DISUSUN OLEH :
ROMLAH NUR ASIH
15901.04.22097
Disusun Oleh:
15901.04.22097
Mengetahui,
1. Pengertian Pranikah
Kata dasar dari pranikah ialah “nikah” yang merupakan ikatan (akad) perkawinan
yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran agama. Imbuhan kata pra
yang memiliki makna sebelum, sehingga arti dari pranikah adalah sebelum menikah
atau sebelum adanyanya ikatan perkawinan (lahir batin) antara seorang pria dan wanita
sebagai suami istri (Setiawan, 2017). Menurut Erlita (2020), Pranikah adalah masa
sebelum adanya perjanjian antara laki-laki dan perempuan, tujuannya untuk bersuami
istri dengan resmi berdasarkan undang-undang perkawinan agama maupun pemerintah.
Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2019 tentang perkawinan, perkawinan
adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dengan batas usia 19 tahun untuk Pria dan
Wanita. Akan tetapi BKKBN memberikan batasan usia pernikahan 21 tahun bagi
perempuan dan 25 tahun untuk pria. Hal ini dikarenakan umur ideal yang matang
secara biologis dan psikologis adalah 20 – 25 tahun bagi wanita dan umur 25 – 30
tahun bagi pria (BKKBN, 2017).
3. Persiapan Pranikah
Dalam Pelatihan Peer Konselor Kota Depok (2011) dan Kemenkes (2015),
persiapan pernikahan meliputi kesiapan fisik, kesiapan mental/psikologis dan kesiapan
sosial ekonomi.
a. Kesiapan Fisik
Secara umum, seorang individu dikatakan siap secara fisik apabila telah selesai
fase pertumbuhan tubuh yaitu sekitar usia 20 tahun. Persiapan fisik pranikah
meliputi pemeriksaan status kesehatan, status gizi, dan laboratorium (darah rutin
dan yang dianjurkan).
b. Kesiapan Mental/Psikologis
Pernikahan adalah kehidupan baru yang sangat jauh berbeda dari masa-masa
sebelumnya. Dalam pernikahan berkumpul dua pribadi yang berbeda yang berasal
dari keluarga yang memiliki kebiasaan yang berbeda. Di dalam pernikahan
diperlukan rasa tanggung jawab untuk memenuhi hak dan kewajiban masing-masing
pasangan. Selain itu, dalam sebuah pernikahan, individu diharapkan sudah merasa
siap untuk mempunyai anak dan siap menjadi orang tua termasuk mengasuh dan
mendidik anak.
c. Kesiapan Sosial Ekonomi
Dalam menjalankan sebuah keluarga, anak yang dilahirkan tidak hanya
membutuhkan kasih sayang orang tua namun juga sarana yang baik untuk
membuatnya tumbuh dan berkembang dengan baik. Status sosial ekonomi juga
dapat mempengaruhi status gizi calon ibu, seperti status sosial ekonomi yang kurang
dapat meningkatkan risiko terjadi KEK dan anemia.
Keterangan:
BB = Berat Badan (kg)
TB = Tinggi Badan (m)
Dari hasil perhitungan tersebut dapat diklasifikasikan status gizinya sebagai
berikut:
Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi berdasarkan IMT
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4
Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
Sumber: Depkes, 2011; Supariasa, dkk, 2014.
Menurut Supariasa, dkk (2014), pengukuran LLA pada kelompok Wanita Usia
Subur (usia 15 – 45 tahun) adalah salah satu deteksi dini yang mudah untuk
mengetahui kelompok berisiko Kekurangan Energi Kronis (KEK). Ambang batas LLA
WUS dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila LLA< 23,5 cm atau
dibagian merah pita LLA, artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK, dan
diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR), BBLR mempunyai
risiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan, dan perkembangan anak
(Supariasa, dkk, 2014).
