Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH DAN PRAKONSEPSI

PADA NN “A” DENGAN IMUNISASI TT PRANIKAH


DI PUSKESMAS PASRUJAMBE KABUPATEN LUMAJANG

DISUSUN OLEH :
ROMLAH NUR ASIH
15901.04.22097

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH DAN PRAKONSEPSI


PADA NN “A” DENGAN IMUNISASI TT PRANIKAH
DI PUSKESMAS PASRUJAMBE KABUPATEN LUMAJANG

Telah disetujui dan disahkan pada

Hari/Tanggal : November 2022

Disusun Oleh:

ROMLAH NUR ASIH

15901.04.22097

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Pembimbing Lapangan

Bd. Tutik Hidayati.,SST,.M.Keb Farianingsih, SST.M.Kes


LAPORAN PENDAHULUAN

1. Pengertian Pranikah
Kata dasar dari pranikah ialah “nikah” yang merupakan ikatan (akad) perkawinan
yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran agama. Imbuhan kata pra
yang memiliki makna sebelum, sehingga arti dari pranikah adalah sebelum menikah
atau sebelum adanyanya ikatan perkawinan (lahir batin) antara seorang pria dan wanita
sebagai suami istri (Setiawan, 2017). Menurut Erlita (2020), Pranikah adalah masa
sebelum adanya perjanjian antara laki-laki dan perempuan, tujuannya untuk bersuami
istri dengan resmi berdasarkan undang-undang perkawinan agama maupun pemerintah.
Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2019 tentang perkawinan, perkawinan
adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dengan batas usia 19 tahun untuk Pria dan
Wanita. Akan tetapi BKKBN memberikan batasan usia pernikahan 21 tahun bagi
perempuan dan 25 tahun untuk pria. Hal ini dikarenakan umur ideal yang matang
secara biologis dan psikologis adalah 20 – 25 tahun bagi wanita dan umur 25 – 30
tahun bagi pria (BKKBN, 2017).

2. Tujuan Asuhan Pranikah


Secara umum, asuhan pranikah bertujuan agar individu mempersiapkan dan
mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya dalam memasuki
jenjang pernikahan, menyesuaikan diri dengan lingkungan keluarga dan masyarakat,
serta mengatasi hambatan dan kesulitan menghadapi jenjang pernikahan.
Secara khusus, tujuan pemberian asuhan pranikah adalah untuk membantu
individu mempersiapkan diri menuju pernikahan yang meliputi aspek:
a. Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan
ketakwaan kepada Allah SWT
b. Memiliki akhlakul karimah sebagai calon ibu dan calon ayah, melaksanakan serta
memelihara hak dan kewajibannya masing-masing
c. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif baik
terkait kelebihan maupun kelemahan fisik dan psikis pasangannya
d. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif
e. Menjamin kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan
berkualitas
f. Mengurangi angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi baru lahir
g. Menjamin tercapainya kualitas hidup dan pemenuhan hak-hak reproduksi
h. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi
baru lahir yang bermutu, aman, dan bermanfaat sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.

3. Persiapan Pranikah
Dalam Pelatihan Peer Konselor Kota Depok (2011) dan Kemenkes (2015),
persiapan pernikahan meliputi kesiapan fisik, kesiapan mental/psikologis dan kesiapan
sosial ekonomi.
a. Kesiapan Fisik
Secara umum, seorang individu dikatakan siap secara fisik apabila telah selesai
fase pertumbuhan tubuh yaitu sekitar usia 20 tahun. Persiapan fisik pranikah
meliputi pemeriksaan status kesehatan, status gizi, dan laboratorium (darah rutin
dan yang dianjurkan).
b. Kesiapan Mental/Psikologis
Pernikahan adalah kehidupan baru yang sangat jauh berbeda dari masa-masa
sebelumnya. Dalam pernikahan berkumpul dua pribadi yang berbeda yang berasal
dari keluarga yang memiliki kebiasaan yang berbeda. Di dalam pernikahan
diperlukan rasa tanggung jawab untuk memenuhi hak dan kewajiban masing-masing
pasangan. Selain itu, dalam sebuah pernikahan, individu diharapkan sudah merasa
siap untuk mempunyai anak dan siap menjadi orang tua termasuk mengasuh dan
mendidik anak.
c. Kesiapan Sosial Ekonomi
Dalam menjalankan sebuah keluarga, anak yang dilahirkan tidak hanya
membutuhkan kasih sayang orang tua namun juga sarana yang baik untuk
membuatnya tumbuh dan berkembang dengan baik. Status sosial ekonomi juga
dapat mempengaruhi status gizi calon ibu, seperti status sosial ekonomi yang kurang
dapat meningkatkan risiko terjadi KEK dan anemia.

4. Pelayanan Kesehatan Pranikah


Pelayanan kesehatan pranikah dilakukan untuk memastikan kondisi kesehatan
calon pengantin wanita. Jika dalam pemeriksaan calon pengantin dinyatakan
mengalami gangguan kesehatan tertentu, tenaga kesehatan akan merekomendasikan
agar menunda kehamilan sampai calon pengantin dinyatakan sehat.
Pelayanan kesehatan pranikah di Indonesia telah diatur dalam Peraturan Menteri
Kesehatan (PMK No. 97 tahun 2014) dan telah tertulis dalam buku saku kesehatan
reproduksi dan seksual bagi calon pengantin maupun bagi penyuluhnya yang
dikeluarkan oleh Kemenkes RI. Pemerintah baik daerah, provinsi maupun
kabupaten/kota telah menjamin ketersediaan sumber daya kesehatan, sarana, prasarana,
dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan sebelum nikah sesuai standar yang telah
ditentukan. Di Surabaya telah diatur dalam Surat Edaran Walikota Surabaya perihal
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS), beberapa kegiatan program
pendampingan 1000 HPK yang berkaitan dengan pranikah adalah dengan pemeriksaan
kesehatan calon pengantin meliputi pemeriksaan fisik dan laboratorium, serta
penyuluhan kesehatan reproduksi calon pengantin.
Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil dilakukan untuk mempersiapkan
perempuan dalam menjalani kehamilan dan persalinan yang sehat dan selamat serta
memperoleh bayi yang sehat. Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil sebagaimana
yang dimaksud dilakukan pada remaja, calon pengantin, dan pasangan usia subur
(PMK No. 97 tahun 2014). Menurut Kemernkes (2015) dan PMK No. 97 tahun 2014,
kegiatan pelayanan kesehatan masa sebelum hamil atau persiapan pranikah
sebagaimana yang dimaksud meliputi:
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan minimal meliputi pemeriksaan tanda vital
(tekanan darah, suhu, nadi, dan laju nafas) dan pemeriksaan status gizi (menanggulangi
masalah kurang energi kronis (KEK) dan pemeriksaan status anemia). Penilaian status
gizi seseorang dapat ditentukan dengan menghitung Indeks Masa Tubuh (IMT)
berdasarkan PMK RI Nomor 41 Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang, sebagai
berikut:
BB ( kg )
IMT=
[TB ( m ) ]2

Keterangan:
BB = Berat Badan (kg)
TB = Tinggi Badan (m)
Dari hasil perhitungan tersebut dapat diklasifikasikan status gizinya sebagai
berikut:
Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi berdasarkan IMT
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4
Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
Sumber: Depkes, 2011; Supariasa, dkk, 2014.
Menurut Supariasa, dkk (2014), pengukuran LLA pada kelompok Wanita Usia
Subur (usia 15 – 45 tahun) adalah salah satu deteksi dini yang mudah untuk
mengetahui kelompok berisiko Kekurangan Energi Kronis (KEK). Ambang batas LLA
WUS dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila LLA< 23,5 cm atau
dibagian merah pita LLA, artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK, dan
diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR), BBLR mempunyai
risiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan, dan perkembangan anak
(Supariasa, dkk, 2014).
b. Pemeriksaan penunjang
Pelayanan kesehatan yang dilakukan berdasarkan indikasi medis, terdiri atas
pemeriksaan darah rutin, darah yang dianjurkan, dan pemeriksaan urin yang diuraikan
sebagai berikut (Kemenkes, 2015):
1) Pemeriksaan darah rutin
Meliputi pemeriksaan hemoglobin dan golongan darah. Pemeriksaan
hemoglobin untuk mengetahaui status anemia seseorang. Anemia didefinisikan
sebagai berkurangnya satu atau lebih parameter sel darah merah: konsentrasi
hemoglobin, hematokrit atau jumlah sel darah merah. Menurut kriteria WHO
anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 13 g% pada pria dan di bawah 12 g%
pada wanita. Berdasarkan kriteria WHO yang direvisi / kriteria National Cancer
Institute, anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 14 g% pada pria dan di bawah
12 g% pada wanita. Kriteria ini digunakan untuk evaluasi anemia pada penderita
dengan keganasan. Anemia merupakan tanda adanya penyakit. Anemia selalu
merupakan keadaan tidak normal dan harus dicari penyebabnya (Oehadian, 2012).
Anemia defisiensi zat besi dan asam folat merupakan salah satu masalah kesehatan
gizi utama di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia (Ringoringo, 2009). Saat ini
program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam
folat untuk profilaksis anemia (Fatimah, 2011).
2) Pemeriksaan darah yang dianjurkan
Meliputi gula darah sewaktu, skrining thalassemia, malaria (daerah endemis),
hepatitis B, hepatitis C, TORCH (Toxoplasma, rubella, citomegalovirus, dan
herpes simpleks), IMS (sifilis), dan HIV, serta pemeriksaan lainnya sesuai dengan
indikasi.
a) Pemeriksaan gula darah
Kadar gula darah yang tinggi atau penyakit diabetes dapat mempengaruhi
fungsi seksual, menstruasi tidak teratur (diabetes tipe 1), meningkatkan risiko
mengalami Polycystic ovarian syndrome (PCOS) pada diabetes tipe 2,
inkontensia urine, neuropati, gangguan vaskuler, dan keluhan psikologis yang
berpengaruh dalam patogenesis terjadinya penurunan libido, sulit terangsang,
penurunan lubrikasi vagina, disfungsi orgasme, dan dyspareunia. Selain itu
diabetes juga berkaitan erat dengan komplikasi selama kehamilan seperti
meningkatnya kebutuhan seksio sesarea, meningkatnya risiko ketonemia,
preeklampsia, dan infeksi traktus urinaria, serta meningkatnya gangguan
perinatal (makrosomia, hipoglikemia, neonatus, dan ikterus neonatorum)
(Kurniawan, 2016).

b) Pemeriksaan hepatitis
Penyakit yang menyerang organ hati dan disebabkan oleh virus hepatitis B,
ditandai dengan peradangan hati akut atau menahun yang dapat berkembang
menjadi sirosis hepatis (pengerasan hati) atau kanker hati. Gejala hepatitis B
adalah terlihat kuning pada bagian putih mata dan pada kulit, mual, muntah,
kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan, dan demam. Dampak
hepatitis B pada kehamilan dapat menyebabkan terjadinya abortus, premature,
dan IUFD. Dapat dicegah dengan melakukan vaksinasi dan menghindari hal-
hal yang menularkan hepatitis B (Kemenkes, 2017). Cara penularan hepatitis
B melalui darah atau cairan tubuh yang terinfeksi, hubungan seksual dengan
penderita hepatitis B, penggunaan jarum sutik bersama, dan proses penularan
dapat ditularkan dari ibu hamil penderita hepatitis B ke janinnya.
c) Pemeriksaan TORCH
Suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi toxoplasma gondii,
rubella, cytomegalovirus (CMV), dan herpes simplex virus II (HSV II). Dapat
ditularkan melalui:
 Konsumsi makanan dan sayuran yang tidak terlalu bersih dan tidak
dimasak dengan sempurna atau setengah matang
 Penularan dari ibu ke janin
 Kotoran yang terinfeksi virus TORCH (kucing, anjing, kelelawar, burung).
Dampak TORCH bagi kesehatan dapat menimbulkan masalah kesuburan
baik wanita maupun laki-laki sehingga menyebabkan sulit terjadinya
kehamilan, kecacatan janin, dan risiko keguguran, kecacatan pada janin
seperti kelainan pada syaraf, mata, otak, paru, telinga, dan terganggunya
fungsi motoric.
d) Pemeriksaan IMS (Infeksi Menular Seksual)
Penyakit infeksi yang dapt ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit
yang tergolong dalam IMS seperti sifilis, gonorea, klamidia, kondiloma
akuminata, herpes genitalis, HIV, hepatitis B, dan lain-lain. Gejala umum
infeksi menular seksual (IMS) pada perempuan:
 Keputihan dengan jumlah yang banyak, berbau, berwarna, dan gatal
 Gatal di sekitar vagina dan anus
 Adanya benjolan, bintil, kulit, atau jerawat di sekitar vagina atau anus
 Nyeri di bagian bawah perut yang kambuhan, tetapi tidak berhubungan
dengan menstruasi
 Keluar darah setelah berhubungan seksual
 Demam

Gejala umum infeksi menular seksual pada laki-laki:


 Kencing bernanah, sakit, perih atau panas ppada saat kencing
 Adanya bintil atau kulit luka atau koreng sekitar penis dan selangkangan
paha
 Pembengkakan dan sakit di buah zakar
 Gatal di sekitar alat kelamin
 Demam
Dampak infeksi menular seksual yaitu kondisi kesehatan menurun, mudah
tertular HIV/AIDS, mandul, keguguran, hamil di luar kandungan, cacar
bawaan janin, kelainan penglihatan, kelainan syaraf, kanker serviks, dan
kanker organ seksual lainnya.
e) Pemeriksaan HIV
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang
dan melemahkan sistem pertahanan tubuh untuk melawan infeksi sehingga
tubuh mudah tertular berbagai penyakit. AIDS (Acquire Immuno Deficiency
Syndrome) adalah sekumpulan gejala dan tanda penyakit akibat menurunnya
kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV. Seseorang yang menderita HIV,
tiak langsung menjadi AIDS dalam kurun waktu 5 – 10 tahun. Penularan HIV
di dapatkan di dalam darah dan cairan tubuh lainnya (cairan sperma, cairan
vagina, dan air susu ibu). Cara penularan HIV melalui:
 Hubungan seksual dengan orang yang telah terinfeksi HIV.
 Penggunaaan jarum suntik bersama-sama dengan orang yang sudah
terinfeksi HIV (alat suntik, alat tindik, dan alat tato).
 Ibu yang terinfeksi HIV ke bayi yang dikandungnya. Penularan dapat
terjadi selama kehamilan, saat melahirkan, dan saat menyusui
 Transfusi darah atau produk darah lainnya yang terkontaminasi HIV.
Semua orang bisa berisiko tertular HIV, tetapi risiko tinggi terdapat pada
pekerja seksual, pelanggan seksual, homoseksual (sesame jenis kelamin), dan
penggunaan narkoba suntik. Cara pencegahan penularan HIV – AIDS dapat
dilakukan dengan ABCDE yaitu:
 Abstinence (tidak berhubungan seksual)
 Be faithful (saling setia, tidak berganti pasangan)
 Use Condom (menggunakan kondom jika memiliki perilaku seksual
berisiko)
 No Drugs (tidak menggunakan obat-obat terlarang, seperti narkotika, zat
adiktif, tidak berbagi jarum (suntik, tindik, tato) dengan siapapun.
 Education (membekali informasi yang benar tentang HIV/AIDS)

f) Pemeriksaan urin rutin


Urinalisis atau tes urin rutin digunakan untuk mengetahui fungsi ginjal
dan mengetahui adanya infeksi pada ginjal atau saluran kemih.
g) Pemberian imunisasi
Pemberian imunisasi dilakukan dalam upaya pencegahan dan
perlindungan terhadap penyakit tetanus, sehingga akan memiliki kekebalan
seumur hidup untuk melindungi ibu dan bayi terhadap penyakit tetanus.
Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) dilakukan untuk mencapai status T5
hasil pemberian imunisasi dasar dan lanjutan. Status T5 sebagaimana
dimaksud ditujukkan agar wanita usia subur memiliki kekebalan penuh.
Dalam hal status imunisasi belum mencapai status T5 saat pemberian
imunisasi dasar dan lanjutan, maka pemberian imunisasi tetanus toxoid dapat
dilakukan saat yang bersangkutan menjadi calon pengantin.
Tabel 2.2 Perlindungan Status Imunisasi TT
Status TT Interval Pemberian Lama Perlindungan
TT 1 Langkah awal pembentukan
kekebalan tubuh terhadap
penyakit Tetanus
TT II 4 minggu setelah TT 1 3 tahun
TT III 6 bulan setelah TT II 5 tahun
TT IV 1 tahun setelah TT III 10 tahun
TT V 1 tahun setelah TT IV >25 tahun *)
Sumber: Kemenkes, 2017
Yang dimaksud dengan masa perlindungan > 25 tahun adalah apabila telah
mendapatkan imunisasi TT lengkap mulai dari TT 1 sampai TT 5.
Tabel 2.3 Skrining Status TT Wanita Usia Subur
No. Riwayat Imunisasi TT Pernah / Tidak Di Kesimpulan
imunisasi DPT/DPT- Status TT
HB/Dt/Td/TT
A. Riwayat Imunisasi DPT-HB saat bayi:
Bayi yang lahir mulai tahun 1990 status
TTnya dihitung TT II
B. Riwayat BIAS
1 Untuk WUS yag lahir antara tahun
1973 s.d 1976
a. Kelas 6 (2 dosis)
2 Untuk WUS yang lahir antara 1977 s/d
1987
a. Kelas 6 (2 dosis)
b. Kelas 6 (2 dosis)
3 Untuk WUS yang lahir tahun 1988
a. Kelas 1
b. Kelas 5
c. Kelas 6
4 Untuk WUS yang lahir tahun 1989
a. Kelas 1
b. Kelas 4
c. Kelas 5
d. Kelas 6
5 Untuk WUS yang lahir tahun 1990
a. Kelas 1
b. Kelas 3
c. Kelas 4
d. Kelas 5
e. Kelas 6
Untuk WUS yang lahir tahun 1991
a. Kelas 1
6 b. Kelas 2
c. Kelas 3
d. Kelas 4
7 Untuk WUS yang lahir tahun 1992 s/d
sekarang
a. Kelas 1
b. Kelas 2
c. Kelas 3
C Saat Calon Pengantin
D Saat Hamil
a. Hamil 1
b. Hamil 2
c. Hamil 3
d. Hamil 4
E Lain-lain (Kegiatan Kampanye/Ori Difteri)
Contoh: saat SMA tahun 2003 – 2005, dan
akselerasi WUS di Bangkalan dan
Sumenep (2009 – 2010), Ori Difteri 2011,
Sub PIN Difteri 2012
Sumber: Kemenkes, 2014
Keterangan tabel:
a) Bagi WUS yang lahir sebelum tahun 1973, pertanyaan yang diajukan hanya
pada riwayat calon pengantin (C), Hamil (D), dan lain-lain (E).
b) Vaksinasi DPT 3 dosis dimulai sejak 1977 s.d sekarang
c) Vaksinasi anak SD/MI (BIAS) DT dan TT tahun 1984 – 1997: kelas 1 laki-
laki dan perempuan (DT 2 dosis) dan kelas 6 perempuan
d) Vaksinasi anak SD/MI (BIAS) DT dan TT tahun 1998 – 2000: kelas 1 (DT)
s/d 2 – 6 (TT)
e) Vaksinasi anak SD/MI (BIAS) DT dan TT tahun 2001 – sekarang: kelas 1, 2,
dan 3.
f) Vaksinasi catin dan ibu hamil (2 dosis) dimulai sejak tahun 1984 s/d 2000 –
tahun 2001 s/d sekarang harus diskrining terlebih dahulu
g) Interval minimal pemberian TT: TT 1 ke TT 2 = 4 minggu, TT 2 ke TT 3 = 6
bulan, TT 3 ke TT 4 = 1 tahun, TT 4 ke TT 5 = 1 tahun.

5. Konseling / konsultasi kesehatan pranikah


Konseling pranikah dikenal dengan sebutan pendidikan pranikah, konseling
edukatif pranikah, terapi pranikah, maupun program persiapan pernikahan. Konseling
pranikah merupakan suatu proses konseling yang diberikan kepada calon pasangan
untuk mengenal, memahami dan menerima agar mereka siap secara lahir dan batin
sebelum memutuskan untuk menempuh suatu perkawinan (Triningtyas, dkk, 2017).
Bimbingan konseling pra nikah merupakan kegiatan yang diselenggarakan kepada
pihak-pihak yang belum menikah, sehubungan dengan rencana pernikahannya. Pihak -
pihak tersebut datang ke konselor untuk membuat keputusannya agar lebih mantap dan
dapat melakukan penyesuaian di kemudian hari secara baik (Latipun, 2010). Konseling
pernikahan atau yang biasa disebut marriage counseling) merupakan upaya membantu
pasangan calon pengantin. Konseling pernikahan ini dilakukan oleh konselor yang
professional. Tujuannya agar mereka dapat berkembang dan mampu memecahkan
masalah yang dihadapinya melalui cara - cara yang saling menghargai, toleransi, dan
komunikasi, agar dapat tercapai motivasi berkeluarga, perkembangan, kemandirian,
dan kesejahteraan seluruh anggota keluarganya (Willis, 2010).
Konseling pernikahan juga disebut dengan terapi untuk pasangan yang akan
menikah. Terapi tersebut digunakan untuk membantu pasangan agar saling memahami,
dapat memecahkan masalah dan konflik secara sehat, saling menghargai perbedaan,
dan dapat meningkatkan komunikasi yang baik (Kertamuda, 2010). Bimbingan
konseling pra nikah mempunyai objek yaitu calon pasangan suami istri dan anggota
keluarga calon suami istri. Calon suami istri atau lebih tepatnya pasangan laki-laki dan
perempuan yang dalam perkembangan hidupnya baik secara fisik maupun psikis sudah
siap dan sepakat untuk menjalin hubungan ke jenjang yang lebih serius (pernikahan).
Anggota keluarga calon suami istri yaitu individu - individu yang mempunyai
hubungan keluarga dekat, baik dari pihak suami maupun istri (Zulaekha, 2013).
Menurut Kemenkes (2015), informasi pranikah yang dibutuhkan sebelum
memasuki jenjang pernikahan meliputi:
a. Kesehatan reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial
secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan
dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. Catin perlu mengetahui mengetahui
informasi kesehatan reproduksi untuk menjalankan proses fungsi perilaku
reproduksi yang sehat dan aman.
Catin perempuan akan menjadi calon ibu yang harus mempersiapkan
kehamilannya agar dapat melahirkan anak yang sehat dan berkualitas. Catin laki-
laki akan menjadi calon ayah yang harus memiliki kesehatan yang baik dan
berpartisipasi dalam perencanaan keluarga, seperti menggunakan alat kontrasepsi
serta mendukung kehamilan dan persalinan yang aman. Laki-laki dan perempuan
mempunyai risiko masalah kesehatan reproduksi terhadap penularan penyakit.
Perempuan lebih rentan terhadap masalah kesehatan reproduksi yang terjadi pada
saat berhubungan seksual,hamil, melahirkan, nifas, keguguran, dan pemakaian alat
kontrasepsi, karena struktur alat reproduksinya lebih rentan secara sosial maupun
fisik terhadap penularan infeksi menular seksual. Laki-laki dan perempuan
mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk menjaga kesehatan reproduksi.

b. Hak dan kesehatan reproduksi seksual


Hak asasi manusia yang dimiliki oleh setiap laki-laki dan perempuan yang
berkaitan dengan kehidupan reproduksinya.Hak inii menjamin setiap pasangan dan
individu untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab mengenai
jumlah, jarak, dan waktu memiliki anak serta untuk memperoleh informasi
kesehatan reproduksi. Informasi yang perlu diketahui natra lain:
 Kesehatan reproduksi, permasalahan, dan cara mengatasinya.
 Penyakit menular seksual, agar perempuan dan laki-laki terlindung dari infeksi
meular seksual (IMS), HIV – AIDS, dan infeksi saluran reproduksi (ISR), serta
memahami cara penularannya, upaya pencegahan, dan pengobatan.
c. Pelayanan Keluarga Berencana (KB)
Pelayanan KB yang aman, efektif, terjangkau, dapat diterima, sesuai dengan
pilihan, dan tanpa paksaan serta mengetahui dan memahami efek samping dan
komplikasi dari masing-masing alat dan obat kontrasepsi.
 Catin laki-laki dan perempuan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan
reproduksi yang dibutuhkan. Catin perempuan berhak mendapatkan pelayanan
kesehatan reproduksi yang dibutuhkan agar sehat dan selamat dalam menjalani
kehamilan, persalinan, nifas, serta memperoleh bayi yang sehat.
 Hubungan suami istri harus didasari rasa cinta dan kasih sayang, saling
menghargai dan menghormati pasangangan, serta dilakukan dalam kondisi dan
waktu yang diinginkan bersama tanpa unsur pemaksaan, ancaman, dan
kekerasan
Perilaku yang harus dihindari dalam aktivitas seksual antara lain:
 Melakukan hubungan seksual pada saat menstruasi dan masa nifas
 Melakukan hubungan seksual melalui dubur dan mulut karena berisiko dalam
penularan penyakit dan merusakorgan reproduksi.
d. Kesetaraan gender dalam kesehatan reproduksi
Gender adalah pembagian dalam peran kedudukan dan tugas antara laki-laki dan
perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat laki-laki dan perempuan
yang dianggap pantas sesuai norma, adat istiadat, kepercayaan atau kebiasaan
masyarakat. Kesetaraan gender adalah suatu dan kondisi (kualitas hidup) adalah sama,
laki-laki dan perempuan bebas mengembangkan kemampuan personil mereka dan
membuat pilihan-pilihan tanpa dibatasi oleh stereotip, peran gender yang kaku.
Penerapan kesetaraan gender dalam pernikahan:
1) Pernikahan yang ideal dapat terjadi ketika perempuan dan laki-laki dapat saling
menghormati dan menghargai satu sama lain, misalnya:
 Dalam mengambil keputusan dalam rumah tangga dilakukan secara bersama
dan tidak memaksakan ego masing-masing
 Suami-istri saling membantu dalam pekerjaan rumah tangga, pengasuhan, dan
pendidikan anak
 Kehamilan merupakan tanggung jawab bersama laki-laki dan perempuan
 Laki-laki mendukung terlaksananya pemberian ASI eksklusif
2) Pernikahan yang bahagia harus terbatas dari hal-hal di bawah ini :
 Kekerasan secara fisik (memukul, menampar, menjambak rambut, menyudut
dengan rokok, melukai, dan lain-lain)
 Kekerasan secara psikis (selingkuh, menghina, komentar-komentar yang
merendahkan, membentak, mengancam, dan lain-lain)
 Kekerasan seksual
 Penelantaran rumah tangga.
e. Cara merawat organ reproduksi
Untuk menjaga kesehatan dan fungsi organ reproduksi perlu dilakukan
perawatan baik pada laki-laki dan perempuan, antara lain:
1) Pakaian dalam diganti minimal 2 kali sehari.
2) Menggunakan pakaian dalam yang menyerap keringat dan cairan.
3) Bersihkan organ kelamin sampai bersih dan kering.
4) Menggunakan celana yang tidak ketat
5) Menjaga kebersihan organ kelamin
6) Membersihkan organ kelamin setelah BAK dan BAB
Cara merawat organ reproduksi perempuan antara lain:
1) Bersihkan organ kelamin dari depan ke belakang dengan menggunakan air
bersih dan dikeringkan.
2) Sebaiknya tidak menggunakan cairan pembilas vagina karena dapat
membunuh bakteri baik dalam vagina dan memicu tumbuhnya jamur.
3) Pilihlah pembalut berkualitas yang lembut dan mempunyai daya serap tinggi.
Jangan memakai pembalut dalam waktu lama. Saat menstruasi, ganti
pembalut sesering mungkin.
4) Jika sering keputihan, berbau, berwarna, dan terasa gatal, serta keluhan organ
reproduksi lainnya segera memeriksakan diri ke petugas kesehatan.
Cara merawat organ reproduksi laki-laki antara lain:
1) Menjaga kebersihan organ kelamin
2) Dianjurkan sunat untuk menjaga kebersihan kulup kulit luar yang menutup
penis.
3) Jika ada keluhan pada organ kelamin dan daerah sekitar kelamin segera
memeriksakan diri ke petugas kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

BKKBN. 2017. BKKBN: Usia Pernikahan Ideal 21 – 25 Tahun. Diunduh di


https://www.bkkbn.go.id/detailpost/bkkbn-usia-pernikahan-ideal-21-25-tahun.
Diakses pada 1 April 2018.

Budiman. 2011. Hubungan Usia, Kebiasaan Merokok, Kebiasaan Minum Alkohol, Dan
Konsumsi Obat-obatan dengan Kualitas Sperma Di Fertility Centre RSIA Melinda
Bandung. Skripsi.

Erlita, D. Septiana Putri. (2020). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Pranikah Terhadap


Kesehatan Reproduksi. Semarang: Universitas Muhamadiyah Semarang

Felicia, dkk. 2015. Hubungan Status Gizi dengan Siklus Menstruasi pada Remaja Putri di
PSIK FK Unsrat Manado. Ejournal Keperawatan (e-Kp). 3 (1): 1 – 7.

Fitriyah, Imroatul. 2014. Gambaran Perilaku Higiene Menstruasi pada Remaja Putri di
Sekolah Dasar Negeri di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan. Skripsi : FK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.

Kemenkes. 2014. Infodatin Hipertensi. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI.

Kemenkes.2015. Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon Pengantin.Jakarta:


Kemenkes RI.

Kemenkes. 2016. Buku Panduan Germas (Gerakan Masyarakan Hidup Sehat). Jakarta:
Kemenkes RI.

Kemenkes. 2017. Buku Saku Bagi Penyuluh Pernikahan Kesehatan Reproduksi Calon
Pengantin: Menuju Keluarga Sehat. Jakarta: Kementrian Kesehatan dan Kementerian
Agama.

Kertamuda, E. F. 2010. Konseling Pernikahan untuk Keluarga di Indonesia. Jakarta: Salemba


Humanika.

Kusmiran, Eny. 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita.Jakarta : Salemba Medika.

Maryam, S. 2016. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Salemba Medika.

Oehadian, A. 2012.Pendekatan Klinis dan Diagnosis Anemia.CDK-194. 3 (6): 408 – 412.

Pemerintah Kota Depok. 2011. Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) dan Persiapan
Pranikah. Pelatihan Peer Konselor Kota Depok.

PMK No. 41 tahun 2014.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 Tahun
2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang.

Sari, F., dkk. 2013. Kesiapan Menikah pada Dewasa Muda dan Pengaruhnya terhadap Usia
Menikah.Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. 6 (3): 143 – 153.

Triningtyas, D. A., dkk. 2017. Konseling Pranikah: Sebuah Upaya Meredukasi Budaya
Pernikahan Dini di Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo.Jurnal Konseling
Indonesia. 3 (1): 28 – 32.

Uliyah, dkk. 2010. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia (KDM). Jakarta: Salemba Medika.
Undang-undang No. 12 Tahun 2019 tentang Perkawinan.

Zulaekha.2013. Bimbingan Konseling Pra Nikah bagi “Calon Pengantin” di BP4 KUA Kec.
Mranggen (Studi Analisis Bimbingan Konseling Perkawinan. Skripsi.Fakultas
Dakwah dan Komunikasi. Semarang: Insitut Agama Islam Negeri Walisongo/
TINJAUAN KASUS
Asuhan Kebidanan Pada Nn “A” Dengan Imunisasi TT Pranikah

Nama Pengkaji : Romlah Nur Asih


Hari, Tanggal Pengkajian : Rabu, 26 Oktober 2022
Jam Pengkajian : 08.30 WIB
Tempat Pengkajian : Puskesmas Pasrujambe

Identitas Pasien
Nama : Nn “A”
Usia : 20 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pekerjaan : IRT
Alamat : Dsn. Krajan 01/01 Jambekumbu Pasrujambe

A. Data Subjektif
Klien mengatakan akan menikah dan ingin suntik TT. Klien menstruasi terakhir tanggal 5
Oktober 2022. Saat sekolah SD, klien pernah tidak ikut imunisasi karena takut.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. K/U : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV : Tekanan darah: 100/60 mmhg
Nadi : 88 x/m
RR : 20 x/m
Suhu : 36.4 °C
d. Antropometri : BB : 46 kg
TB : 149 cm
IMT : 20.7 kg/m2
LILA : 25 cm
2. Pemeriksaan Fisik
Muka : Cerah, Tidak pucat
Mata : Konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterik
Dada : Nafas normal, tidak ada ronchi maupun wheezing
Abdomen : Tidak ada massa, tidak nyeri tekan, fundus tidak teraba, tidak
kembung, tidak ada bekas luka operasi
3. Pemeriksaan Penunjang
Hb : 12.5 gr%
Golongan Darah :A
HIV : Non Reaktif
HBSAg : Non Reaktif
Syphilis : Non Reaktif
PP test : Negatif

C. Analisa Data
Nn “A” usia 22 tahun dengan Imunisasi TT Pranikah

D. Penatalaksanaan
Tanggal : 26 Oktober 2022
Jam : 08.45 wib
1. Memberitahu hasil pemeriksaan dan anamnese pada klien
e/ saat ini status TT klien yaitu T4 dan akan mendapatkan TT 5, klien mengetahui dan
memahami kondisi kesehatannya saat ini
2. Menjelaskan kepada klien bahwa status imunisasi T4 masa perlindungannya terhadap
tetanus neonatarum adalah 10 tahun sehingga klien masih perlu diberikan imunisasi
TT satu kali lagi agar memberikan perlindungan seumur hidup
e/ klien mengerti dengan penjelasan petugas
3. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
e/ klien paham dengan prosedur yang akan dijalani
4. Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk imunisasi TT
a. Vaksin TT
b. Spuit 0.5 cc
c. Kapas DTT
e/ Peralatan sudah disiapkan, klien siap dan bersedia untuk di imunisasi TT
5. Melakukan prosedur imunisasi TT
a. Mencuci tangan
b. Menjaga privacy klien
c. Memastikan vaksin yang akan digunakan dalam keadaan baik (cek kadaluarsa dan
VVM)
d. Menggunakan handscoon bersih
e. Ambil 0.5cc vaksin TT
f. Oleskan kapas DTT pada lengan kiri bagian atas
g. Suntikkan secara SC 45°
h. Buang jarum bekas suntikan kedalam safety box
i. Observasi efek samping selama 15 menit pasca imunisasi dan kie tentang efek
samping setelah imunisasi. Jika tidak ada efek samping, klien dipersilahkan pulang
e/ imunisasi TT telah selesai dilakukan dan telah dijelaskan jika ada efek samping,
klien mengerti dan tidak ada reaksi alergi
6. Merapikan alat alat yang telah digunakan
e/ Alat telah dirapikan dan alat habis pakai telah dibuang sesuai tempatnya
7. Melepas handscoon dan mencuci tangan
e/ Handscoon telah dilepas dan sudah cuci tangan
8. Mencatat tindakan yang telah dilakukan
e/ Pendokumentasian telah dilakukan
LEMBAR KONSULTASI AKADEMIK DAN LAPANGAN
Nama Mahasiswa : Romlah Nur Asih
Judul Kasus : Asuhan Kebidanan Pranikah dan Konsepsi Pada Nn “A”
dengan Imunisasi TT Pranikah Di Puskesmas Pasrujambe
Kabupaten Lumajang

Paraf
Hari/Tanggal Saran Perbaikan
CI Lapangan CI Akademik
Minggu,
20 Oktober
2022

Anda mungkin juga menyukai