Anda di halaman 1dari 15

“KOMUNIKASI INFORMASI DAN EDUKASI KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUAL BAGI

CALON PENGANTIN”

Kelompok 3
Pengertian Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)
kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin.

◦Komunikasi, infromasi dan Edukasi adalah proses yang sangat penting dalam
pelayanan KB. Pengertian komunikasi adalah penyampaian pesan secara
langsung/tidak langsung melalui saluran komunikasi kepada penerima pesan untuk
mendapatkan suatu efek.
◦KIE)/Penyuluhan adalah kegiatan penyampaian informasi untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap, dan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam program
Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN, 2011).
◦Komunikasi adalah penyampaian pesan secara langsung ataupun tidak langsung
melalui saluran komunikasi kepada penerima pesan, untuk mendapatkan suatu efek
(DEPKES RI, 1984).
lanjutan..........
◦Sedangkan menurut DEPKES, 1990 Informasi adalah pesan yang disampaikan.
Edukasi adalah proses perubahan perilaku kearah yang positif (DEPKES RI, 1990).
Menurut Effendy (1998), pendidikan kesehatan merupakan salah satu kompetensi yang
dituntut dari tenaga kesehatan, karena merupakan salah satu peranan yang harus
dilaksanakan dalam setiap memberikan pelayanan kesehatan, baik itu terhadap
individu, keluarga, kelompok ataupun masyarakat. Tujuan dilaksanakannya program
KIE, yaitu untuk mendorong terjadinya proses perubahan perilaku kearah yang positif,
peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik masyarakat (klien) secara wajar sehingga
masyarakat melaksanakannya secara mantap sebagai perilaku yang sehat dan
bertanggung jawab.
Tujuan pelaksanaan KIE kesehatan reproduksi dan
seksual bagi calon pengantin

◦Tujuan Umum: Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi dan
seksual bagi calon pengantin.
◦Tujuan Khusus:
1. Petugas kesehatan di Puskesmas dan jaringannya dapat memberikan KIE kesehatan
reproduksi dan seksual bagi calon pengantin.
2. Petugas kesehatan di Puskesmas dan jaringannya dapat berkoordinasi dengan
lembaga keagamaan maupun instansi terkait dalam memberikan KIE kesehatan
reproduksi dan seksual bagi calon pengantin.
3. Terlaksananya pemeriksaan kesehatan bagi calon pengantin termasuk pemberian
pelayanan imunisasi Tetanus Toxoid (TT)
Kegiatan KIE kesehatan reproduksi dan
seksual bagi calon pengantin
Kegiatan KIE Kesehatan Reproduksi dan Seksual bagi Calon Pengantin
dilakukan dengan menggunakan alat bantu/media KIE yaitu Lembar Balik
Kesehatan Reproduksi dan Seksual bagi Calon Pengantin. Informasi
kesehatan reproduksi yang diberikan dalam lembar balik adalah:
◦Persiapan pranikah
◦kesetaraan gender dalam pernikahan
◦keluarga berencana
◦kehamilan, pencegahan komplikasi, persalinan dan pasca persalin
Lanjutan......

◦Infeksi Saluran Reproduksi, Infeksi Menular Seksual serta HIV dan


AIDS, termasuk Pencegahan Penularan HIV-AIDS dari Ibu ke Anak
(PPIA)
◦Informasi tentang deteksi dini kanker leher rahim dan kanker payudara
◦gangguan dalam kehidupan seksual suami istri dan
◦mitos pada perkawinan.
Pelaksanaan KIE kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin

A. Jenis Pelayanan dan Tempat Pelayanan


Pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual yang diberikan kepada pasangan calon pengantin adalah:
1. KIE kesehatan reproduksi dan seksual: penyuluhan, konseling
2. Pemeriksaan kesehatan: pemeriksaan fisik dan penunjang (jika diperlukan)
3. Imunisasi Tetanus Toxoid sesuai skrining status T
Pelaksanaan KIE dapat dilakukan di:
a. Puskesmas
KIE kesehatan reproduksi dan seksual dilakukan pada saat calon pengantin melakukan kunjungan untuk imunisasi
TT.
b. Bidan Praktik Mandiri, Praktik dokter, dan Praktik Mandiri Perawat yang kompeten.
Pemeriksaan kesehatan maupun pemberian KIE kesehatan reproduksi dan seksual serta iminisasi TT dapat dilakukan
oleh bidan, dokter dan perawat yang kompeten yang praktik mandiri.
c. KUA/ Gereja/ Vihara/ Parisada/ Perkumpulan agama/ masyarakat
KIE kesehatan reproduksi diberikan pada saat bimbingan rohani persiapan pernikahan. Setelah KIE, calon pengantin
disarankan ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kesehatan dan imunisasi TT.
B. Fungsi dan Peran Provinsi, Kabupaten/ kota dan Puskesmas
Pelaksanaan pelayanan kesehatan reproduksi bagi calon pengantin dikembangkan sesuai dengan fungsi dan peran
masing-masing jenjang administrasi yaitu: Provinsi, Kabupaten/kota dan Puskesmas.
◦ Tingkat Provinsi
a. Menyiapkan tenaga fasilitator/narasumber
b. Mendukung pelaksanaan KIE kesehatan reproduksi dan seksual (sarana dan prasarana)
c. Melakukan monitoring dan evaluasi pada kabupaten/kota.
◦ Kabupaten/Kota
a. Menyiapkan tenaga fasilitator/narasumber pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin
◦ Tingkat Provinsi
a. Menyiapkan tenaga fasilitator/narasumber
b. Mendukung pelaksanaan KIE kesehatan reproduksi dan seksual (sarana dan prasarana)
c. Melakukan monitoring dan evaluasi pada kabupaten/kota.
◦ Kabupaten/Kota
a. Menyiapkan tenaga fasilitator/narasumber pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin
b. Bertanggung jawab atas terlaksananya pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin (dana, sarana dan
prasarana)
c. Melakukan monitoring dan evaluasi pada puskesmas
◦ Puskesmas
a. Kepala Puskesmas sebagai penanggung jawab dan koordinator pelaksanaan pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual
bagi calon pengantin di wilayah kerjanya
b. tenaga kesehatan bertanggung jawab dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin
C. Fasilitator dan Narasumber
Fasilitator pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin adalah tenaga kesehatan yang memiliki
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di puskesmas dan jajarannya. Dalam pelaksanaan KIE kesehatan reproduksi dan
seksual bagi calon pengantin, fasilitator dapat meminta bantuan narasumber untuk menyampaikan materi bidang tertentu.
D. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk melaksanakan KIE kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin adalah:
 Ruangan atau aula
 Alat tulis menulis (papan tulis, kertas, spidol, balpoin
 Lembar Balik Kesehatan Reproduksi dan Seksual bagi Calon pengantin
 Buku Saku Kesehatan Reproduksi dan Seksual bagi Calon pengantin
 Buku/media kesehatan ibu dan anak seperti Buku KIA, poster gizi dll.
 Komputer/laptop dan LCD
E. Tahapan Pelaksanaan
Beberapa tahapan yang dilakukan untuk melaksanakan KIE kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon
pengantin:
1).Pembentukan fasilitator.
2). Orientasi bagi petugas kesehatan
3).Sosialisasi pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin kepada tokoh
agama, tokoh masyarakat dan stake holder terkait.
F. Persiapan Pelaksanaan
Hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum pelaksanaan KIE kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin:
1. Melakukan koordinasi dengan KUA/ BP4/ Gereja/ parisada/ vihara setempat untuk memastikan adanya peran aktif
dan dukungan terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut.
2. Mempersiapkan tempat dan sarana pelaksanaan untuk KIE kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin,
misalnya di Puskesmas/ Poskesdes/ KUA/ gereja/ parisada/ vihara, dan lain-lain.
3. Mempersiapkan materi, alat bantu penyuluhan dan jadwal pelaksanaan, serta mempelajari materi yang akan
disampaikan.
 
G. Pelaksanaan kegiatan
Pelaksanaan pertemuan pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin dilakukan sesuai
kesepakatan antara petugas kesehatan dengan pihak KUA/ Gereja/ vihara. Oleh karena itu perlu adanya kerja sama
dengan lembaga/kelompok keagamaan setempat.
H. Monitoring, evaluasi dan pelaporan
Untuk memantau perkembangan dan hasil pelaksanaan pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon
pengantin perlu dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala dan berkesinambungan. Seluruh pelaksanaan
kegiatan pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin dibuatkan pelaporan dan di
dokumentasikan.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai