OLEH
KELOMPOK 5
1
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
PNEUMONIA
I. KONSEP DASAR PENYAKIT
A. DEFINISI
Pneumonia adalah suatu penyakit radang akut parenkim paru biasanya dari suatu infeksi
saluran pernafasan bawah akut (INSBA) dan ditandai dengan gejala batuk serta sesak nafas
yang disebabkan oleh agen infeksius seperti bakteri, virus, mycoplasma, dan substansi asing,
berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi dan dapat dilihat melalui
Pneumonia merupakan infeksi akut yang mengenai jaringan paru- paru yang dapat
disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri, virus dan jamur (Kemenkes, 2016).
Pneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi
(Padilla, 2013).
Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru yang biasanya dari
suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA) (Sylvia A.price). Dengan gejala batuk dan
disertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma
(fungi), dan aspirasi substansi asing berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan
konsolidasi yang dapat dilihat melalui gambaran radiologis. (NANDA NIC-NOC, 2015) .
B. ETIOLOGI
Etiologi pneumonia menurut Nurarif & Kusuma (2015), yaitu penyebaran infeksi terjadi
melalui droplet dan sering disebabkan oleh streptococcus pneumonia, melalui selang infuse oleh
staphylococcus aureus sedangkan pada pemakaian ventilator oleh Pseudomonas aeruginosa dan
enterobacter. Dan di masa sekarang terjadi karena perubahan keadaan pasien seperti kekebalan
tubuh dan penyakit kronis, polusi lingkungan, penggunaan antibiotik yang tidak tepat.Setelah
2
masuk ke paru-paru organisme bermultiplikasi dan jika telah berhasil mengalahkan mekanisme
pertahanan paru terjadilah Pneumonia. Selain diatas penyebab terjadinya pneumonia sesuai
penggolongannya yaitu:
1. Virus: Respiratory syncytial virus, Virus influenza, Virus sistomegalitik, Adeno virus.
4. Aspirasi: Makanan, BBM (biasanya minyak tanah), cairan amnion, benda asing.
5. Sindrom Loeffer
6. Pneumonia hipostatik
7. Non mikroorganisme:
1. Merokok
2. Bahan kimia
Gambaran klinis beragam, tergantung pada organisme penyebab dan penyakit pasien
1. Menggigil mendadak dan dengan cepat berlanjut menjadi demam (38,50 C sampai
40,50 C).
2. Nyeri dada pleuritik yang semakin berat ketika bernapas dan batuk produktif.
3. Pasien yang sakit parah mengalami takipnea berat (25 sampai 45 kali pernapasan/menit)
3
dan dyspnea, prtopnea ketika disangga.
4. Nadi cepat dan memantul, dapat meningkat 10 kali/menit per satu derajat peningkatan
6. Tanda lain : infeksi saluran napas atas, sakit kepala, demam derajat rendah, nyeri
pleuritik, myalgia, ruam faringitis, setelah beberapa hari, sputum mucoid atau
mukopurulen dikeluarkan.
7. Pneumonia berat : pipi memerah, bibi dan bantalan kuku menunjukkan sianosis sentral.
8. Sputum purulent, bewarna seperti katar, bercampur darah, kental, atau hijau, bergantung
9. Nafsu makan buruk, dan pasien mengalami diaphoresis dan mudah lelah.
10. Tanda dan gejala pneumonia dapat juga bergantung pada kondisi utama pasien (misal,
D. PATOFISIOLOGI PNEUMONIA
Pada awalnya, alveolus mengandung bakteri cairan edema, dan beberapa neutrofil.
Eksudasi neutrofil dalam jumlah besar menyebabkan konsolidasi. Ada empat stadium pertama,
yaitu stadium kongesti, lobus-lobus yang terkena menjadi berat, merah, dan sebab secara
histology dapat terlihat kongesti vascular, dengan cairan berprotein, beberapa neutrofil dan
banyak bakteri di alveolus. Dalam beberapa hari timbul stadium hepatisasi merah, pada stadium
tersebut lobus paru memperlihatkan eksudat fibrinosa atau fibrinoporulen. Pada stadium
berikutnya hepatisasi abu-abu, paru menjadi kering, abu-abu, dan padat, karena sel darah merah
mengalami lisis atau pecah, sementara eksudat fibrinosa menetap di dalam alveolus. Resolusi
4
berlangsung dalam kasus non komplikasi yang eksudatnya didalam alveolus dicerna secara
enzimatis dan diserap atau dibatukkan sehingga arsitektur paru tetap utuh. Reaksi pleura
mungkin mereda dengan cara serupa atau mengalami organisasi meninggalkan penebalan
fibrosa atau perlekatan permanen. Mikroorganisme masuk ke dalam paru melalui inhalasi
udara, juga dapat melalui aspirasi dari nasofaring atau orofaring, tidak jarang secara
perkontinuitatum (kontak langsung) dari daerah di sekitar paru, ataupun malalui penyebaran
5
E. PATHWAY Normal
(Sistem Pertahanan )
Terganggu
Organisme
Stapilokokus
Virus Saluram Nafas Bagian
Bawah Pneumokokus
Hivopolemi
6
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
endap darah biasanya meningkat hingga 100mm/jam.Saat dilakukan biakan sputum, darah,
atau jika di mungkinkan caira efusi pleura, untuk biakan aerobik dan anaerobik, untuk
selanjutnya dibuat pewarnaan gram sebagai pegangan dalam pemberian antibiotik. Sebaiknya
diusahakan agar biakan dibuat dari sputum aluran nafas bagian bawah. Selain contoh sputum
yang diperoleh dari batuk, bahan dapat diperoleh swap tenggorok atau laring, pengisapan
2. Pemeriksaan radiologis
4. Pemeriksaan mikrobiologik
Pemeriksaan ini dapat dibiak dari spesimen usap tenggorok, sekresi nasofaring, bilasan
7
G. PENATALAKSANAAN
1. Oksigen 1-2/menit
2. IVFD dekstrose 10%: NaCl 0,9% = 3:1, + KCl 10 mEq/500 ml cairan. Jumlah
3. Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui
4. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
kultur yaitu:
2016).
8
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
A. PENGKAJIAN PRIMER
1. Airway
2. Breathing
3. Circulation
- Akral dingin
4. Dissability
- Pada kondisi yang berat dapat terjadi asidosis metabolic sehingga menyebabkan
penurunan kesadaran
5. Exposure
9
B. PENGKAJIAN SEKUNDER
1. Wawancara
1) Klien
Dilakukan dengan menanyakan identitas klien yaitu nama, tanggal lahir, usia. Serta
2) Anamnese
2. Pemeriksaan Fisik
Pada semua kelompok umur, akan dijumpai adanya napas cuping hidung.Pada auskultasi,
dapat terdengar pernapasan menurun. Gejala lain adalah dull (redup) pada perkusi, vokal
fremitus menurun, suaranafas menurun, dan terdengar fine crackles (ronkhi basah halus)
didaerah yangterkena. Iritasi pleura akan mengakibatkan nyeri dada, bila berat dada
menurunwaktu inspirasi
Pemeriksaan berfokus pada bagian thorak yang mana dilakukan dengan inspeksi,
2) Palpasi: Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membeasar, fremitus raba
mungkin meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin mengalami peningkatan
(tachichardia)
10
3) Perkusi: Suara redup pada sisi yang sakit
4) Auskultasi: Dengan stetoskop, akan terdengar suara nafas berkurang, ronkhi halus
pada sisi yang sakit, dan ronkhi basah pada masa resolusi. Pernapasan bronkial,
2. Hivopolemi
3. Intoleransi aktifitas
4. Defisiensi pengetahuan
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
11
- Sekrresi yang - Gelisah menurun (5) selam 2 detik, kemudian keluarkan
tertahan - Frekuensi napas dai mulut dengan bibir mencucu
- Hyperplasia dinding membaik (5) (dibulatkan) selam 5 detik
jalan nafas - Pola nafas membaik - Anjurkan mengulangi tarik nafas
- Proses infeksi (5) dalam hingga 3 kali
- Respon alergi - Anjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik nafas dalam
- Efek agen
yang ke-3
farmakologias ( mis.
Kolaborasi
Anastesi
Situasional - Kolaborasi pemberian mukolitik
- Merokok aktif
atau ekspektoran, jika perlu.
- Merokok pasif
- Terpajan polutan Manajemen Jalan Nafas
Observasi
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif : - - Monitor posisi selang endotraceal
Objektif : (EET), terutama setelah mengubah
- Batuk tidak efektif posisi
- Tidak mampu batuk - Monitor tekanan balon EET setiap
4-8 jam
- Sputum berlebih
- Mengi,wheezing - Monitor kulit area stoma
trakeostomi (mis. Kemerahan,
dan/atau ronkhi
drainase, perdarahan)
kering
Terapeutik
Gejala dan Tanda Mayor - Kurangi tekanan balon secara
Subjektif : periodic setiap Shift
- Dispnea - Pasang oropharingeal airway
- Sulit bicara (OPA) untuk mencegah EET
- Ortopnea tergigit
Objektif : - Cegah EET terlipat (kinking)
- Gelisah - Beriak pre-oksigenasi 100%
- Sianosis selama 30 detik (3-6 kali ventilasi)
- Bunyi nafas menurun sebelum dan sesudah penghisapan
- Frekuensi nafas - Beriak volume pre-oksigen
berubah (bagging atau ventialasi mekanik)
- Pola nafas berubah 1,5 kali volume tidal
- Lakukan penghisapan lender
Kondisi Klinis Terkait : kurang dari 15 detik jika
- Gullian Barre diperlukan (bukan secara
berkala/rutin)
Syndrome
- Skelrosis multipel - Ganti fiksasi EET setiap 24 jam
- Myasthenia gravis - Ubah posisi EET secara bergantian
(kiri dan kanan) setiap 24 jam
12
- Prosedur diagnostik - Lakukan perawatan mulut (mis.
( mis. Bonkoskopi, Dengan sikat gigi, kasa, plembab
transesophageal, bbir)
echocardiography - Lakukan perawatan stoma
(TEE) trakeostomi
- Depresi system saraf Kolaborasi
pusat
- Cedera kepala
- Jelaksan pasien dana/atau keluarga
tujuan dan prosedur pemasangan
- Stroke jalan nafas buatan.
- Kuadriplegia - Kolaborasi intubasi ulang jika
- Sindrom aspirasi terbentuk mucous plug yang tidak
mekonium dapat dilakuikan penghisapan
- Infeksi saluran nafas
Pemantaun Respirasi
Observasi
- Monitor frekuensi, irama,
kedalaman dan upaya nafas
- Monitor pola nafas (seperti
bradipnea. Takipnea,
hiperventilasi, kussmaul, Cheyne-
Stoke,Biot, atasik)
- Monitor kemampuan batuk efektif
- Monitor adanya produksi sputum
- Monitor adanya sumbatan jalan
nafas
- Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
- Auskultasi bunyi nafas
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor nilai AGD
- Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik
- Atur interval pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Kolaborasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informaskan hasil pemantauan, jika
perlu
13
2 Pola Napas Tidak Efektif Setelah dilakukan intervensi Manajemen Jalan Napas
Definisi : selama ... x... menit, maka Observasi :
Inspirasi dan/atau ekspirasi pola napas membaik dengan - Monitor pola napas (frekuensi,
yang tidak memberikan kriteria hasil : kedalaman, usaha napas)
ventilasi adekuat. - Ventilasi semenit (5) - Monitor bunyi napas tambahan
Penyebab : - Kapasitas vital (5) (mis. gurgling, mengi, wheezing,
- Depresi pusat - Diameter thoraks anterior ronkhi kering)
pernapasan - Monitor sputum (jumlah, warna,
- posterior (5)
- Hambatan upaya napas - Tekanan ekspirasi (5) aroma)
(mis. nyeri saat Terapeutik :
bernapas, kelemahan - Tekanan inspirasi (5)
- Dispnea (5) - Pertahankan kepatenan jalan napas
otot pernapasan) dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-
- Deformitas dinding - Penggunaan otot bantu thrust jika curiga trauma cervical)
dada napas (5)
- Posisikan semi-Fowler atau Fowler
- Deformitas tulang dada - Pemanjangan fase - Berikan minum hangat
- Gangguan ekspirasi (5)
- Ortopnea (5) - Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
neuromuscular
- Pernapasan pursed-tip - Lakukan penghisapan lendir kurang
- Gangguan neurologis dari 15 detik
(mis. (5)
- Pernapasan cuping - Lakukan hiperoksigenasi sebelum
elektroensefalogram
penghisapan endotrakeal
[EEG] positif, cedera hidung (5)
kepala, gangguan - Frekuensi napas (5) - Keluarkan sumbatan benda padat
kejang) dengan forsep McGill
- Kedalaman napas (5) - Berikan oksigen, jika perlu
- Imaturitas neurologis - Ekskursi dada (5) Edukasi :
- Penurunan energy
- Obesitas - Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari,
jika tidak kontraindikasi
- Posisi tubuh yang - Ajarkan teknik batuk efektif
menghambat ekspansi
Kolaborasi :
paru
- Sindrom hipoventilasi - Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
- Kerusakan inervasi Pemantauan Respirasi
diafragma (kerusakan Observasi :
saraf C5 ke atas)
- Monitor frekuensi, irama, kedalaman
- Cedera pada medulla dan upaya napas
spinalis
- Monitor pola napas (seperti :
- Efek agen farmakologis bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
- Kecemasan kussmaul, cheyne-stokes, biot,
Gejala dan Tanda Mayor ataksik)
Subjektif : - Monitor kemampuan batuk efektif
- Dispnea - Monitor adanya produksi sputum
Objektif :
- Monitor adanya sumbatan jalan
- Penggunaan otot napas
bantu pernapasan
- Paplasi kesimetrisan ekspansi paru
14
- Fase ekspirasi - Auskultasi bunyi napas
memanjang - Monitor saturasi oksigen
- Pola napas abnormal - Monitor nilai AGD
(mis. takipnea, - Monitor hasil X-ray thoraks
bradipnea, Terapeutik :
hiperventilasi,
- Atur interval pemantauan respirasi
kusmaul, cneyne-
sesuai kondisi pasien
stokes)
Gejalan dan Tanda - Dokumentasikan hasil pemantauan
Minor Edukasi :
Subjektif : - Jelaskan tujuan dan prosedur
- Ortopnea pemantauan
Objektif : - Informasikan hasil pemantauan, jika
- Pernapasan pursed-lip perlu
- Pernapasan cuping
hidung
- Diameter thoraks
anterior-posterior
meningkat
- Ventilasi semenit
menurun
- Kapasitas vital
menurun
- Tekanan ekspirasi
menurun
- Tekanan inspirasi
menurun
- Ekskursi dada
berubah
Kondisi Klinis Terkait :
- Depresi sistem saraf
pusat
- Cedera kepala
- Trauma thoraks
- Gullian barre
syndrome
- Multiple sclerosis
- Myastenial gravis
- Stroke
- Kuadriplegia
- Intoksikasi alcohol
3 Hipovolemia Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipovolemia
keperawatan selama Observasi:
15
Definisi: …...x…... menit diharapkan - Periksan tanda dan gejala
Penurunan volume cairan Hypovolemia Membaik hipovolemias (mis. Nadi
instravaskular, interstisial,
dengan kriteria hasil: meningkat, nadi teraba lemah,
dan/atau intraseslukler. Status Cairan: tekanan darah mneurun, tekanan
- Kekuatan nadi (5) nadi menyempit, turgor kulit
Penyebab: - Turgor kulit (5) menurun, membrane mukosa
- Kehilangan cairan - Output urine (5) kering, volume urine menurun,
aktif hematokrit meningkat, haus,
- Pengsisian vena (5)
- Kegagalan - Frekuensi nadi (5)
lemah)
mekanisme regulasi - Monitor intake dan output cairan
- Peningkatan - Tekanan darah (5)
permeabilitas kapiler - Tekanan nadi (5) Terapeutik
- Kekurangan intake - Membrane mukosa (5) - Hitung kebutuhan cairan
cairan - Jugular Venous Pressure - Berikan posisi modified
- Evaporasi (JVP) (5) Trendelenburg
- Berikan asuoan cairan oral
Gejala dan Tanda Integritas Kulit dan
Mayor: Jaringan: Edukasi
Subjektif - Elastisitas (5) - Anjurnkan memperbanyak asupan
- - Hidrasi (5) cairan oral
Objektif: - Perfusi jaringan (5) - Anjurkan menghindari perubahan
- Frekuensi nadi - Kerusakan jaringan (5) posisi mendadak
meningkta - Kerusakan lapisan kulit
- Nadi teraba lemah (5) Kolaborasi
- Tekanan darah - Kolaborasi pemberian cairan IV
menurun isotonis (mis. NaCl, RL)
- Tekanan nadi - Kolaborasi pemberian cairan IV
menyempit hipotonis (mis. Glukosa 2,5%,
- Turgor kulit menurun NaCl 0,4%)
- Membrane mukosa - Kolaborasi pemberian cairan
kering koloid (mis. Albumin, Plasmanate)
- Volume urine - Kolaborasi pemberian produk
menurun darah.
- Hematokrit
meningkat Manajemen Syok Hipovolemik
Observasi
Gejala dan Tanda Minor - Monitor status kardiopulmonal
Subjektif; (frekuensi danb tekanan nadi,
- Merasa lemah frekuensi napas, TD, MAP)
- Mengeluh haus - Monitor status oksigenasi
Objektif: (oksimetri nadi, AGD)
- Pengisian vena - Monitor status cairan (masukan
menurun dan haluaran, turgor kulit, CRT)
- Status mental berubah
16
- Suhu tubuh Terapeutik
meningkat - Pertahankan jalan napas paten
- Konsentrasi urine - Berikan oksigen untuk
meningkat mempertahankan satirasi oksigen
- Berat badan turun >94%
tiba-tiba - Perispaan intubasi dan ventilasi
mekanis, jika perlu
Kondisi Klinis Terkait: - Berikan posisi syok (modified
- Penyakit Addison Trendelenberg)
- Trauma atau - Pasang jalur IV
perdarahan - Pasang katetr urine untuk menilai
- Luka bakar produksi urine
- AIDS - Pasang selang nasogastric untuk
- Penyakit Crohn dekompresi lambung, jika perlu
- Muntah - Kolaborasi pemberian epinefrin
- Diare - Kolaborasi pemberian
- Colitis ulseratif dipenhidramin, jika perlu
Hipoalbuminemia - Kolaborasi pemberian
bronkodilator, jika perlu
- Kolaborasi intubasi endotracheal,
jika perlu
- Kolaborasi pemberian resusitasi
cairan, jika perlu
4 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan intervensi Manajemen energi
berhubungan selama 2 Observasi
dengan imobilitas jam , maka toleransi aktivitas - Identifikasi gangguan fungsi
meningkat, dengan kriteria tubuh yang mengakibatkkan
Definisi: Ketidak cukupan hasil : kelemahan
energi untuk melakukan - Kemudahan dalam - Monitor kelemahan fisik dan
aktivitas sehari-hari. melakukan emosional
- aktivitas sehari-hari - Monitor pola dan jam tidur
meningkat - Monitor lokasi dan
- Dispnea saat setelah ketidaknyamanan selama
aktivitas melakukan aktivitas
- menurun Terapiutik
- Perasaan lemah menurun - Sediakan lingkungan nyaman
- Frekuensi napas normal dan 51
12-20 - rendah stimulus
- x/menit - Lakukan rentang gerak
pasif/aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
- Fasilitasi duduk di sisi tempat
17
tidur
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat
jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelaha
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
Pelaksanaan rencana keperawatan adalah kegiatan atau tindakan yang diberikan kepada
klien sesuai dengan rencana keperawatan yang telah ditetapkan tergantung pada situasi dan
18
F. EVALUASI
dilaksanakan dengan berpegang teguh pada tujuan yang ingin dicapai.Pada bagian ini
ditentukan apakah perencanaan sudah tercapai atau belum, dapat juga timbul masalah
baru.
19
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, (2011). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 2. Jakarta
EGC.
Mutaqqin. A, (2010). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.
NIC (2015), Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klarifikasi 2015-2017. Alih bahasa
Sumarwati, Subekti. Jakarta : EGC.
Nurarif & Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC. Jakarta : Mediaction Publishing.
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 3. Jakarta : DPP PPNI.
20
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT SISTEM PERNAFASAN DENGAN
KASUS PNEUMONIA
DI RSUD KARANGASEM
TANGGAL 28 OKTOBER 2022
21
AIRWAY Jalan Nafas : Terdapat secret di sumbatan jalan nafas
Obstruksi : Lidah Cairan Benda Asing
Tidak Ada √ sekret
Muntahan Darah Oedema
Suara Nafas : Snoring Gurgling Stridor √Tidak ada
Keluhan Lain: batuk berdahak
Masalah Keperawatan:
Pola Nafas Tidak Efektif
CIRCULATION Nadi : √ Teraba Tidak teraba N: 80 x/mnt
Tekanan Darah : 130/60., mmHg
Pucat : √Ya Tidak
Sianosis : Ya √ Tidak CRT
: √< 2 detik > 2 detik
Akral : √ Hangat Dingin S : 37.6oC
Pendarahan : Ya, Lokasi: √Tidak ada
Turgor : √ Elastis Lambat
Diaphoresis: Ya √Tidak
Riwayat Kehilangan cairan berlebihan: Diare Muntah Luka bakar
Keluhan Lain:
-
Masalah Keperawatan:
Tidak ada
22
DISABILITY Kesadaran: √Composmentis Delirium Somnolen Apatis
Koma
GCS : √ Eye 4 √ Verbal 5 √ Motorik 6
Pupil : √ Isokor Unisokor Pinpoint
Medriasis
Refleks Cahaya: √ Ada Tidak Ada
Refleks fisiologis: √ Patela (+/-) Lain-lain … …
Refleks patologis : Babinzky (+/-) Kernig (+/-) Lain-lain ... ..
Kekuatan Otot :
4444 4444
4444 4444
Keluhan Lain :
Tidak ada
Masalah Keperawatan:
Tidak ada
EXPOSURE Deformitas : Ya √ Tidak Lokasi ... ...
Contusio : Ya √ Tidak Lokasi ... ...
Abrasi : Ya √ Tidak Lokasi ... ...
Penetrasi : Ya √ Tidak Lokasi ... ...
Laserasi : Ya √ Tidak Lokasi ... ...
Edema : Ya √ Tidak Lokasi ... ...
Luka Bakar : Ya √ Tidak Lokasi ... ...
Grade..........%
Jika ada luka/ vulnus, kaji:
Luas Luka : ... ...
Warna dasar luka: ... ...
Kedalaman : ... ...
Lain-lain :
Tidak ada luka ataupun gangguan yang
lain
23
GIVE COMFOR Nyeri : Ada √Tidak
Problem : tidak ada
Qualitas/ Quantitas : tidak ada
Regio : tidak ada
Skala : tidak ada
Timing : Tidak ada
Lain-lain : ... ...
