Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

HYPERTENSIVE HEART DISEASE (HHD)

DI RUANG NUSA INDAH RSUD dr. SOBIRIN

Disusun Oleh:

EKA DIANA

Pembimbing Akademik

( )

PROGRAM PROFESI KEPERAWATAN (NERS)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS (FIKES)
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
TAHUN 2023
BAB I

KONSEP DASAR MEDIS

A. Definisi
Hipertensi heart disease adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh
hipertensi. Hipertensi yang tak terkontrol dalam waktu yang lama
menimbulkan hypertrophy pada ventrikel kiri (LVH) .
Hipertensi heart disease ditegakan bila dideteksi adanya hypertrophy
pada ventrikel kiri sebagai akibat peningkatan bertahap tahanan pembuluh
darah periver dan ventrikel kiri. Fungsi ventrikel selama hipertensi
berhubungan erat dengan penyebab hypertrophy dan terjadinya
arterosklerosis koroner. Yang mempengaruhi hypertrophy ventrikel kiri
adalah lamanya peningkatan diastolic dan adanya factor genetik.
Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan sesuai dengan
rekomendasi dari “The Sixth Report of The Join National Committee,
Prevention, Detection and Treatment of High Blood Pressure “ (JNC – VI,
1997) sebagai berikut :
No Kategori Sistolik(mmHg) Diastolik(mmHg)
1. Optimal <120 <80
2. Normal 120 – 129 80 – 84
3. High Normal 130 – 139 85 – 89
4. Hipertensi
Grade 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99
Grade 2 (sedang) 160 – 179 100 – 109
Grade 3 (berat) 180 – 209 100 – 119
Grade 4 (sangat berat) >210 >120
B. Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan
besar yaitu : ( Lany Gunawan, 2001 )
1) Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya.
2) Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit
lain.
Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi,
sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder.

C. Patofisiologi
Pada stadium permulaan hipertensi, hypertrophy yang terjadi
konsentrik (difus). Belum ada perubahan yang berarti pada fungsi pompa
efektif ventrikel kiri. Pada stadium selanjutnya, akibat hipertensi yang terus
menerus, maka hipertropi menjadi tak teratur (eksentrik). Pada kondisi ini
terjadi penurunan fungsi pompa ventrikel secara menyeluruh yang berakibat
pada penurunan fraksi injeksi, peningkatan tegangan dinding ventrikel pada
saat sistolik, peningkatan konsumsi oksigen otot jantung, serta penurunan
efek mekanik pompa jantung. Kondisi ini akan lebih diperburuk bila terjadi
penyakit jantung koroner.
Pada kondisi hypertrophy maka tekanan perfusi pada koroner akan
meningkat dan diikuti dengan peningkatan tahanan pembuluh koroner.
Sebagai akibatnya cadangan aliran darah koroner akan berkurang.
Ada dua factor utama penyebab penurunan cadangan aliran darah
koroner yaitu:
1. Penebalan arteri koroner, yaitu bagian dari hiprtrophy umum otot polos
pembuluh darah seluruh tubuh. Kemudian terjadi retensi garam dan air
yang mengakibatkan berkurangnya compliance pembuluh darah dan
meningkatnya tahanan perifer.
2. Peningkatan hypertrophy mengakibatkan berkurangnya kepadatan
kapiler unit otot jantung terutama pada hypertrophy eksentrik.
Jadi factor koroner pada hipertensi berkembang menjadi akibat
penyakit, meskipun tampak sebagai penyebab patologis yang utama dari
gangguan aktivitas mekanik ventrikel kiri.

D. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : (Menurut : Edward K
Chung, 1995 )
1. Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang
menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam
kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

E. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang


1. Pemeriksaan fisik
Pada palpasi, oleh karena hypertrophy, maka akan didapat
penambahan iktus cordis. Bila terjadi dilatasi ventrikel kiri, maka iktus
cordis akan bergeser kekiri bawah. Pada auskultasi akan ditemukan S4
dan bila terjadi dilatasi jantung didapat tanda-tanda insufisiensi mitral
relative.
2. Pemeriksaan Penunjang
Pada foto thorak posisi posterioanterior pasien hiperthrophy
konsentrik, besar jantung dalam batas normal. Pembesaran jantung kiri
terjadi bila sudah ada dilatasi ventrikel kiri. Terdapat stenosis aorta
pada hipertensi yang kronik dan tanda-tanda bendungan pembuluh paru
pada stadium payah jantung hipertensi.
Pemeriksaan laboratorium darah rutin yang diperlukan adalah
pemeriksaan ureum dan kreatinin untuk menilai fungsi ginjal, dan
pemeriksaan elektrolit.
Pada pemeriksaan EKG akan ditemukan tanda-tanda hypertrophy
ventrikel kiri. Pemeriksaan Ekokardiografi dapat mendeteksi
hypertrophy ventrikel kiri secara dini yang mencakup kelainan
anatomic dan fungsional jantung. Perubahan yang dapat dilihat adalah:
1. Tanda-tanda hiper sirkulasi pada stadium dini
2. Hipertrophy yang konsentrik maupun yang eksentrik
3. Dilatasi venterikelyang dapat merupakan tanda-tanda payah
jantung, serta tekanan akhir diastolic ventrikel kiri yang meningkat.
4. Tanda-tanda iskemik pada stadium lanjut.

F. Komplikasi
Adapun komplikasi yang ditimbulkan, yaitu :
1. Stroke
2. Gagal Jantung
3. Gagal Ginjal
4. Gangguan pada mata

G. Penatalaksanaan
Pengobatan pasien dengan penyakit jantung hipertensi terbagi dalam
dua kategori, yaitu pengobatan dan pencegahan tekanan darah yang tinggi
dan pengobatan penyakit jantung hipertensi. Tekanan darah ideal adalah
kurang dari 140/90 pada pasien tanpa penyakit diabetes dan penyakit ginjal
kronik dan kurang dari 130/90 pada pasien dengan penyakit diatas. Berbagai
macam strategi pengobatan penyakit jantung hipertensi :
1) Pengaturan Diet
Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat dan atau
dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan bisa
memperbaiki keadaan LVH.
Beberapa diet yang dianjurkan:
a) Rendah garam, beberapa studi menunjukan bahwa diet rendah
garam dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.
Dengan pengurangan komsumsi garam dapat mengurangi
stimulasi system renin-angiotensin sehingga sangat berpotensi
sebagai anti hipertensi.Jumlah intake sodium yang dianjurkan 50–
100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.
b) Diet tinggi potassium,dapat menurunkan tekanan darah tapi
mekanismenya belum jelas.Pemberian Potassium secara intravena
dapat menyebabkan vasodilatasi,yang dipercaya dimediasi oleh
nitric oxide pada dinding vascular.
c) Diet kaya buah dan sayur.
d) Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung
koroner
2) Olahraga Teratur
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda
bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan dapat memperbaiki
keadaan jantung. Olaharaga isotonik dapat juga bisa meningkatkan
fungsi endotel, vasodilatasi perifer, dan mengurangi katekolamin
plasma.
Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu
minggu sangat dinjurkan untuk menurunkan tekanan darah.
3) Penurunan Berat Badan
Pada beberapa studi menunjukkan bahwa obesitas berhubungan
dengan kejadian hipertensi dan LVH. Jadi penurunan berat badan
adalah hal yang sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah.
Penurunan berat badan (1kg/minggu) sangat dianjurkan. Penurunan
berat badan dengan menggunakan obat-obatan perlu menjadi perhatian
khusus karena umumnya obat penurun berat badan yang terjual bebas
mengandung simpatomimetik,sehingga dapat meningkatan tekanan
darah, memperburuk angina atau gejala gagal jantung dan terjainya
eksaserbasi aritmia.
Menghindari obat-obatan seperti NSAIDs, simpatomimetik, dan
MAO yang dapat meningkatkan tekanan darah atau menggunakannya
dengan obat antihipertesni.
4) Farmakoterapi
Pengobatan hipertensi atau penyakit jantung hipertensi dapat
menggunakan berbagai kelompok obat antihipertensi seperti thiazide,
beta-blocker dan kombinasi alpha dan beta blocker, calcium channel
blockers, ACE inhibitor, angiotensin receptor blocker dan vasodilator
seperti hydralazine. Hampir pada semua pasien memerlukan dua atau
lebih obat antihipertensi untuk mencapai tekanan darah yang
diinginkan.
5) Penanganan LVH
LVH, tanda dari peningkatan resiko morbiditi dan mortalitas
kardiovaskuler dan harus ditatalaksana secara agresif. Walaupun
regeresi LVH belum secara jelas dapat menurunkan angka morbiditas
dan mortalitas tapi beberapa data dapat mendukung hipotesis ini. Obat-
obatan yang digunakan untuk menatalaksana LVH adalah sama seperti
penanganan hipertensi.
6) Penanganan disfungsi diastolik LV
Beberapa golongan antihipertensi—ACE inhibitor, beta-blocker,
dan nondihydropyridine calcium channel blockers—telah membuktikan
dapat memperbaiki parameter ekokardiographi pada simptomatik dan
asimptomatik disfungsi diastolik dan gejala gagal jantung.
Penanganan disfungsi sistolik LV :
a. Diuretik digunakan untuk penatalaksanaan disfungsi sistolik LV
b. ACE inhibitor digunakan untuk penurunan preload dan afterload
dan mencegah kongesti pada paru dan sistemik
c. Beta-blockers seperti cervedilol, metoprolol XL, dan bisoprolol
dapat memperbaiki fungsi LV dan menurunkan mortalitas dan
morbiditas dari gagal jantung. Terapi dimulai dengan dosis rendah ,
peningkatan dosis beta-blocker secara perlahan dan monitor secara
ketat untuk menilai tanda dari gagal jantung.

H. Prognosis
Resiko komplikasi tergantung pada seberapa besar hipertropi ventrikel
kiri. Semakin besar ventrikel kiri, semakin besar kemungkinan kompilkasi
terjadi. Pengobatan hipertensi dapat mengurangi kerusakan pada ventrikel
kiri. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa obat-obatan tertentu
seperti ACE-Inhibitor, Beta-blocker, dan diuretik spinorolakton dapat
mengatasi hipertropi ventrikel kiri dan memperpanjang kemungkinan hidup
pasien dengan gagal jantung akibat penyakit jantung hipertensi.
Bagaimanapun juga, penyakit jantung hipertensi adalah penyakit yang serius
yang memiliki resiko kematian mendadak.
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Aktivitas/ Istirahat
Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner
atau katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi,
perspirasi.
Tanda : Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,radialis,
tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis,kulit
pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian
kapiler mungkin lambat atau bertunda.
3. Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor stress multiple,
hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue
perhatian,tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan
menghela, peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat
penyakit ginjal pada masa yang lalu).
5. Makanan/cairan
Gejala : Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam,
lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir
akhir ini (meningkat atau turun) Riwayat penggunaan diuretik.
Tanda : Berat badan normal atau obesitas, adanya edema, glikosuria.
6. Neurosensori
Genjala : Keluhan pening /pusing,sakit kepala,subojksipital (terjadi saat
bangun dan menghilangkan secara spontan setelah beberapa
jam) Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan
kabur,epistakis).
Tanda : Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi
bicara,efek, proses pikir, penurunan keuatan genggaman
tangan.
7. Nyeri/ ketidaknyaman
Gejala : Angina (penyakit arteri koroner atau keterlibatan jantung), sakit
kepala.
8. Pernafasan
Gejala : Dispnea yang berkaitan dari aktivitas /kerja
takipnea,ortopnea,dispnea, batuk dengan/tanpa
pembentukan sputum, riwayat merokok.
Tanda : Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan buny
inafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.
9. Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan hipertensi
heart desease adalah;
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan umum ditandai
dengan adanya ungkapan verbal tentang kelemahan, respon tensi
terhadap aktivitas abnormal, adanya perasaan tidak nyaman saat
beraktivitas, dispnoe, adanya tanda-tanda iskemik yang dapat dilihat dari
hasil pemeriksaan EKG.
2. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik jaringan ditandai dengan adanya
keluhan nyeri pada dada, wajah meringis, gelisah sampai adanya
perubahan tingkat kesadaran, perubahan nadi,tensi.
3. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan tidak adekuatnya
ventilasi ditandai dengan dispnoe saat beraktivitas, takipnoe, ortopnea,
adanya bunyi nafas tambahan dan terjadi sianosis
4. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan yang berhubungan dengan
penurunan supali darah keperifer.
5. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
miokard, perubahan irama dan frekuensi jantung, peubahan struktur
ventrikel kiri ditandai dengan takikardi, disritmia, perubahan tekanan
darah, bunyi jantung ekstra (S3, S4), nyeri dada, nadi perifer tak teraba,
ekstremitas dingin.
6. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan sehubungan
dengan kurangnya informasi, tidak mengenal sumber informasi ditandai
dengan pasien banyak bertanya tentang informasi penyakitnya, tidak
tepat dalam menjalani intruksi/therapy.

C. Intervensi Keperawatan

NO DX
NO Tujuan Intervensi Rasionalisasi
Kep.

