PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu program yang dicanangkan oleh WHO dalam menurunkan angka kematian
ibu, bayi dan kecacatan adalah preconception care. Program ini dilasanakan oleh semua
negara di dunia utamanya adalah Low and Middle Income Country (LMICs), salah satunya
Indonesia. Sasaran dari preconception care adalah calon pengantin. Pelayanan kesehatan
calon pengantin dilakukan untuk mempersiapkan calon pengantin khususnya perempuan
dalam menjalani kehamilan dan persalinan yang sehat dan selamat serta memperoleh bayi
yang sehat.
Pasangan calon pengantin perlu mempersiapkan diri dalam memasuki gerbang
pernikahan untuk membentuk keluarga yang sejahtera dan melahirkan generasi penerus sehat
dan berkualitas.Sebelum menikah calon pengantin perlu mempersiapkan kondisi
kesehatannya agar dapat menjalankan kehamilan sehat sehingga dapat melahirkan generasi
penerus yang sehat dan menciptakan keluarga yang sehat (Kementerian Kesehatan RI, 2020).
Dalam pendidikan kesehatan ini juga menjelaskan penyakit yang perlu diwaspadai
oleh pasangan calon pengantin yaitu Infeksi Saluran Reproduksi maupun Infeksi Menular
Seksual. Kegiatan pendidikan kesehatan calon pengantin juga menjelaskan tentangAnemia,
Kekurangan Gizi, Hepatitis B, Diabetes Melitus, Malaria, TORCH, Thalasemia, Hemofilia,
maupun informasi tentang kehamilan seperti masa kehamilan, proses kehamilan, kehamilan
ideal, indikasi bahaya kehamilan, indikasi pada ibu dan anak, pengaturan kelahiran dan
pilihan strategi untuk pasangan baru yang membutuhkan untuk menunda kehamilan
(Kementrian Kesehatan RI, 2018).
Permasalahan pernikahan dini menjadi sangat penting untuk diperhatikan, bahkan ada
suatu desa di Indonesia yang sangat merespon positif terhadap pernikahan dini ini. Karena
mereka beranggapan bahwa pernikahan dini adalah suatu tradisi dari nenek moyang yang
harus dilestarikan secara turun menurun. Pernikahan dini sebagai kebiasaan masyarakat dan
dianggap lumrah Seolah-olah Undang-Undang yang telah mengaturnya diabaikan begitu saja
tanpa menyentuh akal pikiran masyarakat.
1
Pemberian KIE pranikah diberikan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas sebagai salah
satu syarat dalam melengkapi berkas pernikahan. Pemberian informasi dilakukan dalam
bentuk konseling yang lebih menitikberatkan pada persiapan kehamilan. Konseling pranikah
bagi calon pengantin di Puskesmas diberikan setelah melakukan serangkaian pemeriksaan dan
pelayanan kesehatan. Pada saat menunggu giliran pemeriksaan, pasangan calon pengantin
memanfaatkan waktu menunggunya dengan kegiatan-kegiatan yang kurang produktif.
Padahal, pada saat menunggu giliran inilah pasangan calon pengantin seyogyanya
memaksimalkan waktu untuk mendapatkan informasi-informasi yang lebih banyak yang
berkaitan dengan kesehatan pranikah. Dengan memaksimalkan waktu KIE di Puskesmas,
maka pengetahuan pasangan calon pengantin dapat meningkat, sehingga kehamilan risiko
tinggi dapat dicegah melalui perencanaan kehamilan yang baik. Perencanaan kehamilan yang
baik hendaknya mulai disiapkan sebelum pernikahan terjadi.
B. Rumusan masalah
A. Apa itu konsep dasar KIE ?
B. Apa pengertian KIE ?
C. Apa saja tujuan KIE pra nikah ?
D. Siapa saja sasaran KIE pra nikah ?
E. Apa itu Kie kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin ?
F. Apa saja Pelaksanaan kie kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin ?
G. Apa saja Kegiatan pelaksanaan ?
H. Apa itu Monitoring dan evaluasi ?Apa saja Persiapan pra nikah ?
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
C. SASARAN KIE PRA NIKAH
Adapun sasaran KIE dalam pra nikah yaitu, calon pengantin, remaja, pasangan usia subur dan
pasangan yang segera ingin menikah.
4
Pelaksanaan KIE dapat dilakukan :
1) Puskesmas
KIE Kesehatan reproduksi dan seksual dilakukan pada saat calon pengantin
melakukan kunjungan untuk imunisasi TT, untuk imunisasi TT, petugas Kesehatan
lebih dahulu menanyakan status imunisasi TT (skrining status TT) kepada calon
pengantin perempuan. Apabila calon pengantin sudah mendapat TT long life maka ia
tidak wajib diberi imunisasi TT, tetapi apabila belum pernah mendapat imunisasi TT
ataupun lupa, petugas wajib memberikan imunisasi TT.
2) Bidan praktik mandiri, praktik dokter, dan praktik mandiri perawat yang kompeten.
Pemeriksaan Kesehatan maupun pemberian KIE Kesehatan reproduksi dan seksual
serta imunisasi TT dapat dilakukan di bidan, dokter dan perawat yang kompeten.
3) KUA/gereja/vihara/parisada/perkumpulan agama/masyarakat
KIE Kesehatan reproduksi diberikan pada saat bimbingan rohani atau
persiapan pernikahan. Setelah KIE, calon pengantin disarankan ke fasilitas Kesehatan
untuk mendapatkan pemeriksaan Kesehatan dan imunisasi TT. Pemeriksaan
Kesehatan, baik fisik maupun penunjang, serta pemberian TT 8 dilakukan di
puskesmas. Sedangkan pemberian KIE Kesehatan reproduksi dan seksual dapat
diberikan kepada pasangan atau kelompok pasangan calon pengantin di luar fasilitas
Kesehatan.
5
3. Sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk melakukan KIE Kesehatan reproduksi dan
seksual bagi calon pengantin adalah :
a. Ruangan atau aula
b. Alat tulis menulis (papan tulis, kertas, spidol, balpoin)
c. Lembar balik Kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin
d. Buku saku Kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin
e. Buku/media Kesehatan ibu dan anak seperti buku KIA, poster gizi, dll
f. Computer/laptop dan LCD
4. Tahapan Pelaksanaan
Beberapa tahapan yang dilakukan untuk melaksanakan KIE Kesehatan reproduksi
dan seksual bagi calon pengantin :
a. Pembentukan fasilitator
Pembentukan fasilitator bertujuan untuk menyiapkan petugas Kesehatan pemberi
pelayanan
Kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin. Peserta dapat bidan, dokter,
perawat,
skm atau petugas Kesehatan lain yang diberi orientasi tentang Kesehatan reproduksi
dan
seksual sehingga selanjutnya dapat melakukan orientasi berjenjang pada tingkat
provinsi ke
tingkat kabupaten/kota dan puskesmas.
b. Orientasi bagi petugas Kesehatan
Orientasi diberikan kepada petugas Kesehatan di puskesmas dan jajaranya agar mampu
mengembangkan pelayanan KIE Kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon
pengantin di wilayah kerjanya. Untuk mencapai hasil 11 optimal, dalam memberikan
KIE kepada calon pengantin, materi dapat diberikan oleh beberapa orang petugas
Kesehatan (tim) sesuai kompetensinya.
6
c. Sosialisasi pelayanan Kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin kepada
tokoh agama, tokoh masyarakat dan stake holder terkait. Sosialisasi pelayanan
Kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin kepada tokoh agama, tokoh
masyarakat dan stake holder yang sangat penting. Melalui kegiatan sosialisasi ini
diharapkan semua unsur masyarakat dapat memberikan respon dan dukungan terhadap
pelaksanaan pelayanan Kesehatan reproduksi bagi calon pengantin.
Materi sosialisasi antara lain :
1) Apa itu pelayanan Kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin ?
2) Tujuan pelaksanaan pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon
pengantin?
3) Manfaat adanya KIE Kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin
4) Peran tokoh agama, tokoh masyarakat dan stake holder dalam mendukung
pelaksanaan KIE Kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin.
5. Persiapan pelaksanaan
Hal – hal yang perlu dipersiapkan sebelum pelaksanaan KIE Kesehatan reproduksi
dan seksual bagi calon pengantin :
a. Melakukan koordinasi dengan KUA/BP4/Geraja/parisada/vihara setempat untuk
memastikan adanya peran aktif dan dukungan terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut.
b. Mempersiapkan tempat dan sarana pelaksanaan untuk KIE Kesehatan reproduksi dan
seksual bagi calon pengantin, misalnya di puskesmas/ poskesdes/ KUA/ gereja/
parisada/ vihara, dan lain lain.
c. Mempersiapkan materi, alat bantu penyuluhan dan jadwal pelaksanaan, serta
mempelajari materi yang akan disampaikan.
6. Pelaksanaan kegiatan
Pelaksanaan pertemuan pelayanan Kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon
pengantin dilakukan sesuai kesepakatan antara petugas Kesehatan dengan pihak
7
KUA/gereja/parisada/vihara. Oleh karena itu perlu adanya kerja sama dengan
Lembaga/kelompok keagamaan setempat.
Alur pelaksanaan KIE calon pengantin adalah sebagai berikut :
a. Calon pengantin datang ke KUA/gereja/vihara/parisada/vihara untuk mengurus
pernikahanya.
b. Calon pengantin mengisi formular N1, N2 dan N4 dari kelurahan/desa yang
membawahi tempat tinggal calon pengantin.
c. Calon pengantin membawa surat pengantar yang diperoleh dari
KUA/gereja/vihara/parisada/vihara ke puskesmas untuk mendapat surat
keterangan sehat dan imunisasi TT bila diperlukan.
d. Di puskesmas petugas Kesehatan memberikan pelayanan Kesehatan KIE dan
imunisasi TT bila diperlukan.
e. Calon pengantin Kembali ke KUA/gereja/vihara/parisada/vihara dengan
membawa surat keterangan sehat dan status imunisasi TT.
f. KUA akan mencatatkan pernikahan pasangan pengantin yang telah menyerahkan
formular N1,N2,N4, surat keterangan sehat dan imunisasi TT.
g. Untuk pasangan calon pengantin diluar agama islam, pencatatan pernikahan,
sesuai dengan aturan masing-masing agama.
F. Kegiatan pelaksanaan
1. Pertemuan persiapan
2. Sosialisasi
3. Persiapan
8
4. Pelaksanaan
5. Monitoring
6. Evaluasi
2. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk melihat keluaran dan dampak, baik positif maupun
negative dari pelaksanaan KIE Kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin.
Dari hasil evaluasi tersebut bisa dijadikan sebagai bahan pembelajaran guna melakukan
perbaikan dan pengembangan pelayanan Kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon
pengantin selanjutnya. Evaluasi oleh pelaksana (petugas Kesehatan) dilakukan pada
setiap selesai pelayanan.
9
a. Pemeriksaan status Kesehatan ( Tanda-tanda vital, suhu, nadi, frekuensi nafas, tekanan
darah )
b. Pemeriksaan darah rutin ( hb, trombosit, leukosit )
c. Pemeriksaan darah yang dianjurkan ( golongan darah dan rhesus, gula darah sewaktu,
thalassemia, hepatitis b dan c, torch )
d. Pemeriksaan urin
2. Persiapan gizi
Persiapan status gizi calon pengantin terutama pada perempuan melalui penanganan KEK
(lila <23, 5 kekurangan energi kronis) dan anemia gizi beserta defisiensi asam folat.
3. Status imunisasi TT
Pencegahan dan perlindungan diri yang aman terhadap penyakit tetanus dilakukan dengan
pemberian 5 dosis imunisasi TT untuk mencapai kekebalan penuh.
4. TT I 0
Menjaga
TT II 4 MINGGU SETELAH TT I 3 Tahun
10
g. Pergunakan pembalut dan ganti 4 jam sekali
h. Jika ada kelainan langsung periksakan ke fasilitas Kesehatan terdekat
i. Bagi laki-laki diharuskan sunat demi kesejahteraan Kesehatan
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam memberikan konseling, dibutuhkan suatu media konseling yang dapat meningkatkan
pemahaman konseling. Media tersebut hendaknya tidak hanya memudahkan konseling
memahami materi, juga praktis dibaca dan menarik. Selama dilakukan pengamatan di
Puskesmas, bidan yang bertugas memberikan konseling pranikah hanya menjelaskan
seadanya yaitu berupa gambaran secara umum tentang persiapan pranikah ditinjau dari segi
kesehatan. Adapun alokasi waktu yang dibutuhkan kurang dari 5 menit yang diberikan
setelah serangkaian pemeriksaan dilakukan. Adapun media yang digunakan hanya berupa
lembar checklist pemeriksaan yang akan digunakan oleh calon pengantin dalam melakukan
pemeriksaan pranikah
B. SARAN
Diharapkan semua tenaga Kesehatan terutama mahasiswa kebidanan bisa mempelajari
dan mengimplementasikan pelayanan KIE di wilayah kerja ataupun pada saat persentasi,
dimana diharapkan pada bimbingan konseling KIE ini calon pengantin dapat mengerti dan
memahami apa yang disampaikan oleh fasilitator, baik bidan ataupun tenaga Kesehatan yang
lainnya.
11