Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP DASAR SDIDTK DI PUSKESMAS PANTOLOAN

KOTA PALU

Oleh

HANDRYCHO APOLE

NIM P07120417009

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALU
PRODI PROFESI NERS
2017/2018
KONSEP DASAR

A. Pengertian SDIDTK
SDIDTK adalah pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan
berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh
kembang pada masa 5tahun pertama kehidupan . Diselenggarakan dalam bentuk kemitraan
antara : keluarga, masyarakat dengan tenaga professional (kesehatan, pendidikan dan
sosial). Indikator keberhasilan program SDIDTK adalah 90% balita dan anak prasekolah
terjangkau oleh kegiatan SDIDTK pada tahun 2010.

B. Program SDIDTK
Program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)
merupakan revisi dari program Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) yang telah
dilakukan sejak tahun 1988 dan termasuk salah satu program pokok Puskesmas Kegiatan
ini dilakukan menyeluruh dan terkoordinasi diselenggarakan dalam bentuk kemitraanan
tara keluarga, masyarakat dengan tenaga professional Tidak ada perbedaan yang signifikan
antara SDIDTK dengan DDTK, hanyalah perbedaan istilah.
Program SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak secara
komprehensif dan berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini
penyimpangan tumbuh kembang pada masa lima tahun pertama kehidupan,
diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga (orang tua, pengasuh anak dan
anggota keluarga lainnya), masyarakat (kader, tokoh masyarakat, organisasi profesi,
lembaga swadaya masyarakat) dengan tenaga professional kesehatan, pendidikan dan
sosial).

C. Tujuan SDIDTK
Agar semua balita umur 0–5 tahun dan anak prasekolah umur 5-6 tahun tumbuh dan
berkembang secara optimal.

D. Sasaran SDIDTK
1. Sasaran Langsung : Semua anak umur 0-6 tahun yang ada di wilayah kerja Puskesmas
2. Sasaran Tidak Langsung : Tenaga kesehatan yang bekerja di lini terdepan (Dokter,
Bidan, Perawat, Ahli Gizi, Penyuluhan Kesehatan Masyarakat dan sebagainya). Tenaga
pendidik, Petugas lapangan KB, Petugas sosial yang terkait dengan pembinaan tumbuh
kembang anak, Petugas sektor swasta dan profesi lainnya.
E. Jenis Deteksi Dini Tumbuh Kembang
Ada 3 jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat dikerjakan oleh tenaga
kesehatan di puskesmas dan jaringannya, berupa:
1. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk mengetahui/menemukan status
gizi kurang/buruk dan mikrosefali/makrosefali. Deteksi dini penyimpangan
pertumbuhan dilakukan dengan pengukuran Berat Badan terhadap Tinggi Badan
dengan tujuan untuk memnetukan status gizi anak, normal, kurus, kurus sekali atau
gemuk. Selain itu, juga dilakukan pengukuran Lingkar Kepala Anak (LKA) dengan
tujuan untuk mengetahui lingkar kepala anak dalam batas normal atau diluar batas
normal.
2. Deteksi dini penyimpangan perkembangan yaitu untuk mengetahui gangguan
perkembangan anak (Keterlambatan), gangguan daya lihat, gangguan daya dengar.
Deteksi dini penyimpangan perkembangan dilakukan dengan :

ᅳ Skrining/Pemeriksaan perkembangan anak menggunakan Kuisioner Pra Skrining


Perkembangan (KPSP) dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan anak
normal atau ada penyimpangan.

ᅳ Tes Daya Dengar (TDD) dengan tujuan untuk menemukan gangguan


pendengaran sejak dini, agar dapat segera ditindak lanjuti untuk meningkatkan
kemampuan daya dengar dan bicara anak.

ᅳ Tes daya Lihat (TDL) dengan tujuan untuk mendeteksi secara dini kelainan daya
dengar agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk
memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih besar.
3. Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk mengetahui adanya
masalah mental emosional, autisme dan gangguan pemusatan perhatian dan
hiperaktivitas. Ada beberapa jenis alat yang digunakan untuk mendeteksi secara dini
adanya penyimpangan mental emosional pada anak, yaitu; Kuisioner Masalah Mental
Emosional (KMME) bagi anak umur 36 bulan sampai 72 bulan. Tujuan untuk
mendeteksi secara dini adanya penyimpangan/masalah mental emosional pada anak
prasekolah.
4. Ceklist Autis anak praseolah (Checklist for Autism in Toddler/CATT) bagi anak
umur 18 bulan sampai 36 bulan. Tujuan untuk mendeteksi secara dini adanya Autis
pada anak umur 18 bulan – 36 bulan.
5. Formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
menggunakan Abreviated Conner Rating Scale bagi anak umur 36 bulan ke atas.
Tujuan untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan Pemusatan Perhatian dan
Hiperaktivitas pada anak umur 36 bulan ke atas.

F. Rujukan Dini Penyimpangan Perkembangan Anak


Rujukan diperlukan jika masalah/penyimpangan perkembangan anak tidak dapat
ditangani meskipun sudah dilakukan tindakan intervensi. Rujukan penyimpangan tumbuh
kembang dilakukan secara berjenjang sebagai berikut :
1. Tingkat keluarga dan masyarakat
Keluarga dan masyarakat (orang tua, anggota keluarga lainnya dan kader) dianjurkan
untuk membawa anak ke tenaga kesehatan di Puskesmas dan jaringan atau Rumah
Sakit. Orang tua perlu diingatkan membawa catatan pemantauan tumbuh kembang
buku KIA.
2. Tingkat Puskesmas dan jaringannya
Pada rujukan dini, bidan dan perawat di posyandu, Polindes, Pustu termasuk Puskesmas
keliling, melakukan tindakan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang sesuai
standar pelayanan yang terdapat pada buku pedoman. Bila kasus penyimpangan
tersebut ternyata memerlukan penanganan lanjut, maka dilakukan rujukan ke tim medis
di Puskesmas.
3. Tingkat Rumah Sakit Rujukan
Bila kasus penyimpangan tersebut tidak dapat di tangani di Puskesmas maka perlu
dirujuk ke Rumah Sakit Kabupaten yang mempunyai fasilitas klinik tumbuh kembang
anak dengan dokter spesialis anak, ahli gizi serta laboratorium/pemeriksaan penunjang
diagnostic. Rumah Sakit Provinsi sebagai tempat rujukan sekunder diharapkan
memiliki klinik tumbuh kembang anak yang didukung oleh tim dokter spesialis anak,
kesehatan jiwa, kesehatan mata, THT, rehabilitasi medik, ahli terapi, ahli gizi dan
psikolog.
DAFTAR PUSTAKA

Siahaan, R. (2005). Pelaksanaan Program Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita di


Posyandu.

Sri Astuti. (2005). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang Anak Ditingkat Pelayananan Kesehatan Dasar. Jakarta : Departemen
kesehatan Republik Indonesia

Zulkifli. (2003). Posyandu dan Kader Kesehatan. Pelaksanaan Program Deteksi Dini
Tumbuh Kembang Balita di Posyandu.

Anda mungkin juga menyukai