DI SUSUN OLEH:
ADELIA FALENTINA
NIM PO.62.20.1.17.313
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Hipertensi adalah istilah medis dari penyakit tekanan darah tinggi. Kondisi ini dapat
mengakibatkan berbagai komplikasi kesehatan yang membahayakan nyawa sekaligus
meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung, stroke, bahkan kematian.
Tekanan darah bisa diartikan sebagai kekuatan yang diberikan oleh sirkulasi darah
terhadap dinding arteri tubuh, yaitu pembuluh darah utama yang berada dalam tubuh.
Besarnya tekanan ini bergantung pada resistensi pembuluh darah dan seberapa keras
jantung bekerja. Semakin banyak darah yang dipompa oleh jantung dan semakin sempit
pembuluh darah arteri, maka tekanan darah akan semakin tinggi.
Hipertensi dapat diketahui dengan rutin melakukan pemeriksaan tekanan darah.
Setidaknya, orang dewasa dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan darah, termasuk
tekanan darah setiap lima tahun sekali.
Penulisan hasil tekanan darah berupa dua angka. Angka pertama atau sistolik mewakili
tekanan dalam pembuluh darah ketika jantung berkontraksi atau berdetak. Sementara itu,
angka kedua atau diastolik mewakili tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung
beristirahat di antara detaknya.
Seseorang bisa dikatakan mengalami hipertensi bila pembacaan tekanan darah
sistolik pada pengukuran selama dua hari berturut-turut menunjukkan hasil yang lebih besar
dari 140 mmHg, dan/atau pembacaan tekanan darah diastolik menunjukkan hasil yang lebih
besar dari 90 mmHg.
2. Penyebab
Diabetes (diabetes melitus) merupakan penyakit jangka panjang atau kronis yang
ditandai dengan kadar gula darah (glukosa dalam darah), yang jauh di atas normal. Glukosa
sangatlah penting bagi kesehatan kita, karena glukosa merupakan sumber energi utama
bagi otak maupun sel-sel yang membentuk otak serta jaringan pada tubuh. Gejala diabetes
yang paling nyata terlihat dan sering dialami adalah luka yang tiba-tiba sulit sekali untuk
kering.
Kadar gula yang baik untuk tubuh adalah 70 – 130 mg/dL (sebelum makan), 180
mg/dL (2 jam setelah makan), 100 mg/dL (Puasa), dan 100 – 140 mg/dL (menjelang tidur).
Takaran inilah yang masih normal dan dapat diterima oleh tubuh. Apabila tubuh menerima
glukosa terlalu banyak,maka dapat mengakibatkan penyakit diabetes.
Tidak hanya diabetes yang wajib diperhatikan, tekanan darah pun sudah seharusnya selalu
diperhatikan agar tubuh tidak mengalami penyakit hipertensi. Hipertensi merupakan sebuah
kondisi tekanan darah menjadi tinggi dan dapat mengakibatkan penyakit lain, seperti
penyakit jantung. Tekanan darah ini adalah kekuatan darah dari jantung yang memompa
darah yang mendorong melawand indingarteri.
Lalu apa hubungan diabetes dengan hipertensi? Hipertensi atau tekanan darah
tinggi bisa terjadi dikarenakan adanya komplikasi penyakit diabetes yang kronis. Maka tak
heran jika pengidap diabetes memiliki sekitar 40% angka hilangnya nyawa pada seseorang
yang disebabkan oleh penyakit jantung koroner terkait dengan meningkatnya lemak dalam
darah yang menyebabkan plak plak.
3. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis,
yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah.
Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin,
yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler
Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi untuk pertimbangan
gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer
bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan
tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh
jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer (Brunner dan Suddarth, 2014).
4. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala utama hipertensi adalah (Aspiani, 2014) menyebutkan gejala
umum yang ditimbulkan akibat hipertensi atau tekanan darah tinggi tidak sama pada setiap
orang, bahkan terkadang timbul tanpa tanda gejala. Secara umum gejala yang dikeluhkan
oleh penderita hipertensi sebagai berikut:
a. Sakit kepala
b. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
c. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh
d. Berdebar atau detak jantung terasa cepat
e. Telinga berdenging yang memerlukan penanganan segera
Menurut teori (Brunner dan Suddarth, 2014) klien hipertensi mengalami nyeri kepala
sampai tengkuk karena terjadi penyempitan pembuluh darah akibat dari vasokonstriksi
pembuluh darah akan menyebabkan peningkatan tekanan vasculer cerebral, keadaan
tersebut akan menyebabkan nyeri kepala sampe tengkuk pada klien hipertensi.
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu:
a. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
b. Pemeriksaan retina
c. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan
jantung
d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri .
e. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
f. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan fungsi
ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
g. Foto dada dan CT scan. (Nurhidayat ,Saiful 2015).
6. Penatalaksanaan Medis dan Terapi Obat
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.(5) Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
Penatalaksanaan Medis Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi
dua jenis penatalaksanaan:
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis
1) Diet Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat
menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam
plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
2) Aktivitas. Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan
dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging,
bersepeda atau berenang.
b. Penatalaksanaan Farmakologis.
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian atau
pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
1) Mempunyai efektivitas yang tinggi.
2) Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
3) Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4) Tidak menimbulakn intoleransi.
5) Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
6) Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti golongan
diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium, golongan penghambat
konversi rennin angitensin. (Nurhidayat ,Saiful 2015).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Aktivitas/ Istirahat
- Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
- Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
b. Sirkulasi
- Gejala : Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan
penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi.
- Tanda : Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,radialis, tikikardi,
murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis,kulit pucat, sianosis, suhu dingin
(vasokontriksi perifer) pengisiankapiler mungkin lambat/ bertunda.
c. Integritas Ego
- Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple(hubungan,
keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.
- Tanda : Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue perhatian,tangisan
meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
- Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayatpenyakit ginjal
pada masa yang lalu).
e. Makanan/cairan
- Gejala: Maanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta
kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir ini(meningkat/turun) Riowayat
penggunaan diuretic
- Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema, glikosuria.
f. Neurosensori
- Genjala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit kepala,subojksipital (terjadi
saat bangun dan menghilangkan secara spontansetelah beberapa jam) Gangguan
penglihatan (diplobia, penglihatan kabur,epistakis).
- Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara,efek, proses
piker, penurunan keuatan genggaman tangan.
g. Nyeri/ ketidaknyaman
- Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),sakit kepala.
h. Pernafasan
- Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea,ortopnea,dispnea, batuk
dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
- Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyinafas
tambahan (krakties/mengi), sianosis.
i. Keamanan
- Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
Afterloadvasokontriksi.
2) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum.
3) Nyeri akut, sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler cerebral.
4) Defisit nutrisi berhubungan dengan kebutuhan metabolik pola hidup menotong.
5) Koping individu tidak efektif berhubungan dengan krisis situasional.
6) Defisit pengetahuan mengenai kondisi, rencana pengobatan berhubungan dengan kurang
pengetahuan atau daya ingat.
3. Intervensi Keperawatan
1) Curah jantung atau penurunan resiko tinggi terhadap peningkatan Afterloadvasokontriksi
Tujuan :
- Penurunan curah jantung tidak terjadi
Kriteria hasil
Intervensi
Intervensi :
Tujuan
Intervensi :
Kriteria hasil
Intervensi :
Intervensi :
https://www.halodoc.com/kesehatan/hipertensi
https://www.halodoc.com/artikel/adakah-hubungan-diabetes-dengan-hipertensi-begini-
penjelasannya
Aspiani, R.Y. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: Trans Info Media.
Irianto, Koes. (2014). Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular, Panduan Klinis. Bandung:
Alfa Beta.
Nurhidayat ,Saiful 2015. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi. Ponorogo: UNMUH
Ponorogo Press
PPNI (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
WHO. (2014). Global Target 6:A 25% relative reduction in the prevalence of reise blood pressure or
contain the according to national circumstances