HIPERTENSI
Oleh :
dr. Almira Rosyidika Sriwati
Pendamping :
dr. Elza Astri Safitri
Puji Syukur atas rahmat Allah Ta’ala Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Hipertensi”.
Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas dalam Program Internsip
Dokter Indonesia stase Puskesmas Tenam periode 23 Mei 2022 – 23 November
2022. Selain itu, besar harapan penulis dengan adanya makalah ini mampu
menambah pengetahuan para pembaca mengenai Skabies mulai dari definisi
hingga penatalaksanaannya.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Elza
Astri Safitri selaku pendamping pada Program Internsip Dokter Indonesia di
Puskesmas Tenam, yang telah memberikan masukan yang berguna dalam proses
penyusunan makalah ini. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada
rekan-rekan yang juga turut membantu dalam upaya penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi isi, susunan
bahasa maupun sistematika penulisan makalah ini. Kritik dan saran pembaca
sangat penulis harapkan. Akhir kata penulis berharap kiranya makalah ini dapat
menjadi masukan yang berguna dan bisa menjadi informasi bagi tenaga medis
dan profesi lain yang terkait dengan masalah kesehatan khususnya mengenai
“Hipertensi”.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
BAB 1 Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 2
1.2 Batasan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 2
1.4 Metode Penulisan 2
BAB 2 Tinjauan Pustaka 3
2.1 Definisi dan Klasifikasi 3
2.2 Epidemiologi 4
2.3 Etiologi dan faktor resiko 5
2.4 Patofisiologi 6
2.4.1 Peran RAA 7
2.4.2 Peran Kendali Saraf Otonom 7
2.4.3 Peran Dinding Vaskular Pembuluh Darah (Endotelium)
2.5 Manifestasi Klinis 9
2.6 Diagnosis 9
2.7 Tatalaksana 11
2.8 Komplikasi 16
2.9 Prognosis 17
BAB 3 Laporan Kasus 18
BAB 4 Diskusi 22
Daftar Pustaka 23
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Terapi non farmakologi berdasarkan ESH/ESC 2018 meliputi perubahan
gaya hidup, pembatasan diet natrium, mengurangi konsumsi alkohol, pengurangan
berat badan, berhenti merokok dan aktivitas fisik teratur. Sedangkan tata laksana
farmakologis dengan menggunakan obat antihipertensi yang dapat dimulai dengan
satu obat atau kombinasi obat.1
Metode yang dipakai dalam penulisan ini berupa tinjauan pustaka yang
merujuk pada berbagai literatur.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Hipertensi derajat
130-139 atau 80-89
1
Hipertensi derajat
≥140 atau ≥90
2
3
Tabel Klasifikasi tekanan darah menurut JNC 8.8
Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Hipertensi derajat
140-159 atau 90-99
1
4
2
2.2 Epidemiologi
2.4 Patofisiologi
Tekanan darah ditentukan oleh beberapa parameter sistem kardiovaskular,
termasuk volume darah dan curah jantung serta keseimbangan tonus arteri yang
dipengaruhi oleh volume intravaskular dan sistem neurohumoral. Pemeliharaan
level tekanan darah fisiologis melibatkan interaksi yang kompleks dari berbagai
elemen sistem neurohumoral terintegrasi yang mencakup sistem renin-
angiotensin-aldosteron (RAAS), peran peptida natriuretik dan endotelium, sistem
saraf simpatis (SNS) . Kerusakan atau gangguan faktor yang terlibat dalam
kontrol tekanan darah disalah satu sistem ini dapat secara langsung atau tidak
langsung menyebabkan peningkatan rata-rata tekanan darah, variabilitas tekanan
darah atau keduanya, seiring waktu mengakibatkan kerusakan organ target
(misalnya, hipertrofi ventrikel kiri dan gangguan ginjal kronik).10
Mekanisme patofisiologis yang bertanggung jawab untuk hipertensi adalah
kompleks dan bertindak berdasarkan latar belakang genetik. Predisposisi genetik
ini, bersama dengan sejumlah faktor lingkungan, seperti asupan Na+ tinggi, kualitas
tidur yang buruk, asupan alkohol yang berlebihan dan stres mental yang tinggi,
berkontribusi terhadap perkembangan hipertensi.17 Akhirnya, kemungkinan
mengembangkan hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia, karena
pengerasan progresif pembuluh darah arteri yang disebabkan oleh, diantara faktor-
faktor lain, secara perlahan mengembangkan perubahan kolagen vaskular dan
peningkatan aterosklerosis. 18
6
2.4.1 Peran Renin-Angiotensin-Aldosterone
RAAS memiliki efek luas pada regulasi tekanan darah, memediasi retensiNa
+ , natriuresis tekanan (yaitu, mekanisme dimana peningkatan tekanan
perfusi ginjal (gradien antara tekanan darah arteri dan vena ginjal)
menyebabkan penurunan reabsorpsi Na + dan peningkatan Na + ekskresi),
sensitivitas garam, vasokonstriksi, disfungsi endotel dan cedera vaskular,
dan memainkan perananpenting dalam patogenesis hipertensi.14 RAAS hadir
pada tingkat seluler dibanyak organ, tetapi perannya yang paling penting
adalah untuk membantumengatur homeostasis volume-tekanan di ginjal, di
mana ia mempertahankan perfusi dalam keadaan volume yang berkurang
(yaitu, ketika ada penguranganvolume cairan ekstraseluler sebagai akibat
dari kehilangan natrium dan cairan) dan ditekan dalam kondisi volume
diperluas (kelebihan cairan). Renin danprekursornya pro-renin disintesis dan
disimpan dalam sel-sel juxtaglomerular ginjal dan dilepaskan sebagai respons
terhadap berbagai rangsangan. Fungsi utama renin adalah
untuk membelah angiotensinogen untuk membentuk
angiotensin I. Enzim pengonversi angiotensin (ACE) memotong
angiotensin I untuk membentuk angiotensin II, yang merupakan pusat peran
patogenetik dari RAAS dalam hipertensi.18
2.6 Diagnosis
Diagnosis hipertensi ditegakkan bila TDS ≥ 140 mmHg dan/atau TDD ≥
90mmHg pada pengukuran di klinik atau fasilitas layanan kesehatan.1,25
1. Anamnesis
Keluhan bervariasi mulai dari tidak bergejala sampai bergejala. Jika
terdapat HMOD, CVD, stroke, atau penyakit ginjal bisa disertai dengan
keluhan pusing, vertigo, sinkop, penglihatan buram, TIA, defisit sensorik
atau motorik, stroke.
8
2. Pemeriksaan Fisik
Pasien tampak sehat, bisa sakit ringan hingga berat jika ada
komplikasi hipertensi ke organ lain. Dapat dilakukan penilaian IMT dan
lingkar pinggang, dan untuk evaluasi tanda HMOD dapat dilakukan
pemeriksaan neurologis dan status kognitif, Pemeriksaan funduskopi untuk
hipertensi retinopati, Palpasi dan auskultasi jantung dan arteri karotis,
Palpasi arteri perifer, auskultasi jantung dan arteri renal apakah terdengar
murmur.
Persiapan pasien:
Pasien tenang (tidak cemas, gelisah, atau kesakitan). Dianjurkan
istirahat 5 menit sebelum pemeriksaan.
Pasien tidak mengonsumsi kafein atau merokok, ataupun aktivitas
olahraga minimal 30 menit sebelum pemeriksaan.
HBPM: pengukuran pada pagi dan malam hari. Pada pagi hari,
dilakukkan 1 jam setelah bangun tidur, pasien telah buang air kecil,
sebelum sarapan dan sebelum minum obat. Pengukuran minimal 1
kali tiap pemeriksaan dengan interval 1 menit.
ABPM: Pengukuran tekanan darah selama 24 jam termasuk saat tidur,
merupakan metode akurat untuk konfirmasi diagnosis hipertensi.
10
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan bertujuan untuk mencari HOMD (Hypertension Mediated
Organ Damage). Pemeriksaan penunjnag yang dilakukan diantara lain
pemeriksaan darah, pemeriksaan urin (proteinuria/albuminuria), EKG,
echocardiography, funduskopi, dll.
11
susu rendah lemak, gandum, ikan, dan asam lemak tak jenuh (terutama
minyak zaitun), serta membatasi asupan daging merah dan asam lemak
jenuh.
c. Penurunan berat badan dan menjaga berat badan ideal
Terdapat peningkatan prevalensi obesitas dewasa di Indonesia dari
14,8% berdasarkan data Riskesdas 2013, menjadi 21,8% dari data
Riskesdas 2018. Tujuan pengendalian berat badan adalah mencegah
obesitas (IMT >25 kg/m2), dan mentargetkan berat badan ideal (IMT
18,5 – 22,9 kg/m2) dengan lingkar pinggang <90 cm (laki-laki) dan
<80 cm (perempuan).
d. Olahraga teratur
Olahraga aerobik teratur bermanfaat untuk pencegahan dan pengobatan
hipertensi, sekaligus menurunkan risiko dan mortalitas kardiovaskular.
Olahraga teratur dengan intensitas dan durasi ringan memiliki efek
penurunan TD lebih kecil dibandingkan dengan latihan intensitas
sedang atau tinggi, sehingga pasien hipertensi disarankan untuk
berolahraga setidaknya 30 menit latihan aerobik dinamik berintensitas
sedang (seperti: berjalan, joging, bersepeda, atau berenang) 5-7 hari per
minggu.
e. Berhenti merokok
Merokok merupakan faktor risiko vaskular dan kanker, sehingga status
merokok harus ditanyakan pada setiap kunjungan pasien dan penderita
hipertensi yang merokok harus diedukasi untuk berhenti merokok.
2. Medikamentosa25
a. Alur panduan inisiasi sesuai klarifikasi dan ambang batas tekanan darah
untuk inisiasi obat
12
Gambar Alur Panduan Inisiasi Terapi Obat sesuai dengan Klasifikasi Hipertensi
Tabel Target TD
c. Terapi obat
Strategi pengobatan yang dianjurkan pada panduan penatalaksanaan
hipertensi saat ini adalah dengan menggunakan terapi kombinasi pada
sebagian besar pasien, untuk mencapai tekanan darah sesuai target.
Bila memungkinkan dalam bentuk single pill combination (SPC), untuk
meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan.
a. Obat untuk penatalaksanaan hipertensi dan kontraindikasi
13
pemberian obat antihipertensi.
Lima golongan obat antihipertensi utama yang rutin
direkomendasikan yaitu: ACEi, ARB, beta bloker, CCB dan
diuretik.
14
b. Obat antihipertensi oral
15
Tabel Obat Antihipertensi Oral
2.8 Komplikasi
Pasien hipertensi biasanya meninggal dunia lebih cepat apabila penyakitnya
tidak terkontrol dan telah menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital.
Komplikasi hipertensi yang utama adalah penyakit kardiovaskular, yang dapat
berupa penyakit jantung koroner, gagal jantung, stroke (baik perdarahan iskemik
atau intraserebral), ensefalopati hipertensi, penyakit ginjal kronik, kerusakan retina
16
mata, hipertensive retinopathy, maupun penyakit vaskular perifer, dan kematian
(biasanya karena penyakit jantung koroner, dan penyakit pembuluh darah terkait
stroke).26,27
2.9 Prognosis
Prognosis tergantung pada kontrol tekanan darah dan hanya
menguntungkan jika tekanan darah mencapai kontrol yang memadai. Namun,
komplikasi dapat terjadi pada beberapa pasien karena hipertensi adalah penyakit
progresif. Kontrol yang memadai dan langkah-langkah gaya hidup hanya berfungsi
untuk menunda perkembangan dan perkembangan gejala sisa seperti penyakit
ginjal kronis dan gagal ginjal.9
17
BAB 3
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. P
Umur : 43 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Alamat : RT 24 Sridadi
Perkawinan : Menikah
Negeri Asal : Indonesia
Agama : Islam
Suku : Jawa
Tanggal Pemeriksaan : 8 Agustus 2022
2. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Sakit kepala sejak 2 hari yang lalu
18
3. Riwayat Penyakit dahulu / Penyakit Keluarga
- Pasien sudah dikenal menderita hipertensi sejak lebih kurang 1 tahun yang
lalu.
- Orang tua pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi
4. Pemeriksaan Fisik
Tanda Vital :
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Komposmentis kooperatif
Tekanan darah : 150/100 mmHg
Frekuensi denyut nadi : 86x / menit
Frekuensi Nafas : 20 x/menit
Suhu : Afebris
Berat Badan : 86 kg
Tinggi badan : 158 cm
Pemeriksaan Sistemik
- Kulit : Teraba hangat
- Kepala : Bentuk bulat, simetris, rambut hitam tidak mudah dicabut
- Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil
isokor,diameter 2mm, reflek cahaya +/+
- Mulut : Simetris kiri dan kanan , lidah dan mulut basah
- Telinga : Tidak ditemukan kelainan
- Hidung : Tidak ditemukan kelainan
- Tenggorokan : Tonsil T1-T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis
- Leher : Tidak teraba pembesaran KGB
- Dada :
Paru : Inspeksi : Normochest, simetris kiri dan kanan, retraksi tidak ada
Palpasi : fremitus kiri = kanan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada
Jantung : Inspeksi : Iktus tidak terlihat
Palpasi : Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi jantung murni, irama teratur, bising tidak ada
19
- Abdomen: Inspeksi : Distensi tidak ada
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
- Anggota gerak : Oedem tungkai -/-
Pemeriksaan labor : -
5. Diagnosis
Hipertensi Stage I
Common cold
6. Diagnosis Banding :-
7. Manajemen
a. Preventif :
- Menganjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan dengan diet rendah
garam dan rendah lemak serta minum air putih minimal 2 L/ hari.
- Menghindari faktor resiko yang dapat memperburuk kondisi pasien seperti
rokok, alkohol dan minum minuman dingin
- Menjalani pola hidup sehat dengan memakan makanan yang bergizi dan
cukup nutrisi untuk tubuh, berolahraga secara teratur (misalnya senam atau
jalan cepat) setiap pagi minimal selama 30 menit selama 3-4 kali seminggu,
dan beristirahat yang cukup 6-8 jam per harinya.
- Menghindari kelelahan dan faktor stress yang dapat memperburuk kondisi
pasien.
b. Promotif :
- Edukasi kepada pasien bahwa pasien menderita common cold yang dapat
sembuh sendiri dan penyakit hipertensi yang bersifat kronik yang tidak dapat
disembuhkan namun dapat dikontrol dan penyakit tersebut mengharuskan
pasien untuk selalu mengontrol tekanan darahnya minimal setiap 10 hari
(walaupun tidak memiliki keluhan) dan selalu mengkonsumsi obat yang
diberikan.
- Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakitnya tidak dapat disembuhkan,
akan tetapi dapat dikontrol dengan membiasakan dengan pola hidup sehat
dan mengkonsumsi obat antihipertensi secara teratur berdasarkan petunjuk
dokter.
20
- Menjelaskan kepada pasien bahwa hipertensi yang dideritanya dapat
menyebabkan komplikasi pada bagian tubuh lainnya, yakni jantung, otak,
ginjal, pembuluh darah, dan mata. Hipertensi dapat menyebabkan terjadinya
pembesaran ruang jantung, nyeri dada, hingga gagal jantung. Pada otak dapat
menyebabkan stroke dan di ginjal dapat menyebabkan kegagalan fungsi
ginjal.
- Edukasi kepada pasien untuk tidak merokok dan meminum kopi untuk
mencegah perburukan dari penyakit pasien.
- Edukasi kepada pasien dan keluarga pasien bahwa pasien harus mengurangi
mengkonsumi makanan dengan kandungan garam dan lemak yang tinggi.
- Edukasi kepada anak-anak pasien bahwa anak-anak pasien juga memiliki
faktor resiko yang tinggi untuk terkena hipertensi sehingga harus menjalani
pola hidup sehat sejak dini.
c. Kuratif :
Amlodipine 1x10 mg
Ambroksol 3 x 30 mg
Cetirizin 1 x 10 mg
d. Rehabilitatif :
- Kontrol teratur ke Puskesmas untuk cek tekanan darah dan penyesuaian
dosis dan penambahan obat antihipertensi.
8. Prognosis
Qua ad sanam : bonam
Qua ad vitam : bonam
Qua ad fungsionam : bonam
Qua ad kosmetikum : bonam
21
BAB 4
DISKUSI
22
Daftar Pustaka
23
11. Benjamin EJ, Blaha MJ, Chiuve SE, et al, for the American Heart
Association Statistics Committee and Stroke Statistics Subcommittee. Heart
disease and stroke statistics-2017 update. a report from the American Heart
Association. Circulation. 2017 Mar 7. 135 (10).
12. Kemenkes RI. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia
tahun 2018. Riset Kesehatan Dasar 2018. 2018. p. 152–63.
13. L. J. Mullins, M. A. Bailey, and J. J. Mullins, “Hypertension, kidney, and
transgenics: a fresh perspective,” Physiological Reviews, vol. 86, no. 2,
pp. 709–746, 2006.
14. Populations T variation and factors influencing vertical migration behavior
in D. Hypertension. Physiol Behav. 2017;176(1):139–48.
15. Cheung BMY, Li C. Diabetes and hypertension: is there a common
metabolic pathway? Curr Atheroscler Rep. 2012;14(2):160–6.
16. Harrison DG. The mosaic theory revisited: common molecular mechanisms
coordinating diverse organ and cellular events inhypertension. J Am Soc
Hypertens. 2013;7(1):68–74.
17. Wilck N, Matus MG, Kearney SM, Olesen SW, Forslund K, Bartolomaeus
H, et al. Salt-responsive gut commensal modulates TH 17 axis and disease.
Nature. 2017;551(7682):585–9.
18. Singh AK, Williams GH. Textbook of nephro-endocrinology. Academic
Press; 2009.
19. de Leeuw PW, Bisognano JD, Bakris GL, Nadim MK, Haller H, Kroon AA.
Sustained reduction of blood pressure with baroreceptor activation therapy:
results of the 6-year open follow-up. Hypertension. 2017;69(5):836–43.
20. Grassi G, Seravalle G, Quarti-Trevano F, Scopelliti F, Dell’Oro R, Bolla G, et
al. Excessive sympathetic activation in heart failure with obesity and
metabolic syndrome: characteristics and mechanisms. Hypertension.
2007;49(3):535–41.
21. Augustyniak RA, Picken MM, Leonard D, Zhou XJ, Zhang W, Victor RG.
Sympathetic nerves and the progression of chronic kidney disease during
5/6 nephrectomy: studies in sympathectomized rats. Clin Exp Pharmacol
Physiol. 2010;37(1):12–8.
22. Dibona GF. Sympathetic nervous system and hypertension. Hypertension.
2013;61(3):556–60.
23. Ayub T, Khan SN, Ayub SG, Dar R, Andrabi KI. Reduced nitrate level in
individuals with hypertension and diabetes. J Cardiovasc Dis Res.
2011;2(3):172–6.
24. Longo DL, Kasper DL, Jameson JL, Fauci AS, Hauser SL, Loscalzo J (eds.)
Harrison’s principles of internal medicine. Edisi ke-18. New York: Mc
Graw Hill; 2011.
25. Lukito AA, Harmeiwaty E, Hustrin NM. Konsensus Penatalaksanaan
Hipertensi 2019 di Indonesia. Indonesian Society of Hypertension
Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia. 2019.
26. Rapsomaniki E, Timmis A, George J, Pujades-Rodriguez M, Shah AD, 27
Denaxas S, et al. Blood pressure and incidence of twelve cardiovascular
24
diseases: lifetime risks, healthy life-years lost, and age-specific associations
in 1·25 million people. Lancet. 2014;383(9932):1899–911.
27. Longo DL, Kasper DL, Jameson JL, Fauci AS, Hauser SL, Loscalzo J (eds.)
Harrison’s principles of internal medicine. Edisi ke-18. New York: Mc
Graw Hill; 2011.
25