1 1 Setelah dilakukan 1. Kaji respon 1. Dengan mengetahui


tindakan perawatan pasien terhadap parameter tersebut,
diharapkan pasien aktivitas, akan membantu
mampu berpartisipasi perhatikan mengkaji respon
dalam aktivitas yang adanya fisiologis terhadap
diinginkan, perubahan tanda stress aktivitas dan
melaporkan vital, dipsnoe, bila muncul berarti
peningkatan toleransi nyeri dada, terjadi kelebihan
terhadap aktivitas kelelahan yang tingkat aktivitas
yang dapat diukur. berlebihan.
2. Intruksikan 2. Tehnik menghemat
pasien tentang energi mengurangi
cara penggunaan energi
penghematan dan membantu
energi dan keseimbangan antara
lakukan aktivitas suplai dan kebutuhan
secara perlahan. oksigen.
3. Dorong pasien 3. Aktivitas bertahap
untuk mencegah
melakukan peningkatan kerja
aktivitas secara jantung secara tiba-
bertahap jika tiba, memberi
dapat ditolerir, bantuan sesuai
beri bantuan kebutuhan akan
sesuai dengan mendorong
kebutuhan. memandirikan pasien
dalam beraktivitas.
2 2. Setelah dilakukan 1. Pertahankan 1. Meminimalkan
tindakan perawatan tirah baring stimulasi dan
diharapkanpasien pada fase akut meningkatkan
mampu melaporkan relaksasi.
adanya pengurangan 2. Lakukan 2. Tindakan yang
rasa nyeri/nyeri tindakan menurunkan
terkontrol, pasien distraksi dan tekanan vascular
mampu relaksasi, dan memblok
mengungkapkan ciptakan respon simpatis
metode pengurangan lingkungan efektif mengurangi
nyeri, pasien yang tenang rasa sakit dan
mengikuti theraphy komplikasinya.
farmakologi yang 3. Minimalkan 3. Aktivitas
diberikan untuk aktivitas vasokonstriksi akan
mengurangi nyeri. vasokonstriksi meningkatkan
yang dapat tekanan vascular
meningkatkan jantung.
nyeri seperti
batuk panjang,
membungkuk
dll.
4. Kolaborasi 4. Untuk menurunkan/
pemberian mengontrol nyeri
analgesic dengan mengontrol
rangsangan system
saraf simpatis.
3. 3. Setelah dilakukan 1. Kaji frekuensi, 1. Frekuensi nafas
tindakan perawatan kedalaman biasanya meningkat,
diharapkan pasien pernafasan dan dispnea dan terjadi
menunjukan ventilasi ekspansi dada. peningkatan kerja
yang adekuat/ nafas. Ekspansi
oksigenasi dengan dada yang terbatas
GDA menandakan adanya
nyeri dada
2. posisi kepala lebih
2. Tinggikan posisi tinggi
kepala dan Bantu memungkinkan
dalam mengubah espansi paru dan
posisi. memudahkan
pernafasan.
Pengubahan posisi
meningkatkan
pengisian segmen
paru yang berbeda
sehingga
memperbaiki difusi
gas
3. Perasaan takut
3. Bantu pasien bernafas
mengatasi meningkatkan
ketakutan dalam terjadinya
bernafas hipoksemia
4. Memaksimalkan
4. .Kolaborasi bernafas dan
pemberian menurunkan kerja
oksigen nafas.
tambahan 1. Perfusi serebral
4. 4. Setelah dilakukan 1. Awasi langsung berkaitan
tindakan perawatan perubahan dengan curah
diharapkan perfusi mental continue jantung
jaringan adekuat seperti cemas,
seperti akral hangat, bingung,
nadi perifer kuat, letargi, pingsan 2. Latihan aktif /pasif
tanda vital normal, 2. Dorong latihan menurunkan statis
orientasi pasien bagus, aktif/pasif vena, meningkatkan
rasanyeri berkurang. aliran balik vena,
menurunkan resiko
tromboflebitis.
3. Pompa jantung
3. Pantau yang gagal dapat
pernafasan mencetuskan
distress pernafasan.
Dispnea yang
terjadi tiba-tiba
menunjukan adanya
tromboemboli paru.
4. Untuk mengetahui
4. kaji fungsi dampak negative
gastrointestinal pada perfusi dan
dan perkemihan fungsi organ
tersebut.
5. Digunakan sebagai
5. Kolaborasi indicator
pemeriksaan perfusi/fungsi
lab BUN, organ.
Creatinin,
elektrolit, GDA 1. Biasanya terjadi
5. 5. Setelah dilakukan 1. Kaji frekuensi takikardi sebagai
tindakan perawatan dan irama kompensasi
diharapkan pasien jantung penurunan
menunjukan tanda kontraktilitas
vital dalam batas yang ventrikel.
dapat diterima, bebas 2. Irama gallop umum
dari gejala gagal 2. Catat bunyi dihasilkan dari
jantung, jantung ventrikel yang
distensi
3. Pucat menunjukan
3. Kaji kulit penurunan perfusi
terhadap pucat akibat penurunan
dan sianosis curah jantung
4. Untuk mengetahui
4. Kaji perubahan adekuatnya perfusi
pada sensori serebral terhadap
seperti letargi, penurunan curah
bingung, jantung.
cemas, depresi. 5. stress menghasilkan
5. Berikan vaso konstriksi
istirahat dengan yang meningkatkan
lingkungan tekanan darah dan
yang tenang, meningkatkan
Bantu pasien frekuensi kerja
menghindari jantung
stress 6. Untuk
6. Kolaborasi meningkatkan
pemberian kesediaan oksigen
oksigen dengan untuk kebutuhan
kanul/masker miokard dan
sesuai indikasi. jaringan serta
melawan efek
hipoksia.
7. vasodilator
7. Kolaborasi digunakan untuk
pemberian meningkatkan
vasodilator curah jantung.

1. Pengetahuan
6. 6. Setelah dilakukan 1. Jelaskan tentang proses
tindakan perawatan tentang fungsi penyakit
diharapkan jantung normal danharapan dapat
pengetahuan pasien dan kelainan memudahkan
tentang penyakitnya yang dialami ketaatan pada
bertambah, oleh pasien program
Melaksanakan pengibatan.
therapiuntuk 2. Pemahaman
menurunkan episode 2. Kuatkan program, obat dan
berulang dan rasional pembatasan dapat
mencegah pengobatan meningkatkan
komplikasi,melakukan kerjasama untuk
perubahan pola mengontrol gejala.
perilaku yang perlu. 3. Pemahaman
3. Diskusikan kebutuhan
tentang obat, terapiutik dan
tujuan dan efek pentingnya
samping, pelaporan efek
berikan samping dapat
instruksi secara mencegah
verbal maupun terjadinya
tertulis. komplikasi obat.
4. Menambahkan
4. Jelaskan dan pengetahuan dan
diskusikan memungkinkan
peran pasien pasien untuk
dalam membuat keputusan
mengontrol berdasarkan
factor resiko informasi
dan factor sehubungan dengan
pemberat. control kondisi dan
mencegah
berulang/
komplikasi.

5. Kondisi kronis
5. Berikan sering melemahkan
kesempatan kemampuan koping
pasien untuk dan kapasitas
menanyakan, dukungan pasien
mendiskusikan dan orang terdekat.
masalah dan
membuat
perubahan pola
hidup yang
perlu.
PENYIMPANGAN KDM

Hipertensi

Hipertensi heart disease Informasi kurang

Hipertrophy ventrikel kiri


jantung (LVH) Kurang Pengetahuan

Vol. sekuncup Kerja myocard


Vol. Residu Suplai O2 dan nutrisi ke meningkat
jaringan menurun

Myocard iskemik
Penurunan Perfusi Pk infark
curah jaringan myocard
jantung terganggu Nyeri dada

Tekanan atrium kiri Pemenutan O2 tertrisis


meningkat terganggu

Nyeri

Transudasi cairan Pembentukan ATP


interstitiil paru terganggu Gangguan rasa
nyaman nyeri (nyeri
akut)
Cairan masuk alveoli
Kelelahan

Oedema paru
Aktivitas terganggu

Sesak

Pola nafas tidak Intoleransi


efektif aktivitas
DAFTAR PUSTAKA

Dongoes,Marlynn.E.dkk.1999. Rencana Asuhan Keperawatan,Ed-3. Jakarta:EGC


Rilantono,L.dkk. 2002. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta:Universitas Indonesia
Smeltzer,C Suzanne dan Bare, Brenda G. Buku ajar Keperawatan Medikal
Bedah,Ed-8,vol.2. Jakarta:EGC
Mansjoer,arif.dkk. 2001. Kapita Selekta kedokteran ,Ed-3, jilid I. Jakarta:FKUI
MediaAesculapius.
Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, et al. The Seventh Report of the
National Committee on Prevention, Detection and Treatment of High Blood
Pressure: the JNC 7 report. JAMA. May 212003; 289(19):2560-72.
Kurt, Eugene, et al. Harrison’s: Principles of Internal Medicine. Singapore:
McGrawHill.2000.
Price, Sylvia A.Wilson, Lorraine M. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta:ECG, 2005

Anda mungkin juga menyukai