Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI

Oleh :

Muhamad Syah Faril Gifari

162210043

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIJAYA HUSADA BOGOR

TAHUN 2022
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI
A. Defisini
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah diatas normal dimana tekanan
darah sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan distolik diatas 90 mmHg. Hipertensi
dapat mengakibatkan pecahnya maupun penyempitan pembuluh darah otak,
sedangkan penyempitan pembuluh darah dapat mengurangi suplai darah otak dan
menyebabkan kematian sel-sel otak. Hipertensi mempercepat pengerasan dinding
pembuluh darah arteri dan mengakibatkan penghancuran lemak pada sel otot polos
sehingga mempercepat proses arteriklerosis, melalui efek penekanan pada sel endotel
atau lapisan dalam dinding arteri yang berakibat pembentukan plak pada pembuluh
darah semakin cepat.
Menurut Burhanuddin, wahidudin, dan jumriani (2012) mengemukakan
hipertensi sering disebut sebagai penyebab utama
terjadinya stroke.
B. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis Menurut Amin H (2015) adalah sebagai berikut:
a) Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal
ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri
tidak terukur.

b) Gejala yang lazim


Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
- Mengeluh sakit kepala, pusing.
- Lemas, kelelahan.
- Gelisah.
- Mual dan muntah.
- Epistaksis.
- Kesadaran menurun.
C. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan.
1. Hipertensi primer (esensial).
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang
memperngaruhinya, yaitu : genetik, lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis
sistem renin. Angiotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler. Faktor-faktor
yang meningkatkan resiko : obesitas, merokok, alkohol dan polisitemia.

2. Hipertensi sekunder
Penyebab yaitu : penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
D. Anatomi Fisiologis

E. Patofisiologis
Autoregulasi tekanan darah (arterial pressure) dipengaruhi oleh curah jantung
(cardiac output) dan resistensi perifer (peripheral resistance). Curah jantung
dipengaruhi oleh vascular structure dan vascular function. Semua yang terlibat dalam
autoregulasi dipengaruhi oleh faktor risiko yang berperan di antaranya asupan garam
berlebih yang dapat meningkatkan volume cairan dan preload. Jumlah nefron ginjal
yang menurun dapat meningkatkan retensi natrium ginjal dan penurunan permukaan
filtrasi ginjal yang secara langsung dapat meningkatkan volume cairan dan
meningkatkan preload pula. Perubahan genetis yang menyebabkan perubahan pada
membran sel obesitas dapat menyebabkan hiperinsulinemia dan perubahan pada
membran sel.
Bila seseorang mengalami peningkatan tekanan darah, volume darah meningkat
dari saluran darah terasa lebih sempit. Hal ini menyebabkan jantung harus memompa
darah lebih kerasa dari biasanya untuk mengedarkan darah melalui pembuluh darah.
Beban jantung dan pembuluh darah menjadi lebih berat. Peluang terjadinya
penyumbatanpembuluh darah arteri menjadi semakin besar. Selama ini hipertensi
diklaim sebagai silent killer. Tidak banyak orang yang menyadari bahwa kapan
tekanan darah mereka meningkat. Tidak ada gejala di awal. Kalaupun ada, biasanya
ringan dan tidak spesifik seperti pusing, tengkuk terasa pegal, sakit kepala, padahal
hipertensi merupakan gejala awal dari penyakit kardiovaskular seperti gagal jantung
dan stroke.
Hipertensi dapat menimbulkan tekanan pada jantung dan pembuluh darah, beban
kerja jantung menjadi meningkat karena peningkatan resisten perifer total akibat
tekanan darah tinggi. Jantung akan bekerja lebih keras dalam memompa darah untuk
melawan tahanan tersebut agar suplai darah keseluruh tubuh dapat tercapai. Pembuluh
darah bisa dirusak oleh tekanan internal yang tinggi, terutama ketika dinding
pembuluh dilemahkan oleh proses degradasi pada aterosklerosis. Komplikasi
hipertensi seperti gagal jantung dapat diakibatkan karena tidak kemampuan jantung
untuk terus memompa terhadap tekanan arteri tinggi yang berkelanjutan. Stroke
disebabkan oleh pecahnya pembuluh otak, dan serangan jantung dapat disebabkan
karena pecahnya pembuluh darah koroner. Pendarahan spontan yang disebabkan
karena pecahnya pembuluh darah kecil ditempat lain pada tubuh seperti pecahnya
pembuluh darah hidung atau disebut mimisan. Komplikasi serius lainnya, yaitu gagal
ginjal disebabkan karena gangguan aliran darah secara progresif Karena pembuluh
darah ginjal yang rusak. Hipertensi juga dapat menyebabkan kerusakan retina akibat
dari perubahan aliran pembuluh darah mata.
Pathway

F. Kemungkinan Data Fokus


1. Anamnesa
Anamnesis menyeluruh diperlukan untuk penegakan diagnosis, penilaian
progresi penyakit serta risiko komplikasi penyakit kardiovaskular dan pemilihan
terapi antihipertensi. Anamnesis sebaiknya meliputi hal berikut.
- Gejala
Sebagian besar pasien tidak bergejala. Jika bergela, gejala yang sering
dikeluhkan pasien berupa nyeri kepala. Gejala yang dialami terkait komplikasi
seperti fatigue, sesak nafas saat beraktifitas, kaki bengkak, kelemahan tubuh
satu sisi, dan penglihatan buram.
- Riwayat Kejadian Kardiovaskular
Tanyakan kepada pasien apakah sebelumnya sudah didiagnosis hipertensi.
Selain itu tanyakan riwayat penyakit kardiovaskular sebelumnya yakni
sindrom koroner akut, gagal jantung, penyakit ginjal kronis, penyakit arteri
perifer, sleep apneu, stroke, transient ischemic attack, demensia.

- Faktor Risiko

Faktor risiko perlu ditanyakan untuk menilai risiko komplikasi penyakit


kardiovaskular serta perencanaan terapi. Hal yang perlu ditanya yakni
komorbid terkait risiko penyakit kardiovaskular seperti diabetes,
hiperkolesterol, gaya hidup (inaktivitas fisik, kebiasaan merokok dan
konsumsi alkohol)

- Riwayat Konsumsi Obat

Hal ini perlu ditanyakan untuk penyesuaian jenis dan dosis antihipertensi pada
pasien yang sudah sering berobat untuk masalah hipertensi. Selain itu untuk
penilaian ada tidaknya konsumsi obat yang memiliki efek memicu kenaikan
tekanan darah.[18]

- Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik utama yakni pengukuran tekanan darah. Pemeriksaan fisik


secara lengkap juga perlu dilakukan untuk menilai ada tidaknya komorbid
serta komplikasi.

2. Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan Antropometri : Perhitungan indeks massa tubuh diperlukan untuk
pemantauan berat badan. Obesitas terbukti merupakan faktor risiko hipertensi.
Data berat badan diperlukan untuk evaluasi pencapaian berat badan ideal.
- Lingkar pinggang : Komponen sindroma metabolik salah satunya yakni
lingkar pinggang (pria >102 cm dan wanita >88 cm). Tak hanya sindroma
metabolik tetapi juga menilai kemungkinan DM tipe 2.
- Pemeriksaan fisik terkait komplikasi hipertensi :
 Pemeriksaan neurologis. Pemeriksaan neurologis lengkap harus
dilakukan jika secara klinis terdapat gejala stroke
 Pemeriksaan mata. Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan pada
fundus okuli. Selain itu cek ada tidaknya xanthoma sebagai tanda
gangguan metabolisme lipid
 Tanda kongesti. Pada pasien gagal jantung dapat ditemukan tanda
kongesti seperti peningkatan tekanan vena jugularis, ronki basah halus,
hepatomegalli dan pitting edema. Pembesaran ventrikel kiri dapat
dicurigai jika apeks teraba bergeser ke lateral saat palpasi
 Pulsasi. Penyakit arteri perifer dapat ditandai dengan melemah bahkan
hilangnya pulsasi perife
3. Pemeriksaan diagnostic
- Foto Rontgen dada, Tes ini bertujuan untuk mengetahui adanya kardiomegali,
pembengkakan pada bilik kanan jantung, atau pembuluh darah paru-paru,
yang termasu tanda dari hipertensi pulmonal.
- Elektrokardiogram (EKG). Untuk mengetahui aktivitas listrik jantung dan
mendeteksi gangguan irama jantung
- Ekokardiografi. Ekokardiografi atau USG jantung dilakukan untuk
menghasilkan citra jantung dan memperkirakan besarnya tekanan pada arteri
paru-paru serta kerja kedua bagian jantung untuk memompa darah.
- Tes fungsi paru. Tes fungsi paru dilakukan untuk mengetahui aliran udara
yang masuk dan keluar dari paru-paru, menggunakan sebuah alat yang
bernama spirometer.
- Kateterisasi jantung. Tindakan ini dilakukan setelah pasien menjalani
pemeriksaan ekokardiografi untuk memastikan diagnosis hipertensi pulmonal
sekaligus mengetahui tingkat keparahan kondisi ini. Dengan katerisasi jantung
kanan, dokter dapat mengukur tekanan arteri pulmonal dan ventrikel kanan
jantung.
- Pemindaian. Pemindaian seperti CT scan atau MRI digunakan untuk
memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai ukuran dan fungsi jantung,
penggumpalan pada pembuluh darah, dan aliran darah pada pembuluh darah
paru-paru.
- V/Q scan atau ventilation-perfusion scan. Pemindaian ini bertujuan
mendeteksi adanya gumpalan darah yang menyebabkan hipertensi pulmonal.
Dalam pemindaian ini, zat radioaktif khusus akan disuntikkan pada pembuluh
vena di lengan guna memetakan aliran darah dan udara pada paru-paru.
- Tes darah. Untuk melihat keberadaan zat seperti metamfetamin, atau penyakit
lain seperti  penyakit hati yang dapat memicu hipertensi pulmonal.
- Polisomnografi. Digunakan untuk mengamati tekanan darah dan oksigen,
denyut jantung, dan aktivitas otak selama pasien tertidur. Alat ini juga
digunakan untuk mengenali gangguan tidur, seperti sleep apnea.
- Biopsi paru. Dilakukan dengan cara mengambil sampel jaringan paru-paru
untuk melihat kelainan di paru-paru yang dapat menjadi penyebab hipertensi
pulmonal.

4. Komplikasi
a. Penyakit Jantung
Tekanan darah yang terlalu tinggi bisa menyebabkan terjadinya
pengerasan dan penebalan arteri dinding pembuluh darah. Kondisi penebalan
dinding pembuluh darah ini disebut dengan aterosklerosis. Kondisi ini bisa
menyebabkan terjadinya penyumbatan pembuluh darah yang pada akhirnya
memicu penyakit jantung karena kurangnya pasokan oksigen ke organ
tersebut. Berita buruknya, kondisi yang satu ini cukup sering berkembang
menjadi serangan jantung bagi pengidapnya.
Selain itu, hipertensi juga bisa menyebabkan seseorang mengalami
gagal jantung. Hal tersebut merupakan dampak dari otot jantung yang dipaksa
untuk bekerja lebih keras saat tekanan darah meroket. Alhasil, otot jantung
mungkin akan menebal dan pada gilirannya menyebabkan jantung kesulitan
untuk memompa darah ke seluruh darah.
b. Gagal Ginjal

Tekanan darah yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan penyempitan


pembuluh darah di ginjal. Dengan kata lain, tekanan darah yang tidak
terkontrol bisa memicu pembuluh darah di seputar ginjal menjadi lebih lemah
dan menyempit.
c. Gangguan Penglihatan

Penebalan tidak hanya bisa terjadi pada dinding pembuluh darah di ginjal atau
jantung. Nyatanya, pembuluh darah yang ada di sekitar mata juga bisa
mengalami penebalan dan menyebabkan pengidap hipertensi mungkin akan
mengalami gangguan penglihatan, bahkan kehilangan kemampuan untuk
melihat.
Tekanan darah tinggi alias hipertensi nyatanya juga dapat menyebabkan
pembuluh darah di mata menjadi lebih sempit dan menebal. Dampaknya,
pembuluh darah bisa pecah dan memicu terjadinya kerusakan mata.
d. Perubahan Kognitif

Naiknya tekanan darah yang terjadi secara terus menerus juga bisa
memengaruhi kemampuan kognitif seseorang. Hipertensi bisa memunculkan
komplikasi berupa menurunnya kemampuan otak, sulit untuk fokus, dan sulit
mengingat sesuatu.
Tak hanya itu, hipertensi juga bisa menyebabkan pengidapnya mengalami
masalah dalam berpikir dan belajar. Salah satu gejala awal dari komplikasi
yang satu ini adalah merasa kesulitan dalam menemukan kata-kata saat sedang
berbicara. Selain itu, kamu mungkin juga akan lebih sulit untuk fokus, lalu
bisa sangat mudah kehilangannya.
e. Berujung Kematian
Komplikasi hipertensi lainnya bahkan bisa memicu kematian. Sebab,
tingginya tekanan darah seseorang bisa menyebabkan pembuluh darah
melemah dan melebar. Jika hal ini dibiarkan terjadi secara terus menerus maka
pembuluh darah bisa saja pecah dan menyebabkan kematian.
G. Penatalaksanaan medis
Secara umum, terapi farmakologi pada hipertensi dimulai bila pada pasien
hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan darah setelah >6 bulan
menjalani pola hidup sehat dan pada pasien dengan hipertensi derajat ≥2. Beberapa
prinsip dasar terapi farmakologi yang perlu diperhatikan untuk menjaga kepatuhan
dan meminimalisasi efek samping, yaitu :
a. Bila memungkinkan, berikan obat dosis tunggal.