b. Pemeriksaan penunjang
Pelayanan kesehatan yang dilakukan berdasarkan indikasi medis, terdiri atas
pemeriksaan darah rutin, darah yang dianjurkan, dan pemeriksaan urin yang diuraikan
sebagai berikut (Kemenkes, 2015):
1) Pemeriksaan darah rutin
Meliputi pemeriksaan hemoglobin dan golongan darah. Pemeriksaan
hemoglobin untuk mengetahaui status anemia seseorang. Anemia didefinisikan
sebagai berkurangnya satu atau lebih parameter sel darah merah: konsentrasi
hemoglobin, hematokrit atau jumlah sel darah merah. Menurut kriteria WHO
anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 13 g% pada pria dan di bawah 12 g%
pada wanita. Berdasarkan kriteria WHO yang direvisi / kriteria National Cancer
Institute, anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 14 g% pada pria dan di bawah
12 g% pada wanita. Kriteria ini digunakan untuk evaluasi anemia pada penderita
dengan keganasan. Anemia merupakan tanda adanya penyakit. Anemia selalu
merupakan keadaan tidak normal dan harus dicari penyebabnya (Oehadian, 2012).
Anemia defisiensi zat besi dan asam folat merupakan salah satu masalah kesehatan
gizi utama di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia (Ringoringo, 2009). Saat ini
program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam
folat untuk profilaksis anemia (Fatimah, 2011).
2) Pemeriksaan darah yang dianjurkan
Meliputi gula darah sewaktu, skrining thalassemia, malaria (daerah endemis),
hepatitis B, hepatitis C, TORCH (Toxoplasma, rubella, citomegalovirus, dan
herpes simpleks), IMS (sifilis), dan HIV, serta pemeriksaan lainnya sesuai dengan
indikasi.
a) Pemeriksaan gula darah
Kadar gula darah yang tinggi atau penyakit diabetes dapat mempengaruhi
fungsi seksual, menstruasi tidak teratur (diabetes tipe 1), meningkatkan risiko
mengalami Polycystic ovarian syndrome (PCOS) pada diabetes tipe 2,
inkontensia urine, neuropati, gangguan vaskuler, dan keluhan psikologis yang
berpengaruh dalam patogenesis terjadinya penurunan libido, sulit terangsang,
penurunan lubrikasi vagina, disfungsi orgasme, dan dyspareunia. Selain itu
diabetes juga berkaitan erat dengan komplikasi selama kehamilan seperti
meningkatnya kebutuhan seksio sesarea, meningkatnya risiko ketonemia,
preeklampsia, dan infeksi traktus urinaria, serta meningkatnya gangguan
perinatal (makrosomia, hipoglikemia, neonatus, dan ikterus neonatorum)
(Kurniawan, 2016).
b) Pemeriksaan hepatitis
Penyakit yang menyerang organ hati dan disebabkan oleh virus hepatitis B,
ditandai dengan peradangan hati akut atau menahun yang dapat berkembang
menjadi sirosis hepatis (pengerasan hati) atau kanker hati. Gejala hepatitis B
adalah terlihat kuning pada bagian putih mata dan pada kulit, mual, muntah,
kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan, dan demam. Dampak
hepatitis B pada kehamilan dapat menyebabkan terjadinya abortus, premature,
dan IUFD. Dapat dicegah dengan melakukan vaksinasi dan menghindari hal-
hal yang menularkan hepatitis B (Kemenkes, 2017). Cara penularan hepatitis
B melalui darah atau cairan tubuh yang terinfeksi, hubungan seksual dengan
penderita hepatitis B, penggunaan jarum sutik bersama, dan proses penularan
dapat ditularkan dari ibu hamil penderita hepatitis B ke janinnya.
c) Pemeriksaan TORCH
Suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi toxoplasma gondii,
rubella, cytomegalovirus (CMV), dan herpes simplex virus II (HSV II). Dapat
ditularkan melalui:
Konsumsi makanan dan sayuran yang tidak terlalu bersih dan tidak
dimasak dengan sempurna atau setengah matang
Penularan dari ibu ke janin
Kotoran yang terinfeksi virus TORCH (kucing, anjing, kelelawar, burung).
Dampak TORCH bagi kesehatan dapat menimbulkan masalah kesuburan
baik wanita maupun laki-laki sehingga menyebabkan sulit terjadinya
kehamilan, kecacatan janin, dan risiko keguguran, kecacatan pada janin
seperti kelainan pada syaraf, mata, otak, paru, telinga, dan terganggunya
fungsi motoric.
d) Pemeriksaan IMS (Infeksi Menular Seksual)
Penyakit infeksi yang dapt ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit
yang tergolong dalam IMS seperti sifilis, gonorea, klamidia, kondiloma
akuminata, herpes genitalis, HIV, hepatitis B, dan lain-lain. Gejala umum
infeksi menular seksual (IMS) pada perempuan:
Keputihan dengan jumlah yang banyak, berbau, berwarna, dan gatal
Gatal di sekitar vagina dan anus
Adanya benjolan, bintil, kulit, atau jerawat di sekitar vagina atau anus
Nyeri di bagian bawah perut yang kambuhan, tetapi tidak berhubungan
dengan menstruasi
Keluar darah setelah berhubungan seksual
Demam
Budiman. 2011. Hubungan Usia, Kebiasaan Merokok, Kebiasaan Minum Alkohol, Dan
Konsumsi Obat-obatan dengan Kualitas Sperma Di Fertility Centre RSIA Melinda
Bandung. Skripsi.
Felicia, dkk. 2015. Hubungan Status Gizi dengan Siklus Menstruasi pada Remaja Putri di
PSIK FK Unsrat Manado. Ejournal Keperawatan (e-Kp). 3 (1): 1 – 7.
Fitriyah, Imroatul. 2014. Gambaran Perilaku Higiene Menstruasi pada Remaja Putri di
Sekolah Dasar Negeri di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan. Skripsi : FK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kemenkes. 2014. Infodatin Hipertensi. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI.
Kemenkes. 2016. Buku Panduan Germas (Gerakan Masyarakan Hidup Sehat). Jakarta:
Kemenkes RI.
Kemenkes. 2017. Buku Saku Bagi Penyuluh Pernikahan Kesehatan Reproduksi Calon
Pengantin: Menuju Keluarga Sehat. Jakarta: Kementrian Kesehatan dan Kementerian
Agama.
Kusmiran, Eny. 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita.Jakarta : Salemba Medika.
Pemerintah Kota Depok. 2011. Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) dan Persiapan
Pranikah. Pelatihan Peer Konselor Kota Depok.
PMK No. 41 tahun 2014.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 Tahun
2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang.
Sari, F., dkk. 2013. Kesiapan Menikah pada Dewasa Muda dan Pengaruhnya terhadap Usia
Menikah.Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. 6 (3): 143 – 153.
Triningtyas, D. A., dkk. 2017. Konseling Pranikah: Sebuah Upaya Meredukasi Budaya
Pernikahan Dini di Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo.Jurnal Konseling
Indonesia. 3 (1): 28 – 32.
Uliyah, dkk. 2010. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia (KDM). Jakarta: Salemba Medika.
Undang-undang No. 12 Tahun 2019 tentang Perkawinan.
Zulaekha.2013. Bimbingan Konseling Pra Nikah bagi “Calon Pengantin” di BP4 KUA Kec.
Mranggen (Studi Analisis Bimbingan Konseling Perkawinan. Skripsi.Fakultas
Dakwah dan Komunikasi. Semarang: Insitut Agama Islam Negeri Walisongo/
TINJAUAN KASUS
Asuhan Kebidanan Pada Nn “A” Dengan Imunisasi TT Pranikah
Identitas Pasien
Nama : Nn “A”
Usia : 20 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pekerjaan : IRT
Alamat : Dsn. Krajan 01/01 Jambekumbu Pasrujambe
A. Data Subjektif
Klien mengatakan akan menikah dan ingin suntik TT. Klien menstruasi terakhir tanggal 5
Oktober 2022. Saat sekolah SD, klien pernah tidak ikut imunisasi karena takut.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. K/U : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV : Tekanan darah: 100/60 mmhg
Nadi : 88 x/m
RR : 20 x/m
Suhu : 36.4 °C
d. Antropometri : BB : 46 kg
TB : 149 cm
IMT : 20.7 kg/m2
LILA : 25 cm
2. Pemeriksaan Fisik
Muka : Cerah, Tidak pucat
Mata : Konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterik
Dada : Nafas normal, tidak ada ronchi maupun wheezing
Abdomen : Tidak ada massa, tidak nyeri tekan, fundus tidak teraba, tidak
kembung, tidak ada bekas luka operasi
3. Pemeriksaan Penunjang
Hb : 12.5 gr%
Golongan Darah :A
HIV : Non Reaktif
HBSAg : Non Reaktif
Syphilis : Non Reaktif
PP test : Negatif
C. Analisa Data
Nn “A” usia 22 tahun dengan Imunisasi TT Pranikah
D. Penatalaksanaan
Tanggal : 26 Oktober 2022
Jam : 08.45 wib
1. Memberitahu hasil pemeriksaan dan anamnese pada klien
e/ saat ini status TT klien yaitu T4 dan akan mendapatkan TT 5, klien mengetahui dan
memahami kondisi kesehatannya saat ini
2. Menjelaskan kepada klien bahwa status imunisasi T4 masa perlindungannya terhadap
tetanus neonatarum adalah 10 tahun sehingga klien masih perlu diberikan imunisasi
TT satu kali lagi agar memberikan perlindungan seumur hidup
e/ klien mengerti dengan penjelasan petugas
3. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
e/ klien paham dengan prosedur yang akan dijalani
4. Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk imunisasi TT
a. Vaksin TT
b. Spuit 0.5 cc
c. Kapas DTT
e/ Peralatan sudah disiapkan, klien siap dan bersedia untuk di imunisasi TT
5. Melakukan prosedur imunisasi TT
a. Mencuci tangan
b. Menjaga privacy klien
c. Memastikan vaksin yang akan digunakan dalam keadaan baik (cek kadaluarsa dan
VVM)
d. Menggunakan handscoon bersih
e. Ambil 0.5cc vaksin TT
f. Oleskan kapas DTT pada lengan kiri bagian atas
g. Suntikkan secara SC 45°
h. Buang jarum bekas suntikan kedalam safety box
i. Observasi efek samping selama 15 menit pasca imunisasi dan kie tentang efek
samping setelah imunisasi. Jika tidak ada efek samping, klien dipersilahkan pulang
e/ imunisasi TT telah selesai dilakukan dan telah dijelaskan jika ada efek samping,
klien mengerti dan tidak ada reaksi alergi
6. Merapikan alat alat yang telah digunakan
e/ Alat telah dirapikan dan alat habis pakai telah dibuang sesuai tempatnya
7. Melepas handscoon dan mencuci tangan
e/ Handscoon telah dilepas dan sudah cuci tangan
8. Mencatat tindakan yang telah dilakukan
e/ Pendokumentasian telah dilakukan
LEMBAR KONSULTASI AKADEMIK DAN LAPANGAN
Nama Mahasiswa : Romlah Nur Asih
Judul Kasus : Asuhan Kebidanan Pranikah dan Konsepsi Pada Nn “A”
dengan Imunisasi TT Pranikah Di Puskesmas Pasrujambe
Kabupaten Lumajang
Paraf
Hari/Tanggal Saran Perbaikan
CI Lapangan CI Akademik
Minggu,
20 Oktober
2022