PENDAHULUAN
A. ANALISIS SITUASI
Menurut Hak Konvensi Anak, anak adalah manusia yang berumur di bawah
18 tahun. Selama kurun waktu tersebut, anak akan mengalami pertumbuhan dan
perkembangan dalam berbagai tahap antara lain janin, bayi baru lahir, bayi, balita,
usia sekolah, remaja awal, tengah, dan akhir. Pertumbuhan adalah bertambahnya
ukuran fisik anak termasuk tinggi atau panjang badan, berat badan, dan lingkar
kepala. Berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala berhubungan dengan status
gizi serta dapat digunakan sebagai data tambahan untuk menilai pertumbuhan anak.
kemampuan fungsi-fungsi individu antara lain: kemampuan gerak kasar dan halus,
Pada berbagai tahap tersebut, anak memiliki masalah yang berbeda sehingga
cara deteksi dini gangguan tumbuh kembangnya juga berbeda. Tumbuh kembang
ada faktor genetik dan atau faktor lingkungan yang tidak mampu mencukupi
1
2
otak minor termasuk gangguan perkembangan motorik halus. Terdapat sekitar 0,4
kurang, dan keterlambatan bicara. Selain itu, Riset Kesehatan Dasar tahun 2015
menyebutkan bahwa prevalensi stunting bayi berusia di bawah lima tahun (balita)
Indonesia pada 2015 sebesar 36,45 atau lebih dari sepertiga atau sekitar 8,8 juta
balita mengalami gizi dimana tinggi badannya di bawah standar sesuai usianya dan
berada diatas ambang yang ditetapkan WHO (sebesar 20%). Selain itu, prevalensi
stunting atau balita kerdil di Indonesia merupakan yang kedua di kawasan Asia
kandungan hingga berusia 2 tahun adalah periode yang penting dalam pertumbuhan
dan perkebangan anak dimana periode ini merupakan kesempatan emas sekaligus
masa anak yang retan terhadap pengaruh negatif. Nutrisi yang baik dan cukup,
status kesehatan yang baik, pengasuhan yang benar, dan stimulasi yang tepat pada
periode ini akan membantu pertumbuhan anak menjadi anak yang sehat dan mampu
balita berlangsung optimal dan sesuai dengan umur anak. Deteksi dini
tumbung kembang balita yang memanfaatkan plastisitas otak anak agar tumbuh
itu, apabila balita perlu dirujuk maka rujukan dapat dilakukan sedini mungkin
sesuai indikasi.3
Salah satu upaya pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan
berkualitas adalah melaui kegiatan stimulasi, deteksi, dan intervensi dini tumbuh
dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah menyusun instrumen stimulasi,
deteksi, dan intervensi dini tumbuh kembang untuk anak umur 0 sampai dengan 6
tahun. Hal itu telah diuraikan dalam Pedoman Pelaksanaan Stimulasi Deteksi dan
kesehatan dasar yang telah direvisi pada tahun 2015. Kegiatan SDIDTK ini
organisasi profesi, LSM) serta tenaga profesional dengan kebijakan yang berpihak
pada pelaksanaan program SDIDTK. Selain itu, kegiatan deteksi dini tumbuh
SDIDTK adalah semua balita dan anak pra sekolah mendapatkan pelayanan
oleh keluarga dengan menstimulasi anak dan dirujuk bila memerlukan rujukan.