Masalah Keperawatan: tidak ada
HEAD TO TOE (Fokus pemeriksaan pada daerah trauma/sesuai kasus non trauma)
Kepala dan wajah :
a. Kepala : Normochepale, rambut hitam dan lurus
b. Wajah : Simetris, tidak ada luka atau memar
c. Mata :Konjungtiva ananemis, skelera tampak jernih, pupil isokor
d. Hidung : bersih , tidak ada benjolan pada hidung dan tidak terdapat
rinorhea
e. Mulut : mukosa mulut tampak lembab dan pucat, gigi Nampak
bersih dan tidak terdapat stomatitis
f. Telinga : Tidak menggunakan alat bantu pendengaran, tidak tampak
adanya serumen, tidak ada nyeri tekan
g. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
h. Dada : bentuk simetris pengembangan paru simetris , tidak ada
retaksi otot,tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, suara paru
pekak, bunyi nafas ronchi
i. Abdomen dan pinggang : tidak ada benjolan maupun acites, tidak
ada nyeri tekan, suara timpani, bising usus 9x/mnt
j. Ekstremitas : Tidak ada gangguan pada ekstremitas atas dan bawah,
CRT <2 detik
Masalah Keperawatan: -
Tidak ada
Jejas : Ada √ Tidak
POSTERIOR SURFACE
Tidak ada
24
HASIL LABORATORIUM
Jenis
Hasil Satuan Normal
Pemeriksaan
Pemeriksaan AGD
tCO2 33 mmol/L 22-29
SaO2 22 % 94-100
PO2 21 mmHg 75-100
pH 7.10 mmHg 7.35-7.45
PCO2 93.5 mmHg 35-45
HCO3 29.6 mmol/L 22-28
Pemeriksaan Hematologi
Neu% 92.5 % 50.0-70.0
Neu# 12.11 10^3/uL 2.00-7.00
MCH 32.0 pg 27.0-31.0
Lym% 4.0 % 20.0-40.0
Leukosit (WBC) 13.10 10^3/uL 4.00-10.00
Eos% 0.0 % 0.5-5.0
Eos# 0.00 10^3/uL 0.02-0.5
Pemeriksaan Imunologi
SARS-CoV-2 Negative Negative
Pemeriksaan Kimia Klinik
SGPT 202 U/L < 41
SGOT 172 U/L < 35
Glukosa Sewaktu 255 mg/dL 80-120
Chloride 91 mg/dL 95-108
25
ANALISA DATA
26
2 DS : Pola nafas tidak efektif
System pertahanan
- Pasien
terganggu
mengatakan sesak
sejak 4 hari yang
lalu.
Organisme
- Batuk berdahak
sejak 5 hari yang
lalu
Stapilokokus
DO :
Thrombus
- pasien tampak sesak
- gelisah
- Terdengar suara
Toksin coagulase
nafas tambahan
ronchi
- Tampak sianosis
pada ujung kuku Permukaan lapisan
pasien pleura tertutup tebal
eksudat thrombus vena
- SpO2 : 57% pulmonalis
- RR : 32x/menit
Nekrosis hemoragik
Abses pneumtocele
(Kerusakan jaringan)
27
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Etiologi (Virus, Bakteri,
Mokoplasma, Protozoa) ditandai dengan pasien mengeluh batuh berdahak, suara nafas
ronchi
2. Pola nafas Tidak Efektif berhubungan dengan system pertahanan terganggu ditandai
28
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
29
cepat keluar
Setelah dilakukan Manajemen Jalan Manajemen Jalan Nafas
Pola Napas Tidak intervensi selama 1 x 2 Napas
Observasi
Efektif jam, maka pola napas Observasi :
membaik dengan - Monitor pola - Mengetahui
kriteria hasil : napas (frekuensi,
frekuensi nafas
- Dispnea (5) kedalaman,
- Pernapasan cuping usaha napas) Terapeutik
hidung (5) Terapeutik
- Berikan minum - Agar dahak
- Frekuensi napas (5)
- Tekanan ekspirasi hangat keluar dengan
(5) - Lakukan cepat
fisioterapi dada,
jika perlu - Agar membantu
- Berikan oksigen, proses
jika perlu
Edukasi : pengeluaran
- Ajarkan teknik dahak dengan
batuk efektif
Kolaborasi : cepat
- Kolaborasi - Agar saturasi
pemberian
bronkodilator, oksigen serta
ekspektoran, sesak lebih
mukolitik, jika
perlu membaik
Edukasi
- Meningkatkan
pembersihan
saluran nafas
Kolaborasi
- Pemberian nebul
membercepat
proses
pengeluaran
dahak serta sesak
nafas berkurang
30
IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN
Hari,
Diagnosa Implementasi Respon
tgl, Paraf
jam Keperawatan Keperawatan (Evaluasi Formatif)
Jumat, 28 Dx 1 - Mengidentifikasi Ds :
Oktober kemampuan batuk - pasien mengatakan
2022 merasa sesak, batuk
.10.00 wita - Melakukan Pemeriksaan berdahak sejak 5
tanda-tanda vital hari yang lalu
Do :
- pasien tampak
gelisah, sesak,
nafas cepat dan
dangkal
- TD : 100/70
mmHg
- N: 90x/menit
- RR:32x/menit
- S : 37,2oC
- SpO2 : 57%
10.15 wita Dx 2 - Memonitor pola napas Ds :
(frekuensi, kedalaman, - pasien mengatakan
usaha napas) sesak nafas
Do :
- Tampak ada
sumbatan jalan
nafas
- Terdapat suara
ronchi
10.20 wita Dx 1 - Atur posisi semi-fowler Ds : Pasien mengatakan
atau fowler batuk berdahak serta sesak
nafas
Do :
- pasien diberikan
posisi semi fowler
- pasien Nampak
gelisah
31
10.25 wita Dx 2 - Memberikan oksigen 2 Ds : Pasien mengatakan
line nasal canul dam sesak nya masih terasa
NRM Do :
- Memonitor saturasi - pasien telah
oksigen terpasang oksigen
nasal canul 4 lpm
dan Non rebreathing
Mask 15 lpm
- spo2 : 80%
Do :
- hasil pemeriksaan
rongent thorax
menunjukkan bahwa
pada paru-paru tampak
perselubungan di kedua
lapang paru dan
mengarah pada gambaran
pneumonia
11.00 wita Dx 2 - Kolaborasi pemberian Ds:
fisioterapi dada (clapping - pasien mengatakan
vibration) batuk berdahak dan
tidak hilang-
hilang ,pasien
mengatakan mau
mengikuti intruksi
yang diberikan dalam
pemberian fisioterapi
dada
Do :
- pasien tampak nyaman
32
dan fisioterapi dada
yang diberikan
membantu
mengeluarkan secret
dari saluran pernapasan
11.10 wita Dx 1 - Menganjurkan tarik nasaf Ds :
dalam melalui hidung selama - pasien mengatakan
4 detik, ditahan selam 2 detik, batuk dan sesaknya
kemudian keluarkan dai masih terasa, pasien
mulut dengan bibir mencucu mengatakan mau
(dibulatkan) selam 5 detik mengikuti intruksi yang
diberikan.
Do :
- Pasien Nampak
kooperatif
11.15 wita Dx1 - Mengidentifikasi Ds :
kemampuan batuk - Pasien mengeluh
- Memonitor saturasi oksigen batuk berdahak dan
susah keluar nafas
masih terasa sesak
Do :
- Pasien Nampak
lemas
- Spo2 85 %
11.20 wita Dx 1,2 - Delegatif pemberian Ds : pasien mengatakan
terapi obat : masih merasa sesak dan
- Paractamol fls 500mg batuknya tidak hilang-
hilang
- Levofloxacin 750 mg
- Omeprazole 1 amp Drip Do : terapi obat injeksi
- N-acetylcitein Avigen telah diberikan dan tidak
1600 ada reaksi alergi
- Hidrocortison 100mg
11.30 wita Dx 1 - Memberikan minum hangat Ds :
- Pasien mengatakan
batuk berdahak susah
dikeluarkan
Do :
- Pasien diberikan minum
air hangat 1 gelas kecil
34
EVALUASI SUMATIF/ CATATAN
PERKEMBANGAN
35
12.15 wita Pola Napas Tidak S : Pasien mengatakan masih terasa
sesak serta batuk dan dahak yang
Efektif
susah dikeluarkan
O:
Suara napas tambahan masih
ada (ronkhi)
TD : 110/80 mmHg
Nadi:90x/mnt
RR: 29x/mnt
S: 36,8ºC
SPO2 :93%
Keadaan umum pasien baik,
Tingkat Kesadaran Compos
mentis, GCS: E3V5M6.
A: Pola Nafas Tidak Efektif
P:
- Monitor pola napas (frekuensi,
kedalaman, usaha napas)
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada, jika
perlu
- Ajarkan teknik batuk efektif
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
Mahasiswa kelompok 5
36