Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN

PRANIKAH PADA CALON PENGANTIN DENGAN PERENCANAAN


KEHAMILAN
DIKLINIK EDIFUZ KABUPATEN LUMAJANG

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Profesi


Bidan Stase Pranikah dan Prakonsepsi

Nama :Hesti Via hilyati.S.Keb


Kelas : 2B
Nim: 15901.04.22064

PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN GENGGONG
PROBOLINGGO
2022
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Asuhan Kebidanan Pranikah Pada Calon Pengantin Dengan
Perencanaan Kehamilan Di Klinik Edifuz Kabupaten Lumajang

Telah diperiksa, dievaluasi dan disetujui oleh preseptor lahan dan preseptor
akademik di klinik edifuz

Disusun Oleh :

Hesti Via Hilyati S.Keb

NIM : 15901.04.22064

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Pembimbing Lapangan

Bd.Tutik Hidayati, SST. M.Kes Farianingsih, SST. M.Kes


NIDH.0702089004 NIP:19730508 199302 2 006

2
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Konsep Dasar Pranikah (Calon Pengantin)


1.1.1. Definisi pranikah
Kata dasar dari pranikah ialah “nikah” yang merupakan ikatan
(akad) perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan
ajaran agama. Imbuhan kata pra yang memiliki makna sebelum, sehingga
arti dari pranikah adalah sebelum menikah atau sebelum adanyanya ikatan
perkawinan (lahir batin) antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri
(Setiawan, 2017).
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan,
perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
dengan batas usia 19 tahun untuk laki-laki dan 16 tahun untuk perempuan.
Akat tetapi, berdasarkan UU No. 35 tahun 2014 tentang perubahan atas
UU No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, usia kurang dari 18
tahun masih tergolong anak-anak. Oleh karena itu, BKKBN memberikan
batasan usia pernikahan 21 tahun bagi perempuan dan 25 tahun untuk pria.
Selain itu, umur ideal yang matang secara biologis dan psikologis adalah
20 – 25 tahun bagi wanita dan umur 25 – 30 tahun bagi pria (BKKBN,
2017). Sedangkan, pasangan yang akan melangsungkan pernikahan/akad
perkawinan disebut calon pengantin (Setiawan, 2017).
1.1.2. Tujuan asuhan pranikah
Menurut Kemenkes (2014), penyelenggaraan pelayanan kesehatan masa
sebelum hamil (prakonsepsi) atau pranikah bertujuan untuk:
a. Menjamin kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang
sehat dan berkualitas;
b. Mengurangi angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi baru lahir;
c. Menjamin tercapainya kualitas hidup dan pemenuhan hak-hak
reproduksi; dan

1
d. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu
dan bayi baru lahir yang bermutu, aman, dan bermanfaat sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
1.1.3. Persiapan pranikah
Dalam Pelatihan Peer Konselor Kota Depok (2011) dan Kemenkes
(2015), persiapan pernikahan meliputi kesiapan fisik, kesiapan
mental/psikologis dan kesiapan sosial ekonomi.
1. Kesiapan Fisik
Secara umum, seorang individu dikatakan siap secara fisik apabila telah
selesai fase pertumbuhan tubuh yaitu sekitar usia 20 tahun. Persiapan fisik
pranikah meliputi pemeriksaan status kesehatan, status gizi, dan
laboratorium (darah rutin dan yang dianjurkan).
2. Kesiapan Mental/Psikologis
Dalam sebuah pernikahan, individu diharapkan suda merasa siap untuk
mempunyai anak dan siap menjadi orang tua termasuk mengasuh dan
mendidik anak.
3. Kesiapan Sosial Ekonomi
Dalam menjalankan sebuah keluarga, anak yang dilahirkan tidak hanya
membutuhkan kasih sayang orang tua namun juga sarana yang baik untuk
membuatnya tumbuh dan berkembang dengan baik. Status sosial ekonomi
juga dapat mempengaruhi status gizi calon ibu, seperti status sosial
ekonomi yang kurang dapat meningkatkan risiko terjadi KEK dan anemia.
1.1.4. Pelayanan kesehatan pranikah
Pelayanan kesehatan sebelum hamil di Indonesia telah diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan (PMK No. 97 tahun 2014) dan telah tertulis
dalam buku saku kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin
maupun bagi penyuluhnya yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI.
Pemerintah baik daerah provinsi maupun kabupaten/kota telah menjamin
ketersediaan sumber daya kesehatan, sarana, prasarana, dan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan sebelum hamil sesuai standar yang
telah ditentukan. Di Surabaya telah diatur dalam Surat Edaran Walikota
Surabaya perihal Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS),
beberapa kegiatan program

2
pendampingan 1000 HPK yang berkaitan dengan pranikah adalah dengan
pemeriksaan kesehatan calon pengantin meliputi pemeriksaan fisik dan
laboratorium, serta penyuluhan kesehatan reproduksi calon pengantin.
Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil dilakukan untuk
mempersiapkan perempuan dalam menjalani kehamilan dan persalinan
yang sehat dan selamat serta memperoleh bayi yang sehat. Pelayanan
kesehatan masa sebelum hami sebagaimana yang dimaksud dilakukan
pada remaja, calon pengantin, dan pasangan usia subur (PMK No. 97
tahun 2014). Menurut Kemernkes (2015) dan PMK No. 97 tahun 2014,
kegiatan pelayanan kesehatan masa sebelum hamil atau persiapan pranikah
sebagaimana yang dimaksud meliputi:
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan minimal meliputi pemeriksaan
tanda vital (tekanan darah, suhu, nadi, dan laju nafas) dan pemeriksaan
status gizi (menanggulangi masalah kurang energi kronis (KEK) dan
pemeriksaan status anemia). Penilaian status gizi seseorang dapat
ditentukan dengan menghitung Indeks Masa Tubuh (IMT)
berdasarkan PMK RI Nomor 41 Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi
Seimbang, sebagai berikut:

Keterangan:
BB = Berat Badan (kg)
TB = Tinggi Badan (m)
Dari hasil perhitungan tersebut dapat diklasifikasikan status gizinya
sebagai berikut:
Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi berdasarkan IMT
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kekurangan berat badan tingkat 17,0 – 18,4
ringan
Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0

3
Sumber: Depkes, 2011; Supariasa, dkk,
2014. Jika seseorang termasuk kategori :
1. IMT < 17,0: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan
berat badan tingkat berat atau Kurang Energi Kronis (KEK) berat.
2. IMT 17,0 – 18,4: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan
berat badan tingkat ringan atau KEK ringan (Depkes, 2011).
Menurut Supariasa, dkk (2014), pengukuran LLA pada kelompok Wanita
Usia Subur (usia 15 – 45 tahun) adalah salah satu deteksi dini yang mudah
untuk mengetahui kelompok berisiko Kekurangan Energi Kronis (KEK).
Ambang batas LLA WUS dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm.
Apabila LLA < 23,5 cm atau dibagian merah pita LLA, artinya wanita
tersebut mempunyai risiko KEK, dan diperkirakan akan melahirkan berat
bayi lahir rendah (BBLR), BBLR mempunyai risiko kematian, gizi kurang,
gangguan pertumbuhan, dan perkembangan anak (Supariasa, dkk, 2014).
b. Pemeriksaan penunjang
Pelayanan kesehatan yang dilakukan berdasarkan indikasi medis, terdiri atas
pemeriksaan darah rutin, darah yang dianjurkan, dan pemeriksaan urin yang
diuraikan sebagai berikut (Kemenkes, 2015):
1) Pemeriksaan darah rutin
Meliputi pemeriksaan hemoglobin dan golongan darah. Pemeriksaan
hemoglobin untuk mengetahaui status anemia seseorang. Anemia
didefinisikan sebagai berkurangnya satu atau lebih parameter sel darah
merah: konsentrasi hemoglobin, hematokrit atau jumlah sel darah merah.
Menurut kriteria WHO anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 13 g%
pada pria dan di bawah 12 g% pada wanita. Berdasarkan kriteria WHO
yang direvisi/ kriteria National Cancer Institute, anemia adalah kadar
hemoglobin di bawah 14 g% pada pria dan di bawah 12 g% pada wanita.
Kriteria ini digunakan untuk evaluasi anemia pada penderita dengan
keganasan. Anemia merupakan tanda adanya penyakit. Anemia selalu
merupakan keadaan tidak normal dan harus dicari penyebabnya
(Oehadian, 2012). Anemia defisiensi zat besi dan asam folat merupakan
salah satu masalah masalah kesehatan gizi utama di Asia Tenggara,
termasuk di

