Oleh
Silvina Yulandari 1840312650
Nashfitriyah Hidayat 1840312653
Preseptor :
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan salah satu Hak Asasi Manusia (HAM) yang harus di
didapatkan oleh masyarakat dan merupakan salah satu indikator kesejahteraan yang harus
diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana yang dimaksud dalam
Pancasila dan Undang-undang Dasar Republik Indonesia TAHUN 1945. Setiap individu
mempunyai hak atas kesehatan, baik dalam memperoleh akses kesehatan, memperoleh
Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial
yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecatatan, dalam segala aspek yang
berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Oleh karena itu, setiap
orang berhak dalam mengatur jumlah keluarganya termasuk memperoleh penjelasan yang
lengkap tentang cara-cara kontrasepsi sehingga dapat memilih cara yang tepat dan disukai
termasuk upaya kesehatan reproduksi di masa kritis, seperti kesehatan reproduksi saat
terjadinya bencana.3
1.2 Rumusan Masalah
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui tentang program pemerintah terkait
kesehatan reproduksi di Indonesia.
Makalah ini disusun dengan metode tinjaun kepustakaan yang merujuk pada berbagai
literature.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial
yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecatatan, dalam segala aspek yang
berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Oleh karena itu,
kesehatan reproduksi berarti dapat mempunyai kehidupan seks yang aman, dan memiliki
kemampuan untuk bereproduksi termasuk hak pria dan wanita untuk memperoleh
informasi dan mempunyai akses terhadap cara keluarga berencana yang aman, efektif dan
terjangkau, pengaturan fertilitas yang tidak melawan hukum, hak memperoleh pelayanan
kehamilan dan melahirkan anak, dan memberikan kesempatan untuk memiliki bayi yang
sehat.2
dan penyelesaian masalah kesehatan reproduksi. Ini juga mencakup kesehatan seksual,
Seks adalah alat kelamin yang mengacu pada sifat-sifat biologis, yakni perempuan
dan laki-laki. Sedangkan, seksualitas merupakan yang dialami dan diungkapkan dalam
pikiran, khayalan, kepercayaan, sikap, nilai, perilaku, perbuatan peran dan hubungan.
Gender adalah pengelompokan individu berdasarkan peran, perilaku dan kegiatan secara
social, yang dianggap sesuai untuk perempuan atau laki-laki.4 Hak reproduksi adalah hak
yang dimilki oleh setiap orang, baik perempuan maupun laki-laki untuk memutuskan
secara bebas dan bertanggung jawab mengenai jumlah anak, jarak antar anak, serta
penentuan waktu kelahiran anak dan akan melahirkan. 1
a. Praktek tradisional yang berakibat buruk semasa anak-anak (seperti mutilasi, genital,
deskri minasi nilai anak, dsb)
Secara garis besar dapat dikelompokkan empat golongan faktor yang dapat berdampak
buruk bagi keseshatan reproduksi :2
a. Faktor sosial-ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan, tingkat pendidikan yang
rendah dan ketidaktahuan tentang perkembangan seksual dan proses reproduksi, serta
lokasi tempat tinggal yang terpencil)
b. Faktor budaya dan lingkungan (misalnya, praktek tradisional yang berdampak buruk
pada kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak anak banyak rejeki, informasi
tentang fungsi reproduksi yang membingungkan anak dan remaja karena saling
berlawanan satu dengan yang lain, dsb)
c. Faktor psikologis (dampak pada keretakan orang tua pada remaja, depresi karena
ketidakseimbangan hormonal, rasa tidak berharga wanita terhadap pria yang membeli
kebebasannya secara materi, dsb)
d. Faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit
menular seksual, dsb).
2.3 Landasan Hukum tentang Peran Pemerintah terkait Kesehatan Reproduksi
10/1992, Strategi kesehatan reproduksi nasional diarahkan pada rencana intervensi untuk
melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta mengurangi angka kematian Ibu.
Pemerintah menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas, alat dan obat dalam penyelenggaraan
Tantangan penurunan AKI telah menjadi perhatian serius bagi pemerintah. Oleh
karena itu, pada tanggal 1 Agustus 2012, presiden memberikan instruksi agar terkait
merumuskan strategi dan rencana aksi untuk mempercepat penurunan AKI. Menindak
lanjuti instruksi presiden tersebut, Direktorat Bina Kesehatan Ibu bersama lintas program
dan lintas sektor terkait telah merumuskan sasaran strategis dalam upaya percepatan
Ada 2 indikator dalam pemenuhan komponen kesejahteraan Ibu dan anak yaitu :5
b. Imunisasi Tambahan
Imunisasi tambahan adalah kegiatan imunisasi yang tidak rutin dilaksanakan, hanya
dilakukan atas dasar ditemukannya masalah dari hasil pemantauan atau evaluasi.
b. Sub PIN
Suat upaya untuk memutus rantai penelaran polio bila ditemukan satu kasus
polio dalam wilayah terbatas (kabupaten) dengan pemberian dua kali
imunisasi polio dalam interval waktu satu bulan secara serentak pada
seluruh sasaran berumur kurang dari satu tahun.
c. Catch up campaign Campak
Suatu upaya untuk pemutusan transmisi penularan virus campak pada anak
sekolah dan balita. Kegiatan ini dilakukan dengan pemberian imunisasi
campak secara serentak pada anak SD tanpa mempertimbangkan status
imunisasi sebelumnya. Pemberian imunisasi campak pada saat catch up
campaign campak di samping untuk memutus transmisi, juga berguna sebagai
booster atau imunisasi ulangan (dosis kedua).
6,7
2.4.2 Komponen Keluarga Berencana
Pelayanan keluarga berencana sebagai pengatur kehamilan bagi pasangan usia subur
untuk membentuk generasi penerus yang sehat dan cerdas. Program KB ditujukan untuk
membudayakan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Selain itu,
dilaksanakan tiga upaya pokok program KB lainnya yaitu:
Berbagai cara untuk ber-KB telah ditawarkan dan berbagai kotrasepsi disediakan oleh
pemerintah, mulai dari cara tradisional, barier, hormonal (pil, suntukan, susuk KB), dan
sebagainya. Bahkan saat ini juga telah tersedia kontrasepsi permane atau yang disebut
debgan kontrasepsi mantap (vasektomi dan tubektomi). Dari segi hak-hak asasi manusia,
segala jenis kontrasepsi yang ditawarkan haruslah mendapat persetujuan dari pasangan
suami atau istri. Namun, hak masyarakat juga untuk menerima informasi yang jelas
Upaya pencegahan dan penanggulangan ISR di tingkat pelayanan dasar masih jauh
dari yang diharapkan. Upaya tersebut baru dilaksanakan secara terbatas di beberapa
provinsi, berupa upaya pencegahan dan penanggulangan PMS dengan pendekatan melalui
a. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) HIV-AIDS dan NAPZA pada kelompok
beresiko tinggi, petugas kesehatan, anak sekolah, Warga Binaan Pemasyarakatan
(WBP), tokoh masyarakat, Karang Taruna.
b. Bekerjasama dengan institusi pendidikan untuk Penyuluhan HIV pada generasi muda
c. Pembinaan di Panti Rehabilitasi
d. Pengurangan dampak buruk (Harm Reduction) pada pengguna Napza suntik.
Upaya promosi dan pencegahan masalah kesehatan reproduksi juga perlu diarahkan
pada masa remaja, dimana terjadi peralihan dari masa anak menjadi dewasa, dan
perubahan-perubahan dari bentuk dan fungsi tubuh terjadi dalam waktu relatif cepat. Hal
ini ditandai dengan berkembangnya tanda seks sekunder dan berkembangnya jasmani
secara pesat, menyebabkan remaja secara fisik mampu melakukan fungsi proses
reproduksi tetapi belum dapat mempertanggungjawabkan akibat dari proses reproduksi
tersebut. Informasi dan penyuluhan, konseling dan pelayanan klinis perlu ditingkatkan
(AIDS), Infeksi Menular Seksual (IMS), dan bahaya Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan
remaja (PKPR). Ciri khas pelayanan kesehatan peduli remaja adalah pelayanan konseling
hidup sehat.
PKPR dapat terlaksana dengan optimal bila membentuk jejaring dan terintegrasi
dengan lintas program, lintas sektor, organisasi swasta, dan LSM terkait kesehatan remaja.
Pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR) dapat dilaksanakan di dalam gedung fasilitas
kesehatan dan diluar gedung fasilitas kesehatan. PKPR dapat dilaksanakan puskesmas,
rumah sakit, sekolah, karang taruna, tempat ibadah atau tempat – tempat lain dimana
remaja berkumpul. PKPR sangat erat terkait dengan kegiatan usaha kesehtan sekolah
(UKS) yang juga dibina oleh puskesmas setempat. Kegiatan pelayanan reproduksi remaja
juga terdapat dalam program generasi berencana (GenRe) yang dilaksanakn oleh BKKBN.
Program GenRe dilaksanakan melalui pendekatan dari dua sisi yaitu pendekatan kepada
remaja itu sendiri dan pendekatan pada keluarga yang memiliki remaja. Pendekatan kepada
ii. Setiap anak hidup sehat, tumbuh dan berkembang secara optimal
kelengkapan sarananya.
gender.
kerjasama internasional.
Napza suntik, penularan dari ibu yang hamil dengan HIV (+) ke
anak/ bayi.
viii. Prosedur untuk diagnosis HIV harus dilakukan dengan sukarela dan
test konseling.
ix. Setiap darah yang ditransfusikan, serta produk darah dan jaringan
kesetaraan gender.
peer conselor.
(AKB) dan Angka Kematian Bawah lima tahun (AKBalita) sebanyak dua
2. Keluarga Berencana.
tahun 1997.
reproduksi itu sendiri, keluarga berencana, PMS dan pencegahan HIV/AIDS, seksualitas
hubungan manusia dan hubungan gender, dan remaja. Berfungsinya sistem reproduksi
dipengaruhi oleh aspek-aspek dan proses-proses yang terkait pada setiap tahap dalam
maupun lajang, dan menopause yang pada masa tersebut akan terjadi perubahan dalam
sistem reproduksi.
Pada saat yang bersamaan dimungkinkan adanya faktor-faktor non klinis yang
menyertai perubahan itu, seperti faktor sosial, faktor budaya dan faktor politik yang
pembuatan berbagai program yang berlaku secara massal terkait kesehatan reproduksi
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA