Disusun Oleh:
EKA DIANA
Pembimbing Akademik
( )
A. Definisi
Hipertensi heart disease adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh
hipertensi. Hipertensi yang tak terkontrol dalam waktu yang lama
menimbulkan hypertrophy pada ventrikel kiri (LVH) .
Hipertensi heart disease ditegakan bila dideteksi adanya hypertrophy
pada ventrikel kiri sebagai akibat peningkatan bertahap tahanan pembuluh
darah periver dan ventrikel kiri. Fungsi ventrikel selama hipertensi
berhubungan erat dengan penyebab hypertrophy dan terjadinya
arterosklerosis koroner. Yang mempengaruhi hypertrophy ventrikel kiri
adalah lamanya peningkatan diastolic dan adanya factor genetik.
Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan sesuai dengan
rekomendasi dari “The Sixth Report of The Join National Committee,
Prevention, Detection and Treatment of High Blood Pressure “ (JNC – VI,
1997) sebagai berikut :
No Kategori Sistolik(mmHg) Diastolik(mmHg)
1. Optimal <120 <80
2. Normal 120 – 129 80 – 84
3. High Normal 130 – 139 85 – 89
4. Hipertensi
Grade 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99
Grade 2 (sedang) 160 – 179 100 – 109
Grade 3 (berat) 180 – 209 100 – 119
Grade 4 (sangat berat) >210 >120
B. Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan
besar yaitu : ( Lany Gunawan, 2001 )
1) Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya.
2) Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit
lain.
Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi,
sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder.
C. Patofisiologi
Pada stadium permulaan hipertensi, hypertrophy yang terjadi
konsentrik (difus). Belum ada perubahan yang berarti pada fungsi pompa
efektif ventrikel kiri. Pada stadium selanjutnya, akibat hipertensi yang terus
menerus, maka hipertropi menjadi tak teratur (eksentrik). Pada kondisi ini
terjadi penurunan fungsi pompa ventrikel secara menyeluruh yang berakibat
pada penurunan fraksi injeksi, peningkatan tegangan dinding ventrikel pada
saat sistolik, peningkatan konsumsi oksigen otot jantung, serta penurunan
efek mekanik pompa jantung. Kondisi ini akan lebih diperburuk bila terjadi
penyakit jantung koroner.
Pada kondisi hypertrophy maka tekanan perfusi pada koroner akan
meningkat dan diikuti dengan peningkatan tahanan pembuluh koroner.
Sebagai akibatnya cadangan aliran darah koroner akan berkurang.
Ada dua factor utama penyebab penurunan cadangan aliran darah
koroner yaitu:
1. Penebalan arteri koroner, yaitu bagian dari hiprtrophy umum otot polos
pembuluh darah seluruh tubuh. Kemudian terjadi retensi garam dan air
yang mengakibatkan berkurangnya compliance pembuluh darah dan
meningkatnya tahanan perifer.
2. Peningkatan hypertrophy mengakibatkan berkurangnya kepadatan
kapiler unit otot jantung terutama pada hypertrophy eksentrik.
Jadi factor koroner pada hipertensi berkembang menjadi akibat
penyakit, meskipun tampak sebagai penyebab patologis yang utama dari
gangguan aktivitas mekanik ventrikel kiri.
F. Komplikasi
Adapun komplikasi yang ditimbulkan, yaitu :
1. Stroke
2. Gagal Jantung
3. Gagal Ginjal
4. Gangguan pada mata
G. Penatalaksanaan
Pengobatan pasien dengan penyakit jantung hipertensi terbagi dalam
dua kategori, yaitu pengobatan dan pencegahan tekanan darah yang tinggi
dan pengobatan penyakit jantung hipertensi. Tekanan darah ideal adalah
kurang dari 140/90 pada pasien tanpa penyakit diabetes dan penyakit ginjal
kronik dan kurang dari 130/90 pada pasien dengan penyakit diatas. Berbagai
macam strategi pengobatan penyakit jantung hipertensi :
1) Pengaturan Diet
Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat dan atau
dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan bisa
memperbaiki keadaan LVH.
Beberapa diet yang dianjurkan:
a) Rendah garam, beberapa studi menunjukan bahwa diet rendah
garam dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.
Dengan pengurangan komsumsi garam dapat mengurangi
stimulasi system renin-angiotensin sehingga sangat berpotensi
sebagai anti hipertensi.Jumlah intake sodium yang dianjurkan 50–
100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.
b) Diet tinggi potassium,dapat menurunkan tekanan darah tapi
mekanismenya belum jelas.Pemberian Potassium secara intravena
dapat menyebabkan vasodilatasi,yang dipercaya dimediasi oleh
nitric oxide pada dinding vascular.
c) Diet kaya buah dan sayur.
d) Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung
koroner
2) Olahraga Teratur
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda
bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan dapat memperbaiki
keadaan jantung. Olaharaga isotonik dapat juga bisa meningkatkan
fungsi endotel, vasodilatasi perifer, dan mengurangi katekolamin
plasma.
Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu
minggu sangat dinjurkan untuk menurunkan tekanan darah.
3) Penurunan Berat Badan
Pada beberapa studi menunjukkan bahwa obesitas berhubungan
dengan kejadian hipertensi dan LVH. Jadi penurunan berat badan
adalah hal yang sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah.
Penurunan berat badan (1kg/minggu) sangat dianjurkan. Penurunan
berat badan dengan menggunakan obat-obatan perlu menjadi perhatian
khusus karena umumnya obat penurun berat badan yang terjual bebas
mengandung simpatomimetik,sehingga dapat meningkatan tekanan
darah, memperburuk angina atau gejala gagal jantung dan terjainya
eksaserbasi aritmia.
Menghindari obat-obatan seperti NSAIDs, simpatomimetik, dan
MAO yang dapat meningkatkan tekanan darah atau menggunakannya
dengan obat antihipertesni.
4) Farmakoterapi
Pengobatan hipertensi atau penyakit jantung hipertensi dapat
menggunakan berbagai kelompok obat antihipertensi seperti thiazide,
beta-blocker dan kombinasi alpha dan beta blocker, calcium channel
blockers, ACE inhibitor, angiotensin receptor blocker dan vasodilator
seperti hydralazine. Hampir pada semua pasien memerlukan dua atau
lebih obat antihipertensi untuk mencapai tekanan darah yang
diinginkan.
5) Penanganan LVH
LVH, tanda dari peningkatan resiko morbiditi dan mortalitas
kardiovaskuler dan harus ditatalaksana secara agresif. Walaupun
regeresi LVH belum secara jelas dapat menurunkan angka morbiditas
dan mortalitas tapi beberapa data dapat mendukung hipotesis ini. Obat-
obatan yang digunakan untuk menatalaksana LVH adalah sama seperti
penanganan hipertensi.
6) Penanganan disfungsi diastolik LV
Beberapa golongan antihipertensi—ACE inhibitor, beta-blocker,
dan nondihydropyridine calcium channel blockers—telah membuktikan
dapat memperbaiki parameter ekokardiographi pada simptomatik dan
asimptomatik disfungsi diastolik dan gejala gagal jantung.
Penanganan disfungsi sistolik LV :
a. Diuretik digunakan untuk penatalaksanaan disfungsi sistolik LV
b. ACE inhibitor digunakan untuk penurunan preload dan afterload
dan mencegah kongesti pada paru dan sistemik
c. Beta-blockers seperti cervedilol, metoprolol XL, dan bisoprolol
dapat memperbaiki fungsi LV dan menurunkan mortalitas dan
morbiditas dari gagal jantung. Terapi dimulai dengan dosis rendah ,
peningkatan dosis beta-blocker secara perlahan dan monitor secara
ketat untuk menilai tanda dari gagal jantung.
H. Prognosis
Resiko komplikasi tergantung pada seberapa besar hipertropi ventrikel
kiri. Semakin besar ventrikel kiri, semakin besar kemungkinan kompilkasi
terjadi. Pengobatan hipertensi dapat mengurangi kerusakan pada ventrikel
kiri. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa obat-obatan tertentu
seperti ACE-Inhibitor, Beta-blocker, dan diuretik spinorolakton dapat
mengatasi hipertropi ventrikel kiri dan memperpanjang kemungkinan hidup
pasien dengan gagal jantung akibat penyakit jantung hipertensi.
Bagaimanapun juga, penyakit jantung hipertensi adalah penyakit yang serius
yang memiliki resiko kematian mendadak.
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Aktivitas/ Istirahat
Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner
atau katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi,
perspirasi.
Tanda : Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,radialis,
tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis,kulit
pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian
kapiler mungkin lambat atau bertunda.
3. Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor stress multiple,
hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue
perhatian,tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan
menghela, peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat
penyakit ginjal pada masa yang lalu).
5. Makanan/cairan
Gejala : Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam,
lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir
akhir ini (meningkat atau turun) Riwayat penggunaan diuretik.
Tanda : Berat badan normal atau obesitas, adanya edema, glikosuria.
6. Neurosensori
Genjala : Keluhan pening /pusing,sakit kepala,subojksipital (terjadi saat
bangun dan menghilangkan secara spontan setelah beberapa
jam) Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan
kabur,epistakis).
Tanda : Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi
bicara,efek, proses pikir, penurunan keuatan genggaman
tangan.
7. Nyeri/ ketidaknyaman
Gejala : Angina (penyakit arteri koroner atau keterlibatan jantung), sakit
kepala.
8. Pernafasan
Gejala : Dispnea yang berkaitan dari aktivitas /kerja
takipnea,ortopnea,dispnea, batuk dengan/tanpa
pembentukan sputum, riwayat merokok.
Tanda : Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan buny
inafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.
9. Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan hipertensi
heart desease adalah;
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan umum ditandai
dengan adanya ungkapan verbal tentang kelemahan, respon tensi
terhadap aktivitas abnormal, adanya perasaan tidak nyaman saat
beraktivitas, dispnoe, adanya tanda-tanda iskemik yang dapat dilihat dari
hasil pemeriksaan EKG.
2. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik jaringan ditandai dengan adanya
keluhan nyeri pada dada, wajah meringis, gelisah sampai adanya
perubahan tingkat kesadaran, perubahan nadi,tensi.
3. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan tidak adekuatnya
ventilasi ditandai dengan dispnoe saat beraktivitas, takipnoe, ortopnea,
adanya bunyi nafas tambahan dan terjadi sianosis
4. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan yang berhubungan dengan
penurunan supali darah keperifer.
5. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
miokard, perubahan irama dan frekuensi jantung, peubahan struktur
ventrikel kiri ditandai dengan takikardi, disritmia, perubahan tekanan
darah, bunyi jantung ekstra (S3, S4), nyeri dada, nadi perifer tak teraba,
ekstremitas dingin.
6. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan sehubungan
dengan kurangnya informasi, tidak mengenal sumber informasi ditandai
dengan pasien banyak bertanya tentang informasi penyakitnya, tidak
tepat dalam menjalani intruksi/therapy.
C. Intervensi Keperawatan
NO DX
NO Tujuan Intervensi Rasionalisasi
Kep.
1. Pengetahuan
6. 6. Setelah dilakukan 1. Jelaskan tentang proses
tindakan perawatan tentang fungsi penyakit
diharapkan jantung normal danharapan dapat
pengetahuan pasien dan kelainan memudahkan
tentang penyakitnya yang dialami ketaatan pada
bertambah, oleh pasien program
Melaksanakan pengibatan.
therapiuntuk 2. Pemahaman
menurunkan episode 2. Kuatkan program, obat dan
berulang dan rasional pembatasan dapat
mencegah pengobatan meningkatkan
komplikasi,melakukan kerjasama untuk
perubahan pola mengontrol gejala.
perilaku yang perlu. 3. Pemahaman
3. Diskusikan kebutuhan
tentang obat, terapiutik dan
tujuan dan efek pentingnya
samping, pelaporan efek
berikan samping dapat
instruksi secara mencegah
verbal maupun terjadinya
tertulis. komplikasi obat.
4. Menambahkan
4. Jelaskan dan pengetahuan dan
diskusikan memungkinkan
peran pasien pasien untuk
dalam membuat keputusan
mengontrol berdasarkan
factor resiko informasi
dan factor sehubungan dengan
pemberat. control kondisi dan
mencegah
berulang/
komplikasi.
5. Kondisi kronis
5. Berikan sering melemahkan
kesempatan kemampuan koping
pasien untuk dan kapasitas
menanyakan, dukungan pasien
mendiskusikan dan orang terdekat.
masalah dan
membuat
perubahan pola
hidup yang
perlu.
PENYIMPANGAN KDM
Hipertensi
Myocard iskemik
Penurunan Perfusi Pk infark
curah jaringan myocard
jantung terganggu Nyeri dada
Nyeri
Oedema paru
Aktivitas terganggu
Sesak