Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

DIARE

Dosen Pembimbing :

Ns. Rinta Agustina Pratiwi, S.Kep

Disusun Oleh :

Muhamad Syah Faril Gifari 201813086

S1 KEPERAWATAN TK. 3B STIKES WIJAYA HUSADA BOGOR

JL. IBRAHIM ADJIE NO. 180, SINDANG BARANG,

KOTA BOGOR

2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Bidang Studi : Keperawatan Keluarga


Topik : Diare
Sub Topik : Penanggulangan Diare
Sasaran : Keluarga dengan masalah kesehatan
Hari/Tanggal    : Jumat, 24 Mei 2021
Jam                    : 10.00 WIB - selesai
Waktu                : 30 menit
Tempat             : Kp. Padurenan

1. LATAR BELAKANG
Diare masih merupakan masalah kesehatan dunia dan merupakan salah satu
dari sejumlah penyakit menular dengan rasa sakit dan kematian yang masih relatif
tinggi. Diare salah satu penyumbang angka sakit dan kematian anak-anak di
berbagai negara termasuk Indonesia. Indonesia adalah sebuah negara dengan
potensi Kejadian Luar Biasa (dari wabah) penyakit diare.
Beberapa faktor yang meningkatkan risiko diare yaitu kurangnya air bersih,
pembuangan tinja, persiapan dan penyimpanan makanan yang tidak layak
dilakukan. B. Pencegahan diare yaitu menjaga kebersihan lingkungan, kebersihan
pribadi, pemberian ASI dan nutrisi (Tatik). 2011)

2. TUJUAN
2.1. Tujuan Umum
Setelah adanya kegiatan penyuluhan dirumah salah satu warga di Kp.
Tarikolot selama   30 menit, diharapkan yang menderita atau beresiko dapat
memahami tentang penanggulangan peningkatan resiko diare dan dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari serta diharapkan dapat mengurangi
angka kejadian diare.
2.2. Tujuan Khusus
Setelah adanya kegiatan penyuluhan ini diharapkan pasien atau
keluarga dapat mengetahui tentang:
1. Pengertian Diare

1
2. Penyebab dan Faktor Resiko terkait Diare
3. Gejala dan Bahaya Diare
4. Pencegahan dan Penanganan Diare
5. Makanan yang Baik untuk Mencegah Diare
6. Personal Hygiene (Kebersihan Individu)
7. Teknik Mencuci Tangan dengan Benar
8. Kebersihan dan Sanitasi Lingkungan

3. MEDIA
1. Materi SAP
2. Leaflet

4. METODE
1. Penyuluhan
2. Tanya jawab

5. PENGORGANISASIAN & URAIAN TUGAS


1. Protokol / Pembawa Acara
Uraian tugas :
a. Membuka acara penyuluhan, memperkenalkan diri kepada pasien atau
keluarga
b. Mengatur proses dan lamanya penyuluhan
c. Menutup acara penyuluhan
2. Penyuluh / Pengajar
Uraian tugas :
a. Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan dengan bahasa yang
mudah dipahami oleh pasien atau keluarga
3. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
Pembukaan :
 Memberi salam Menjawab salam,
1 5 menit  Menjelaskan tujuan penyuluhan mendengarkan dan
 Menyebutkan materi/pokok bahasan memperhatikan
yang akan disampaikan

