Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

HHD ( HYPERTENSIVE HEART DISEASE )

DI RUANG HCU RSU ASTRINI WONOGIRI

Disusun Oleh :

Nama : Diah Febriani

NIM : 19044

AKADEMI KEPERAWATTAN GIRI SATRIA HUSADA WONOGIRI

2021
LAPORAN PENDAHULUAN
HHD ( HIPERTENSI HEART DISEASE )

A. PENGERTIIAN
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. (Somantri, 2008). Hipertensi
dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg, hipertensi sedang jika
tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya
115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap
lebih serius dari peningkatan sistolik. (Paula, 2009)
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran menjelaskan hipertensi adalah
suatu keadaan dimana terjadi gangguan pada mekanisme pengaturan tekanan darah. (Mansjoer,
2008). Hipertensi Heart Disease (HHD) adalah istilah yang diterapkan untuk menyebutkan
penyakit jantung secara keseluruhan, mulai dari left ventricle hyperthrophy (LVH), aritmia
jantung, penyakit jantung koroner, dan penyakit jantung kronis, yang disebabkan karena
peningkatan tekanan darah, baik secara langsung maupun tidak langsung. (Morton, 2012).

B. ETIOLOGI
Menurut Oman (2008), hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan
besar yaitu :
a. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya.
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian
telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor
tersebut adalah sebagai berikut :
1). Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
2). Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah :
a). Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat.
b). Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan).

c). Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)
3). Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah:
a). Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr).
b). Kegemukan atau makan berlebihan.
c). Stress.
d). Merokok.
e). Minum alcohol.
f). Minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin)

b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.


1). Ginjal : Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor.
2).Vascular : Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli kolestrol, Vaskulitis.
3). Kelainan endokrin : DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme.
4). Saraf : Stroke, Ensepalitis, SGB.
5). Obat – obatan : Kontrasepsi oral, Kortikosteroid.
Menurut Mansjoer (2008), penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah
terjadinya perubahan-perubahan pada :
1). Elastisitas dinding aorta menurun.
2). Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
3). Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun
kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya.
4). Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5). Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

C. PATOFISIOLOGI
Penyulit utama pada penyakit jantung hipertensif adalah hipertrofi ventrikel kiri yang terjadi
sebagai akibat langsung dari peningkatan bertahap tahanan pembuluh darah perifer dan beban
akhir ventrikel kiri. Faktor yang menentukan hipertrofi ventrikel kiri adalah derajat dan lamanya
peningkatan diastole. Pengaruh beberapa faktor humoral seperti rangsangansimpato-adrenal yang
meningkat dan peningkatan aktivasi system renin-angiotensin-aldosteron (RAA) belum diketahui,
mungkin sebagai penunjang saja. Fungsi pompa ventrikel kiri selama hipertensi berhubungan erat
dengan penyebab hipertrofi dan terjadinya aterosklerosis primer.
Pada stadium permulaan hipertensi, hipertrofi yang terjadi adalah difus (konsentrik). Rasio massa
dan volume akhir diastolik ventrikel kiri meningkat tanpa perubahan yang berarti pada fungsi
pompa efektif ventrikel kiri. Pada stadium selanjutnya, karena penyakir berlanjut terus, hipertrofi
menjadi tak teratur, dan akhirnya eksentrik, akibat terbatasnya aliran darah koroner. Khas pada
jantung dengan hipertrofi eksentrik menggambarkan berkurangnya rasio antara massa dan
volume, oleh karena meningkatnya volume diastolik akhir. Hal ini diperlihatkan sebagai
penurunan secara menyeluruh fungsi pompa (penurunan fraksi ejeksi), peningkatan tegangan
dinding ventrikel pada saat sistol dan konsumsi oksigen otot jantung. Hal-hal yang memperburuk
fungsi mekanik ventrikel kiri berhubungan erat bila disertai dengan penyakit jantung koroner.
Walaupun tekanan perfusi koroner meningkat, tahanan pembuluh koroner juga meningkat. Jadi
cadangan aliran darah koroner berkurang. Perubahan-perubahan hemodinamik sirkulasi koroner
pada hipertensi berhubungan erat dengan derajat hipertrofi otot jantung. Ada 2 faktor utama
penyebab penurunan cadangan aliran darah koroner, yaitu :
a). Penebalan arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi umum otot polos pembuluh darah
resistensi arteriol (arteriolar resistance vessels) seluruh badan. Kemudian terjadi retensi
garam dan air yang mengakibatkan berkurangnya compliance pembuluh-pembuluh ini dan
mengakibatkan tahanan perifer;
b). Hipertrofi yang meningkat mengakibatkan kurangnya kepadatan kepiler per unit otot
jantung bila timbul hipertrofi eksentrik. Peningkatan jarak difusi antara kapiler dan serat
otot yang hipertrofik menjadi factor utama pada stadium lanjut dari gambaran
hemodinamik ini. Jadi, faktor koroner pada hipertensi berkembang menjadi akibat
penyakit, meskipun tampak sebagai penyebab patologis yang utama dari gangguan aktifitas
mekanik ventrikel kiri. (Chang, 2009).
PATHWAY

D. TANDA DAN GEJALA


Pada pemeriksaan fisik mungkin tidak di jumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang
tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kupulan
cairan), penyenpitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus
optikus). Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai bertahun-
tahun. Gejala bila ada, biasanya menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi
yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Penyakit
arteri koroner dan angina adalah gejala yang menyertai hipertensi. Hipertrofi ventrikel kiri
terjadi sebagai respons peningkatan beban kerja ventrikel saat dipake berkontrasi melawan
tekanan sistemik yang meningkat. Apabia jantung tidak mampu lagi anahan peningkatkan beban
kerja, maka dapat terjadi gagal jantung kiri. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifetasi
sebagai nokturis (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azoremia (peningkatan nitrogen urea
darah (BUN) dan kreatinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroks atau
serangan stremik transien yang termanifestasi sebagai patolisis sementara pada satu sisi
(hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan. Pada penderita stroks, dan pada penderita
hipertensi disertai serangan iskemia ansidens infark oatak mencapai 80%.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Somantri (2008), pemeriksaan penunjang untuk pasien Hipertensi Heart Disease (HHD),
yaitu :
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.

2. Pemeriksaan retina.

3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan jantung.

4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri.

5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa.

6. Pemeriksaan; renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan fungsi.

7. Ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.

8. Foto dada dan CT scan.

F. PENATALAKSANAAN

Pengobatan pasien dengan penyakit jantung hipertensi terbagi dalam dua kategori
pengobatan dan pencegahan tekanan darah yang tinggi dan pengobatan penyakit jantung
hipertensi. Tekanan darah ideal adalah kurang dari 140/90 pada pasien tanpa penyakit diabetes
dan penyakit ginjal kronik dan kurang dari 130/90 pada pasien dengan penyakit diatas. Berbagai
macam strategi pengobatan penyakit jantung hipertensi menurut Oman (2008), yaitu :
1. Pengaturan Diet
Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat dan atau dengan obat-
obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan bisa memperbaiki keadaan LVH.
Beberapa diet yang dianjurkan, yaitu :
a. Rendah garam,beberapa studi menunjukan bahwa diet rendah garam dapat
menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.Dengan pengurangan komsumsi
garam dapat mengurangi stimulasi system renin-angiotensin sehingga sangat
berpotensi sebagai anti hipertensi.Jumlah intake sodium yang dianjurkan 50–100
mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.

b. Diet tinggi potassium,dapat menurunkan tekanan darah tapi mekanismenya belum


jelas.Pemberian Potassium secara intravena dapat menyebabkan vasodilatasi,yang
dipercaya dimediasi oleh nitric oxide pada dinding vascular.

c. Diet kaya buah dan sayur.

d. Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.

e. Tidak mengkomsumsi Alkohol.

