
pengakajian sesuai saran.
5. Sesuaikan diagnosa
sesuai dengan keadaan
Mairita Andani, Rosaniah, S.Kep.,
pasien.
S.Kep Ners
6. Lengkapi
evaluasi
keperawatannya.

2. Selasa, 22 1. ACC LP ASKEP


September 2020

Mairita Andani, Rosaniah, S.Kep.,


S.Kep Ners
LEMBAR DAFTAR HADIR

Jenis Kegiatan : Pre Conference dengan Pembimbing Akademik Ibu Suryagustina,


Ners, M.Kep dan Pembimbing Lahan Ibu Rosaniah, S.Kep
Waktu : 10.00 WIB – Selesai
Meeting ID : Nara Siska is inviting you to a scheduled Zoom meeting.

Topic: Pre Conference Stase Keperawatan Kritis


Time: Sep 15, 2020 10:00 AM Palangka Raya
Meeting ID: 712 7743 4715
Passcode: 1EcAb6

Link : Join Zoom Meeting


https://us04web.zoom.us/j/71277434715?pwd=d1VlRDRsbk9GYX
NYc2FxakZNRk1wUT09
Jenis Kegiatan : Post Conference dengan Pembimbing Akademik Ibu Suryagustina,
Ners, M.Kep dan Pembimbing Lahan Ibu Rosaniah, S.Kep
Waktu : 10.00 WIB – Selesai
Meeting ID : Nara Siska is inviting you to a scheduled Zoom meeting.

Topic: Pre Conference Stase Keperawatan Kritis


Time: Sep 16, 2020 10:00 AM Palangka Raya
Meeting ID: 743 2773 1543
Passcode: 3Qifhb
Link : Join Zoom Meeting
https://us04web.zoom.us/j/74327731543?pwd=L1Jlajd6VGVvaDh3
RWdjdkFPNTJSQT09#success
Jenis Kegiatan : Absensi Harian dengan Pembimbing Akademik Ibu Suryagustina,
Ners, M.Kep dan Pembimbing Lahan Ibu Rosaniah, S.Kep
Waktu : 10.00 WIB – Selesai
Meeting ID : Nara Siska is inviting you to a scheduled Zoom meeting.

Topic: absensi harian.


Time: Sep 17, 2020 10:00 AM Palangka Raya
Meeting ID: 792 4535 4571
Passcode: 6vEPv7

Link : Join Zoom Meeting


https://us04web.zoom.us/j/79245354571?pwd=TGxTOFYwMzZ2Ul
JRV0xUYkJBbnBwdz09
SATUAN ACARA PENYULUHAN LATIHAN
BATUK EFEKTIF

OLEH :

Mairita Andani

NIM: 2019.NS.A.07.051

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI NERS

TAHUN 2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Latihan Batuk Efektif


Sasaran : Pasien dan Keluarga Pasien
Hari, Tanggal : Jum’at, 18 Agustus 2020
Tempat : Ruang ICU
Waktu : 07.00 WIB – Selesai
Penyuluh : Mahasiswa/(i) Program Profesi Ners STIkes Eka Harap
Palangka Raya

A. Latar Belakang
Batuk merupakan gerakan refleks yang bersifat reaktif terhadap masuknya benda
asing ke dalam saluran pernapasan. Gerakan ini terjadi atau dilakukan tubuh sebagai
mekanisme alamiah untuk melindungi organ paru-paru. Batuk terjadi sebagai akibat
stimulasi mekanik atau kimia pada nervus aferen pada percabangan bronkus. Batuk
secara terkekeh-tekeh dapat menyebabkan seseorang kehilangan banyak energi, sulit
untuk mengeluarkan dahak dan dapat mengiritasi tenggorokan. Sebagian besar orang
mencari pertolongan medis agar batuk cepat mereda, sementara itu ada orang yang takut
batuknya menjadi penyakit yang serius. Batuk mempengaruhi interaksi personal dan
sosial, mengganggu tidur dan sering menyebabkan ketidaknyamanan pada tenggorakan
dan dinding dada. Untuk mengantisipasi hal-hal tersebut, kita dapat menggunakan
teknik batuk efektif.

