HIPERTENSI KRISIS
Pembimbing :
dr. Eva C. Saragih
Penguji :
dr. Gopas Simanjuntak, Sp.PD
Disusun oleh :
Eninta Sri Ukur (18010032)
Hermina Sridayanti Limbong (18000011)
Grasianus Ridho Hia (18010032)
Sunny Situmorang (18010039)
Ester Monika Hutapea (18010041)
Berlian Masniari Silalahi (18010042)
Agnes Novarani Marbun (18010048)
Dokter Penguji,
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkat dan
rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh rangkaian proses penyusunan
Laporan Kasus yang berjudul: “Hipertensi Krisis“ sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam di RSU HKBP Balige.
Pada kesempatan ini, tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada dokter pembimbing dan penguji atas bimbingan dan arahannya selama
mengikuti Kepaniteraan Klinik di Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSU HKBP Balige.
Penulis menyadari bahwa Laporan Kasus ini masih banyak kekurangan, kritik dan
sarannya yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan guna perbaikan case ini di
kemudian hari. Harapan penulis semoga referat ini dapat bermanfaat dan menambah
pengetahuan serta dapat menjadi arahan dalam mengimplementasikan ilmu di klinis dan
masyarakat.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................2
A. Definisi ................................................................................................................................ 2
E. Klasifikasi ........................................................................................................................... 7
G. Patogenesis .......................................................................................................................... 9
I. Penatalaksanaan .................................................................................................................. 13
K. Komplikasi.........................................................................................................................30
L. Prognosis............................................................................................................................32
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................................49
BAB V KESIMPULAN........................................................................................................51
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Hipertensi krisis merupakan salah satu kegawatan dibidang kardiovaskular dengan
naiknya tekanan darah yang sangat tinggi lebih dari 180/120 mmHg. 1 Hipertensi krisis
ditandai dengan peningkatan tekanan darah secara akut dan sering berhubungan dengan
gejala sistemik yang merupakan konsekuensi dari peningkatan darah tersebut. Ini merupakan
komplikasi yang sering dari penderita dengan hipertensi dan menyebabkan penanganan
segera untuk mencegah komplikasi yang mengancam jiwa.2
Dua puluh persen pasien hipertensi yang datang ke UGD adalah pasien hipertensi
krisis. Dari 60 juta penduduk Amerika Serikat 30% diantaranyamenderita hipertensi dan
hampir 1 – 2% akan berlanjut menjadi hipertensi krisis disertai kerusakan organ target. Data
mengenai hipertensi krisis di Indonesia masih belum banyak diteliti, namun
studi Multinational Monitoring of Trends and Determinants in Cardiovacular Disease yang
menempatkan hipertensi sebagai faktor risiko utama kejadian kardiovaskular.1
The Seventh Report Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and
Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) tidak menyertakan hipertensi krisis ke dalam tiga
stadium klasifikasi hipertensi, namun hipertensi krisis dikategorikan dalam pembahasan
hipertensi sebagai keadaan khusus yang memerlukan tatalaksana yang lebih agresif.1
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Hipertensi krisis merupakan naiknya tekanan darah yang sangat tinggi lebih dari
180/120 mmHg dan merupakan sebuah kegawatdaruratan medis untuk segera dilakukan
penurunan tekanan darah. Jenisnya ada dua, yaitu hipertensi urgensi dan hipertensi
emergensi:
1. Hipertensi urgensi : tekanan darah pasien didapati sistole lebih dari 180mmHg, atau
diastol lebih dari 120mmHg tanpa disertai kerusakan pada organ target. Organ target
seperti ginjal, jantung, otak dan lainnya.
2. Hipertensi emergensi adalah : tekanan darah pasien sistol melebihi 180mmHg atau
diastol melebihi 120mmHg dan disertai kerusakan pada organ target. Kerusakan
tersebut bersifat progresif dan terjadi di antaranya, pada ginjal dapat terjadi
proteinuria, hematuria, dan gangguan ginjal akut.
B. Etiologi
C. Epidemiologi
Sekitar 31% dari populasi mempunyai tekanan darah >140/90 mmHg. Jumlah penderita
laki-laki lebih besar daripada perempuan pada usia di bawah 45 tahun, namun pada usis 45-
54 penderita perempuan sedikit lebih banyak. Pada usia > 54 tahun penderita perempuan
lebih banyak daripada laki-laki. Tekanan darah meningkat seiring bertambahnya usia, dan
2
hipertensi umum terjadi pada orang tua. Peluang seseorang menderita hipertensi pada usia
>55 tahun, walaupun mempunyai tekanan darah normal adalah 90%.
D. Faktor Risiko
Penderita hipertensi tidak minum obat atau tidak teratur minum obat
Kehamilan
Penderita hipertensi dengan penyakit parenkim ginjal
Penderita dengan rangsangan simpatis tinggi
E. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala penyakit yang biasa terjadi baik pada penderita hipertensi maupun pada
seseorang dengan tekanan darah yang normal hipertensi yaitu sakit kepala, gelisah,
jantung berdebar, perdarahan hidung, sulit tidur, sesak nafas, cepat marah, telinga
berdenging, tekuk terasa berat, berdebar dan sering kencing di malam hari. Gejala
akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai meliputi gangguan penglihatan,
saraf, jantung, fungsi ginjal dan gangguan serebral (otak) yang mengakibatkan kejang
dan pendarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan dan gangguan
kesadaran hingga koma.
F. Klasifikasi
Klasifikasi Tekanan Darah Berdasarkan JNC-7 (Joint National Committee)
3
Normal <130/<85
High Normal 130-139/85-89
Hipertensi grade 1 (mild) 140-159/90-99
Hipertensi grade 2 (moderate) 160-179/100-109
Hipertensi grade 3 (severe) ≥180/≥110
G. Patogenesis Hipertensi
H.
Asupan Jumlah Bahan-
garam nefron Perubahan bahan
Stres Obesitas
berkebih berkurang genetis yang
berasal
dari
endotel
Volume Konstriksi
cairan ↑ vena
Konstriksi
Preload ↑ Kontraktilitas ↑ Hipertrofi
fungsional
struktural
Curah
Tahanan perifer ↑
jantung ↑
Hipertensi
4
I. Penegakan Diagnosa
Anamnesis
Membedakan antara hipertensi emergensi (adanya organ damage) dan urgensi (tanpa
organ damage) merupakan langkah yang krusial dalam menentukan penanganan. Langkah
diagnosis dapat diawali dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan jika diperlukan
pemeriksaan penunjang.
Untuk mengetahui adanya keterlibatan kerusakan organ dapat ditanyakan apakah ada
mengalami keluhan seperti :
- Bidang neurologi : sakit kepala, kejang, defisit neurologis fokal dan gangguan kesadaran
- Bidang mata : funduskopi berupa perdarahan retina, eksudat retina dan edema pupil
- Bidang kardiovaskular : nyeri dada dan sesak nafas
- Bidang ginjal : azotemia, proteinuria dan oligouria
- Bidang obstetri : preklampsia dengan gejala berupa gangguan penglihatan, sakit kepala
hebat, kejang, nyeri abdomen kuadran atas, gagal jantung kongestif dan oligouria, serta
gangguan kesadaran/gangguan serebrovaskuler
Pemeriksaan Fisik
- Pengukuran tekanan darah di kedua lengan
- Sesuai dengan organ target yang terkena
- Palpasi denyut nadi perifer
5
Pemeriksaan Penunjang
- Darah Rutin
- Urinalisa
- Kimia darah
- EKG
- Foto thoraks
- CT-Scan
J. Penatalaksanaan Hipertensi
a. Non farmakologis
Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan tekanan darah, dan
secara umum sangat menguntungkan dalam menurunkan risiko permasalahan kardiovaskular.
Pada pasien yang menderita hipertensi derajat 1, tanpa faktor risiko kardiovaskular lain, maka
strategi pola hidup sehat merupakan tatalaksana tahap awal, yang harus dijalani setidaknya
selama 4 – 6 bulan. Bila setelah jangka waktu tersebut, tidak didapatkan penurunan tekanan
darah yang diharapkan atau didapatkan faktor risiko kardiovaskular yang lain, maka sangat
dianjurkan untuk memulai terapi farmakologi. Pola hidup sehat yang dianjurkan yaitu:
1. Penurunan berat badan, Mengganti makanan tidak sehat dengan memperbanyak
asupan sayuran dan buah-buahan
2. Mengurangi asupan garam, dianjurkan untuk asupan garam tidak melebihi 2 gr/ hari
3. Olah raga, Olah raga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 – 60 menit/ hari,
minimal 3 hari/ minggu
4. Tidak minum alcohol
5. Berhenti merokok.
b. Farmakologi
Prinsip dari pengobatan hipertensi ini adalah penurunan tekanan darah sangat penting
dalam menurunkan risiko mayor kejadian kardiovaskuler pada pasien hipertensi, jadi prioritas
utama dalam terapi hipertensi adalah mengontrol tekanan darah. Tekanan darah yang
dilakukan penatalaksanaan hipertensi berdasarkan JNC 8 yaitu bila :
Usia sistol diastol
> 60 > 150 > 90
< 60 > 140 > 90
> 18 > 140 > 90
6
Umur <55 Umur >55
tahun tahun
Langkah 1 A C
Langkah 2 A+C
Langkah 3 A+C+D
Resistant hypertension
Langkah 4 A + C + D + pertimbangkan pemberian
diuretic lebih lanjut
atau -blocker atau -blocker
Pertimbangkan untuk mencari saran dari
ahlinya
Keterangan :
A = ACE inhibitor atau angiotensin II receptor blocker (ARB)
C = Calcium Channel Blocker (CCB)
D = Thiazide-like diuretic
Anti hypertention Initial Daily Dose, Target Dose in No, of Doses per
Medication mg RCTs Reviewed, Say
mg
ACE inhibitors
Captopril 50 150-200 2
Enalapril 5 20 1-2
Lisinopril 10 40 1
Angiotensin receptor blockers
Eprosartan 400 600-800 1-2
Candesartan 4 12-32 1
Losartan 50 100 1-2
Valsartan 40-80 160-320 1
Irbesartan 75 300 1
Beta-Blockers
Atenolol 25-50 100 1
Metoprolol 50 100-200 1-2
Calcium channel blockers
Amlodipine 2-5 10 1
Diltiazem extended 120-180 360 1
7
release
Nitrendipine 10 20 1-2
Thiazide-type diuretics
Bendroflumethiazide 5 10 1
Chlorthalidone 12.5 12.5-25 1
Hydrochlorothiazide 12.5-25 25-100 1-2
Indapamide 1.25 1.25-2.5 1
Diuretik tiazid
Diuretik tiazid adalah diuretic dengan potensi menengah yang menurunkan tekanan
darah dengan cara menghambat reabsorpsi sodium pada daerah awal tubulus distal ginjal,
meningkatkan ekskresi sodium dan volume urin. Tiazid juga mempunyai efek vasodilatasi
langsung pada arteriol, sehingga dapat mempertahankan efek antihipertensi lebih lama.
Beta-blocker
Beta blocker memblok beta‐adrenoseptor. Reseptor ini diklasifikasikan menjadi, Reseptor
beta‐1 terutama terdapat pada jantung dan ginjal sedangkan reseptor beta‐2 banyak ditemukan
di paru‐paru, pembuluh darah perifer, otot lurik dan jantung. Reseptor beta juga terdapat di
otak. Stimulasi reseptor beta pada otak dan perifer akan memacu penglepasan
neurotransmitter yang meningkatkan aktivitas system saraf simpatis. Stimulasi reseptor beta‐
1 pada nodus sino‐atrial dan miokardiak meningkatkan heart rate dan kekuatan kontraksi.
Stimulasi reseptor beta pada ginjal akan menyebabkan penglepasan rennin, meningkatkan
aktivitas system renninangiotensin‐ aldosteron. Efek akhirnya adalah peningkatan cardiac
output, peningkatan tahanan perifer dan peningkatan sodium yang diperantarai aldosteron dan
retensi air. Terapi menggunakan beta‐blocker akan mengantagonis semua efek tersebut
sehingga terjadi penurunan tekanan darah.
ACE inhibitor
Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEi) menghambat secara kompetitif
pembentukan angiotensin II dari precursor angiotensin I yang inaktif, yang terdapat pada
darah, pembuluh darah, ginjal, jantung, kelenjar adrenal dan otak. Angitensin II merupakan
vaso‐konstriktor kuat yang memacu penglepasan aldosteron dan aktivitas simpatis sentral dan
perifer. Penghambatan pembentukan angiotensin II ini akan menurunkan tekanan darah.
8
K. Komplikasi
Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama akan merusak endothel arteri dan
mempercepat atherosklerosis. Komplikasi dari hipertensi termasuk rusaknya organ tubuh
seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah besar. Hipertensi adalah faktor resiko
utama untuk penyakit serebrovaskular (stroke, transient ischemic attack), penyakit arteri
koroner (infark miokard, angina), gagal ginjal, dementia, dan atrial fibrilasi. Bila penderita
hipertensi memiliki faktor-faktor resiko kardiovaskular lain, maka akan meningkatkan
mortalitas dan morbiditas akibat gangguan kardiovaskularnya tersebut. Menurut Studi
Framingham, pasien dengan hipertensi mempunyai peningkatan resiko yang bermakna untuk
stroke, penyakit arteri perifer, dan gagal jantung.
L. Prognosis
9
BAB V
KESIMPULAN
10
DAFTAR PUSTAKA
11