Disusun Oleh:
ASUHAN KEBIDANAN
NIM : 15901.03.21016
Mahasiswa
Mengetahui,
Kata dasar dari pranikah ialah “nikah” yang merupakan ikatan (akad) perkawinan
yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran agama.Imbuhan kata pra
yang memiliki makna sebelum, sehingga arti dari pranikah adalah sebelum menikah
atau sebelum adanyanya ikatan perkawinan (lahir batin) antara seorang pria dan
adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami
istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dengan batas usia 19 tahun untuk laki-laki
dan 16 tahun untuk perempuan. Akat tetapi, berdasarkan UU No. 35 tahun 2014
tentang perubahan atas UU No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, usia
kurang dari 18 tahun masih tergolong anak-anak. Oleh karena itu, BKKBN
memberikan batasan usia pernikahan 21 tahun bagi perempuan dan 25 tahun untuk
pria.Selain itu, umur ideal yang matang secara biologis dan psikologis adalah 20 – 25
tahun bagi wanita dan umur 25 – 30 tahun bagi pria (BKKBN, 2017). Sedangkan,
Keterangan:
BB = Berat Badan (kg)
TB = Tinggi Badan (m)
Dari hasil perhitungan tersebut dapat diklasifikasikan status
gizinya sebagai berikut:
Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi berdasarkan IMT
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4
Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
Sumber: Depkes, 2011; Supariasa, dkk, 2014.
Jika seseorang termasuk kategori :
1. IMT < 17,0: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat
badan tingkat berat atau Kurang Energi Kronis (KEK) berat.
2. IMT 17,0 – 18,4: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan
berat badan tingkat ringan atau KEK ringan (Depkes, 2011).
Menurut Supariasa, dkk (2014), pengukuran LLA pada kelompok
Wanita Usia Subur (usia 15 – 45 tahun) adalah salah satu deteksi dini yang
mudah untuk mengetahui kelompok berisiko Kekurangan Energi Kronis
(KEK). Ambang batas LLA WUS dengan risiko KEK di Indonesia adalah
23,5 cm. Apabila LLA< 23,5 cm atau dibagian merah pita LLA, artinya
wanita tersebut mempunyai risiko KEK, dan diperkirakan akan melahirkan
berat bayi lahir rendah (BBLR), BBLR mempunyai risiko kematian, gizi
kurang, gangguan pertumbuhan, dan perkembangan anak (Supariasa, dkk,
2014).
a. Pemeriksaan penunjang
Pelayanan kesehatan yang dilakukan berdasarkan indikasi
medis, terdiri atas pemeriksaan darah rutin, darah yang dianjurkan, dan
pemeriksaan urin yang diuraikan sebagai berikut (Kemenkes, 2015):
1) Pemeriksaan darah rutin
Meliputi pemeriksaan hemoglobin dan golongan
darah.Pemeriksaan hemoglobin untuk mengetahaui status anemia
seseorang.Anemia didefinisikan sebagai berkurangnya satu atau
lebih parameter sel darah merah: konsentrasihemoglobin,
hematokrit atau jumlah seldarah merah. Menurut kriteria WHO
anemiaadalah kadar hemoglobin di bawah 13 g%pada pria dan di
bawah 12 g% pada wanita. Berdasarkan kriteria WHO yang
direvisi/ kriteria National Cancer Institute, anemia adalahkadar
hemoglobin di bawah 14 g% pada priadan di bawah 12 g% pada
wanita. Kriteria ini digunakan untuk evaluasi anemia pada
penderita dengan keganasan. Anemia merupakan tanda adanya
penyakit.Anemia selalu merupakankeadaan tidak normal dan harus
dicaripenyebabnya (Oehadian, 2012). Anemia defisiensi zat besi
dan asam folat merupakan salah satu masalah masalah kesehatan
gizi utama di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia (Ringoringo,
2009). Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg
besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia
(Fatimah, 2011).
2) Pemeriksaan darah yang dianjurkan
Meliputi gula darah sewaktu, skrining thalassemia, malaria
(daerah endemis), hepatitis B, hepatitis C, TORCH (Toxoplasma,
rubella, ciromegalovirus, dan herpes simpleks), IMS (sifilis), dan
HIV, serta pemeriksaan lainnya sesuai dengan indikasi.
a) Pemeriksaan gula darah
Kadar gula darah yang tinggi atau penyakit diabetes
dapat mempengaruhi fungsi seksual, mesnstruasi tidak teratur
(diabetes tipe 1), meningkatkan risiko mengalami Polycystic
ovarian syndrome (PCOS) pada diabetes tipe 2, inkontensia
urine, neuropati, gangguan vaskuler, dan keluhan psikologis
yang berpengaruh dalam patogenesis terjadinya penurunan
libido, sulit terangsang, penurunan lubrikasi vagina, disfungsi
orgasme, dan dyspareunia. Selain itu diabetes juga berkaitan
erat dengan komplikasi selama kehamilan seperti
meningkatnya kebutuhan seksio sesarea, meningkatnya risiko
ketonemia, preeklampsia, dan infeksi traktus urinaria, serta
meningkatnya gangguan perinatal (makrosomia, hipoglikemia,
neonatus, dan ikterus neonatorum) (Kurniawan, 2016).
b) Pemeriksaan hepatitis
Penyakit yang menyerang organ hati dan disebabkan
oleh virus hepatitis B, ditandai dengan peradangan hati akut
atau menahin yang dapat berkembang menjadi sirosis hepatis
(pengerasan hati) atau kanker hati.Gejala hepatitis B adalah
terlihat kuning pada bagian putih mata dan pada kulit, mual,
muntah, kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan, dan
demam.Dampak hepatitis B pada kehamilan dapat
menyebabkan terjadinya abortus, premature, dan IUFD.Dapat
dicegah dengan melaksukan vaksinasi dan menghindari hal-
hal yang menularkan hepatitis B (Kemenkes, 2017). Cara
penularan hepatitis B melalui darah atau cairan tubuh yang
terinfeksi, hubungan seksual dengan penderita hepatitis B,
penggunaan jarum sutik bersama, dan proses penularan dapat
ditularkan dari ibu hamil penderita hepatitis B ke janinnya.
c) Pemeriksaan TORCH
Suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi
toxoplasma gondii, rubella, cytomegalovirus (CMV), dan
herpes simplex virus II (HSV II). Dapat ditularkan melalui:
(i) Konsumsi makanan dan sayuran yang tidak terlalu
bersih dan tidak dimasak dengan sempurna atau
setengah matang
(ii) Penularan dari ibu ke janin
(iii) Kotoran yang terinfeksi virus TORCH (kucing,
anjing, kelelawar, burung
Dampak TORCH bagi kesehatan dapat menimbulkan
masalah kesuburan baik wanita maupun laki-laki sehingga
menyebabkan sulit terjadinya kehamilan, kecacatan janin,
dan risiko keguguran, kecacatan pada janin seperti kelainan
pada syaraf, mata, otak, paru, telinga, dan terganggunya
fungsi motoric.
d) Pemeriksaan IMS (Infeksi Menular Seksual)
Penyakit infeksi yang dapt ditularkan melalui hubungan
seksual. Penyakit yang tergolong dalam IMS seperti
sifilis,gonorea, klamidia, kondiloma akuminata, herpes
genitalis, HIV, dan hepatitis B, dan lain-lain. Gejala umum
infeksi menular seksual (IMS) pada perempuan:
1) Keputihan dengan jumlah yang banyak, berbau, berwarna,
dan gatal
2) Gatal di sekitar vagina dan anus
3) Adanya benjolan, bintil, kulit, atau jerawat di sekitar vagina
atau anus
4) Nyeri di bagian bawah perut yang kambuhan, tetapi tidak
berhubungan dengan menstruasi
5) Keluar darah setelah berhubungan seksual
6) Demam
Gejala umum infeksi menular seksual pada laki-laki:
1) Kencing bernanah, sakit, perih atau panas ppada saat
kencing
2) Adanya bintil atau kulit luka atau koreng sekitar penis dan
selangkangan paha
3) Pembengkakan dan sakit di buah zakar
4) Gatal di sekitar alat kelamin
5) Demam
Dampak infeksi menular seksual yaitu kondisi
kesehatan menutun, mudah tertular HIV/AIDS. Mandul,
keguguran, hamil di luar kandungan, cacar bawaan janin,
kelainan penglihatan, kelainan syaraf, kanker serviks, dan
kanker organ seksual lainnya.
e) Pemeriksaan HIV
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus
yang menyerang dan melemahkan sistem pertahanan tubuh
untuk melawan infeksi sehingga tubuh mudah tertular
berbagai penyakit.AIDS (Acquire Immuno Deficiency
Syndrome) adalah sekumpulan gejala dan tanda penyakit
akibat menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh
HIV.Seseorang yang menderita HIV, tiak langsung menjadi
AIDS dalam kurun waktu 5 – 10 tahun. Penularan HIV di
dapatkan di dalam darah dan cairan tubuh lainnya (cairan
sperma, cairan vagina, dan air susu ibu). Cara penularan
HIV melalui:
1. Hubungan seksual dengan orangyang telah terinfeksi
HIV.
2. Penggunaaan jarum suntik bersama-sama dengan orang
yang sudah terinfeksi HIV (alat suntik, alat tindik, dan
alat tato).
3. Ibu yang terinfeksi HIV ke bayi yang dikandungnya.
Penularan dapat terjadi selama kehamilan, saat
melahirkan, dan saat menyusui
4. Transfusi darah atau produk darah lainnya yang
terkontaminasi HIV.
Semua orang bisa berisiko tertular HIV, tetapi risiko tinggi
terdapat pada pekerja seksual, pelanggan seksual,
homoseksual (sesame jenis kelamin), dan penggunaan
narkoba suntik. Cara pencegahan penularan HIV – AIDS
dapat dilakukan dengan ABCDE yaitu:
Abstinence(tidak berhubungan seksual)
Be faithful(saling setia, tidak berganti pasangan)
Use Condom(menggunakan kondom jika memiliki
perilaku seksual berisiko)
No Drugs(tidak menggunakan obat-obat terlarang,
seperti narkotika, zat adiktif, tidak berbagi jarum
(suntik, tindik, tato) dengan siapapun.
Education(membekali informasi yang benar tentang
HIV/AIDS)
3) Pemeriksaan urin rutin
Urinalissis atau tes urin rutin digunakan untuk
mengetahui fungsi ginjal dan mengetahui adanya infeksi pada
ginjal atau saluran kemih.
a. Pemberian imunisasi
Pemberian imunisasi dilakukan dalam upaya
pencegahan dan perlindungan terhadap penyakit tetanus,
sehingga akan memiliki kekebalan seumur hidup untuk
melindungi ibu dan bayi terhadap penyakit tetanus.
Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) dilakukan untuk
mencapai status T5 hasil pemberian imunisasi dasar dan
lanjutan. Status T5 sebagaimana dimaksud ditujukkan agar
wanita usia subur memiliki kekebalan penuh. Dalam hal
status imunisasi belum mencapai status T5 saat pemberian
imunisasi dasar dan lanjutan, maka pemberian imunisasi
tetanus toxoid dapat dilakukan saat yang bersangkutan
menjadi calon pengantin.
Tabel 2.2 Perlindungan Status Imunisasi TT
Status Interval Pemberian Lama Perlindungan
TT
TT 1 Langkah awal
pembentukan kekebalan
tubuh terhadap penyakit
Tetanus
TT II 4 minggu setelah TT 1 3 tahun
TT III 6 bulan setelah TT II 5 tahun
TT IV 1 tahun setelah TT III 10 tahun
TT V 1 tahun setelah TT IV >25 tahun *)
Sumber: Kemenkes, 2017
Yang dimaksud dengan masa perlindungan > 25 tahun
adalah apabila telah mendapatkan imunisasi TT lengkap
mulai dari TT 1 sampai TT 5.
Tabel 2.3 Skrining Status TT Wanita Usia Subur
No. Riwayat Pernah / Tidak Di Kesimpulan
Imunisasi TT imunisasi DPT/DPT- Status TT
HB/Dt/Td/TT
A. Riwayat Imunisasi
DPT-HB saat bayi:
Bayi yang lahir
mulai tahun 1990
status TTnya
dihitung TT II
B. Riwayat BIAS
1 Untuk WUS
yag lahir
antara tahun
1973 s.d 1976
a. Kelas 6 (2
dosis)
2 Untuk WUS
yang lahir
antara 1977
s/d 1987
a. Kelas 6 (2
dosis)
b. Kelas 6 (2
dosis)
3 Untuk WUS
yang lahir
tahun 1988
a. Kelas 1
b. Kelas 5
c. Kelas 6
4 Untuk WUS
yang lahir
tahun 1989
a. Kelas 1
b. Kelas 4
c. Kelas 5
d. Kelas 6
5 Untuk WUS
yang lahir
tahun 1990
a. Kelas 1
b. Kelas 3
c. Kelas 4
d. Kelas 5
e. Kelas 6
6 Untuk WUS
yang lahir
tahun 1991
a. Kelas 1
b. Kelas 2
c. Kelas 3
d. Kelas 4
7 Untuk WUS
yang lahir
tahun 1992
s/d sekarang
a. Kelas 1
b. Kelas 2
c. Kelas 3
C Saat Calon
Pengantin
D Saat Hamil
a. Hamil 1
b. Hamil 2
c. Hamil 3
d. Hamil 4
E Lain-lain
(Kegiatan
Kampanye/Ori
Difteri)
Contoh: saat SMA
tahun 2003 – 2005,
dan akselerasi
WUS di Bangkalan
dan Sumenep
(2009 – 2010), Ori
Difteri 2011, Sub
PIN Difteri 2012
Sumber: Kemenkes, 2014
Keterangan tabel:
a. Bagi WUS yang lahir sebelum tahun 1973, pertanyaan
yang diajukan hanya pada riwayat calon pengantin (C),
Hamil (D), dan lain-lain (E).
b. Vaksinasi DPT 3 dosis dimulai sejak 1977 s.d sekarang
c. Vaksinasi anak SD/MI (BIAS) DT dan TT tahun 1984
– 1997: kelas 1 laki-laki dan perempuan (DT 2 dosis)
dan kelas 6 perempuan
d. Vaksinasi anak SD/MI (BIAS) DT dan TT tahun 1998
– 2000: kelas 1 (DT) s/d 2 – 6 (TT)
e. Vaksinasi anak SD/MI (BIAS) DT dan TT tahun 2001
– sekarang: kelas 1, 2, dan 3.
f. Vaksinasi catin dan ibu hamil (2 dosis) dimulai sejak
tahun 1984 s/d 2000 – tahun 2001 s/d sekarang harus
diskrining terlebih dahulu
g. Interval minimal pemberian TT: TT 1 ke TT 2 = 4
minggu, TT 2 ke TT 3 = 6 bulan, TT 3 ke TT 4 = 1
tahun, TT 4 ke TT 5 = 1 tahun.
b. Suplementasi gizi
Peningkatan status gizi calon pengantin terutama
perempuan melalui penanggulangan KEK (Kekurangan
Energi Kronis) dan anemia gizi besi, serta defisiensi asam
folat. Dilaksanakan dalam bentuk pemberian edukasi gizi
seimbang dan tablet tambah darah.
c. Konseling / konsultasi kesehatan pranikah
Konseling pranikah dikenal dengan sebutan
pendidikan pranikah, konseling edukatif pranikah, terapi
pranikah, maupun program persiapan pernikahan.
Konseling pranikah merupakan suatu proses konseling
yang diberikan kepada calon pasangan untuk mengenal,
memahami dan menerima agar mereka siap secara lahir
dan batin sebelum memutuskan untuk menempuh suatu
perkawinan (Triningtyas, dkk, 2017).
Bimbingan konseling pra nikah merupakan kegiatan
yang diselenggarakan kepada pihak-pihak yang belum
menikah, sehubungan dengan rencana pernikahannya.
Pihak - pihak tersebut datang ke konselor untuk membuat
keputusannya agar lebih mantapdan dapat melakukan
penyesuaian di kemudian hari secara baik (Latipun, 2010).
Konseling pernikahan atau yang biasa disebut marriage
counseling) merupakan upaya membantu pasangan calon
pengantin. Konseling pernikahan ini dilakukan oleh
konselor yang professional. Tujuannya agar mereka dapat
berkembang dan mampu memecahkan masalah yang
dihadapinya melalui cara - cara yang saling menghargai,
toleransi, dan komunikasi, agar dapat tercapai motivasi
berkeluarga, perkembangan, kemandirian, dan
kesejahteraan seluruh anggota keluarganya (Willis, 2010).
Konseling pernikahan juga disebut dengan terapi
untuk pasangan yang akan menikah. Terapi tersebut
digunakan untuk membantu pasangan agar saling
memahami, dapat memecahkan masalah dan konflik
secara sehat, saling menghargai perbedaan, dan dapat
meningkatkan komunikasi yang baik (Kertamuda, 2010).
Bimbingan konseling pra nikah mempunyai objek yaitu
calon pasangan suami istri dan anggota keluarga calon
suami istri. Calon suami istri atau lebih tepatnya pasangan
laki-laki dan perempuan yang dalam perkembangan
hidupnya baik secara fisik maupun psikis sudah siap dan
sepakat untuk menjalin hubungan ke jenjang yang lebih
serius (pernikahan). Anggota keluarga calon suami istri
yaitu individu - individu yang mempunyai hubungan
keluarga dekat, baik dari pihak suami maupun istri
(Zulaekha, 2013).
Menurut Kemenkes (2015), informasi pranikah yang
dibutuhkan sebelum memasuki jenjang pernikahan
meliputi:
1. Kesehatan reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat
secara fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak
semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang
berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi.
Catin perlu mengetahui mengetahui informasi
kesehatan reproduksi untuk menjalankan proses fungsi
perilaku reproduksi yang sehat dan aman.
Catin perempuan akan menjadi calon ibu yang
harus mempersiapkan kehamilannya agar dapat
melahirkan anak yang sehat dan berkualitas. Catin laki-
laki akan menjadi calon ayah yang harus memiliki
kesehatan yang baik dan berpartisipasi dalam
perencanaan keluarga, seperti menggunakan alat
kontrasepsi serta mendukung kehamilan dan persalinan
yang aman. Laki-laki dan perempuan mempunyai risiko
masalah kesehatan reproduksi terhadap penularan
penyakit. Perempuan lebih rentan terhadap masalah
kesehatan reproduksi yang terjadi pada saat
berhubungan seksual,hamil, melahirkan, nifas,
keguguran, dan pemakaian alat kontrasepsi, karena
struktur alat reproduksinya lebih rentan secara sosial
maupun fisik terhadap penularan infeksi menular
seksual. Laki-laki dan perempuan mempunyai hak dan
kewajiban yang sama untuk menjaga kesehatan
reproduksi.
2. Hak dan kesehatan reproduksi seksual
Hak asasi manusia yang dimiliki oleh setiap laki-
laki dan perempuan yang berkaitan dengan kehidupan
reproduksinya.Hak inii menjamin setiap pasangan dan
individu untuk memutuskan secara bebas dan
bertanggung jawab mengenai jumlah, jarak, dan waktu
memiliki anak serta untuk memperoleh informasi
kesehatan reproduksi. Informasi yang perlu diketahui
natra lain:
Kesehatan reproduksi, permasalahan, dan cara
mengatasinya.
Penyakit menular seksual, agar perempuan dan laki-
laki terlindung dari infeksi meular seksual (IMS),
HIV – AIDS, dan infeksi saluran reproduksi (ISR),
serta memahami cara penularannya, upaya
pencegahan, dan pengobatan.
3. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) yang aman,
efektif, terjangkau, dapat diterima, sesuai dengan
pilihan, dan tanpa paksaan serta mengetahui dan
memahami efek samping dan komplikasi dari masing-
masing alat dan obat kontrasepsi.
Catin laki-laki dan perempuan berhak mendapatkan
pelayanan kesehatan reproduksi yang dibutuhkan.
Catin perempuan berhak mendapatkan pelayanan
kesehatan reproduksi yang dibutuhkan agar sehat
dan selamat dalam menjalani kehamilan, persalinan,
nifas, serta memperoleh bayi yang sehat.
Hubungan suami istri harus didasari rasa cinta dan
kasih sayang, saling menghargai dan menghormati
pasangangan, serta dilakukan dalam kondisi dan
waktu yang diinginkan bersama tanpa unsur
pemaksaan, ancaman, dan kekerasan
Perilaku yang harus dihindari dalam aktivitas seksual antara
lain:
Melakukan hubungan seksual pada saat menstruasi dan
masa nifas
Melakukan hubungan seksual melalui dubur dan mulut
karena berisiko dalam penularan penyakit dan
merusakorgan reproduksi.
4. Kesetaraan gender dalam kesehatan reproduksi
Gender adalah pembagian dalam peran
kedudukan dan tugas antara laki-laki dan perempuan
yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat laki-
laki dan perempuan yang dianggap pantas sesuai
norma, adat istiadat, kepercayaan atau kebiasaan
masyarakat. Kesetaraan gender adalah suatu dan
kondisi (kualitas hidup) adalah sama, laki-laki dan
perempuan bebas mengembangkan kemampuan
personil mereka dan membuat pilihan-pilihan tanpa
dibatasi oleh stereotip, peran gender yang kaku.
Penerapan kesetaraan gender dalam pernikahan:
a. Pernikahan yang ideal dapat terjadi ketika
perempuan dan laki-laki dapat saling menghormati
dan menghargai satu sama lain, misalnya:
Dalam mengambil keputusan dalam rumah tangga
dilakukan secara bersama dan tidak memaksakan
ego masing-masing
Suami-istri saling membantu dalam pekerjaan rumah
tangga, pengasuhan, dan pendidikan anak.
Kehamilan merupakan tanggung jawab bersama
laki-laki dan perempuan.
Laki-laki mendukung terlaksananya pemberian ASI
eksklusif
b. Pernikahan yang bahagia harus terbatas dari hal-hal
di bawah ini :
Kekerasan secara fisik (memukul, menampar,
menjambak rambut, menyudut dengan rokok,
melukai, dan lain-lain)
Kekerasan secara psikis (selingkuh, menghina,
komentar-komentar yang merendahkan, membentak,
mengancam, dan lain-lain)
Kekerasan seksual
Penelantaran rumah tangga.
c. Cara merawat organ reproduksi
Untuk menjaga kesehatn dan fungsi organ
reproduksi perlu dilakukan perawatan baik pada
laki-laki dan perempuan, antara lain:
Pakaian dalam diganti minimal 2 kali sehari.
Menggunakan pakaian dalam yang menyerap
keringat dan cairan.
