Data ADHD hanya terbatas pada pusat-pusat pelayanan anak berkebutuhan khusus,
keterbatasan data tentang anak yang mengalami ADHD ini kemungkinan disebabkan oleh
beberapa faktor seperti banyak orang tua yang tidak paham dengan kejadian ADHD tersebut
sehingga tidak memeriksakan anak dengan gejala ADHD. Pendidikan kesehatan dengan
media (modul dan audiovisual) digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui tingkat
pengetahuan kader balita tentang Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).
Penelitian pra-eksperimental menggunakan desain One-group pre-post test digunakan dalam
jenis penelitian kausal (pengaruh) ini. Ada 17 kader purposive sampling, dan jumlah sampel
17. Menurut penelitian, data dikumpulkan melalui kuesioner pre-test yang diberikan kepada
kelompok perlakuan, diikuti dengan sesi pendidikan kesehatan 1 x 60 menit melalui media
(modul & audiovisual). Menggunakan tes non-parametrik untuk kelompok berpasangan, Uji
Peringkat Tanda Wilcoxon digunakan untuk analisis data. Hasil kelompok perlakuan
menunjukkan perbedaan yang signifikan pengetahuan kader balita tentang Attention Deficit
Hyperactivity Disorder (ADHD) antara sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan dengan
media (modul dan audiovisual) diberikan kepada anak pada kelompok perlakuan dengan p
value = 0,002 < 0,05. pemberian pendidikan kesehatan melalui media (modul dan
audiovisual) kader dapat menerima segala informasi tentang pola asuh yang baik terutama
cara pemberian makanan sehat untuk anak, cara menjaga kesehatan dan pendidikan anak.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 14 hingga 24 Mei 2022, peneliti akan mengunjungi
Desa Peguyangan Kangin di Kecamatan Denpasar Utara. Jenis Penelitian menggunakan pra-
eksperimental dan melakukan penelitian dengan satu kelompok subjek adalah metode yang
digunakan untuk menemukan hubungan sebab akibat. Sebelum dan sesudah intervensi,
kelompok subjek yang sama diamati. Populasi dalam penelitian ini adalah Jumlah Kader Di
Desa Peguyangan Kangin Denpasar Utara Sebanyak 66 kader balita, Sampel dalam penelitian
ini adalah kader dengan tingkat pengetahuan tentang ADHD yang memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi sebanyak 15 responden perhitungan sampel droup out sebanyak 17 responden
dengan menggunakan Tehnik Sampling Nonprobability sampling dengan teknik purposive
sampling. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan Pre Test dan post tes. Pre
test Kelompok Perlakuan Pengukuran tingkat pengetahuan kader menggunakan kuesioner
pengeyahuan sebelum dilakukan pemberian pendidikan kesehatan dengan media (modul &
audiovisual) kemudian dilakukan pemberian pendidikan kesehatan dengan media (modul &
audiovisual) dilakukan selama 1 x 60 menit setelah diberikan tindakan responden diberikan
Post Test Kelompok Perlakuan Pengukuran tingkat pengetahuan kader kembali menggunakan
kuesioner pengetahuan setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan media (modul &
audiovisual). Analisa Data dalam penelitian ini menggunakan Uji non parametric untuk
kelompok berpasangan digunakan uji Wilcoxon Sign Rank Test
HASIL DAN DISKUSI
Hasil Penelitian
1 Karakteristik Subjek Penelitian
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Pendidikan
Tingkat pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)
SD 2 11.8
SMP 4 23.5
SMA/ SMK 10 58.8
Perguruan Tinggi 1 5.9
Total 17 100
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Pekerjaan
IRT 16 94.1
Pegawai swasta 1 5.9
Total 17 100
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis
Asuransi
Askes 1 5.9
BPJS 16 94.1
Total 17 100
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 17 responden 16 (94.1%)
responden sebagian besar memiliki jenis asuransi BPJS.
Kurang 16 94.1
Baik 1 5.9
Total 17 100
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan Tingkat pengetahuan Kader Balita tentang
ADHD sebelum diberikan Pendidikan Kesehatan dengan Media ( Modul dan Audiovisiual )
pada kelompok perlakuan pre test sebagian besar 16 (94.1%) responden memiliki
pengetahuan kurang.
Tabel 7
Pengetahuan Kader Balita Tentang Attention Deficit Hyperaktivity
Dsorder (Adhd) Pada Anak Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan
Dengan Media (Modul Dan Audiovisual) Pada Kelompok Perlakuan
Kurang 5 29.4
Baik 12 70.6
Total 17 100
Tabel 8
Hasil Analisis Sebelum dan Setelah Melakukan Pemberian Pendidikan Kesehatan
Dengan Media (Modul Dan Audiovisual) Terhadap Tingkat Pengetahuan Kader
Balita Tentang Attention Deficit Hyperaktivity Disorder (ADHD) Pada Anak Pada
Kelompok Perlakuan
Tingkat Pengetahuan Kader Perlakuan P value
Balita Tentang Attention
Deficit Hyperaktivity Pre test Post test Perlakuan
Disorder (Adhd) Pada n % n %
Anak
Berdasarkan hasil diatas menunjukkan bahwa pada penelitan ini menggunakan uji
Wilcoxon Sign Rank Test pada kelompok perlakuan didapatkan nilai p value = 0,002 < 0,05
menunjukkan ada perbedaan yang signifikan Tingkat Pengetahuan Kader Balita Tentang
Attention Deficit Hyperaktivity Disorder (ADHD) Pada Anak sebelum dan setelah pemberian
Pendidikan Kesehatan Dengan Media (Modul Dan Audiovisual) kelompok perlakuan.
Diskusi Hasil
1 Hasil Karakteristik Pendidikan Kesehatan Dengan Media (Modul Dan Audiovisual)
Terhadap Pengetahuan Kader Balita Tentang Attention Deficit Hyperaktivity
Disorder (Adhd) Pada Anak
Menurut temuan penelitian ini tentang karakteristik yang berkaitan dengan usia,
mayoritas peserta berusia antara 36 dan 40 (63,3 persen) dan 41 hingga 45 (63,3 persen).
Menurut (Rasman et al., 2022). Kemampuan seorang ibu untuk menerima dan memahami
informasi kesehatan secara efektif dipengaruhi oleh usianya, yang dapat digunakan untuk
keuntungannya saat menyampaikannya kepada ibu lain.
Dari 17 peserta, 10 (58,8%) memiliki tingkat pendidikan SMA atau SMK, sesuai dengan
karakteristik pendidikan hasil penelitian ini. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi ditemukan
terkait dengan pandangan yang lebih positif dan akses yang lebih besar ke informasi oleh
peserta studi, yang cenderung memiliki tingkat pendidikan rata-rata SMA/SMK. Responden
berpendidikan tinggi memiliki pengetahuan yang baik dan mampu mengakses dan memahami
materi penelitian meskipun tidak ada intervensi apapun.
Menurut penelitian (Zukhra, 2017). Untuk sebagian besar, kemampuan seseorang untuk
menerima dan memproses informasi meningkat dengan pendidikan. Seseorang yang
berpendidikan lebih tinggi diharapkan lebih berpengetahuan daripada orang yang kurang.
Hasil karakteristik penelitian berdasarkan usia menunjukkan bahwa 16 dari 17 responden
(94,1 persen) sebagian besar adalah ibu rumah tangga, 13 dari 17 responden (76,5 persen)
memiliki pendapatan keluarga antara $1.500 hingga $2.000, dan 16 dari 17 responden (94,1
persen). ) memiliki asuransi BPJS. Dibandingkan ibu yang bekerja di luar rumah, ibu rumah
tangga (IRT) cenderung memiliki komunitas atau perkumpulan yang lebih sedikit, sehingga
informasi yang dikumpulkan dari penelitian ini akan kurang komprehensif. Mereka memiliki
akses ke informasi yang lebih luas karena mereka berasal dari banyak komunitas.
Menurut ( Hayati dan Febriani 2019). Mengatakan sesuatu yang berbeda dari ibu yang
bekerja akan membawa lebih banyak pengetahuan dan kemampuan ke dalam rumah,
memungkinkan kualitas hidup yang lebih baik bagi keluarga.
2 Hasil sebelum diberikan Pendidikan Kesehatan Dengan Media (Modul Dan
Audiovisual) Terhadap Pengetahuan Kader Balita Tentang Attention Deficit
Hyperaktivity Disorder (Adhd) Pada Anak
Hasil Penelitian menunjukkan Ada penurunan yang signifikan 16 (94,1 persen)
pengetahuan Kader Balita tentang ADHD sebelum menerima Pendidikan Kesehatan dengan
Media (Modul dan Audiovisual) sebagai perlakuan pre-test. Berdasarkan hasil pre-test, 14
responden (63,3 persen) memiliki efikasi diri rendah dan 2 responden (9,1 persen) memiliki
efikasi diri tinggi sebelum diberikan intervensi.
Proyektor dan video akan digunakan dalam penelitian ini untuk menyajikan media
audiovisual. Responden lebih cenderung memperhatikan jika mereka dapat melihat dan
mendengar materi dengan jelas di monitor. Menurut ( Ali, 2010). Pengajaran dan
pembelajaran yang sukses bergantung pada berbagai sumber, termasuk media tradisional dan
non-tradisional. Efektivitas dan efisiensi media ajar ditingkatkan dengan pemilihannya, yang
didasarkan pada kemampuannya untuk memperluas makna dan fungsinya.
Menurut (Kundre et al, 2017). Kemampuan seseorang untuk memahami informasi baru
dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya. Untuk meningkatkan tingkat pengetahuan
seseorang, seseorang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan lebih mudah
menerima informasi. Pengetahuan seseorang merupakan hasil penginderaan terhadap suatu
objek, Menurut (Notoadmodjo (2012) Penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan,
dan perabaan adalah panca indera manusia yang memungkinkan kita untuk merasakan dunia
di sekitar kita. Indera penglihatan dan suara memberi kami sebagian besar informasi yang
kami butuhkan untuk memahami dunia di sekitar kami.
Istilah "pendidikan kesehatan" mengacu pada serangkaian kegiatan yang dirancang untuk
membantu orang menjadi lebih sadar akan kesehatan, lebih terinformasi, dan lebih siap untuk
merawat kesehatan dan kesejahteraan mereka sendiri (Putri, 2018 dalam Firdaus, 2020.)
Ketika orang tua berpendidikan baik, mereka dapat mempelajari segala sesuatu yang perlu
mereka ketahui tentang cara merawat anak mereka dengan benar, termasuk bagaimana ibu
memberi makan anak-anak mereka, bagaimana menjaga kesehatan dan pendidikan mereka,
dan sebagainya. Hasilnya, penambahan media audio visual video pada pendidikan kesehatan
dapat secara efektif meningkatkan kognitif.
3 Hasil setelah diberikan Pendidikan Kesehatan Dengan Media (Modul Dan
Audiovisual) Terhadap Pengetahuan Kader Balita Tentang Attention Deficit
Hyperaktivity Disorder (Adhd) Pada Anak
Pemahaman Kader Balita tentang ADHD ditemukan rendah, menurut temuan penelitian.
Sebagian besar dari 12 peserta kelompok perlakuan post-test (70,6 persen) memiliki
pemahaman yang baik tentang pendidikan kesehatan dengan media (Modul dan Audiovisual).
Karena mayoritas responden memiliki pengetahuan yang baik tentang ADHD pada anak
setelah mendapatkan pendidikan kesehatan melalui media (modul atau audio visual), maka
dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden memiliki pemahaman yang baik tentang
gangguan tersebut.
Menurut penelitian (Rasman et al., 2022) Intervensi menghasilkan efikasi diri yang tinggi
pada 11 peserta (50 persen) dan efikasi diri rendah pada 5 peserta (21,7 persen). Hal ini
menunjukkan bahwa 13 ibu di bawah usia lima tahun mengalami peningkatan efikasi diri
setelah mendapatkan pendidikan kesehatan melalui media audio visual, sedangkan 9 ibu tidak
mengalami perubahan pada tingkat efikasi diri. Responden yang hanya tamatan SLTA atau
kurang tidak melihat adanya peningkatan rasa efikasi diri (sekolah dasar).
Karena video dapat diputar ulang beberapa kali dan dapat dilihat secara detail,
pembelajaran video tentang pengetahuan pertolongan pertama akan mudah dipahami,
menurut ( Pradesh 2019). Menurut penelitian ( Arista 2020) efikasi diri pasien tuberkulosis
dalam menyelesaikan pengobatan sebelum dan sesudah psikoedukasi media video memiliki
nilai p value sebesar 0,000 (α ≤ 0,05).
Hal ini sejalan dengan ( Ashari et al, 2020 ). Dalam pendidikan kesehatan untuk
meningkatkan pengetahuan dengan menggunakan metode media audiovisual seperti model,
objek imitasi, atau simulasi, 90 persen peserta dapat mengingat apa yang mereka pelajari
setelah intervensi menonton video.
Menurut temuan, pendidikan kesehatan berbasis media dapat meningkatkan kesadaran
balita tentang ADHD pada anak dengan memberikan intervensi melalui audiovisual, yang
memudahkan untuk mengingat dan memahami isi pesan. Hal ini, pada gilirannya, membuat
lebih mudah untuk memberikan pendidikan kesehatan melalui video. terkirim.
4 Analisis Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Media (Modul Dan Audiovisual)
Terhadap Pengetahuan Kader Balita Tentang Attention Deficit Hyperaktivity
Disorder (Adhd) Pada Anak
Berdasarkan hasil diatas menunjukkan bahwa pada penelitan ini Menggunakan
Wilcoxon Sign Rank Test p value = 0,002 < 0,05 pada kelompok perlakuan, diketahui bahwa
pengetahuan awal Kader Balita tentang Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADhD)
pada Anak berbeda nyata sebelum dan sesudah pemberian. Terapi kelompok untuk
pendidikan kesehatan memanfaatkan media (modul dan audiovisual).
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut didapatkan data, Sebelum mendapatkan
pendidikan kesehatan melalui media (Modul dan Audiovisual), 16 (94,1 persen) responden
memiliki tingkat pengetahuan tentang Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
Kader Balita, menurut perhitungan dan data yang diperoleh (Adhd). Kader Balita pada
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) ditemukan hanya pada satu (5,7%) dari
anak-anak yang disurvei (Adhd). Kader Balita memiliki tingkat pengetahuan tentang
Attention Deficit Hyperactivity Disorder pada anak dengan kategori baik setelah
mendapatkan pendidikan kesehatan melalui media (Modul dan Audiovisual) (Adhd). Lebih
dari tujuh dari sepuluh (70,6%) responden yang menjawab survei mengetahui program Adhd
Kader Balita untuk anak dalam kategori baik.
Hal ini sejalan dengan penelitian( Rasman et al., 2022). Hasil uji efikasi diri Wilcoxon
sebelum dan sesudah intervensi memiliki nilai p value 0,001 < α (0,05), sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan efikasi diri yang signifikan sebelum dan sesudah
mendapat penyuluhan kesehatan dengan media audio visual tentang bantuan untuk tersedak
pada balita. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan audio visual berdampak pada efikasi diri
ibu yang memiliki anak balita.
Menurut ( Kundre et al, 2017). Kemampuan seseorang untuk memahami informasi
baru dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya. Untuk meningkatkan tingkat pengetahuan
seseorang, seseorang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan lebih mudah
menerima informasi.
Menurut ( Diana dkk. 2020) menemukan bahwa pendidikan kesehatan menggunakan
media video lebih efektif daripada media leaflet dalam menciptakan kesan abadi. Untuk
alasan ini, berbeda dengan selebaran, di mana pesan disajikan hanya melalui visual, fokus
audiens terbagi antara apa yang mereka lihat dan sumber audio yang mengarahkan pesan ke
rumah. Semua indera terlibat dalam media audio visual, terutama pendengaran dan
penglihatan. Semakin banyak seseorang menggunakan indranya, semakin banyak ia belajar.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1 Hasil
Lampiran 1 penelitian menunjukkan Kelompok pra perlakuan sebanyak 16 (94,1 persen)
responden memiliki pengetahuan yang kurang tentang ADHD dibandingkan kelompok
perlakuan pra tes dalam hal pendidikan kesehatan dengan menggunakan media (modul
dan audiovisual).
2 Hasil penelitian menunjukkan Setelah mendapatkan penyuluhan kesehatan melalui media
(modul dan audiovisual) bagi kader balita, sebagian besar dari 12 responden kelompok
pasca perlakuan (70,6 persen) melaporkan memiliki pengetahuan ADHD yang baik.
3 Berdasarkan hasil diatas menunjukkan bahwa Pengetahuan kader balita tentang Attention
Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) berbeda bermakna sebelum dan sesudah
penyuluhan kesehatan dengan perlakuan media (modul dan audiovisual) pada penelitian
ini menggunakan Wilcoxon Sign Rank Test pada kelompok perlakuan p value = 0,002 <
0,05.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, saran-saran yang peneliti dapat ajukan disini adalah
sebagai berikut:
1 Bagi peneliti selanjutnya
1) Studi ini dapat menjadi titik awal dan inspirasi untuk studi masa depan yang bertujuan
untuk meningkatkan pendidikan kesehatan bagi anak-anak dan khalayak lainnya
melalui penggunaan media (modul dan audiovisual).
2) Berdasarkan penelitian ini dimungkinkan untuk mengkaji pengaruh pendidikan
kesehatan dengan media (modul dan audiovisual) terhadap pengetahuan kader balita
tentang ADHD pada anak.