2. Olahraga Teratur
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat untuk menurunkan
tekanan darah dan dapat memperbaiki keadaan jantung. Olaharaga isotonik dapat juga bisa
meningkatkan fungsi endotel, vasodilatasi perifer, dan mengurangi katekolamin plasma.
Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat dinjurkan
untuk menurunkan tekanan darah.
a. Penurunan Berat Badan
Pada beberapa studi menunjukkan bahwa obesitas berhubungan dengan kejadian
hipertensi dan LVH. Jadi penurunan berat badan adalah hal yang sangat efektif
untuk menurunkan tekanan darah. Penurunan berat badan (1kg/minggu) sangat
dianjurkan. Penurunan berat badan dengan menggunakan obat-obatan perlu menjadi
perhatian khusus karena umumnya obat penurun berat badan yang terjual bebas
mengandung simpatomimetik, sehingga dapat meningkatan tekanan darah,
memperburuk angina atau gejala gagal jantung dan terjainya eksaserbasi aritmia.
Menghindari obat-obatan seperti NSAIDs, simpatomimetik, dan MAO yang dapat
meningkatkan tekanan darah atau menggunakannya dengan obat antihipertensi.
b. Farmakoterapi
Pengobatan hipertensi atau penyakit jantung hipertensi dapat menggunakan berbagai
kelompok obat antihipertensi seperti thiazide, beta-blocker dan kombinasi alpha dan
beta blocker, calcium channel blockers, ACE inhibitor, angiotensin receptor blocker
dan vasodilator seperti hydralazine. Hampir pada semua pasien memerlukan dua
atau lebih obat antihipertensi untuk mencapai tekanan darah yang diinginkan.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
HHD ( HIPERTENSI HEART DISEASE )

A. PENGKAJIAN

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data ini dari berbagai sumber data untuk
engevaluasi dan untuk mengindenfiklasi status kesehatan klien. (Nursalam 2001 : 17)
Wawancara, memberikan data yang perawat dapatkan dari pasien dan orang terdekat lainnya
melalui percakapan dan pengamatan :
1) Identitas klien :
Meliputi nama, umur, pendidikan, jenis kelamin, agama, pekerjaan, status marital, suku
bangsa, diagnosa medis, tanggal masuk, tanggal pengkajian, no.rekam medis, ruang dan
alamat. Identitas penanggung jawab : Meliputi nama, umur, pendidikan, hubungan dengan
klien dan alamat.
2) Riwayat kesehatan :
a) Keluhan utama : apa yang paling dirasakan saat ini ditanyakan meliputi
paliative/propokativ, quality, region/radian, skala dan time (PQRST).
b) Riwayat kesehatan sekarang : dikaji tentang proses penjalaran penyakit sampai dengan
timbulnyakeluhan 1 faktor yang memperberat dan yang memperingan kualitas dari
keluhan dan bagaimana klien menggambarkan yang dirasakan.
c) Riwayat kesehatan dahulu : dikaji penyakit yang pernah dialami klienyang
berhubungan dengan penyakit sekarang/penyakit lain seperti riwayat penyakit kandung
kemih (gagal jantung), penyakit sistemik (DM), dan hipertensi.
d) Riwayat kesehatan keluarga : dikaji kemungkinan pada keluarga ada riwayat penyakit
gangguan perkemihan, riwayat kesehatan yang menular/keturunan.

Pemeriksaan fisik.

1. Dikaji keadaan umum dan tanda-tanda vital

2. Sistem penglihatan : dikaji bentuk simetris, reflek pupil terhadap cahaya positif, bisa
membaca papan nama perawat dalam jarak 30 cm.

3. Sistem pernafasan : dikaji bentuk hidung simetris, mukosa hidung lembab, septum
letar ditengah, tidak terdapat pernafasan cupig hidung, pada palpasi sinus frontalis dan
sinus maksilaris tidak terdapat nyeri tekan, trakea ditengah, tidak terdapat retraksi
dinding dada, frekuensi nafas 24 x/menit, paru-paru resonan.
4. Sistem pencernaan : dikaji bentuk bibir simetris, mukosa merah muda lembab, jumlah
gigi, tidak terdapat caries uvula ditengah, tidak ada pembesaran, tonsil refleks
menelan, bentuk abdomen, turgor, bising usus 10 x/menit.
5. Sistem kardiovaskuler : dikaji konjungtiva, oedema, sianosis, peningkatan JVC, bunyi
jantung 5152 tekanan darah.
6. Sistem perkemihan : dikaji vesika urinaria, pembesaran ginjal, ada nyeri tekan.
7. Sistem persyarafan dikaji :
- sistem syaraf cranial, dikaji GCS dan 12 nervus saraf otak.

- Sistem motorik, dikaji gerakan tubuh dari ujung kepala sampai kaki.

- Sistem sensorik, dikaji respon klien dengan menggunakan rangsangan.

- Sistem endokrin : dikaji pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar lemfe, dan


menanyakan riwayat penyakit DM.

- Sistem integumen : dikaji suhu tubuh, turgor, lesi dan luka, warna kulit, kepala.

- Sistem genetalia, dikaji genetalia jika klien mau.

– Data sosial, dikaji tingkat pendidikan, hubungan sosial, gaya hidup, dan pola
interaksi melalui wawancara / menanyakan kepada orang terdekat (keluarga).
– Data psikologis, dikaji status emosi, gaya komunikasi, konsep diri, immage, harga
diri, ideal diri, peran diri, identitas diri.
– Data spiritual, dikaji ibadah yang dilakukan klien jika berada di rumah sakit.

Pemeriksaan diagnostik
a. Jadwal rutin pemantauan tekanan darah

b. Rontgen foto

c. Pemeriksaan hematologi

d. Pemeriksaan urinalisa

e. Elektrokardiografi (EKG)

f. Pemeriksaan kimia darah


B. ANALISA DATA
Analisa data merupakan kemampuankognitif dalam pengembangan daya berfikir yang
dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan pengetahuan, pengalaman dan pengertian keperawatan
(Nasrul Effendy : 1998 :23).
Dasar analisa data didapatkan dari :
a. Anatomi dan Fisiologi

b. Patofisiologo penyakit

c. Mikrobiologi dan parasitologi

d. Farmakologi

e. Ilmu perilaku

f. Konsep-konsep manusia, sehat, sakit, stres adaptasi, etika keperawatan.

g. Tindakan dan prosedur keperawatan

h. Teori keperawatan dari berbagai sistem dan teori lain, yang berkaitan.

NO DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM


1. Ds : Nyeri dada Nyeri Akut
Pasien mengatakan nyeri dada berhubungan dengan
mbeseseg ampek sudah 3 hari kebutuhan rasa aman
menjalar sampai ke punggung dan dan nyaman
dada berdebar tidak mengeluh
mual /muntah, makan dan minum
baik.
Do :
- Pasien tampak menahan nyeri
(menyeringai)
- Pasien tampak lemas
- KU : Sedang
- Kesadaran : Composmentis
-Hasil TTV
TD : 186/104 mmHg
N : 86 x/menit
S : 36,5 °C
SPO2 : 99%
RR : 19 x/menit
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan hipertensi heart desease
adalah;

1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik jaringan ditandai dengan adanya keluhan
nyeri pada dada, wajah meringis, gelisah sampai adanya perubahan tingkat kesadaran,
perubahan nadi,tensi.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan tidak adekuatnya ventilasi ditandai
dengan dispnoe saat beraktivitas, takipnoe, ortopnea, adanya bunyi nafas
tambahan dan terjadi sianosis
3. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan yang berhubungan dengan penurunan supali
darah keperifer.
4. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokard,
perubahan irama dan frekuensi jantung, peubahan struktur ventrikel kiri ditandai
dengan takikardi, disritmia, perubahan tekanan darah, bunyi jantung ekstra (S3, S4),
nyeri dada, nadi perifer tak teraba, ekstremitas dingin.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan umum ditandai dengan adanya
ungkapan verbal tentang kelemahan, respon tensi terhadap aktivitas abnormal,
adanya perasaan tidak nyaman saat beraktivitas, dispnoe, adanya tanda-tanda iskemik
yang dapat dilihat dari hasil pemeriksaan EKG.
6. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan sehubungan dengan
kurangnya informasi, tidak mengenal sumber informasi ditandai dengan pasien
banyak bertanya tentang informasi penyakitnya, tidak tepat dalam menjalani
intruksi/therapy
D. INTERVENSI

TUJUAN DAN
NO NO.DX INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA HASIL
1 Dx1 Setelah dilakukan 1. Pertahankan tirah 1. Meminimalkan
tindakan perawatan baring pada fase akut stimulasi dan
diharapkanpasien 2. Lakukan tindakan meningkatkan
mampu melaporkan distraksi dan relaksasi, relaksasi.
adanya pengurangan ciptakan lingkungan 2. Tindakan yang
rasa nyeri/nyeri yang tenang menurunkan tekanan
terkontrol, pasien 3. Minimalkan aktivitas vascular dan memblok
mampu vasokonstriksi yang respon simpatis efektif
mengungkapkan dapat meningkatkan mengurangi rasa sakit
metode pengurangan nyeri seperti batuk dan komplikasinya.
nyeri, pasien mengikuti panjang, membungkuk 3. Aktivitas
theraphy farmakologi dll. vasokonstriksi akan
yang diberikan untuk 4. Kolaborasi meningkatkan tekanan
mengurangi nyeri. pemberian analgesic vascular jantung.
4. Untuk menurunkan/
mengontrol nyeri
dengan mengontrol
rangsangan system
saraf simpatis.
2 Dx2 Setelah dilakukan 1. Kaji frekuensi, 1. Frekuensi nafas
tindakan perawatan kedalaman pernafasan biasanya meningkat,
diharapkan pasien dan ekspansi dada. dispnea dan terjadi
menunjukan ventilasi 2. Tinggikan posisi peningkatan kerja
yang adekuat/ kepala dan Bantu dalam nafas. Ekspansi dada
oksigenasi dengan mengubah posisi. yang terbatas
GDA 3. Bantu pasien menandakan adanya
mengatasi ketakutan nyeri dada
dalam bernafas 2. posisi kepala lebih
4. Kolaborasi tinggi memungkinkan
pemberian oksigen espansi paru dan
tambahan memudahkan
pernafasan.
Pengubahan posisi
meningkatkan
pengisian segmen
paru yang berbeda
sehingga memperbaiki
difusi gas.
3. Perasaan takut
bernafas
meningkatkan
terjadinya hipoksemia
4. Memaksimalkan
bernafas dan
menurunkan kerja
nafas.
3 Dx3 Setelah dilakukan 1. Awasi perubahan 1. Perfusi serebral
tindakan perawatan mental continue seperti langsung berkaitan
diharapkan perfusi cemas, bingung, letargi, dengan curah jantung
jaringan adekuat seperti pingsan 2. Latihan aktif /pasif
akral hangat, nadi 2. Dorong latihan menurunkan statis
perifer kuat, tanda vital aktif/pasif vena, meningkatkan
normal, orientasi pasien 3. Pantau pernafasan aliran balik vena,
bagus, rasanyeri 4. kaji fungsi menurunkan resiko
berkurang. gastrointestinal dan tromboflebitis.
perkemihan 3. Pompa jantung
5. Kolaborasi yang gagal dapat
pemeriksaan lab BUN, mencetuskan distress
Creatinin, elektrolit, pernafasan. Dispnea
GDA yang terjadi tiba-tiba
menunjukan adanya
tromboemboli paru.
4. Untuk mengetahui
dampak negative pada
perfusi dan fungsi
organ tersebut.
5. Digunakan sebagai
indicator
perfusi/fungsi organ
4 Dx4 Setelah dilakukan 1. Kaji frekuensi dan 1. Biasanya terjadi
tindakan perawatan irama jantung takikardi sebagai
diharapkan pasien 2. Catat bunyi jantung kompensasi
menunjukan tanda vital 3. Kaji kulit terhadap penurunan
dalam batas yang dapat pucat dan sianosis kontraktilitas
diterima, bebas dari 4. Kaji perubahan pada ventrikel.
gejala gagal jantung, sensori seperti letargi, 2. Irama gallop umum
bingung, cemas, dihasilkan dari
depresi. ventrikel yang distensi
5. Berikan istirahat 3. Pucat menunjukan
dengan lingkungan penurunan perfusi
yang tenang, Bantu akibat penurunan
pasien menghindari curah jantung
stress 4. Untuk mengetahui
6. Kolaborasi adekuatnya perfusi
pemberian oksigen serebral terhadap
dengan kanul/masker penurunan curah
sesuai indikasi. jantung.
7. Kolaborasi 5. stress menghasilkan
pemberian vasodilator vaso konstriksi yang
meningkatkan tekanan
darah dan
meningkatkan
frekuensi kerja
jantung
6.Untuk
meningkatkan
kesediaan oksigen
untuk kebutuhan
miokard dan jaringan
serta melawan efek
hipoksia.
7. vasodilator
digunakan untuk
meningkatkan curah
jantung

5 Dx5 Setelah dilakukan 1. Kaji respon pasien 1. Dengan mengetahui


tindakan perawatan terhadap aktivitas, parameter tersebut,
diharapkan pasien perhatikan adanya akan membantu
mampu berpartisipasi perubahan tanda vital, mengkaji respon
dalam aktivitas yang dipsnoe, nyeri dada, fisiologis terhadap
diinginkan, melaporkan kelelahan yang stress aktivitas dan
peningkatan toleransi berlebihan. bila muncul berarti
terhadap aktivitas yang 2. Intruksikan pasien terjadi kelebihan
dapat diukur. tentang cara tingkat aktivitas
penghematan energi 2. Tehnik menghemat
dan lakukan aktivitas energi mengurangi
secara perlahan. penggunaan energi
3. Dorong pasien untuk dan membantu
melakukan aktivitas keseimbangan antara
secara bertahap jika suplai dan kebutuhan
dapat ditolerir, beri oksigen.
bantuan sesuai dengan 3. Aktivitas bertahap
kebutuhan. mencegah
peningkatan kerja
jantung secara tiba-
tiba, memberibantuan
sesuai kebutuhan akan
mendorong
memandirikan pasien
dalam beraktivitas.
6 Dx6 Setelah dilakukan 1. Jelaskan tentang 1. Pengetahuan
tindakan perawatan fungsi jantung normal tentang proses
diharapkan dan kelainan yang penyakit danharapan
pengetahuan pasien dialami oleh pasien dapat memudahkan
tentang penyakitnya 2. Kuatkan rasional ketaatan pada program
bertambah, pengobatan pengibatan.
Melaksanakan 3. Diskusikan tentang 2. Pemahaman
therapiuntuk obat, tujuan dan efek program, obat dan
menurunkan episode samping, berikan pembatasan dapat
berulang dan mencegah instruksi secara verbal meningkatkan
komplikasi,melakukan maupun tertulis. kerjasama untuk
perubahan pola perilaku 4. Jelaskan dan mengontrol gejala.
yang perlu. diskusikan peran pasien 3. Pemahaman
dalam mengontrol kebutuhan terapiutik
factor resiko dan factor dan pentingnya
pemberat. pelaporan efek
5. Berikan kesempatan samping dapat
pasien untuk mencegah terjadinya
menanyakan, komplikasi obat.
mendiskusikan masalah 4. Menambahkan
dan membuat pengetahuan dan
perubahan pola hidup memungkinkan pasien
yang perlu. untuk membuat
keputusan berdasarkan
informasi sehubungan
dengan control
kondisi dan mencegah
berulang/ komplikasi.
5. Kondisi kronis
sering melemahkan
kemampuan koping
dan kapasitas
dukungan pasien dan
orang terdekat.
E.IMPLEMENTASI
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam
rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu
dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon
pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan
perawatan.

F. EVALUASI

Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien
dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan
melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28)

Tujuan pemulangan pasien dengan anemia adalah :

1) Mempertahankan / meningkatkan fungsi CU

2) Mencegah komplikasi

3) Memberikan informasi tentang proses / pragnosis dan program pengobatan.

4) Pendukung kontrol aktif pasien terhadap kondisi.


DAFTAR PUSTAKA

Suzanne C. Smeltzer. Brenda. E. bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan. Medikal Bedah

Brunner dan Suddarth. Jakarta : EGC.

Doegoes, L.M. (1999). Perencanaan Keperawatan dan Dokumentasian keperawatan. Jakarta

: EGC.

Nanda NIC- NOC .2013 . Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Edisi
Revisi Jilid II. Jakarta: EGC.

Carpenito, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi


keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2. EGC, Jakarta.

http://askepterkini.blogspot.co.id/2014/05/laporan-pendahuluan-
asuhan- keperawatan_9355.html diakses pada tanggal 9 Januari 2018
pukul 19.22

Anda mungkin juga menyukai