Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRATIKUM ILMU RESEP

OLEH:

Nama : Wulandari

Nim : F201801085

Kelas/kel : B2/II

Asisten : Saiful Katadi M.ClinPharm.,Apt

Tgl Praktikum : Minggu 24/01/2021

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

KENDARI

2020
A. Teori Umum
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah
sistolik lebih dari sama dengan 140 mmHg dan diastolik lebih dari sama
dengan 90 mmHg setelah dua kali pengukuran terpisah.
Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu hipertensi
primer atau esensial yang penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi
sekunder yang dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin,
penyakit jantung, dan gangguan anak ginjal. Hipertensi seringkali tidak
menimbulkan gejala, sementara tekanan darah yang terus-menerus tinggi
dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan komplikasi. Oleh karena itu,
hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara
berkala
Menurut American Society of Hypertension (ASH) hipertensi adalah
suatu sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif sebagai
akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan, WHO
menyatakan hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar
atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar
95 mmHg, (JNC VII) berpendapat hipertensi adalah peningkatan tekanan
darah diatas 140/90 mmHg, sedangkan menurut Brunner dan Suddarth
hipertensi juga diartikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
darahnya diatas 140/90 mmHg. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa
hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik yang persisten diatas
140 mmHg sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling
berhubungan.
Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang munculnya oleh
karena interaksi berbagai faktor. Dengan bertambahnya umur, maka tekanan
darah juga akan meningkat. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan
mengalami penebalan oleh karena adanya penumpukan zat kolagen pada
lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan
menjadi kaku. Tekanan darah sistolik meningkat karena kelenturan pembuluh
darah besar yang berkurang pada penambahan umur sampai dekade ketujuh
sedangkan tekanan darah diastolik meningkat sampai dekade kelima dan
keenam kemudian menetap atau cenderung menurun. Peningkatan umur akan
menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi
peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan
darah yaitu reflex baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya sudah
berkurang, sedangkan peran ginjal juga sudah berkurang dimana aliran darah
ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun
Penurunan elastisitas pembuluh darah menyebabkan peningkatan
resistensi vaskuler perifer sebagai hasil temuan akhir tekanan darah meningkat
karena merupakan hasil temuan kali curah Jantung (HR x Volume sekuncup)
x Tahanan perifer
Hipertensi yang tidak terkontrol akan menimbulkan berbagai
komplikasi, bila mengenai jantung kemungkinan dapat terjadi infark miokard,
jantung koroner, gagal jantung kongestif, bila mengenai otak terjadi stroke,
ensevalopati hipertensif, dan bila mengenai ginjal terjadi gagal ginjal kronis,
sedangkan bila mengenai mata akan terjadi retinopati hipertensif. Dari
berbagai komplikasi yang mungkin timbul merupakan penyakit yang sangat
serius dan berdampak terhadap psikologis penderita karena kualitas hidupnya
rendah terutama pada kasus stroke, gagal ginjal, dan gagal jantung
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pembuluh
darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi dibawah oleh darah,
terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya. Hipertensi adalah
suatu keadaan yang dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah
diatas normal yang mengakibatkan tingginya angka kesakitan dan angka
kematian
2. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya
angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE).
ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah.
Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh
hormon renin akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di
paru-paru, angiotensin I.
Menurut Triyanto (2014) Meningkatnya tekanan darah didalam arteri
bisa rerjadi melalui beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat
sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya arteri besar
kehilangan kelenturanya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat
mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut.
Darah di setiap denyutan jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang
sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. inilah yang
terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku
karena arterioskalierosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga
meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arter kecil (arteriola)
untuk sementara waktu untuk mengarut karena perangsangan saraf atau
hormon didalam darah. Bertambahnya darah dalam sirkulasi bisa
menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terhadap
kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan
air dari dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat.
Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang arteri
mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah
akan menurun. Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh
perubahan didalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem
saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis). Perubahan fungsi
ginjal, ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara: jika
tekanan darah meningkat, ginjal akan mengeluarkan garam dan air yang akan
menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah
normal. Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan
garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali
normal. Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan
enzim yang disebut renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensi,
yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosteron. Ginjal
merupakan organ peting dalam mengembalikan tekanan darah; karena itu
berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal dapat menyebabkan terjadinya
tekanan darah tinggi. Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu
ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan dan
cidera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya
tekanan darah (Triyanto 2014).

3. Terapi Farmakologi dan Non farmakologi


1. Hipertensi
a). Terapi Farmakologi
Berdasarkan JNC 7, terapi farmakologis antihipertensi diberikan
berdasarkan pertimbangan berat ringannya derajat hipertensi. Pasien
dengan hipetensi derajat 1 memulai terapi dengan monoterapi.
Kebanyakan dimulai dengan terapi tiazid diuretik karena selain efektif
pada hipertensi derajat ringan, tiazid diuretik juga relatif terjangkau,
atau dapat juga dipertimbangkan monoterapi dari golongan lain (ACE
inhibitor, ARB, BB, CCB). Apabila masih belum mencapai target
terapi, dapat dilakukan optimalisasi dosis. Namun bila masih tetap
tidak mencapai target terapi dapat dipertimbangkan terapi kombinasi
dengan 2 golongan obat yang berbeda. Sedangkan untuk hipertensi
derjat 2, terapi inisial dimuali dengan kombinasi dua macam obat
(tiazid diretik + ACE inhibitor/ARB/BB/CCB).
terapi dalam obat menjadi hal yang utama. Obat-obatan anti
hipertensi yang sering digunakan dalam pegobatan, antara lain obat-
obatan golongan diuretik, beta bloker, antagonis kalsium, dan
penghambat konfersi enzim angiotensi.
1. Diuretik merupakan anti hipertensi yang merangsang
pengeluaran garam dan air. Dengan mengonsumsi diuretik
akan terjadi pengurangan jumlah cairan dalam pembuluh
darah dan menurunkan tekanan pada dinding pembuluh darah.
2. Beta bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dalam
memompa darah dan mengurangi jumlah darah yang
dipompa oleh jantung.
3. ACE-inhibitor dapat mencegah penyempitan dinding
pembuluh darah sehingga bisa mengurangi tekanan pada
pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah.
4. Ca bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dan
merelaksasikan pembuluh darah.
Terapinya :
1. Diuretik thiazid =hidrochlortiazide (dosis 2,5 mg sehari)
2. CCB (Calcium Channel Blocker= amlodipine (dosis 5-10 mg)
b). Terapi Non farmakologi
Penatalaksanaan non farmakologi merupakan pengobatan tanpa
obat-obatan yang diterapkan pada hipertensi. Dengan cara ini,
perubahan tekanan darah diupayakan melalui pencegahan dengan
menjalani perilaku hidup sehat seperti :
1. Pembatasan asupan garam dan natrium
2. Menurunkan berat badan sampai batas ideal
3. Olahraga secara teratur
4. Mengurangi / tidak minum-minuman beralkohol
5. Mengurangi/ tidak merokok
6. menghindari stres
7. menghindari obesitas

4. Manifestasi klinik

Sebagian besar pasien dengan hipertensi biasanya tidak mempunyai


gejalaspesifik yang menunjukkan kenaikan tekanan darahnya dan hanya
diidentifikasi dengan pemeriksaan tekanan darah saja (Kurt, 2000).

Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu


pusing, muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba,
tengkuk terasa pegal, kaku tengkuk, kaku bahu, kesemutan, mual, lemas, sakit
pinggang dan sesak nafas (Wiryowidagdo, 2002).

Faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi:

1. Umur
Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan
fisiologis. Pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan
aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan darah yaitu refleks
baroreseptor pada usia lanjut berkurang sensitivitasnya, peran ginjal
juga berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi
glomerulus menurun sehingga ginjal akan menahan garam dan air
dalam tubuh (Anggraini, 2009)

2. Jenis Kelamin

Laki-laki mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita


hipertensi pada usia muda. Laki-laki juga mempunyai resiko lebih
besar terhadap morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler. Sedangkan
di atas umur 50 tahun hipertensi lebih banyak terjadi pada wanita
(Wade, 2002)
3. Ras
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari
pada yang berkulit putih. Sampai saat ini, belum diketahui secara
pasti penyebabnya (Anggraini, 2009)
4. Obesitas
Menurut Hall (1994) perubahan fisiologis dapat menjelaskan
hubungan antara kelebihan berat badan dengan tekanan darah, yaitu
terjadinya resistensi insulin dan hiperinsulinemia, aktivasi saraf
simpatis dan sistem renin-angiotensin, dan perubahan fisik pada
ginjal. Peningkatan konsumsi energi juga meningkatkan insulin
plasma, dimana natriuretik potensial menyebabkan terjadinya
reabsorpsi natrium dan peningkatan tekanan darah secara terus
menerus (Anggraini, 2009).
5. Kebiasaan Merokok
Perokok berat dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden
hipertensi maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang
mengalami ateriosklerosis (Anggraini, 2009)
6. Kebiasaan mengkonsumsi alkohol
Alkohol memiliki efek yang hampir sama dengan karbon
monoksida, yaitu dapat meningkatkan keasaman darah. Darah
menjadi lebih kental dan jantung dipaksa memompa darah lebih
kuat lagi agar darah yang sampai ke jaringan mencukupi. Ini berarti
juga terjadi peningkatan tekanan darah. Berdasarkan dari data riset
kesehatan dasar prefalensi nasional peminum alkohol menurut jenis
kelamin lebih besar laki-laki dari pada perempuan (RISKESDAS,
2007).
B. Paparan Kasus
You are a hospital pharmacist visiting your regular general medical ward
to review patients and provide pharmaceutical advice. Mr HA is a 50-year-old
accountant who was admitted 2 days ago to hospital following a blackout whilst
watching a football match with his son. His preliminary examination reveals
bruising to his left arm and upper thigh for which he has been prescribed para
cetamol 1 g four times daily and as required ibuprofen 400 mg three times a day.

His past medical history indicates that that he is on no medication and


seemed to be a reasonably fit man for his age with no existing diagnosed med
ical conditions. On examination he is slightly overweight at 81 kg, he smokes 20
cigarettes per day and drinks approximately 30 units of alcohol per week. His
blood pressure on admission was 165/80 mmHg with a heart rate of 90 beats per
minute. This degree of raised blood pressure and heart rate has been maintained
over the last 48 hours. He is subsequently diagnosed as having hypertension
Terjemahan :
Anda adalah apoteker rumah sakit yang mengunjungi bangsal medis umum
biasa untuk meninjau pasien dan memberikan nasihat farmasi. Mr HA adalah
seorang akuntan berusia 50 tahun yang dirawat 2 hari yang lalu di rumah.
Pemeriksaan pendahuluan menunjukkan adanya memar di lengan kiri dan paha
atas yang telah diresepkan parasetamol 1 g empat kali sehari dan ibuprofen 400
mg tiga kali sehari sesuai kebutuhan. Riwayat medis masa lalunya menunjukkan
bahwa dia tidak dalam pengobatan dan tampaknya cukup fit untuk usianya tanpa
kondisi medis yang terdiagnosis. Pada pemeriksaan dia sedikit kelebihan berat
badan pada 81 kg, dia merokok 20 batang per hari dan minum sekitar 30 unit
alkohol per minggu. Tekanan darahnya saat masuk adalah 165/80 mmHg dengan
detak jantung 90 denyut per menit. Tingkat tekanan darah dan detak jantung
yang meningkat ini telah dipertahankan selama 48 jam terakhir. Ia kemudian
didiagnosis menderita hipertensi.
1. Analisis SOAP
No S O A P
1. Hipertensi Tekanan Pasien butuh Menurut college of
darahnya saat terapi cardiology (ACC)/
masuk adalah american heart
165/80 mmHg association (AHA)
dengan detak 2017 untuk terapi
jantung 90 hipertensi stadium 2
denyut per digunakan
menit. Tingkat kombinasi dua jenis
tekanan darah obat pada sebagian
dan detak besar khasus, dapat
jantung yang dipertimbangkan:
meningkat ini diuretik tihiazid,
telah penghambat ACE,
dipertahankan ARB, penyekat beta,
selama 48 jam atau BBC.
terakhir.

2. Memar Adanya memar Over dosis Kami menyarankan


di lengan kiri untuk menurunkan
(paracetamol
dan paha atas dosis dari 1 g
menjadi 500 mg,
menurut ISO
VOLUME 51 HAL:
39 dosis dewasa
yaitu 500 mg
C. Pembahasan
Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik
lebih dari sama dengan 140 mmHg dan diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg
setelah dua kali pengukuran terpisah.
Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang munculnya oleh karena
interaksi berbagai faktor. Dengan bertambahnya umur, maka tekanan darah juga
akan meningkat. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami
penebalan oleh karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot,
sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku.
Tekanan darah sistolik meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar yang
berkurang pada penambahan umur sampai dekade ketujuh sedangkan tekanan
darah diastolik meningkat sampai dekade kelima dan keenam kemudian menetap
atau cenderung menurun. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa
perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan
aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan darah yaitu reflex baroreseptor pada usia
lanjut sensitivitasnya sudah berkurang, sedangkan peran ginjal juga sudah
berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun
Penurunan elastisitas pembuluh darah menyebabkan peningkatan resistensi
vaskuler perifer sebagai hasil temuan akhir tekanan darah meningkat karena
merupakan hasil temuan kali curah Jantung (HR x Volume sekuncup) x Tahanan
perifer
Pada kasus yang kami dapatkan disini Mr HA adalah seorang akuntan
berusia 50 tahun yang dirawat 2 hari yang lalu di rumah. Pemeriksaan
pendahuluan menunjukkan adanya memar di lengan kiri dan paha atas yang telah
diresepkan parasetamol 1 g empat kali sehari dan ibuprofen 400 mg tiga kali
sehari sesuai kebutuhan. Riwayat medis masa lalunya menunjukkan bahwa dia
tidak dalam pengobatan dan tampaknya cukup fit untuk usianya tanpa kondisi
medis yang terdiagnosis. Pada pemeriksaan dia sedikit kelebihan berat badan
pada 81 kg, dia merokok 20 batang per hari dan minum sekitar 30 unit alkohol per
minggu. Tekanan darahnya saat masuk adalah 165/80 mmHg dengan detak
jantung 90 denyut per menit. Tingkat tekanan darah dan detak jantung yang
meningkat ini telah dipertahankan selama 48 jam terakhir. Ia kemudian
didiagnosis menderita hipertensi.

Disini pasien dengan subjektif hiprtensi masuk dalam DRP pasien butuh
terapi, dimana Tekanan darahnya saat masuk adalah 165/80 mmHg dengan detak
jantung 90 denyut per menit. Tingkat tekanan darah dan detak jantung yang
meningkat ini telah dipertahankan selama 48 jam terakhir. Yang Menurut college
of cardiology (ACC)/ american heart association (AHA) 2017 untuk terapi
hipertensi stadium 2 digunakan kombinasi dua jenis obat pada sebagian besar
khasus, dapat dipertimbangkan: diuretik tihiazid, penghambat ACE, ARB,
penyekat beta, atau BBC. Dan unntuk subjektif memar, Adanya memar di lengan
kiri dan paha atas yang masuk dalam DRP over dosis. Kami menyarankan untuk
menurunkan dosis dari 1 g menjadi 500 mg, menurut ISO VOLUME 51 HAL: 39
dosis dewasa yaitu 500 mg.

Alasan kami menghentikan terapi ibuprofen karena efek samping lebih


banyak (ISO VOLUME 51 HAL: 21) dibandingkan dengan obat paracetamol.
D. Pertanyaan
1. Apa alasannya anda memilih obat hidroklorotiazid?
Jawab : karena hidroklorotiazid adalah golongan obat diuretic thiazid dosis
rendah yang digunakan pada ras kulit hitam dan bapak ini mempunyai resiko
kardiovaskular antara semua obat, obat hidroklorotiazid dapat mengurangi
resiko cardiovaskular. Sedangkan untuk golongan obat ccb dapat digunakan
pada ras kulit hitam tetapi memiliki efektivitas yang dapat meningkatkan
resiko cardiovaskularnya.
2. Bagaimana mekanisme kerja hidroklorotiazid?
Jawab : hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar serum
asam urat. Kadar asam urat dalam darah ditentukan oleh keseimbangan antara
produksi dan ekskresi. Bila keseimbangan ini terganggu maka dapat
menyebabkan terjadinya peningkatan kadar asam urat dalam darah hubungan
antara asam urat dengan hipertensi, obesitas, penyakit ginjal dan penyakit
kardiovaskuler. Bulakumar et al17- dalam penelitiannya menyatakan bahwa
hiperurisemia merupakan faktor risiko terhadap patogenesis disfungsi endotel
vaskuler, juga adanya keterlibatan mekanisme sinyal yang memengaruhi
patogenesis tersebut. Hydrochlorothiazide menginhibisi transport Na+/Cl-
pada tubulus kontortus distal ginjal. Hal ini menyebabkan lebih banyak
natrium dan cairan diekskresikan oleh ginjal. Selain itu, hydrochlorothiazide
juga menyebabkan peningkatan ekskresi kalium dan bikarbonat.
3. Tolong jelaskan mengapa dipilih obat diuretik thiazid sebagai terapi awalnya
dan sebutkan berapa dosis yang digunakan?
Jawab : karena Diuretik, terutama golongan tiazid, adalah obat lini pertama
untuk kebanyakan pasien dengan hipertensi yang diperlukan untuk
mengontrol tekanan darah dan juga diuretik sangat efektif menurunkan
tekanan darah bila dikombinasi dengan kebanyakan obat antihipertensif lain.
Dosis hydrochlorothiazide yaitu 12,5 – 50 mg/hari.
4. Kenapa tetap digunakan obat ibuprofen sedangkan ibuprofen termaksud
golongan OAINS yang dimana obat golongan OAINS tidak bisa dikonsumsi
untuk orang hipertensi?
Jawab : OAINS harus dihindari dan dihentikan pemakaiannya pada pasien
dengan penyakit kardiovaskular seperti gagal jantung dan infark miokard.
Penggunaan OAINS pada pasien hipertensi harus berhati-hati karena OAINS
dapat menurunkan efektivitas obat antihipertensi sehingga tekanan darah
menjadi tidak terkontrol. Jika tidak dapat dihindari pemakaiannya, obat
antihipertensi yang tidak berinteraksi dengan OAINS adalah obat-obatan dari
golongan penghambat kanal kalsium, sehingga penggunaan OAINS pada
pasien ini masih dapat dipertimbangkan.
5. Apakah ada interaksi antara ibuprofen dan paracetamol sebagai obat anti
memar, bagaimana akibatnya jika dikombinasikasin?
Jawab : Food and Administration (FDA) Amerika Serikat telah menyetuji
kombinasi ibuprofen 259 mg dan paracetamol 500 mg untuk menghilangkan
rasa salit. Kombinasi ini memungkinkan penghilang rasa sakit dengan dua
cara : ibuprofen adalah obat antiinflamasi nonsteroid yang menargetkan rasa
sakit pada sumbernya, untuk sementara mengurangi produksi prostaglandin.
Secara bersamaan, paracetamol memblokir transmisi sinyal sara sakit ke otak.
6. Pada planingnya mengapa diberikan paracetamol dan ibuprofen untuk
memarnya kenapa tidak dipakai dari salah satu obat tersebut?
Jawab : temuan studi Food and Administration (FDA) Amerika Serikat
mendukung indikasi untuk menghilangkan rasa sakit dan menunjukkan bahwa
kombinasi dosis tetap mencapai kemanjuran yang unggul dibandingkan
dengan monokomponen individu saja.
7. Bagaimana terapi nonfarmakologi dalam kasus hipertensi diliat dari gaya
hidup bapa ini yang sering merokok dan berat badan overweight?
Jawab : terapi non farmakologi berupa modifikasi gaya hidup meliputi pola
diet, aktivitas fisik, larangan merokok, dan pembatasan konsumsi alkohol.
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk
mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam
penanganan hipertensi. Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi
harus melakukan perubahan gaya hidup.Perubahan yang sudah terlihat
menurunkan tekanan darah dapat terlihat pada tabel 4 sesuai dengan
rekomendasi dari JNC VII. Disamping menurunkan tekanan darah pada
pasien-pasien dengan hipertensi, modifikasi gaya hidup juga dapat
mengurangi berlanjutnya tekanan darah ke hipertensi pada pasien-pasien
dengan tekanan darah prehipertensi.
DAFTAR PUSTAKA

Adib, M, 2009, cara mudah memahami dan menghindari Hipertensi, Jantung, dan
Stroke. Edisi ke-2, Yogyakarta: Dianloka Printika

Anggraini, dkk. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada


Pasien yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode
Januari sampai Juni 2008. c2009

DepKes RI. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan & Direktorat
Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, pharmaceutical care ntuk penyakit
Hipertensi. 2005.

Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Hypertensive Vascular Disease. Dalam: Robn and
Cotran Pathologic Basis of Disease, 7th edition. Philadelpia: Elsevier
Saunders, 2005.p 528- 529.

Sidabutar, R. P., Wiguno P. Hipertensi Essensial. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.
Jakarta: Balai Penerbit FK-UI; 1999. p: 210

WHO. Guidelines for management of hypertension Geneva: WHO;1999


Lampiran
HAPALAN OBAT

1. Catopril

Indikasi : pengobatan hipertensi ringan sampai sedang / pengobatan gagal


jantung

Dosis : 3x12,5 mg atau ditingkatkan menjadi 25-50 mg 2-3 hari

Mekanisme kerja : dengan menghambat perubahan angiotensin 1 menjadi


angiotensin 2 sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosterone
Meningkatkan risiko menurunya fungsi ginjal jika captopril digunakan bersama
dengan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID).

Efek samping : Mual dan muntah.Sakit perut.Pusing atau limbung.Batuk


kering.Gangguan pada indera pengecap.Ruam kulit.Sakit dada.Hipotensi.

Interaksi : Meningkatkan risiko terjadinya hipotensi (tekanan darah rendah),


jika digunakan bersama obat golongan diuretik.

2. Amlodipine

indikasi :Obat ini digunakan untuk mengatasi hipertensi atau tekanan darah
tinggi dan membantu mencegah nyeri dada pada pasien angina pectoris.

Dosis : dosis lazim adalah 5 mg, diberikan 1 kali sehari. Dosis dapat
ditingkatkan sampai dosis maksimal 10 mg,

Mekanisme kerja : dengan cara melemaskan dinding pembuluh darah. Efeknya


akan memperlancar aliran darah menuju jantung dan mengurangi tekanan darah

Efek samping : Merasa lelah.Pusing.Mual.Pembengkakan tungkai.Jantung


berdebar
Interaksi : efek amlodipine dapat menurun pada penggunaan bersama
karbamazepin.

3. Metformin

Indikasi : adalah pada penatalaksanaan diabetes mellitus tipe 2, dengan dosis


sesuai pedoman penatalaksanaan yang ada

Dosis : 500 mg, dua kali per hari, atau 850 mg sekali sehari.

Mekanisme kerja : adalah dalam mengontrol kadar gula darah adalah dengan
cara menghambat produksi glukosa (glukoneogenesis) di hati.

Interaksi : Menurunkan kadar gula darah puasa bila digunakan dengan ACE
Inhibitor.

Efeksamping : Mual

4. Simvastatin

Indikasi : adalah obat untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Obat ini
tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan simvastatin 10 mg dan 20 mg

Dosis : 10-40 mg, satu kali sehari

Mekanisme kerja : menghambat 3-hidroksi-3-metil-glutaril-koenzim A (HMG-


CoA) reduktase yang mempunyai fungsi sebagai katalis dalam pembentukan
kolesterol.

Interaksi : Dapat meningkatkan risiko perdarahan dengan antikoagulan

Efek samping : sakit kepala,nyeri sendi, nyeri otot ringan konstipasi, sakit perut
atau masalah pencernaan, mual ringan,ruam kulit ringan.masalah tidur
(insomnia)
5. Allopurinol

Indikasi : adalah obat yang digunakan untuk menurunkan kadar asam urat
dalam darah akibat penyakit asam urat (gout)

Dosis : 200-300 mg per hari

Mekanisme kerja : bekerja dengan cara menghambat enzim xanthine oksidase


sehingga menghambat pembentukan asam urat dan juga dapat menghambat
sintesis purin.

Interaksi : Allopurinol dapat meningkatkan konsentrasi serum obat

Efek samping : Mengantuk.Mual.Sakit perut.Diare.Nyeri sendi.

Anda mungkin juga menyukai