Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA

(MODUL DAN AUDIOVISUAL) TERHADAP TINGKAT


PENGETAHUAN KADER BALITA TENTANG ATTENTION
DEFICIT HYPERAKTIVITY DISORDER (ADHD) PADA ANAK
THE EFFECT OF HEALTH EDUCATION WITH MEDIA (MODULES AND
AUDIOVISUAL) ON THE KNOWLEDGE LEVEL OF CHILDREN ON ATTENTION
DEFICIT HYPERAKTIVITY DISORDER (ADHD) IN CHILDREN

Kadek Sri Wahyuni1, I Made Sudarma Adiputra2, Ni Komang Sukraandini3


Mahasiswa Program Studi Keperawatan Program Sarjana
2,3
Dosen Program Studi Keperawatan Program Sarjana
corresppondingauthor@example.com
ABSTRAK

Data ADHD hanya terbatas pada pusat-pusat pelayanan anak berkebutuhan khusus,
keterbatasan data tentang anak yang mengalami ADHD ini kemungkinan disebabkan oleh
beberapa faktor seperti banyak orang tua yang tidak paham dengan kejadian ADHD tersebut
sehingga tidak memeriksakan anak dengan gejala ADHD. Pendidikan kesehatan dengan
media (modul dan audiovisual) digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui tingkat
pengetahuan kader balita tentang Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).
Penelitian pra-eksperimental menggunakan desain One-group pre-post test digunakan dalam
jenis penelitian kausal (pengaruh) ini. Ada 17 kader purposive sampling, dan jumlah sampel
17. Menurut penelitian, data dikumpulkan melalui kuesioner pre-test yang diberikan kepada
kelompok perlakuan, diikuti dengan sesi pendidikan kesehatan 1 x 60 menit melalui media
(modul & audiovisual). Menggunakan tes non-parametrik untuk kelompok berpasangan, Uji
Peringkat Tanda Wilcoxon digunakan untuk analisis data. Hasil kelompok perlakuan
menunjukkan perbedaan yang signifikan pengetahuan kader balita tentang Attention Deficit
Hyperactivity Disorder (ADHD) antara sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan dengan
media (modul dan audiovisual) diberikan kepada anak pada kelompok perlakuan dengan p
value = 0,002 < 0,05. pemberian pendidikan kesehatan melalui media (modul dan
audiovisual) kader dapat menerima segala informasi tentang pola asuh yang baik terutama
cara pemberian makanan sehat untuk anak, cara menjaga kesehatan dan pendidikan anak.

Kata Kunci: Pendidikan Kesehatan, Tingkat Pengetahuan, Attention Deficit


Hyperaktivity Disorder (ADHD)
ABSTACK
ADHD data is only limited to service centers for children with special needs, limited data
about children with ADHD may be caused by several factors such as many parents who do not
understand the incidence of ADHD so they do not check children with ADHD symptoms. Health
education with media (modules and audiovisual) was used in this study to determine the level of
knowledge of toddler cadres about Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Pre-
experimental research using a One-group pre-post test design is used in this type of causal
(influence) research. There were 17 purposive sampling cadres, and the number of samples was
17. According to the study, data were collected through a pre-test questionnaire given to the
treatment group, followed by a 1 x 60 minute health education session through media (modules &
audiovisual). Using a non-parametric test for paired groups, the Wilcoxon Sign Rank Test was
used for data analysis. The results of the treatment group showed a significant difference in the
knowledge of toddler cadres about Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) between
before and after health education with media (modules and audiovisual) given to children in the
treatment group with p value = 0.002 < 0.05. providing health education through media (modules
and audiovisual) cadres can receive all information about good parenting, especially how to
provide healthy food for children, how to maintain children's health and education

Keywords: Health Education, Knowledge Level, Attention Deficit Hyperactivity Disorder