Bersihkan organ kelamin sampai bersih dan kering.
Menggunakan celana yang tidak ketat
Menjaga kebersihan organ kelamin
Membersihkan organ kelamin setelah BAK dan
BAB
Cara merawat organ reproduksi perempuan antara lain:
Bersihkan organ kelamin dari depan ke belakang
dengan menggunakan air bersih dan dikeringkan.
Sebaiknya tidak menggunakan cairan pembilas
vagina karena dapat membunuh bakteri baik dalam
vagina dan memicu tumbuhnya jamur.
Pilihlah pembalut berkualitas yang lembut dan
mempunyai daya serap tinggi. Jangan memakai
pembalut dalam waktu lama. Saat menstruasi, ganti
pembalut sesering mungkin.
Jika sering keputihan, berbau, berwarna, dan terasa
gatal, serta keluhan organ reproduksi lainnya segera
memeriksakan diri ke petugas kesehatan.
Cara merawat organ reproduksi laki-laki antara lain:
a. Menjaga kebersihan organ kelamin
b. Dianjurkan sunat untuk menjaga kebersihan kulup
kulit luar yang menutup penis.
c. Jika ada keluhan pada organ kelamin dan daerah
sekitar kelamin segera memeriksakan diri ke
petugas kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Dinkes Prov. Jawa Timur. 2015. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
Surabaya: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
Felicia, dkk. 2015. Hubungan Status Gizi dengan Siklus Menstruasi pada Remaja
Putri di PSIK FK Unsrat Manado. Ejournal Keperawatan (e-Kp). 3 (1):
1 – 7.
Sa’adah, N., dkk. 2016. Hubungan Karakteristik dan Perilaku Berisiko Pasangan
Infertil di Klinik Fertilitas dan Bayi Tabung Tiara Citra Rumah Sakit
Putri Surabaya.Jurnal Biometrika dan Kependudukan. 5 (1): 61 – 69.
Sari, F., dkk. 2013. Kesiapan Menikah pada Dewasa Muda dan Pengaruhnya
terhadap Usia Menikah.Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. 6 (3): 143
– 153.
Uliyah, dkk. 2010. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia (KDM). Jakarta:
Salemba Medika.
Identitas :
Nama Catin wanita : Nn. S Nama catin pria: Tn. P
Umur : 23 Tahun Umur : 27 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : D3
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Dsn.Krajan Alamat : Dsn. Krajan
Desa Kaliboto Lor Jatiroto Desa Rojopolo Jatiroto
Lumajang Lumajang
SUBJEKTIF :
Klien mengatakan ingin periksa kesehatan sebelum menikah dan Tanya –
Tanya soal persiapan pernikahan, haid terakhir tanggal 10 – 11 – 2021
OBJEKTIF :
1. Pemeriksaan Umum
Catin Wanita Catin Laki – Laki
a. Keadaan Umum : Baik a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis b. Kesadaran : Composmentis
c. Antropometri : c. Antropometri :
BB : 54 kg BB : 60 kg
TB : 150 cm TB : 168 cm
IMT : 24,5 kg/m²
Lila : 26 cm
d. Tanda – tanda vital: d. Tanda – tanda vital :
TD : 113/60 MmHg TD : 123/81 MmHg
N : 89x/mnt N : 92 x/mnt
RR : 20 x/mnt RR : 20x/mnt
2. Pemeriksaan Fisik
Catin Wanita
Abdomen : tidak ada massa, tidak nyeri tekan, fundus tidak teraba,
tidak ada bekas luka operasi.
3. Pemeriksaan Penunjang
Catin Wanita Catin Laki – Laki
Hb : 11 gr% Hb : 12 gr%
Golda : O Golda : B
Pp test : -
ANALISA :
Nn “ S ” usia 23 th pada pasangan pranikah dengan Perencanaan kehamilan
PENATALAKSANAAN :