Anda di halaman 1dari 35

HOME VISIT DAN LAPORAN KASUS

‘’HIPERTENSI + DISLIPIDEMIA’’

OLEH :

SUCI MARDIANA TAMBUNAN


(2008320036)

PEMBIMBING :
dr. Pinta Pudiyanti Siregar, M.Sc,Ph.D

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan laporan Home Visit dan Laporan Kasus di Puskesmas
Glugur Darat sebagai tugas penulisan dan penguasaan materi serta keterampilan
klinis yang harus dimiliki untuk mendiagnosis, mempelajari cara pengobatan yang
tepat, dan mengetahui tindakan dasar yang harus dimiliki dokter umum sebagai
layanan primer.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Pinta Pudiyanti
Siregar ,M.Sc,Ph.D yang telah membimbing saya dalam menyusun dan
menyelesaikan laporan Home Visit dan Laporan Kasus. Ucapan terimakasih
kepada teman-teman yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan tugas ini.

Medan, 14 April 2022


I. HIPERTENSI

1. Definisi
Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan
diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Seseorang dianggap
mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90 mmHg.2
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140
mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya
beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain
seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan
darah, makin besar resikonya.3

Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam


pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari suatu periode. Hipertensi
dipengaruhi oleh faktor risiko ganda, baik yang bersifat endogen seperti usia, jenis
kelamin dan genetik/keturunan, maupun yang bersifat eksogen seperti obesitas,
konsumsi garam, rokok dan kopi.4

Menurut American Heart Association atau AHA,hipertensi merupakan silent


killer dimana gejalanya sangat bermacam-macam pada setiap individu dan
hampir sama dengan penyakit lain. Gejala-gejala tersebut adalah sakit kepala atau
rasa berat ditengkuk. Vertigo, jantung berdebar-debar, mudah lelah, penglihatan
kabur, telinga berdenging atau tinnitus dan mimisan. 2

2. Etiologi
Berdasarkan dari penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
1) Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer adalah hipertensi yang 90% tidak diketahui
penyebabnya. Beberapa factor yang diduga berkaitan dengan berkembangnya
hipertensi primer diantaranya:
a. Genetik
Individu dengan keluarga hipertensi memiliki potensi lebih tinggi
mendapatkan penyakit hipertensi.
b. Jenis kelamin dan usia
Lelaki berusia 35-50 tahun dan wanita yang telah menopause berisiko
tinggi mengalami penyakit hipertensi.
c. Diet konsumsi tinggi garam atau kandungan lemak
Konsumsi garam yang tinggi atau konsumsi makanan dengan kandungan
lemak yang tinggi secara langsung berkaitan dengan berkembangnya
penyakut hipertensi.
d. Berat badan obesitas
Berat badan yang 25% melebihi berat badan ideal sering dikaitkan dengan
berkembangnya hipertensi.
e. Gaya hidup merokok dan konsumsi alcohol
Merokok dan konsumsi alcohol sering dikaitkan dengan berkembangnya
hipertensi karena reaksi bahan atau zat yang terkandung dalam keduanya.

2) Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang diketahui
penyebabnya. Hipertensi sekunder disebabkan oleh beberapa penyakit,
yaitu:

a) Coarctationaorta, yaitu penyempitan aorta congenital yang


mungkin terjadi beberapa tingkat pada aorta toraksi atau aorta
abdominal. Penyembitan pada aorta tersebut dapat menghambat
aliran darah sehingga terjadi peningkatan tekanan darah diatas area
kontriksi.
b) Penyakit parenkim dan vaskular ginjal. Penyakit ini merupakan
penyakit utama penyebab hipertensi sekunder. Hipertensi
renovaskuler berhubungan dengan penyempitan satu atau lebih
arteri besar, yang secara langsung membawa darah ke ginjal.
Sekitar
90% lesi arteri renal pada pasien dengan hipertensi disebabkan oleh
aterosklerosis atau fibrous dyplasia (pertumbuhan abnormal
jaringan fibrous). Penyakit parenkim ginjal terkait dengan infeksi,
inflamasi, serta perubahan struktur serta fungsi ginjal.
c) Penggunanaan kontrasepsi hormonal (esterogen). Kontrasepsi
secara oral yang memiliki kandungan esterogen dapat
menyebabkan terjadinya hipertensi melalui mekanisme renin-
aldosteron-mediate volume expantion. Pada hipertensi ini, tekanan
darah akan kembali normal setelah beberapa bulan penghentian
oral kontrasepsi.
d) Gangguan endokrin. Disfungsi medulla adrenal atau korteks
adrenal dapat menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenal- mediate
hypertension disebabkan kelebihan primer aldosteron, kortisol, dan
katekolamin.
e) Kegemukan (obesitas) dan malas berolahraga.
f) Stres, yang cenderung menyebabkan peningkatan tekanan darah
untuk sementara waktu.
g) Kehamilan
h) Luka bakar
i) Peningkatan tekanan vaskuler
j) Merokok. Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan
katekolamin. Peningkatan katekolamin mengakibatkan iritabilitas
miokardial, peningkatan denyut jantung serta menyebabkan
vasokortison yang kemudian menyebabkan kenaikan tekanan
darah.3
3. Klasifikasi

4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor medulla otak. Rangsangan pusat vasomotor yang
dihantarkan dalam bentuk impuls bergerak menuju ganglia simpatis melalui
saraf simpatis. Saraf simpatis bergerak melanjutkan ke neuron preganglion
untuk melepaskan asetilkolin sehingga merangsang saraf pascaganglion
bergerak ke pembuluh darah untuk melepaskan norepineprin yang
mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Mekanisme hormonal sama halnya
dengan mekanisme saraf yang juga ikut bekerja mengatur tekanan pembuluh
darah.4
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer
memiliki pengaruh pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut
usia. Perubahan struktural dan fungsional meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan kemampuan relaksasi otot polos
pembuluh darah akan menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah, sehingga menurunkan kemampuan aorta dan arteri besar
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume
sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan
perifer.3
5. Manifestasi klinis
Gambaran klinis pasien hipertensi meliputi nyeri kepala saat terjaga,
kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah
intrakranial. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi.
Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat.
Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus.
Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.
Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing,
muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba,
tengkuk terasa pegal
2
dan lain- lain.
6. Diagnosis Hipertensi

Berdasarkan anamnesis, sebagian besar pasien hipertensi bersifat


asimptomatik. Beberapa pasien mengalami keluhan berupa sakit kepala, rasa
seperti berputar, atau penglihatan kabur. Hal yang dapat menunjang
kecurigaan ke arah hipertensi sekunder antara lain penggunaan obat-obatan
seperti kontrasepsi hormonal, kortikosteroid, dekongestan maupun NSAID,
sakit kepala paroksismal, berkeringat atau takikardi serta adanya riwayat
penyakit ginjal sebelumnya. Pada anamnesis dapat pula digali mengenai
faktor resiko kardiovaskular seperti merokok, obesitas, aktivitas fisik yang
kurang, dislipidemia, diabetes milletus, mikroalbuminuria, penurunan laju
GFR, dan riwayat keluarga. 4,5

Berdasarkan pemeriksaan fisik, nilai tekanan darah pasien diambil


rerata dua kali pengukuran pada setiap kali kunjungan ke dokter. Apabila
tekanan darah ≥ 140/90 mmHg pada dua atau lebih kunjungan maka
hipertensi dapat ditegakkan. Pemeriksaaan tekanan darah harus dilakukan
dengan alat yang baik, ukuran dan posisi manset yang tepat (setingkat
dengan jantung)
serta teknik yang benar. Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk memeriksa
komplikasi yang telah atau sedang terjadi seperti pemeriksaan laboratorium
seperti darah lengkap, kadar ureum, kreatinin, gula darah, elektrolit, kalsium,
asam urat dan urinalisis. Pemeriksaan lain berupa pemeriksaan fungsi jantung
berupa elektrokardiografi, funduskopi, USG ginjal, foto thoraks dan
ekokardiografi. Pada kasus dengan kecurigaan hipertensi sekunder dapat
dilakukan pemeriksaan sesuai indikasi dan diagnosis banding yang dibuat.
Pada hiper atau hipotiroidisme dapat dilakukan fungsi tiroid (TSH, FT4,
FT3), hiperparatiroidisme (kadar PTH, Ca2+), hiperaldosteronisme primer
berupa kadar aldosteron plasma, renin plasma, CT scan abdomen,
peningkatan kadar serum Na, penurunan K, peningkatan eksresi K dalam urin
ditemukan alkalosis metabolik. Pada feokromositoma, dilakukan kadar
metanefrin, CT scan/MRI abdomen. Pada sindrom cushing, dilakukan kadar
kortisol urin 24 jam. Pada hipertensi renovaskular, dapat dilakukan CT
angiografi arteri renalis, USG
3,4
ginjal, Doppler Sonografi.

7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan hipertensi meliputi modifikasi gaya hidup namun


terapi antihipertensi dapat langsung dimulai untuk hipertensi derajat 1 dengan
penyerta dan hipertensi derajat 2. Penggunaan antihipertensi harus tetap
4,7
disertai dengan modifikasi gaya hidup.

Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi nonfakmakologis dan


farmakologis. Terpai nonfarmakologis harus dilaksanakan oleh semua pasien
hipertensi dengan tujuan menurunkan tekanan darah dan mengendalikan
faktor-faktor resiko penyakit penyerta lainnya. 8

Modifikasi gaya hidup berupa penurunan berat badan (target indeks

massa tubuh dalam batas normal untuk Asia-Pasifik yaitu 18,5-22,9 kg/m 2),
kontrol diet berdasarkan DASH mencakup konsumsi buah-buahan, sayur-
sayuran, serta produk susu rendah lemak jenuh/lemak total, penurunan asupan
garam dimana konsumsi NaCl yang disarankan adalah < 6 g/hari. Beberapa
hal lain yang disarankan adalah target aktivitas fisik minimal 30 menit/hari
dilakukan paling tidak 3 hari dalam seminggu serta pembatasan konsumsi
alkohol. Terapi farmakologi bertujuan untuk mengontrol tekanan darah
hingga mencapai tujuan terapi pengobatan. Berdasarkan JNC VIII pilihan
antihipertensi didasarkan pada ada atau tidaknya usia, ras, serta ada atau
tidaknya gagal ginjal kronik. Apabila terapi antihipertensi sudah dimulai,
pasien harus rutin kontrol dan mendapat pengaturan dosis setiap bulan hingga
target tekanan darah tercapai. Perlu dilakukan pemantauan tekanan darah,
LFG
1,4,5
dan elektrolit.

4
Jenis obat antihipertensi:

1. Diuretik
Obat-obatan jenis diuretic bekerja dengan mengeluarkan cairan
tubuh (lewat kencing), sehingga volume cairan tubuh berkurang
mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan dan
berefek pada turunnya tekanan darah. Contoh obat-obatan ini
adalah: Bendroflumethiazide, chlorthizlidone, hydrochlorothiazide,
dan indapamide.
2. ACE-Inhibitor
Kerja obat golongan ini menghambat pembentukan zat angiotensin
II (zat yang dapat meningkatkan tekanan darah). Efek samping
yang sering timbul adalah batuk kering, pusing sakit kepala dan
lemas. Contoh obat yang tergolong jenis ini adalah Catopril,
enalapril, dan lisinopril.
3. Calsium channel blocker

Golongan obat ini berkerja menurunkan menurunkan daya pompa


jantung dengan menghambat kontraksi otot jantung (kontraktilitas).
Contoh obat yang tergolong jenis obat ini adalah amlodipine,
diltiazem dan nitrendipine.5

4. ARB
Kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat
angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya
daya pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk golongan ini
adalah eprosartan, candesartan, dan losartan. 3
5. Beta Blocker

Mekanisme obat antihipertensi ini adalah melalui penurunan daya


pompa jantung. Jenis obat ini tidak dianjurkan pada penderita yang
telah diketahui mengidap gangguan pernafasan seperti asma
bronchial. Contoh obat yang tergolong ke dalam beta blocker
adalah atenolol, bisoprolol, dan beta metoprolol.3,6

8. Komplikasi

Komplikasi pada penderita hipertensi menyerang organ-organ vital antar


lain :

a. Jantung
Hipertensi kronis akan menyebabkan infark miokard, infark miokard
menyebabkan kebutuhan oksigen pada miokardium tidak terpenuhi
kemudian menyebabkan iskemia jantung serta terjadilah infark.8,9
b. Ginjal

Tekanan tinggi kapiler glomerulus ginjal akan mengakibatkan kerusakan


progresif sehingga gagal ginjal. Kerusakan pada glomerulus menyebabkan
aliran darah ke unit fungsional juga ikut terganggu sehingga tekanan
osmotik menurun kemudian hilangnya kemampuan pemekatan urin yang
menimbulkan nokturia.9
c. Otak

Tekanan tinggi di otak disebabkan oleh embolus yang terlepas dari


pembuluh darah di otak, sehingga terjadi stroke.8 Stroke dapat terjadi
apabila terdapat penebalan pada arteri yang memperdarahi otak, hal ini
menyebabkan aliran darah yang diperdarahi otak berkurang.Komplikasi
serius yang sering ditemui adalah kasus patah tulang. Keretakan tulang
sering muncul pada tulang belakang atau pinggul, dan pergelangan tangan.
Fraktur pada tulang menyebabkan penurunan kualitas hidup seperti
kecacatan, isolasi social bahkan kematian.10

II. DISLIPIDEMIA

1. Definisi

Dislipidemia adalah kalainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun
penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan
kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida, serta penurunan kolesterol HDL. 11
2. Klasifikasi

A. Klasifikasi Fenotipik

a) Klasifikasi EAS (European Atheroselerosis Society).12.13

EAS telah menetapkan klasifikasi sederhana yang berguna untuk pemilihan terapi,
yaitu hiperkolesterolemia, dislipidemia campuran, dan hipertrigliseridemia .

Tabel 1. Klasifikasi Berdasarkan EAS (European Atheroselerosis Society).

b) Klasifikasi NECP (National Cholesterol Education Program).


Tabel 2. Klasifikasi kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan

trigliserida menurut NCEP ATP III 2001 (mg/dl)


Profil Lipid Interpretasi

Kolesterol Total

<200 Optimal
200-239 Borderline

≥240 Tinggi

Kolesterol LDL

<100 Optimal
100-129 Mendekati optimal
130-159 Borderline
160-189 Tinggi

≥190 Sangat tinggi

Kolesterol HDL

<40 Rendah

≥60 Tinggi

Trigliserida

<150 Optimal
150-199 Borderlin
200-499 e Tinggi

≥500 Sangat tinggi

c) Klasifikasi WHO (World Health Organization).


Klasifikasi WHO merupakan modifikasi klasifikasi Fredrickson yang didasarkan
pada pengukuran kolesterol total dan TG, serta penilaian secara elektroforesis
subkelas lipoprotein.
Tabel 3. Klasifikasi Berdasarkan WHO (World Health Organization)

B. Klasifikasi Patogenik

Berdasarkan patologinya, terdapat 2 dislipidemia, yaitu dislipidemia primer dan sekunder.14

1. Dislipidemia Primer

Dislipidemia primer berkaitan dengan gen yang mengatur enzim dan apoprotein yang

terlibat dalam metabolism lipoprotein maupun reseptornya. Kelainan ini biasanya

disebabkan oleh mutasi genetik. Dislipidemia primer meliputi hiperkolesterolemia

poligenik, hiperkolesterolemia familial, dislipidemia remnant, hiperlipidemia kombinasi

familial, sindroma kilomikron, hipertrigliseridemia familial, peningkatan kolesterol HDL,

dan peningkatan Apolipoprotein B.

2. Dislipidemia Sekunder

Dislipidemia sekunder disebabkan oleh penyakit atau keadaan yang mendasari. Hal ini dapat

bersifat spesifik untuk setiap bentuk dislipidemia seperti diperlihatkan oleh tabel 6 di bawah

ini.
Tabel 4. Penyebab Umum Dislipidemia Sekunder

Hiperkolesterolemia Hipertrigliseridemia Dislipidemia

Hipotiroid DM, alkohol Hipotiroid

Sindroma nefrotik Obesitas Sindroma nefrotik

Penyakit hati obstruktif Gagal ginjal kronik Gagal ginjal kronik

Kelainan Lipid Kondisi Penyakit

- Hpotiroid

- Sindroma nefrotik

- Disgammaglobulinemia(lupus, multiple
K-Total dan LDL-K  myeloma)

- Progestin atau terapi steroid anabolic

- Penyakit kolestatik hati

- Terapi inhibitor protease(untuk infeksi hiv)

- Gagal ginjal kronik

- DM Tipe 2

- Obesitas

- Konsumsi alcohol tinggi


TG dan VLDL 
- Hipotiroid

- Obat anti hipertensi( thiazide dan beta-


blocker)

- Terapi kortikosteoid

- Kontrasepsi oral,estrogen atau kondisi


hamil

- Terapi inhibitor protase(untuk infeksi HIV)


3. Etiologi Dislipidemia

Etiologi dislipidemia dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya seperti:15


- Faktor Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan faktor yang berhubungan dengan rendahnya kolesterol HDL.
Resiko terjadinya dislipidemia pada wanita lebih besar daripada pria. Sebagaimana
penelitian Cooper pada 589 perempuan didapatkan respon peningkatan kolesterol
sedikit berbeda yaitu kadar LDL kolesterol meningkat lebih cepat sedangkan kadar
HDL kolesterol juga meningkat sehingga rasio kadar kolesterol total/HDL menjadi
rendah.
- Faktor Usia
Semakin tua usia seseorang maka fungsi organ tubuhnya semakin menurun, begitu
juga dengan penurunan aktivitas reseptor LDL, sehingga bercak perlemakan dalam
tubuh semakin meningkat dan menyebabkan kadar kolesterol total lebih tinggi,
sedangkan kolesterol HDL relative tidak berubah. Pada usia 10 tahun bercak
perlemakan sudah dapat ditemukan di pembuluh darah. Prevalensi
hiperkolesterolemia pada kelompok usia 25-34 tahun adalah 9,3% dan meningkat
sesuai dengan pertambahan usia hingga 15,5% pada kelompok usia 55-64 tahun.
- Faktor Genetik
Faktor genetik merupakan salah satu faktor terjadinya dislipidemia. Dalam ilmu
genetika menyebutkan bahwa gen diturunkan secara berpasangan memerlukan satu
gen dari ibu dan satu gen dari ayah,

sehingga kadar hiperlipidemia tinggi dan diakibatkan oleh faktor dislipidemia primer
karena faktor genetik.
- Faktor Kegemukan
Salah satu penyebab kolesterol naik adalah karena kelebihan berat badan atau juga bisa
disebut dengan penyakit obesitas. Kelebihan berat badan ini juga bisa disebabkan oleh
makanan yang terlalu banyak yang mengandung lemak jahat tinggi di dalamnya.
Kelebihan berat badan dapat meningkatkan trigliserida dan dapat menurunkan HDL.
- Faktor Olahraga
Manfaat berolahraga secara teratur dapat membantu untuk meningkatkan kadar
kolesterol baik atau HDL dalam tubuh. Selain itu berolahraga mampu meproduksi
enzim yang berperan untuk membantu proses memindahkan kolesterol LDL dalam
darah terutama pada pembuluh arteri kemudian dikembalikan menuju ke hati untuk
diubah menjadi asam empedu. Asam empedu ini diperlukan melancarkan proses
pencernaan kadar lemak dalam darah. Semakin rutin berolahraga dengan
teratur maka kadar kolesterol LDL dalam tubuh akan semakin berkurang sampai
menuju ke titik normal.
- Faktor Merokok
Merokok dapat meningkatkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida, dan
menurunkan kolesterol HDL. Ketika pengguna rokok menghisap rokok maka secara
otomatis akan memasukkan karbon monoksida ke dalam paru-paru dan akan merusak
dinding pembuluh darah. Nikotin yang terkandung dalam asap rokok akan merangsang
hormone adrenalin, sehingga akan mengubah metabolisme lemak yang dapat
menurunkan kadar kolesterol HDL dalam darah .
- Faktor Makanan
Konsumsi tinggi kolesterol menyebabkan hiperkolesterolemia dan arterosklerosis.
Asupan tinggi kolesterol dapat menyebabkan peningkatan kadar kolestertol total dan
LDL sehingga mempunyai resiko terjadinya dislipidemia.

4. Patofisiologi
Kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid diangkut dalam darah sebagai kompleks lipid
dan protein (lipoprotein). Lipid dalam darah diangkut dengan 2 cara yaitu jalur eksogen dan
jalur endogen. Jalur eksogen yaitu trigliserida dan kolesterol yang berasal dari makanan
dalam usus dikemas sebagai kilomikron. Selain kolesterol yang berasal dari makanan
dalam usus juga terdapat kolesterol dari hati yang diekskresi bersama empedu ke usus
halus. Baik lemak di usus halus yang berasal dari makanan maupun yang berasal dari hati
disebut lemak eksogen. 16
Jalur endogen yaitu trigliserida dan kolesterol yang disintesis
oleh hati mengalami hidrolisis dalam sirkulasi oleh lipoprotein lipase yang juga
menghidrolisis kilomikron menjadi partikel lipoprotein yang lebih kecil. LDL merupakan
lipoprotein yang mengandung kolesterol paling banyak (60-70%). Lipoprotein
dikelompokkan menjadi 6 kategori yaitu : I (Kilomikron), IIa (LDL), IIb (LDL+very-low-
density lipoprotein [VLDL]), III (intermediate density lipoprotein), IV (VLDL), V
(VLDL+kilomikron).

Jumlah kolesterol yang akan teroksidasi tergantung dari kadar kolesterol yang
terkandung di LDL. Beberapa keadaan mempengaruhi tingkat oksidasi seperti
meningkatnya jumlah LDL seperti pada sindrom metabolik dan kadar kolesterol HDL,
makin tinggi kadar HDL maka HDL bersifat protektif terhadap oksidasi LDL.15

5. Gejala Klinis

Gejala dislipidemia bermacam-macam, tetapi yang penting untuk diketahui


diantaranya nyeri perut, pusing, stroke, nyeri dada, sakit kepala, sesak napas, penyakit
jantung, penurunan berat badan, nafsu makan berkurang, nyeri betis saat berjalan.
Penyebab utama gejala penyakit dislipidemia ini adalah kandungan lemak maka
pengobatan yang dilakukan biasanya berupa diet keras dalam mengurangi kadar lemak
dalam makanan. Selain itu, konsultasi pada dokter sangat diperlukan dalam hal ini.
Biasanya akan dilakukan pengecekan melalui tes darah, untuk mengetahui perkembangan
dislipidimea yang berkembang dalam tubuh. Tentu saja bertujuan untuk mendapatkan
pengobatan yang tepat dan aman.17

Hiperlipidemia biasanya tidak terdeteksi dini sehingga baru ditemukan ketika


evaluasi atau pemeriksaan penyakit aterosklerosis atau penyakit kardiovaskuler. Tanda dan
gejalanya yaitu xantoma, xanthelasma, nyeri dada, nyeri perut, hepatosplenomegali, kadar
kolesterol atau trigliserida tinggi, serangan jantung, obesitas, intoleransi glukosa, lesi
menyerupai jerawat pada sekujur tubuh, plak ateromatosus pada pembuluh darah arteri,
arkus senilis, dan xantomata.17

6. Diagnosa

1. Pada anamnesis biasanya didapatkan pasien dengan faktor resiko seperti kegemukan, diabetes
mellitus, konsumsi tinggi lemak, merokok dan faktor resiko lainnya.
2. Pada pemeriksaan fisik sukar ditemukan kelainan yang spesifik kecuali jika didaptkan riwayat
penyakit yang menjadi faktor resiko dislipidemia. Selain itu, kelainan mungkin didaptkan bila
sudah terjadi komplikasi lebih lanjut seperti penyakit jantung koroner.
3. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium memegang peranan penting dalam menegakkan diagnosa.


Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol
HDL dan trigliserid.18
a. Persiapan
Pasien sebaiknya berada dalam keadaan metabolik yang stabi tanpa adanya perubahan berat
badan, pola makan, kebiasaan merokok, olahraga, tidak sakit berat ataupun tidak ada operasi dalam
2 bulan terakhir. Selain itu, sebaiknya pasien tidak mendapatkan pengobatan yang mempengaruhi
kadar lipid dalam 2 minggu terakhir. Apabila keadaan ini tidak memungkinkan, pemeriksaan tetap
dilakukan dan disertai dengan catatan.
b. Pengambilan Bahan Pemeriksaan
Pengambilan bahan dilakukan dengan melakukan bendungan vena seminimal mungkin dan
bahan yang diambil adalah serum. Pengambilan bahan ini dilakukan setelah pasien puasa selama
12-16 jam.
c. Analisis
Analisis kadar kolesterol dan trigliserid dilakukan dengan metode ensimatik sedangkan analisis
kadar kolesterol HDL dan kolesterol LDL dilakukan dengan metode presipitasi dan ensimatik.
Kadar kolesterol LDL dapat dilakukan secara langsung atau menggunakan rumus Friedewaid jika
didapatkan kadar trigliserida < 400mg/d menggunakan rumus sebagai berikut:

7. Penatalaksanaan

Pada kondisi dislipidemia terdapat penatalaksanaan farmakologis dan non


farmakologis. Tatalaksana non farmakologis terdiri dari nutrisi medis, aktivitas fisik,
menghindari rokok, menurunkan BB dan pembatasan asupan alkohol.19
1. Tatalaksana Non Farmakologis
 Nutrisi Medis

Perlu dilakukan anamnesis nutrisi, pengukuran status nutrisi dan diagnosis nutrisi. Pada
pasien dengan kadar kolestrol total atau kolestrol LDL tinggi maka perlu dikurangi asupan lemak
total dan lemak jenuh serta meningkatan asupan lemak tidak jenuh rantai tunggal dan ganda. Pada
pasien dengan kadar trigliserida tinggi maka dikurangi asupan karbohidrat, alcohol dan lemak.
Perlu diketahui bahwa tempe adalah sumber protein nabati yang baik dan murah serta dapat
menurunkan kadar kolestrol total, trigliserida dan juga meningkatkan kadar kolestrol HDL.
Penilaian pola makan penting untuk menentukan apakah harus dimulai dengan diet tahap I atau
langsung ke diet tahap ke II. Hasil diet ini terhadap kolesterol serum dinilai setelah 4-6 minggu dan
kemudian setelah 3 bulan. Pada pasien dengan kadar kolesterol LDL atau kolesterol total yang
tinggi sebaiknya mengurangi asupan lemak jenuh. Namun pada pasien ini sebaiknya banyak
mengkonsumsi lemak tak jenuh rantai tunggal dan ganda. Asupan karbohidrat, alkohol dan lemaak
perlu dikurangi pada pasien dengan trigliserid yang tinggi.
Tabel Komposisi Tahap I dan Tahap II
 Aktifitas Fisik

Prinsipnya, pasien dianjurkan untuk meningkatkan aktivitas fisik sesuai dengan kondisi dan
kemampuan. Semua jenis aktivitas fisik bermanfaat untuk pasien, misal jalan kaki, mengerjakan
pekerjaan rumah tangga dsb. Dari beberapa penelitian terbukti bahwa aktifitas fisik yang teratur dapat
meningkatkan kadar kolestrol HDL dan apoA1 dan menurunkan kadar kolestrol LDL dan kolestrol
trigliderida, meningkatkan sensitivitas insulin, memperbaiki toleransi glukosa, meningkatkan
kebugaran serta menurunkan berat badan. Berhenti beraktivitas dapat menurunkan kadar kolestrol
HDL dalam beberapa bulan.
Setelah 6 minggu menjalani terapi non farmakologis dilakukan evaluasi ulang, bila belum
sesuai dengan target kadar kolestrol LDL maka perlu ditingkatkan kegiatan terapi non farmakologis
sembari dievaluasi ada atau tidak penyebab dislipidemia sekunder untuk segera diatasi. Kemudian 6
bulan setelahnya dieveluasi ulang, bila belum tercapai target kolestrol LDL maka ditambahkan terapi
farmakologis dengan tetap kegiatan terapi non farmakologis dilanjutkan.

2. Tatalaksana Farmakologis

Saat ini dikenal 6 jenis obat yang dapat memperbaiki profil lipid serum yaitu golongan statin,
resin, fibrat, asam nikotinat dan ezetimibe. Selain obat tersebut, saat ini telah ada obat
kombinasi obat penurun lipid dalam satu tablet seperti Advicor (lofastatin dan niaspan).
Vytorin (simvastatin dan ezetimibe).19,20
 Bile acid sequestrans

Terdapat 3 jenis bile acid sequestrans yaitu kolestiramin, kolestipol dan kolesevelam.
Golongan ini mengikat asam empedu dalam usus. Hal ini berakibat peningkatan konversi kolestrol
menjadi asam empedu di hati sehingga kandungan kolestrol dalam sel hati menurun. Selain itu,
akibatnya dapat berupa peningkatan aktifitas resptor LDL dan sintesis kolestrol intrahepatik. Total
kolestrol dan kolestrol LDL menurun tapi kolestrol HDL tetap atau meningkat sedikit. Pada pasien
hipertrigliseridemia obat ini dapat menurunkan trigliserida dan menurunkan kolestrol HDL. Obat
ini tergolong kuat dengan efek samping ringan. Efek samping berupa keluhan gastrointestinal yaitu
kembung, konstipasi, sakit perut dan perburukan hemoroid.
 HMG- CoA Reduktase Inhibitor

Saat ini telah terdapat 6 jenis yaitu, lofastatin, simvastatin,pravastatin, fluvastatin,


atrovastatin dan rosuvastatin. Golongan ini menghambat kerja enzim HMG CoA reductase yaitu
suatu enzim di hati yang berperan pada sintesis kolestrol. Selain itu akan terjadi peningkatan
reseptor LDL pada permukaan hati sehingga kolestrol LDL di darah akan ditarik ke hati. Efek
samping berupa nyeri musculoskeletal, nausea, vomitus, nyeri abdominal, konstipasi dan flatulen.
Makin tinggi dosis statin maka makin besar terjadinya efek samping.
 Derivat asam fibrat

Terdapat 4 jenis yaitu gemfibrozil, fenofibrat, bezafibrat dan ciprofibrat. Golongan ini
mempunyai efek meningkatkan aktivitas lipoprotein lipase, menghambat produksi VLDL hati dan
meningkatkan aktifitas reseptor LDL. Golongan ini mengaktifkan enzim lipoprotein lipase yang
memecah trigliserida. Selain itu, dapat meningkatkan kolestrol HDL. Efek samping jarang, yang
tersering gangguan gastrointestinal, peningkatan transaminase, reaksi alergi kulit serta miopati.
Pada penelitian BECAIT menggunakan bezafibrat dapat dibuktikan adanya regresi pasien
aterosklerosis.
 Asam nikotinik

Golongan ini diduga menghambat enzim hormone sensitive lipase di jaringan adipose yang mana
dapat mengurangi jumlah asam lemak bebas. Diketahui bahwa sebagian asam lemak bebas dalam
darah akan ditangkap oleh hati dan akan menjadi sumber pembentukan VLDL.
 Ezetimibe

Ezetimibe merupakan obat pertama yang dipasarkan dari golongan obat penghambat
absorpsi kolestrol, secara selektif, menghambat absorpsi kolestrol dari lumen usus halus ke
enterosit. Golongan ini tidak mempengaruhi absorpsi trigliserida, asam lemak, asam empedu atau
vitamin yang larut lemak (A, D, E dan ά dan β karoten). Kombinasi dengan golongan statin
meningkatkan efek penurunan LDL. Ezetimibe 10 mg dan atorvastatin 10 mg sama efektifnya
dengan pemberian atorvastatin 80 mg. Efek samping bila diberi tunggal adalah sakit kepala, sakit
perut dan diare.

Dislipidemia pada keadaan khusus


1) Dislipidemia pada Diabetes Mellitus

Macam dislipidemia yang sering ditemukan pada pasien DM tipe 2 adalah


hipertrigliseridemi dan kadar kolestrol HDL rendah, sedangkan kadar kolestrol LDL normal atau
sedikit meningkat. Ketiga kondisi tersebut membuat pasien DM tipe 2 sangat berisiko tinggi untuk
mengalami penyakit kardiovaskuler. Sasaran kolestrol LDL harus <100 mg/dl. Pilihan obat
pertama adalah golongan statin, kecuali bila kadar trigliserid >400mg/dl maka harus dimulai
dengan fibrat.21
2) Dislipidemia pada Sindroma Metabolik

Macam dislipidemia yang ditemukan pada sindroma metabolic adalah hipertrigliseridemia,


kadar kolestrol HDL rendah partikel LDL kecil padat meningkat. Sasaran utama adalah
menurunkan kadar kolestrol LDL, dengan obat golongan statin sebagai lini pertama, kecuali dalam
kondisi kadar trigliserida ≥ 400 mg/dL obat pilihan adalah golongan fibrat.
3) Dislipidemia pada hipertensi

Beberapa obat anti hipertensi dapat mempengaruhi kadar lipid serum. Obat
antihipertensi yang mempunyai efek kuat meningkatkan kadar lipid adalah penyekat beta.
Sedangkan obat antihipertensi yang tidak mempengaruhi kadar lipid atau minimal efeknya adalah
calcium channel blocker, penghambat ACE, tiazid dosis rendah dan sartan (ARB). Golongan resin
dapat mengganggu absorpsi obat-obat lain, oleh karena itu obat antihipertensi diberi 1 jam sebelum
atau 4 jam setelah pemberian obat golongan resin pengikat asam empedu. Golongan asam nikotinat
dapat memperkuat efek penurunan tekanan darah obat vasodilator.20

4) Dislipidemia pada gagal ginjal


Pemberian statin maupun fibrat harus hati-hati pasien gagal ginjal kronik. Sebaiknya statin
dimulai dengan dosis kecil dan selalu pantau fungsi ginjal dan enzim CPK. Pemberian fibrat
terbatas pada pasien dengan gangguan ginjal ringan, kontraindikasi bila bersihan kreatinin (CCT) <
10 ml/menit. Tidak dianjurkan kombinasi antara golongan statin dan fibrat

8. Komplikasi

Apabila dislipidemia tidak segera diatasi, maka dapat terjadi berbagai macam

komplikasi, antara lain atherosklerosis, penyakit jantung koroner, penyakit

serebrovaskular seperti strok, kelainan pembuluh darah tubuh lainnya, dan pankreatitis

akut.21
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

1. DAFTAR ANGGOTA KELUARGA


Berikut ini adalah daftar anggota keluarga yang tinggal serumah dengan
pasien :

NO NAMA Kedudukan Jenis Tangga Status Agama Keterangan


Dalam Kelami l Perkawina
Keluarga n Lahir n

Supiarto Kepala Keluarga Laki-Laki O2-02-1956 Menikah Islam Penderita


1

Jamila Istri Perempuan 07-08-1957 Islam


2 Menikah

Rudi Prasejo Anak Laki-Laki 08-02-1987 Islam


3 Menikah
Jatra Puspita Anak Perempuan 16-01-1990 Islam
4 Menikah
Tri Sukmana Anak Perempuan 24-10-1991 Islam
5 Menikah
Adi
Pijar Subrina Anak Perempuan 02-09-1996 Islam
6 Menikah
M. Agung Anak Laki-Laki 06-12-1998 Islam
7 Belum
Kuncoro
Menikah
Lukito Mukti Anak Laki-Laki 24-06-2001 Islam
8 Belum
Menikah

2. BENTUK KELUARGA
Dari tabel diatas terlihat bahwa bentuk keluarga pasien adalah Nuclear Family. Hal ini
sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa Nuclear Family adalah sekumpulan kecil
orang berhubungan dekat, biasanya hubungan biologis, dan tinggal bersama ayah, ibu, dan
anak-anak
3. GENOGRAM KELUARGA

Keterangan :

: Laki- Laki penderita

: Perempuan sehat

: Laki-Laki sehat
STATUS PENDERITA
Identitas Pasien :
Nama : Suprianto
Umur : 56Tahun
Jenis Kelamin: Laki Laki
Agama : Islam

Pekerjaan : Wirausaha
Suku/Bangsa : Jawa, Indonesia
Alamat : Jl. Selebes No. 4 IA
Status : Menikah
Tanggal Home Visite: 14 April 2022- 21 April 2022
Checklist Home Visite (Berdasarkan Anamnesis dan Pengamatan)
1. Kecacatan/Gangguan
- Activities of daily living (ADL) YA ( ) TIDAK (V)
- Penggunaan alat bantu YA ( ) TIDAK (V)
- Gangguan keseimbangan YA ( ) TIDAK (V)
- Gangguan sensoris YA ( ) TIDAK (V)
2. Nutrisi
Pasien makan 3x per hari dengan porsi sedikit-sedikit yang terdiri dari lauk
pauk berupa ikan, daging dan sayur, konsumsi buah jarang. Diantara
makan besar tidak disisipi dengan makan snack atau cemilan lain.
Variasi dan Kualitas Makanan
a. Dapur
1. Beras : Beras 9 bahan baco
2. Ikan : ikan lele, ikan gembung, teri, dll
3. Daging: Ayam, sapi (dikonsumsi tidak menentu waktunya)
4. Sayur : Kangkung, daun ubi, kol, wortel, sawi, kentang, kacang
panjang, dll
5. Buah : Jeruk, mangga, pisang,papaya, apel (jarang mengonsumsi buah ).
b. Kulkas
Terdapat bahan bahan makanan seperti buah, sayur, daging yang
disimpan di dalam kulkas.
Status Nutrisi
a. Berat badan : 54 kg
b. Tinggi badan : 155 cm
c. IMT : 22,5kg/m2
d. Kesan : Normal
Konsumsi Alkohol YA ( ) TIDAK ( )
3. Lingkungan Rumah
Lingkungan sekitar : baik
Eksterior rumah
a. Atap : Genteng
b. Pintu Rumah : Kayu
c. Dinding Rumah : Tembok
d. Jendela : Kaca + Jerjak besi. Jendela ditutup dengan gorden
e. Ventilasi : Hanya dari jendela dan pintu
f. Halaman : (-)

Interior Rumah
a. Kepadatan : sedang
b. Kebersihan : sedang
c. Kenyamanan : baik
d. Privasi : baik
e. Hewan peliharaan : tidak terdapat hewan peliharaan
f. Buku-buku : ada
g. Televisi : ada
h. Pernak-pernik : ada
Keselamatan dan Kesehatan Spiritual
a. Kamar mandi : Bersih
b. Dapur : Bersih
c. Lantai : bersih terbuat dari semen
d. Pencahayaan : baik
e. Listrik : baik
f. Tangga : ada
g. Perabotan : ada
h. Sumber air : PDAM
i. Kesehatan spiritual : Beribadah ke mesjid
j. Pelayanan kesehatan di rumah: tidak ada
4. Orang Lain
Dukungan Sosial YA (V) TIDAK ( )
Semangat Hidup YA (V) TIDAK ( )
Sumber Penghasilan : Dari hasil kerja suami

Sikap Pasien : Menyambut dengan ramah dan baik

5. Medikasi
Obat Resep YA (V) TIDAK ( )
Obat nonresep YA ( ) TIDAK (V)
Suplemen diet YA ( ) TIDAK (V)
Obat tertata rapih YA ( ) TIDAK (V)
Kepatuhan minum obat YA ( ) TIDAK ( V)
6. Pemeriksaan
Berat Badan : 154g
Tinggi Badan : 155 cm
Tekanan Darah : 180/99 mmHg (14 April 2022)
161/86 mmHg (21 April 2022)
Kolestrol Total : 285 mg/dL (14 April 2022 )
: 227 mg/dL (21 April 2022 )
Laporan Kasus Pasien Home Visit
Nama : Suprianto
Umur : 56Tahun
Jenis Kelamin: Laki Laki
Agama : Islam

Pekerjaan : Wirausaha
Suku/Bangsa : Jawa, Indonesia
Alamat : Jl. Selebes No. 4 IA
Status : Menikah

1. Anamnesis Penyakit
a. Keluhan Utama : Pusing, nyeri kepala
b. Telaah : Hal ini dirasakan pasien kurang lebih 26 tahun yang lalu,
pasien juga menserita kolestrol yang dirasakan sejak 16 tahun. Pasien
menguluhkan pusing kepala nya muncul pada saat mudah lelah, keluhan lain
yang dirasakan penglihatan kunang- kunang dan penurunan berat badan.
c. Riwayat Penyakit Terdahulu : Hipertensi sejak ± 26 tahun, Kolestrol ± 16 tahun, Prostat
d. Riawayat Pemakaian Obat : Amlodipine, simvastatin
e. Riawayat Penyakit Keluarga : Hipertensi pada orang tua
f. R.Alergi : -
g. R.Kebiasaan : Merokok (+), Minum alkohol (-)
h. Riwayat Gizi : Makan 3 kali sehari dengan porsi normal dan lauk pauk bervariasi.
i. Riwayat Lingkungan : Lingkungan tempat tinggal tampak ramai dengan rumah
yang saling berdampingan.

2. Pemeriksaan Fisik
a. Vital sign
1. Tekanan Darah 144/84mmHg (14 april 2022) ; 161/86 mmHg (21 April
2022)
2. Frek Nadi 77x/i (14 april 2022) ; 80x/i (21 April 2022)
3. Frek Napas 22x/i (14 april 2022) ; 18x/i (20April 2022)
4. Suhu 36,0 C (14 april 2022) ; 36,2 C (21 April 2022)
b. Status Generalisata
1. KU/KP/KG Baik/Sedang/Sedang
2. Kesadaran Compos Mentis
3. Mata Konjungtiva anemis (-), sclera icterus (-), pupil iosokor,
diameter 2-3 mm, Refleks Cahaya (+).
4. Leher Pembesaran KGB (-).
5. Thoraks
o Inspeksi : Simetris,
o Palpasi : Sterm fremitus kanan dan kiri sama,
o Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru,
o Auskultasi : Versikuler pada kedua lapangan paru

6. Abdomen
o Inspeksi : Simetris,
o Palpasi : Soepel, nyeri tekan (-)
o Perkusi : Timpani
o Auskultasi : Peristaltik (+) normal
7. Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)
8. Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
3. Pemeriksaan Penunjang
Kolestrol Total : 285 mg/dL (14 April 2022 ) : 227 mg/dL (21 April 2022 )

4. Tatalaksana dan Edukasi

Terapi Medikamentosa

R/ Amlodipine Tab 10 mg No.


X S 1 dd tab 1
R/ Simvastatin Tab mg 10 No.X
S 1 dd Tab 1

R/ Vit.B comp Tab mg No. V


S 1 dd tab 1
Edukasi:
1. Minum obat teratur
2. Kurangi asupan garam (1 sendok teh/hari)
3. Batasi makanan berlemak
4. Lakukan aktivitas fisik ringan
5. Diet tinggi serat ( buah-buahan dan sayuran)

5. Pembahasan Kasus
Hipertensi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah yang
sering terdapat pada usia setengah umur atau lebih tua. Menurut WHO, batas
tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan
darah sama atau di atas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.
Sedangkan batasan hipertensi dengan memperhatikan perbedaan usia dan
jenis kelamin oleh Kaplan dalam buku Ilmu Penyakit Dalam, oleh Soeparman,
Sarwono Waspadji, hal. 205 diajukan sebagai berikut:
1) Pria usia < 45 tahun dikatakan hipertensi apabila tekanan darah pada waktu
berbaring di atas atau sama dengan 130/90 mmHg.
2) Pria usia > 45 tahun dikatakan hipertensi apabila tekanan darahnya di atas
145/95 mmHg.
3) Pada wanita tekanan darah di atas atau sama dengan 160/95 mmHg
dinyatakan hipertensi.
Gejala hipertensi tidak selalu ada hubungannya dengan berat
ringannya hipertensi. Secara dini dari penyakit hipertensi ringan pasien
sakit kepala karena vasokontriksi atau epitaksis dari perdarahan kapiler
basial. Pada hipertensi ringan ada kelompok pasien yang sama sekali
tidak memberikan keluhan -keluhan. Sedang pada sekelompok yang lain sudah
memberikan gejala-gejala yang sangat terasa mengganggu.
Demikian pula hipertensi yang sedang dan berat, ada pasien yang tidak
mengeluh apa-apa dan ada pasien yang sudah memberikan keluhan yang begitu
berat sehingga tidak dapat bekerja dengan baik karena sangat terganggu.
Pengobatan selain ditujukan pada tekanan darah juga pada komplikasi-
komplikasi yang terjadi yaitu dengan:
a) Menurunkan tekanan darah
menjadi normal.
b) Mengobati payah jantung karena hipertensi.
c)Mengurangi kejadian kardiovaskuler.
d)Menurunkan faktor resiko penyakit kardiovaskuler semaksimal mungkin
Beberapa macam obat yang sering digunakandalam pengobatan hipertensi
sehari-hari adalah:
a) Diuretik menurunkan tekanan darah dengan menghabiskan natrium tubuh
dan mengurangi volume darah serta mekanisme-mekanisme lainnya.
b) Diuretik tiazid cocok untuk penderita hipertensi ringan dan sedang.
c) Loap diuretik: furosenamid (Lasix).
d) Obat penahan kalium (Potassium sparing)Agents: spinorolactone: ameloride,
triamteren.

Dislipidemia adalah kalainan metabolisme lipid yang ditandai dengan


peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid
yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida,
serta penurunan kolesterol HDL.

Gejala dislipidemia bermacam-macam, tetapi yang penting untuk diketahui diantaranya nyeri
perut, pusing, stroke, nyeri dada, sakit kepala, sesak napas, penyakit jantung, penurunan berat badan,
nafsu makan berkurang, nyeri betis saat berjalan. Oleh karena penyebab utama gejala penyakit
dislipidemia ini adalah kandungan lemak maka pengobatan yang dilakukan biasanya berupa diet keras
dalam mengurangi kadar lemak dalam makanan. Selain itu, konsultasi pada dokter sangat diperlukan
dalam hal ini. Biasanya akan dilakukan pengecekan melalui tes darah, untuk mengetahui
perkembangan dislipidimea yang berkembang dalam tubuh. Tentu saja bertujuan untuk mendapatkan
pengobatan yang tepat dan aman.

Pada kondisi dislipidemia terdapat penatalaksanaan farmakologis dan non farmakologis.


Tatalaksana non farmakologis terdiri dari nutrisi medis, aktivitas fisik, menghindari rokok,
menurunkan BB dan pembatasan asupan alkohol.
Dokumentasi
DAFTAR PUSTAKA

1. WHO (2020). Obesity and Overweight. World Health Organization.


https://www.who.int/en/news-room/fact-sheets/detail/obesity-and-overweight
2. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Infodatin hipertensi si pembunuh
senyap. Kemenkes RI. 2019; 1-10
3. Aronow WS. Association of obesity with hypertension. Ann Transl Med. 2017;
5(17): 350
4. Tadic M, Cuspidi C, Vukomanovic V, Kocijancic V, Celic V, Stanisavljevic D.
The Association between Obesity, Blood Pressure Variability, and Right
Ventricular Function and Mechanics in Hypertensive Patients. Journal of the
American Society of Echocardiography. 2016; 29(8): 802-811.
5. Kwon YJ, Kim JO, Park JM, Choi EJ, Park DH, et. al. Identification of Genetic
Factors Underlaying the Association between Sodium Intake Habitsand
Hypertension Risk. MDPI. 2020; 1-13.
6. Indonesian Society of Hypertension. Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi
2019. Jakarta. 2019; 10-53
7. Amelia R, Harahap J. The Role of Nutritional Status, Age, Genetic Factors, and
Lifestyle on the Hypertension Prevalence among Community in Indonesian
Coastal Area. International Journal on Advanced Science, Engineering and
Information Technology. 2019; 9(4): 1420-1426.
8. Adrian SJ, Tommy. Hipertensi Esensial: Diagnosis dan Tatalaksana Terbaru pada
Dewasa. Jakarta: Journal. 2019; 46(3): 172-178.
9. Rahayu RM, Berthelin AA, Lapepo A, Utam MW, Sanga JL, Wulandari I, et. al.
Hubungan Obesitas dengan Hipertensi pada Pra Lansia di Puskesmas Sukamulya
Tahun 2019. JUKMAS. 2020; 4(1): 102-111.
10. Akbar H. Determinan Epidemiologis Kejadian Hipertensi pada Lansia di Wilayah
Kerja Puskesmas Jatisawit. Jurnal Unhena. 2018; 2(2): 41-47.
11. Ayuning Lestari, Myrnawati Crie Handini, Taruli Rohana Sinaga. Faktor Risiko Kejadian
Dislipidemia pada Lansia. Jurnal Riset Hesti Medan. Vol 3, No.2 Desember 2018
12. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). Pedoman tatalaksana
dislipidemia. Jakarta: PERKI. 2017
13. Goldberg AC. Dyslipidemia (hiperlipidemia). 2018. 
14. WHO. Global Health Observatory Data : Raised Cholesterol. 
15. Arsana PM, Rosandi R, Manaf A, Budhiarta AAG, Permana H, Sucipta KW, et al. Panduan
pengelolaan dislipidemia di Indonesia. Jakarta: PB PERKENI. 2015. 
16. Rahmayanti, Siti Meidha. Hubungan Parameter Antropometri dan Resistensi Insulin dengan Profil
Lipid pada Dislipidemia. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.2016
17. Anies. Penyakit Degeneratif. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media. 2018
18. Nurul Dina Rahmawati, Ratu Ayu Dewi Sartika. Analisis Faktor-Faktor Risiko Kejadian
Dislipidemia pada karyawan Pria Head Office PT.X, Cakung, Jakarta Timur. Nutrire Diaita. Vol
12,No.1 April 2020
19. Nicho Gandha. Hubungan Perilaku dan Prevalensi Dislipidemia dengan Masyarakat Kota Ternate.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2009

20. Sudoyo, Ary, Setyohadi, Bambang, Alwi, Idrus. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta : FK UI.

21. Ganiswarna, Sulistia. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : Gaya Baru.

Anda mungkin juga menyukai