Penerapan SDIDTK di luar gedung dapat dilakukan di Posyandu, Kelas Ibu Balita
dan PAUD seperti TK/RA, Kelompok Bermain, tempat pengasuhan dan PAUD.3
posyandu terlatih memiliki peran seperti melakukan pengukuran tinggi badan dan
pentingnya stimulasi pada anak agar tumbuh kembang dengan optimal, menentukan
status gzi berdasarkan pengukuran tinggi badan dan berat badan yang telah
perkembangan anak dengan KPSP anak yang tidak sesuai dengan usianya.4
B. PERMASALAHAN
Banyak faktor yang mempengaruhi orang tua tidak rutin membawa anak ke
Pengetahuan orang tua merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya
bertahan lebih lama dan memungkinkan menjadi perilaku yang melekat pada
posyandu.5
Berdasarkan 20 responden yang diambil berdasarkan dari data bagian KIA yaitu
ibu yang memiliki anak usia lebih dari 1 tahun dan kurang dari 5 tahun di wilayah
posyandu tiap bulan dan 14 ibu tidak rutin atau tidak pernah membawa anak ke
posyandu.
Berdasarkan hasil survei terhadap 14 ibu yang tidak rutin atau tidak pernah
1 Faktor Internal
Posyandu
2 Faktor Eksternal
c. Pekerjaan ibu
d. Kesehatan anak
mengenai posyandu di wilayah Puskesmas Cempaka Putih adalah 79% baik dan
21%
Pengetahuan Baik
Pengetahuan Kurang
79%
didapatkan bahwa ibu masih memiliki pemahaman yang salah mengenai usia anak
responden sisanya salah menjawab. Selain itu, terdapat 4 responden yang juga salah
deteksi tumbuh kembang anak di posyandu. Hal ini akan terkait dengan bagaimana
7
ibu-ibu yang memiliki balita dapat memahami informasi yang diberikan oleh tenaga
kesehatan atau kader mengenai deteksi tumbuh kembang anak dan posyandu.
Tingkat pendidikan dapat dibagi secara umum menjadi tingkat pendidikan rendah
(tidak sekolah, SD, dan SMP) dan tingkat pendidikan tinggi (SLTA ke atas).
kembang anak di posyandu yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu yaitu 56%
pendidikan kurang dan 44% pendidikan baik. Hal ini terdapat pada grafik 1.2.
Berdasarkan hasil survei menggunakan kuesioner, ibu balita yang tidak rutin atau
tidak pernah membawa anak ke posyandu disebabkan karena 64% ibu sibuk bekerja
ketika jadwal posyandu dilaksanakan dan 36% ibu tidak bekerja. Hal ini terlihat
Pekerjaan Ibu
36%
Ibu Berkerja
Ibu Tidak Berkerja
64%
kunjungan ke Posyandu
Pada saat ibu berkerja, anak akan diasuh oleh nenek (50%), babysitter (12%),
dan suami (38%). Hal ini dapat dilihat pada grafik 1.4.
Pengasuh Anak
38% Nenek
50% Babysiter
Ayah
12%
tempat posyandu terdekat juga dapat menyebabkan ibu tidak rutin membawa anak
posyandu. Berdasarkan suveri, sebagian besar ibu menjawab bahwa sudah memiliki
informasi yang cukup mengenai jadwal dan tempat posyandu (64%) dan 36% masih
tidak mengetahui informasi mengenai jadwal dan tempat posyandu terdekat. Hal ini
Faktor lain yang dapat mempengaruhi kedatangan ibu untuk membawa anak
balita ke posyandu adalah jarak dari rumah ke posyandu. Sebagian besar jarak
10
rumah responden ke posyandu adalah kurang dari 500 meter. Hal ini dapat dilihat
Jumlah posyandu balita yang aktif berjumlah 18 buah. Prevalensi balita di wilayah
Puskesmas Cempaka Putih pada bulan Februari adalah 2.250 jiwa. Berdasarkan
program kerja SDIDTK tahun 2018, didapat pencapaian kinerja program SDIDTK
di Puskesmas Cempaka Putih pada tahun 2018 sebesar 77% atau hanya sekitar
1.727 anak dari target 2.250 anak. Berdasarkan data ini dapat disimpulkan bahwa
tidak seluruh balita yang ada di wilayah Puskesmas Cempaka Putih terdeteksi
bulan Januari 2019 berjumlah 1.627 dan Februari 2019 berjumlah 1.630 anak.
Jumlah kunjungan posyandu paling rendah pada bulan Januari dan Februari 2019
yang dibagikan kepada ibu-ibu yang tidak rutin atau tidak pernah membawa
11
tersebut adalah karena ibu bekerja dan sebagian besar anak diasuh oleh nenek.
JUMLAH
TAHUN BULAN
KUNJUNGAN
JANUARI 18
FEBRUARI 30
MARET 29
APRIL 25
MEI 23
JUNI 24
2018
JULI 27
AGUSTUS 30
SEPTEMBER 21
OKTOBER 22
NOVEMBER 19
DESEMBER 27
JANUARI 13
2019 FEBRUARI 39
MARET 26
masalah yang harus diatasi yakni alasan ibu yang bekerja dan anak dijaga oleh
nenek sehingga anak tidak rutin atau tidak pernah dibawa ke posyandu.
Berdasarkan permasalahan yang terdapat pada latar belakang di atas maka disusun
5. Kesadaran pengasuh
balita
berikut:
1. Melakukan penyuluhan kepada pengasuh anak yang tidak rutin atau tidak
pentingnya posyandu, siapa saja yang dapat membawa anak ke posyandu, tempat
3. Membuat forum dalam bentuk grup di sosial media mengenai jadwal dan
masalah yang telah disusun dapat dilaksanakan apabila organisasi tersebut memiliki
organisasi terbatas maka dapat dipilih salah satu yang menjadi prioritas pemecahan
masalah telah disusun dan dipelajari secara seksama. Selain itu, sebelum dilakukan
bagian dari satu paket kegiatan yang sulit dipisahkan. Apabila keterpaduan tersebut
sulit dilakukan maka dapat dilakukan pemilihan. Terdapat beberapa metode dalam
dengan memberikan angka 1 (paling tidak efektif) sampai dengan angka 5 (paling
efektif). Prioritas pemecahan masalah adalah yang nilai efektivitasnya paling tinggi.
masalah)
memberi nilai 1 (paling tidak efisien) sampai dengan nilai 5 (paling efisien). Nilai
efisien ini dapat dikaitkan dengan biaya, waktu dan tenaga yang diperlukan untuk
melaksanakan pemecahan masalah. Makin besar biaya, tenaga dan atau waktu yang
2. Perhitungan Scoring
memberikan angka 1 (paling tidak efektif) sampai dengan angka 5 (paling efektif).
Prioritas jalan keluar adalah yang nilai efektivitas nya paling tinggi.
1 = Tidak sensitif
2 = kurang sensitif
3 = cukup sensitif
4 = sensitif
5 = Sangat sensitive
N
PEMECAHAN MASALAH B P S NILAI
NO
memberikan nilai 1 (paling tidak efisien) sampai dengan angka 5 (paling efisien).
Biaya (C)
1 = Mahal
2 = Cukup Murah
3 = Murah
Waktu (W)
1 = Lama
2 = Cukup waktu
3 = Singkat
PEMECAHAN
NO Efektivitas Efisien JUMLAH PRIORITAS
MASALAH
Melakukan penyuluhan
kepada pengasuh anak
yang tidak rutin atau
tidak pernah ke posyandu
di wilayah kerja
1 Puskesmas Cempaka 16 9 25 1
Putih mengenai
pentingnya posyandu dan
siapa saja yang dapat
membawa anak ke
posyandu.
Melakukan posyandu di
2 luar jam kerja atau sore 7 3 10 3
hari.
Membuat forum dalam
bentuk grup di sosial
3. media mengenai jadwal 10 6 16 2
dan tempat posyandu
terdekat.
masalah adalah dengan melakukan penyuluhan pada pengasuh anak yang tidak
rutin atau tidak pernah ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas Cempaka Putih
mengenai pentingnya posyandu dan siapa saja yang dapat membawa anak ke
posyandu.