Krisis Hipertensi
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani
Kepaniteraan Klinik Senior Pada Bagian/SMF Ilmu Neurologi
Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh
Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia
Oleh :
Preseptor :
dr. Herlina Sari, Sp.S
ACEH UTARA
1
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmatNya, saya dapat menyelesaikan penyusunan referat dan case yang
berjudul “Krisis Hipertensi” tepat pada waktunya. Penyusunan referat ini
dimaksudkan untuk melengkapi tugas di Kepaniteraan Klinik Ilmu Neurologi
Dalam di Rumah Sakit Umum Cut Meutia.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada pihak lain yang telah
membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung.
2
BAB I
PENDAHULUAN
berkaitan erat dengan pola perilaku hidup masyarakat itu sendiri. Selama kurun
darah yang mendadak yang disebut sebagai krisis hipertensi. Keadaan ini dapat
secara garis besar, The Fifth Report of the Joint National Comitte on Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNCV) membagi krisis HT ini
tingginya TD, tapi dari kerusakan organ sasaran. Seberapa besar TD yang dapat
menyebabkan krisis HT tidak dapat dipastikan, sebab hal ini juga bisa terjadi pada
(4,5%), gagal jantung akut dengan edema paru (36,8%), miokard infark akut atau
angina tidak stabil (12%), diseksi aorta (2%), eklampsia (4,5%) dan ginjal (1%).
3
the Lancet dan WHO, dari 26% (tahun 2000) menjadi 29% (tahun 2025) sehingga
diperkirakan kejadian hipertensi krisis akan meningkat dari 0,26% menjadi 0,29%
hipertensi yang disepakati bersama sehingga dapat dilaksanakan oleh para dokter
krisis hipertensi.1,2,3
4
BAB II
KRISIS HIPERTENSI
DEFENISI
EPIDEMIOLOGI
HT sedang dan 10% HT berat. Pada setiap jenis HT ini dapat timbul krisis
hipertensi dimana tekanan darah (TD) diastolik sangat meningkat sampai 120 –
130 mmHg yang merupakan suatu kegawatan medik dan memerlukan pengelolaan
yang cepat dan tepat untuk menyelamatkan jiwa penderita. Angka kejadian krisis
HT menurut laporan dari hasil penelitian dekade lalu di negara maju berkisar 2 –
7% dari populasi HT, terutama pada usia 40 – 60 tahun dengan pengobatan yang
tidak teratur selama 2 – 10 tahun. Angka ini menjadi lebih rendah lagi dalam 10
tahun belakangan ini karena kemajuan dalam pengobatan HT, seperti di Amerika
5
Secara praktis krisis hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan
> 120 mmHg dan disertai kerusakan berat dari organ sasaran yang
disebabkan oleh satu atau lebih penyakit/kondisi akut (tabel I). Pada
sasaran. TD harus diturunkan dalam 24-48 jam sampai batas yang aman
Kedua jenis krisis hipertensi ini perlu dibedakan dengan cara anamnesis
dan pemeriksaan fisik, karena baik faktor resiko dan penanggulannya berbeda.
6
2. Hipetensi akselerasi : TD meningkat (Diastolik) > 120 mmHg disertai
fase maligna.
keluhan sakit kepala yang sangat, perubahan kesadaran dan keadaan ini
Hipertensi ensefalopati.
Eklampsi.
Feokhromositoma.
7
Infark miokard akut, angina unstable.
hanya dari tingkatan TD aktual, tapi juga dari tingginya TD sebelumnya, cepatnya
kenaikan TD, bangsa, seks dan usia penderita. Penderita hipertensi kronis dapat
gangguan ginjal dan kardiovaskular dan kejadian ini dijumpai bila TD Diastolik >
hipertensi baru dengan penghentian obat yang tiba-tiba, dapat timbul hipertensi
PATOFISIOLOGI
demikian ada dua peran penting yang menjelaskan patofisiologi tersebut yaitu :
8
1. Peran peningkatan Tekanan Darah
arteriolus. Keadaan tersebut merupakan suatu siklus (vicious circle) dimana akan
mendasarinya.
dilakukan agar tidak terjadi penjalaran kenaikan TD ditingkat sel yang akan
menganggu hemostasis sel. Akibat dari kontraksi otot polos yang lama, akhirnya
pelepasan nitric oxide (NO). Selanjutnya disfungsi endotelial akan ditriger oleh
koagulasi yang teraktifasi ini bersama-sama dengan adhesi platelet dan agregasi
9
akan mengendapkan materi fibrinoid pada lumen pembuluh darah yang sudah
kecil dan sempit sehingga makin meningkatkan TD. Siklus ini berlangsung terus
dan menyebabkan kerusakan endotelial pembuluh darah yang makin parah dan
meluas.
meningkatkan hormon aldosteron yang berperan dalam meretensi air dan garam
yang akan meningkatkan TD. Apabila TD meningkat terus maka akan terjadi
FAKTOR RESIKO
Penderita hipertensi yang tidak meminum obat atau minum obat anti
kepala.
10
Penderita hipertensi dengan penyakit parenkim ginjal.
MANIFESTASI KLINIS
Bidang Neurologi :
Bidang Mata :
Bidang kardiovaskular :
Bidang Ginjal :
Bidang obstetri :
kesadaran/gangguan serebrovaskuler.
11
DIAGNOSA
terapi tergantung kepada tindakan yang cepat dan tepat. Tidak perlu menunggu
1. Anamnesis :
proteinuria ).
penglihatan, sakit kepala hebat, kejang, nyeri abdomen kuadran atas, gagal
serebovaskular.
2. Pemeriksaan fisik :
12
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran TD mencari kerusakan
neurologi ataupun payah jantung, kongestif dan oedema paru. Perlu dicari
3. Pemeriksaan penunjang :
o Urinalisa
pengobatan terlaksana ).
CT scan kepala
Echocardiografi
Ultrasinigrafi
13
Penetapan diagnostik
DIAGNOSIS BANDING
langkah sebagaiberikut:
5 menit s/d 120 menit pertama tekanan darah rata-rata (mean arterial blood
tidak lebih dari 25 % dalam satu jam dan jika sudah stabil selanjutnya diturunkan
14
menjadi 160/100-110 mm Hg dalam 2 - 6 jam. Penurunan tekanan yang terlalu
cepat dan melampui target tersebut dapat menginduksi iskemia renal, cerebral dan
koroner. Atas dasar hal tersebut pemakaian Nifedipin short acting tidak lagi
tercapai target pengobatan awal dan tekanan darah stabil maka pengobatan untuk
menurunkan tekanan darah lebih lanjut dapat dimulai dalam 24-48 jam
kemudian.6,7,8
tergantung dari kerusakan target organ yang terjadi. Obat-obat yang biasanya
seperti berikut.
Obat anti hipertensi oral atau parenteral yang digunakan pada krisis
urgensi. Jika hipertensi emergensi dan disertai dengan kerusakan organ sasaran
maka penderita dirawat diruangan intensive care unit, ( ICU ) dan diberi salah satu
15
2. Nitroglycerini : merupakan vasodilator vena pada dosis rendah tetapi bila
dengan dosis tinggi sebagai vasodilator arteri dan vena. Onset of action 2 –
of action 3 – 10 menit.
16
7. Trimethaphan camsylate : termasuk ganglion blocking agent dan
bentuk oral dengan onset of action 2 jam, duration of action 10 jam dan
dijumpai.
sistem syaraf simpatis. Dosis : 250 – 500 mg secara infus i.v / 6 jam. Onset
kasiatnya tidak konsisten, obat ini kurang disukai untuk terapi awal.
dalam 100 cc dekstrose dengan titrasi dosis. Onset of action 5 –10 menit
dan mencapai maksimal setelah 1 jam atau beberapa jam. Efek samping :
17
rasa ngantuk, sedasi, hoyong, mulut kering, rasa sakit pada parotis. Bila
oral yang cara pemberiannya lebih mudah tetapi pemberian obat parenteral adalah
dapat diturunkan baik secara perlahan maupun cepat sesuai keinginan dengan cara
menatur tetesan infus. Bila terjadi penurunan TD berlebihan, infus distop dan TD
diinginkan telah dicapai, injeksi dapat di stop, dan TD naik kembali. Perlu diingat
bila digunakan obat parenteral yang long acting ataupun obat oral, penurunan TD
clonidine pada krisis hipertensi dengan cara : Dosis yang digunakan adalah
dengan 4 tetes setiap kalinya sampai TD yang diingini diperoleh. Bila TD ini telah
dicapai diawasi selama 4 jam dan selanjutnya dengan obat per oral. Dengan
tetesan berkisar 12-104 tetes/menit dapat dicapai TD yang diingini dan penderita
18
Kerugian obat ini adalah efek samping yang sering timbul seperti mulut
kering, mengantuk dan depresi. Pada hipertensi dengan tand iskemi cerebral
1. Hipertensi ensenpalopati
Anjuran : Sodium nitroprusside, Labetalol, diazoxide.
Hindarkan : B-antagonist, Methyidopa, Clonidine.
2. Cerebral infark
Anjuran : Sodium nitropsside, Labetalol,
B-antagonist, labetalol.
Hindarkan :Hydralazine, Diaozoxide, Minoxidil
7. Eklampsi :
Anjuran :Hydralazine, Diazoxxide, labetalol,cantagonist, sodium
nitroprusside.
Hindarkan : Trimethaphan, Diuretik, B-antagonist
8. Renal insufisiensi akut :
Anjuran : Sodium nitroprusside, labetalol, Ca-antagonist
19
Hindarkan : B- antagonist, Trimethaphan
9. KW III-IV :
Anjuran : Sodium nitroprusside, Labetalol, Ca – antagonist.
Hindarkan : B-antagonist, Clonidine, Methyldopa.
10. Mikroaangiopati hemolitik anemia :
Anjuran : Sodium nitroprosside, Labetalol, Caantagonist.
Hindarkan : B-antagonist.
Dari berbagai sediaan obat anti hipertensi parenteral yang tersedia, Sodium
Karena pemakaian obat ini haruslah dengan cara tetesan intravena dan harus
menimbulkan hipotensi berat. Alternatif obat lain yang cukup efektif adalah
diperukan secara intravena, telah diteliti untuk kasus hipertensi emergensi (dalam
Bertel dkk 1983 mengemukakan hal yang baik pada 25 penderita dengan
dengan pemakaian dosis 10mg yang dapat ditambah 10mg lagi menit. Yang
menarik adalah bahwa 4 dari 5 penderita yang diperiksa, aliran darah cerebral
20
meningkat, sedang dengan clonidine yang diselidiki menurun, walaupun tidak
Di Medan dibagian penyakit dalam FK USU pada 1991, telah diteliti efek
akut obat oral anti hipertensi terhadap hipertensi sedang dan berat pada 60
penderita. Efek akut nifedipine dalam waktu 5-15 menit. Demikian juga dengan
clonidine dalam waktu 5-35 menit. Dari hasil ini diharapkan kemungkinan
Pada tahun 1993 telah diteliti penggunaan obat oral nifedipine sublingual
dan captoprial pada penderita hipertensi krisis memberikan hasil yang cukup
sublingual kepada pasien. TD dan tanda Vital dicatat tiap lima menit sampai 60
menit dan juga dicatat tanda-tanda efek samping yang timbul. Pasien digolongkan
obat. Respons bila TD diastolik mencapai <120mmHg atau MAP <150mmHg dan
adanya perbaikan simptom dan sign dari gangguan organ sasaran yang dinilai
secara klinis setelah 60 menit pemberian obat. Inkomplit respons bila setelah 60
>120mmHg atau MAP masih >150mmHg, tetapi jelas terjadi perbaikan dari
Neurologic emergency.
21
Keadaan neurologic emergency yang tersering adalah hipertensi
22
Pasien dengan ischemic stroke membutuhkan tekanan sistemik yang cukup
untuk mempertahankan perfusi di distal obsktruksi. Oleh karena itu tekanan darah
harus dimonitor ketat dalam 1 – 2 pertama. Hanya jika tekanan sistolik menetap
Cardiac emergency
acute myocard ischemic atau infarction, pulmonary edema, dan aortic dissection.
nitroglycerin, jika tanpa heart failure bisa ditambahkan beta blocker (labetalol,
Hyperadrenergic states
krisis sindrom.
23
Pheochromocytoma, kotrol tekanan darah inisial dapat diberikan Sodium
Nitroprusside atau IV phentolamine. Beta blockers bisa diberikan tapi tidak boleh
Kidney failure
Acute Kidnet Injury (AKI) bisa merupakan penyebab maupun akibat dari
thiocyanate.
observasi beberapa menit dan bila tekanan darahnya tetap > 180/120 mm Hg,
maka dapat dilakukan terapi oral yang sesuai dan mungkin perlu dikombinasi
dengan obat oral sebelumnya, terutama jika jenis obat yang diberikan sebelumnya
24
dapat mengontrol tekanan darahnya dengan baik dan dapat ditoleransi oleh
penderita.
dengan perawatan rawat jalan. Namun keadaan ini sulit untuk memonitor tekanan darah
setelah pemberian obat. Obat yang diberikan dimulai dari dosis yang rendah
untuk menghindari terjadinya hipotensi mendadak terutama pada pasien dengan resiko
tekanan darah 160/110 dalam jam atau hari dengan konvensional terapi oral.
onset maksimulai dalam 15–30 menit dan maksimum aksi antara 30–90 menit.
diulangi setiap 8 jam sampai target tekanan darah tercapai. Onset aksi dimulai ½–2
jam.
Beta blocker (Labetalol), non selektif beta blocker, dosis oral awal 200
mg, dan diulang 3-4 jam. Onset kerja dimulai pada 1–2 jam.
Simpatolitik (Clonidine), dengan dosis oral awal 0.1–0.2 mg dosis loading
25
Lama
Obat Dosis Efek Efek samping
kerja
Nifedipin
5-10mg
(Calcium sakit kepala, takhikardi,
Diulang 5-15 menit 2-6 jam
Channel hipotensi, flushing.
15 menit
Blocker)
Sublingual : angio neurotik oedema,
Captopril 12,5-25mg
10-15 menit rash, gagal ginjal akut pada
(ACE Diulang 6-8 jam
Oral : 15-30 penderita bilateral renal
Inhibitor) 30 menit
menit arteri sinosis
sedasi,mulut kering. Hindari
Clonidin pemakaian pada 2nd degree
75-150 ug
(Central atau 3rd degree, heart block,
Diulang / 30-60 menit 8-16 jam
alpha brakardi,sick sinus
jam
agonist) syndrome.Over dosis dapat
diobati dengan tolazoline.
10-40mg
Propanolol bronkokonstriksi, blok
Diulang / 15-30 menit 3-6 jam
(beta blocker) jantung
30menit
katekholamine.
26
Dengan pengaturan titrasi dosis Nifedipine ataupun Clonidin biasanya TD
dengan riwayat penyakit cerebrovaskular dan koroner, juga pada pasien umur tua
dan pasien dengan volume depletion maka dosis obat Nifedipine dan Clonidine
orthotatis. Bila ID penderita yang obati tidak berkurang maka sebaiknya penderita
Hipertensi Mendesak
Parameter Hipertensi Darurat
Biasa Mendesak
Tekanan
darah > 180/110 > 180/110 > 220/140
(mmHg)
Sakit kepala, Sesak napas, nyeri
kecemasan; Sakit kepala dada, nokturia,
Gejala
sering kali tanpa hebat, sesak napas dysarthria, kelemahan,
gejala kesadaran menurun
Tidak ada Kerusakan organ
kerusakan organ target; muncul Ensefalopati, edema
Pemeriksaan target, tidak ada klinis penyakit paru, insufisiensi
penyakit kardiovaskuler, ginjal, iskemia jantung
kardiovaskular stabil
27
Periksa ulang Periksa ulang
Rencana Rawat ruangan/ICU
dalam 3 hari dalam 24 jam
PROGNOSIS
hanyalah 20% dalam 1 tahun. Kematian sebabkan oleh uremia (19%), payah
28
jantung kongestif (13%), cerebro vascular accident (20%),payah jantung kongestif
disertai uremia (48%), infrak Mio Card (1%), diseksi aorta (1%).
Prognosis menjadi lebih baik berkat ditemukannya obat yang efektif dan
dalam 1 tahun berkisar 94% dan survival 5 tahun sebesar 75%. Tidak dijumpai
hasil perbedaan diantara retionopati KWIII dan IV. Serum creatine merupakan
prognostik marker yang paling baik dan dalam studinya didapatkan bahwa 85%
dari penderita dengan creatinite <300 umol/l memberikan hasil yang baik
dibandingkan dengan penderita yang mempunyai fungsi ginjal yang jelek yaitu 9
% .10,16
BAB III
KESIMPULAN
29
Hipertensi urgensi perlu dibedakan dengan hipertensi emergensi agar dapat
diturunkan.
Faktor klinis lain : obat lain yan gdiberikan , status volum dll.
Efek sqamping obat
Besarnya penurunan TD umumnya kira-kira 25% dari MAP ataupun tidak
organ.
hipertensi urgensi.
Dari berbagai penelitian (dalam dan luar negri ) bahwa obat oral
30
Pemberiaan diuretika pada hipertensi emergensi dimana dibuktikan adanya
volume overload seperti payah jantung kongestif dan oedema paru. Pemberian
Beta Blocker tidak dianjurkan pada krisis hipertensi kecuali pada aorta disekasi
akut.
DAFTAR PUSTAKA
2002.p. 339-356.
31
2. Izzo Jr GJ L, et.al. Seventh Report of JNC on Prevention, Detection,
2003;42:1206-1252.
3. Ram S CV. Management of hypertensive emergencies:Changing
Hypertension Primer 2nd Editions.. Eds. Izzo Jr G JL, and Black HR.
279-83.
10. Bertel. O. Conen D, Radu EW, Muller J, Lang C : 1983:Nifedipine in
SEA,266; 39-45.
32
13. Gonzale D.G, Ram C.SV.S., 1988 : New Approaches for the treatment of
33