(ADHD)
PENDAHULUAN
Attention Deficit Hyperactivity Disorder ADHD merupakan gangguan yang
menyebabkan aktivitas anak menjadi tidak biasa dan berlebihan, oleh karena itu penting
untuk mengetahuinya. Kegelisahan, ketidakmampuan untuk duduk diam, dan
ketidakmampuan untuk berkonsentrasi adalah semua gejala ADHD pada anak-anak. Ada
beberapa kriteria yang sering dianggap eksplosif, terlalu aktif, dan rawan menimbulkan
kegaduhan. Hiperaktif, impulsif, dan kesulitan memperhatikan adalah tiga gejala paling
umum pada anak-anak dengan ADHD (Kring et al. 2012).
Saat diminta untuk duduk dengan tenang, seperti di kelas atau saat makan, anak
dengan ADHD sering kesulitan untuk mengontrol aktivitasnya. Akibatnya, mereka cenderung
tidak memenuhi permintaan untuk tenang. Gerakan dan aktivitas mereka cenderung tidak
menentu dan tidak terkoordinasi. Mereka memakai pakaian dan sepatu mereka dengan cepat,
menghancurkan mainan mereka, dan menguras kesabaran pengasuh dan pendidik mereka ke
mana pun mereka berada (Kring et al. 2012).
Gambar bergerak dan suara dapat diproyeksikan dengan menggunakan media audio
visual, menurut Sanaky Sekarini et al. (2014). Studi tentang pendidikan kesehatan banyak
tetapi sedikit yang menggunakan modul dan media audiovisual meskipun secara teoritis
efektif.
Diperkirakan bahwa ADHD mempengaruhi antara 3% dan 7% dari anak-anak di
seluruh dunia, tetapi di Amerika Serikat, prevalensi ADHD di antara anak-anak usia 4 sampai
17 mendekati 11%. ADHD mempengaruhi 2 sampai 20 persen dari populasi dunia. ADHD
mempengaruhi sekitar 20% anak sekolah Ukraina. Karena penelitian tentang prevalensi
ADHD di Indonesia masih dalam tahap awal, kami tidak tahu seberapa luas gangguan
tersebut di negara ini. Untuk alasan ini, kami tidak tahu berapa banyak orang Indonesia yang
menderita ADHD. Peneliti di Poliklinik Tumbuh Kembang Anak RS Sanglah Denpasar
melakukan penelitian retrospektif untuk meneliti prevalensi ADHD, karakteristik demografi
dan klinis serta faktor risiko pada tahun 2005-2006. Dari 111 peserta dalam penelitian ini, 51
(45,9%) memiliki ADHD, dengan 43 (38,7%) pria dan 8 (7,2 persen) wanita menjadi
mayoritas. ADHD lebih sering terjadi pada anak sulung daripada jenis ADHD lainnya,
dengan prevalensi gabungan 39 (76,5 persen), prevalensi kurangnya perhatian tujuh (13,7
persen), dan prevalensi impulsif-hiperaktif lima (9,8 persen). Angka kejadian ADHD di
Provinsi Bali belum diketahui (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2017)
Menurut (Bijlenga et al, 2018). Keterlambatan dalam mengetahui anak mengalami
ADHD akan berdampak pada keterlambatan penanganan yang diberikan, hal ini akan
menyebabkan prognosis yang buruk saat anak dewasa. Satu dari tiga anak ADHD akan
terbawa sampai mereka dewasa, berbagai masalah kesehatan akan muncul pada anak ADHD
saat dewasa, salah satunya masalah disfungsi seksual. Dalam melakukan deteksi dini sangat
penting diketahui oleh keluarga dan kader kesehatan balita.
Kader adalah tenaga kerja masyarakat yang dianggap paling sesuai dengan
kebutuhannya. Hal ini akan membantu kader untuk meningkatkan keterampilannya karena
mereka selalu hadir dalam kegiatan posyandu, di mana mereka dapat belajar dari rekan dan
mentor mereka. Sikap dan perilaku kader terhadap pelayanan posyandu sangat dipengaruhi
oleh pengetahuannya.
Penanaman program kesehatan di desa menuntut pengetahuan dan keterampilan kader
disesuaikan dengan tugasnya, karena kader merupakan tanda kemajuan dalam pelayanan
kesehatan. Karena kurangnya pengetahuan kader, petugas dan kader puskesmas tidak
memiliki informasi atau koordinasi yang cukup untuk melaksanakan kegiatan posyandu
secara efektif. Kegiatan posyandu dapat menimbulkan ketidakjelasan dalam deteksi dini
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Akibatnya, tingkat keberhasilan posyandu
akan terganggu, terutama dalam memantau perilaku yang umum terjadi pada anak ADHD
(ADHD).
Banyak keuntungan datang dari mengawasi bagaimana anak-anak berkembang,
termasuk penemuan kelainan dan faktor risiko lain untuk masalah perkembangan, bersama
dengan penemuan masalah perkembangan spesifik yang memerlukan pengobatan atau
konseling genetik. Responden pertama, khususnya, dapat mengidentifikasi masalah kesehatan
di komunitas mereka, terutama yang terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan anak,
dan kemudian melaporkannya ke penyedia layanan kesehatan setempat. Untuk deteksi dini
dan intervensi, pertumbuhan dan perkembangan anak dapat dilacak dua kali setahun (setiap
enam bulan) melalui layanan stimulasi, yang dapat dicatat dalam kelompok balita dan
prasekolah atau catatan pelaporan lainnya. Stimulasi atau stimulasi adalah kegiatan yang
membantu anak usia 0-6 tahun mengembangkan kemampuan dasarnya secara maksimal.
Survei awal terhadap enam kelompok balita di Banjar Bantas, Desa Peguyangan
Kangin, Kabupaten Denpasar Utara, yang dilakukan pada tanggal 18 Mei 2022, menemukan
bahwa 70% dari kelompok balita yang diwawancarai tahu sedikit atau tidak sama sekali
tentang ADHD, meskipun faktanya prevalensi kondisi tersebut adalah tidak dikenal.
Penelitian ini melihat pengaruh pendidikan kesehatan dengan media (modul dan video)
terhadap pengetahuan kader balita di Desa Peguyangan Kangin Kabupaten Denpasar Utara
tentang prevalensi ADHD di masyarakat. Dengan digunakannya media (modul dan
audiovisual) diharapkan dapat meminimalisir waktu dan dapat memudahkan untuk
mengekspresikan pendapat atau ide dengan lebih jelas.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 14 hingga 24 Mei 2022, peneliti akan mengunjungi
Desa Peguyangan Kangin di Kecamatan Denpasar Utara. Jenis Penelitian menggunakan pra-
eksperimental dan melakukan penelitian dengan satu kelompok subjek adalah metode yang
digunakan untuk menemukan hubungan sebab akibat. Sebelum dan sesudah intervensi,
kelompok subjek yang sama diamati. Populasi dalam penelitian ini adalah Jumlah Kader Di
Desa Peguyangan Kangin Denpasar Utara Sebanyak 66 kader balita, Sampel dalam penelitian
ini adalah kader dengan tingkat pengetahuan tentang ADHD yang memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi sebanyak 15 responden perhitungan sampel droup out sebanyak 17 responden
dengan menggunakan Tehnik Sampling Nonprobability sampling dengan teknik purposive
sampling. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan Pre Test dan post tes. Pre
test Kelompok Perlakuan Pengukuran tingkat pengetahuan kader menggunakan kuesioner
pengeyahuan sebelum dilakukan pemberian pendidikan kesehatan dengan media (modul &
audiovisual) kemudian dilakukan pemberian pendidikan kesehatan dengan media (modul &
audiovisual) dilakukan selama 1 x 60 menit setelah diberikan tindakan responden diberikan
Post Test Kelompok Perlakuan Pengukuran tingkat pengetahuan kader kembali menggunakan
kuesioner pengetahuan setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan media (modul &
audiovisual). Analisa Data dalam penelitian ini menggunakan Uji non parametric untuk
kelompok berpasangan digunakan uji Wilcoxon Sign Rank Test
HASIL DAN DISKUSI

Hasil Penelitian
1 Karakteristik Subjek Penelitian

Tabel 1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

Usia Frekuensi (n) Persentase (%)


30-35 5 29.4
36-40 6 35.3
41-45 6 35.3
Total 17 100
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada
pada rentang usia 36-40 tahun 6 (35.3%) responden, serta rentang usia 41-45 tahum 6
(35.3%) responden.

Tabel 2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Pendidikan
Tingkat pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)

SD 2 11.8
SMP 4 23.5
SMA/ SMK 10 58.8
Perguruan Tinggi 1 5.9
Total 17 100

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 17 responden 10 (58.8%)


responden sebagian besar memiliki tingkat pendidikan SMA/ SMK.

Tabel 3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi (n) Persentase (%)

IRT 16 94.1
Pegawai swasta 1 5.9
Total 17 100

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 17 responden 16 (94.1%)

responden sebagian besar sebagai Ibu Rumah Tangga.


Tabel 4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Penghasilan Keluarga

Penghasilan keluarga Frekuensi (n) Persentase (%)

1.500 – 2.000 13 76.5


3.000 – 4.000 4 23.5
Total 17 100
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 17 responden 13 (76.5%)
responden sebagian besar memiliki penghasilan keluarga diantara 1.500-2.000.

Tabel 5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis
Asuransi

Jenis Asuransi Frekuensi (n) Persentase (%)

Askes 1 5.9
BPJS 16 94.1
Total 17 100
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 17 responden 16 (94.1%)
responden sebagian besar memiliki jenis asuransi BPJS.

2 Hasil Penelitian Berdasarkan Variabel Penelitian


Tabel 6
Pengetahuan Kader Balita Tentang Attention Deficit Hyperaktivity
Dsorder (Adhd) Pada Anak Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan
Dengan Media (Modul Dan Audiovisual) Pada Kelompok Perlakuan

Pengetahuan Kader Balita tentang (Adhd) Frekuensi Persentase


Pada Anak (Pre Test) (n) (%)

Kurang 16 94.1
Baik 1 5.9
Total 17 100
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan Tingkat pengetahuan Kader Balita tentang
ADHD sebelum diberikan Pendidikan Kesehatan dengan Media ( Modul dan Audiovisiual )
pada kelompok perlakuan pre test sebagian besar 16 (94.1%) responden memiliki
pengetahuan kurang.
Tabel 7
Pengetahuan Kader Balita Tentang Attention Deficit Hyperaktivity
Dsorder (Adhd) Pada Anak Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan
Dengan Media (Modul Dan Audiovisual) Pada Kelompok Perlakuan

Pengetahuan Kader Balita tentang (Adhd) Pada Frekuensi Persentase


Anak (Post Test) (n) (%)

Kurang 5 29.4
Baik 12 70.6
Total 17 100

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan Tingkat Pengetahuan Kader Balita tentang


ADHD Setelah diberikan Pendidikan Kesehatan dengan Media (Modul dan Audiovisiual )
pada kelompok perlakuan post test sebagian besar 12 (70.6%) responden memiliki
pengetahuan baik.

3 Hasil Analisa Data

Tabel 8
Hasil Analisis Sebelum dan Setelah Melakukan Pemberian Pendidikan Kesehatan
Dengan Media (Modul Dan Audiovisual) Terhadap Tingkat Pengetahuan Kader
Balita Tentang Attention Deficit Hyperaktivity Disorder (ADHD) Pada Anak Pada
Kelompok Perlakuan
Tingkat Pengetahuan Kader Perlakuan P value
Balita Tentang Attention
Deficit Hyperaktivity Pre test Post test Perlakuan
Disorder (Adhd) Pada n % n %
Anak