2
Pelaksanaan :
 Menjelaskan materi penyuluhan secara
berurutan dan teratur.
Materi :
1. Pengertian Diare
2. Faktor Resiko terkait Diare
3. Gejala dan Bahaya Diare
2 20 menit 4. Pencegahan dan Penanganan Diare Menyimak dan
5. Makanan yang Baik untuk memperhatikan
Mencegah Diare
6. Personal Hygiene (Kebersihan
Individu)
7. Teknik Mencuci Tangan dengan
Benar
8. Kebersihan dan Sanitasi Lingkungan
Evaluasi :
1. Menyimpulkan inti penyuluhan.
2. Menyampaikan secara singkat materi
penyuluhan.
3. Memberi kesempatan kepada peserta
untuk mengulang teknik cuci tangan
Menyimak,
yang diajarkan
mempraktekkan,
3 10 menit 4. Memberi kesempatan kepada peserta
menjelaskan
untuk menyampaikan kembali inti
kembali dan
materi penyuluhan (1 atau 2 orang
mendengarkan
peserta)
5. Memberi kesempatan kepada peserta
untuk bertanya. (3 orang peserta)
6. Memberi kesempatan kepada peserta
untuk menjawab pertanyaan yang
dilontarkan.
Penutup :
 Menyimpulkan materi penyuluhan yang
telah disampaikan.
4 10 menit  Menyampaikan terimakasih atas Menjawab salam
perhatian dan waktu yang telah di
berikan kepada peserta
 Mengucapkan salam

6. EVALUASI
Evaluasi Hasil
a. Setelah penyuluhan diharapkan keluarga dan pasien penyuluhan mampu
mengerti dan memahami penyuluhan yang diberikan sesuai dengan tujuan
umum mapun tujuan khusus.

3
4
Lampiran
MATERI

1.1. Pengertian
Menurut World Healt Organization (WHO, 2005), penyakit diare adalah
suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang
lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih
dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan
muntah atau tinja yang berdarah. Penyakit ini paling sering dijumpai pada anak
balita, terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, dimana seorang anak bisa
mengalami 1-3 episode diare berat (Simatupang, 2004).
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan
dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau
lebih) dalam satu hari (Depkes RI 2011). Diare adalah buang air besar pada bayi
atau anak lebih dan 3 kali sehari, disertai konsistensi tinja menjadi cair dengan atau
tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dan satu minggu (Juffrie, dkk,
2010).
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau
tidak seperti biasanya. Dan dapat disimpulkan bahwa diare adalah buang air besar
yang bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari 3 kali perhari dan konsistensi dari
tinja yang melembek sampai mencair.

1.2. Penyebab dan Faktor Resiko terkait Diare


Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan timbulnya diare (Simatupang,
2005). Diare disebabkan oleh masuknya kuman kedalam tubuh melalui perantara
hewan, kuman yang berada dalam makanan, air, melalui tubuh (tidak mencuci
tangan waktu makan). Berikut adalah faktor penyebab lainnya, yaitu :
1. Efek samping obat-obatan tertentu
2. Faktor malabsorbsi. Malabsorbsi ini pada zat yang mengandung karbohidrat,
lemak, dan protein.
3. Konsumsi alkohol dan kopi yang berlebihan
4. Faktor makanan. Faktor makanan ini yang seringkali bisa menyebabkan
terjadinya diare. Diantaranya yaitu akibat dari makanan basi, beracun, terlalu
banyak lemak, sayuran dimasak kurang matang.

5
5. Minum air tidak masak
6. Makan jajanan yang tidak bersih
7. Berak disembarang tempat
8. Makan dengan tangan kotor
9. Faktor psikologis. Psikologis ini ternyata juga berpengaruh keada angka
kejadian dari diare. Diantara faktor psikologis yang mempengaruhi terjadinya
diare adalah rasa takut, cemas, dan gelisah.
Menurut jufrri dan Soenarto (2012), ada beberapa faktor resiko diare yaitu :
1. Faktor umur yaitu diare terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan pada saat
diberikan makanan pendamping ASI. Pola ini menggambarkan kombinasi efek
penurunan kadar antibody ibu, kurangnya kekebalan aktif bayi, pengenalan
makanan yang mungkin terkontaminasi bakteri tinja.
2. Faktor musim : variasi pola musim diare dapat terjdadi menurut letak
geografis. Di Indonesia diare yang disebabkan oleh rotavirus dapat terjadi
sepanjang tahun dengan peningkatan sepanjang musim kemarau, dan diare
karena bakteri cenderung meningkat pada musim hujan.
3. Faktor lingkungan meliputi kepadatan perumahan, kesediaan sarana air bersih
(SAB), pemanfaatan SAB, kualitas air bersih.

1.3. Gejala dan Bahaya Diare


Tanda dan gejala awal diare ditandai dengan anak menjadi cengeng,
gelisah, suhu meningkat, nafsu makan menurun, tinja cair (lendir dan tidak
menutup) kemungkinan diikuti keluarnya darah, anus lecet, dehidrasi (bila terjadi
dehidrasi berat maka volume darah berkurang, nadi cepat dan kecil, denyut jantung
cepat, tekanan darah turun, keadaan menurun diakhiri dengan syok), berat badan
menurun, turgor kulit menurun, mata dan ubun-ubun cekung, mulut dan kulit
menjadi kering (Octa dkk, 2014).
Saat terjadi diare, feses yang dikeluarkan oleh penderita memiliki
kandungan air yang sangat tinggi (sangat encer). Selain itu, frekuensi buang air
besar pun meningkat secara drastis.
Karena kehilangan cukup banyak cairan tubuh, penderita bisa mengalami
dehidrasi. Dehidrasi berkelanjutan yang terjadi pada anak-anak atau balita dapat

6
mengakibatkan kematian. Namun pada orang dewasa, kematian akibat dehidrasi
jarang ditemukan.

1.4. Pencegahan dan Penanganan Diare


Diare menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit sehingga penderita
harus diberi cairan sebanyak mungkin untuk mengganti cairan yang hilang.
Pencegahan diare yaitu menjaga kebersihan lingkungan, kebersihan pribadi,
pemberian ASI dan nutrisi (Tatik). 2011). Sebagai pertolongan pertama, diberi
cairan rumah tangga seperti tajin, air sayur, air matang, teh. Disamping itu, harus
diberi cairan elektrolit berupa oralit. Jika tidak ada oralit, bisa menggunakan
larutan gula garam. Cara pembuatannya sebagai berikut : satu sendok teh munjung
gula pasir, seperempat sendok teh muntung garam, dilarutkan dalam satu gelas air
matang (200cc). Selanjutnya penderita diberi minum.

Selain itu, pencegahan diare adalah :


a) Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan
b) Menutup makanan dan minuman
c) Mencuci buah atau sayuran sebelum dimakan atau dimasak
d) Selalu minum air yang sudah dimasak
e) Menjaga kebersihan lingkungan : rumah, aliran air, sampah di buang pada
tempatnya dan ditutup
f) Makan makanan yang sehat dan bergizi
Bila telah dilakukan upaya pertolongan pertama namun diare masih terus
berlangsung segera bawa penderita ke pusat pelayanan kesehatan terdekat.

1.5. Makanan yang Baik untuk Mencegah Diare


Kondisi peristaltik usus yang tidak memungkinkan, maka perlu diberi
makanan yang lunak untuk membantu peristaltik usus. Bagi bayi yang menyusui,
ASI tetap diberikan dan PASI diencerkan.
Status gizi bayi memiliki peran dalam hal penyakit. bahwa anak-anak
dengan status gizi buruk kemungkinan akan menderita lebih banyak diare.
Diet BRAT adalah singkatan dari Banana, Rice, Applesuace, and Toast
(pisang, nasi, saus apel, dan roti panggang). Makanan tersebut penting
dikonsumsi terutama 24 jam pertama diare yang dapat membantu meringankan

7
diare serta memberikan vitamin penting, mineral, dan karbohidrat yang mudah
dicerna (diserap).
Menu diatas baik dikonsumsi untuk orang dewasa dan anak-anak, namun
mengenai makanan untuk bayi diare dibawah usia 12 bulan harus berkonsultasi
terlebih dahulu dengan dokter. Bagi bayi dibawah usia 12 bulan menyusui adalah
makanan utama yang diberikan. pemberian ASI eksklusif bayi usia 0-6 bulan yaitu
hanya diberikan ASI saja tanpa memberikan makanan atau minuman tambahan.
Pemberian ASI selama 6 bulan pertama kehidupan mampu menurunkan mortalitas
dan morbiditas diare (Helayel et al., 2009).

1.6. Personal Hygiene


Kebersihan individu atau individu fasilitas adalah tindakan untuk menjaga
kebersihan kesehatan seseorang dan kesejahteraan fisik dan psikologis (Tarwoto
dan Wartonah, 2011). Kebersihan pribadi harus diperhatikan karena kebersihan
akan mempengaruhi kesehatan dan keadaan psikologis seseorang, itu sangat
dipengaruhi oleh nilai-nilai dan kebiasaan individu (Tarwoto, 2006).
Kebersihan yang buruk dapat memperlancar penularan diare baik melalui
makanan, air minum bercampur kuman penyebab diare. Selain itu kebersihan
individu juga mampu menyebabkan timbulnya diare. Upaya pencegahan diare
dapat dicegah melalui cuci tangan menggunakan air bersih.

1.7. Teknik Cuci Tangan

Cuci tangan 7 langkah adalah tata cara mencuci tangan menggunakan sabun
untuk membersihkan jari-jari, telapak dan punggung tangan dari semua kotoran,
kuman serta bakteri jahat penyebab penyakit.

Cuci tangan 7 langkah merupakan cara membersihkan tangan sesuai


prosedur yang benar untuk membunuh kuman penyebab penyakit. Dengan mencuci
tangan paki sabun baik sebelum makan ataupun sebelum memuali pekerjaan, akan
menjaga kesehatan tubuh dan mencegah penyebaran penyakit melalui kuman yang
menempel di tangan. Berikut langkah cuci tangan yang baik dan benar :

8
1. Basahi kedua telapak tangan setinggi pertengahan tangan memakai air yang
mengalir, ambil sabun kemudian usap dan gosok kedua telapak tangan
secara lembut

2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian

3. Jangan lupa jari-jari tangan, gosok sela-sela jari hingga bersih

4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan mengatupkan

5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian

9
6. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan

7. Bersihkan kedua pergelangan tangan secara bergantian dengan cara


memutar, kemudian diakhiri dengan membilas seluruh bagian tangan dengan
air bersih yang mengalir lalu keringkan memakai handuk bersih atau tisu.

1.8. Kebersihan dan Sanitasi Lingkungan


Sanitasi adalah suatu cara untuk mencegah berjangkitnya suatu penyakit
menular dengan jalan memutuskan mata rantai dari sumber. Sedangkan sanitasi
lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau mengoptimalkan
lingkungan hidup manusia agar terwujudnya kesehatan yang optimal bagi manusia
yang hidup di lingkungan tersebut. Jika kebersihan lingkungan dan sanitasi
lingkungannya buruk, angka kematian dan morbilitas nya pun lebih tinggi
dibanding dengan kebersihan dan sanitasi lingkungan yang baik, bersih dan sehat.
Sanitasi lingkungan yang buruk merupakan faktor yang penting terhadap
terjadinya diare dimana interaksi antara penyakit, manusia, dan faktor-faktor
lingkungan yang mengakibatkan penyakit perlu diperhatikan dalam
penanggulangan diare.

10
Kemudian untuk menciptakan sanitasi lingkungan yang baik yaitu
diantaranya dengan mengembangkan kebiasaan atau perilaku hidup sehat,
membersihkan ruangan dan halaman rumah secara rutin, membersihkan kamar
mandi dan toilet, menguras, menutup dan menimbun, tidak membiarkan adanya air
yang tergenang, membersihkan saluran pembuangan air, mengelola sampah dengan
baik, dan menggunakan air yang bersih.

11

Anda mungkin juga menyukai