OLEH:
Nama : Wulandari
Nim : F201801085
Kelas/kel : B2/II
KENDARI
2020
A. Teori Umum
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah
sistolik lebih dari sama dengan 140 mmHg dan diastolik lebih dari sama
dengan 90 mmHg setelah dua kali pengukuran terpisah.
Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu hipertensi
primer atau esensial yang penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi
sekunder yang dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin,
penyakit jantung, dan gangguan anak ginjal. Hipertensi seringkali tidak
menimbulkan gejala, sementara tekanan darah yang terus-menerus tinggi
dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan komplikasi. Oleh karena itu,
hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara
berkala
Menurut American Society of Hypertension (ASH) hipertensi adalah
suatu sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif sebagai
akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan, WHO
menyatakan hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar
atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar
95 mmHg, (JNC VII) berpendapat hipertensi adalah peningkatan tekanan
darah diatas 140/90 mmHg, sedangkan menurut Brunner dan Suddarth
hipertensi juga diartikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
darahnya diatas 140/90 mmHg. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa
hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik yang persisten diatas
140 mmHg sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling
berhubungan.
Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang munculnya oleh
karena interaksi berbagai faktor. Dengan bertambahnya umur, maka tekanan
darah juga akan meningkat. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan
mengalami penebalan oleh karena adanya penumpukan zat kolagen pada
lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan
menjadi kaku. Tekanan darah sistolik meningkat karena kelenturan pembuluh
darah besar yang berkurang pada penambahan umur sampai dekade ketujuh
sedangkan tekanan darah diastolik meningkat sampai dekade kelima dan
keenam kemudian menetap atau cenderung menurun. Peningkatan umur akan
menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi
peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan
darah yaitu reflex baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya sudah
berkurang, sedangkan peran ginjal juga sudah berkurang dimana aliran darah
ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun
Penurunan elastisitas pembuluh darah menyebabkan peningkatan
resistensi vaskuler perifer sebagai hasil temuan akhir tekanan darah meningkat
karena merupakan hasil temuan kali curah Jantung (HR x Volume sekuncup)
x Tahanan perifer
Hipertensi yang tidak terkontrol akan menimbulkan berbagai
komplikasi, bila mengenai jantung kemungkinan dapat terjadi infark miokard,
jantung koroner, gagal jantung kongestif, bila mengenai otak terjadi stroke,
ensevalopati hipertensif, dan bila mengenai ginjal terjadi gagal ginjal kronis,
sedangkan bila mengenai mata akan terjadi retinopati hipertensif. Dari
berbagai komplikasi yang mungkin timbul merupakan penyakit yang sangat
serius dan berdampak terhadap psikologis penderita karena kualitas hidupnya
rendah terutama pada kasus stroke, gagal ginjal, dan gagal jantung
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pembuluh
darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi dibawah oleh darah,
terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya. Hipertensi adalah
suatu keadaan yang dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah
diatas normal yang mengakibatkan tingginya angka kesakitan dan angka
kematian
2. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya
angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE).
ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah.
Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh
hormon renin akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di
paru-paru, angiotensin I.
Menurut Triyanto (2014) Meningkatnya tekanan darah didalam arteri
bisa rerjadi melalui beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat
sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya arteri besar
kehilangan kelenturanya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat
mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut.
Darah di setiap denyutan jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang
sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. inilah yang
terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku
karena arterioskalierosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga
meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arter kecil (arteriola)
untuk sementara waktu untuk mengarut karena perangsangan saraf atau
hormon didalam darah. Bertambahnya darah dalam sirkulasi bisa
menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terhadap
kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan
air dari dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat.
Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang arteri
mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah
akan menurun. Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh
perubahan didalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem
saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis). Perubahan fungsi
ginjal, ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara: jika
tekanan darah meningkat, ginjal akan mengeluarkan garam dan air yang akan
menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah
normal. Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan
garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali
normal. Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan
enzim yang disebut renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensi,
yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosteron. Ginjal
merupakan organ peting dalam mengembalikan tekanan darah; karena itu
berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal dapat menyebabkan terjadinya
tekanan darah tinggi. Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu
ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan dan
cidera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya
tekanan darah (Triyanto 2014).
4. Manifestasi klinik
1. Umur
Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan
fisiologis. Pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan
aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan darah yaitu refleks
baroreseptor pada usia lanjut berkurang sensitivitasnya, peran ginjal
juga berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi
glomerulus menurun sehingga ginjal akan menahan garam dan air
dalam tubuh (Anggraini, 2009)
2. Jenis Kelamin
Disini pasien dengan subjektif hiprtensi masuk dalam DRP pasien butuh
terapi, dimana Tekanan darahnya saat masuk adalah 165/80 mmHg dengan detak
jantung 90 denyut per menit. Tingkat tekanan darah dan detak jantung yang
meningkat ini telah dipertahankan selama 48 jam terakhir. Yang Menurut college
of cardiology (ACC)/ american heart association (AHA) 2017 untuk terapi
hipertensi stadium 2 digunakan kombinasi dua jenis obat pada sebagian besar
khasus, dapat dipertimbangkan: diuretik tihiazid, penghambat ACE, ARB,
penyekat beta, atau BBC. Dan unntuk subjektif memar, Adanya memar di lengan
kiri dan paha atas yang masuk dalam DRP over dosis. Kami menyarankan untuk
menurunkan dosis dari 1 g menjadi 500 mg, menurut ISO VOLUME 51 HAL: 39
dosis dewasa yaitu 500 mg.
Adib, M, 2009, cara mudah memahami dan menghindari Hipertensi, Jantung, dan
Stroke. Edisi ke-2, Yogyakarta: Dianloka Printika
DepKes RI. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan & Direktorat
Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, pharmaceutical care ntuk penyakit
Hipertensi. 2005.
Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Hypertensive Vascular Disease. Dalam: Robn and
Cotran Pathologic Basis of Disease, 7th edition. Philadelpia: Elsevier
Saunders, 2005.p 528- 529.
Sidabutar, R. P., Wiguno P. Hipertensi Essensial. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.
Jakarta: Balai Penerbit FK-UI; 1999. p: 210
1. Catopril
2. Amlodipine
indikasi :Obat ini digunakan untuk mengatasi hipertensi atau tekanan darah
tinggi dan membantu mencegah nyeri dada pada pasien angina pectoris.
Dosis : dosis lazim adalah 5 mg, diberikan 1 kali sehari. Dosis dapat
ditingkatkan sampai dosis maksimal 10 mg,
3. Metformin
Dosis : 500 mg, dua kali per hari, atau 850 mg sekali sehari.
Mekanisme kerja : adalah dalam mengontrol kadar gula darah adalah dengan
cara menghambat produksi glukosa (glukoneogenesis) di hati.
Interaksi : Menurunkan kadar gula darah puasa bila digunakan dengan ACE
Inhibitor.
Efeksamping : Mual
4. Simvastatin
Indikasi : adalah obat untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Obat ini
tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan simvastatin 10 mg dan 20 mg
Efek samping : sakit kepala,nyeri sendi, nyeri otot ringan konstipasi, sakit perut
atau masalah pencernaan, mual ringan,ruam kulit ringan.masalah tidur
(insomnia)
5. Allopurinol
Indikasi : adalah obat yang digunakan untuk menurunkan kadar asam urat
dalam darah akibat penyakit asam urat (gout)