4
Indonesia (Ringoringo, 2009). Saat ini program nasional menganjurkan
kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis
anemia (Fatimah, 2011).
2) Pemeriksaan darah yang dianjurkan
Meliputi gula darah sewaktu, skrining thalassemia, malaria (daerah
endemis), hepatitis B, hepatitis C, TORCH (Toxoplasma, rubella,
ciromegalovirus, dan herpes simpleks), IMS (sifilis), dan HIV, serta
pemeriksaan lainnya sesuai dengan indikasi.
(a) Pemeriksaan gula darah
Kadar gula darah yang tinggi atau penyakit diabetes dapat
mempengaruhi fungsi seksual, mesnstruasi tidak teratur (diabetes tipe
1), meningkatkan risiko mengalami Polycystic ovarian syndrome
(PCOS) pada diabetes tipe 2, inkontensia urine, neuropati, gangguan
vaskuler, dan keluhan psikologis yang berpengaruh dalam
patogenesis terjadinya penurunan libido, sulit terangsang, penurunan
lubrikasi vagina, disfungsi orgasme, dan dyspareunia. Selain itu
diabetes juga berkaitan erat dengan komplikasi selama kehamilan
seperti meningkatnya kebutuhan seksio sesarea, meningkatnya risiko
ketonemia, preeklampsia, dan infeksi traktus urinaria, serta
meningkatnya gangguan perinatal (makrosomia, hipoglikemia,
neonatus, dan ikterus neonatorum) (Kurniawan, 2016).
(b) Pemeriksaan hepatitis
Penyakit yang menyerang organ hati dan disebabkan oleh virus
hepatitis B, ditandai dengan peradangan hati akut atau menahin yang
dapat berkembang menjadi sirosis hepatis (pengerasan hati) atau
kanker hati. Gejala hepatitis B adalah terlihat kuning pada bagian
putih mata dan pada kulit, mual, muntah, kehilangan nafsu makan,
penurunan berat badan, dan demam. Dampak hepatitis B pada
kehamilan dapat menyebabkan terjadinya abortus, premature, dan
IUFD. Dapat dicegah dengan melaksukan vaksinasi dan menghindari
hal-hal yang menularkan hepatitis B (Kemenkes, 2017). Cara
penularan hepatitis B melalui darah atau cairan tubuh yang terinfeksi,

5
hubungan seksual dengan penderita hepatitis B, penggunaan jarum
sutik bersama, dan proses penularan dapat ditularkan dari ibu hamil
penderita hepatitis B ke janinnya.
(c) Pemeriksaan TORCH
Suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi toxoplasma gondii,
rubella, cytomegalovirus (CMV), dan herpes simplex virus II (HSV
II). Dapat ditularkan melalui:
a) Konsumsi makanan dan sayuran yang tidak terlalu bersih dan
tidak dimasak dengan sempurna atau setengah matang
b) Penularan dari ibu ke janin
c) Kotoran yang terinfeksi virus TORCH (kucing, anjing,
kelelawar, burung
Dampak TORCH bagi kesehatan dapat menimbulkan masalah
kesuburan baik wanita maupun laki-laki sehingga menyebabkan sulit
terjadinya kehamilan, kecacatan janin, dan risiko keguguran,
kecacatan pada janin seperti kelainan pada syaraf, mata, otak, paru,
telinga, dan terganggunya fungsi motoric.
(d) Pemeriksaan IMS (Infeksi Menular Seksual)
Penyakit infeksi yang dapt ditularkan melalui hubungan seksual.
Penyakit yang tergolong dalam IMS seperti sifilis,gonorea, klamidia,
kondiloma akuminata, herpes genitalis, HIV, dan hepatitis B, dan
lain- lain. Gejala umum infeksi menular seksual (IMS) pada
perempuan:
a) Keputihan dengan jumlah yang banyak, berbau, berwarna, dan
gatal
b) Gatal di sekitar vagina dan anus
c) Adanya benjolan, bintil, kulit, atau jerawat di sekitar vagina atau
anus
d) Nyeri di bagian bawah perut yang kambuhan, tetapi tidak
berhubungan dengan menstruasi
e) Keluar darah setelah berhubungan seksual
f) Demam
Gejala umum infeksi menular seksual pada laki-laki:

6
a) Kencing bernanah, sakit, perih atau panas ppada saat kencing
b) Adanya bintil atau kulit luka atau koreng sekitar penis dan
selangkangan paha
c) Pembengkakan dan sakit di buah zakar
d) Gatal di sekitar alat kelamin
e) Demam
Dampak infeksi menular seksual yaitu kondisi kesehatan menutun,
mudah tertular HIV/AIDS. Mandul, keguguran, hamil di luar
kandungan, cacar bawaan janin, kelainan penglihatan, kelainan
syaraf, kanker serviks, dan kanker organ seksual lainnya.
(e) Pemeriksaan HIV
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang
dan melemahkan sistem pertahanan tubuh untuk melawan infeksi
sehingga tubuh mudah tertular berbagai penyakit. AIDS (Acquire
Immuno Deficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala dan tanda
penyakit akibat menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh
HIV. Seseorang yang menderita HIV, tiak langsung menjadi AIDS
dalam kurun waktu 5 – 10 tahun. Penularan HIV di dapatkan di
dalam darah dan cairan tubuh lainnya (cairan sperma, cairan vagina,
dan air susu ibu). Cara penularan HIV melalui:
(1) Hubungan seksual dengan orang yang telah terinfeksi HIV.
(2) Penggunaaan jarum suntik bersama-sama dengan orang yang
sudah terinfeksi HIV (alat suntik, alat tindik, dan alat tato).
(3) Ibu yang terinfeksi HIV ke bayi yang dikandungnya. Penularan
dapat terjadi selama kehamilan, saat melahirkan, dan saat
menyusui.
(4) Transfusi darah atau produk darah lainnya yang terkontaminasi
HIV.
Semua orang bisa berisiko tertular HIV, tetapi risiko tinggi terdapat
pada pekerja seksual, pelanggan seksual, homoseksual (sesame jenis
kelamin), dan penggunaan narkoba suntik. Cara pencegahan
penularan HIV – AIDS dapat dilakukan dengan ABCDE yaitu:

7
(2) Abstinence (tidak berhubungan seksual)
(3) Be faithful (saling setia, tidak berganti pasangan)
(4) Use Condom (menggunakan kondom jika memiliki perilaku
seksual berisiko)
(5) No Drugs (tidak menggunakan obat-obat terlarang, seperti
narkotika, zat adiktif, tidak berbagi jarum (suntik, tindik, tato)
dengan siapapun.
(6) Education (membekali informasi yang benar tentang HIV/AIDS)
3) Pemeriksaan urin rutin
Urinalissis atau tes urin rutin digunakan untuk mengetahui fungsi ginjal
dan mengetahui adanya infeksi pada ginjal atau saluran kemih.
c. Pemerian imunisasi
Pemberian imunisasi dilakukan dalam upaya pencegahan dan perlindungan
terhadap penyakit tetanus, sehingga akan memiliki kekebalan seumur hidup
untuk melindungi ibu dan bayi terhadap penyakit tetanus. Pemberian
imunisasi tetanus toxoid (TT) dilakukan untuk mencapai status T5 hasil
pemberian imunisasi dasar dan lanjutan. Status T5 sebagaimana dimaksud
ditujukkan agar wanita usia subur memiliki kekebalan penuh. Dalam hal status
imunisasi belum mencapai status T5 saat pemberian imunisasi dasar dan
lanjutan, maka pemberian imunisasi tetanus toxoid dapat dilakukan saat yang
bersangkutan menjadi calon pengantin.
Tabel 2.2 Perlindungan Status Imunisasi TT
Status TT Interval Pemberian Lama Perlindungan
TT 1 Langkah awal pembentukan
kekebalan tubuh terhadap
penyakit Tetanus
TT II 4 minggu setelah TT 1 3 tahun
TT III 6 bulan setelah TT II 5 tahun
TT IV 1 tahun setelah TT III 10 tahun
TT V 1 tahun setelah TT IV > 25 tahun *)
Sumber: Kemenkes, 2017.
*) Yang dimaksud dengan masa perlindungan > 25 tahun adalah apabila telah
mendapatkan imunisasi TT lengkap mulai dari TT 1 sampai TT 5.

8
Tabel 2.3 Skrining Status TT Wanita Usia Subur
No. Riwayat Imunisasi TT Pernah/Tidak Diimunisasi Kesimpulan Status
DPT/DPT-HB/Dt/Td/TT TT
A. Riwayat Imunisasi DPT-HB
saat bayi:
Bayi yang lahir mulai tahun
1990 status TTnya dihitung
TT II
B. Riwayat BIAS
1 Untuk WUS yag lahir
antara tahun 1973 s.d
1976
a. Kelas 6 (2 dosis)
2 Untuk WUS yang lahir
antara 1977 s/d 1987
a. Kelas 6 (2 dosis)
b. Kelas 6 (2 dosis)
3 Untuk WUS yang
lahir tahun 1988
a. Kelas 1
b. Kelas 5
c. Kelas 6
4 Untuk WUS yang
lahir tahun 1989
a. Kelas 1
b. Kelas 4
c. Kelas 5
d. Kelas 6
5 Untuk WUS yang
lahir tahun 1990
a. Kelas 1
b. Kelas 3
c. Kelas 4
d. Kelas 5
e. Kelas 6

9
Untuk WUS yang
6 lahir tahun 1991
a. Kelas 1
b. Kelas 2
c. Kelas 3
d. Kelas 4
7 Untuk WUS yang
lahir tahun 1992 s/d
sekarang
a. Kelas 1
b. Kelas 2
c. Kelas 3
C Saat Calon Pengantin
D Saat Hamil
a. Hamil 1
b. Hamil 2
c. Hamil 3
d. Hamil 4
E Lain-lain (Kegiatan
Kampanye/Ori Difteri)
Contoh: saat SMA tahun
2003 – 2005, dan akselerasi
WUS di Bangkalan dan
Sumenep (2009 – 2010),
Ori Difteri 2011, Sub PIN
Difteri 2012

Sumber: Kemenkes, 2014.


Keterangan tabel:
a. Bagi WUS yang lahir sebelum tahun 1973, pertanyaan yang diajukan
hanya pada riwayat calon pengantin (C), Hamil (D), dan lain-lain (E).
b. Vaksinasi DPT 3 dosis dimulai sejak 1977 s.d sekarang
c. Vaksinasi anak SD/MI (BIAS) DT dan TT tahun 1984 – 1997: kelas 1
laki- laki dan perempuan (DT 2 dosis) dan kelas 6 perempuan
d. Vaksinasi anak SD/MI (BIAS) DT dan TT tahun 1998 – 2000: kelas 1
(DT) s/d 2 – 6 (TT)

10
11
e. Vaksinasi anak SD/MI (BIAS) DT dan TT tahun 2001 – sekarang: kelas
1, 2, dan 3.
f. Vaksinasi catin dan ibu hamil (2 dosis) dimulai sejak tahun 1984 s/d 2000
– tahun 2001 s/d sekarang harus diskrining terlebih dahulu
g. Interval minimal pemberian TT: TT 1 ke TT 2 = 4 minggu, TT 2 ke TT 3
= 6 bulan, TT 3 ke TT 4 = 1 tahun, TT 4 ke TT 5 = 1 tahun.
d. Suplementasi gizi
Peningkatan status gizi calon pengantin terutama perempuan melalui
penanggulangan KEK (Kekurangan Energi Kronis) dan anemia gizi besi, serta
defisiensi asam folat. Dilaksanakan dalam bentuk pemberian edukasi gizi
seimbang dan tablet tambah darah.
e. Konseling/Konsultasi kesehatan pranikah
Konseling pranikah dikenal dengan sebutan pendidikan pranikah,
konseling edukatif pranikah, terapi pranikah, maupun program persiapan
pernikahan. Konseling pranikah merupakan suatu proses konseling yang
diberikan kepada calon pasangan untuk mengenal, memahami dan menerima
agar mereka siap secara lahir dan batin sebelum memutuskan untuk
menempuh suatu perkawinan (Triningtyas, dkk, 2017).
Bimbingan konseling pra nikah merupakan kegiatan yang diselenggarakan
kepada pihak-pihak yang belum menikah, sehubungan dengan rencana
pernikahannya. Pihak-pihak tersebut datang ke konselor untuk membuat
keputusannya agar lebih mantap dan dapat melakukan penyesuaian di
kemudian hari secara baik (Latipun, 2010). Konseling pernikahan atau yang
biasa disebut marriage counseling) merupakan upaya membantu pasangan
calon pengantin. Konselig pernikahan ini dilakukan oleh konselor yang
professional. Tujuannya agar mereka dapat berkembang dan mampu
memecahkan masalah yang dihadapinya melalui cara-cara yang saling
menghargai, toleransi, dan komunikasi, agar dapat tercapai motivasi
berkeluarga, perkembangan, kemandirian, dan kesejahteraan seluruh anggota
keluarganya (Willis, 2009).
Konseling pernikahan juga disebut dengan terapi untuk pasangan yang
akan menikah. Terapi tersebut digunakan untuk membantu pasangan agar
saling memahami, dapat memecahkan masalah dan konflik secara sehat,

12
saling

13
menghargai perbedaan, dan dapat meningkatkan komunikasi yang baik
(Kertamuda, 2009).Bimbingan konseling pra nikah mempunyai objek yaitu
calon pasangan suami istri dan anggota keluarga calon suami istri. Calon
suami istri atau lebih tepatnya pasangan laki-laki dan perempuan yang dalam
perkembangan hidupnya baik secara fisik maupun psikis sudah siap dan
sepakat untuk menjalin hubungan ke jenjang yang lebih serius (pernikahan).
Anggota keluarga calon suami istri yaitu individu-individu yang mempunyai
hubungan keluarga dekat, baik dari pihak suami maupun istri (Zulaekha,
2013).
Menurut Kemenkes (2015), informasi pranikah yang dibutuhkan sebelum
memasuki jenjang pernikahan meliputi:
1) Kesehatan reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan
sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan
yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. Catin perlu
mengetahui mengetahui informasi kesehatan reproduksi untuk
menjalankan proses fungsi perilaku reproduksi yang sehat dan aman.
Catin perempuan akan menjadi calon ibu yang harus mempersiapkan
kehamilannya agar dapat melahirkan anak yang sehat dan berkualitas.
Catin laki-laki akan menjadi calon ayah yang harus memiliki kesehatan
yang baik dan berpartisipasi dalam perencanaan keluarga, seperti
menggunakan alat kontrasepsi serta mendukung kehamilan dan persalinan
yang aman. Laki-laki dan perempuan mempunyai risiko masalah
kesehatan reproduksi terhadap penularan penyakit. Perempuan lebih
rentan terhadap masalah kesehatan reproduksi yang terjadi pada saat
berhubungan seksual,hamil, melahirkan, nifas, keguguran, dan pemakaian
alat kontrasepsi, karena struktur alat reproduksinya lebih rentan secara
sosial maupun fisik terhadap penularan infeksi menular seksual. Laki-laki
dan perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk menjaga
kesehatan reproduksi.
2) Hak dan kesehatan reproduksi seksual
Hak asasi manusia yang dimiliki oleh setiap laki-laki dan perempuan yang
berkaitan dengan kehidupan reproduksinya. Hak inii menjamin setiap

14
pasangan dan individu untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung
jawab mengenai jumlah, jarak, dan waktu memiliki anak serta untuk
memperoleh informasi kesehatan reproduksi. Informasi yang perlu
diketahui antara lain:
1. Kesehatan reproduksi, permasalahan, dan cara mengatasinya.
2. Penyakit menular seksual, agar perempuan dan laki-laki
terlindung dari infeksi meular seksual (IMS), HIV – AIDS, dan
infeksi saluran reproduksi (ISR), serta memahamicara
penularannya, upaya pencegahan, dan pengobatan.
3. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) yang aman, efektif,
terjangkau, dapat diterima, sesuai dengan pilihan, dan tanpa
paksaan serta mengetahui dan memahami efek samping dan
komplikasi dari masing-masinng alat dan obat kontrasepsi.
4. Catin laki-laki dan perempuan berhak mendapatkan pelayanan
kesehatan reproduksi yang dibutuhkan. Catin perempuan berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi yang dibutuhkan
agar sehat dan selamat dalam menjalani kehamilan, persalinan,
nifas, serta memperoleh bayi yang sehat.
5. Hubungan suami istri harus didasari rasa cinta dan kasih sayang,
saling menghargai dan menghormati pasangangan, serta
dilakukan dalam kondisi dan waktu yang diinginkan bersama
tanpa unsur pemaksaan, ancaman, dan kekerasan.
Perilaku yang harus dihindari dalam aktivitas seksual antara lain:
1. Melakukan hubungan seksual pada saat menstruasi dan masa nifas
2. Melakukan hubungan seksual melalui dubur dan mulut karena
berisiko dalam penularan penyakit dan merusakorgan reproduksi.
3) Kesetaraan gender dalam kesehatan reproduksi
Gender adalah pembagian dalam peran kedudukan dan tugas antara laki-
laki dan perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat
laki-laki dan perempuan yang dianggap pantas sesuai norma, adat istiadat,
kepercayaan atau kebiasaan masyarakat. Kesetaraan gender adalah suatu
dan kondisi (kualitas hidup) adalah sama, laki-laki dan perempuan bebas

15
mengembangkan kemampuan personil mereka dan membuat pilihan-
pilihan tanpa dibatasi oleh stereotip, peran gender yang kaku. Penerapan
kesetaraan gender dalam pernikahan:
a. Pernikahan yang ideal dapat terjadi ketika perempuan dan laki-laki
dapat saling menghormati dan menghargai satu sama lain, misalnya:
Dalam mengambil keputusan dalam rumah tangga dilakukan secara
bersama dan tidak memaksakan ego masing-masing
1. Suami-istri saling membantu dalam pekerjaan rumah tangga,
pengasuhan, dan pendidikan anak.
2. Kehamilan merupakan tanggung jawab bersama laki-laki dan
perempuan.
3. Laki-laki mendukung terlaksananya pemberian ASI eksklusif
b. Pernikahan yang bahagia harus terbebas dari hal-hal di bawah ini:
1. Kekerasan secara fisik (memukul, menampar, menjambak
rambut, menyudut dengan rokok, melukai, dan lain-lain)
2. Kekerasan secara psikis (selingkuh, menghina, komentar-
komentar yang merendahkan, membentak, mengancam, dan lain-
lain)
3. Kekerasan seksual
4. Penelantaran rumah tangga.
4) Cara merawat organ reproduksi
Untuk menjaga kesehatn dan fungsi organ reproduksi perlu dilakukan
perawatan baik pada laki-laki dan perempuan, antara lain:
1. Pakaian dalam diganti minimal 2 kali sehari.
2. Menggunakan pakaian dalam yang menyerap keringat dan cairan.
3. Bersihkan organ kelamin sampai bersih dan kering.
4. Menggunakan celana yang tidak ketat
5. Membersihkan organ kelamin setelah BAK dan
BAB. Cara merawat organ reproduksi perempuan antara lain:
1. Bersihkan organ kelamin dari depan ke belakang dengan
menggunakan air bersih dan dikeringkan.

16
2. Sebaiknya tidak menggunakan cairan pembilas vagina karena dapat
membunuh bakteri baik dalam vagina dan memicu tumbuhnya jamur.
3. Pilihlah pembalut berkualitas yang lembut dan mempunyai daya serap
tinggi. Jangan memakai pembalut dalam waktu lama. Saat menstruasi,
ganti pembalut sesering mungkin.
4. Jika sering keputihan, berbau, berwarna, dan terasa gatal, serta
keluhan organ reproduksi lainnya segera memeriksakan diri ke
petugas kesehatan.
Cara merawat organ reproduksi laki-laki antara lain:
1. Menjaga kebersihan organ kelamin
2. Dianjurkan sunat untuk menjaga kebersihan kulup kulit luar yang
menutup penis.
3. Jika ada keluhan pada organ kelamin dan daerah sekitar kelamin
segera memeriksakan diri ke petugas kesehatan.

2.2. Konsep Dasar Perencanaan Kehamilan (Prakonsepsi)


1.2.1. Definisi perencanaan kehamilan dan prakonsepsi
Masa pranikah dapat digolongkan dalam masa prakonsepsi, namun masa
prakonsepsi tidak selalu digolongkan ke dalam masa pranikah. Perencanaan
kehamilan merupakan perencanaan berkeluarga yang optimal melalui perencanaan
kehamilan yang aman, sehat dan diinginkan merupakan salah satu faktor penting
dalam upaya menurunkan angka kematian maternal. Menjaga jarak kehamilan
tidak hanya menyelamatkan ibu dan bayi dari sisi kesehatan, namun juga
memperbaiki kualitas hubungan psikologi keluarga (Mirza, 2008). Merencanakan
kehamilan merupakan perencanaan kehamilan untuk mempersiapkan kehamilan
guna mendukung terciptanya kehamilan yang sehat dan menghasilkan keturunan
yang berkualitas yang diinginkan oleh keluarga (Nurul, 2013).
Prakonsepsi berasal dari dua kata yakni pra dan konsepsi. Pra artinya
sebelum (Setiawan, 2017). Konsepsi atau pembuahan adalah bertemunya sel telur
(ovum) dengan sperma (spermatozoa) (Purwandari, 2011). Prakonsepsi adalah
masa sebelum kehamilan terjadi (Katherine, dkk, 2013). Sehingga prakonsepsi
adalah sebelum terjadinya pertemuan antara sel telur dengan sperma yang dapat

17
menyebabkan kehamilan. Perawatan prakonsepsi adalah perawatan yang
diberikann sebelum kehamilan dengan sasaran mempermudah seorang wanita
mencapai tingkat kesehatan yang optimal sebelum ia mengandung (Varney,
2007).
Konsepsi merupakan istilah lain yang digunakan untuk menggambarkan
proses terjadinya pembuahan. Fertilisasi (pembuahan) adalah penyatuan ovum
(oosit sekunder) dengan spermatozoa yang biasanya berlangsung di ampula tuba.
Proses fertilisasi meliputi penetrasi spermatozoa ke dalam ovum, fusi sprematozoa
dan ovum, dan diakhiri dengan fusi materi genetik. Kehamilan terjadi ketika hasil
konsepsi mengalami nidasi (implantasi) pada dinding uterus. Sehingga untuk
dapat terjadinya kehamilan perlu ada spermatozoa, ovum, pembuahan ovum
(konsepsi), dan nidasi hasil konsepsi (Prawirohardjo, 2010).
Prakonsepsi merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan
masa sebelum konsepsi. Perawatan prakonsepsi adalah satu set intervensi yang
bertujuan untuk mengidentifikasi dan memodifikasi risiko yang diakibatkan oleh
perilaku dan kondisi sosial untuk mencapai status kesehatan wanita dan kesehatan
kehamilan melalui upaya preventif dan manajemen (CDC, 2006).
Masa prakonsepsi disebut juga masa sebelum hamil. Pelayanan kesehatan
masa sebelum hamil didefinisikan sebagai kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
yang ditujukan pada perempuan sejak saat remaja hingga saat sebelum hamil
dalam rangka menyiapkan perempuan menjadi hamil sehat (Kemenkes, 2014).
Asuhan kebidanan prakonsepsi adalah suatu perencanaan intervensi
biomedik, perilaku, dan kesehatan social pada perempuan dan pasangannya
sebelm terjadi konsepsi. Pengertian lainnya yakni sejumlah intervensi yang
bertujuan untuk menemukan dan mengubaj risiko biomedik, perilaku, dan social
uuntuk mewujudkan kesehatan perempuan atau hasil kehamilan melalui
pencegahan dan pengelolaan yang menyangkit faktor-faktor tersebut yang harus
dilaksanakan sebelum terjadinya konsepsi atau pada masa kehamilan dini untuk
mendapatkan hasil yang maksimal (Winardi, 2016).
1.2.2. Faktor yang mempengaruhi kesuburan
Kesuburan (fertilitas) adalah kemampuan seorang wanita (istri) untuk
menjadi hamil dan melahirkan anak hidup dari pasangan pria (suami) yang
mampu menghamilkannya (Handayani, dkk, 2010). Masa subur adalah suatu

18
masa dalam

19
siklus menstruasi perempuan di mana terdapat sel ovum yang siap dibuah,
sehingga bila perempuan tersebut melakukan hubungan seksual maka
dimungkinkan terjadi kehamilan. Masa subur merupakan rentang waktu pada
wanita yang terjadi “sebulan sekali” (Indriarti, dkk, 2013). Masa subur terjadi
pada hari ke-14 sebelum menstruasi selanjutnya terjadi (Purwandari, 2011).
Menurut Saifuddin, dkk (2010), untuk perhitungan masa subur dipakai rumus
siklus terpanjang dikurangi 11 dan siklus terpendek dikurangi 18.

Sumber: Purwandari, 2011.


Faktor-faktor yang mempengaruhi kesuburan pasangan usia subur
antara lain:
1) Umur
Pada perempuan, usia reproduksi sehat dan aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun (Prawirohardjo,
2010). Rentang usia risiko tinggi adalah <20 tahun dan ≥ 35
tahun. Hal ini dikarenakan pada usia <20 tahun secara fisik dan
mental ibu belum kuat yang memungkinkan berisiko lebih besar
mengalami anemia, pertumbuhan janin terhambat, dan persalinan
prematur. Sedangkan pada usia ≥35 tahun kondisi fisik mulai
melemah. Meskipun pada umur 40 tahun keatas perempuan
masih dapat hamil, namun fertilitas menurun cepat sesudah usia
tersebut. Usia reprodukstif perempuan yang terbaik pada usia 20
tahunan, selanjutnya kesuburan secara bertahap menurun pada
usia 30 tahun, terutama setelah usia 35 tahun (American Society
for Reproductive Medicine, 2012).
Pada laki-laki, tingkat kesuburan akan mulai menurun
secara perlahan-lahan. Kesuburan laki-laki diawali saat
memasuki

20
usia pubertas ditandai dengan perkembangan organ reproduksi,
rata-rata umur 12 tahun. Perkembangan organ reproduksi laki-
laki mencapai keadaan stabil umur 20 tahun. Tingkat kesuburan
akan bertambah sesuai dengan pertambahan umur dan akan
mencapai puncaknya pada umur 25 tahun. Setelah usia 25 tahun
kesuburan pria mulai menurun secara perlahan-lahan, dimana
keadaan ini disebabkan karena perubahan bentuk dan faal organ
reproduksi (Khaidir, 2006). Disarankan pria untuk menikah pada
usia kurang dari 40 tahun, karena di atas usia tersebut motilitas,
konsentrasi, volume seminal, dan fragmentai DNA telah
mengami penurunan kualitas sehingga meningkatkan risiko
kecacatan janin (RSUA, 2013).

2) Frekuensi sanggama
Fertilisasi (pembuahan) atau peristiwa terjadinya
pertemuan antara spermatozoa dan ovum,akan terjadi bila koitus
(senggama) berlangsung pada saat ovulasi. Dalam keadaan
normal sel spermatozoa masih hidup selama 1-3 hari dalam organ
reproduksi wanita, sehingga fertilisasi masih mungkin jika
ovulasi terjadi sekitar 1-3 hari sesudah koitus berlangsung.
Sedangkan ovum seorang wanita umurnya lebih pendek lagi
yaitu lx24 jam, sehingga bila kiotus dilakukan-pada waktu
tersebut kemungkinan besar bisa terjadi pembuahan. Hal ini
berarti walaupun suami istri mengadakan hubungan seksual tapi
tidak bertepatan dengan masa subur istri yang hanya terjadi satu
kali dalam sebulan, maka tidak akan terjadi pembuahan dan tidak
akan terjadi kehamilan pada istri (Khaidir, 2006).
3) Lama berusaha
Penelitian mengenai lamanya waktu yang dibutuhkan
untuk menghasilkan kehamilan menunjukkan, bahwa 32,7%
seorang istri akan hamil dalam satu bulan pertama, 57,0% dalam

21
tiga bulan pertama, 72.1% dalam enam bulan pertama, 85,4%
dalam 12 bulan pertama, dan 93,4% dalam 24 bulan pertama.
Waktu rata~rata yang dibutuhkan untuk menghasilkan kehamilan
adaleh. 2,3-2.8 bulan. Jadi lama suatu pasangan suami istri
berusaha secara teratur merupakan faktor penentu untuk dapat
terjadi kehamilan (Khaidir, 2006).
1.2.3. Persiapan kehamilan
BKKBN (2014) mengungkapkan berbagai persiapan kehamilan yang sehat
diantaranya:
1. Pemeriksaan kesehatan
Pemeriksaan kesehatan merupakan salah satu bagian penting
dari pelayanan kesehatan prakonsepsi yang bertujuan untuk
mempersiapkan calon ibu dalam menjalani kehamilan dan persalinan
yang sehat dan selamat serta memperoleh bayi yang sehat.
Pemeriksaan kesehatan dapat dilakukan di puskesmas atau rumah
sakit.
2. Menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh
Dapat dilakukan dengan cara olahraga yang teratur. Aktivitas
fisik/olahraga tidak perlu dilakukan selama berjam-jam. Cukup 3 kali
dalam seminggu selama 1/2 jam, dan lakukan secara rutin. Manfaat
olahraga selain menyehatkan, juga mencegah terjadinya kelebihan
berat badan.
Berat badan yang sehat membantu pembuahan dan kehamilan
membuat lebih nyaman. Diet penurunan berat badan harus benar-
benar dikontrol agar dapat aman selama kehamilan, terutama
disarankan untuk wanita yang mengalami kelebihan berat badan
serius, tetapi harus disertai dengan selalu berkonsultasi dengan dokter
dan atas rekomendasi ahli gizi. Berat badan kurang dapat mengganggu
kesuburan karena kekurangan jumlah lemak yang dibutuhkan tubuh.
Sementara kelebihan berat badan dapat mempengaruhi proses ovulasi
menjadi tidak teratur. Selain itu, kelebihan berat badan berisiko lebih
besar untuk mengalami komplikasi, seperti tekanan darah tinggi dan
diabetes selama kehamilan.

22
3. Menghentikan kebiasaan buruk
Kebiasaan merokok, minum alkohol, atau bahkan menggunakan
narkoba, dapat menyebabkan berbagai masalah selama kehamilan,
juga janin yang dikandung, Bayi dapat lahir prematur, lahir dengan
cacat bawaan hingga kematian janin. Perempuan yang minum alkohol
memiliki kemungkinan rendah untuk bisa hamil. Sedangkan untuk
kaum pria, minum alkohol dapat mempengaruhi kualitas sperma
dengan menurunkan tingkat testosteron dan bisa menyebabkan testis
layu. Begitu pula rokok dapat menurukan kesuburan baik pada
perempuan maupun laki-laki. Racun pada rokok dapat mengakibatkan
kerusakan kromosom pada telur, dan melemahkan kemampuan untuk
menghasilkan estrogen yang sangat diperlukan untuk menyiapkan
lapisan rahim menjelang kehamilan. Bagi laki-laki, rokok berpengaruh
terhadap kualitas dan kuantitas sperma. Kemauan sperma membuahi
sel telur dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas spermatozoa.
4. Meningkatkan asupan makanan bergizi
Persiapan kehamilan sehat memang sangat penting terkait
dengan makanan dan nutrisi yang dikonsumsi. Salah satu cara yang
dapat dilakukan adalah mengatur pola makan dengan prinsip gizi
seimbang, memperbanyak konsumsi buah dan sayuran, menghindari
makanan yang mengandung zat-zat aditif seperti penyedap, pengawet,
dan pewarna. Kandungan radikal bebas dari zat aditif tersebut dapat
memicu terjadinya mutasi genetik pada anak sehingga menyebabkan
kelainan fisik, dan cacat kongenital.
Saat terjadi pembuahan, janin sudah terekpos dengan nutrisi
yang dimakan ibu sejak dua mingu sebelumnya. Sehingga calon ibu
harus memperhatikan asupan makanan yang mendukung pembentukan
janin sehat. Dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang
mengandung :
a) Protein
Berfungsi untuk meningkatkan produksi sperma. Makanan
sumber protein seperti telur, ikan, daging, tahu dan tempe.
b) Asam folat

23
Berperan dalam perkembangan system saraf pusat dan darah
janin, cukup asam folat mengurangi risiko bayi lahir dengan cacat
sistem saraf sebanyak 70%. Jika seorang perempuan memiliki
kadar asam folat yang cukup setidaknya 1 bulan sebelum dan
selama kehamilan, maka dapat membantu mencegah kecacatan
pada otak dan tulang belakang bayi. Asam folat dapat diperoleh
melalui makanan, seperti sayuran berwarna hijau tua (bayam,
sawi hijau, caisim mini), asparagus, brokoli, pepaya, jeruk,
stroberi, rasberi, kacang-kacangan, alpukat, okra, kembang kol,
seledri, wortel, buah bit, dan jagung. Sebagian susu untuk ibu
hamil pun mengandung asam folat cukup tinggi, sehingga dapat
membantu memenuhi kebutuhan Ibu. Ibu dapat memilih susu
untuk ibu hamil yang rasanya enak untuk mengurangi rasa mual,
serta tentu merupakan produk yang berkualitas tinggi.
c) Konsumsi berbagai Vitamin
- Vitamin A
Berperan cukup penting dalam produksi sperma yang sehat.
Terdapat pada hati, mentega, margarin, telur, susu, ikan
berlemak, brokoli, wortel, bayam, dan tomat.
- Vitamin D
Kekurangan vitamin D akan menurunkan tingkat kesuburan
hingga 75%. Sumber vitamin D diproduksi di dalam tubuh
dengan bantuan sinar matahari, selain itu dapat pula diperoleh
dari telur, susu, hati, minyak ikan, ikan tuna, margarin, dan
ikan salmon.
- Vitamin E
Vitamin E dapat meningkatkan kemampuan sperma membuahi
sel telur dan mencegah keguguran karena perannya dalam
menjaga kesehatan dinding rahim dan plasenta. Banyak
terdapat pada minyak tumbuh-tumbuhan, bekatul gandum, dan
kecambah atau tauge.
- Vitamin B6

24
Kekurangan vitamin ini akan menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan hormon, padahal keseimbangan hormon
estrogen dan progesteron penting untuk terjadinya kehamilan.
Sumber vitamin B6 antara lain ayam, ikan, beras merah,
kacang kedelai, kacang tanah, pisang, dan sayur kol.
- Vitamin C
Pada wanita, vitamin C berperan penting untuk fungsi indung
telur dan pembentukan sel telur. Selain itu, sebagai antioksidan
(bekerjasama dengan vitamin E dan beta karoten) vitamin C
berperan melindungi sel-sel organ tubuh dari serangan radikal
bebas (oksidan) yang mempengaruhi kesehatan sistem
reproduksi . Vitamin C banyak terdapat pada jambu biji, jeruk,
stroberi, pepaya, mangga, sawi, tomat, dan cabai merah.
d) Cukupi zat seng
Berperan penting dalam pertumbuhan organ seks dan juga
pembentukan sperma yang sehat. Bagi calon ibu, seng membantu
produksi materi genetik ketika pembuahan terjadi. Bagi calon
ayah, melancarkan pembentukan sperma. Sumber seng antara lain
makanan hasil laut/seafood (seperti lobster, ikan, daging
kepiting), daging, kacang-kacangan (kacang mete dan almond),
biji-bijian (biji labu dan bunga matahari), serta produk olahan
susu.
e) Cukupi zat besi
Kekurangan zat besi membuat siklus ovulasi (pelepasan sel telur)
ibu tergangu. Makanan atau multivitamin yang mengandung zat
besi akan membantu dalam persiapan kehamilan dan menghindari
anemia yang sering kali dikeluhkan oleh ibu hamil. Sumbernya:
hati, daging merah, kuning telur, sayuran hijau, jeruk, dan serealia
yang diperkaya zat besi.
f) Fosfor
Jika kekurangan, menurunkan kualitas sperma calon ayah. Ada di
susu, dan ikan teri.
g) Selenium (Se)

25
Berperan penting dalam produksi sperma yang sehat. Gejala
kekurangan selenium antara lain tekanan darah tinggi, disfungsi
seksual dan ketidaksuburan. Sumber selenium antara lain adalah
beras, bawang putih, kuning telur, seafood, jamur, dan semangka.
h) Kurangi konsumsi kandungan makanan yang berminyak
Jika memungkinkan, calon ibu dapat mengganti minyak goreng
dengan minyak zaitun. Kandungan asam lemak yang terkandung
di dalam minyak zaitun bermanfaat untuk kesehatan jantung,
tubuh, serta level kolestrol sehingga menyeimbangkan endokrin
yang sehat.
i) Membatasi Kafein
Batasi konsumsi kopi dan teh dikarenakan mengandung kafein
yang dapat memperburuk kesehatan menjelang persiapan
kehamilan. Rekomendasi dari pakar kesehatan bahwa mengawali
kehamilan dapat dilakukan dengan batas mengkonsumsi kafein
sebanyak 200 miligram, hal ini juga dapat dibatasi sampai
kehamilan.
j) Hindari konsumsi
 Daging mentah, karena berisiko mengandung virus penyebab
toksoplasma, parasit penyebab infeksi janin, dan bakteri
E.coli yang berbahaya bagi kehamilan dan janin.
 Sayuran mentah (lalap dan salad). Bila proses pencucian
kurang baik, dapat mengandung virus penyebab toksoplasma.
 Daging ayam dan telur ½ matang atau mentah, kemungkinan
ada bakteri salmonella penyebab diare berat.
 Ikan bermekuri. Merkuri yang terakumulasi dan tertinggal di
darah akan memengaruhi sistem saraf janin. Waspada makan
ikan tuna kalengan, tuna beku, kakap putih, bawal hitam,
marlin, tongkol, dan hiu. Meski kaya omega 3 dan 6, ikan
dari sebagian perairan Indonesia diduga tercemar merkuri
melalui penurunan kualitas air maupun rantai makanan.
5. Persiapan secara psikologis dan mental

26
Calon ibu dapat mulai merencanakan kehamilan dengan
memikirkan tujuan memiliki anak atau tidak memiliki anak, dan
bagaimana mencapai tujuan ini. Hal ini disebut dengan rencana hidup
reproduktif. Misalnya bila Ibu berpikir ingin menunda kehamilan,
pilihlah kontrasepsi yang sesuai untuk mencapai tujuan tersebut. Jika
Ibu berpikir untuk hamil, sangatlah penting untuk mengambil
langkah- langkah agar Ibu dapat hamil sehat dan melahirkan bayi yang
sehat pula.
Ibu dapat memperkaya pengetahuan seputar kehamilan yang
berhubungan dengan perencanaan, perawatan selama kehamilan,
menjelang persalinan, pasca persalinan dan juga perawatan bayi dari
berbagai sumber yang terpercaya.
Agar kehamilan yang akan dijalani tidak menimbulkan
ketegangan, hindari hal – hal yang akan memberi pengaruh buruk
dalam keseimbangan hormonal. Stres dapat merusak siklus bulanan,
dan mencegah proses ovulasi. Sebuah studi membuktikan, wanita
dengan tingkat stres tinggi umumnya sulit hamil. Jadi sangat baik jika
calon ibu mulai belajar mengatasi stres sehingga tidak mempengaruhi
kesehatan reproduksi. Sebaiknya ibu mulai mempersiapkan mental
dalam menghadapi perubahan yang akan terjadi pada saat kehamilan.
Ibu harus mendapat dukungan selama kehamilan dari orang terdekat
seperti suami dan keluarga sehingga semakin siapuntuk menjadi ibu
baru.
6. Perencanaan financial/keuangan
Persiapan financial/ keuangan yang matang untuk persiapan
pemeliharaan kesehatan dan persiapan menghadapi kehamilan dan
persalinan penting dilakukan karena timbulnya ketegangan psikis serta
tidak terpenuhinya kebutuhan gizi yang baik pada saat kehamilan
sebagian besar disebabkan karena ketidaksiapan pasangan dalam hal
financial/keuangan.
Kehamilan merupakan hal yang dapat diperkirakan termasuk
biayanya. Biaya kehamilan ini dapat di diskusikan antara suami dan
isteri karena biaya kehamilan merupakan bagian dari biaya kehidupan

27
berumah tangga. Adapun biaya yang perlu diperhatikan guna
persiapan kehamilan ini, diantaranya mencakup biaya kesehatan
(biaya konsultasi, pemeriksaan, obat dan melahirkan), biaya-biaya
pasca melahirkan (tempat tidur bayi, pakaian bayi, popok, selimut, dll)
dan persiapkan pula biaya untuk hal-hal yang tak terduga.
7. Jangan malu bertanya dan berkonsultasi
Calon ibu dan suami sangat dianjurkan untuk konsultasi dengan
dokter/bidan/tenaga kesehatan lainnya mengenai kesehatan reproduksi
ibu dan pasangan. Dokter/bidan akan memberikan saran mengenai
masalah yang dikeluhkan. Konsultasikan pada dokter mengenai
riwayat kesehatan keluarga yang perlu mendapat perhatian.
Selain itu, jika mengalami kekerasan dalam rumah tangga
(KDRT), maka ibu disarankan untuk meminta bantuan. KDRT yang
tidak diselesaikan dengan baik dapat menyebabkan cedera hingga
kematian, termasuk selama kehamilan (BKKBN, 2014).

28
DAFTAR PUSTAKA

Amarudin. 2012. Pengaruh Merokok Terhadap Kualitas Sperma Pada Pria dengan
Masalah Infertilitas Studi Kasus Kontrol di Jakarta tahun 2011. Tesis. Jakarta:
Univeritas Indonesia.

Depkes. 2011. Petunjuk Teknis Pemantauan Status Gizi Orang Dewasa dengan
Indeks Massa Tubuh (IMT). Jakarta: Depkes RI.
Dinkes Prov. Jawa Timur. 2015. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
Surabaya: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
Effendy, N. 2010. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat.
Yogyakarta: Rineka Cipta.
Fatimah, S. 2011. Pola Konsumsi Ibu Hamil dan Hubungannya dengan Kejadian
Anemia Defisiensi Besi. Jurnal Sains dan Teknologi.
Katherine, C., dkk. 2013. Preconception Care: Among Maryland Women Giving
Birth 2009 – 2011. Article. Maryland Departement of Health and Mental
Hygine Center for Maternal and Child Health.
Kemenkes. 2012. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Eliminasi
Tetanus Maternal dan Neonatal. Jakarta: Kemenkes RI.
Kemenkes. 2015. Kesehatan dalam Kerangka Sustainable Development Goals
(SDGs). Jakarta: Kemenkes RI.
Kemenkes. 2015. Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon Pengantin.
Jakarta: Kemenkes RI.
Kemenkes. 2016. Buku Panduan Germas (Gerakan Masyarakan Hidup Sehat).
Jakarta: Kemenkes RI.
Kemenkes. 2017. Buku Saku Bagi Penyuluh Pernikahan Kesehatan Reproduksi
Calon Pengantin: Menuju Keluarga Sehat. Jakarta: Kementrian
Kesehatan dan Kementerian Agama.
Kusmiran, Eny. 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta :
Salemba Medika
Laming, C. Y., dkk. 2013. Hubungan Tinggi Badan dengan Ukuran Lebar
Panggul pada Mahasiswi Angkatan 2010 Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi. Jurnal e-Biomedik. 1 (1): 178 – 183.
Manuaba, I.B.G., dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta
: EGC

29
Maryam, S. 2016. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Salemba Medika.
Nurul, C. 2013. Panduan Super Lengkap Kehamilan Kelahiran dan Tumbuh
Kembang Anak. Surakarta: Ahad Books.
Oehadian, A. 2012. Pendekatan Klinis dan Diagnosis Anemia. CDK-194.
Pemerintah Kota Depok. 2011. Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) dan
Persiapan Pranikah..Pelatihan Peer Konselor Kota Depok.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014 tentang
Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan,
Dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan
Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan Seksual. Kementrian Kesehatan
RI, 2014.
PMK No. 97 tahun 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum
Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan,
Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan
Seksual.
Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Purnawati, D., dkk. 2012. Konsumsi Jamu Ibu Hamil sebagai Faktor Risiko
Asfiksia Bayi Baru Lahir. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional.
Purwandari. 2011. Permulaan Kehidupan Manusia (Perkembangan Pranatal).
Bahan Materi Kuliah. FIP. Yogyakarta: UNY.
Reeder, M., dkk. 2011. Keperawatan Maternitas: Kesehatan Wanita, Bayi, dan
Keluarga. Volume 2. Edisi 18. Jakarta: EGC.
Reeder, Sharon J., Martin LL., and Griffin K. 2011. Keperawatan Maternitas :
Kesehatan Wanita, Bayi, dan Keluarga (Ed 18) Vol 1 (Yti A, Imami
NR, dan Sri Djuwatiningsih, penerjemah). Jakarta : EGC
Rochjati, P. 2011. Skrining Antenatal pada Ibu Hamil. Surabaya: Airlangga
University Press.
Sa’adah, N., dkk. 2016. Hubungan Karakteristik dan Perilaku Berisiko Pasangan
Infertil di Klinik Fertilitas dan Bayi Tabung Tiara Citra Rumah Sakit
Putri Surabaya. Jurnal Biometrika dan Kependudukan. 5
Saifuddin, A. B., dkk. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayana Kontrasepsi.
Jakarta: PT Binda Pustaka Sarwono Prawirohardjo..
Soetjiningsih, 2010. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta :
CV Sagung Seto.
Supariasa, I. D. N., B. dkk. 2014. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
SUPAS. 2015. Profil Penduduk IndonesiaHasil SUPAS 2015. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidnan. Volume 1. Jakarta: EGC.

30
Winardi, B. 2016. Konsep Asuhan Kebidanan pada Masa Prakonsepsi. Bahan Ajar
Perkuliahan Pendidikan Bidan FK UNAIR.

Asuhan Kebidanan Pada Pasangan usia subur dengan perencanaan


pernikahan dan kehamilan

Nama Pengkaji : Hesti Via Hilyati

Tanggal/Jam Pengkajian : Rabu/ 26-10-2022

Tempat pengkajian : Klinik edifuz

Identitas Pasien

Catin Wanita Catin Laki-laki


Nama : Nn. A Nama : Tn. J
Umur : 22 tahun Umur : 25 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jalan Cempoko Bagusari 1/4 Kab. Lumajang
A.Data Subjectif

1. Alasan datang
Konseling persiapan pernikahan dan perencanaan kehamilan
2. Keluhan Utama
tidak ada
3. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : 14 tahun
b. Siklus : 27 - 33 hari/bulan, teratur, lama ±4-5 hari
c. Banyaknya : ganti pembalut 4 kali/hari 3 hari awal pertama,
hari berikutnya 2-3 kali ganti pembalut
d. Dismeorhe : Tidak ada.
e. HPHT : 2 Oktober 2022

31
f. Fluor Albus : kadang-kadang, bening, sebelum dan setelah
menstruasi, tidak gatal, tidak berbau

4. Penyuluhan yang Pernah Didapat


Klien dan pasangan belum mendapat penyuluhan kesehatan reproduksi dan
perencanaan kehamilan
5. Riwayat Kesehatan
a. Catin Wanita : Tidak sedang ataupun pernah menderita
penyakit jantung, hipertensi, asma, DM, ginjal,
batuk lama (TBC atau difteri), belum pernah
melakukan pemeriksaan hepatitis, IMS dan
HIV/AIDS. Status TT4 tahun 2005 (pada saat
SD)

b. Catin Laki-laki : Tidak sedang ataupun pernah menderita


penyakit jantung, hipertensi, asma, DM, ginjal,
batuk lama (TBC atau difteri), belum pernah
melakukan pemeriksaan hepatitis, IMS dan
HIV/AIDS.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Catin Wanita : Tidak ada keluarga yang pernah atau sedang
menderita hipertensi, DM, jantung, asma,
alergi, ginjal, hemophilia, thalassemia, cacat
bawaan,
hepatitis, dan TBC
b. Catin Laki-laki : tidak ada keluarga yang pernah atau sedang
menderita hipertensi, DM, jantung, asma,
alergi, hemofillia, thalassemia, cacat
bawaan,
preeklampsia, hepatitis, dan TBC

7. Pola Kebiasaan yang Memperngaruhi Kesehatan

32
a. Catin Wanita : Tidak ada
b. Catin Laki-laki : Merokok

8. Pola Fungsional Kesehatan


a. Nutrisi : Makan 3 kali sehari dengan porsi sedang, terdiri dari nasi,
ayam, telur, daging, jarang mengkonsumsi buah dan sayur
(khususnya Nn. I). Minum air putih 8-9 gelas sehari, suka
mengkosumsi minuman berwarna seperti es teh dan kopi.
Tidak ada pantangan/alergi makanan
b. Eliminasi :
(a) Catin Wanita : BAB 3-5 hari sekali, kadang-kadang keras,
warna kuning khas, tidak ada keluhan sakit saat

BAB. BAK 4-6 kali sehari, tidak nyeri saat


berkemih
(b) Catin Laki-laki : BAB 1 kali sehari. BAK 4-6 kali sehari, tidak
nyeri saat berkemih
c. Istirahat : jarang tidur siang dan pada malam hari tidur 7-8 jam
d. Aktivitas : Bekerja dan mengejakan pekerjaan rumah tangga
e. Hygiene : Mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari, ganti celana
dalam 2-3 kali/hari atau setiap kali basah. Setelah BAK atau
BAB dikeringkan menggunakan tisu.
f. Riwayat Pernikahan
Pasangan akan menikah tanggal 11 November 2022
1) Catin Wanita : pernikahan yang pertama
2) Catin Laki-laki : pernikahan yang pertama
g. Riwayat Psikososial Budaya
Keluarga dari dua belah pihak mendukung pernikahan. Kedua calon
pengantin mengatakan sudah siap secara mental untuk menikah dan tidak

33
menunda kehamilan setelah menikah, bahkan ingin segera memiliki anak.
Tidak ada budaya tertentu yang berhubungan dengan pernikahan.

B.Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Catin Wanita Catin Laki-laki
a. Keadaan Umum : baik Keadaan Umum : baik
b. Kesadaran : composmentis Kesadaran :composmentis
c. Antropometri :
BB : 65 kg BB : 80 kg
TB : 165 cm TB : 171 cm
IMT : 23,88 kg/m2 IMT : 27,36 kg/m2

34
LILA : 26 cm
d. Tanda-tanda Vital
TD : 110/80 mmHg TD : 120/70 mmHg
N : 79 x/menit N : 85 x/menit
RR : 20 x/menit RR : 22 x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
1) Catin Wanita
(1) Bentuk tubuh : Normal
(2) Wajah : wajah tidak pucat, tidak ada kelainan yang
berkenaan dengan genetic seperti sindrom
down
(3) Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih
(4) Mulut : bibir tidak pucat, lembab tidak kering
(5) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
(6) Dada : tidak dilakukan
(7) Abdomen : tidak dilakukan
(8) Anogenital : tidak dilakukan
2) Catin Laki-laki
(1) Bentuk tubuh : Normal
(2) Wajah : wajah tidak pucat, tidak ada kelainan yang berkenaan
dengan genetic seperti sindrom down
(3) Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih
(4) Mulut : bibir tidak pucat, lembab tidak kering
(5) Leher : tidak terkaji
3) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 3 Mei 2022
Catin Wanita
1) Golongan Darah :B
2) Rhesus : (+)
3) HB : 12,4 g/dL ( Normal 12 – 15 g/dL)
4) HIV : Non Reaktif (-)
5) HbSAg : Non Reaktif (-)

35
6) IMS (Sifilis) : Non Reaktif
(-) Catin Laki-laki
1) Golongan Darah :B
2) Rhesus : (+)
3) HB : 17,1 g/dL (Normal 14 – 18 g/dL)
4) HIV : Non Reaktif (-)
5) HbSAg : Non Reaktif (-)
6) IMS (Sifilis) : Non Reaktif (-)

B. Analisa Data
Pasangan usia subur dengan perencanaan pernikahan

C. Penatalaksanaan
Tanggal/Jam Tindakan
20-11-2022/
09.15 WIB 1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada kedua calon pengantin bahwa
secara umum keadaan mereka baik, tanda- tanda vital dalam batas
normal, hasil pemeriksaan laboratorium dalam batas normal.
e/ PUS mengetahui dan memahami kondisi kesehatannya
2. Menjelaskan dampak buruk merokok terhadap kesehatan catin laki-
laki dan catin wanita serta bahaya dari kandungan zat adiktif
dan

36
karsinogenik dari rokok yang dapat mengurangi kualitas sperma,
membahayakan kehamilan bila saat hamil terpapar asap rokok. Serta
menganjurkan catin laki-laki untuk mulai mengurangi merokok, serta
menyarankan merokok di luar rumah sehingga keluarga terhindar dari
paparan asap rokok
e/ membangun pola kebiasaan sehat guna mempersiapkan proses
kehamilan yang sehat
3. Menjelaskan kepada catin perempuan bahwa keputihan yang dialami
merupakan keputihan yang fisiologis (normal). Untuk mencegah
keputihan menjadi abnormal dan organ kewanitaan menjadi sehat, bidan
menganjurkan catin perempuan untuk sering mengganti celana dalam,
menggunakan celana dalam dengan bahan yang gampang menyerap
keringat seperti berbahan cutton, tidak perlu menggunakan cairan
pembersih genitalia untuk menjaga tingkat keasaman normal vagina
dan tidak perlu menggunakan pantyliner untuk mencegah agar vagina
tidak lembab
e/ catin perempuan mengerti dan bersedia melakukan anjuran bidan
4. Menjelaskan kepada kedua catin bahwa keduanya tidak memiliki
risiko penyakit hipertensi, DM, jantung, asma, alergi, dan hemofillia.
e/ kedua catin mengerti penjelasan yang diberikan
5. Menganjurkan catin wanita untuk lebih banyak mengkonsumsi
makanan berserat seperti buah, sayur, dan agar-agar untuk membantu
melancarkan BAB
e/ catin wanita mengerti dan mau melaksanakan anjuran yang diberikan
6. Memberikan konseling kelas catin tentang kesehatan reproduksi
pranikah, yaitu :
1) Konsep pernikahan
2) Persiapan pranikah
3) Tindak kekerasan yang mengganggu pernikahan
4) Solusi mengatasi tindakan kekerasan

37
7) Organ reproduksi perempuan dan organ reproduksi laki-laki
8) Kehamilan ideal, Metode kontrasepsi, Proses kehamilan
9) Informasi tentang kehamilan, termasuk tanda-tanda kehamilan,
memeriksakan kehamilan, menjaga kehamilan, menu makanan
selama kehamilan, tanda bahaya kehamilan, kondisi emosional ibu
hamil, tips relaksasi ibu hamil.
10) IMS (Infeksi Menular Seksual), Penularan HIV/AIDS, Kanker
pada perempuan, kehidupan seksual suami istri
e/ Kedua catin mengerti penjelasan yang diberikan.
7. Menjelaskan kepada catin wanita bahwa status imunisasi TT saat ini
sudah T4 yang masa perlindungannya terhadap tetanus neonatorum
adalah 10 tahun dan belum seumur hidup, sehingga catin wanita masih
perlu diberikan suntik imunisasi TT satu kali lagi
e/ catin wanita mengerti keadaannya.
8. Menjelaskan tujuan dan efek samping dari imunisasi TT
e/ catin perempuan setuju dilakuakan penyuntikkan imunisasi TT
9. Memberikan injeksi imunisasi TT 0,5 cc secara IM pada lengan kiri
catin wanita dan menjelaskan bahwa status imunisasi TT sekarang
yaitu TT5 (TT lengkap) yang masa perlindungannya terhadap tetanus
neonatorum adalah seumur hidup, sehingga apabila nanti sudah hamil

38
atau hamil lagi, catin wanita tidak perlu diberikan suntik imunisasi TT
kembali
e/ catin wanita mengerti dan tidak ada reaksi alergi
10. Mendiskusikan tentang perencanaan kehamilan
e/ kedua catin sepakat untuk merencanakan kehamilan segera setelah
menikah, berencana memiliki 2 anak dengan jarak 3 tahun.
11. Menganjurkan catin untuk mengurangi konsumsi kafein (batas
mengkonsumsi kafein sebanyak 200 miligram/hari), seperti teh dan
kopi, yang dapat memperburuk kesehatan menjelang persiapan
kehamilan
e/ kedua catin mengerti dan mau melaksanakan anjuran yang diberikan
12. Menganjurkan kepada catin wanita untuk lebih banyak mengkonsumsi
makanan mengandung asam folat seperti pada sayuran bewarna hijau
tua atau minum susu yang terdapat kandungan asam folat, dapat juga
meminum suplemen asam folat 0,4 mg setiap hari minimal 1 bulan
sebelum menikah untuk persiapan kehamilan
e/ Catin wanita bersedia mengikuti saran bidan.
13. Menganjurkan kedua catin untuk memeriksakan kesehatan apabila ada
keluhan.periksa segera ketika ada tanda kehamilan dan periksa jika 1
tahun belum hamil
e/ kedua catin bersedia.

39
40
41

Anda mungkin juga menyukai