Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

M DENGAN DIAGNOSA MEDIS


PNEUMONIA ASPIRASI DI RUANGAN ICU RSUD dr. DORIS
SYLVANUS PALANGKA RAYA

Di Susun Oleh
Mairita Andani
2019.NS.A.07.051

STIKES EKA HARAP PALANGKA RAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

TAHUN AJARAN 2020


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru. Sebagian besar


disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri) dan sebgaian kecil disebabkan
oleh hal lain (aspirasi, radiasi, dll). Pneumonia didefinisikan berdasarkan gejala
dan tanda klinis, serta perjalanan penyakitnya. World Health Organization (WHO)
mendefinisikan pneumonia hanya berdasarkan penemuan klinis yang didapat dari
pemeriksaan inspeksi dan frekuensi pernapasan Pneumonia merupakan penyakit
yang menjadi masalah di berbagai Negara terutama negara berkembang termasuk
Indonesia.
Insidens pneumonia pada dibawah 5 tahun di Negara maju adalah 2-4
kasus/100 anak/tahun, sedangkan di Negara berkembang 10-20 kasus/
100anak/tahun. Pneumonia menyebabkan lebih dari 5 juta kematian per tahun
pada anak balita di Negara berkembang. Pneumonia aspirasi merupakan
peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang
mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi
jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.yang disebabkan oleh
aspirasi benda asing baik yang berasal dalam tubuh maupun di luar tubuh
penderita.
Aspirasi merupakan proses terbawanya bahan yang ada di orofaring pada saat
respirasi kesaluran napas bawah dan dapat menimbulkan kerusakan parenkim
paru. Kerusakan yang terjadi tergantung jumlah dan jenis bahan yang teraspirasi
serta daya tahan tubuh. Sindrom aspirasi dikenal dalam berbagai bentuk
berdasarkan etiologi dan patofisiologi yang berbeda dan cara terapi yang juga
berbeda.
1.2 Rumusan Masalah
Adapaun rumusan masalah pada asuhan keperawatan ini adalah :
Bagaimana peranan Asuhan Keperawatan pada Tn. M dengan diagnosa medis
Pneumonia Aspiris di Ruang ICU RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan dari laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini untuk


mengetahui masalah Pneumonia aspirasi/peradangan paru

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Melakukan pengkajian pada Tn. M dengan diagnosa medis Pneumonia


aspirasi
2) Melakukan diagnosa pada Tn. M dengan diagnosa medis Pneumonia
aspirasi
3) Melakukan intervensi pada Tn. M dengan diagnosa medis Pneumonia
aspirasi
4) Melakukan Implementasi pada Tn. M dengan diagnosa medis Pneumonia
aspirasi
5) Melakukan evaluasi pada Tn. M dengan diagnosa medis Pneumonia
aspirasi
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Pneumonia aspirasi didefinisikan sebagai inhalasi isi orofaring atau lambung
ke dalam larynx dan saluran pernafasan bawah.Beberapa sindrom pernafasan
mungkin terjadi setelah aspirasi, tergantung pada jumlah dan jenis material
aspirasi, frekuensi aspirasi dan respon host terhadap material aspirasi.
Pneumonitis aspirasi (Mendelson’s syndrome) adalah jejas kimia yang disebabkan
oleh inhalasi isi lambung. Nama lain nya yaitu Anaerobic pneumonia, aspirasi
vomitus, pneumonia necrotizing, pneumonitis aspirasi, pneumonitis kimia.
(Marik. E.P, 2012)
Pneumonia aspirasi adalah infeksi dan peradangan pada paru-paru
akibat masuknya benda asing ke dalam paru-paru. (Marik. E.P, 2012)
Pneumonia aspirasi adalah peradangan pada paru-paru (pneumonia) yang
disebabkan karena masuknya benda asing ke dalam paru-paru, biasanya benda
asing ini berupa makanan, minuman, atau hal lain yang ditelan. (Marik. E.P,
2012)
2.2 Klasifikasi
Aspirasi meliputi beberapa sindrom aspirasi:
1 Pneumonitis kimia: aspirasi agen toksik seperti asam lambung, cidera
instanteneus ditandai dengan hipoksemia. Pengobatan membutuhkan
dukungan ventilator bertekanan positif
2 Reflek penutupan saluran nafas: aspirasi cairan (air, garam, makanan
nasogastrik) dapat menyebabkan laringospasme pada saluran pernafasan
dan edema pulmo yang menghasilkan hipoksemia. Pengobatan termasuk
pernafasan dengan tekanan positif yang tidak teratur dengan 100% oksigen
dan isoproterenol.
3 Obstruksi mekanik: aspirasi cairan atau zat partikel (saluran pernafasan
makanan secara parsial, hot dog, kacang) bisa menghasilkan
penghambatan mekanis yang sederhana. Terjadinya batuk, desahan dab
dispnea dengan atelektasis yang terlihat pada X-ray di dada. Pengobatan
memerlukan penyedotan trakeobronkial dan menghilangkan zat partikel
dengan serat optic bronkoskopi.
4 Pneumonia aspirasi: aspirasi bakteri dari orofaring. Pasien
mengalami batuk, demam, batuk berdahak dan hasil radiografi
menunjukkan infiltrasi. Pengobatan membutuhkanantibiotik.
2.3 Etiologi
Kondisi yang mempengaruhi pneumonia aspirasi antara lain:
1 Kesadaran yang berkurang, merupakan hasil ayang berbahaya dari reflex
batuk dan penutupan glottis.
2 Disfagia dari gangguan syaraf
3 Gangguan pada system gastrointestinal, seperti penyakit esophageal,
pembedahan yang melibatkan saluran atas atau esophagus, dan aliran
lambung.
4 Mekanisme gangguan penutupan glottis atau sfingter jantung karena
trakeotomi, endotracheal intubations (ET), bronkoskopi, endoskopi atas dan
nasogastric feeding (NGT)
5 Anestesi faringeal dan kondisi yang bermacam-macam seperti muntahan yang
diperpanjang, volume saluran cerna yang lebar, gastrostomi dan posisi
terlentang.
6 Lain-lain: fistula trakeo-esofageal, pneumonia yang berhubungan dengan
ventilator, penyakit periodontal dan trakeotomi.
Kondisi-kondisi ini kesemuanya berbagi dalam seringnya dan banyaknya
volume aspirasi, yang meningkatkan kemungkinan pengembangan pneumonitis
aspirasi.
Pasien dengan stroke atau penyaki kritis yang membutuhkan perawatan
biasanya mempunyai beberapa factor resiko dan memperbaiki kasus yang
mempunyai proporsi yang besar.Kurangnya kebersihan gigi khususnya pada
orang tua atau pasien yang kondisinya lemah, menyebabkan koloni dalam
mulut dengan organism patogenik yang secara potensial bisa menyebabkan
bertambahnya jumlah bakteri.Peningkatan resiko infeksi dapat menyebabkan
aspirasi.
2.4 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pneumonia aspirasi ini bervariasi dari yang ringan hingga
berat dengan syok sepsis atau hingga gagal nafas, semua itu tergantung dengan
faktor penjamu, beberapa yang menjadi penyebabnya :
1 Gangguan menelan
2 Gejala yang ada pada pneumonia yaitu demam, batuk, sesak
3 Kesulitan saat inspirasi atau inspirasi memanjang
4 Ada nafas cuping hidung
5 Nyeri pleuritik
6 dahak purulen berbau (pada 50% kasus)
7 Kemudian bisa ditemukan nyeri perut, anoreksia, dan penurunan berat
badan,
8 Bersuara saat napas (mengi),takikardi, merasa pusing atau kebingungan,
merasa marah atau cemas
2.5 Patofisiologi
Aspirasi merupakan hal yang dapat terjadi pada setiap orang.Di sini terdapat
perananaksi mukosilier dan makrofag alveoler dalam pembersihan material yang
teraspirasi. Terdapat 3 faktor determinan yang berperan dalam pneumonia
aspirasi, yaitu sifat material yang teraspirasi,volume aspirasi, serta faktor defensif
host. Perubahan patologis pada saluran napas pada umumnya tidak dapat
dibedakan antara berbagai penyebab pneumonia, hampir semua kasus gangguan
terjadi pada parenkim disertai bronkiolitis dan gangguan interstisial.Perubahan
patologis meliputi kerusakan epitel, pembentukan mukus dan akhirnya terjadi
penyumbatan bronkus.Selanjutnya terjadi infiltrasi selradang peribronkial
(peribronkiolitis) dan terjadi infeksi baik pada jaringan interstisial,
duktusalveolaris maupun dinding alveolus, dapat pula disertai pembentukan
membran hialin danperdarahan intra alveolar. Gangguan paru dapat berupa
restriksi, difusi dan perfusi.
Pneumonia aspirasi mengarah kepada konsekuensi patologis akibat secret
orofaringeal,nanah, atau isi lambung yang masuk ke saluran napas bagian bawah.
Penyakit ini terjadi pada orang dengan level kesadaran yang berubah karena
serangan cerebrovascular accident (CVA), CNS lesion mass, keracunan obat atau
overdosis dan cidera kepala. Kebanyakan individumengaspirasi sedikit secret
orofaringeal selama tidur, dan secret tersebut akan dibersihkan secaranormal
Aspirasi mikroorganisme patologik yang berkoloni pada orofaring adalah cara
infeksi saluran pernapasan bagian bawah yang paling sering dan menyebabkan
pneumonia bakteri. Pneumonia anaerobik disebabkan oleh aspirasi sekret
orofaringeal yang terdiri dari mikroorganisme anaerob seperti Bacteroides,
Fusobacterium,Peptococcus, dan Peptostreptococcus yang merupakan spesies
yang paling sering ditemukan diantara pasien-pasien dengan kebersihan gigi yang
buruk. Awitan gejala biasanya terjadi secara perlahan-lahan selama 1 hingga 2
minggu, dengan demam, penurunan berat badan, anemia, leukositosis, dispnea,
dan batuk disertai produksi sputum berbau busuk. Abses-abses paru yang
terbentuk pada parenkim paru dapat rusak, dan empiema dapat timbul seperti
mikroba-mikroba yang berjalan ke permukaan pleura. Kebanyakan abses-abses
tersebut terbentuk pada paru
WOC
Virus, Bakteri, Jamur, Aspirasi

Terhirup

Bronchiolus
Stimulasi
Alveolus chemoreseptor
hipotalamus
Infeksi Proses peradangan
Konsentrasi Set poin
Kerja sel goblet Eksudat & serous protein cairan bertambah
masuk dalam alveoli alveoli Respon
Produksi sputum
SDM & leukosit menggigil
meningkat
PMN mengisi alveoli
Rangsang Akumulasi sputum Reaksi
batuk di jalan nafas Konsolidasi di peningkatan
Tekanan hidrostatik suhu tubuh
alveoli
tekanan osmotik
Nyeri pleurik Gangguan
ventilasi Compliance Hipertermi
paru menurun
Gangguan
Difusi
rasa nyaman Ketidakefektifan Evaporasi
Frekuensi nafas
nyeri bersihan jalan
nafas Cairan tubuh
Akumulasi cairan
berkurang
di alveoli
Ketidakefektifan
pola nafas Devisit
Volume
Gangguan Cairan
Kurang
pertukaran gas
pengetahuan dan
cemas

Susah tidur O2 jaringan

Kelemahan
Gangguan pola
tidur

Intoleransi
Aktivitas
2.6 Komplikasi
1. Gagal nafas dan sirkulasi
2. Syok sepsis
3. Effusi pleura,empyema dan abces
2.7 Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
Menurut connor, S. 2010. pemeriksaan penunjang untuk mengetahui
pneumonia aspirasi dapat dilaksanakan melalui beberapa pemeriksaan, yaitu :
1. Pemeriksaan Laboratorium
2. Foto thorax
3. CT Scan
2.8 Penatalaksanaan
1. Pemberian oksigenasi : dapat diberikan oksigen nasal atau masker, monitor
dengan pulse oxymetri. Bila ada tanda gagal napas diberikan ventilasi
mekanik
2. Pemberian cairan dan kalori yang cukup (bila cairan parenteral). Jumlah
cairan sesuai berat badan, peningkatan suhu dan dehidrasi
3. Bila sesak tidak terlalu hebat dapat dimulai melalui enteral bertahap melalui
selang nasogatrik
4. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal
5. Koreksi kelainan asam basa atau elektrolit yang terjadi
6. Pemilihan antibiotik berdasarkan umur, keadaan umum penderita dan dugaan
penyebabnya. Evaluasi pengobatan dilakukan 48-72 jam. Bila tidak ada
perbaikan klinis dilakukan penggantian antibiotika sampai anak dinyatakan
sembuh. Lama pemberian antibiotic tergantung: kemajuan klinis penderita,
hasil laboratorium, foto thoraks dan jenis kuman penyebabnya. Biasanya
antibiotik yang diberikan yaitu antibiotic beta-laktam, ampisilin, atau
amoksisilin, dikombinasikan kloramfenikol atau diberikan sefalosporin
generasi ketiga.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

3.1 Pengkajian
1.      Riwayat Keperawatan
Masalah keperawatan yang pernah dialami
a.       Pernah mengalami perubahan pola pernapasan.
b.      Pernah mengalami batuk dengan sputum.
c.       Pernah mengalami nyeri dada.
d.      Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala di atas.
2.      Riwayat penyakit pernapasan
a.       apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC, dan lain-lain ?
b.      bagaimana frekuensi setiap kejadian?
3.      Riwayat kardiovaskuler
Pernah mengalami penyakit jantung (gagal jantung, gagal ventrikel kanan,dll)
atau peredaran darah.
4.      Gaya hidup
Merokok, keluarga perokok, lingkungan kerja dengan perokok.
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar
kapiler (efek inflamasi)
3.3 Intervensi
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum
Tujuan dan Kriteria Hasli Intervensi Rasional
Setelah dilakukan tindakan  Kaji frekuensi/  Takipnea, pernafasan dangkal,
keperawatan 3x24 jam kedalaman penafasan dan gerakan dada tak simetris
diharapak bersihan jalan nafas dan gerakan dada sering terjadi karna
menjadi efektif dengan kriteria  Auskultasi area paru, ketidaknyamanan gerakan
hasil : catat are penuruan/ tidak dinding dada dan/ cairan paru
 Jalan nafas bersih ada aliran udara dan  Penurunancaliran udara terjadi
 Tidak ada dispnea bunyi nafas adventisius, pada area konsolidasi dengan
 Tidak sianosis mis : krekels, mengi cairan. Bunyi nafas bronkial
 Bantu pasien latihan (normal pada bronkus) dapat juga
nafas sering. Tunjukan terjadi opada area konsolidasi.
atau bantu pasien Krekels, ronki,dan mengi
melakukan batuk, mis : terdengar pada inspirasi dan
menekan data dan batuk ekspirasi pada repson terhadap
efektik sementara posisi pengumpulan cairan, sekret
duduk tinggi kental, dan spasme jalan
 Kolaborasi pemberian nafas/obsutriksi
sesuai indikasi analgetik  Nafas dalam memudahkan
ekspansi maksimum paru”/ jalan
nafas lebih kecil. Batuk
 Diberikan untuk memperbaiki
batuk dengan menurunkan
ketidaknyamanan tetapi harus
digunakan secara hati’. Karna
dapat menurunkan batuk/
menekan pernafasan
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolar kapiler (efek inflamasi)
Tujuan dan Kriteria Hasli Intervensi Rasional
Setelah dikakukan tindakan  Kaji frekunesi,  Manifestasi distres pernafasan
keperawatan selama 3x24 jam kedalaman, dan tergantung pada/ indikasi
dapat menunjukan perbaikan kemudahan bernafas. derajat kterlibatan paru dan
ventilasi, dengan kriteria hasil :  Observasi warna kulit, status kesehatan umum
 Oksigenisasi jaringan membran mukosa, dan  Sianosis kuku menunjukan
dengan GDA dalam batas kuku catat adanya pasokontriksi atau respon
normal sianosis verifer (kuku). tubuh terhadap demam/
 Tidak ada gejala distres  Kaji susu tubuh, sesuai menggil. Namun sianosis daun
pernafasan indikasi. telinga membran mukosa dan
 Bantu tindakan kulit sekitar mulut menunjukan
kenyamanan untuk hipoksemia sistematik
menurunkan demam  Demam tinggi (umum pada
dan menggil mis: pneumonia bakterial dan
selimut tambahan, suhu influenza) sangat
ruangan nyaman, meningkatkan kebutuhan
kompres hangat. metabolik dan kebutuhan
oksigen.
DAFTAR PUSTAKA

Marik. E.P, 2012. Aspiration Pneumonitis and Aspiration Pneumonia. N Engl J


Med, Vol 334, No. 9. Texas tech University Health Science Center: Massacussetts
O, 8 Maret 2012) connor, S. 2010. Aspiration pneumonia and pneumonitis.
Australian Prescriber
Bartlett, JG, Sexton, DJ, Thorner, AR. 2009. Aspiration Pneumonia In Adult.
UpToDate For Patients
Stead L. G, Stead S. M, Kaufman M. S. Aspiration Pneumonia in First Aid for the
Emergency Medicine Clerkship. Singapore: The McGraw-Hill Companies; 2014.
p. 116
Karlinsky JB, King TE, Crapo JD, Glassroth J. Aspiration Pneumonia in
Anaerobic and other Infection Syndromes. In: Baum’s textbook of pulmonary
diseases.7th Ed. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins; 2014.p. 405-8.

Mettler AF. Chest dalam Essentials of Radiology. 2nd ed. Philadelphia: Elsevier
Saunders; 2011. p 94

Eisenberg, Ronald L. Aspiration Pneumonia. In: Comprehensive Radiographic


Pathology. United States of America: Mosby Elsevier; 2009. p 48

Gurney WJ, Muram, Winer HT. Aspiration Pneumonia. In: Pocket Radiologist
Chest Top 100 Diagnoses. China: Amirsys; 2015. p. 6-8

Hannawi Y, Vankatasubba R, Suarez J, Bershad E. Stroke-Associated


Pneumonia : Mayor Advances and Obstacle. Cerebrovascular Disease 2013;35;
p.430-43
Marik, PE. Aspiration Pneumonitis and Aspiration Pneumonia. The New England
Journal of Medicine. 2013:344(9); p. 665-71

Anda mungkin juga menyukai