Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEBIDANAN

BALITA FISIOLOGIS DI RS DJATIROTO


LUMAJANG

Disusun Oleh:
SUSI PUTRI WULANDARI
15901.03.21038

KELAS B
PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
GENGGONG PROBOLINGGO
2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN
BALITA FISIOLOGIS DI RS DJATIROTO
LUMAJANG

Dipersiapkan dan Disusun Oleh :


SUSI PUTRI WULANDARI
NIM : 15901.03.21038

Telah diperiksa oleh :


Hari/ Tanggal :
Mahasiswa

SEPTIANI CITRA DEWI

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Wahana

………………………………… Farianingsih, S.ST., M.Kes


NIDN. ………….. NIP. 19730508 199302 2 006
LAPORAN PENDAHULUAN
BALITA

A. Definisi Balita
Balita merupakan individu yang berumur 0-5 tahun, dengan tingkat
plastisitas otak yang masih sangat tinggi sehingga akan lebih terbuka untuk
proses pembelajaran dan pengayaan. Sedangkan menurut profil kesehatan
(2013), balita merupakan anak yang usianya berumur antara satu hingga lima
tahun. Anak Balita sebagai masa emas atau "golden age" yaitu insan manusia
yang berusia 0-5 tahun (UU No. 20 Tahun 2003), meskipun sebagian pakar
menyebut anak balita adalah anak dalam rentang usia 0-8 tahun.
Kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan yang bersifat unik, artinya memiliki pola pertumbuhan dan
perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan motorik kasar), kecerdasan
(daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio-emosional
(sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai
dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang sedang dilalui oleh anak
tersebut.
Secara psikologis, rentang usia balita dibagi dalam 3 tahapan yaitu masa
sebelum lahir, masa bayi dan masa awal kanak-kanak. Pada ketiga tahapan
tersebut banyak terjadi perubahan yang mencolok, baik fisik maupun psikologis,
karena tekanan budaya dan harapan untuk menguasai tugas-tugas perkembangan
tertentu, yang akan mempengaruhi tumbuh kembang anak. Pembagian menurut
tahapan tersebut sangat tergantung pada faktor sosial, yaitu tuntutan dan harapan
untuk menguasai proses perkembangan yang harus dilampaui anak dari
lingkungannya.

B. Pertumbuhan Balita
Secara umum tumbuh kembang setiap anak berbeda-beda, namun
prosesnya senantiasa melalui tiga pola yang sama, yakni :

1. Pertumbuhan dimulai dari tubuh bagian atas menuju tubuh bagian bawah
( sefalokaudal ). Pertumbuhannya dimulai dari kepala hingga ujung
kaki, anak akan berusaha menegakkan tubuhnya, lalu dilanjutkan belajar
menggunakan kakinya.
2. Perkembangan dimulai dari batang tubuh ke arah luar.
Contohnya adalah anak akan lebih dulu menguasai penggunaan telapak
tangan untuk menggenggam, sebelum ia mampu meraih benda dengan
jemarinya.
3. Setelah dua pola di atas dikuasai, barulah anak belajar mengeksplorasi
keterampilan-keterampilan lain. Seperti melempar, menendang, berlari
dan lain-lain.
Usia Tiga Sampai Empat Tahun
1. Gerakan
Pada usia tiga tahun anak prasekolah tidak lagi harus berkonsentrasi
pada mekanisme berdiri, berlari, melompat, atau berjalan. Gerakannya
sekarang cukup lentur, apakah berjalan ke depan, ke belakang, atau naik
dan turun tangga. Selagi berjalan dia berdiri tegak, bahu ditarik ke
belakang dan perutnya di tahan oleh otot perut yang kuat. Dia
menggunakan gerakan berjinjit, dengan melangkah pada jarak, lebar, dan
kecepatan yang sama. Dia juga dapat mengendarai sepeda roda tiga dengan
mudah.
Akan tetapi, tidak semuanya datang dengan mudah. Anak masih
perlu membuat usaha secara sadar untuk berdiri dengan ujung jari kaki atau
dengan satu kaki. Anak yang berusia tiga tahun masih selektif seperti
ketika dia berusia dua tahun,tetapi dia lebih tertarik pada permainan yang
terstruktur pada usia ini
Anak prasekolah kelihatan terus-menerus bergerak sepanjang
waktu. Ini karena dia menggunakan tubuhnya untuk menyampaikan pikiran
dan emosi yang tidak dapat dia gambarkan melalui bahasa. Karena kendali
diri, penilaian, dan koordinasi anak masih berkembang, pengawasan oleh
orang dewasa tetap penting untuk mencegah kecelakaan dan cidera.
2. Keterampilan Tangan dan Jari
Pada usia tiga tahun, anak sedang mengembangkan kendali otot dan
konsentrasi yang dia butuhkan untuk menguasai banyak gerakan jari dan
tangan yang

akurat. Aktifitas yang membutuhkan waktu, dan dapat membantu


memperbaiki keterampilan tangan anak adalah :
a. Membangun balok-balok.
b. Puzzle jigsaw sederhana ( empat atau lima potong besar ).
c. Kotak-kotak kayu.
d. Manik-manik kayu besar.
e. Mewarnai dengan krayon atau kapur.
f. Membuat istana dari pasir.
g. Menuangkan ke dalam wadah dari berbagai ukuran.
h. Memakai pakaian dan melepas pakaian boneka dengan
ritsleting besar, kancing dan tali.
3. Perkembangan Bahasa
Pada usia tiga tahun anak harus mempunyai kosakata yang aktif
kira-kira tiga ratus sampai seribu kata. Dia akan dapat berbicara dalam
kalimat lima sampai enam kata, dan meniru sebagian besar bunyi perkataan
orang dewasa. Kadang-kadang dia tampak mengoceh terus menerus suatu
fenomena yang kadang-kadang mengganggu, tetapi sangat penting untuk
proses belajar kata-kata baru dan mendapatkan pengalaman dalam
menggunakan bahasa dan berpikir dengan kata tersebut.
4. Perkembangan Kognitif
Anak yang berusia tiga tahun akan menghabiskan kebanyakan
waktunya dengan bertanya tentang segala sesuatu yang terjadi di
sekitarnya. Pertanyaan “ mengapa “ yang lebih abstrak umumnya lebih
menyulitkan, sebagian karena pertanyan ini muncul beratus kali sehari dan
juga karena beberapa di antaranya tidak ada jawabannya atau tidak di
ketahui.
Ketika anak yang berusia tiga tahun di hadapkan dengan tantangan
belajar yang khusus, anda akan mendapatkan bahwa penalarannya masih
satu sisi. Dia belum dapat melihat masalah dari dua sudut, tidak juga dapat
memecahkan masalah yang mengaharuskan dia melihat lebih dari satu
faktor pada waktu yang sama.
5. Perkembang Sosial
Pada usia tiga tahun anak tidak terlalu egois dibanding ketika dia
berusia dua tahun. Dia juga tidak terlalu bergantung pada anda, suatu tanda
bahwa penginderaan identitasnya lebih kuat dan lebih aman. Sekarang dia
benar-benar bermain dengan anak lain, berinteraksi alih-alih hanya bermain
berdampingan sendiri-sendiri. Dalam proses ini, dia akan mengenali bahwa
tidak setiap orang berpikir tepat sama seperti dia, dan bahwa masing-
masing teman bermainnya mempunya banyak kualitas yang unik, beberapa
menarik dan beberapa lagi tidak.
Anak-anak pada usia ini seringkali mengalami proses identifikasi
yang sangat ekstrem. Anak perempuan akan memaksa untuk mengenakan
rok, cat kuku, dan rias muka ke sekolah atau tempat bermain. Anak laki-
laki akan bersikap gagah, sangat asertif, dan membawa pistol mainan ke
mana saja mereka pergi. Perilaku ini memperkuat rasa kelaki-lakiannya
atau kewanitaannya.
6. Perkembangan Emosional
Kehidupan fantasi anak usia tiga tahun akan membantu
mengeksplorasi dan mendapatkan berbagai emosi, dari cinta dan
ketergantungan sampai marah, protes, dan ketakutan. Dia tidak saja
mencoba berbagai identitas sendiri, tetapi juga seringkali memberikan
kualitas hidup dan emosi terhadap benda-benda tidak bernyawa, sperti
pohon, jam, truk atau bulan.
C. Perkembangan Fisik Balita
Setiap anak tentu memiliki perkembangan dan pertumbuhan yang
berbeda antara anak satu dengan anak yang lainnya. Faktor yang mempengaruhi
perkembangan anak adalah:
1. Faktor Internal
Adalah faktor yang mempengaruhi perkembangan fisik balita
seperti: ras, etnik, keluarga, umur, jenis kelamin, kelainan genetik,
kelainan kromosom.
2. Faktor Eksternal
Adalah faktor berasal dari luar diri anak antara lain: prenatal, ini
berhubungan dengan gizi, toksin atau zat kimia. Bisa pula faktor
pascanatal yang berhubungan dengan gizi, kelainan, ekonomi, sosial,
psikologis, pengasuhan , stimulasi dan obat-obatan.
Pertumbuhan pada bayi dan balita merupakan gejala kuantitatif. Pada
konteks ini berlangsung perubahan ukuran dan jumlah sel, serta jaringan
intraseluler pada tubuh anak. Dengan kata lain, berlangsung proses
multiplikasiorgan tubuh anak, disertai penambahan ukuran-ukuran tubuhnya. Hal
ini ditandai oleh :
a. Meningkatnya berat badan dan tinggi badan.
b. Muncul dan bertambahnya gigi dan geraham.
c. Bertambahnya ukuran lingkar kepala.
d. Menguatnya tulang dan membesarnya otot-otot.
e. Bertambahnya organ-organ tubuh lainnya, seperti rambut, kuku,
dan sebagainya.
Berat badan balita dipengaruhi jenis kelamin, asupan gizi dan umur. Gen atau
keturunan juga bisa mempengaruhi berat badan balita, contoh keturuanan bertubuh
besar.
Pada balita yang normal umumnya perubahan yang paling dramatis akan terjadi
pada proporsi tubuh balita. Pada waktu yang sama tingginya akan meningkat , terutama
pada tungkainya dan sampai batas tertentu. Batang tubuhnya akan tumbuh dengan cepat.
Tubuh anak akan terus kehilangan lemaknya dan mulai berotot selama waktu
ini, memberikan penampilan yang matang dan lebih kuat. Kenaikan tinggi badan jauh
lebih cepat daripada kenaikan berat badan. Pada usia anak 3 tahun, gerakannya sekarang
cukup lentur, apakah berjalan ke depan, ke belakang atau naik dan turun tangga. Selagi
berjalan dia berdiri tegak, bahu di tarik ke belakang dan perutnya ditahan oleh otot-otot
perut yang kuat. Anak mampu berdiri dengan 1 kaki, mampu menendang bola kedepan,
melempar bola dengan tangan. Wajah anak juga akan matang pada tahun-tahun ini.
Panjang dari tengkoraknya akan meningkat sedikit, rahang bagian bawah akan menjadi
menonjol. Pada waktu bersamaan, rahang atas akan melebar untuk member ruang gigi
permanennya. Wajahnya akan tampak lebih besar.
Anda akan melihat bahwa balita sekarang dapat mengerakkan masing- masing
jarinya secara mandiri atau bersama-sama. Dapat mengambar segi empat, lingkaran, dan
menulis dengan bebas. Anak prasekolah sekarang sudah mempunyai koordinasi dan
keseimbangan seorang dewasa. Selagi anak berjalan dan berlari dengan langkah-
langkah panjang, mengayun, penuh percaya diri, naik turun tangga tanpa memegang
pegangan tangga, berdiri berjinjit, berputar dalam lingkaran dan mengayun.

D. Perkembangan Psikososial Balita


Terdapat 8 jenis tahap-tahap perkembangan psikososial Erickson.
1. Psikososial Tahap 1 (Trust vs Mistrust (kepercayaan vs kecurigaan))
Tahap ini berlangsung pada masa oral, pada umur 0-1 tahun atau
1,5 tahun (infancy). Bayi pada usia 0-1 tahun sepenuhnya bergantung
pada orang lain, perkembangan rasa percaya yang dibentuk oleh bayi
tersebut berdasarkan kesungguhan & kualitas penjaga (yang merawat)
bayi tersebut. Apabila bayi telah berhasil membangun rasa percaya
terhadap si penjaga, dia akan merasa nyaman & terlindungi di dalam
kehidupannya. Akan tetapi, jika penjagaannya tidak stabil & emosi
terganggu dapat menyebabkan bayi tersebut merasa tidak nyaman dan
tidak percaya pada lingkungan sekitar. Kegagalan mengembangkan rasa
percaya menyababkan bayi akan merasa takut dan yakin bahwa
lingkungan tidak akan memberikan kenyamanan bagi bayi tersebut,
sehingga bayi tersebut akan selalu curiga pada orang lain.
2. Psikososial Tahap 2 (Otonomi vs perasaan malu dan ragu-ragu)
Tahap ini merupakan tahap anus-otot (anal/mascular stages),
masa ini disebut masa balita yang berlangsung mulai usia 1-3 tahun
(early childhood). Pada masa ini anak cenderung aktif dalam segala hal,
sehingga orang tua dianjurkan untuk tidak terlalu membatasi ruang
gerak serta kemandirian anak. Namun tidak pula terlalu memberikan
kebebasan melakukan apapun yang dia mau. Pembatasan ruang gerak
pada anak dapat menyebabkan anak akan mudah menyerah dan tidak
dapat melakukan segala sesuatu tanpa bantuan orang lain. Begitu pun
sebalikny, jika anak terlalu diberi kebebasan mereka akan cenderung
bertindak sesuai yang dia inginkan tanpa memperhatikan baik buruk
tindakan tersebut. Sehingga orang tua dalam mendidik anak pada usia
ini harus seimbang antara pemberian kebebasan dan pembatasan ruang
gerak anak. Karena dengan cara itulah anak akan bisa mengembangkan
sikap kontrol diri dan harga diri.
3. Psikososial Tahap 3 (Inisiatif vs kesalahan)
Tahap ini dialami pada anak saat usia 4-5 tahun (preschool age).
Anak-anak pada usia ini mulai berinteraksi dengan lingkungak
sekitarnya sehingga menimbulkan rasa ingin tahu terhadap segala hal
yang dilihatnya. Mereka mencoba mengambil banyak inisiatif dari rasa
ingin tahu yang mereka alami. Akan tetapi bila anak-anak pada masa ini
mendapatkan pola asuh yang salah, mereka cenderung merasa bersalah
dan akhirnya hanya berdiam diri. Sikap berdiam diri yang mereka
lakukan bertujuan untuk menghindari suatu kesalahan-kesalahan dalam
sikap maupun perbuatan.
4. Psikososial Tahap 4 (Kerajinan vs inferioritas)
Tahap ini merupakan tahp laten usia 6-12 tahun (school age)
ditingkat ini anak mulai keluar dari lingkungan keluarga ke lingkungan
sekolah sehingga semua aspek memiliki peran misal orang tua harus
selalu mendorong, guru harus memberi perhatian, teman harus
menerima kehadirannya. Pada usia ini anak dituntut untuk dapat
merasakan bagaimana rasanya berhasil melalui tuntutan tersebut. Anak
dapat mengembangkan sikap rajin, jika anak tidak dapat meraih sukses
karena mereka merasa tidak mampu (infieoritas), anak dapat
mengembangkan sikap rendah diri. Sebab itu, peranan orang tua
maupun guru sangat penting untuk memperhatikan apa yang menjadi
kebutuhan anak pada usia ini usaha yang sangat baik pada tahap ini
adalah dengan mengembangkan kedua karakteristik yang ada. Dengan
begitu ada nilai positif yang dapat dipetik dan dikembangkan dalam diri
setiap pribadi yakni kompetensi.
5. Psikososial Tahap 5 (Identitas vs kekacauan identitas)
Tahap ini merupakan tahap adolense (remaja), dimulai pada saat
masa puber dan berakhir pada usia 12-18 tahun/anak. Di dalam tahap ini
lingkup lingkungan semakin luas, tidak hanya di lingkungan keluarga
atau sekolah, namun juga di masyarakat. Pencarian jati diri mulai
berlangsung dalam tahap ini. Apabila seorang remaja dalam mencari jati
dirinya bergaul dengan lingkungan yang baik maka akan tercipta
identitas yang baik pula. Namun sebaliknya, jika remaja bergaul dalam
lingkungan yang kurang baik maka akan timbul kekacauan identitas
pada diri remaja tersebut.
6. Psikososial Tahap 6 (Keintiman vs isolasi)
Tahap ini terjadi pada masa dewasa awal (young adult), usia
sekitar 18/20-30 tahun. Dalam tahap ini keintiman dan isolasi harus
seimbang untuk memunculkan nilai positif yaitu cinta. Cinta yang
dimaksud tidak hanya dengan kekasih melainkan cinta secara luas dan
universal (misal pada keluarga, teman, sodara, binatang, dll).
7. Psikososial Tahap 7 (Generatifitas vs stagnasi)
Masa dewasa (dewasa tengah) ditempati oleh orang-orang yang
berusia yang berusia sekitar 20 tahunan sampai 55 tahun (middle adult).
Dalam tahap ini juga terdapat salah satu tugas yang harus dicapai yaitu
dapat mengabdikan diri guna mencapai keseimbangan antara sifat
melahirkan sesuatu (generatifitas) dengan tidak melakukan apa-apa
(stagnasi). Harapan yang ingin dicapai dalam masa ini adalah terjadinya
keseimbangan antara generatifitas dan stagnasi guna mendapatkan nilai
positif yaitu kepedulian. Ritualisasi dalam tahap ini meliputi
generational dan otoritisme. Generational merupakan interaksi yang
terjalin baik antara orang-orang dewasa dengan para penerusnya.
Sedangkan otoritisme merupakan interaksi yang terjalin kurang baik
antara orang dewasa dengan para penerusnya karena adanya aturan-
aturan atau batasan-batasan yang diterapkan dengan paksaan.
8. Psikososial Tahap 8 (Integritas vs keputusasaan)
Tahap ini merupakan tahap usia senja (usia lanjut). Ini merupakan
tahap yang sulit dilewati karena orang pada masa ini cenderung
melakukan introspeksi diri. Mereka akan memikirkan kembali hal-hal
yang telah terjadi pada masa sebelumnya, baik itu keberhasilan maupun
kegagalan. Jika dalam masa sebelumnya orang tersebut memiliki
integritas yang tinggi dalam segala hal dan banyak mencapai
keberhasilan maka akan menimbulkan kepuasan di masa senja nya.
Namun sebaliknya, jika orang tersebut banyak mengalami kegagalan
maka akan timbul keputus asaan.

E. Perawatan Kesehatan Balita


a.Perawatan Sehari-hari Anak
1. Kebersihan anak
a. Memandikan dengan sabun 2 kali sehari.
b. Cuci rambut dengan sampo 3 kali seminggu.
c. Cuci tangan dengan sabun sebelum makan, setelah buang air
besar, buang air kecil, dan setelah makan.
d. Jaga kebersihan telinga anak.
e. Gunting kuku tangan dan kaki anak jika panjang.
f. Ajari anak buang air besar dan kecil di kamar mandi.
g. Jaga kebersihan pakaian, mainan,dan tempat tidur.
h. Jaga kebersihan perlengkapan makan dan minum.
2. Perawatan gigi
a. Gogok gigi anak dengan pasta gigi dan sikat gigi khusus untuk
anak sesudah sarapan dan sebelum tidur.
b. Tanyakan petugas kesehatancara menggosok gigi.
c. Ajari anak menggosok gigi sendiri.
d. Jangan biasakan anak makan manis dan lengket.
e. Periksakan setiap 6 bulan sekali ke puskesmas atau dokter gigi.
3. Kebersihan lingkungan
a. Jauhkan anak-anak dari asap rokok, asap dapur, asap sampah,
dan polusi kendaraan bermotor.
b. Buang air besar dan kecil di kamar mandi.
c. Bersihkan rumah dan lingkungan anak bermain dari debu dan
sampah.
d. Balita sebaiknya tidur di dalam kelambu.
e. Untuk daerah endemis malaria, balita harus tidur di dalam
kelambu antinyamuk (mengandung insektisida).
f. Jauhakan anak dari bahaya seperti :
1) Benda yang disangka makanan dan minuman :
obat-obatan, racun tikus, racun serangga, minyak tanah,
sabun atau detergen.
2) Benda panas : kompor, setrika, termos air panas.
3) Benda berbahaya : pisau, colokan listrik, kabel.
4) Jangan biarkan anak bermain di dekat : sumur, kolam,
sungai, jalan raya.
b. Perawatan Anak Sakit
1. Obat yang harusa disediakan di rumah, seperti :
a. Oralit untuk diare.
b. Obat merah (povidone iodine) untuk luka.
c. Paracetamol untuk demam.
2. Batuk
a. Berikan air minum lebih banyak.
b. Beri kecap atau madu dicampur dengan air jeruk nipir.
c. Jauhkan anak dari asap rokok, asap dapur, dan asap pembakaran
sampah.
d. Bawa ke fasilitas kesehatan jika :
1) Batuk tidak sembuh dalam 2 hari.
2) Anak sesak napas.
3) Demam.
3. Diare
a. Berikan segera cairan oralit setiap anak buang air besar.
b. Jika tidak ada oralit, berikat air minum, kuah sayur, atau air tajin.
c. Jika anak masih menyusu, terus berikan ASI dan MP-ASI.
d. Jangan beri obat apapun kecuali dari petugas kesehatan
e. Segera bawa ke fasilitas pelayanan kesehatan, jika :
1) Timbul demam.
2) Ada darah di dalam tinja.
3) Diare semakin parah.
4) Muntah terus menerus.
5) Air terlihat sangat haus.
6) Anak tidak mau makan dan minum.
4. Demam
a. Beri minum lebih sering dan lebih banyak
b. Jika masih menyusu, berikan ASI lebih sering.
c. Jangan diselimuti atau diberi baju tebal.
d. Kompres dengan air biasa atau air hangat.
e. Jangan kompres dengan air dingin karena anak bias menggigil.
f. Jika demam tinggi, beri obat penurun panas (parasetamol) sesuai
dosis.
g. Untuk derah endemis malaria, balita harus tidur di dalam
kelambu anti nyamuk (mengandung insektisida)
h. Segera bawa ke fasilitas pelayanan kesehatan, jika :
1) Demam disertai kejang.
2) Demam tidak turun selama 2 bari.
3) Demam disertai bitnik-bintik merah, perdarahan di hidung,
dana tau buang air besar berwarna hitam.
5. Luka dan sakit kulit
a. Luka
1) Beri obat merah atau povidone iodine.
b. Koreng
1) Tutup dengan kain bersih.
2) Jangan dibubuhkan ramuan apapun.
c. Jaga kebersihan kulit
1) Mandi secara teratur.
2) Ganti pakaian jika basah atau kotor.
3) Cuci tangan dan kaki dengan sabun setiap habis bermain.
d. Bawa ke fasilitas pelayanan kesehatan, jika :
1) Kulit kemerahan.
2) Terasa gatal.
3) Luka bernanah atau berbau.
c.Memberi Makan Anak
1. Beri makan anak makanan orang dewasa yang berisi nasi, lauk
pauk, dan sayuran.
2. Beri makan anak 3 kali sehari, masing-masing ½ posi (piring) orang
dewasa.
3. Berikan makanan selingan 2 kali sehari.
4. Jangan berikan makanan manis atau minuman manis sebelum
waktu makan, karena bias mengurangi nafsu makan.

F. Komunikasi Pada Balita

a. Pada umur 1 bulan, bayi bisa :


1. Menatap ke ibu
2. Mengeluarkan suara ketika diajak berbicara ibu sebagai tanda respon
3. Tersenyum
4. Lengan dan kaki bergerak aktif
b. Pada umur 3 bulan bayi bisa :
1. Mengangkat kepala tegak ketika tengkurap
2. Tertawa ketika ada yang mengajak bercanda
3. Menggerakkan kepala ke kiri dan ke kanan
4. Mengamati tangannya
c. Pada umur 6 bulan bayi bisa :
1. Meniru bunyi yang ditunjukkan ibu
2. Meraih benda yang ada di dekatnya
3. Tengkurap sendiri
4. Menoleh ke arah sumber suara
d. Pada umur 9 bulan bayi bisa :
1. Duduk sendiri
2. Mengucapkan ma... ma.. ma... ma... da... da.. da... da...
3. Senang bermain sendiri dan bertepuk tangan
4. Mulai mengerti ketika disuruh/disarankan
e. Pada umur 12 bulan bayi bisa :
1. Bermain CI LUK BA
2. Menjimpit benda kecil
3. Meniru kata sederhana papa, dada
4. Berdiri dan jalan berpegangan
f. Pada umur 2 tahun anak bisa :
1. Dapat menunjukkan dan menyebut nama bagian tubuh
2. Meniru perkataan yang diucapkan ibu atau orang terdekatnya
3. Menirukan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu dan mengelap
4. Mencoret-coret di kertas
g. Pada umur 3 tahun anak bisa :
1. Berbicara dengan kata-kata yang dapat dimengerti
2. Menyebut warna dan angka
3. Sering mengulang kalimat yang dia mengerti
4. Mulai banyak mengajukan banyak pertanyaan tentang apa yang menarik
perhatiannya.
5. Bicara tanpa peduli dan tanpa peduli seseorang yang diajak bicara
mengerti atau tidak.
6. Mulai memiliki empati, misalnya memeluk dan mencium orang yang
terdekat dengan anak.

h. Pada umur 4 tahun anak bisa :


1. `
i. Pada umur 5 tahun anak bisa :
1. Dapat menghitung sampai 10
2. Mulai mengenal dan mampu menyebut nama teman-temannya satu per
satu
3. Mulai bisa menjawab beberapa pertanyaan sederhana seperti “siapa
namamu? Siapa nama ibumu?”
4. Mengerti lawan kata seperti panas-dingin, tinggi-rendah
5. Menceritakan pengalaman kepada orang-orang yang baru dikenal dan
dianggap dekat kecuali orang tua.
6. Mulai mengetahui nama-nama hari dalam seminggu

G. Peran Keluarga Dan Bidan Dalam Tumbuh Kembang Balita


1. Peran orang tua saat anak berusia 2 tahun
a. Orang tua mulai mengajari anak naik ke tangga dan berlari
b. Orang tua mengawasi anak saat mencoret-coret pensil pada kertas
c. Orang tua mengajari anak untuk menunjuk satu atau lebih bagian
tubuhnya
d. Orang tua mengajari anak untuk menyebut 3-6 kata yang mempunyai
arti, seperti bola, piring, dan sebagainya.
e. Orang tua mengajari anak untuk memegang cangkir sendiri
f. Orang tua mengajari anak untuk makan-minum sendiri
2. Peran orang tua saat anak berusia 2-3 tahun
a. Orang tua mengajari anak untuk berpakaian sendiri
b. Orang tua mengajak anak untuk melihat buku bergambar
c. Orang tua membacakan cerita kepada anak
d. Orang tua mengajari anak makan di piringnya sendiri
e. Orang tua mengajari anak untuk mencuci tangan
f. Orang tua mengajari anak buang air besar dan kecil di tempatnya
3. Peran orang tua saat anak berusia 3 tahun
a. Orang tua mengajari anak untuk mengayuh sepeda roda tiga
b. Orang tua mengajari anak berdiri di atas satu kaki tanpa berpegangan
c. Orang tua mengajari anak bicara dengan baik menggunakan dua kata
d. Orang tua mengajari anak mengenal 2-4 warna
e. Orang tua mengajari anak menyebut nama, umur dan tempat
f. Orang tua mengajari anak menggambar lurus
g. Orang tua mengawasi anak saat bermain dengan teman
h. Orang tua mengajari anak melepas pakaiannya sendiri
i. Orang tua mengajari anak menggunakan sepatu
4. Peran orang tua saat anak berusia 3-5 tahun
a. Orang tua meminta anak menceritakan apa yang ia lakukan
b. Orang tua mendengarkan anak ketika berbicara

c. Jika anak gagap, orang tua mengajari bicara dengan pelan-pelan


d. Orang tua mengawasi anak yang mencoba hal baru
5. Peran orang tua saat anak berusia 5 tahun
a. Orang tua mengawasi anak saat melompak-lompat dengan satu kaki,
menari, dan berjalan lurus
b. Orang tua melihat dan mengawasi anak saat menggambar tiga bagian
tubuh orang (kepla, badan, tangan/kaki)
c. Orang tua megawasi anak menggambar tanda silang dan lingkaran
d. Orang tua mengawasi anak menangkap bola kecil dengan kedua
tangan
e. Orang tua mendengarkan anak menjawab pertanyaan dengan kata-
kata yang benar
f. Orang tua mendengar anak menyebut angka, menghitungjari
g. Orang tua mendengar anak saat bicaranya mudah dimengerti
h. Orang tua mengawasi anak saat berpakaian sendiri tanpa dibantu
i. Orang tua mengawasi anak mengancing baju atau pakaian boneka
j. Orang tua mengawasi anak menggosok gigi tanpa bantuan
6. Peran bidan
a. Melakukan pelayanan stimulasi deteksi dini dan intervensi dini
tumbuh kembang anak
b. Melakukan anjuran pemberian rangsangan perkembangan dan
nasihat pemberian makan pada orang tua
c. Melakukan pemantauan penyakit dan masalah perkembangan pada
anak
d. Melakukan pemantauan perkembangan, test daya lihat, dan test daya
dengar, serta mental emosional pada anak
e. Melakukan skrining dini penyimpangan tumbuh kembang anak
f. Melakukan pemantauan saat penimbangan anak setiap bulan di
posyandu dan apabila berat badan anak tidak naik dua kali berturut-
turut atau BGM bidan harus segera melakukan tindakan pemenuhan
gizi pada anak.
H. Definisi DDST
DDST (Denver Devplopmant Screening Test) adalah salah satu dari
metode screening terhadap kelainan perkembangan anak, test ini bukanlah test
diagnosa atau test IQ. DDST memenuhi semua persyaratan yang diperlukan untuk
metode screening yang Baik. Test ini dikembangkan pada 6 tahun pertama
kehidupan anak, dengan penekanan pada 2 tahun pertama mudah dan cepat (15-
20menit), dapat diandalkan dan menunjukkan validitas yang baik.
“Denver scale” adalah test screening untuk masalah kognitif dan perilaku
pada anak pra sekolah. Test ini dikembangkan william K. Frankenburg (yang
mengenal kan pertama kali) dan J.B.Doods pada tahun 1967. DDST
dipublikasikan oleh Denver Developmental Material, Inc., di Denver, Colorado.
DDST merefleksikan persentase kelompok anak usia tertentu yang dapat
menampilkan tugas perkembangan tertentu. Test ini dapat dilakukan oleh dokter
spesialis, tenaga profesional kesehatan lainnya, atau tenaga professional kesehatan
dalam layanan social. Dalam perkembangan lainnya DDST mengalami beberapa
kali revisi. Revisi terakhir adalah Denver II yang merupakan hasil revisi dan
standarisasi dari DDST dan DDST-R (revised denver developmental screening
test). Perbedaaan denver II dengan screening terdahulu terletak pada item-item
test, bentuk, interprestasi dan rujukan.Pembahasan mengenai DDST dalam
sejarahnya tidak terlepas dari denver developmental material.
Denver developmental material bermanfaat bagi petugas kesehatan yang
memberi perawatan langsung pada anak.Dengan prosedur yang sederhana dan
cepat, metode ini dapat digunakan oleh tenaga professional maupun
paraprofessional. Prosedur tersebut dirancang untuk perkembangan anak yang
optimal sejak lahir hingga usia 6 tahun melalui panduan dan identifikasi yang
memerlukan evaluasi tambahan. Materi pokok, yakni PDQ II, apparent answered
questionnaire, dan the denver II, merupakan program surveilans perkembangan
yang tepat untuk situasi ketika waktu yang tersedia sempit.
I. Manfaat DDST
Penyimpangan perkembangan pada bayi dan anak usia dini sering kali
sulit dideteksi dengan pemeriksaan fisik rutin. DDST dikembangkan untuk
membantu petugas kesehatan dalam mendeteksi perkembangan anak usia dini.
Menurut study yang dilakukan oleh The public health agency of Canada,
DDST adalah metode test yang paling banyak digunakan untuk masalah
perkembangan anak.
Denver II dapat digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain :
1.      Menilai tingkat perkembangan anak sesuai dengan usianya
2.      Menilai tingkat perkembangan anak yang tampak sehat
3.      Menilai tingkat perkembangan anak yang tidak menunjukan gejala
kemungkinan adanya kelainan perkembangan
4.      Memastikan anak yang diduga mengalami kelainan perkembangan
5.      Memantau anak yang beresiko mengalami kelainan perkembangan

J. Perkembangan Menurut DDST II


Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan,
sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses
diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang
berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi
fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku
sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 2010).
Denver II adalah revisi utama dari standardisasi ulang dari Denver
Development Screening Test (DDST) dan Revisied Denver Developmental
Screening Test (DDST-R).Adalah salah satu dari metode skrining terhadap
kelainan perkembangan anak.Tes ini bukan tes diagnostik atau tes IQ.Waktu yang
dibutuhkan 15-20 menit.
1.      Aspek Perkembangan yang dinilai:
a) Terdiri dari 125 tugas perkembangan.
b)  Tugas yang diperiksa setiap kali skrining hanya berkisar 25-30
tugas
c) Ada 4 sektor perkembangan yang dinilai :
1. Personal Social (perilaku sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri,
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.
2. Fine Motor Adaptive (gerakan motorik halus)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-
bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi
memerlukan koordinasi yang cermat.
3. Language (bahasa)
Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara,
mengikuti perintah dan berbicara spontan
4. Gross motor (gerakan motorik kasar)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
2.      Cara menghitung usia anak
Telah disebutkan di awal bahwa penerapan DDST ditunjukan
untuk menilai perkembangan anak berdasarkan usianya. Dengan
demikian, sebelum melakukan test ini, terlebih dahulu kita harus
mengetahui usia anak tersebut. Untuk menghitung usia anak, kita
dapat mengikuti langkah-langkah berikut :
a. Tulis tanggal, bulan, dan tahun dilaksanakan test
b. Kurangi dengan cara bersusun tanggal, bulan, dan tahun kelahiran
anak
c. Jika jumlah hari yang dikurangi lebih besar, ambil jumlah hari
yang sesuai dari angka bulan didepannya
d. Hasilnya adalah usia anak dalam tahun,bulan, dan hari
e. Ubah usia anak ke dalam satuan bulan jika perlu
f. Jika pada saat pemeriksaan usia anak dibawah 2 tahun, anak lahir
kurang  dari 2 minggu atau lebih dari HPL, lakukan penyesuaian
prematuritas  dengan cara mengurangi umur anak dengan jumlah
minggu tersebut
Contoh :
Rumus menghitung umur anak (pelaksanaan tugas)
Hitung umur anak. Tanggal pemriksaan 15 Desemser 2004.
tanggal lahir anak adalah 10 September 2004
Jawab:
Tgl pemeriksaan       2004                12        15
Tgl lahir                    2004                  9        10
umur anak                                           3            5
                                                           (3 bln 5 hr)     
3.      Alat yang digunakan
a. Alat peraga :
benang wol merah, kismis/ manik-manik, Peralatan makan, peralatan
gosok gigi, kartu/ permainan ular tangga, pakaian, buku gambar/ kertas,
pensil, kubus warna merah-kuning-hijau-biru, kertas warna (tergantung
usia kronologis anak saat diperiksa).
b. Lembar formulir DDST II
uku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan
tes dan cara penilaiannya.
4.      Prosedur DDST terdiri dari 2 tahap, yaitu:
a. Tahap pertama: secara periodik dilakukan pada semua anak yang
berusia :
1) 3-6 bulan
2)    9-12 bulan
3)    18-24 bulan
4)    3 tahun
5)    4 tahun
6)    5 tahun
b. Tahap kedua: dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya
hambatan perkembangan pada tahap pertama. Kemudian
dilanjutkan dengan evaluasi diagnostik yang lengkap.
5.      Pelaksanaan test
Penting untuk anak :
a. Dibutuhkan kerjasama yang aktif dan anak sehingga anak
harus merasa aman dan senang
b. Anak tidak sedang sakit
c. Anak tidak ngantuk, lapar,haus, sedang marah, rewel
d. Ruangan cukup luas, cukup ventilasi dan kesan menyenangkan
bagi anak
e. Ajak anak bermain
Penting untuk orang tua:
a. Diberitahu bahwa ini bukan test IQ
b. Beritahu tujuan test
c. Beritahu ortu bahwa pemeriksaan tidak mengharapkan anak
dapat melakukan semua tugas yang diberikan kepada anak
Penting untuk pelaksana test
d. Item-item test sebaiknya disajikan secara fleksibel. Akan tetapi
lebih dianjurkan mengukuti petunjuk berikut :
1. Item yang kurang memerlukan keaktifan anak sebaiknya
didahulukan, misalnya sektor personal-sosial, baru
kemudian dilanjutkan dengan sector motorik halus-adaptif
2. Item yang lebih mudah didahulukan. Berikan pujian pada
anak jika ia dapat menyelesaikan tugas dengan baik, juga
saat ini mampu menyelesaikan tetapi kurang tepat. Ini
ditunjukan agar anak tidak segan untuk menjalani test
berikutnya
3. Item dengan alat yang sama sebaiknya dilakukan secara
berurutan agar penggunaan watu agar lebih efesien
4. Hanya alat-alat yang akan digunakan saja yang diletakan
diatas meja
5. Pelaksanaan test untuk semua sector dimulai dari item
yang terletak di sebelah kiri garis umur, lalu dilanjutkan ke
item di sebelah kanan garis umur
e. Jumlah item yang dinilai tergantung pada lama waktu tersedia,
yang terpenting pelaksanaanya mengacu pada tujuan test, yaitu
mengidentifikasi perkembangan anak dan menentukan
kemampuan anak yang relatif lebih tinggi
6.       Cara pengukuran :
a. Tentukan umur anak pada saat pemeriksaan
b. Tarik garik pada lembar DDST II sesuai dengan tahun umur yang
telah ditentukan
c. Lakukan pengukuran pada anak tiap komponen dengan batasan
garis yang ada milai dari motorik kasar, bahasa, motorik halus, dan
personal social
d. Tentuka hasil penilaian apakah normal, meragukan dan abnormal
e. Tetapkan umur kronologis anak, tanyakan tanggal lahir anak yang
akan diperiksa. Gunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12
bulan untuk satu tahun.
f. Jika dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke
bawah, jika sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas.
g. Tarik garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garis
horisontal tugas perkembangan pada formulir DDST.
h. Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan
berapa yang F.
i. Berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam: Normal,
Abnormal, Meragukan dan tidak dapat dites.
1)      Abnormal
a. Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor
atau lebih
b. Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih
keterlambatan Plus 1 sektor atau lebih dengan 1
keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada
yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis
vertikal usia
2)      Meragukan
a. Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih
b. Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan
pada sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak
yang berpotongan dengan garis vertikal usia.
3)      Tidak dapat dites
Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi
abnormal atau meragukan.
4)      Normal
Semua yang tidak tercantum dalam kriteria di atas. Pada anak-
anak yang lahir prematur,usia disesuaikan hanya sampai anak usia
2 tahun
7.     Cara penilaian
Cara melakukan penilaian DDST, peneliti menentukan usia
anak, kemudian menarik garis usia pada lembar DDST sesuai dengan
usia anak. Dilakukan tes pada keempat sektor yang dimulai dari item
pada sebelah kiri garis usia, kemudian mulai dilakukan pemeriksaan
pada keempat sektor yaitu personal sosial, motorik halus, bahasa dan
motorik kasar.
Setelah dilakukan tes, dilakukan penilaian, apakah Lulus (Passed
= P), gagal tetapi belum melampaui batas umur (Fail = F), gagal karena
sudah melampaui batas umur (Delay = D) ataukah anak tidak
mendapatkan kesempatan tugas atau anak menolak melakukan tugas
(No opportunity = NO). Setelah itu dihitung pada masing-masing sector,
berapa yang P, F, dan D,
8.      Penilaian test prilaku
Penilaian prilaku dilakukan setelah test selesai. Dengan
mengguanakan skala pada lembar test, penilaian ini dapat
membandingkan prilaku anak selama test dengan prilaku sebelumnya.
Kita boleh menanyakan kepada orang tua atau pengasuh apakah prilaku
anak selama test dengan prilaku sebelumnya, kita boleh menanyakan
kepada orang tua atau pengasuh apakag prilaku anak sehari-hari sama
dengan prilakunya saat itu, terkadang anak tengah dalam kondisi, sakit,
atau marah sewaktu menjalani tersebut. Jika demikian test dapat ditunda
dan dilanjutkan pada hari lain saat anak telah kooperatif
9.      Pemberian nilai untuk setiap itemnya
a)      L =lulus /lewat (P= pass). Anak dapat melalkukan item dengan baik
atau baik atau orang tua / pengasuh melaporkan secara terpercaya
bahwa anak dapat menyelesaikan item tersebut (item tertanda L)
b)      G= gagal (F=fail). Anak tidak dapat melakukan item dengan baik
atau orang tua / pengasuh melaporkan secara terpercaya bahwa anak
tidak dapat melakukan item tersebut (khusus yang bertanda L)
c)      M = menolak (R=refusal). Anak menolak atau melakukan test
untuk item tersebut. Penolakan dapat dikurangi dengan mengatakan
kepada anak apa yang harus dilakukanya (khususnya item tanpa
tanda L )
d)     Tak = tak ada kesempatan (NO opportunity). Anak tidak
mempunyai kesempatan untuk melakukan item kerena ada hambatan
(khusus item yang bertanda L )
10.  Penilaian Peritem
a.       Penilaian item “Lebih” (advance) nilai lebih tidak perlu
diperhatikan dalam penilaian test secara keseluruhan (karena
biasanya hanya dapat dilakukan oleh anak yang lebih tua)
b.      Penilaian itm “OK“ atau normal. Nilai tidak perlu di perhatikan
dalam penilaian test secara keseluruhan. Nilai OK dapat diberikan
pada anak dalam kondisi berikut :
  Anak “gagal” (G) atua “menolak” (M) melakukan tugas untuk item
disebelah kanan garis usia, kondisis ini wajar karena item disebelah
kanan garis usia pada dasarnya merupakan tugas untuk anak yang
lebih tua.
   Anak “Lulus” / Lewat (L), “Gagal” (G) atau “Menolak” (M)
melakukantugas untuk item didaerah putih kotak (daerah 25 %-
75%). Jika anak lulus, sudah tentu hal ini dianggap normal.
c.       Penilaian item P = peringkatan (C=caution)
Nilai “Peringatan” diberikan jika anak “Gagal” (G) atau
“Menolak” (M) melakukan tugas untuk item yang dilalui oleh garis
usia pada daerah gelap kotak (daerah 75% - 90%). Hal ini karena
hasil riset menunjukkan bahwa sebanyak 75% - 90% anak di usia
tersebut sudah berhasil (Lulus) melakukan tugas tersebut. Dengan
kata lain, mayoritas anak sudah bisa melaksanakan tugas dengan
baik
d.      Penilaian item T= “Terlambar” (D = Delayed).
Nilai “Terlambat” diberikan jika anak “Gagal” (G) atau
“Menolak” (M) melakukan tugas untuk item di sebelah kiri garis
usia sebab tugas tersebut memang ditujukan untuk anak yang lebih
muda. Seorang akan seharusnya mampu melakukan tugas untuk
kelompok usia yang lebih muda, yang tentunya berupa tugas-tugas
yang lebih ringan. Jika, tugas untuk anak yang lebih muda tidak
dapat dilakukan atau ditolak, anak tentu akan
mendapatkanpenilaian T (terlambat). Huruf T ditulis di sebelah
kanan item dengan hasil penilaian “Terlambat”.Perlu diperhatikan
bahwa ada dua macam T. Pertama, terlambat karena anak
mengalami kegagalan (G).T jenis ini memungkinkan anak
mendapat interpretasi penilaian akhir “Suspek”.Kedua, terlambat
karena anak menolak melaksanakan tugas (M). T jenis ini
memungkinkan anak mendapat interpretasi penilaian akhir “Tak
dapat diuji”
e.       Penilaian item “Tak ada kesempatan” (No Opportunity). Nilai
“Tak” ini tidak perlu diperhatikan dalam penilaian tes secara
keseluruhan.Nilai “Tak ada kesempatan” diberikan jika anak
mendapat skor “Tak” atau tidak ada kesempatan untuk mencoba
atau melakukan tes.
11. Petunjuk Pemakaian
1.      Usahakan anak tersenyum dengan memberikan senyum, berbicara
atau memberikan isyarat, jangan sentuh anak
2.    Anak harus melihat tangan beberapa detik
3.      Orang tua dapat membantu mengajari menyikat gigi dan menaruh
pasta gigi diatas sikat
4.    Anak tidak diharapkan mampu mengikat sepatu atau
mengancingkan/resleting dibelakang
5.      Gerakan benang perlahan dalam bentuk suatu lengkungan dari satu
sisi ke sisi yang lain
6.      Lulus jika anak mencoba melihat terus dimana benang menyilang,
benang harus dilepaskan dengan cepat dari tangan pemeriksa
7.      Lulus jika anak mengambil kismis dengan bagian ibu jari dan jari
8.      Menggaris dapat bervariasi hanya 30 derajat
9.      Buat kepalan dengan ibu jari yang menunjuk ke atas dan goyangkan
hanya ibu jari, lulus jika anak menirukan dan tidak menggerakan
semua jari lain selain ibu jari
10.  Lulus bila menggambar selain bentuk tertutup, gagal dalam
pergerakan yang terus menerus
11.  Garis mana yang lebih panjang ?(bukan lebih besar). Putar kertas
terbaik dan ulangi (lulus 3 dari 3 atau 5 dari 6)
12.  Lulus bila garis yang bersilang dekat dengan titik tengah
13.  Biarkan anak meniru dahulu, dan jika gagal perlihatkan
14.  Dalam memberikan nilai, setiap pasangan (2 lengan, 2 tungkai dll)
dihitung sebagai satu bagian
15.  Tempatkan satu kubus dalam gelas dan goyangkan perlahan dekat
telinga anak, tetapi jangan terlihat ulangi dengan telinga lain
16.  Tunjuk gambar dan minta anak menyebutkannya
17.  Dengan menggunakan boneka beritahu anak, tunjukan pada saya
hidung, mata,telinga, mulut, tangan, kaki, perut, rambut,
18.  Dengan menggunakan gambar, tanya kepada anak, yang mana yang
terbang ?berbunyi meong ? berbicara ?
19.  Tanyakan kepada anak apa yang kamu lakukan jika kamu sedang
kedinginan
20.  Lulus jika anak secara benar menempatkan dan mengatakan
beberapa bnyak balok pada kertas
Observasi :
Suatu garis digambar dari atas sampai bawah berdasarkan usia anak,
pemeriksa harus menguji masing-masing tonggak yang disilang
dengan garis ini. Setiap tongak mempunyai potongan yang
menunjukan presentase populasi “standar” yang harus mampu
melakukan tugas ini. Kegagalan dalam melakukan suatu hal yang
dilalui oleh 90 % anak-anak adalah signifikan, dua kegagalan dari
empat hal utama menunjukan keterlambatan perkembangan,
haruslah diketahui bahwa test ini merupakan alat skrening untuk
keterlambatan perkembangan, tetapi bukan test “intelegensia” 
Fungsional anak saat ini memberikan pengertian kedalam
karakteristik anak sekarang. Perkembangan bahasa, motorik, dan
sosial anak dan kematangannya direfleksikan dalam tingkah lakunya
sekarang. Tanyakan pertanyaan “ bagaimana anda melukiskan sifat
anak anda sebagai pribadi 
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2013. Konsep Asuhan Kebidanan edisi II. Jakarta :
Tridasi Printer.

. 2016. Pedoman Manajemen Kebidanan. Cetakan III. Jakarta.

. 2019. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Cetakan II. Jakarta.

Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta :
Salemba Medika.

Dinas Kesahatan Kota Mojokerto. 2019. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Cetakan
III. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Markum, A.H. 2011. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta FKUI.

Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yoyakarta : Fitah
Maya.

Purwoastuti dan Walyani. 2015. Konsep Kebidanan. Klaten : Pustaka Baru Press.
Steven, Robert. 2015. Buku Perawatan Untuk Bayi Dan Balita. Jakarta :
Arcan.
Sunaryo, Nano. 2015. Panduan Merawat Bayi dan Balita agar Tumbuh Sehat dan
Cerdas. Yogyakarta : Diva Press.

Yulifah dan Surachmindari. 2014. Konsep Kebidanan untuk Pendidikan


Kebidanan.Jakarta : Salemba Medika.
ASUHAN KEBIDANAN

PADA An”K” DENGAN TUMBUH KEMBANG BALITA FISIOLOGIS


DI RS DJATIROTO LUMAJANG

Tanggal Pengkajian : 17 Maret 2022 Jam : 08.00 WIB


Tempat : RS Djatiroto
Nama Pengkaji : Susi Putri Wulandari

I. PENGKAJIAN DATA
1. Identitas
Nama Anak : An.”K” Umur : 3 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : kaliboto lor 002/011 jatiroto

Nama Ibu : Ny.”S”


Umur : 30 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : diploma
Pekerjaan : swasta
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : kaliboto lor 002/011 jatiroto

Nama Suami :Tn.”R”


umur : 31 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : Diploma
Pekerjaan : Karyawan Swasta

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : kaliboto lor 002/011 jatiroto

II. SUBJEKTIF
1. Alasan datang
Ibu ingin memeriksakan pertumbuhan dan perkembangan anaknya.
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan tidak ada keluhan.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang : Ibu mengatakan anaknya tidak
sedang menderita penyakit kejang, TBC,panas,batuk, dan diare.
b. Riwayat kesehatan yang lalu : Ibu mengatakan anaknya tidak
pernah menderita penyakit kejang, TBC, dan diare
c. Riwayat kesehatan keluarga : Ibu mengatakan dalam keluarga
tidak ada yang menderita penyakit jantung, asma, darah tinggi, kencing
manis, dan TBC.
4. Riwayat Imunisasi
 BCG : 1x
 Hepatitis B : 1x
 DPT : 3x
 Polio : 4x
 Campak : 1x
 Boster DPT : 1x
 Boster Campak : 1x
5. Riwayat Persalinan
Ibu melahirkan di rumah sakit secara normal pada tanggal 2/2/2019
tidak ada komplikasi dan bayi lahir langsung menangis, tidak ada cacat
bawaan dan IMD berhasil dalam waktu 1 jam setelah lahir, dengan BB
bayi 3200 ,PB 50 , LD 33 cm, LK 34 cm.
6. Kebutuhan Sehari-hari Nutrisi
 Makanan
Frekuensi: 3x/ Hari Porsi : 1/4 Piring
Jenis makanan : Bervariasi(nasi,lauk-pauk,buah,sayur),kadang
biskuit,roti
Keluhan : Tidak ada
Minuman
Jumlah : 6-7 gelas kecil/hari
Jenis minuman: Air Putih + susu (pagi dan malam)
Keluhan : Tidak Ada
 Eliminasi
b. BAB
Frekuensi : 1-2x/Hari Konsistensi: Lembek
Warna : Kuning Khas feces
Bau :khas feces
Keluhan : Tidak Ada
c. BAK
Frekuensi : 4-5x/Hari
Konsistensi :Cair
Warna : Kuning Jernih
Bau :Khas urin
Keluhan : Tidak Ada
 Istirahat dan Tidur
Tidur Siang : ±4Jam Keluhan : Tidak ada Tidur Malam : ±10jam
Keluhan : Tidak ada
 Personal hygine
Mandi : 3x/hari atau setiap basah+Kotor

Ganti Baju : 3x/hari atau setiap basah+Kotor

Sikat gigi : 2x/hari

Keramas :2x/3hari
 Aktifitas sehari-hari
Pergerakan : Normal Keaktifan
: Aktif
Keluhan : Tidak Ada
III.OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmenthis
Tanda-tanda vital
Nadi : 124x/Menit
RR : 42x/Menit
Suhu : 36,9ºC
Tinggi Badan : 96 cm
Berat Badan : 13,4 kg
Lingkar Kepala :49 cm
Lila : 14,5 cm

5. Pemeriksaan Fisik
Kepala : rambut tidak rontok, kulit kepala bersih

Muka : Tidak pucat, tidak ada oedema

Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih

Hidung : Simetris, tidak ada polip, tidak ada sekret

Mulut : Mulut simetris, bibir lembab, tidak labiosisis, tidak

labipalatosisis.

Telinga : Simetris, tidak ada penumpukan serumen

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, limfe, dan vena

jugularis

Dada : Simetris, pernapasan dada teratur, tidak ada retraksi

dinding dada

Pulmo/COR : Tidak ada wheezing, ronkhi, dan stridor

Abdomen : Bulat, tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak ada benjolan

abnormal
Genetalia : tidak dilakukan pemeriksaan

Punggung : Tidak ada benjolan atau kelainan tulang belakang

Anus : Tidak dilakukan pemeriksaan

Ekstremitas : Simetris, tungkai bergerak aktif, tidak ada kelainan

Kulit : Lembab, tugor kulit baik

6. Pemeriksaan penunjang

-
7. Pemeriksaan perkembangan Anak Umur 3 tahun
1) Anak dapat menunjukkan dan menyebut nama bagian tubuh
2) Anak bisa meniru perkataan yang diucapkan ibu atau orang
terdekatnya
3) Anak bisa menirukan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu
dan mengelap
4) Anak bisa melepas pakaian sendiri
5) Anak bisa berdiri dengan satu kaki
6) Anak bisa menggambar lurus
7) Anak bisa berbicara dengan baik menggunakan dua kata
8) Anak bisa menyebut warna dan angka
9) Anak Sering mengulang kalimat yang dia mengerti
10) Anak Mulai banyak mengajukan banyak pertanyaan tentang apa
yang menarik perhatiannya.

IV. ANALISA
An. “K” Umur 3 tahun dengan pemeriksaan tumbuh kembang anak

IV. PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan pada ibu tentang keadaan anak baik yaitu berat badan
dan tinggi badan normal karena sesuai dengan usianya dan angka
kecukupan gizi yaitu berat badan 13-14 kg dan tinggi badan 80-91
cm.
e/ ibu mengerti penjelasan petugas
2. Menjelaskan pada ibu tentang asupan nutrisi anaknya dengan
memberi anak makan makanan yang bergizi yaitu makan tiga kali
sehari dengan menu nasi, sayur dan lauk, serta tambahan susu, buah
dan air yang cukup agar anak tidak dehidrasi.
e/ ibu mengerti dan bisa mengulang penjelasan petugas

3. Menjelaskan pada ibu tentang pertumbuhan dan perkembangan


anaknya serta memberikan stimulasi lanjutan yaitu BB meningkat
sesuai dengan usia dan angka kecukupan gizi serta perkembangan
anak sesuai dengan umur.

e/ Ibu bisa menjelaskan ulang lewat kartu KMS dan KIA anaknya.
4. Menjelaskan pada ibu tentang kebutuhan anaknya yaitu
memberikan imunisasi tambahan untuk menambah kekebalan tubuh
misalnya imunisasi meningitis, tambahan asupan vitamin untuk
menjaga daya tahan tubuh serta susu sebagai tambahan asupan
kalsium.
e/ibu mengerti dan mau membawa anak untuk melakukan imunisasi
tambahan.
5. Menjelasakan pada ibu tentang bahaya pada anaknya yaitu demam
tinggi. Suhu tubuh normal anak balita yaitu 36.5 0 - 37.50 Celcius, sehingga
apabila suhu tubuh anak melebihi 37.50 Celcius, maka anak tersebut
mengalami demam.
e/ibu mengerti dan memahami penjelasan dari petugas.
6. Menjelaskan pada ibu tentang aktivitas anaknya yaitu dengan
memberikan mainan boneka, puzzle, masak-masakan untuk
merangsang sifat feminim dan rangsangan saraf motorik pada anak.
e/ibu mengerti,dan bersedia memberikan mainan kepada anaknya.
7. Menganjurkan pada ibu untuk kunjungan ulang satu bulan yang
akan datang dan jika saat anak dalam keadaan bahaya atau saat ada
keluhan. Jangan lupa selalu memakai masker saat berkunjung ke
fasilitas kesehatan
e/ibu mengerti dan bersedia kunjungan ulang
LEMBAR KONSULTASI AKADEMIK DAN RUANGAN

Nama : susi putri wulandari Ruangan : Poli Anak RS Djatiroto


NIM : 15901.03.21038 Kasus : Balita Fisiologis

Hari / Paraf
No Masukan
tanggal Ci Lapangan Ci Akademik
1.

Anda mungkin juga menyukai