b. Berikan obat generik (non-paten) bila sesuai dan dapat mengurangi biaya.
c. Berikan obat pada pasien usia lanjut (di atas 80 tahun) seperti pada usia 55-
80 tahun, dengan memperhatikan faktor kormobid.
d. Jangan mengkombinasikan angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-i)
dengan angiotensin II receptor blockers (ARBs).
e. Berikan edukasi yang menyeluruh kepada pasien mengenai terapi
farmakologi.
f. Lakukan pemantauan efek samping obat secara teratur.
H. Diagnose Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral.
2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
dengan intake yang tidak adekuay
3. Risiko penurunan curahjantung
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbanganantara
suplai dan kebutuhanoksigen.
5. Nyeriakut berhubungan dengan agen pencederafisiologis
I. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral.
Tujuan; Tidak terjadi kerusakan jaringan
KH; Melaporkan nyeri atau ketidaknyamanan hilang atau terkontrol, Mengikuti
regimen farmakologi yang diresepkan
Intervensi ;
a. .Mempertahankann tirah baring selama fase akut
b. .Pantau tanda –tanda vital
c. Beri tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala,Misal ;
kompres dingin pada dahi, beri pijatan di leher atau punggung
d. Ajarkan teknik relaksasi
e. Hilangkan atau minimalkan aktivitas vasokonstriksi yang dapat meningkatkan
sakit kepala Misal ; mengejan saat buang air besar, batuk panjang,
membungkuk
f. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian terapi analgetik
2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
dengan intake yang tidak adekuat
Tujuan;Kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi, peningkatan nafsu makan,
mukosa bibir lembab tidak terjadi penurunan berat badan.
KH; Nafsu makan dapat meningkat, dapat mengabis kan diit dari rumah sakit,
Timbang berat badan setiap hari
Intervensi:
a. Beri makan dalam porsi sedikit tapi sering
b. Kaji ulang pola makan pasien
c. Motivasi pasien untuk makan
d. Awasi pemasukan diit
e. Beri hygiene oral sebelum dan sesudah makan
f. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemenuhan nutrisi bagi pasien
3. Risiko penurunan curah jantung
a. Evaluasi adanya nyeri dada(itensitas, lokasi, radiasi, durasi,dan faktor
pencetusnyeri)
b. Lakukan penilaian komprehensifterhadap sirkulasi perifer (mis.cek nadi
perifer, edema,pengisian kapiler, dan suhuekstremitas)
c. Dokumentasikan adanya disritmiajantung
d. Catat tanda dan gejala penurunan curah jantung
e. Observasi tanda-tandavital
f. Observasi disritmia jantung termasuk gangguan irama dan konduksi
g. Observasi status respirasi terhadap gejala gagal jantung
h. Observasi abdomen untuk mengindikasi adanya penurunan perfusi
i. Observasi keseimbangan cairan
j. Kenali adanya perubahan tekanan darah
k. Kenali pengaruh psikologis yang mendasari kondisi klien
l. Evaluasi respons klien terhadap disritmia
m. Anjurkan untuk mengurangi setres
n. Anjurkan klien untuk melaporkan adanya ketidaknyamanan dada
o. Ciptakan hubungan yang salingmendukung antara klien dankeluarga
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbanganantara
suplai dan kebutuhan oksigen.
Tujuan;Dapat melakukan aktivitas secara mandiri
KH;Hasil aktivitas dapat dilakukan secara optimal, aktivitas dapat dilakukan
sendiri
Intervensi ;
a. Observasi keadaan umum
b. Kaji tingkat aktivitas pasien
c. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas
d. Anjurkan keluarga untuk membantu pasien dalam memenuhi kebutuhab
e. Beri dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat
ditoleransi
5. Nyeriakut berhubungan dengan agen pencederafisiologis
Manajemen nyeri
a. Kaji nyeri secara komprehensif, meliputi lokasi, karakteristik dan awitan,
durasi, frekuensi, kualitas ,intensitas/beratnya nyeri, dan factor presipitasi
b. Observasi isyarat non-verbal dari ketidaknyamanan, khususnya dalam ketidak
mampuan untuk komunikasi secara efektif
c. Gunakan komunikasi terapeutik agar klien dapat mengekspresikan nyeri
d. Kaji latar belakang budaya klien
e. Kaji pengalaman individu terhadap nyeri, keluarga dengan nyeri kronis
f. Berikan dukungan terhadap klien dan keluarga
g. Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup
h. Ajarkan penggunaan teknik non-farmakologis (terapi relaksasi nafas dalam,
terapi relaksasibenson, guided imajery, terapimusik,masase)
i. Monitor kenyamanan klienterhadap manajemennyeri
j. Berikan terapi obat analgesic dengan prinsip 5 benar
DAFTAR PUSTAKA

1. Corwin. (2009).Hipertensi.Jakarta: EGC


2. Garnadi, Y. (2012).Hidup Nyaman dengan Hipertensi.Jakarta: Agromedia
3. Hall, G (2012).Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta: Penerbit BukuKedokteran
EGC
4. Herdman. (2012). NANDA. (2012-2014).Diagnosis Keperawatan Definisi
danKlasifikasi.Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai