Disusun oleh :
dr. Sarah Nabila Rachmi
Pembimbing :
dr. Pupun Lufianti
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah kepada kita, terutama kepada penulis sehingga laporan kasus ini dapat
terselesaikan. Dalam laporan kasus ini penulis mengangkat judul “Hipertensi
Emergensi” yang sekaligus merupakan tugas laporan kasus Program Internsip
Dokter Indonesia di RSUD Cikalong Wetan.
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hipertensi emergensi adalah peningkatan tekanan darah akut yang ditandai
dengan tanda-tanda kerusakan organ target. Ini dapat mencakup edema paru,
iskemia jantung, defisit neurologis, gagal ginjal akut, diseksi aorta, dan eklampsia.
Peningkatan tekanan darah (BP) yang berat (>180/120 mm Hg) ditandai dengan
komplikasi disfungsi organ target yang akan datang atau progresif, meliputi aorta,
otak, mata, jantung, dan ginjal.
2.2 Etiologi
Hipertensi emergensi yang paling umum adalah peningkatan tekanan darah
yang cepat dan tidak dapat dijelaskan pada pasien dengan hipertensi esensial kronis.
Sebagian besar pasien yang mengalami hipertensi emergensi memiliki riwayat
pengobatan hipertensi yang tidak adekuat atau penghentian pengobatan secara tiba-
tiba.7 Penyebab lain dari hipertensi emergensi yaitu penggunaan obat-obatan
rekreasional, penghentian klonidin secara tiba-tiba, pengangkatan post
pheochromocytoma, dan sklerosis sistemik, penyakit parenkim ginjal seperti
pielonefritis kronis, glomerulonefritis primer, nefritis tubulointerstitial, gangguan
sistemik dengan keterlibatan ginjal: lupus eritematosus sistemik, sklerosis sistemik,
vasculitis. Selain itu, penyakit renovaskular seperti penyakit aterosklerotik,
displasia fibromuskular, poliarteritis nodosa, penyakit endokrin seperti
pheochromocytoma, sindrom Cushing, hiperaldosteronisme primer, obat-obatan
tertentu seperti kokain, amfetamin, siklosporin, klonidin (penghentian), fensiklidin,
pil diet, pil kontrasepsi oral, adanya interaksi obat seperti inhibitor monoamine
oksidase dengan antidepresan trisiklik, antihistamin, atau makanan yang
mengandung tiramin. Faktor sistem saraf pusat (SSP) juga dapat menyebabkan
hipertensi emergensi, seperti adnaya trauma SSP atau gangguan sumsum tulang
belakang (sindrom Guillain-Barré). Adanya koarktasio aorta,
preeklamsia/eklampsia, dan hipertensi pasca operasi juga dapat mencetuskan
terjadinya hipertensi emergensi.
2.4 Patofisiologi
Patofisiologi yang mengakibatkan disfungsi organ akhir pada hipertensi
emergensi tidak sepenuhnya diketahui. Meskipun demikian, terdapat dua
mekanisme berbeda tetapi saling berkaitan yang memainkan peran dalam
patofisiologi hipertensi krisis.
2.5 Diagnosis
Pada pasien yang datang dengan peningkatan tekanan darah yang sangat tinggi,
anamnesis dan pemeriksaan yang cermat diperlukan untuk menentukan pasien
mana yang mengalami hipertensi emergensi yang sebenarnya. Gejala seperti sakit
kepala, pusing, perubahan status mental, sesak napas, nyeri dada, penurunan
produksi urin, muntah, atau penurunan visus memerlukan evaluasi lebih lanjut.
Sumber timbulnya hipertensi secara tiba-tiba juga harus diselidiki untuk tata
laksana yang tepat.
Temuan pemeriksaan dapat bervariasi tergantung pada organ target spesifik
yang mengalami kerusakan. Pada disfungsi jantung, ronki dapat terdengar pada
auskultasi paru, distensi vena jugularis atau edema perifer. Selain itu, bunyi jantung
tambahan juga dapat ditemukan. Pada kondisi hipertensi dengan onset yang sangat
cepat, sering terjadi pada penyalahgunaan simpatomimetik, dispnea yang nyata
tanpa adanya edema perifer akibat edema paru dapat ditemukan.
Disfungsi neurologis dapat menyebabkan perubahan status mental, visus yang
menurun, ataksia atau disfungsi serebelum lainnya, afasia, atau mati rasa atau
kelemahan unilateral dapat diamati. Pemeriksaan neurologis yang tepat yang
mencakup pemeriksaan nervus kranialis, motoris, dan sensoris, serta tes serebelar
dan pengujian gaya berjalan perlu dilakukan. Pemeriksaan visus dan funduskopi
dapat dilakukan untuk mengetahui adanya papilledema, eksudat, maupun
perdarahan.