Kurang 16 94.1 5 29.4 ,002


Baik 1 5.9 12 70.6
Total 17 100 17 100

Berdasarkan hasil diatas menunjukkan bahwa pada penelitan ini menggunakan uji
Wilcoxon Sign Rank Test pada kelompok perlakuan didapatkan nilai p value = 0,002 < 0,05
menunjukkan ada perbedaan yang signifikan Tingkat Pengetahuan Kader Balita Tentang
Attention Deficit Hyperaktivity Disorder (ADHD) Pada Anak sebelum dan setelah pemberian
Pendidikan Kesehatan Dengan Media (Modul Dan Audiovisual) kelompok perlakuan.
Diskusi Hasil
1 Hasil Karakteristik Pendidikan Kesehatan Dengan Media (Modul Dan Audiovisual)
Terhadap Pengetahuan Kader Balita Tentang Attention Deficit Hyperaktivity
Disorder (Adhd) Pada Anak
Menurut temuan penelitian ini tentang karakteristik yang berkaitan dengan usia,
mayoritas peserta berusia antara 36 dan 40 (63,3 persen) dan 41 hingga 45 (63,3 persen).
Menurut (Rasman et al., 2022). Kemampuan seorang ibu untuk menerima dan memahami
informasi kesehatan secara efektif dipengaruhi oleh usianya, yang dapat digunakan untuk
keuntungannya saat menyampaikannya kepada ibu lain.
Dari 17 peserta, 10 (58,8%) memiliki tingkat pendidikan SMA atau SMK, sesuai dengan
karakteristik pendidikan hasil penelitian ini. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi ditemukan
terkait dengan pandangan yang lebih positif dan akses yang lebih besar ke informasi oleh
peserta studi, yang cenderung memiliki tingkat pendidikan rata-rata SMA/SMK. Responden
berpendidikan tinggi memiliki pengetahuan yang baik dan mampu mengakses dan memahami
materi penelitian meskipun tidak ada intervensi apapun.
Menurut penelitian (Zukhra, 2017). Untuk sebagian besar, kemampuan seseorang untuk
menerima dan memproses informasi meningkat dengan pendidikan. Seseorang yang
berpendidikan lebih tinggi diharapkan lebih berpengetahuan daripada orang yang kurang.
Hasil karakteristik penelitian berdasarkan usia menunjukkan bahwa 16 dari 17 responden
(94,1 persen) sebagian besar adalah ibu rumah tangga, 13 dari 17 responden (76,5 persen)
memiliki pendapatan keluarga antara $1.500 hingga $2.000, dan 16 dari 17 responden (94,1
persen). ) memiliki asuransi BPJS. Dibandingkan ibu yang bekerja di luar rumah, ibu rumah
tangga (IRT) cenderung memiliki komunitas atau perkumpulan yang lebih sedikit, sehingga
informasi yang dikumpulkan dari penelitian ini akan kurang komprehensif. Mereka memiliki
akses ke informasi yang lebih luas karena mereka berasal dari banyak komunitas.
Menurut ( Hayati dan Febriani 2019). Mengatakan sesuatu yang berbeda dari ibu yang
bekerja akan membawa lebih banyak pengetahuan dan kemampuan ke dalam rumah,
memungkinkan kualitas hidup yang lebih baik bagi keluarga.
2 Hasil sebelum diberikan Pendidikan Kesehatan Dengan Media (Modul Dan
Audiovisual) Terhadap Pengetahuan Kader Balita Tentang Attention Deficit
Hyperaktivity Disorder (Adhd) Pada Anak
Hasil Penelitian menunjukkan Ada penurunan yang signifikan 16 (94,1 persen)
pengetahuan Kader Balita tentang ADHD sebelum menerima Pendidikan Kesehatan dengan
Media (Modul dan Audiovisual) sebagai perlakuan pre-test. Berdasarkan hasil pre-test, 14
responden (63,3 persen) memiliki efikasi diri rendah dan 2 responden (9,1 persen) memiliki
efikasi diri tinggi sebelum diberikan intervensi.
Proyektor dan video akan digunakan dalam penelitian ini untuk menyajikan media
audiovisual. Responden lebih cenderung memperhatikan jika mereka dapat melihat dan
mendengar materi dengan jelas di monitor. Menurut ( Ali, 2010). Pengajaran dan
pembelajaran yang sukses bergantung pada berbagai sumber, termasuk media tradisional dan
non-tradisional. Efektivitas dan efisiensi media ajar ditingkatkan dengan pemilihannya, yang
didasarkan pada kemampuannya untuk memperluas makna dan fungsinya.
Menurut (Kundre et al, 2017). Kemampuan seseorang untuk memahami informasi baru
dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya. Untuk meningkatkan tingkat pengetahuan
seseorang, seseorang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan lebih mudah
menerima informasi. Pengetahuan seseorang merupakan hasil penginderaan terhadap suatu
objek, Menurut (Notoadmodjo (2012) Penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan,
dan perabaan adalah panca indera manusia yang memungkinkan kita untuk merasakan dunia
di sekitar kita. Indera penglihatan dan suara memberi kami sebagian besar informasi yang
kami butuhkan untuk memahami dunia di sekitar kami.
Istilah "pendidikan kesehatan" mengacu pada serangkaian kegiatan yang dirancang untuk
membantu orang menjadi lebih sadar akan kesehatan, lebih terinformasi, dan lebih siap untuk
merawat kesehatan dan kesejahteraan mereka sendiri (Putri, 2018 dalam Firdaus, 2020.)
Ketika orang tua berpendidikan baik, mereka dapat mempelajari segala sesuatu yang perlu
mereka ketahui tentang cara merawat anak mereka dengan benar, termasuk bagaimana ibu
memberi makan anak-anak mereka, bagaimana menjaga kesehatan dan pendidikan mereka,
dan sebagainya. Hasilnya, penambahan media audio visual video pada pendidikan kesehatan
dapat secara efektif meningkatkan kognitif.
3 Hasil setelah diberikan Pendidikan Kesehatan Dengan Media (Modul Dan
Audiovisual) Terhadap Pengetahuan Kader Balita Tentang Attention Deficit
Hyperaktivity Disorder (Adhd) Pada Anak
Pemahaman Kader Balita tentang ADHD ditemukan rendah, menurut temuan penelitian.
Sebagian besar dari 12 peserta kelompok perlakuan post-test (70,6 persen) memiliki
pemahaman yang baik tentang pendidikan kesehatan dengan media (Modul dan Audiovisual).
Karena mayoritas responden memiliki pengetahuan yang baik tentang ADHD pada anak
setelah mendapatkan pendidikan kesehatan melalui media (modul atau audio visual), maka
dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden memiliki pemahaman yang baik tentang
gangguan tersebut.
Menurut penelitian (Rasman et al., 2022) Intervensi menghasilkan efikasi diri yang tinggi
pada 11 peserta (50 persen) dan efikasi diri rendah pada 5 peserta (21,7 persen). Hal ini
menunjukkan bahwa 13 ibu di bawah usia lima tahun mengalami peningkatan efikasi diri
setelah mendapatkan pendidikan kesehatan melalui media audio visual, sedangkan 9 ibu tidak
mengalami perubahan pada tingkat efikasi diri. Responden yang hanya tamatan SLTA atau
kurang tidak melihat adanya peningkatan rasa efikasi diri (sekolah dasar).
Karena video dapat diputar ulang beberapa kali dan dapat dilihat secara detail,
pembelajaran video tentang pengetahuan pertolongan pertama akan mudah dipahami,
menurut ( Pradesh 2019). Menurut penelitian ( Arista 2020) efikasi diri pasien tuberkulosis
dalam menyelesaikan pengobatan sebelum dan sesudah psikoedukasi media video memiliki
nilai p value sebesar 0,000 (α ≤ 0,05).
Hal ini sejalan dengan ( Ashari et al, 2020 ). Dalam pendidikan kesehatan untuk
meningkatkan pengetahuan dengan menggunakan metode media audiovisual seperti model,
objek imitasi, atau simulasi, 90 persen peserta dapat mengingat apa yang mereka pelajari
setelah intervensi menonton video.
Menurut temuan, pendidikan kesehatan berbasis media dapat meningkatkan kesadaran
balita tentang ADHD pada anak dengan memberikan intervensi melalui audiovisual, yang
memudahkan untuk mengingat dan memahami isi pesan. Hal ini, pada gilirannya, membuat
lebih mudah untuk memberikan pendidikan kesehatan melalui video. terkirim.
4 Analisis Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Media (Modul Dan Audiovisual)
Terhadap Pengetahuan Kader Balita Tentang Attention Deficit Hyperaktivity
Disorder (Adhd) Pada Anak
Berdasarkan hasil diatas menunjukkan bahwa pada penelitan ini Menggunakan
Wilcoxon Sign Rank Test p value = 0,002 < 0,05 pada kelompok perlakuan, diketahui bahwa
pengetahuan awal Kader Balita tentang Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADhD)
pada Anak berbeda nyata sebelum dan sesudah pemberian. Terapi kelompok untuk
pendidikan kesehatan memanfaatkan media (modul dan audiovisual).
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut didapatkan data, Sebelum mendapatkan
pendidikan kesehatan melalui media (Modul dan Audiovisual), 16 (94,1 persen) responden
memiliki tingkat pengetahuan tentang Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
Kader Balita, menurut perhitungan dan data yang diperoleh (Adhd). Kader Balita pada
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) ditemukan hanya pada satu (5,7%) dari
anak-anak yang disurvei (Adhd). Kader Balita memiliki tingkat pengetahuan tentang
Attention Deficit Hyperactivity Disorder pada anak dengan kategori baik setelah
mendapatkan pendidikan kesehatan melalui media (Modul dan Audiovisual) (Adhd). Lebih
dari tujuh dari sepuluh (70,6%) responden yang menjawab survei mengetahui program Adhd
Kader Balita untuk anak dalam kategori baik.
Hal ini sejalan dengan penelitian( Rasman et al., 2022). Hasil uji efikasi diri Wilcoxon
sebelum dan sesudah intervensi memiliki nilai p value 0,001 < α (0,05), sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan efikasi diri yang signifikan sebelum dan sesudah
mendapat penyuluhan kesehatan dengan media audio visual tentang bantuan untuk tersedak
pada balita. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan audio visual berdampak pada efikasi diri
ibu yang memiliki anak balita.
Menurut ( Kundre et al, 2017). Kemampuan seseorang untuk memahami informasi
baru dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya. Untuk meningkatkan tingkat pengetahuan
seseorang, seseorang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan lebih mudah
menerima informasi.
Menurut ( Diana dkk. 2020) menemukan bahwa pendidikan kesehatan menggunakan
media video lebih efektif daripada media leaflet dalam menciptakan kesan abadi. Untuk
alasan ini, berbeda dengan selebaran, di mana pesan disajikan hanya melalui visual, fokus
audiens terbagi antara apa yang mereka lihat dan sumber audio yang mengarahkan pesan ke
rumah. Semua indera terlibat dalam media audio visual, terutama pendengaran dan
penglihatan. Semakin banyak seseorang menggunakan indranya, semakin banyak ia belajar.
SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
1 Hasil
Lampiran 1 penelitian menunjukkan Kelompok pra perlakuan sebanyak 16 (94,1 persen)
responden memiliki pengetahuan yang kurang tentang ADHD dibandingkan kelompok
perlakuan pra tes dalam hal pendidikan kesehatan dengan menggunakan media (modul
dan audiovisual).
2 Hasil penelitian menunjukkan Setelah mendapatkan penyuluhan kesehatan melalui media
(modul dan audiovisual) bagi kader balita, sebagian besar dari 12 responden kelompok
pasca perlakuan (70,6 persen) melaporkan memiliki pengetahuan ADHD yang baik.
3 Berdasarkan hasil diatas menunjukkan bahwa Pengetahuan kader balita tentang Attention
Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) berbeda bermakna sebelum dan sesudah
penyuluhan kesehatan dengan perlakuan media (modul dan audiovisual) pada penelitian
ini menggunakan Wilcoxon Sign Rank Test pada kelompok perlakuan p value = 0,002 <
0,05.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, saran-saran yang peneliti dapat ajukan disini adalah
sebagai berikut:
1 Bagi peneliti selanjutnya
1) Studi ini dapat menjadi titik awal dan inspirasi untuk studi masa depan yang bertujuan
untuk meningkatkan pendidikan kesehatan bagi anak-anak dan khalayak lainnya
melalui penggunaan media (modul dan audiovisual).
2) Berdasarkan penelitian ini dimungkinkan untuk mengkaji pengaruh pendidikan
kesehatan dengan media (modul dan audiovisual) terhadap pengetahuan kader balita
tentang ADHD pada anak.

UCAPAN TERIMA KASIH

Peneliti mengucapkan terimakasih kepada Desa Peguyangan Kangin Denpasar


Utara, serta kepada Kader Balita di Desa Peguyangan Kangin Denpasar Utara telah bersedia
menjadi responden dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai