Anda di halaman 1dari 14

KEEFEKTIFAN IMPLEMENTASI ORAL HYGIENE DENGAN

MENGGUNAKAN CHLORHEXIDINE GLUCONATE 0,2% DAN


DENGAN MENYIKAT GIGI DALAM MENURUNKAN ANGKA VAP
PADA PASIEN YANG TERINTUBASI DI RUANG ICU RSUD KOTA
BANDUNG

Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Stase Keperawatan Kritis

Evidence Based Practice

Di Susun Oleh : Kelompok IV

PROGRAM EKSTENSI PROFESI NURSE PRODI KEPERAWATAN


STIKES DHARMA HUSADA
BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan kemudahan dan kelancaran dalam pembuatan Evidence Based
Practice ini sehingga dapat selesai dengan tepat waktu. Evidence Based Practice
ini berjudul “Keefektifan Implementasi Oral Hygiene Dengan Menggunakan
Chlorhexidine Gluconate 0,2% Dan Dengan Menyikat Gigi Dalam Menurunkan
Angka Vap Pada Pasien Yang Terintubasi Di Ruang ICU RSUD Kota Bandung ”
yang membahas mengenai hasil-hasil penelitian terkait dengan hal tersebut.
Evidence Based Practice ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
stase Nurse Keperawatan Kritis di STIKES Dharma Husada Bandung. Penulis
menyadari bahwa Evidence Based Practice ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, saran dan kritik membangun sangat diharapkan untuk perbaikan
dimasa yang akan datang. Penulis memohon maaf atas segala hal yang kurang
berkenan, kekurangan dan kekhilafan selama berinteraksi. Akhir kata, semoga
Allah SWT berkenan meridhoi dan semua ini dijadikan suatu bentuk amal ibadah.

Bandung, Januari 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Insiden gagal napas di dunia setiap tahunnya meningkat dan gagal napas
menjadi penyebab angka kesakitan dan kematian tertinggi di instalasi perawatan
intensif. Pasien yang mengalami distres pernapasan atau gagal napas, henti napas
(apneu) maupun hipoksemia yang tidak teratasi dengan pemberian oksigen
merupakan indikasi diberikan ventilasi mekanik. Namun, salah satu komplikasi
yang sering terjadi karena pemasangan ventilator mekanik yakni Ventilator
Associated Pneumonia (VAP). Ventilator-associated pneumonia (VAP) adalah
infeksi saluran napas yang terjadi setelah lebih dari 48 jam pasien menggunakan
bantuan ventilasi mekanik invasif dan belum timbul ketika pemasangan intubasi
(Vincent at al,.2010, Rahmiati at al,. 2013). Pemberian sedasi, adanya ETT juga
berkontribusi pada kejadian VAP yang terjadi akibat respons inflamasi terhadap
mikroorganisme parenkim paru. Respons yang terjadi tergantung pada jumlah dan
jenis mikroorganisme, virulensi serta daya tahan tubuh. Sebagian besar kasus
VAP disebabkan oleh aspirasi sekresi infeksi dari orofaring dan sebagian kecil
berasal dari infeksi sistemik.
Penggunaan ventilator meningkatkan resiko infeksi nosokomial 6–21 kali
dan tingkat kematian akibat VAP adalah 24–70% sehingga menyebabkan
peningkatan rata-rata waktu yang dihabiskan di ICU menjadi 9 hari, dan juga
biaya pengobatan yang menjadi bertambah (Ban, 2011, Rahmiati,. 2013). Di
Amerika VAP merupakan penyebab kedua dari Healthcare-associated Infections
(HAI) dan 25% dari kejadian infeksi di ICU (Sedwick, et al., 2012, Rahmiati,.
2013). Sedangkan di Eropa VAP adalah infeksi nosokomial kedua setelah infeksi
saluran kemih (Koeman & Joore, 2006, Rahmiati,. 2013). Di negara berkembang
ada 10-41,7 kasus dari 1000 ventilator yang ada. Di Indonesia sendiri tidak
terdapat angka pasti dari kejadian VAP (Widyaningsih at al, 2012, Rahmiati,.
2013).
RSUD Kota Bandung merupakan Rumah Sakit type B yang menjadi pusat
rujukan, tentunya sebagian besar pasien di R.ICU mengalami gangguan
pernafasan dan membutuhkan ventilator sehingga kemungkinan terjadinya
kenaikan angka PAV cukup tinggi. Berdasarkan data dari KPPIRS RSUD Kota
Bandung tahun 2019 untuk R.ICU tercatat kejadian VAP di tahun 2019 adalah
sebesar 10,01%, angka yang cukup tinggi mengingat standar angka kejadian VAP
di R.ICU dari Kemenkes yaitu 5,8 %. Dengan banyaknya pasien yang
menggunakan ventilator di R.ICU dan tingginya insidensi VAP, maka diperlukan
intervensi pencegahan agar VAP tidak terjadi yang salah satunya adalah dengan
oral hygiene menggunakan chlorhexidine gluconate 0,2% dan dengan menyikat
gigi.
Oral hygiene adalah tindakan untuk membersihkan dan menyegarkan
mulut, gigi dan gusi (Clark, dalam Shocker, 2008). Dan menurut Taylor, et al
(dalam Shocker, 2008), oral hygiene adalah tindakan yang ditujukan untuk
menjaga kontinuitas bibir, lidah dan mukosa mulut, mencegah infeksi dan
melembabkan membran mulut dan bibir. Sedangkan menurut Hidayat dan
Uliyah (2005), oral hygiene merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan
pada pasien yang dihospitalisasi. Tindakan ini dapat dilakukan oleh pasien
yang sadar secara mandiri atau dengan bantuan perawat. Untuk pasien yang tidak
mampu mempertahankan kebersihan mulut dan gigi secara mandiri harus
dipantau sepenuhnya oleh perawat.
Tujuan utama dari kesehatan rongga mulut adalah untuk mencegah
penumpukan plak dan mencegah lengketnya bakteri yang terbentuk pada gigi.
Akumulasi plak bakteri pada gigi karena hygiene mulut yang buruk adalah
faktor penyebab dari masalah utama kesehatan rongga mulut, terutama gigi.
Kebersihan mulut yang buruk memungkinkan akumulasi bakteri penghasil asam
pada permukaan gigi. Asam demineralizes email gigi menyebabkan kerusakan
gigi (gigi berlubang). Plak gigi juga dapat menyerang dan menginfeksi saluran
nafas sampai paru paru terutama pada pasien dengan penurunan kesadaran dan
terintubasi menggunakan ventilator, dapat menyebabkan VAP.
Berdasarkan fenomena terkait, maka kelompok kami tertarik untuk
menelaah dari beberapa studi literature terbaru tentang keefektifan implementasi
oral hygiene dengan menggunakan chlorhexidine gluconate 0,2% dan dengan
menyikat gigi dalam menurunkan angka vap pada pasien yang terintubasi di ruang
ICU RSUD Kota Bandung.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam EBP ini adalah “Apakah implementasi oral
hygiene dengan menggunakan chlorhexidine gluconate 0,2% dan dengan
menyikat gigi efektif dalam pencegahan terjadinya ventilator associated
pneumonia ?”

1.3. Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan EBP ini adalah untuk mengatahui apakah implementasi
oral hygiene dengan menggunakan chlorhexidine gluconate 0,2% dan dengan
menyikat gigi efektif dalam pencegahan terjadinya ventilator associated
pneumonia atau tidak.

1.4 Manfaat
Manfaat dari EBP ini adalah untuk mengetahui tingkat keefektifan
implementasi oral hygiene dengan menggunakan chlorhexidine gluconate 0,2%
dan dengan menyikat gigi efektif dalam pencegahan terjadinya ventilator
associated pneumonia berdasarkan literature review yang didapat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

a. Result (sertakan tabel analisis)

N Judul/ peneliti/ Metode Hasil Kesimpulan


o tahun publikasi Penelitian

1 Oral care effect Sampel hasil Kejadian VAP Oral hygiene


on intubated skrining pada pasien yang dilakukan
patient with 0,2 yang terdiri terintubasi 3 kali sehari dan
pe cent dari 9 orang berkurang dilakukan secara
chlorhexidine terbagi dua dengan kombinasi dapat
gluconate and grup. Grup perawatan mengurangi
tooth brushing kontrol mulut kejadian VAP
in intensive terdiri 4 minimal 3 kali
care unit. orang sehari dan
Mohammad dilakukan dilakukan
Khan et.al. sikat gigi secara
2017. dan swab kombinasi
clorhexidine yaitu
. Dan 5 menggunakan
orang hanya sikat gigi dan
dilakukan swab
swab chlorhexidine.
chlorhexidin
e saja
dilakukan
sehari 3 kali.

2 Effect of Merupakan Tehnik Belum ada


different oral sebuah perawatan rekomendasi
care scrubs on penelitian mulut terbaik untuk
ventilator meta menggunakan perawatan gigi
associated analisis. tehnik scrub adalah dengana
pneumonia Sampel masih belum menggunakan
prevention for terabgai atas bersih. tehnik scrub.
machinery 2 grup
ventiles patient. dimana grup
Hua Ping Wei intervensi
& Kelu Yang. dilakukan
2019. pembersihan
rongga
mulut
mengginaka
n
chlorhexidin
e sebanyak 2
kali sehari
dan grup
kontrol
dilakukan
pembersihan
rongga
mulut
dengan
menggunaka
n sikat dan
pasta gigi.

3 Comparison of 24 sampel Bahwa Kebersihan


foam swabs and yang terpilih menggunakan mulut di ruang
toothbrushes as secara dua metode intensive
oral hygiene random di yaitu sikat dimana adanya
interventions in bagi gigi dan foam plak dan
mechanically menjadi 2 swabs dapat ginggivitis
ventilated kelompok mengurangi sering terjadi
patient; a dengan terjadinya yang akhirnya
randomised melihat plak pada gigi adalah
split mouth. kebersihan dan gingguval menyebabkan
Paola J Marino gigi inflamatory. terjadinya VAP
et.al. 2016.

4 Oral care with Terdiri Penggunaan Penggunaan


chlorhexidine 6.016 chlorhexidine chlorhexidine
seems effective sampel baik baik dalam
for reducing the RCT maouthwash bentuk
incidence of termasuk atau jel mouthwash atau
ventiltor evaluasi menurunkan jeli dapat
-associated Oral resiko menurunkan
pneumonia.anal Hygiene terjadinya angka kejadian
ia Veitz-Keenan care dalam VAP, VAP.
& Debra M bentuk sedangkan
Ferraiolo. 2017 pencuci dengan
mulut, menggossok
swabs, dan gigi dan cara
menggosok oral hygiene
gigi atau lainnya terjadi
kombinasi kegagalan
pada pasiene dalam
kritis menurunkan
dengan angka
ventilasi kejadiann
mekanik VAP.

5 Chlorhexidine Merupakan Chlorhexidine Tehnik


and tooth penelitian swab telah menggososk
brushingas dari terbukti dalam gigi dengan
prevention berbagai menurunkan menggunakan
strategiesin literatur. kejadian VAP chlorhexidine
reducing Dan sampel namun dengan direkomendasik
ventilator- terbagi atas cara an sebagai
associated dua grup menggososk perawatan mulut
pneumonia dimana gigi sebagai dalam mencegah
rates. Nesta masing- standar terjadinya VAP.
Roberts and masing grup perawatan
Pam Moule. terdiri atas gigi tertinggi
2011 17 orang. akan lebih
Satu grup baik bila
diberikan dikombinasika
tindakan n dengan
swab chlorhexidin.
dengan
chlorhexidin
e dan satu
grup di
berikan
perlakuan
dengan
menggosok
gigi
menggunaka
n
chlorhexidin
e

a. Diskusi
Berdasarkan beberapa hasil penelitian salah satu faktor untuk
encegah dan menurunkan terjadinya VAP adalah dengan oral hygiene
menggunakan chlorhexidine. Chlorhexidine terbukti lebih baik dari
penggunaan sikat gigi dengan pasta gigi. Penggunaan chlorhexidine
dilakukan minimal sebanyak 2 sampai 3 kali sehari dengan tidak
membilasnya dengan air.
Chlorhexidine adalah suatu kationik biguanida, dengan spektrum
antimikroba yang sangat luas. Efek antimikroba chlorhexidine diserap
dalam permukaan dinding sel bakteri, chlorhexidine akan menurunkan
ketahanan membran sel dan menyebabkan keluarnya bahan-bahan
intraseluler. Selain itu perlekatannya dengan jarigan lunak maupun
keras dalam mulut menyebabkan efek chlorhexidine bertahan dalam
jangka waktu yang lama setelah digunakan. Jumlah bakteri dalam
saliva secara perlahan berkurang mencapai antara 10-20%
dibandingkan jumlah awal sebelum pemakaian dan tetap bertahan
selama 7 hingga 12 jam (Addy dan Wright, 1978). Selain efek yang
baik chlorhexidine juga memiliki efek yang buruk yaitu timbulnya
nida pada gigi dan mukosa mulut setelah 3 hari pemakaian.
BAB III
KESIMPULAN

Oral hygiene merupakan tindakan pemenuhan kebutuhan dasar yang


bertujuan untuk mencegah infeksi rongga mulut, mencegah penyakit yang
penularannya melalui mukosa mulut, meningkatkan daya tahan tubuh.
Sedangkan VAP atau Ventilator-associated pneumonia adalah pneumonia
yang terjadi lebih dari 48 jam setelah pemasangan intubasi endotracheal
akibat dari mikroorganisme yang masuk saluran nafas bagian bawah.
Pasien kritis yang dirawat di ICU berisiko tinggi terjadinya infeksi
nosokomial pneumonia sehingga meningkatkan angka kesakitan, kematian
dan biaya perawatan.
Salah satu faktor yang dapat mencegah terjadinya VAP adalah melalui
kebersihan mulut. Salah satu cara dalam membersihkan mulut pasien
dengan menggunakan chlorhexidine yang di kombinasikan dengan
menggunakan sikat gigi sebanyak 2 sampai 3 kali sehari.
DAFTAR PUSTAKA

Eom, J. S., Mi, S. L., Hee, K. C., Hee, J. C., Sun, Y. J., Yeon, S. K., et al. (2014).
The Impact of a Ventilator Bundle on Preventing Ventilator-Associated
Pneumonia: A Multicenter Study. American Journal od Infection Control ,
34-7.
Hua ping wei & Kelu Yang. Effects of different oral care scrubs on VAP prevention
for machinery ventilates patient. 2019

Lim, P. K., Shuenn, W., Wen, J., Wang, H. S., Ying-Ying, C., Mei, C. H., et al.
(2013). Efficacy of Ventilator-Assocated Pneumonia Care Bundle for
Prevention of Ventilator-Associated Pneumonia in the Surgical Intensive Care
Units of A Medical Center. Journal of Microbiology, Immunology and
Infection , 316-321.

Mohamed, K. A. (2013). Compliance with VAP Bundle Implementation and Its


Effectiveness on Surgical and Medical Sub-Population in Adult ICU.
Egyptian Journal of Chest Disease and Tuberculosis , 9-14.
Mohammad Khan et,al. oral effect on intubated patient with 0,2 per cent chlorhexidin
gluconat and tooth brushing in intensive care unit. Journal of advance oral
research. 2017.

M Fajar Sadil et al.. (2017).


Gambaran Pengetahuan Klinisi Ruang Rawat Intensif mengenai Ventilator
Associated Pneumonia (VAP) Bundle di Ruang Rawat Intensif RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung - JAP 85-93.

Susmiarti, D., Harmayetty, & Dewi, Y. S. (2015). Intervensi VAP Bundle dalam
Pencegahan Ventilator Associated Pneumonia (VAP) Pada Pasien dengan
Ventilasi Mekanis. Jurnal Ners Vol. 10 , 138-146.
Rahmiati, Titis ,.(2013).. Ventilator-Associated Pneumonia. Dan Pencegahannya,
Vol.III No.6, November, 263 - 318.

Anda mungkin juga menyukai