Gambar 1. Algoritma Diagnosis dan Tata Laksana Pasien dengan Hipertensi
Krisis
3.2 Anamnesis
Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan utama: nyeri kepala
Pasien mengalami nyeri kepala terasa nyutnyutan dan berat sejak 2 hari yang lalu. Keluhan
disertai dengan nyeri pada leher belakang sejak 1 hari sebelum masuk ke rumah sakit. Nyeri leher
tidak disertai penjalaran dengan VAS score 7/10, nyeri terus menerus, dengan durasi > 15 menit,
tidak membaik dengan istirahat. Pasien juga mengeluhkan pandangannya menjadi buram .
Keluhan disertai dengan mual dan muntah tiap pasien makan. Muntah berisi cairan dan sisa
makanan.
Pasien menyangkal ada keluhan atau riwayat nyeri dada sebelumnya (-). Pasien
menyangkal ada sesak napas, penurunan kesadaran, demam, maupun kejang.
Riwayat penyakit terdahulu
Pasien terdiganosis Hipertensi sejak 5 tahun yang lalu, rutin minum obat amlodipine 5 mg.
Riwayat diabetes mellitus disangkal.
Riwayat pengobatan
Sebelum masuk rumah sakit, pasien pergi ke klinik dan dilakukan pemeriksaan tekanan darah
dengan tensi sistolik 190 mmHg. Kemudian pasien dirujuk ke RSUD Cikalong Wetan untuk
pemeriksaan dan tata laksana lebih lanjut.
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit jantung pada keluarga disangkal.
Riwayat sosial
Pasien seorang pedagang. Pasien sudah menikah dan memiliki anak. Pasien sering merokok dan
minum kopi.
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-tanda vital :
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis, GCS: E4V5M6
Tekanan Darah : 190/110 mmHg
Nadi : 93 x/menit
Frekuensi Nafas : 24 x/ menit
SpO2 : 97%
Suhu : 36,6 0 C
Status Internal
Kepala
Inspeksi : bentuk dan pergerakan simetris, kanan = kiri. Tidak ada retraksi pada
dinding dada, terdapat bintik-bintik hitam di daerah bawah leher, diskret
Palpasi : Vokal fremitus lapang paru kanan dan kiri sama kuat
Perkusi : Sonor pada lapang paru kanan dan kiri
Auskultasi : suara napas vesikuler kiri dan kanan, tidak ada ronki maupun
wheezing
Cor : Ictus cordis tidak terlihat, bunyi jantung murni, reguler, murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : datar, darm contour (-), darm steifung (-).
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani, nyeri perkusi (-),
Palpasi : supel, defence musculer (-), nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, turgor
kembali cepat
Anus dan Rektum
Tidak diperiksa
Ekstremitas
Ekstremitas atas : Akral hangat , CRT <2 detik, deformitas (-), edema + non
pitting, regio manus hingga 1/3 proximal antebrachii dextra, warna kehitaman,
konsistensi keras, terdapat vesikel dan bula kendur dan bekas vesikel dan bula
yang sudah pecah di daerah dorsum dan palmar manus, diskret. Kekuatan
motorik +5|+5, Refleks Fisiologis Sulit dinilai|+, Refleks Patologis Sulit
diniliai+|+, Sensoris +N/+N
Ekstremitas bawah : Akral hangat , Edema -/-, CRT <2 detik, deformitas (-),
kekuatan motorik +5|+5, Refleks Fisiologis +|+, Refleks Patologis +|+,
Sensoris +N/+N
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Tanggal 17 Januari 2019 (IGD)
Hb 12 g/dl
Ht 36 %
Leukosit 9650/ mm3
Trombosit 250.000/ mm3
MCV 81
MCH 28
MCHC 35
Masa Perdarahan / BT >30 menit
Masa Pembekuan / CT >30 menit
GDS 115
Ureum 27,4
Creatinin 0,51
FOLLOW UP
PF :
Kepala: CA +/+, SI-/-
Thorax: vesikuler ka=ki,
ronkhi +/+, whz -/-
BJ I dan II reguler,
murmur (-)
Abdomen: Supel, BU (+)
Nyeri tekan seluruh region
abdomen
Ekstremitas: Akral
hangat, CRT < 2 S, edem -
/-
PF :
Kepala: CA -/-, SI-/-
Thorax: vesikuler ka=ki,
ronkhi +/+, whz -/-
BJ I dan II reguler,
murmur (-)
Abdomen: Supel, BU (+)
Nyeri tekan seluruh region
abdomen
Ekstremitas: Akral
hangat, CRT < 2 S, edem -
/-
PF :
Kepala: CA -/-, SI-/-
Thorax: vesikuler ka=ki,
ronkhi +/+, whz -/-
BJ I dan II reguler,
murmur (-)
Abdomen: Supel, BU (+)
Nyeri tekan seluruh region
abdomen
Ekstremitas: Akral
hangat, CRT < 2 S, edem -
/-