Batuk efektif merupakan batuk yang dilakukan dengan sengaja. Namun


dibandingkan dengan batuk biasa, batuk efektif dilakukan melalui gerakan yang
terencana atau dilatih terlebih dahulu, sehingga menghambat berbagai penghalang atau
menghilangkan penutup saluran pernapasan. Teknik batuk efektif akan memberikan
banyak manfaat, diantaranya untuk melonggarkan dan melegakan saluran pernapasan
maupun mengatasi sesak napas akibat adanya lendir yang memenuhi saluran
pernapasan. Lendir baik dalam bentuk dahak (sputum) maupun sekret dalam hidung,
timbul akibat adanya infeksi pada saluran pernapasan maupun karena sejumlah penyakit
yang diderita oleh seorang individu.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan pasien dan keluarga
memahami dan memperagakan teknik batuk efektif.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan, sasaran mampu:
1) Menjelaskan pengertian batuk efeketif
2) Menjelaskan tujuan batuk efektif
3) Menjelaskan teknik batuk efektif
4) Mampu memperagakan teknik batuk efektif

C. Pokok Bahasan
Teknik Nafas Dalam dan Batuk Efektif

D. Sub Pokok Bahasan


a. Pengertian batuk efeketif
b. Tujuan batuk efektif
c. Teknik batuk efektif

E. Metode
1. Ceramah
2. Demonstrasi
3. Diskusi dan tanya jawab

F. Media dan Alat


1. Media : Leaflet
2. Alat : Tissue/sapu tangan, wadah tertutup untuk penampungan
dahak dan gelas berisi air hangat
G. Proses Pelaksanaan

No. Tahapan & Waktu Kegiatan Penyaji Kegiatan Audien


1. Pembukaan  Memberi salam  Menjawab salam
(5 menit)  Memperkenalkan  Mendengarkan dan memperhatikan
anggota klompok dan  Menyepakati kontrak
pembimbing
 Memperhatikan dan mendengarkan
 Melakukan kontrak
waktu
 Menjelaskan tujuan
dan materi yang akan
diberikan
2. Kegiatan  Menggali  Menanggapi dan menjelaskan
(20 menit) pengetahuan audien
tentang nafas dalam  Memperhatikan dan mendengarkan
batuk efektif  Memperhatikan dan mendengarkan
 Memberikan
reinforcement positif  Memperhatikan dan mendengarkan
 Menjelaskan
pengertian batuk  Memperhatikan dan mendengarkan
efektif
 Menjelaskan tujuan  Memperhatikan dan mendengarkan
Nafas dalam dan
batuk efektif  Mendemontrasikan batuk efektif
 Menjelaskan teknik  Memberikan
nafas dalam dan
batuk efektif
 Mendemonstrasikan
teknik nafas dalam
dan batuk efektif
 Mendemonstrasikan
bersama
 Memberi kesempatan
audien untuk pertanyaan
bertanya
 Memberikan  Memperhatikan dan
reinforcement positif mendengarkan
 Memberikan kesempatan  Memberikan jawaban
pada audien lain
untuk menjawab  Memperhatikan dan
 Memberikan reinforcement mendengarkan
positif dan meluruskan
konsep  Memperhatikan dan
 Meminta masukan dari mendengarkan
pembimbing akademik dan
atau
pembimbing klinik

3. Penutup  Evaluasi validasi  Menyimak


(5 menit)  Menyimpulkan  Memperhatikan dan
bersama-sama mendengarkan
 Mengucapkan terima kasih  Memperhatikan dan
 Mengucapkan salam mendengarkan
penutup  Menjawab salam
Nafas Dalam Dan Batuk Efektif

A. Pengertian
1. Nafas dalam
Latihan nafas dalam adalah bernapas dengan perlahan dan menggunakan
diafragma, sehingga memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada
mengembang penuh (Parsudi, dkk., 2012)
2. Batuk Efeketif
Batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan benar dimana dapat energi
dapat dihemat sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara
maksimal (Smeltzer, 2011).

B. Tujuan Teknik nafas dalam dan Batuk Efektif


1. Membebaskan jalan nafas dari akumulasi sekret
2. Mengurangi sesak nafas akibat akumulasi secret
3. Memfasilitasi pembersihan saluran napas

C. Indikasi teknik nafas dalam dan batuk efektif


Dilakukan pada pasien seperti: COPD/PPOK, Emphysema, Fibrosis, Asma, chest
infection, pasien bedrest atau post operasi
D. Kontra indikasi batuk efektif
1. Tension pneumotoraks
2. Hemoptisis
3. Gangguan sistem kardiovaskuler seperti hipotensi, hipertensi, infark miokard
4. akut infark dan aritmia
5. Edema paru
6. Efusi pleura yang luas
E. Alat dan Bahan yang disediakan
1. Tissue/sapu tangan
2. Wadah tertutup
3. Gelas berisi air hangat

F. Cara Mempersiapkan Tempat Untuk Membuang Dahak


1. Siapkan tempat pembuangan dahak: kaleng berisi cairan desinfektan yang dicampur
dengan air (air sabun / detergen, air bayclin, air lisol) atau pasir
2. Isi cairan sebanyak 1/3 kaleng
3. Buang dahak ke tempat tersebut
4. Bersihkan kaleng tiap 2 atau 3 kali sehari.
5. Buang isi kaleng bila berisi pasir : kubur dibawah tanah
6. Bila berisi air desinfektan : buang di lubang WC, siram
7. Bersihkan kaleng dengan sabun

G. Tehnik nafas dalam


1. Menarik napas (inspirasi) secara biasa beberapa detik melalui hidung (bukan

menarik napas dalam) dengan mulut tertutup


2. Kemudian mengeluarkan napas (ekspirasi) pelan-pelan melalui mulut dengan posisi
seperti bersiul

H. Teknik Batuk Efektif


1. Tarik nafas dalam 4-5 kali
2. Pada tarikan nafas dalam yang terakhir, nafas ditahan selama 1-2 detik
3. Angkat bahu dan dada dilonggarkan serta batukkan dengan kuat dan spontan
4. Keluarkan dahak dengan bunyi “ha..ha..ha” atau “huf..huf..huf..”
5. Lakukan berulang kali sesuai kebutuhan
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, S. (2011). Buku ajar keperawtan medikal bedah. Jakarta:


EGC. Perry & Potter. Funamental Keperawatan. Jakarta: EGC.

Kowalak, J. (2011). Buku ajar patofisiologi. Jakarta:


EGC. Rab, T. (2010). Ilmu penyakit paru. Jakarta: TIM.

Parsudi, dkk. (2012). Asuhan keperawatan klien gangguan pernafasan. Jakarta:


EGC.
Pake Teknik Batuk
Efektif doong..!!! BATUK EFEKTIF
PENDIDIKAN KESEHATAN BATUK EFEKTIF
PENDIDIKAN KESEHATAN Metode batuk
BATUK EFEKTIF dengan benar dimana
energi dapat dihemat
sehingga tidak mudah
lelah dan dapat
mengeluarkan dahak
secara maksimal

BATUK EFEKTIF ??

Mairita Andani

2019.NS.07.A.051

YAYASAN EKA HARAP


Oleh:PALANGKA RAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI
Reka Laura, NERS
S.Kep NIM:
TAHUN AJARAN 2020
2019.NS.A.07.062
TEKNIK BATUK EFEKTIF

ALAT DAN BAHAN YANG


DISEDIAKAN
TUJUAN BATUK EFEKTIF

Tisu/ sapu tangan


Membebaskan jalan
nafas dari hambatan Wadah tertutup
dahak Mengeluarkan tempat penampung
dahak untuk dahak
pemeriksaan diagnostik
Gelas berisi air
laborat hangat

Mengurangi sesak
nafas akibat
penumpukkan dahak
Meningkatkan
distribusi udara saat
bernafas Meningkatkan
volume paru
Memfasilitasi
pembersihan saluran

Anda mungkin juga menyukai